Studi Kasus KLM-Northwest (Bagian 2)

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 10

FAKTOR-FAKTOR EKSTERNAL

Terdapat motivasi pendorong mengapa aliansi ini dapat terjadi , ini disebabkan oleh dua Faktor
yang pertama adalah faktor eksternal . Pada 1995 Dunning mengatakan bahwa perubahan
lingkungan eksternal merupakan alasan mendasar yang mempengaruhi aliansi stratejik.
Perubahan ini mencerminkan ketidakmampuan sumberdaya internal untuk mencapai keunggulan
kompetitif. Oleh karena itu, dalam rangka untuk memperoleh pemahaman yang lengkap
mengenai gerakan dan strategi kompetitif suatu perusahaan, kita juga harus memahami tingkatan
persaingan pada tingkat nasional, regional dan sektoral. Kita harus mengerti, tidak hanya suatu
perusahaan yang dapat secara bebas memilih strategi mereka sendiri, namun kondisi-kondisi
perubahan yang ada di tingkat nasional dan sektoral juga mendorong mereka untuk melakukan
perubahan dan mengkaji ulang strateginya , jadi perusahaan tentunya harus mengikuti keadaan
yang ada di pasar agar dapat menyesuaikan diri dengan begitu tujuan yang direncanakan akan
tercapai. Narula & Dunning (1998) menjelaskan dimensi perubahan lingkungan eksternal yang
mendorong aliansi adalah sebagai berikut :

1. Proses globalisasi menjadi kekuatan utama di balik pertumbuhan aktivitas nilai tambah
lintas batas negara, yang mana dapat meningkatkan ketergantungan ekonomi dari antar
pihak. Perkembangan globalisasi membawa serangkaian reaksi, yang di dalamnya
terdapat kecenderungan yang harus ditangani tidak hanya melalui internalisasi pasar
produk antara dengan hirarki (baca: hirarchical capitalism) . Teori internalisasi dapat
dijelaskan secara singkat sebagai sebuah teori yang melihat adanya keuntungan tambahan
bagi perusahaan dengan memberikan harga jual atas ide-ide dalam produknya. Teori ini
mencoba mencari keuntungan dengan menghubungkan antara konstruksi organisasi
internal dengan lingkungan eksternalnya. Teori ini menjelaskan cara agar perusahaan
dapat memperluas jangkauan produksinya tanpa harus membangun perusahaan di negara
lain. Teori internalisasi kemudian dibedakan ke dalam dua kategori, yaitu teori
internalisasi lama yang berfokus pada efesiensi dan pengembangan ekonomi serta teori
internalisasi baru yang lebih fokus pada internal organisasi dan kemampuan patner
perusahaannya. Namun internalisasi saja tidak cukup yang mana menggunakan apa yang
telah disebut “aliance capitalism” (Gerlach, 1992; Dunning, 1995).
2. Meningkatnya internasionalisasi dan persaingan menyebabkan timbulnya kebutuhan
untuk bekerja sama secara regional. Di samping itu, karena “keseluruhan bisnis adalah
lokal” maka perusahaan membutuhkan mitra kerja lokal untuk menangani perbedaan
lingkungan lokal dan budaya.
3. Perkembangan teknologi yang cepat, siklus umur produk yang lebih pendek, dan
kenaikan biaya penelitian dan pengembangan (R&D) telah mendorong perusahaan-
perusahaan untuk mewujudkan riset bersama dan berbagi sumberdaya yang langka.
4. Munculnya banyak pesaing baru dalam bisnis tradisional telah memaksa perusahaan yang
ada untuk membina hubungan dan memperluas jaringan yang erat. Selain itu, untuk
menciptakan penghalang bagi pesaing baru. Bisnis tradisional sendiri yaitu bisnis yang
lebih fokus pada pemasaran dan produksi dimana muncul asumsi bahwa kedua hal
tersebut bisa dilakukan oleh diri sendiri pada saat bersamaan, karena terhitungnya akan
lebih menguntungkan jika dikerjakan sendiri dari pada harus di bagi kepada orang lain
5. Pergeseran dari produk menuju kompetensi memaksa perusahaan untuk keluar dan
mencari pengetahuan yang saling melengkapi dan kompetensi yang baru. Akibatnya, bila
pada dasawarsa 1970-an dan 1980-an aliansi menekankan pada produk dan didorong oleh
pasar, pada dasawarsa 1990-an aliansi semakin bersifat kerjasama yang berbasis
pengetahuan dan kompetensi.

FAKTOR FAKTOR INTERNAL YANG MENJADI MOTIF DAN TUJUAN ALIANSI

Alasan kedua mengapa perusahaan-perusahaan berjuang keras mewujudkan aliansi


strategic adalah kondisi internal dari perushaan. Rangsangan utama untuk beraliansi adalah
kebutuhan untuk bekerja sama untuk mencapai fleksibilitas, kompetensi inti, dan insentif yang
berasal dati otonomi, pada waktu yang sama memanfaatkan sumber daya yang saling melengkapi
bagi pembelajaran dan efisiensi.

Motif dan tujuan perusahaan merupakan faktor pendorong utama aliansi , selain faktor-
faktor lingkungan eksternal perusahaan . Motif dan tujuan dibentuknya aliansi stratejik meliputi:

1. Teknologi (know-how) : untu meningkatkan teknologi yg digunakan dlm opersi


maupun produksi perusahaan mempunyai motivasi untuk afiliansi
2. Asset financial : afiliansi menambah diharapkan menambah ast finansial karena
dengan adanya kerjasama perusahaan mampu menambah branding dan ini dapat meningkatkan
aset finansial contohnya saham , obligasi, dsb.

3. Persaingan : motivasi dari perusahaan ini juga berfikir mengenai pesaing bagaimana
agar produk / jasa yang diberikan tidak kalah saing dengan yang lainnya

4. Akses pada segmen pasar : dengan aliansi ini perushaan mampu menambah produk
secara bersama –sama untuk tujuan mencari da mencapai segmen pasar baru agar sukses
didalamnya

5. Akses terhadap input, output, dan pengalaman manajemen: akses-akses terhadap hal
tersebut berasal dari dalam perushaan yang mana sangat penting , dengan aliansi perusahaan
mampu mempelajari lebi lanjut hal tersebut / mendapat pelajaran juga dari perusahaan yang
bekerjasama dengan kit

6. Sumber daya dan kapabilitas yang saling melengkapi : dengan aliansi perusahaan yang
saling melengkap kekurangan satu sama lain , jadi memilih perusahaan yang memiliki kelebihan
lain yang mana perusahaan kita dalam hal tersebut kurang . Istilahnya kita menutupi kekurangan
perusahaan dengan cara beraliansi dengan perusahaan lain

KELEBIHAN DAN KELEMAHAN ALIANSI

Semua bentuk aliansi, baik patungan, waralaba (franchise), partisipasi modal, atau perjanjian
kontrak jangka panjang ini dirancang untuk meraih keuntungan dari penggunaan metode
pengembangan internal dan akuisisi, pada saat yang sama berusaha menghindari kerugian.
Dalam beberapa hal, aliansi berhasil melakukannya, namun kebanyakan yang lainnya tidak.
artinya banyak perusahaan yang kurang dapat memaksimalkan hal tersebut untuk mencapai
keuntungan. Tabel 1 ini merangkum mengenai kelebihan dan kelemahan stratejik aliansi.

KELEBIHAN KELEMAHAN

Akses terhadap aset pelengkap Kurangnya kontrol


Kecepatan Membantu pesaing potensial

Kelangsungan jangka panjang


dipertanyakan

Sukar untuk mengintegrasikan pembelajaran

 Kelebihan
Kelebihan dari strategi aliansi bermacam-macam. Terutama difokuskan pada
penggabungan sumber daya untuk dapat berkompetisi di bisnis yang baru. Aliansi
biasanya muncul ketika perusahaan mempunyai sumber daya yang mampu memberi nilai
agar dapat masuk ke bisnis baru. Namun untuk melakukannya perusahaan ini
membutuhkan aset dari perusahaan lain agar perusahaan dapat secara efektif menciptakan
sumberdaya tersebut sebagai keunggulan kompetitif . Misalnya saja perusahaan-
perusahaan Jepang pada tahu 1970-an dan 1980-an. Perusahaan Jepang tersebut dapat
menghasilkan produk dengan kualitas tinggi, namum mempiliki masalah dalam distribusi
dan jaringan pelayanan untuk dapat memasuki pasar Amerika Serikat. Cara yang
dilakukan perusahaan jepang ini yaitu dengan aliansi untuk dapat menyesuaikan produk
mereka dengan distribusi dan jaringan pelayanan perusahaan local di Amerika Serikat.
Jadi kelebihan dari strategi aliansi dapat disebutkan sebagai berikut :
a. Sinergi, terjadi sebagai hasil penggabungan kekuatan dari masing – masing
perusahaan dan dapat saling menutupi kekurangan satu sama lainnya.
b. Mempercepat system operasi.
c. Risiko yang ditanggung bersama.
d. Transfer teknologi diantara perusahaan.
e. Memasuki pasar perusahaan lain tanpa perlu mengeluarkan banyak biaya untuk
bersaing.
f. Memperluas jangkauan pasar dengan saluran distribusi baru.
g. Memudahkan penyesuaian terhadap perubahan teknologi baru dengan adanya
akses dalam informasi bidang engineering dan pemasaran yang semakin luas.
 Kelemahan
Dalam kelemahan strategi aliansi ini berkaitan dengan masalah kepemimpinan,
kontribusi dengan rekan aliansi, pengawasan kontribusi, dan strategi dalam bisnis.
Perusahaan harus membuat struktur perusahaan yang jelas, hal ini dibutuhkan karena
dapat memperjelas masalah yang berkaitan dengan kepemimpinan perusahaan selama
beraliansi. Harus saling mengetahui motivasi baik jangka pendek maupun jangka panjang
dan insentif dari masing-masing pihak dalam aliansi. Selain itu cara meminimalkan
masalah adalah saling mengetahui kebutuhan dan aspirasi rekan aliansinya , krena hal
tersebut dapat berubah-ubah. Dengan mengetahui kebutuhan an aspirasi masing-masing ,
maka pihak yang mengadakan aliansi dapat menetapkan tujuan dan insentif yang
disetujui bersama.
Sangat mungkin mitra kerja aliansi berbalik menjadi pesaing. Terdapat motivai
untuk ingin menjadi pemenang di pasar dan mengalahkan mitranya dengan meraih
keuntungan sebanyak-banyaknya. Aliansi dapat berhasil apabila di dalam bekerja sama
mempunyai tujuan untuk pemenuhan sumberdaya, memperoleh akses terhadap aset dan
kemampuan yang tidak dimiliki perusahaan atau pembagian biaya dan risiko secara
umum. Biasanya aliansi didesain sebagai hubungan jangka pendek, karena aliansi
dianggap sebagai bentuk strategi yang lemah apabila diterapkan untuk jangka panjang.
Berikut akan dirangkum mengenai kelemahan dari aliansi :
a. Membantu pesaing professional : Asset / milik perusahaan digunakan perusahaan rekan
untuk kepentingan perusahaannya sendiri, karena perusahaan tidak menjaga dengan baik .
b. Kurangnya kontrol dan sukar untuk mengintegrasikan pembelajaran : Ada pihak yang
tidak mau tahu tentang masalah operasi padahal efektivitas operasi kegiatan aliansi
tergantung pada manajer operasional, yang lebih parah jika CEO tidak mengetahui
bagaimana proses operasional dari suatu aliansi.
c. Kelangsungan jangka panjang dipertanyakan : jadi lebih berisiko dan kekuatannya
lemah jika jangka panjang maka aliansi sering didesain untuk jangka pendek hal ini
terjadi karena sulit menemukan rekan usaha yang paling sesuai dan dapat dipercaya.
PETA GLOBAL ALIANSI STRATEJIK

Secara umum aliansi stratejik dalam skala global dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu :

1. Aliansi patungan (alliance joint venture), dengan cirri mitra kerja (partner) tetap
sebagai badan usaha yang terpisah.
Joint venture merupakan perusahaan baru yang didirikan atas dasar kerjasama antara
beberapa perusahaan yang berdiri sendiri. Adapun ciri – ciri joint venture diantaranya :
a) Merupakan perusahaan baru yang didirikan bersama oleh beberapa perusahaan .
b) Modal terdiri dari pengetahuan dan modal yang disediakan para pendiri.
c) Joint venture antara perusahaan asing dengan modal nasional harus berbentuk Perseroan
Terbatas (M.Fuad, 2006).
d) Kontribusi oleh partner dalam uang, properti, usaha, pengetahuan, skill, atau aset lain
adalah bentuk yang umum;
e) Kerja sama dalam properti sering dimasukkan dalam patungan;
f) Hak untuk saling mengontrol manajemen perusahaan;
g) Harapan akan keuntungan (presence of adventure);
h) Hak untuk berbagi keuntungan;
i) Tujuan biasanya dibatasi menjadi satu keterlibatan atau ad hoc enterprise.

Tak jarang, dua atau lebih perusahaan yang menjadi sponsor tersebut membentuk sebuah
organisasi terpisah dan menjadi pemilik ekuitas bersama dalam entitas yang baru itu. Jenis
hubungan kerja sama (coorperative arrangement) yang lain meliputi kemitraan penelitian dan
pengembangan, kesepakatan lintas distribusi, kesepakatan lintas lisensi, kesepakatan lintas
manufaktur, dan konsosium penawaran bersama.
Usaha patungan dan hubungan kerja sama semakin banyak digunakan karena cara-cara
itu memungkinkan perusahaan untuk memperbaiki komunikasi dan jaringan, menglobalkan
operasi, dan meminimalkan risiko. Usaha patungan dan persekutuan sering kali ditempuh untuk
merangkap peluang yang terlalu kompleks, tidak ekonomis, atau riskan untuk dijalankan
sendirian oleh satu perusahaan. Penciptaan bisnis semacam itu juga digunakan saat mencapai
serta mempertahankan keunggulan kompetitif dalam suatu indutri yang membutuhkan beragam
kompetensi dan pengetahuan praktis lebih dari yang dapat dikuasai oleh satu perusahaan.
Dalam pasar global yang terhubung satu sama lain dengan internet, usaha patungan, dan
persekutuan, aliansi terbukti sebagai cara yang lebih efektif untuk mendorong pertumbuhan
perusahaan daripada merger dan akuisisi. Kemitraan strategis bisa memiliki banyak bentuk,
termasuk outsourcing, penyebaran informasi, pemasaran bersama, serta penelitian dan
pengembangan bersama.
Beberapa keuntungan dari mekanisme joint venture adalah sebagai berikut.
1. Sebuah perusahaan merasa bahwa ia akan memperoleh keuntungan dari mitra kerja local di
Negara lain dalam pengetahuan loakl, budaya, bahasa, system politik, dan hukum/undang-
undang, khususnya yang berlaku dalam perdagangan di Negara tersebut.
2. Perusahaan melalui joint venture dapat membagi biaya serta risiko dengan mitra kerjanya.
3. Pertimbangan-pertimbangan politik membuat joint venture sebagai alat masuk yang paling
sesuai ke Negara lain. Joint venture memudahkan perusahaan memasuki sebuah Negara
karena politik pemerintah setempat turut mendorong masuknya modal baru, khususnya bila
peraturan pemerintah mendorong pembangunan industry-industri tertentu, misalnya
mendirikan industry kimia, baja, atau mesin yang tanpa joint venture sukar sekali
dilaksanakan akibat kekurangan modal dan minimnya ahli di bidang masing-masing.
Umumnya, dapat dikatakan bahwa joint venture member peluang-peluang baru dengan
risiko bersama.
Meskipun mempunyai keuntungan-keuntungan, joint venture juga mempunyai
kekurangan-kekurangan. Sebuah perusahaan dapat kehilangan control atas teknologi yang
dipunyainya yang dapat ditiru oleh mitra kerjanya. Untuk mengurang resiko tersebut, perusahaan
dapat meminta kepemilikan modal yang lebih besar untuk usaha tersebut sehingga secara teoritis
ia mempunyai control yang lebih besar dalam usaha bersama. Masalah lainnya adalah sebuah
joint venture tidak selalu dapat diajak untuk melakukan control secara ketat seperti yang
dibutuhkan anak-anak perusahaannya agar dapat melakukan penghematan berdasarkan skala
yang besar (scale economies), melakukan penghematan local (local economies), atau melakukan
serangan global terhadap para pesaing.

Beberapa contoh usaha patungan dan tujuannya

Partner Produk Tujuan Strategik


AT&T/Olivetti Komputer Pasar internasional

Boeing/Mitsubisi/fuji/Kawasaki Pesawat kecil Menekan biaya, berbagai


teknologi

Corning/Ciba-Geigy Peralatan lab Pasar baru

Ford/Measurex Otomatisasi pabrik Menekan biaya

GM/Toyota Mobil Menekan biaya

GTE/Fujitsu Peralatan komunikasi Menekan biaya,


meningkatkan pemasaran

Kodak/Cetus Diagnostic bioteknologi Pasar baru, distribusi lebih


baik

3M/Harris Mesin fotokopi Meningkatkan pemasaran

US,Steel/Pohon Iron&Steel Baja Meningkatkan modal,


ekspansi pasar

Westinghouse/GE Semikonduktor “power” Menekan biaya,


meningkatkan pemasaran

2. Aliansi khusus fungsional (funcitional-spesific alliance), dengan ciri tidak terjadi


pemisahaan badan hukum dan aliansi terbatas pada satu atau beberapa fungsi
khusus tertentu, yaitu

a. Aliansi produksi : merupakan aliansi fungsional dimana dua atau lebih perusahaan
membuat produk atau jasanya masing-masing dengan fasilitas yang dipakai bersama .
Aliansi produksi dapat memakai fasilitas yang telah dimiliki oleh salah satu partner.

b. Aliansi pemasaran : merupakan aliansi fungsional dimana dua atau lebih perusahaan
berbagi jasa atau keahlian pemasaran. Perusahaan yang sudah mapan membantu
perusahaan pendatang baru dalam mempromosikan, mengiklankan dan mendistribusikan
produk atau jasanya.

c. Aliansi keuangan : merupakan aliansi fungsional dimana perusahaan-perusahaan ingin


mengurangi resiko finansial yang terkait dengan proyek tertentu. Partner-partner
memberikan sumber finansial ke proyek dalam proporsi yang sama atau salah satu
partner memberikan sebagian besar finansial sementara partner-partner lain menyediakan
keahlian khusus atau memberikan kontribusi lain untuk mengimbangi kecilnya investasi
finansial yang diberikan.

d. Aliansi riset dan pengembangan : merupakan aliansi fungsional dimana partner-partner


setuju untuk mengadakan riset (research and development = R&D) bersama untuk
mengembangkan produk atau jasa baru.

Perbedaan kedua kategori aliansi

Aliansi Patungan (Alliance Joint Aliansi khusus fungsional (funcitional-


Ventures) spesific alliance)

Badan hukum terpisah dengan, atau Badan hukum tidak terpisah


kadang-kadang tanpa kontribusi ekuitas

Kerja sama dapat terbatas pada suatu fungsi Kerja sama terbatas pada satu atau
atau mencakup fungsi yang luas. sejumlah fungsi tertentu, misalnya : (a)
dalam litbang (kerja sama dalam riset
produk baru dan teknologi; (b) persetujuan
distribusi silang (perluasan produk tertentu
dengan memasarkan produk perusahaan
lain dalam suatu pasar terntu; (c)
persetujuan lisensi silang, hanya
ditambahkan kemungkinan menciptakan
standar global untuk teknologi tertentu; (d)
persetujuan kerja sama manufaktur (untuk
mencapai skala ekonomis dan mengatasi
kekurangan/kelebihan kapasitas produksi

Adalah umum bagi partner untuk bekerja


sama dalam suatu produk atau segmen
pasar tertentu, sementara pada saat yang
sama tetap beroperasi sebagai pesaing di
pasar yang lain.

You might also like