Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 24

MAKALAH

METODELOGI PENELITIAN KEPENDIDIKAN IPA


“Paradigma Penelitian Kritis (Action Research) Dan Post Modernism”

Oleh:
Dwi Prasetyo 0402517011
Gogo Prayogo 0402517003
Kurniahtunnisa 0402517015

Dosen Pengampu:
Dr. Saiful Ridlo, M.Si
Dr. Wiwi Isnaeni, M.s

PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA (PEND.BIOLOGI)
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan pada Allah SWT yang Maha Pengasih lagi

Maha Panyayang, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Metodelogi

Penelitian Kependidikan IPA dengan topik bahasan Paradigma Critical Research

dan Post Modernims.

Makalah ini penulis susun dengan sebaik-baiknya dengan bantuan dari

berbagai referensi. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat

kekurangan baik dari segi isi maupun bahasa. Penulis masih mengharapkan saran

dan kritik agar dapat memperbaiki makalah tentang Paradigma Critical Research

dan Post Modernims ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi

pembacanya.

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman Sampul..............................................................................................i

Kata Pengantar..................................................................................................ii

Daftar Isi...........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................1

1. Latar Belakang......................................................................................1
2. Rumusan Masalah................................................................................2
3. Tujuan ..................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................3

1. Pardigma Penelitian..............................................................................3
2. Paradigma Penelitian Action Research................................................4
3. Paradigma Penelitian Post Modernism................................................

BAB III PENUTUP..........................................................................................

1. Simpulan...............................................................................................
2. Saran ....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menemukan


kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran. Untuk mengejar kebenaran
dilakukan oleh para filsuf, peneliti, maupun oleh para praktisi melalui model-
model tertentu. Apabila seseorang mengadakan penelitian, secara sadar atau tidak
dalam dirinya ada cara memandang hal atau peristiwa tertentu karena dalam diri
peneliti sudah terbentuk satu perangkat kepercayaan yang didasarkan atas asas-
asas tertentu yang dinamakan aksioma atau paradigma (Moleong, 2007).

Penelitian digambarkan sebagai penyelidikan yang sistematis dimana data


dikumpulkan, dianalisis dan diinterpretasi. Proses tersebut menggunakan beberapa
cara dalam upaya untuk memahami, menjelaskan, memprediksi atau mengontrol
fenomena yang diteliti. Jika langkah-langkah tersebut menggunakan kerangka
berbeda maka mempengaruhi cara mempelajari dan menginterpretasi sehingga
menyebabkan proses kerja berbeda pula. Ini adalah pilihan paradigma yang
ditetapkan dalam maksud dan tujuan penelitian.

Paradigma merupakan pola atau model tentang bagaimana sesuatu


distruktur (bagian dan hubungannya) atau bagaimana bagian-bagian berfungsi
(perilaku yang didalamnya ada konteks khusus atau dimensi waktu). Baker
(1992) dalam “Paradigms: The Business of Discovering the Future”,
mendefenisikan paradigma sebagai seperangkat aturan (tertulis atau tidak tertulis)
yang melakukan dua hal: (1) hal itu membangun atau mendefenisikan batas-batas;
dan (2) hal itu menceritakan kepada anda bagaimana seharusnya melakukan
sesuatu di dalam batas-batas itu agar bisa berhasil. (Moleong, 2007).

Penelitian merujuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan


menggunakan cara dan aturan metodelogi tertentu untuk memperoleh data atau
informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik
minat dan penting bagi peneliti . Sehingga dalam melakukan penelitian peneliti

1
tidak boleh melupakan landasan ilmu pengetahuan yang sudah sebelumnya
dibangun oleh filsafat ilmu. (Arikunto, 2014). Tidak semua topik, tema ataupun
bentuk sains dapat dijadikan sebagai sebuah ilmu. Setidaknya ada empat syarat
sebuah ilmu, yaitu (1) objektif, (2) metodis, (3) sistematis dan (4) universal.
Syarat kedua memberikan celah bagi pengembangan ilmu pengetahuan melalui
penelitian. IPA sudah memenuhi keempat syarat tersebut sehingga layak disebut
sebagai Ilmu.

Dalam penelitian terdapat empat paradigma yang memayungi, yaitu (1)


Positivisme, (2) Post-Positivisme, (3) Kritis dan (4) Post modernisme. Keempat
paradigma tersebut tentu saja memandang sains dari sudut pandang yang berbeda.
Ritzer (2005) menyebut paradigma sebagai sebuah landasan awal subjek dalam
sebuah ilmu. Lebih lanjut lagi, Ritzer (2005) menyebutkan bahwa paradigma
haruslah memuat empat komponen, yaitu (1) Apa yang harus dipelajari, (2)
Pertanyaan apa yang harus dilontarkan, (3) Bagaimana pertanyaan tersebut
dilontarkan, dan (4) Peraturan apa saja yang harus diikuti dalam menafsirkan
jawabanjawaban yang akan muncul. Setiap penilitian memiliki paradigma masing-
masing. Tanpa paradigma sebagai langkah pertama, maka tidak ada dasar pilihan
untuk selanjutnya mengenai desain penelitian yang dilakukan.

Berdasarkan latar belakang tersebut pada makalah ini penulis akan


membahas paradigma penelitian khususnya paradigma riset dengan pendekatan
kritis dan riset post modernims.

2. Rumusan masalah
1) Apa yang dimaksud dengan paradigma penelitian?
2) Bagaimana paradigma action research?
3) Bagaimana paradigma penelitian post modernims?
3. Tujuan
1) Mengetahui pengertian paradigma penelitian
2) Mengetahui paradigm action research
3) Mengetahui paradigma riset post modernism

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PARADIGMA PENELITIAN

Paradigma itu sendiri berasal dari bahasa yunani para (di samping, di
sebelah, dan dikenal) dan digma (model, teladan, arketif, dan ideal). Secara
etimologis paradigma diartikan sebagai suatu model, teladan arketif, dan ideal.
Adapun yang dimaksud dengan arketif adalah model atau pola yang mula-mula,
berdasarkan pola asal ini kemudian dibentuk atau dikembangkan hal yang baru
(Jalaludin, 2013). Kata “paradeigma” berasal dari kata “paradignunai” yang
tersusun dari prefix “para-” artinya disamping/disisi, dan kata “deiknunai” artinya
menunjukkan. Jadi, paradignunai memiliki pengertian penggambaran atau
representasi dari suatu hal. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), paradigma diartikan sebagai model dalam teori ilmu pengetahuan atau
kerangka berpikir.

Paradigma menurut Harmon paradigma adalah cara mendasar untuk


mempersepsi, berpikir, menilai dan melakukan yang berkaitan dengan sesuatu
secara khusus tentang realitas. Capra mendefinisikan paradigma sebagai konsep,
nilai-nilai persepsi dan praktek yang dialami bersama oleh masyarakat, yang
membentuk visi khusus tentang realitas sebagai dasar tentang cara
mengorganisasikan dirinya. Baker mendefinisikan paradigm sebagai seperangkat
aturan (tertulis atau tidak tertulis) yang melakukan dua hal : (1) hal itu
membangun atau mendefinisikan batas-batas; dan (2) hal itu menceriterakan
kepada seseorang bagaimana seharusnya melakukan sesuatu di dalam batas-batas
itu agar bisa berhasil. (Moleong, 2012).

Menurut Agus Salim (2006) dalam bukunya Teori dan Paradigma Penelitian
Sosial menyatakan bahwa paradigma tergantung pada sudut pandang yang
digunakan. Sebagian orang, paradigma sebagai fundamental pokok permasalahan
didalam suatu ilmu. Paradigma menggariskan hal yang seharusnya dipelajari,
pernyataan-pernyataan yang seharusnya dikemukakan dan kaidah-kaidah yang
seharusnya diikuti dalam menafsirkan jawaban yang diperoleh. Disebutkan pula,

3
paradigma laksana jendela untuk mengamati dunia luar maka sering kali
paradigma disebut dengan perspektif

B. PARADIGMA PENELITIAN ACTION RESEARCH

1. ACTION RESEARCH
(1) Pengertian Action Research

Menurut Kemmis dalam bukunya yang berjudul The Action Research


Reader (1997), Action research dikenalkan pertama kali oleh Lewin di Inggris
pada tahun 1933. Metode ini berkembang terus dan menyebar ke seluruh penjuru
dunia dan dikenal di Australia baru sekitar tahun 1970-an. Mc Taggart (1997)
mengemukakan action research merupakan penelitian collective self-reflective
yang dilakukan oleh partisipan dalam ilmu sosial dan pendidikan untuk
memperbaiki pemahaman dan pelaksanaan pekerjaannya sendiri, dan juga
membawa dampak pada lingkungan di sekitarnya. Grundy (1995) menjelaskan
bahwa Action Research merupakan usaha perbaikan pemahaman, cara dan
kondisi yang dilakukan secara kolaboratif. Hal ini juga ditegaskan oleh Sagor
(1992) yang mengatakan: Action Research is conducted by people who want to
do something to improve their own situation.

Dalam bidang pendidikan, sukamto (1996) penelitian tindakan adalah


sekelompok kegiatan dalam pengembangan kurikulum, staf, sekolah, sistem dan
kebijakan. Kegiatan-kegiatan tersebut mempunyai kesamaan dalam aspek
identifikasi strategi dari suatu tindakan terencana yang kemudian dilaksanakan,
dan secara sistematis diamati, direfleksikan dan dimodifikasi. Menurut Hopkins
(1993) yang mengatakan PTK adalah penelitian tindakan yang dilakukan oleh
guru untuk memperbaiki dan atau mengembangkan cara mengajar guru.

Berdasar dari pengertian action research yang telah dikemukakan para ahli
maka dapat disimpulkan , action research (penelitian tindakan) merupakan
penelitian pada upaya pemecahan masalah atau perbaikan yang dirancang
menggunakan metode penelitian tindakan yang bersifat reflektif dan kolaboratif.
Action research pada dasarnya membantu praktisi dalam mengidentifikasi,

4
menilai pengembangan proses, dan mengevaluasi hasil yang mereka tetapkan dan
implementasikan.

Action research digunakan untuk mengatasi permasalahan spesifik dalam


dunia pendidikan. Permasalahan ini mungkin sulit teratasi dengan waktu yang
terbatas (Watters, 1998). Action research menyediakan peluang bagi pendidik
untuk merefleksi praktek pembelajarannya. Pada lingkup sekolahan action
research menawarkan cara untuk pengembangan staf, pengembangan pofesional,
dan menyelesaikan / mengatasi permasalahan yang ada disekolah. Pada faktanya,
lingkup atau cakupan action research menyediakan cara untuk meningkatkan mutu
kualitas guru/pendidik (Cresweel, 2014).

(2) Kaitan Action Research dengan Model Penelitian Lain

Jika dibandingkan dengan penelitian dekskriptif atau eksperimen, penelitian


tindakan sudah berada jauh di depan.

 Penelitian dekskriptif dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi atau


data tentang fenomena yang diteliti misalnya kondisi sesuatu atau kejadian,
disertai dengan informasi tentang factor penyebab sehingga mungkin
muncul kejadian yang dideskripsikan secara rinci, urut, dan jujur.
 Penelitian eksperimen dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi atau
data tentang akibat dari suatu treatment atau perlakuan. Penelitian
eksperimen dilakukan untuk mengetes suatu hipotesis yang dilandasi
dengan hipotesis yang kuat akan adanya hubungan sebab akibat antara dua
variabel. Setelah diketahui misalnya model pembelajaran mana yang lebih
baik memberikan hasil, peneliti diharapkan mempunyai niat untuk
melanjutkan hasil tersebut dengan penelitian yang lebih intensif dalam
bentuk penelitian tindakan.

Simpulannya adalah jika dibandingkan dengan penelitian lain, penelitian


tindakan sudah lebih jauh ke depan. Penelitian tindakan bukan lagi mengetes
sebuah perlakuan, tetapi sudah mempunyai keyakinan akan ampuhnya suatu
perlakuan, selanjutnya dalam penelitian tindakan ini peneliti langsung
menerapkan perlakuan tersebut dengan hati-hati seraya mengikuti langkah dari

5
proses serta dampak perlakuan dimaksud. Perbedaan yang nyata adalah bahwa
penelitian tindakan tidak mengenal populasi dan sampel, karena dampak
perlakuannya hanya berlaku bagi subyek yang dikenai tindakan saja (Arikunto,
2014).

(3) Langkah-langkah Penelitian Tindakan

Penelitian tindakan kelas merupakan proses pengkajian melalui sistem


berdaur atau siklus dari berbagai kegiatan pembelajaran. Kemmis dan Mc Taggart
(dalam Arikunto, 2014) menyatakan prosedur penelitian tindakan dilaksanakan
dengan 4 kegiatan utama atau tahapan yaitu planning (perencanaan), action
(tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Alur
pelaksanaannya seperti berikut:

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan

?
Gambar 1. Desain penelitian, menurut Kemmis dan Taggart
(Arikunto, 2014)

Secara ringkas tahapan kegiatan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:


a. Planning (Perencanaan)
Rencana merupakan kegiatan pokok pada tahap awal yang harus dilakukan
guru sebelum melakukan PTK. Menyusun perencanaan yang baik membuat guru
pelaksana PTK akan lebih mudah untuk mengatasi kesulitan dan mendorong
guru untuk bertindak dengan lebih efektif. Sebagai bagian dari perencanaan,
guru sebagai peneliti harus berkolaborasi (bekerja sama) dan berdiskusi dengan

6
teman sejawat untuk membangun kriteria dan kesamaan bahasa dan persepsi
dalam merancang tindakan perbaikan.
b. Action (Pelaksanaan Tindakan)
Jika semua perencanaan tindakan telah disiapkan, maka langkah
selanjutnya adalah melaksanakan tindakan perbaikan yang telah direncanakan.
Kegiatan pelaksanakan tindakan dilaksanakan sesuai jadwal yang ditetapkan dan
pada saat yang bersamaan kegiatan pelaksanaan tindakan ini juga diikuti dengan
kegiatan observasi.
c. Observation (Pengamatan)
Pengamatan ini berfungsi untuk melihat dan mendokumentasikan
pengaruh-pengaruh yang diakibatkan oleh tindakan dalam kelas. Hasil
pengamatan ini merupakan dasar dilakukannya refleksi sehingga pengamatan
yang dilakukan harus dapat menceritakan keadaan yang sesungguhnya. Dalam
pengamatan, hal-hal yang perlu dicatat oleh peneliti adalah proses dari tindakan,
efek-efek tindakan, lingkungan dan hambatan-hambatan yang muncul.
d. Reflection (Refleksi)
Kegiatan refleksi meliputi kegiatan: analisis, sistesis, penafsiran
(penginterprestasian), menjelaskan dan menyimpulkan. Hasil dari refleksi adalah
diadakannya revisi terhadap perencanaan yang telah dilaksanakan, yang akan
dipergunakan untuk memperbaiki kinerja guru pada pertemuan selanjutnya.
Refleksi dalam PTK adalah upaya untuk mengkaji apa yang telah terjadi
dan/atau tidak terjadi, apa yang telah dihasilkan atau yang belum berhasil
dituntaskan dengan tindakan perbaikan yang telah dilakukan. Hasil refleksi itu
digunakan untuk menetapkan langkah lebih lanjut dalam upaya mencapai tujuan
PTK. Dengan kata lain, refleksi merupakan kajian terhadap keberhasilan atau
kegagalan dalam pencapaian tujuan sementara, dan untuk menentukan tindak
lanjut dalam rangka pencapaian berbagai tujuan sementara lainnya.

(4) Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK)


PTK memiliki karakterlistik tersendiri sebagai pembeda dengan
penelitian-penelitian lainya. Adapun beberapa karakteristik tersebut adalah:
1) PTK hanya dilakukan oleh guru yang memahami bahwa proses
pembelajaran perlu diperbaiki dan ia terpanggil jiwanya untuk
memberikan tindakan-tindakan tertentu untuk membenahi masalah dalam
proses pembelajaran dengan cara melakukan kolaborasi. Menurut Usman

7
(dalam Daryanto, 2011) guru dengan kompetensi tinggi merupakan
seorang yang memiliki kemampuan dan keahlian serta keterampilan dalam
bidangnya, sehingga ia dapat melakukan fungsi dan tugasnya sebagai
pengajar dan pendidik dengan maksimal.
2) Refleksi diri, refleksi merupakan salah satu ciri khas PTK yang paling
esensial. Dan ini sekaligus sebagai pembeda PTK dengan penelitian
lainnya yang menggunakan responden dalam mengumpulkan data,
sementara dalam PTK pengumpulan data dilakukan dengan refleksi diri
(Sukmadinata, 2009).
3) Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di dalam “kelas” sehingga interaksi
antara siswa dengan guru dapat terfokuskan secara maksimal. “kelas” yang
dimaksud di sini bukan hanya ruang yang berupa gedung, melainkan
“tempat” berlangsungnya proses pembelajaran antara guru dan murid
(Suwandi, 2004).
4) PTK bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran secara terus
menerus. PTK dilaksakan secara berkesinambungan di mana setiap siklus
mencerminkan peningkatan atau perbaikan. Siklus sebelumnya merupakan
patokan untuk siklus selanjutnya, sehingga diperoleh model pembelajaran
yang paling baik (Daryanto, 2011).
5) PTK merupakan salah satu indikator dalam peningkatan profesionalisme
guru, karena PTK memberi motivasi kepada guru untuk berfikir kritis dan
sistematis, membiasakan guru untuk menulis, dan membuat catatan yang
dapat. menunjang kemampuan guru dalam pembelajaran (Daryanto, 2011).
6) PTK bersifat fleksibel sehingga mudah diadaptasikan dengan keadaan
kelas. Dengan demikian proses pembelajaran tidak monoton oleh satu
model saja (Widayati, 2008).
7) PTK menggunakaan metode kontekstual. Artinya variabel-variabel yang
akan dipahami selalu berkaitan dengan kondisi kelas itu sendiri, sehingga
data yang diperoleh hanya berlaku untuk kelas itu saja dan tidak dapat
digeneralisasikan dengan kelas lain (Widayati, 2008).
8) PTK dalam pelaksanaannya terbagi dalam beberapa pembagian waktu atau
siklus (Sukardi, 2011).
9) PTK tidak diatur secara khusus untuk memenuhi kepentingan penelitian
semata, melainkan harus disesuaikan dengan program pembelajaran yang
sedang berjalan di kelas tersebut (Sanjaya, 2010).

8
(5) Kelebihan dan Kekurangan Action Research

Shumsky (Suwarsih Madya, 1994) menjelaskan kelebihan–kelebihan


penelitian tindakan, antara lain:
a. Kerjasama dalam Action Research menimbulkan rasa memiliki. Kerjasana
dalam Action Research memberikan ajang untuk menciptakan kelompok
dasar yang baru dan meendorong lahirnya rasa keterikatan.
b. Kerjasama dalam Action Research mendorong kreativitas dan pemikiran
kritis . Melalui interaksi dengan orang lain dalam melakukan pekerjaan,
seseorang akan menemukan bahwa setiap manusia memiliki kekurangan
dan kelebihan.
c. Kerjasama meningkatkan kemungkinan untuk berubah. Mencoba sesuatu
yang baru selalu mengandung resiko. Ketika seluruh kelompok
menanggung resiko, resiko perseorangan akan banyak berkurang.
Penelitian tentang dinamika kelompok menunjukkan bahwa seseorang
sebagai anggota kelompok lebih mudah berubah dibandingkan dengan
orang yang bukan anggota kelompok.
d. Kerjasama dalam penelitian mampu meningkatkan kesepakatan. Seperti
dianalisis oleh Passow, Miles, Corey, dan Draper (1985), perilaku yang
diinginkan dari peneliti tindakan dalam situasi kelompok adalah peneliti
tindakan merupakan orang yang tidak merasa bahwa dia memiliki semua
fakta dan mengetahui semua jawaban. Dia mencoba mengumpulkan semua
fakta dan secara cermat menilai dan menguraikan masalahnya.

Selain memiliki beberapa kelebihan, penelitian tindakan juga memiliki


beberapa kekurangan. Kekurangan-kekurangan itu adalah:
a. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam teknik dasar penelitian
tindakan pada fihak peneliti. Peneliti tindakan lazimnya dilakukan oleh
para praktisi, seperti guru, pelatih, pengelola, dan pengawas yang selalu
peduli akan ketimpangan atau kekurangan yang ada dalam situasi kerjanya
dan berkehendak untuk memperbaikinya.
b. Waktu yang diperlukan oleh peneliti lama. Oleh karena penelitian tindakan
memerlukan komitmen peneliti untuk terlibat dalam prosesnya, maka
waktu menjadi faktor penghambat. Praktisi yang ingin melakukan

9
penelitian tindakan harus membagi waktunya untuk melakukan tugas
rutinnya dan untuk melakukan penelitian tindakan. Hal itu dapat berakibat
pada merosotnya efisiensi dan efektivitas kerja.
c. Perbedaan konsepsi dalam kelompok. Proses kelompok dapat berjalan
lancar jika pemimpin kelompok itu demokratis, yaitu seseorang yang
memungkinkan para anggotanya ikut mengendalikan jalannya diskusi.
d. Kekurangan lainnya adalah mengajak orang lain untuk berubah. Pada
umumnya orang akan menentang perubahan karena perubahan berarti
kerja keras, dan perubahan melalui penelitian tindakan benar-benar
menuntut penyediaan tenaga, pikiran, waktu, dan sikap yang baru.

2. Metode Research & Development


Metode penelitian dan pengembangan atau disebut juga Research &
Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasikan
produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Supaya
menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang berssifat analisis
kebutuhan dan untuk menguji keefektifan produk tersebut supaya dapat
berfungsi di masyarakat luas, maka diperlukan penelitian untuk menguji
keefektifan produk tersebut.

Sugiyono (2014) menyatakan bahwa, Research and Development,


terdiri atas dua kata yaitu Research (Penelitian) & Development
(Pengembangan). Kegiatan utama adalah: pertama melakukan penelitian dan
studi literatur untuk menghasilkan rancangan produk tertentu dan kegiatan
kedua adalah pengembangan yaitu menguji efektivitas, validitas rancangan
yang telah dibuat, sehingga menjadi produk yang teruji dan dapat
dimanfaatkan masyarakat luas.Untuk dapat menghasilkan produk tertentu
digunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk menguji
keefektifan produk tersebut supaya dapat berfungsi di masyarakat luas, maka
diperlukan penelitian untuk menguji keefektifan produk tersebut.

Sukmadinata (2012) menyatakan bahwa penelitian dan pengembangan


merupakan proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk
baru atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat
dipertanggungjawabkan. Produk tersebut tidak selalu berbentuk benda atau

10
perangkat keras (hardware), seperti buku, model, alat bantu pembelajaran di
kelas atau di laboratorium, tetapi bisa juga perangkat lunak (software), seperti
program komputer untuk pengolahan data, pembelajaran di kelas,
perpustakaan atau laboratoirum, ataupun model-model pendidikan,
pembelajaran, pelatihan, bimbingan, evaluasi, manajemen, dll.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, dapat dipahami bahwa


penelitian dan pengembangan (R&D) adalah suatu proses kajian sistematik
untuk mengembangkan dan memvalidasi produk yang digunakan dalam
pendidikan. Produk yang dikembangkan/dihasilkan antara lain berupa bahan
pelatihan untuk guru, materi ajar, media pembelajaran, soal-soal, dan sistem
pengelolaan dalam pembelajaran.

Metode yang digunakan dalam penelitian dan pengembangan yakni:

1. Deskriptif, Menghimpun data kondisi yang ada : Kondisi produk sudah


ada bahan perbandingan produk yang akan dikembangkan Kondisi pihak
pengguna: sekolah, guru, kepala sekolah, siswa, dll. Kondisi faktor
pendukung dan penghambat : manusia, sarana-prasarana, biaya,
pengelolaan& lingkungan.
2. Evaluation, Digunakan untuk mengevaluasi proses ujicoba
pengembangan suatu produk. Produk dikembangkan melalui serangkaian
ujicoba, dan setiap kegiatan ujicoba diadakan evaluasi, baik hasil maupun
proses. Berdasarkan temuan ujicoba diadakan penyempurnaan.
3. Eksperimen, Digunakan untuk menguji keampuhan produk yang
dihasilkan. Pada ujicoba pengukuran baru dalam kerangka
pengembangan produk. Pemilihan kelompok ksperimen dan kelompok
control dilakukan secara random. Perbandingan hasil 2 kelompok
eksperimen menunjukkan tingkat keampuhan dari produk yang
dikembangkan.
Menurut Sugiyono (2014), langkah-langkah penelitian dan
pengembangan ada sepuluh langkah sebagai berikut: (1) Potensi dan
masalah, (2) Pengumpulan data, (3) Desain produk, (4) Validasi desain, (5)

11
Revisi desain, (6) Ujicoba produk, (7) Revisi produk, (8) Ujicoba pemakaian,
(9) Revisi produk, dan (10) Produksi missal.

Kelebihan dan Kekurangan Penelitian dan Pengembangan (Research


and Development). Menurut Hidayat (2009), kelebihan dan kelemahan
Pendekatan Research dan Development adalah:
1. Kelebihan
a. Pendekatan R & D mampu menghasilkan suatu produk/model yang
memiliki nilai validasi tinggi, karena produk tersebut dihasilkan
melalui serangkaian uji coba di lapangan dan divalidasi oleh ahli.
b. Pendekatan R & D akan selalu mendorong proses inovasi
produk/model yang tiada henti/memiliki nilai suistanibility yang
cukup baik sehingga diharapkan akan ditemukan produk-
produk/model-model yang selalu aktual sesuai dengan tuntuan
kekinian.
c. Pendekatan R & D merupakan penghubung antara penelitian yang
bersifat teoritis dengan penelitian yang bersifat praktis.
d. Metode penelitian yang ada dalam R & D cukup komprehensif,
mulai dari metode deskriptif, evaluatif dan eksperimen.
2. Kelemahan
a. Pada prinsipnya pendekatan R & D memerlukan waktu yang relatif
panjang; karena prosedur yang harus ditempuhpun relatif kompleks.
3. Pendekatan R & D dapat dikatakan sebagai penelitian “here and now”,
penelitian R & D tidak mampu digeneralisasikan secara utuh, karena pada
dasarnya penelitianR & D permodelannya pada sampel bukan pada populasi

C. PARADIGMA PENELITIAN POST MODERNISM

Postmodernisme adalah suatu pergerakan ide yang menggantikan ide-


ide zaman modern. Zaman Modern dicirikan dengan pengutamaan rasio,
objektivitas,totalitas, strukturalisasi / sistematisasi, universalisasi tunggal dan
kemajuan saints. Postmodern memiliki ide cita-cita, ingin meningkatkan
kondisi sosial,budaya dan kesadaran akan semua realitasserta perkembangan
dalam berbagai bidang. Postmodern mengkritik modernisme yang dianggap
telah menyebabkansentralisasi dan universalisasi ide di berbagai bidang ilmu

12
dan teknologi, dengan pengaruhnya yang mencengkram kokoh dalam
bentuknya globalisasi dunia (Louis Leahy, 1985)

1. Ragam Pendekatan Postmodern

Pendekatan dalam penelitian postmoderen dikenal dengan


pendekatan dekonstruksi, karena karekteristik teoritik metodologik paling
dasar dan esensial dari postmoderen, adalah mendekontruksi. Noeng
Muhadjir (2000) menggunakan tiga istilah untuk pendekatan ini yaitu
poststruktural, postmodernsme dan postpardigmatik.

1. Post strukturalis Derrida

Jacques Derrida dikenal sebagai tokoh dekonstruksi studi


sastra yang pertama. Dalam jangka panjang studi sastra hanya
mengenal strukturalisme positivistic (linguistik moderen) dari
Ferdinand de Saussere, dilanjutkan strukturalisme sosial yang
postpositivistik sampai ke hermeneutic. Konstruk logic kebahasaan
: logosentrisme “oleh Derrida dikonstruk. Bagi Derrida teks bukan
sekedar kumpulan tanda-tanda, melainkan merupakan “ rajutan”
yang maknanya terajut dalam keseluruhan teks, dalam teksualitas.
Banyak ahli sebelum Derrida berpendapat bahwa bahasa sebagai
tanda atau symbol itu adalah bahasa lisan (yang mungkin pula
dapat ditulisakan); tetapi yang penting adalah bahsa lisan (tuturan).
Bagi Derrida bahasa lisan dan bahasa tilisan ada, dan yang tulisan
lebih penting.
Para ahli membedakan antara symbol dan tanda. Simbol
mempunyai hubungan natural dengan yang ditunjuknya, sedangkan
tanda bersifat arbiter. Derrida menolak perbedaan antara tanda dan
symbol. Bagi Derrida symbol atau tanda itu bersifat arbiter,
pemaknaannya tidak bersifat logosentris.Makna bahasa dalam
suatu teks dapat berbeda dengan makna dalam teks lain. Mencari
makna dapat ditempuh dengan pembacaan heuristic dan dapat
ditempuh dengan pembacaan hermeneutik. Dalam strukturalis
pembacaan sesuai dengan hokum-hukum logosentrisme, sedangkan

13
pada poststrukturalis pembacaan untuk mencari makna lebih
terbuka, karena setiap tanda itu bersifat arbiter.

2. Postmodernisme Loytard

Jean-Francois Loytard ( 1984 ) dikenal sebagai tokoh yang


pertama kali mengenalkan konsep postmodernisme dalam filsafat.
Meraih gelar Doktor tahun 1971 di Universitas Sorbone dalam
bahasa dan bergabung pada gerakan marxis. Kerangka
pemikirannya menggabungkan antara Marxis dan psikoanalisis
Freud. Pemikiran postmodernnya berkembang setelah melihat
kenyataan sejarah hilangnya daya pikat seperti perjuangan
sosialisme, runtuhnya komunisme, melihat gagalnya modernitas,
kejadian-kejadian “ Auschwich” yang tak terfahami secara rasional,
modernitas dalam kesatuan ideal yang menjadi terpecah-pecah, dan
berlanjut 10 tahun setelah buku pertamanya tentang postmodern
terbit (1986).
Posmo menolak idee otonomi aesthetic dari modernis. Seni
tidak dapat dipisahkan dari lingkungan politik dan sosial, dan
menolak pemisahan antara legitimate art dengan popular calture.
Posmo menolak hirarkhi, genealogik, menolak kontinuitas, dan
perkembangan. Posmo bukan membuat destruksi terhadap
modernitas. Posmo beruipaya mempersentasikan yang tidak dapat
dipresentasikan oleh modernism, demikian Lyotard. Mengapa
modernisme tidak dapat mempersentasikan karena logikanya masih
terikat pada standard logic, sedangkan posmo mengembangkan
kemampuan kreatif membuat makna-makna baru menggunakan
unstandard logic.Dominasi luar biasa dari technoscience dalam
kebudayaan, melewati kebutuhan manusia; sehinga tehnoscience
memperburuk krisis kemanusiaan, demikian Lyotard.

3. Postparadigmatik

Tentang kebenaran struktural paradigmatic, Thomas Kuhn


mengemukakan bahwa konstruksi paradigma antara lan: momot

14
kesesuaian observasi dengan paradigma, mencakup phenomena
tambahan dan menetapkan nilai universal konstan. Kebenaran
postparadigmatik mengakui bahwa sangat mungkin sekali
observasi baru dan phenomena tambahan tidak sesuai dengan
paradigma yang ada, sehingga juga tidak dapat ditetapkan nilai
universal konstan. Kebenaran universal itu tumbuh terus skopnya,
isinya, dan dimensinya, tak terduga, karena manusia berkelanjutan
bersifat aktif kreatif dan mengembangkan terus maknanya.
Dalam berfikir moderen: kontradiksi, kontroversi,
paradoks dan dilemma itu indikasi lemahnya teori. Tetapi dalam
berfikir postmodern tata pikir tersebut dapat mernjadi inventif atau
inovatif.Small is Beautifulnya, Schumacher menampilkan
kontroversi. Dalam alur berfikir dunia pada waktu itu (1973)
semakin besar akan semakin kuat dan semakin hebat, Schumacher
menampilkan yang kecil juga dapat hebat.Alvin Toffler
menampilkan kontroversi yang lain. Sampai tahun 1980,
perkembangan sejarah peradaban ditahapkan menjadi masa
berburu, bercocok tanam dan berdagang. Toffler dengan The Third
wave (1980) menampilkan pentahapan sejarah yang berbeda, yaitu
berdasar energi yang digunakan.
Noeng Muhadjir mengetengahkan bahwa untuk
kepentingan pendidikan generasi muda, sejarah penjajahan 350
tahun oleh kolonealisme perlu direkonstruksi menjadi sejarah
perlawanan berkelanjutan selama 350 tahun. Sampai 1908
perlawanan terhadap kolonialisme berlangsung lewat perang, dan
sejak 1908 perlawanan terhadap kolonialisme dilakukan dengan
perjuangan politik, dan akhirmya lewat perlawanan bersenjata
bangsa Indonesia menjadi merdeka.Schumacher, Toffler dan Noeng
Muhadjir telah mengetengahkan berfikir postmodern :
postparadigmatik.

2. Pengaruh Postmodernisme terhadap kurikulum 2013

Postmodernisme berpandangan bahwa pendidikan seharusnya

15
tidak hanya dibebankan pada sekolah saja namun harus disebarkan
melalui kerja-kerja, sejalan dengan Postmodernisme yang mengusung
tema pluralitas, heterogenitas serta deferensiasi. Postmodern merupakan
masa keterbukaan untuk melihat hal-hal baru, yang berbeda sambil
menolak kecenderungan apatis dan ketaatan pada suatu otoritas, tatanan,
atau kaidah baru. Postmodernisme juga mengkritisi dalam dunia
pendidikan, yang dipertanyakannya kualitas institusi pendidikan dalam
memberikan transformasi nilai dan pengetahuan.

Pendidikan dewasa ini tidak lagi diartikan sebagai satu-satunya


sumber atau pusat transformasi nilai dan pengetahuan dan guru bukan
dianggap sebagai satu-satunya sumber ilmu pengetahuan yang selalu
diakui kebenarannya dalam membangun dan mencerdaskan bangsa.
Peran pendidikan selain tanggung jawab sekolah juga harus melibatkan
masyarakat, baik berupa pendidikan formal maupun informal. Kritik
postmodernisme atas situasi masyarakat modern sebenarnya juga
merupakan kritik atas proses pendidikan yang hanya mengedepankan
satu aspek dari keseluruhan nilai yang dimiliki manusia.
Kurikulum 2013 sudah membuktikan adanya postmodernisme di
dunia pendidikan Indonesia. Kehadiran posmodernisme di bidang
pendidikan memberikan warna baru dan memberikan pesan kritis atas
anggapan atau tradisi yang selama ini diyakini kebenarannya. Peralihan
kewenangan secara penuh ini mencitrakan sebuah demokrasi pendidikan.
Artinya, masyarakat dan sekolah berkepentingan dan bertanggungjawab
secara optimal atas kemajuan sebuah penyelenggaraan pendidikan.
Melalui persiapan bidang pendidikan yang baik, maka komponen
kurikulum dan pengangkatan guru misalnya akan dapat disesuaikan
dengan kebutuhan dan kepentingan masyarakat, sesuai dengan kesiapan
sumberdaya alam, dan sumberdaya manusia. Prinsip ini jelas menuntut
kesiapan SDM agar penentuan kurikulum berbasiskan kompentensi dapat
diwujudkan dan dihasilkan secara optimal.

16
BAB 3
PENUTUP

A. SIMPULAN
Paradigma menggariskan hal yang seharusnya dipelajari,
pernyataan-pernyataan yang seharusnya dikemukakan dan kaidah-kaidah
yang seharusnya diikuti dalam menafsirkan jawaban yang diperoleh.
Disebutkan pula, paradigma laksana jendela untuk mengamati dunia luar
maka sering kali paradigma disebut dengan perspektif.
Research (penelitian tindakan) merupakan penelitian pada upaya
pemecahan masalah atau perbaikan yang dirancang menggunakan
metode penelitian tindakan yang bersifat reflektif dan kolaboratif. Action
research pada dasarnya membantu praktisi dalam mengidentifikasi,
menilai pengembangan proses, dan mengevaluasi hasil yang mereka
tetapkan dan implementasikan.
Penelitian dan Pengembangan (R&D) adalah suatu proses kajian
sistematik untuk mengembangkan dan memvalidasi produk yang
digunakan dalam pendidikan. Produk yang dikembangkan/dihasilkan
antara lain berupa bahan pelatihan untuk guru, materi ajar, media
pembelajaran, soal-soal, dan sistem pengelolaan dalam pembelajaran.

17
18
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2014. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Cresswel, J.W. 2014. Educational Research: Planning, Conducting and Evaluating


Quantitative and Qualitative Research. New Jersey: Pearson Merrill Prentice Hall

Daryanto. 2011. Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah


beserta Contoh- Contohnya. Jurnal Pendidikan, Pembelajaran, dan
Penelitian Tindakan Kelas UniversitasSerambiMekkah. 1 (1): 2-17.

Hopkins, David.1993. A Teacher’s Guide to Classroom Research. Philadelpia:


Open University Press.
Louis Leahy, Manusia Sebuah Misteri;sintesa filosofis makhluk paradox (Jakarta:
Gramedia, 1985)271

Lyotard, Jean Francois. 1984. The Postmodern Condition: A.Reporton


Knowledge. Minneapolis: University of Minnesofa Press.

Mctaggart, R. 1991. Action Research. Melbourne: Deakin University Press.

Muhadjir, Noeng. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi IVYogyakarta:


Rake Sarasin.

Ritzer, George. 2005. Encyclopedia of Social Theory: Volume II. California: Sage
Publication

Sanjaya, Wina. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media
Grou

Sukardi, 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara

Sukamto. 1996. Pedoman Penelitian Terapan untuk Guru Kejuruan. Yogyakarta:


Lemlit IKIP Yogyakarta.

Sukmadinata, N.S. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja


Rosda Karya.

Suwandi, S. 2004. Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Strategi Peningkatan.


Jurnal Pendidikan Profesionalisme Guru. 1 (2), 115-131

Suwarsih Madya. (1999). Panduan Penelitian Tindakan. Yogyakarta: Lembaga


Penelitian IKIPYogyakarta.

Toffler, Alvin, 1980, The Third Wave, _______: Pan Books.

19
Widayati, Ani. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jurnal Pendidikan Akuntansi
Indonesia, 6 (1)

20

You might also like