Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 11

SUSTAINABLE BUILDING di INDONESIA

DEFINISI
Sustainable building adalah bangunan yang memberikan Kesejahteraan (yang meliputi Health,
Relief, Safety, Comfort, Sense) besar serta memiliki dampak Kerusakan pada lingkungan (life
cycle energy, life cycle CO2, life cycle Cost) sekecil-kecilnya.

ISTILAH
Welfare : Tingkat kesejahteraan. Dapat dinilai dari unsur-unsur Health, Relief, comfort, Safety,
Sense.
Environmental DAMAGE : Dampak berupa kerusakan yang ditimbulkan terhadap lingkungan
Life Cycle Engineering : Life Cycle Engineering provides consulting, engineering, applied
technology and education solutions that deliver lasting results for private industry, public
entities, government organizations and the military.
Life Cycle Energy : Pemakaian energy secara terus menerus
Energi : Kemampuan untuk mengerjakan sesuatu. Energi dapat dikelompokkan ke dalam Energi
yang terbaharui (mis : Energi Matahari, Energi air, Energi Angin) dan Energi Tak terbaharui
(mis : energy minyak, batubara, gas alam)
Life Cycle Cost (LCC): as “the total discounted dollar cost of owning,
o operating, maintaining, and disposing of a building or a building system” over a period of
time.

TOLOK UKUR
Ringkasan Tolok Ukur ‘Sustainable Building’ atau Bangunan Hijau
dari Lembaga Konsil Bangunan Indonesia (GBCI)

APPROPRIATE SITE DEVELOPMENT


BASIC GREEN AREA
 Vegetasi seluas 5000 m2 atau 50% dari lahan terbuka
 Komposisi vegetasi : Pohon ukuran kecil, sedang ,
besarperdu dan semak

SITE SELECTION
 Dibangun di kawasan perkotaan berdensitas rendah.
 Dibangun diatas lahan yang memang direncanakan untuk
Bangunan Industri

COMMUNITY ACCESSIBILITY
 Dalam radius 1500 m dari lokasi terdapat beberapa
fasilitas umum
 Ada akses pejalan kaki radius 300m terdapat fasilitas ibadah,
Kantin &Ruang Pertemuan.

PUBLIC TRANSPORTATION
 Disediakan halte shuttle bus/angkutan umum
 Adanya pedestrian untuk menuju ke halte kendaraan

BICYCLE
 Direncanakan ada parker sepeda yang aman .

SITE LANDSCAPING
 Adanya area lansekap berupa vegetasi seluas 4500m2 atau
9% luas lahan.
 Penggunaan tanaman local dan budidaya local ,seperti
pohon Sawo Kecik, Pohon Kelapa dsb.

MICRO CLIMATE
 Menggunakan material pada area atap dan non atap sehingga
nilai Albedo minimum 0,3
 Adanya pelindung pada sirkulasi utama pejalan kaki dengan
atap pergola tanaman.

STORM WATER MANAGEMENT


 Pengurangan beban volume limpasan air hujan
dengan membuat danau buatan.
 Pembuatan talud tepi sungai untuk mencegah banjir ke
lokasi.
 Menampung air hujan untuk dipergunakan kembali.

ENNERGI EFFICIENCY AND CONSERVATION


ELECTRICAL SUB MATERING
 Memasang KWh meter pada system tata cahaya dan kotak kontak.

OTTV CALCULATION
 Penggunaan material atap dan dinding yang sedikit
memantulkan cahaya.

ENERGY EFFICIENCY MEASURES


 Pemanfaatan pencahayaan alami dengan penggunakan sebagian
atap berupa transparan.
 Penggunaan lampu hemat energy
 Penempatan tombol lampu dekat dengan pintu.
 Menggunakan AC yang hemat energy hanya pada ruang
yang diperlukan saja.
 Dan penggunaan sensor otomatisasi pencahayaan
VENTILATION
 Melengkapi ruangan dengan ventilasi

CLIMATE CHANGE IMPACT


 Pengurangan emisi CO2 dengan mesin-mesin yang
ramah lingkungan

ON-SITE RENEWABLE
 Menggunakan sumber energy yang terbarukan yaitu
Solar cell danWin Generator.

WATER CONSERVATION
WATER MATERING

Pemasangan alat meteran air pada PDAM ,Sumber Air Tanah


dan Air bersih dari daur ulang

WATER USE REDUCTION


 Direncanakan Kebutuhan air bersih dari sumber air bersih
dari sumber maksimum 80% dari SNI 03-7065-2005

WATER FIXTURES
 Penggunaan water fixture ,pada tekanan air 3 bar,
sejumlah minimum 75%.

WATER RECYCLING
 Instalasi daur ulang air dengan kapasitas yang cukup.

RAIN WATER HARVESTING


 Penyediaan Instalasi tanki penyimpanan air hujan
berkapasitas 75% dari jumlah air hujan yang jatuh
diatas atap bangunan.

WATER EFFICIENCY LANDSCAPING


 Seluruh air yang digunakan untuk irigasi gedung
dari air tadah hujan dan menerapkan system irigasi landskap
yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan tanaman.

MATERIAL RESOURCES AND CYCLE


FUNDAMENTAL REFRIGERANT
 Tidak menggunakan Chloro Fluoro Carbon (CFC)
sebagai refrigerant dan Halon sebagai pemadam
Kebakaran.
BUILDING AND MATERIAL REUSE
 Menggunakan kembali material bekas

ENVIRONMENTALLY PROCESS PRODUCT


 Menggunakan material yang bersertifikat ISO 14001.
 Menggunakan material yang merupakan hasil proses daur ulang
 Menggunakan material yang bahan baku utamanya
berasal dari sumber daya terbarukan.

NON ODS USAGE


 Tidak menggunakan bahan perusak ozon pada seluruh
system bangunan

CERTIFIED WOOD
 Menggunakan bahan material kayu yang bersertifikat
legal.
MODULAR DESIGN
 Desain menggunakan material modular atau pra fabrikasi.

REGIONAL MATERIAL
 Menggunakan material local

INDOOR HEALTH AND COMFORT


OUTDOOR AIR INTRODUCTION
 Disain ruang menunjukkan adanya potensi introduksi udara
luar

CO2 MONITORING
 Dipasang sensor gas CO2 didalam ruang

ENVIRONMENTAL TOBACCO SMOKE CONTROL


 Memasang tanda Dilarang Merokok di Seluruh Area
Gedung.

CHEMICAL POLUTTAN
 Menggunakan cat dan coating yang mengandung VOCs rendah.
 Menggunakan semua produk kayu tanpa tambahan urea
formaldehyde rendah
 Tidak menggunakan material yang mengandung asbes,
merkuri dan Styrofoam.
OUTSIDE VIEW
 Penggunanaan dinding roster untuk memperoleh View
yang optimal.

VISUAL COMFORT
 Menggunakan lampu dengan iluminasi ruangan
sesuai dengan SNI 03-6I97-2000

THERMAL COMFORT
 Merencanakan kondisi termal ruangan secara umum
pada suhu 25derajat Celcius dan kelembaban relative 60%.

ACOUSTIC LEVEL
 Tingkat kebisingan sesuai dengan SNI 03-6386-2000

BUILDING ENVIRONMENTAL MANAGEMENT

BASIC WASTE FACILITY


 Ada instalasi untuk memilah sampah organic dan anorganik

GP AS A MEMBER OF DESIGN TEAM


 Melibatkan seorang tenaga ahli yang sudah bersertifikat
Greenship Professional.

POLLUTION OF CONSTRUCTION ACTIVITY


 Memiliki Rencana Manajemen Sampah konstruksi.

ADVANCE WASTE MANAGEMENT


 Bekerjasama untuk pengolahan limbah anorganik
secara mandiri dengan pihak ketiga.

PROPER COMMISSIONING
 Melakukan prosedur Testing Commissioning sesuai
petunjuk GBCI
 Desain serta spesifikasi teknik lengkap

SUBMISSION GREEN BUILDING IMPLEMENTATION DATA FOR DATA


BASE
Menyerahkan data implementasi Green Building sesuai dengan form dari GBCI.

FIT OUT AGREEMENT


 Menggunakan kayu bersertifikat,mengikuti training
oleh Manajemen Bangunan, memiliki manajemen IAQ
setelah aktivitas fit out.

OCCUPANT SURVEY
 Akan dilakukan survey suhu dan kelembaban paling lambat
12 bulan setelah tanggal sertifikasi. Dan akan dilakukan perbaikan
bila 20% responden menyatakan ketidaknyamanan.

PENERAPAN DI INDONESIA
Di Indonesia sebagai Negara yang beriklim Tropis,
maka konsep rancangan bangunan dan lingkungan
perlu diarahkan untuk :

1) Meminimalkan energy yang diperlukan untuk memperoleh


kenyamanan termal
2) Meminimalkan energi yang diperlukan untuk memperoleh
penerangan yang sehat dan indah
3) Meminimalkan energi yang diperlukan untuk pengadaan air
4) Meminimalkan energi yang diperlukan untuk
transportasi vertical
5) Meminimalkan energi yang diperlukan untuk merawat
dan mengganti peralatan
6) Meminimalkan energi yang diperlukan untuk merawat
elemen bangunan

Untuk sebuah rumah tinggal, prinsip-prinsip ini dapat dilakukan


dengan penyelesaian-penyelesaian khusus. Beberapa contoh untuk itu :

Kenyamanan Thermal
Konsep teras bangunan merupakan ciri khas Negara tropis
yang berfungsi mereduksi panas luar terhadap ruang dalam.
gambar 1. Teras/ sumber : www.google.com

gambar 2. Roster/ sumber : koleksi pribadi

Pada beberapa bidang dinding dapat juga dibuatkan


pelubangan-pelubangan sebagai upaya mengalirkan udara
ke ruang dalam sehingga suhu didalam rumah tetap terjaga.
Pencahayaan Alami
dengan cahaya yang berlimpah di Indonesia,
beberapa rumah memanfaatkan cahaya sebagai tambahan penerangan
alami di ruang dalam yang juga berfungsi sebagai unsur dekoratif

gambar 3. kaca patri/ sumber : koleksi pribadi

gambar 4. Teras/sumber : koleksi pribadi


KARYA ARSITEK INDONESIA
Graha Pangeran
· ARSITEK : Ir. Jimmy Priatman, M.Arch, IAI
· LOKASI : Jl. Jend A. Yani 286 Surabaya
· LUAS TANAH : 10.625 M²
· LUAS BANGUNAN : 20.249 M²
· WAKTU PEMBANGUNAN : 1994-1996
· KDB : 14.07%
· KLB : 197.26%

gambar 5. Graha Pangeran/sumber : www.google.com

Gedung bernama Graha Pangeran berlantai 14 dan ber-strata title


yang mewadahi aktivitas perbankan (6 lantai) dan aktivitas perkantoran,
sudah sejak awal dirancang dengan konsep bangunan hemat energy.
Bangunan ini menghasilkan tingkat penggunaan energy sebesar
144,4 Kwh/m²/tahun, yang merupakan tingkat penggunaan energy
paling efisien di Indonesia untuk kategori bangunan perkantoran.
Dengan prestasi yang berhasil dicapainya sebagai bangunan hemat energy,
gedung Graha Pangeran telah meraih penghargaan internasional
The Asean Energy Award 2002.
Bangunan ditempatkan membujur pada sumbu arah timur-barat.
Tampilan dengan minimasi fasad sebelah barat dan maksimasi fasad
selatan.
Area thermal barrier, disisi selatan barat dan utara dilakukan dengan
penempatan ruang arsip pusat di sekitar service core.
Sejalan dengan konsepnya yang hemat energy, material bangunan
yang digunakan untuk fasad adalah metal cladding alpolic dan
high performance glass Saint Gobain.
Sedangkan bahan penutup atapnya adalah Tegola.
Graha Wonokoyo
· ARSITEK : PT Archi-Metric Design Consultant
· LOKASI : Jl. Taman Bungkul 1-3-5-7 Surabaya
· LUAS TANAH : 1.854 M²
· LUAS BANGUNAN : 7.121 M²

gambar 6. Graha Wonokoyo/sumber : www.google.com

Gedung Perkantoran berlantai 11 ini berlokasi


di Jalan Protokol Raya Darmo, Taman Bungkul, Surabaya
yang termasuk dalam kawasan konservasi bangunan pemukiman colonial
yang disebut ‘situs darmo’. Hal ini mendasari desain yang mengintegrasikan
kebutuhan perkantoran modern dengan karakteristik warisan colonial.
Pengolahan fasad timur untuk mereduksi radiasi sinar matahari timur,
dilakukan dengan pengaturan detail jendela berlanggam neo-classic
sekaligus mereduksi luas bidang kaca.
Minimasi luas jendela barat, dibantu pemakaian high performance glass
dengan shading coefficient rendah yang bertujuan mereduksi
cooling-load system AC. Dinding menggunakan metal cladding-indal
dan high performance glass-stopsol Asahi dilapis V-kool
pada sisi sebelah barat. Sedangkan atap menggunakan genteng Tegola
dengan multipleks sebagai underlayer.

SUMBER PUSTAKA
· Karya Arsitek Indonesia 2003 diterbitkan Ikatan Arsitek Indonesia
· www.gbcindonesia.org
· The National Institute of Standards and Technology (NIST)
Handbook 135, 1995 edition
· www.lce.com
· Arsitektur Sadar Energi ( Prasasto Satwiko)

You might also like