Professional Documents
Culture Documents
Paradigma Penelitian
Paradigma Penelitian
Oleh:
Dwi Prasetyo 0402517011
Gogo Prayogo 0402517003
Kurniahtunnisa 0402517015
Dosen Pengampu:
Dr. Saiful Ridlo, M.Si
Dr. Wiwi Isnaeni, M.s
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA (PEND.BIOLOGI)
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan pada Allah SWT yang Maha Pengasih lagi
kekurangan baik dari segi isi maupun bahasa. Penulis masih mengharapkan saran
dan kritik agar dapat memperbaiki makalah tentang Paradigma Critical Research
dan Post Modernims ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
pembacanya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman Sampul..............................................................................................i
Kata Pengantar..................................................................................................ii
Daftar Isi...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
1. Latar Belakang......................................................................................1
2. Rumusan Masalah................................................................................2
3. Tujuan ..................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................3
1. Pardigma Penelitian..............................................................................3
2. Paradigma Penelitian Action Research................................................4
3. Paradigma Penelitian Post Modernism................................................
1. Simpulan...............................................................................................
2. Saran ....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
1
tidak boleh melupakan landasan ilmu pengetahuan yang sudah sebelumnya
dibangun oleh filsafat ilmu. (Arikunto, 2014). Tidak semua topik, tema ataupun
bentuk sains dapat dijadikan sebagai sebuah ilmu. Setidaknya ada empat syarat
sebuah ilmu, yaitu (1) objektif, (2) metodis, (3) sistematis dan (4) universal.
Syarat kedua memberikan celah bagi pengembangan ilmu pengetahuan melalui
penelitian. IPA sudah memenuhi keempat syarat tersebut sehingga layak disebut
sebagai Ilmu.
2. Rumusan masalah
1) Apa yang dimaksud dengan paradigma penelitian?
2) Bagaimana paradigma action research?
3) Bagaimana paradigma penelitian post modernims?
3. Tujuan
1) Mengetahui pengertian paradigma penelitian
2) Mengetahui paradigm action research
3) Mengetahui paradigma riset post modernism
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PARADIGMA PENELITIAN
Paradigma itu sendiri berasal dari bahasa yunani para (di samping, di
sebelah, dan dikenal) dan digma (model, teladan, arketif, dan ideal). Secara
etimologis paradigma diartikan sebagai suatu model, teladan arketif, dan ideal.
Adapun yang dimaksud dengan arketif adalah model atau pola yang mula-mula,
berdasarkan pola asal ini kemudian dibentuk atau dikembangkan hal yang baru
(Jalaludin, 2013). Kata “paradeigma” berasal dari kata “paradignunai” yang
tersusun dari prefix “para-” artinya disamping/disisi, dan kata “deiknunai” artinya
menunjukkan. Jadi, paradignunai memiliki pengertian penggambaran atau
representasi dari suatu hal. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), paradigma diartikan sebagai model dalam teori ilmu pengetahuan atau
kerangka berpikir.
Menurut Agus Salim (2006) dalam bukunya Teori dan Paradigma Penelitian
Sosial menyatakan bahwa paradigma tergantung pada sudut pandang yang
digunakan. Sebagian orang, paradigma sebagai fundamental pokok permasalahan
didalam suatu ilmu. Paradigma menggariskan hal yang seharusnya dipelajari,
pernyataan-pernyataan yang seharusnya dikemukakan dan kaidah-kaidah yang
seharusnya diikuti dalam menafsirkan jawaban yang diperoleh. Disebutkan pula,
3
paradigma laksana jendela untuk mengamati dunia luar maka sering kali
paradigma disebut dengan perspektif
1. ACTION RESEARCH
(1) Pengertian Action Research
Berdasar dari pengertian action research yang telah dikemukakan para ahli
maka dapat disimpulkan , action research (penelitian tindakan) merupakan
penelitian pada upaya pemecahan masalah atau perbaikan yang dirancang
menggunakan metode penelitian tindakan yang bersifat reflektif dan kolaboratif.
Action research pada dasarnya membantu praktisi dalam mengidentifikasi,
4
menilai pengembangan proses, dan mengevaluasi hasil yang mereka tetapkan dan
implementasikan.
5
proses serta dampak perlakuan dimaksud. Perbedaan yang nyata adalah bahwa
penelitian tindakan tidak mengenal populasi dan sampel, karena dampak
perlakuannya hanya berlaku bagi subyek yang dikenai tindakan saja (Arikunto,
2014).
Perencanaan
Pengamatan
Perencanaan
Pengamatan
?
Gambar 1. Desain penelitian, menurut Kemmis dan Taggart
(Arikunto, 2014)
6
teman sejawat untuk membangun kriteria dan kesamaan bahasa dan persepsi
dalam merancang tindakan perbaikan.
b. Action (Pelaksanaan Tindakan)
Jika semua perencanaan tindakan telah disiapkan, maka langkah
selanjutnya adalah melaksanakan tindakan perbaikan yang telah direncanakan.
Kegiatan pelaksanakan tindakan dilaksanakan sesuai jadwal yang ditetapkan dan
pada saat yang bersamaan kegiatan pelaksanaan tindakan ini juga diikuti dengan
kegiatan observasi.
c. Observation (Pengamatan)
Pengamatan ini berfungsi untuk melihat dan mendokumentasikan
pengaruh-pengaruh yang diakibatkan oleh tindakan dalam kelas. Hasil
pengamatan ini merupakan dasar dilakukannya refleksi sehingga pengamatan
yang dilakukan harus dapat menceritakan keadaan yang sesungguhnya. Dalam
pengamatan, hal-hal yang perlu dicatat oleh peneliti adalah proses dari tindakan,
efek-efek tindakan, lingkungan dan hambatan-hambatan yang muncul.
d. Reflection (Refleksi)
Kegiatan refleksi meliputi kegiatan: analisis, sistesis, penafsiran
(penginterprestasian), menjelaskan dan menyimpulkan. Hasil dari refleksi adalah
diadakannya revisi terhadap perencanaan yang telah dilaksanakan, yang akan
dipergunakan untuk memperbaiki kinerja guru pada pertemuan selanjutnya.
Refleksi dalam PTK adalah upaya untuk mengkaji apa yang telah terjadi
dan/atau tidak terjadi, apa yang telah dihasilkan atau yang belum berhasil
dituntaskan dengan tindakan perbaikan yang telah dilakukan. Hasil refleksi itu
digunakan untuk menetapkan langkah lebih lanjut dalam upaya mencapai tujuan
PTK. Dengan kata lain, refleksi merupakan kajian terhadap keberhasilan atau
kegagalan dalam pencapaian tujuan sementara, dan untuk menentukan tindak
lanjut dalam rangka pencapaian berbagai tujuan sementara lainnya.
7
(dalam Daryanto, 2011) guru dengan kompetensi tinggi merupakan
seorang yang memiliki kemampuan dan keahlian serta keterampilan dalam
bidangnya, sehingga ia dapat melakukan fungsi dan tugasnya sebagai
pengajar dan pendidik dengan maksimal.
2) Refleksi diri, refleksi merupakan salah satu ciri khas PTK yang paling
esensial. Dan ini sekaligus sebagai pembeda PTK dengan penelitian
lainnya yang menggunakan responden dalam mengumpulkan data,
sementara dalam PTK pengumpulan data dilakukan dengan refleksi diri
(Sukmadinata, 2009).
3) Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di dalam “kelas” sehingga interaksi
antara siswa dengan guru dapat terfokuskan secara maksimal. “kelas” yang
dimaksud di sini bukan hanya ruang yang berupa gedung, melainkan
“tempat” berlangsungnya proses pembelajaran antara guru dan murid
(Suwandi, 2004).
4) PTK bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran secara terus
menerus. PTK dilaksakan secara berkesinambungan di mana setiap siklus
mencerminkan peningkatan atau perbaikan. Siklus sebelumnya merupakan
patokan untuk siklus selanjutnya, sehingga diperoleh model pembelajaran
yang paling baik (Daryanto, 2011).
5) PTK merupakan salah satu indikator dalam peningkatan profesionalisme
guru, karena PTK memberi motivasi kepada guru untuk berfikir kritis dan
sistematis, membiasakan guru untuk menulis, dan membuat catatan yang
dapat. menunjang kemampuan guru dalam pembelajaran (Daryanto, 2011).
6) PTK bersifat fleksibel sehingga mudah diadaptasikan dengan keadaan
kelas. Dengan demikian proses pembelajaran tidak monoton oleh satu
model saja (Widayati, 2008).
7) PTK menggunakaan metode kontekstual. Artinya variabel-variabel yang
akan dipahami selalu berkaitan dengan kondisi kelas itu sendiri, sehingga
data yang diperoleh hanya berlaku untuk kelas itu saja dan tidak dapat
digeneralisasikan dengan kelas lain (Widayati, 2008).
8) PTK dalam pelaksanaannya terbagi dalam beberapa pembagian waktu atau
siklus (Sukardi, 2011).
9) PTK tidak diatur secara khusus untuk memenuhi kepentingan penelitian
semata, melainkan harus disesuaikan dengan program pembelajaran yang
sedang berjalan di kelas tersebut (Sanjaya, 2010).
8
(5) Kelebihan dan Kekurangan Action Research
9
penelitian tindakan harus membagi waktunya untuk melakukan tugas
rutinnya dan untuk melakukan penelitian tindakan. Hal itu dapat berakibat
pada merosotnya efisiensi dan efektivitas kerja.
c. Perbedaan konsepsi dalam kelompok. Proses kelompok dapat berjalan
lancar jika pemimpin kelompok itu demokratis, yaitu seseorang yang
memungkinkan para anggotanya ikut mengendalikan jalannya diskusi.
d. Kekurangan lainnya adalah mengajak orang lain untuk berubah. Pada
umumnya orang akan menentang perubahan karena perubahan berarti
kerja keras, dan perubahan melalui penelitian tindakan benar-benar
menuntut penyediaan tenaga, pikiran, waktu, dan sikap yang baru.
10
perangkat keras (hardware), seperti buku, model, alat bantu pembelajaran di
kelas atau di laboratorium, tetapi bisa juga perangkat lunak (software), seperti
program komputer untuk pengolahan data, pembelajaran di kelas,
perpustakaan atau laboratoirum, ataupun model-model pendidikan,
pembelajaran, pelatihan, bimbingan, evaluasi, manajemen, dll.
11
Revisi desain, (6) Ujicoba produk, (7) Revisi produk, (8) Ujicoba pemakaian,
(9) Revisi produk, dan (10) Produksi missal.
12
dan teknologi, dengan pengaruhnya yang mencengkram kokoh dalam
bentuknya globalisasi dunia (Louis Leahy, 1985)
13
pada poststrukturalis pembacaan untuk mencari makna lebih
terbuka, karena setiap tanda itu bersifat arbiter.
2. Postmodernisme Loytard
3. Postparadigmatik
14
kesesuaian observasi dengan paradigma, mencakup phenomena
tambahan dan menetapkan nilai universal konstan. Kebenaran
postparadigmatik mengakui bahwa sangat mungkin sekali
observasi baru dan phenomena tambahan tidak sesuai dengan
paradigma yang ada, sehingga juga tidak dapat ditetapkan nilai
universal konstan. Kebenaran universal itu tumbuh terus skopnya,
isinya, dan dimensinya, tak terduga, karena manusia berkelanjutan
bersifat aktif kreatif dan mengembangkan terus maknanya.
Dalam berfikir moderen: kontradiksi, kontroversi,
paradoks dan dilemma itu indikasi lemahnya teori. Tetapi dalam
berfikir postmodern tata pikir tersebut dapat mernjadi inventif atau
inovatif.Small is Beautifulnya, Schumacher menampilkan
kontroversi. Dalam alur berfikir dunia pada waktu itu (1973)
semakin besar akan semakin kuat dan semakin hebat, Schumacher
menampilkan yang kecil juga dapat hebat.Alvin Toffler
menampilkan kontroversi yang lain. Sampai tahun 1980,
perkembangan sejarah peradaban ditahapkan menjadi masa
berburu, bercocok tanam dan berdagang. Toffler dengan The Third
wave (1980) menampilkan pentahapan sejarah yang berbeda, yaitu
berdasar energi yang digunakan.
Noeng Muhadjir mengetengahkan bahwa untuk
kepentingan pendidikan generasi muda, sejarah penjajahan 350
tahun oleh kolonealisme perlu direkonstruksi menjadi sejarah
perlawanan berkelanjutan selama 350 tahun. Sampai 1908
perlawanan terhadap kolonialisme berlangsung lewat perang, dan
sejak 1908 perlawanan terhadap kolonialisme dilakukan dengan
perjuangan politik, dan akhirmya lewat perlawanan bersenjata
bangsa Indonesia menjadi merdeka.Schumacher, Toffler dan Noeng
Muhadjir telah mengetengahkan berfikir postmodern :
postparadigmatik.
15
tidak hanya dibebankan pada sekolah saja namun harus disebarkan
melalui kerja-kerja, sejalan dengan Postmodernisme yang mengusung
tema pluralitas, heterogenitas serta deferensiasi. Postmodern merupakan
masa keterbukaan untuk melihat hal-hal baru, yang berbeda sambil
menolak kecenderungan apatis dan ketaatan pada suatu otoritas, tatanan,
atau kaidah baru. Postmodernisme juga mengkritisi dalam dunia
pendidikan, yang dipertanyakannya kualitas institusi pendidikan dalam
memberikan transformasi nilai dan pengetahuan.
16
BAB 3
PENUTUP
A. SIMPULAN
Paradigma menggariskan hal yang seharusnya dipelajari,
pernyataan-pernyataan yang seharusnya dikemukakan dan kaidah-kaidah
yang seharusnya diikuti dalam menafsirkan jawaban yang diperoleh.
Disebutkan pula, paradigma laksana jendela untuk mengamati dunia luar
maka sering kali paradigma disebut dengan perspektif.
Research (penelitian tindakan) merupakan penelitian pada upaya
pemecahan masalah atau perbaikan yang dirancang menggunakan
metode penelitian tindakan yang bersifat reflektif dan kolaboratif. Action
research pada dasarnya membantu praktisi dalam mengidentifikasi,
menilai pengembangan proses, dan mengevaluasi hasil yang mereka
tetapkan dan implementasikan.
Penelitian dan Pengembangan (R&D) adalah suatu proses kajian
sistematik untuk mengembangkan dan memvalidasi produk yang
digunakan dalam pendidikan. Produk yang dikembangkan/dihasilkan
antara lain berupa bahan pelatihan untuk guru, materi ajar, media
pembelajaran, soal-soal, dan sistem pengelolaan dalam pembelajaran.
17
18
DAFTAR PUSTAKA
Ritzer, George. 2005. Encyclopedia of Social Theory: Volume II. California: Sage
Publication
Sanjaya, Wina. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media
Grou
19
Widayati, Ani. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jurnal Pendidikan Akuntansi
Indonesia, 6 (1)
20