Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 73

BAB III

TINJAUAN LAHAN

3.1 Profil Gambaran Umum Rumah Sakit


Ruang Safir merupakan salah satu ruangan di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh
Banjarmasin yang merupakan ruang keperawatan penyakit dalam. Ruang Safir
ini digunakan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Banjarmasin sebagai
tempat pembelajaran praktik manajemen keperawatan.

3.1.1 Sejarah Singkat


Sebelum rumah sakit menempati bangunan baru di jalan Brigjen H.Hasan
Basry Banjarmasin, maka rumah sakit ini terlebih dahulu menempati di
jalan Letjen R.Soeprapto no. 41 Banjarmasin.

Rumah sakit Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin yang merupakan


peninggalan pemerintah Belanda yang pernah menjajah negri ini selama
3,5 abad dan perkirakan dibangun sekitar tahun 1926 diatas tanah seluas
7,4 – 65 m2 yang mula-mula hanya digunakan sebagai rumah sakit umum,
waktu itu penduduk kurang lebih 50.000 orang.

Kemudian setelah pecah perang dunia II sewaktu pengambilan alihan


kekuasaan dari pemerintah Belanda kepala pemerintah Jepang. Rumah
sakit ini oleh pemerintah Jepang di bubarkan dan para pasien mental
dipulangkan ke keluarga masing – masing dan sebagian dipindahkan ke
Rumah Sakit Kota Baru (Pulau Laut) Kalimantan Selatan. Begitu pula
Rumah Sakit Umum Daerah Ulin, sedang gedung lama tesrebut tentara
Jepang dipergunakan sebagai mess pertahanan dan segala macam kegiatan
militernya di daerah ini setelah perang dunia II, maka gedung tersebut
dijadikan perawatan orang sakit jiwa yang menampung penderita berasal
dari daerah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.

Setelah revolusi kemerdekaan bagi pemerintah Indonesia (17 Agustus


1945), rumah sakit jiwa ini mulai berfungsi sebagai rumah sakit jiwa
walaupun dengan segala keterbatasan, baik fasilitas peralatan, obat–
obatan, tenaga medis dan paramedis, tenaga rumah tangga, tenaga
administrasi dan kepegawaian masih dikerjakan oleh inspektur kesehatan
provinsi kalimatan Selatan. Tempat perawatan orang sakit jiwa pada
waktu itu masih berstatus otonom yang dipimpinnya dirangkap oleh
inspektur kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan. Setelah itu, rumah sakit
ini diserah terimakan oleh inspektur kesehatan statusnya kepada
Kepemerintahan kesehatan (DepKes) yang pada itu ditandatangani
langsung oleh jawatan rumah sakit iwa tersebut diubah menjadi Rumah
Sakit Perawatan Sakit Jiwa Banjarmasin sejak tahun 1952 dengan
kapasitas 100 tempat tidur.

Sekarang Rumah sakit Jiwa Banjarmasin berganti nama menjadi Rumah


Sakit Dr.H.Moch Anshari Saleh yang bertempat di jalan Brigjen H.Hasan
Basry dan dibangun sejak tahun 1980 di atas seluas 88.09832 m2. Adapun
operasi kegiatannya mulai sejak tanggal 22 Juli 1985 dan diresmikan
pemakaian nya oleh Bapak Menteri Republik Indonesia Dr. Soewardjo
Soerjaningrat pada tanggal 3 September 1985.

Tahun 2002, Rumah Sakit Jiwa Banjarmasin (RSAS) sedang dalam proses
penatapan kelas Rumahy Sakit Jiwa kelas B menjadi kelas A, tahun 2001
diberlakukan otonomi daerah. RSAS diserahkan ke Pemerintah Daerah.
Pemprov Kalsel mengusulkan melalui surat Gubernur Kalimantan Selatan
Nomor : 061/00611/ORG, tanggal 30 april 2001, perihal usulan konversi
dari RS Jiwa Banjarmasin kelas B non pendidikan.

Adapun dokter – dokter yang pernah menjabat Direktorat Rumah Sakit


Jiwa Banjarmasin adalah sebagai berikut :
a. Dr. Moersito, beliau adalah inspektur kesehatan merangkap pimpinan
Rumah Sakit Jiwa Banjarmasin. Menjabat sejak tahun 1945 sampai 31
Mei 1952.
b. Dr. Mas Soenarto, beliau selain menjabat Direktur Umum RSU Ulin
Banjarmasin, juga menjabat sebagai Direktur Rumah Sakit Jiwa
Banjarmasin sejak tanggal 31 Mei 1952 sampai dengan 5 Januari
1972.
c. Dr. Prawito Suryasudarno, menjabat sejak tanggal 5 Januari 1972
sampai dengan 15 September 1976.
d. Dr. Pandu Setiawan ( Psikiater ), menjabat sejak tanggal 15 September
1976 sampai dengan 15 Sepptember 1984.
e. Dr. Solihan Patah ( Psikiater ), menjabat sejak tanggal 15 September
1984 sampai dengan 15 September 1988.
f. Dr. Yulizar Darwis ( Psikiater ), menjabat sejak tanggal 15 September
1988 sampai dengan tahun 2003.
g. Dr. Fauzi, MARS.
h. Dr. Asyikin Noor.
i. Dr. Sriyanto, M. Kes.

3.1.2 Falsafah, Motto, Visi, Misi dan Tujuan


3.1.2.1 Visi Rumah Sakit
“Terwujudnya pelayanan kesehatan prima dan unggul yang
terintegrasi dengan pendidikan dan penelitian”
3.1.2.2 Misi Rumah Sakit
a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu dan
berorientasi pada kepuasan pelanggan
b. Menyelanggarakan pengembangan pusat rujukan pelayanan
kesehatan dengan unggulan penyakit syaraf dan penyakit
infeksi di Kalimantan Selatan
c. Menyelenggarakan pendidikan dan penelitian untuk tenaga
dokter dan tenaga kesehatan lainnya
d. Menyelenggarakan tata kelola organisasi yang efisien, efektif
dan akuntabel.
3.1.2.3 Moto Rumah Sakit
“CARE” yang berarti complete, aktif, review dan education.
C : Comunicative, kooperatif, pertimbangan dan komitmen
A : Academic, akurat, sesuai, amanah dalam menjalankan tugas
R : Responsive dan cepat dalam memberikan pelaksanaan
E : Efektive, efisien dan empati.
3.1.3 Tujuan Rumah Sakit
3.1.3.1 Tujuan Umum
Terwujudnya pelayanan keperawatan/ kebidanan yang
memberikan kepuasan pasien dan meningkatkan kesejahteraan
perawat/ bidan.
3.1.3.2 Tujuan Khusus
a. Tersedianya pelayanan yang berkualitas untuk mempersingkat
hari perawatan
b. Meratanya kemampuan perawat dan kesempatan
meningkatkan pendidikan dan keterampilanSetiap perawat
mampu melaksanakan tugasnya dan ditempatkan sesuai
kemampuan/ keahliannya
c. Terciptanya lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan
mendukung kerja perawat dalam melaksanakan asuhan
keperawatan.
d. Tersedianya lahan praktik bagi mahasiswa keperawatan/
kebidanan.

3.1.4 Kedudukan, Tugas, dan Fungsi


Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin ini
sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah ( SKPD ) Pemerintah Provinsi
Kalimantan Selatan dan sebagai Rumah Sakit Umum Daerah rujukan
Kota Banjarmasin, Batola, dan Wilayah sekitarnya serta mengingat
bahwa telah ditetapkannya Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Moch.
Ansari Saleh Banjarmasin sebagai Rumah Sakit Umum Daerah Kelas B
oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia melalui Surat Keputusan
Nomor : 372 / MENKES / SK / IV / 2008, pada tanggal 15 April 2008,
maka Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Moch. Ansari Saleh
Banjarmasin menyelenggarakan pelayanan dengan :
3.1.4.1 Menyediakan fasilitas terdepan yang terjangkau bagi masyarakat
menengah kebawah. Renovasi yang ditargetkan dapat
menampung pelayanan VIP dan diharapkan akan sedikit
mengeser segmen pasar yang tidak hanya berkutat dikelas
menengah kebawah, tetapi juga menengah keatas.
3.1.4.2 Mengutamakan kenyamanan dan keselamatan pasien melalui
keramahan pelayanan, kecepatan / kelancaran serta kebersihan
sarana dan prasarana di lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah.
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Moch. Ansari Saleh
Banjarmasin, sebagai Rumah Sakit Umum Daerah kelas B, juga
menyelenggarakan praktek belajar lapangan bagi
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Umum maupun Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan, Poltekes Banjarbaru, Akademi Keperawatan,
Akademi Kebidanan Negeri maupun Swasta.

Tugas pokok dan fungsi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H.


Moch. Ansari Saleh Banjarmasin seperti tersebut dalam
Peraturan Daerah Nomor : 035 Tahun 2009 adalah sebagai
berikut : melaksanakan upaya pelayanan kesehatan secara
berdayaguna dan berhasilguna dengan mengutamakan upaya
penyembuhan dan pemulihan dilaksanakan secara serasi dan
terpadu dengan upaya peningkatan serta pencegahan dan
melaksankan upaya rujukan sesuai dengan peraturan per undang
– undangan yang berlaku.

Sedangkan fungsi Rumah Sakit Umum Daerah sesuai


pada Peraturan Daerah Nomor : 035 Tahun 2009 adalah :
a. Pelayanan medis.
b. Pelayanan penunjang medis.
c. Pelayanan Asuhan Keperawatan.
d. Pelayanan Rujukan.
e. Pelaksanaan Pendidikan dan pelatihan
f. Pelaksanaan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
g. Pengelolaan urusan Ketatausahaan

3.1.5 Jenis-Jenis Pelayanan Kesehatan


Jenis pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di instalasi yang
dikenakan tarif dikelompokkan ke dalam pelayanan :
1. Rawat jalan/ polikinik ;
2. Gawat darurat ;
3. Pelayanan ambulance ;
4. Rawat inap ;
5. Tindakan medik ;
6. Tindakan keperawatan/kebidanan ;
7. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut ;
8. Pelayanan one day care ;
9. Pelayanan kelas utama dan VIP ;
10. Pelayanan alat penunjang pada ruangan intensif IGD/HD
11. Pelayanan rawat jalan mata (ophthalmology) ;
12. Pelayanan Kebidanan Dan Kandungan ;
13. Pelayanan Bedah Sentral ;
14. Pelayanan Kulit Dan Kelamin ;
15. Pelayanan Kesehatan Syaraf ;
16. Pelayanan Kesehatan Paru ;
17. Pelayanan Bank Darah ;
18. Pelayanan CSSD Dan Laundry ;
19. Pelayanan Rehabilitasi Medik ;
20. Pelayanan Gizi ;
21. Pelayanan Radiologi ;
22. Pelayanan Pemulasaraan Jenazah ;
23. Pelayanan Chek Up ;
24. Pelayanan Insenator (Pembakaran Sampah) ;
25. Pelayanan Endoscopi ;
26. Pelayanan Penyakit Dalam ;
27. Pelayanan Anak Dan Bayi ;
28. Pelayanan Radiologi Diagnostik ;
29. Pelayanan Psikologis/Psikotest Dan Terapi Psikologis ;
30. Pelayanan Laboratorium ;
31. Pelayanan Home Care ; Dan
32. Pelayanan Lainnya Sesuai Dengan Kebutuhan Masyarakat
Dan Perkembangan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Kedokteran

3.2 Input
3.2.1 Data Umum Ruangan
3.2.1.1 Visi Ruangan Safir
“Terwujudnya Pelayanan Kesehatan Prima Dan Unggul Yang
Terigrasi Dengan Pendidikan Dan Penelitian”
3.2.1.2 Misi Ruangan Safir
a. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Yang Bermutu Dan
Berorientasi Pada Kepuasan Pelanggan
b. Menyelenggarakan Pengembangan Pusat Rujukan Pelayanan
Kesehatan Dengan Unggulan Penyakit Syarat, Penyakit
Infeksi Di Provinsi Kalimantan Selatan
c. Menyelenggarakan Pendidikan Dan Penelitian Untuk Tenaga
Dokter Dan Tenaga Kesehatan Lainnya.
d. Menyelenggarakan Tata Kelola Organisasi Yang Efisien,
Efektif, Dan Akuntabel
3.2.1.3 Motto Ruangan Safir
Keselamatan Pasien Kami Utamakan
3.2.1.4 Kapasitas Unit Ruang
Ruang Safir terdiri dari nurse station, ruang perawat dan ruang
rawat inap yang terdiri dari 8 kamar yang terbagi menjadi kelas I
(A, B, D, E), kelas II (B), kelas III (A, B), dan kamar isolasi.
Secara keseluruhan kapasitas kamar ada terdapat 29 bed.
3.2.1.5 Jumlah Mahasiswa Praktik
Mahasiswa yang berpraktik di Ruang Safir RSUD. Dr. H. Moch.
Anshari Saleh Banjarmasin biasanya diikuti oleh beberapa
institusi, institusi yang berpraktik saat ini yaitu mahasiswa
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin jurusan S1
Keperawatan Ners A stase manajemen berjumlah 11 orang dan
dokter muda dari institusi FK UNLAM berjumlah 5 orang.

3.2.2 Tenaga (M1-Man)


Tenaga perawat di Ruang Safir seluruhnya berjumlah 21 orang, sudah
termasuk Kepala Ruangan, Supervisor dan Katim.
3.2.2.1 Jumlah perawat yang berada di ruang berdasarkan tk. pendidikan
meliputi:
Magister : 0 orang
Sarjana Keperawatan Ners : 8 orang
D III Keperawatan : 13 orang
3.2.2.2 Jumlah perawat yang berada di ruang berdasarkan status
kepegawaian meliputi:
PNS :11 orang
Non PNS :10 orang
3.2.2.3 Sepuluh Penyakit Terbanyak di Ruang Safir Periode Januari
2017

10 Diagnosa Medis Terbanyak


Demam dengue
Melena DM tanpa komplikasi
Hipertensi 5%
6% 17%
6%
DHF
7%
CHF
16%

Asma Anemia
9% 9% Diare
12%

DM dengan
komplikasi
13%

Gambar 3.1 Sepuluh penyakit terbanyak di ruang Safir RSUD Dr. H Moch. Ansari
Saleh Banjarmasin periode Januari – September 2017

3.2.2.4 Tenaga Perawat di ruang Safir RSUD Dr. H Moch. Ansari Saleh
Banjarmasin.
Tabel 3.1 Tenaga perawat di Ruang Safir di ruang Safir RSUD
Dr. H Moch. Anshari Saleh Banjarmasin
No. Nama Jabatan Pendidikan Pelatihan
Manajemen
Bangsal
Marhaidi Kepala Keperawatan,
1. Ners/2011
S.Kep., Ners Ruangan BTLS, Perawatn
Menuju
Akreditasi JCI
Dewi Muthia Perawat Interprestasi
2. Juna, S.Kep., Assosiet S1/2005 Ekg, Pelatihan
Ners tim I PPI, BTLS, CI
Perawat Pelatihan PPI,
3. Aulia, AMK Assosiet D3/2000 Analisa Gas
tim I Darah, BTLS
Asisten
Perawat
Hairil Irvan, Endoscopy, PPI,
4. Assosiet D3/2006
AMK BTLS, Diklat
tim I
EKG
Lara Dita Perawat
5. Wulandari, Assosiet D3/2012 RJP, BTLS
AMK tim I
Perawat
Neneng K,
6. Assosiet D3/2007 RJP, BTLS
AMK
tim I
Perawatan
Intensif,
Pelatihan Dasar
Keperawatan
Intensif, CI,
Pengambilan
Darah Arteri &
AGD, PPGD,
BCLS, MPKP,
KATIM
M. RJP, BTLS,
II/Peraw
7. Hidayatullah, D3/1997 Manajemen
at
AMK Bangsal
Primer
Keprawatan,
Proses
Keperawatan
dan
Dokumentasi
Asuhan
Keperawatan
Sesuai Standar
JCI
8. Sri Wahyuni, Perawat D3/1999 BTLS, CI, K3
AMK Assosiet
tim II
Luthfia Perawat
9. Midawati, Assosiet D3/2012 BTLS, CI, K3
AMK tim II
Perawat
Irma Liayani BCLS, Pelatihan
10. Assosiet D3/2005
AMK PPI, BTLS
tim II
Ike Gustiana Perawat BTLS, Recent
11. Ningsih, Assosiet S1/2008 Management Of
S.Kep., Ners tim II Wound Care
Perawat BTLS, Recent
M. Ihsan
12. Assosiet S1 Management Of
Supriadi
tim II Wound Care
KATIM Pelatihan PPI,
Ermadayanti, III/Pera Analisa Gas
13. S1
S.Kep., Ns wat Darah, BTLS
Primer
Btls, Pelatihan
Pengambilan
Fitria Perawat Darah
14. Hindayati, Assosiet D3 Arteri&Agd,
AMK tim III Recent
Management Of
Wound Care
Maya Perawat
15. Rosana, Assosiet D3 BTLS
AMK tim III
Perawat
Markiyah,
16. Assosiet D3 BTLS
AMK
tim III
Akhmad Perawat
17. Yani, S.Kep., Assosiet S1 BTLS
Ners tim III
18. Supriadi, Perawat S1 BTLS
S.Kep.,Ns Assosiet
tim II
Luthfi R. Perawat
19. Ahmad, Assosiet S1 BTLS
S.Kep., Ns tim II
Muhyar Perawat
20. Supian, Assosiet D3 BTLS
AMK tim II
Akhmad Perawat
21. Murdini Assosiet D3 BTLS
Hasbi, AMK tim II

3.2.2.5 Tenaga Non Medis


Tabel 3.2 Tenaga Non Keperawatan ruang Safir RSUD Dr. H
Moch. Anshari Saleh Banjarmasin.
No. Nama PNS/Non PNS Jabatan
1. H. Asmail, S.Sos Non PNS Administrasi
2. Saiful Bahri Non PNS Pekarya
3. Mariatul Saniah Non PNS CS

3.2.2.6 Tenaga Medis


Tabel 3.3 Daftar tenaga medis di Ruang Safir RSUD Dr. H.
Moch Anshari Saleh Banjarmasin.
No. Nama Spesialis
3.2.2.7
1. T Kasan Wongdjaja, Sp. PD, FINASIM
dr. Penyakit Dalam
2. e dr. Wiwit Agung SNC, Sp. PD Penyakit Dalam
3. n dr. Vidia Umami, Sp. Pd Penyakit Dalam
4. a dr. Gigih Rahmandanu Poernomo, Sp. Pd Penyakit Dalam
5. g dr. Tanto Raharjo, Sp.B Bedah
6. a dr. Syarif Hidayat, Sp. B, FICS Bedah
7. dr. Meilda Sartika Dewi, Sp.S Saraf
8. F dr. Dewina, Sp. S Saraf
9. a dr. Paul Agus Dwiyanu, Sp. P Paru
10. r dr. Dwiana Savitri, Sp.KK Kulit dan Kelamin
m
Tabel 3.4 Jumlah tenaga kerja di Ruang Safir RSUD Dr. H.
Moch Anshari Saleh Banjarmasin.
No. Jenis Tenaga Kerja Jumlah (orang)
1. Tenaga Keperawatan 21
2. Tenaga Non Keperawatan 3
3. Tenaga Medis 10
Jumlah 34

3.2.3 Bangunan, Sarana dan Prasarana (M2-Material)


3.2.3.1 Material
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 17 Mei 2018,
didapatkan bahwa lingkungan Ruang Safir lantai 3 (Penyakit
Dalam) RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin bisa
dikategorikan rapi dan bersih, dari beberapa macam daftar
kebutuhan logistik yang di minta sudah ada, jumlahnya ada
beberapa yang sudah terpenuhi dan sudah sesuai dengan ratio
ideal menurut Nursalam (2015) dan Kemenkes.

3.2.3.2 Kapasitas Unit Ruangan


Gambaran umum jumlah tempat tidur di ruang Safir lantai 3
(Penyakit Dalam) dijabarkan sebagai berikut :
a. Kelas I (A,B,D,E) : 8 tempat tidur
b. Kelas II (B) : 5 tempat tidur
c. Kelas III (A) : 6 tempat tidur
d. Kelas III (B) : 8 tempat tidur
e. Kamar Isolasi : 2 tempat tidur
Total jumlah tempat tidur di Ruang Safir lantai 3 (Penyakit
Dalam) berjumlah 29 dengan kondisi tempat tidur baik dan
terawat. Pada saat observasi pada tanggal 17 Mei 2018, di ruang
Safir lantai 3 (Penyakit Dalam) sudah mempunyai APAR yang
tersedia di ruangan dan sudah memenuhi syarat.

3.2.3.3 Daftar alat linen


Tabel 3.6 Daftrar Barang Linen di Ruang Safir lantai 3 (Penyakit
Dalam) RSUD Dr.H.Moch.Ansari Saleh Banjarmasin
No Nama Barang Jumlah Alat Ratio Ideal
1 Gorden 41 2/Ruangan
2 Seprai 250 2 : 10
3 Selimut 84
4 Bantal 30
5 Sarung bantal 245 2: 12

Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 17 Mei 2018


kelengkapan linen yang ada di Ruang Safir lantai 3 (Penyakit
Dalam) RSUD Dr.H.Moch.Ansari Saleh Banjarmasin, bahwa
kelengkapan linen diruangan cukup baik untuk pasien. Jumlah
yang tersedia sesuai dengan ratio idealnya. Kelengkapan gorden
diruangan terpenuhi yakni sekitar 41 gorden dengan kondisi
layak pakai, namun tidak digunakan.

3.2.3.4 Fasilitas dan alat kesehatan Ruang Safir lantai 3 (Penyakit


Dalam) RSUD Dr.H.Moch.Ansari Saleh Banjarmasin
Tabel 3.7 Daftar Fasilitas Dan Alat Kesehatan Ruang Safir lantai
3 (Penyakit Dalam) RSUD Dr.H.Moch.Ansari Saleh
Banjarmasin
Ratio ideal Keadaan Barang
No Nama Barang Jumlah Permenkes Baik Kurang Rusak
Baik
1 Tensi Meter 3 4/ruangan 3 - -
2 Stetoskop 3 4/ruangan 3 - -
3 Set Dresing (2 4 2 : 1/3 4 - -
guting dan 2
pinset)
4 Com 2 2 - -
5 Nierbeken 4 4/ruangan 4 - -
6 Regulator 14 14 - -
Oksigen
7 Kereta Oksigen 3 3 - -
Kecil
8 Tabung Oksigen 1 1 - -
Kecil
9 Kursi roda 1 1 - -
10 Suction pump 1 1 - -
11 Oksigen Sentral 37 37 - -
12 EKG 1 1 - -
13 Termometer 3 1:1 3 - -
Digital
14 4T
Tourniquet 2 2 - -
15 a
Nebulizer 1 1 - -
16 APAR
b 5 5 - -
17 Lampu
e UV 1 1 - -
18 Saturasi 1 1 - -
l
Oksigen
19 Timbangan 1 2/ruangan 1 - -
3
BB/TB
20 . Emergency
Set 1 1 - -
21 Infus
D Pump 2 2 - -
22 Syring Pump 6 6 - -
a
23 Brankar 2 2 - -
f
24 Lampu Rongent 1 1 - -
t
Tabel 3.8 Daftar Alat Rumah Tangga Ruang Safir lantai 3
(Penyakit Dalam)

No. Nama Barang Jumlah Ratio


1 Printer 2
2 Kipas angina baling-baling 1
3 Kulkas 3
4 Komputer PC 2
5 Monitor PC 2
6 TV 12
7 Jam Dinding 2
8 AC 18
9 Rak Tempat Obat Klien 30
10 Wastafel 15
11 Lemari Linen 1
12 Bak sampah besar 14 8/Ruangan
13 Bak sampah medis 4
14 APAR 5
15 Brankar 2
16 Kursi roda 2 4-6/ ruangan
17 Standar infuse 30 4-6/ruangan
18 Lemari Obat High Alert 1 2/ruangan
19 Lemari Pasien 29
20 Safety box 2
21 Lampu rontgen 1
22 Lemari loker 3
U
23 Troli Instrumen 3 2/ ruangan
n
24 Rak Sepatu 7
t
untuk persediaan alat rumah tangga sebagian besar sudah
terpenuhi.Untuk tempat sampah medis dan non medis sudah di
bedakan. Keadaan AC diruangan Safir lantai 3 (Penyakit Dalam)
sudah mencukupi karena pada setiap ruagan terdapat AC yang
dapat berfungsi dengan baik. Ruangan juga sudah memiliki
tempat khusus untuk meletakkan arsip dan untuk menyimpan
obat. Hampir setiap ruangan pasien sudah memiliki rak sepatu
masing-masing.

3.2.3.5 Daftar Alat Kantor


Tabel 3.9 Daftar alat kantor
No Nama Barang Jumlah Alat Ratio Ideal
1 Loker perawat 3 1/ Ruangan
2 Lemari arsip besi 1 2/ Ruangan
3 Lemari obat 40 2/ Ruangan
4 Lemari RM 2 1/Ruangan
4 Telepon 1 1/ Ruangan
5 Papan rencana kegiatan 1 1/ Ruangan
6 Lemari kayu 1 1/ Ruangan
7 Meja kerja 5 4/ Ruangan
8 Printer 2 1/ Ruangan
9 Komputer 3 2/ Ruangan

Kelengkapan alat kantor seperti telepon sudah tersedia, lemari


penyimpanan barang pasien dan arsip sudah ada dan data
digunakan dengan baik. Arsip-arsip dan blanko keperawatan
terlihat tersusun rapi. Di meja nurse station buku-buku
administrasi tidak tersusun rapi. Papan recana kegiatan pasien
terdapat terdapat di ruang Safir lantai 3 (Penyakit Dalam), hal ini
sangat membantu perawat dalam melakukan kegiatan yang akan
dilakukan perawat ke pasien terutama dalam proses timbang
terima, namun letaknya yang dipojok ruangan tidak maksimal
untuk digunakan sebagaimana mestinya.
3.2.3.6 Adminitrasi Penunjang
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 17 Mei 2018, diketahui
bahwa terdapat arsip pembayaran pasien (umum, BPJS,
Jamkesda dan Jamkesprov). Buku penyerahan status MR, buku
penyerahan SMF, dan buku penyerahan BPJS. Hasil observasi
dan wawancara dengan perawat dan kepala ruangan di ruang
Safir lantai 3 (Penyakit Dalam) belum terdapat format panduan
untuk melakukan supervise dan tidak ada instrumen penilaian
supervise klinis.

Tabel 3.10 Buku Kelengkapan Administrasi


No. Jenis Buku Administrasi Jumlah
1. Buku registrasi pasien 1
2. Buku laporan harian dinas dan visite dokter 1
3. Buku pemeriksaan vital sign 1
4. Buku injeksi 1
5. Buku diet 1
6. Buku sensus pasien 1
7. Buku timbang terima 1
8. Buku standar asuhan keperawatan 2
9. Buku standar prosedur operasional 2
10. Buku rencana kegiatan 1

3.2.4 Metode Pemberian Asuhan Keperawatan (M3-Metode)


3.2.4.1 Metode Asuhan Keperawatan / MAKP
Ruang Safir RSUD Dr. H. Moch. Ansari Banjarmasin sudah
menerapkan sistem MAKP (Model Asuhan Keperawatan
Professional) yaitu suatu kerangka kerja yang mendefinisikan
empat unsur, yakni: standar, proses keperawatan, pendidikan
keperawatan, dan sistem MAKP. Ke empat hal tersebut harus
menjadi bahan pertimbangan karena merupakan suatu kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan. Penerapan metode MAKP di Ruang
Safir ini merupakan metode yang telah disepakati oleh
manajemen Rumah Sakit. MAKP yang diterapkan pada Ruang
Safir, yaitu adanya penerapan metode TIM dengan modifikasi.
Metode TIM dengan modifikasi merupakan pemberian asuhan
keperawatan, yaitu seorang perawat profesional ataupun perawat
vocacy memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan pada sekelompok klien melalui
upaya kooperatif dan kolaboratif.

Berdasarkan wawancara dan observasi pada tanggal 18 Mei 2018


yang telah dilakukan, didapatkan bahwa ruang safir memiliki 1
kepala ruangan, 3 kepala tim yang terdiri dari 5 orang perawat
pelaksana untuk tim 1, 6 orang perawat pelaksana untuk tim 2,
dan 6 orang perawat pelaksana untuk tim 3. Model manajemen
keperawatan yang digunakan di ruang safir adalah metode tim
dengan modifikasi dan sudah terjalin kerjasama yang baik antara
kepala tim dan perawat pelaksana. Namun, berdasarkan hasil
observasi adanya metode TIM dengan modifikasi adalah untuk
menyesuaikan dengan kebutuhan dan juga situasional.
a. Discharge Planning
Perencanaan pulang merupakan bagian penting dari program
keperawatan klien yang dimulai segera setelah klien masuk
rumah sakit. Hal ini merupakan suatu proses yang
menggambarkan usaha kerja sama antara tim kesehatan dan
keluarga klien. Dari pengamatan, pengkajian dan
wawancara pada beberapa orang perawat di ruang Safir
didapatkan pelaksanaan discharge planning telah dilakukan
dan sudah berjalan cukup baik. Telah dilakukan discharge
planning dengan adanya catatan obat dan blangko kontrol
(surat keterangan pulang dan pengobatan lanjutan), serta
pendidikan kesehatan selama perawatan dan ketika klien
pulang.
Dari hasil wawancara Discharge planning biasanya di ruang
safir berupa pernyataan secara lisan namun tidak
menggunakan media seperti poster dan leaflet karena
keterbatasan waktu yang dimiliki oleh perawat. Discharge
planning biasanya dilakukan tanpa didampingi oleh kepala
ruangan. Pada klien yang pulang atas permintaan sendiri
(APS) beberapa perawat mengatakan telah dilakukan
discharge planning dan menyampaikan kemungkinan apa
yang bisa terjadi pada klien.

b. Penerimaan Pasien baru


Penerimaan pasien baru (PPB) adalah suatu cara dalam
menerima kedatangan klien baru pada suatu ruangan. Dalam
penerimaan klien baru disampaikan beberapa hal mengenai
orientasi ruangan, perawatan medis dan tata tertib. Adapun
tujuan dari (PPB) adalah menerima dan menyambut
kedatangan pasien dengan hangat dan terapiutik,
menurunkan tingkat kecemasan pasien saat masuk ke
Rumah Sakit.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan


perawat-perawat di ruang Safir menyatakan bahwa kegiatan
proses penerimaan klien baru sudah optimal dengan adanya
serah terima klien untuk perawat yang mengantar dengan
perawat yang jaga serta tersedianya format lembar serah
terima klien, adanya lembar tata tertib klien dan keluarga
klien, serta penjelasan mengenai aturan yang berlaku di
ruangan.

c. Sentralisasi Obat
Kontroling terhadap penggunaan dan konsumsi obat, sebagai
salah satu peran perawat perlu dilakukan dalam suatu pola/
alur yang sistematis sehingga penggunaan obat benar –
benar dapat dikontrol oleh perawat sehingga resiko kerugian
baik secara material maupun secara non material dapat
dieliminir.

Dari hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 18 Mei


2018, sentralisasi obat oleh perawat dikategorikan baik. Dari
5 perawat, 5 orang perawat (100%) selalu melakukan
sentralisasi obat. Sedangkan dari hasil observasi tentang
pemberian informasi mengenai nama obat, indikasi dan efek
samping dari 5 orang perawat, belum ada yang melakukan
pemberian informasi tersebut. Dari hasil wawancara perawat
mengatakan pemberian informasi membutuhkan banyak
waktu, namun untuk obat-obat khusus perawat akan
menjelaskan kepada pasien.
h. Struktur Organisasi

DIREKTUR
Dr. dr. Izaak Zoelkarnain A.Sp.OT

WADIR PELAYANAN
Drg. Yuyun Sukaesi

KABID KEPERAWATAN ADMINISTRASI


Hj. Luh Gede S, S.Kep H. ISMAIL, S.Sos

KASI SDM KASI SARANA KA’ INSTALASI


KEPERAWATAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN
Hj. Jum’ah, S.Kep, Ners Dwi Nidji Hastanti, S.Kep, H. Asmari, S.Kep, Ners
Ners

KEPALA RUANGAN SAFIR


Marhaidi, S.Kep, Ners

KATIM I KATIM II KATIM III


Aulia, AMK M. Hidayatullah, AMK Ermadayanti, S.Kep, Ners

• Sri Wahyuni, AMK • Supriadi, S.Kep.,Ners • Dewi Muthia J, S. Kep,


• Luthfia Midawati, • Hairil Irvan, AMK Ners
AMK • Lutfi R. Ahmad, • Lara Dita W, AMK
• Maya Rosana, AMK S.Kep.,Ners • M. Ihsan Supriadi,
• Markiyah, AMK • Muhyar Supian, AMK S.Kep.,Ners
• Neneng Kartika, • Ahmad Yani, S.Kep, • Fitria Hidayati, AMK
AMK Ners • Ike Gustiana N, S.Kep,
• A. Murdini Hasbi, Ners
AMK • Irma Liani, AMK

CLEANING SERVICE
MARIATUL SANIAH

PEKARYA
SAIFUL BAHRI

ADMINISTRASI
H. ISMAIL, S.Sos
3.2.5 Pembiayaan (M4-Money)
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Ruangan Safir RSUD Dr.
H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin, mengenai sumber pembiayaan
ruangan berasal dari dana rumah sakit, sumbangan Anggaran Pendapatan
dan Belajar Daerah (APBD) dan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).
Anggaran dana untuk pembayaran gaji perawatan yang PNS sudah diatur
oleh pihak pemerintah ditambah intensif dari jasa pelayanan, jamkesmas,
jamkesprov/jamkesda, sedangkan gaji pegawai Non PNS/BLUD diatur
oleh pihak rumah sakit ditambah insentif dari jasa pelayanan, jamkesmas,
jamkesprov, jamkesda, sedangkan pemeliharaan ruangan seperti sarana
dan prasarana dan alat kesehatan serta perbaikan keadaan ruang safir
biasanya diperoleh dari penghasilan yang dikelola sendiri oleh rumah
sakit dari anggaran pertahun oleh APBN/APBD. Prosedur pengadaan
barang dan jasa dananya bersumber dari BLUD Dr. Moch. Ansari saleh
Banjarmasin.
No Kegiatan Jumlah Persentasi
Masuk Keluar Pembiayaan
Laki- Perempuan Jlh Laki Perempuan Jlh
laki -laki
1. Membayar/Umum 1 2 3 2 5 7 7%
2. BPJS Non PBI
a. ASKES PNS 3 12 15 4 12 16 17%
b. Mandiri 25 28 53 20 26 46 47%
3. BPJS PBI
a. Jamkesmas 9 12 21 8 12 20 20%
b. Jamkesda 6 0 6 7 1 8 8%
a. Jamkesprov 1 0 1 1 0 1 1%
Total 45 54 99 42 56 98 100%

3.2.6 Pemasaran (M5-Marketing/Mutu)


3.2.6.1 Prestasi yang pernah diraih
Belum ada prestasi yang pernah diraih karena belum ada inovasi
dan kreasi yang membuat ruangan Safir mendapat prestasi,
karena sebelumnya memang tidak ada perlombaan antar ruangan
di Rumah sakit.
3.2.6.2 Unggulan ruang perawatan
Belum ditemukan keunggulan yang membuat Ruang Safir
berbeda dari ruangan perawatan lainnya di RSUD Anshari Saleh.

3.3 Proses
3.3.1 Fungsi Perencanaan
3.3.1.1 Visi ruangan
“Terwujudnya sistem pemberian pelayanan keperawatan profesional
yang berkesinambungan”
3.3.1.2 Misi ruangan
1) Meningkatkan kinerja profesional kerja perawat.
2) Meningkatkan mutu asuhan keperawatan sesuai dengan ilmu
keperawatan kode etik dan undang-undang kesehatan,
pelatihan staf dan perkembangan SDM.
3) Meningkatkan kerja sama antar profesi di ruang lingkup
penyakit dalam.
4) Ikut serta mendukung visi dan misi RSUD Dr. H. Moch.
Ansari Saleh Banjarmasin.
3.3.1.3 Motto Ruangan Safir
Keselamatan Pasien Kami Utamakan
3.3.1.4 Standar Operasional Prosedur
Standar Prosedur Operasional (SPO) Ruang Safir menggunakan
SPO yang telah disediakan bidan keperawatan RSUD Dr. H.
Moch. Ansari Saleh Banjarmasin.
Tabel. SOP yang digunakan di Ruang Safir RSUD Dr. H. Moch.
Ansari Saleh Banjarmasin.
No. Standar Operasional Prosedur (SOP) Keperawatan
1. Mengukur Suhu Tubuh
2. Menghitung Pernapasan
3. Menghitung Denyut Nadi
4. Mengukur Tekanan Darah
5. Menimbang Berat Badan
6. Memberikan Obat Melalui Oral
7. Memberikan Obat Injeksi Sub Cutan
8. Memberikan Obat Injeksi IntraVena
9. Memberikan Obat Injeksi Intra Muscular
10. Memberikan Obat Injeksi Intracutan
11. Pemberian Oksigen dengan Menggunakan Nasal Kanul
12. Pemberian Oksigen dengan Menggunakan Masker
13. Pemberian Oksigen dengan Menggunakan Nasal Kateter
14. Melakukan Semprot Gliserin
15. Pemasangan NGT
16. Kateterisasi Urine
17. Memberikan Makanan Melalui NGT
18. Memasang Infus
19. Memasang Transfusi Darah
20. Mengganti dan Memasang Pembalut Luka
21. Mencuci tangan dengan cara steril
22. Memakai sarung tangan steril
23. Mencuci tangan dengan cara desinfeksi
24. Mencuci tangan biasa
25. Cuci tangan steril
26. Pemakaian Syringe pump
27. Pemakaian Nebulizer
28. Pemakaian Regulator dan tabung Oksigen
29. Penggunaan APAR
30. Orientasi klien baru di ruang rawat inap
31. Persiapan klien pulang dari ruang rawat inap
32. Proses asuhan keperawatan
33. Timbang terima
34. Memakai masker
35. Perawatan klien dalam isolasi
36. Manajemen nyeri keperawatan
37. Menyiapkan obat suntik/injeksi dari ampul/vial
38. Memberikan injeksi dengan alat khusus/pen
39. Pemberian obat dengan belus intra vena
40. Melakukan skin test

3.3.1.5 SAK
Standar Asuhan Keperawtaan (SAK) ruang safir sesuai dengan
keputusan direktur RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin
yaitu (No.821/25//-TU/RSAS/2015).

Tabel. Standar Asuhan Keperawatan (SAK) di Rauang Safir


No. Standar Asuhan Keperawatan (SAK)
1. SAK Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan
tubuh
2. SAK Ketidakseimbangan Nutrisi: Lebih dari kebutuhan
tubuh
3. SAK Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Lebih dari
Kebutuhan Tubuh
4. SAK Gangguan menelan
5. SAK Risiko Ketidakseimbangan kadar glukosa darah
6. SAK SAK Risiko Ketidakseimbangan elektrolit
7. SAK Kesiapan meningkatkan keseimbangan caiaran
8. SAK Kekurangan Volume: cairan
9. SAK Kelebihan Volume: cairan
10. SAK Risiko Kekurangan cairan
11. SAK Risiko Ketidakseimbangan volume cairan
12. SAK Gangguan eliminasi urine
13. SAK Retensi Urine
14. SAK Risiko Konstipasi
15. SAK Diare
16. SAK Gangguan Pertukaran gas
17. SAK Insomnia
18. SAK Gangguan Pola tidur
19. SAK Hambatan mobilitas di tempat tidur
20. SAK Hambatan Mobilitas fisik
21. SAK Keletihan
22. SAK Intoleransi aktivitas
23. SAK Risiko intoleransi aktivitas
24. SAK Ketidakefektifan pola nafas
25. SAK Penurunan curah jantung
26. SAK Risiko Ketidakefektifan perfusi gastrointestinas
27. SAK Risiko Ketidakefektifan perfusi ginjal
28. SAK Gangguan Ventilasi Spontan
29. SAK Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
30. SAK Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan jantung
31. SAK Ketidakefektifan perfusi jaringan otak
32. SAK Disfungsi respon penyapihan ventilator
33. SAK Defisit perawatan diri: mandi
34. SAK ansietas
35. SAK Ansietas kematian
36. SAK Ketakutan
37. SAK Resiko Aspirasi
38. SAK Resiko Mata Kering
39. SAK Resiko jatuh
40. SAK Risiko Jatuh
41. SAK Kerusakan membrane mukosa oral
42. SAK Kerusakan integritas kulit
43. SAK Risiko Ketidakseimbangan tubuh
44. SAK Hipertermi
45. SAK Hipotermi
46. SAK Ketidakefektifan termoregulasi
47. SAK Gangguan Rasa Nyaman
48. SAK Mual
49. SAK Nyeri akut
50. SAK Nyeri Kronik
3.3.2 Fungsi pengorganisasian
3.3.2.1 Struktur organisasi

DIREKTUR
Dr. dr. Izaak Zoelkarnain A.Sp.OT

WADIR PELAYANAN
Drg. Yuyun Sukaesi

KABID KEPERAWATAN ADMINISTRASI


Hj. Luh Gede S, S.Kep H. ISMAIL, S.Sos

KASI SDM KASI SARANA KA’ INSTALASI


KEPERAWATAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN
Hj. Jum’ah, S.Kep, Ners Dwi Nidji Hastanti, S.Kep, H. Asmari, S.Kep, Ners
Ners

KEPALA RUANGAN SAFIR


Marhaidi, S.Kep, Ners

KATIM I KATIM II KATIM III


Aulia, AMK M. Hidayatullah, AMK Ermadayanti, S.Kep,
Ners

• Sri Wahyuni, AMK • Supriadi, S.Kep.,Ners • Dewi Muthia J, S. Kep,


• Luthfia Midawati, • Hairil Irvan, AMK Ners
AMK • Lutfi R. Ahmad, • Lara Dita W, AMK
• Maya Rosana, AMK S.Kep.,Ners • M. Ihsan Supriadi,
• Markiyah, AMK • Muhyar Supian, AMK S.Kep.,Ners
• Neneng Kartika, • Ahmad Yani, S.Kep, • Fitria Hidayati, AMK
AMK Ners • Ike Gustiana N, S.Kep,
• A. Murdini Hasbi, Ners
AMK • Irma Liani, AMK

CLEANING SERVICE
MARIATUL SANIAH

PEKARYA
SAIFUL BAHRI

ADMINISTRASI
H. ISMAIL, S.Sos
Gambar 3.6 Struktur Organisasi di Ruang Safir RSUD Dr. H.
Moch. Ansari Saleh Banjarmasin

3.3.2.2 Uraian tugas


1. Tanggung jawab kepala ruangan:
a) Perencanaan
1) Menunjuk ketua tim akan bertugas di ruangan
masing-masing.
2) Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya.
3) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien:
gawat, transisi, dan persiapan pulang bersama ketua
tim.
4) Mengidentifikasikan kebutuhan tenaga perawat yang
dibutuhkan pasien bersama ketua tim, pengatur
penugasan/penjadwalan.
5) Merencanakan kebutuhan logistik.
6) Melakukan pendokumentasian.
b) Pengorganisasian
1) Menetapkan sistem penugasan tentang kendali.
2) Menjelaskan rincian tugas klien.
3) Mengendalikan tenaga di ruang perawat.
4) Mengatur dan mengendalikan situasi lahan praktik.
5) Mendelegasikan tugas kepada ketua tim.
6) Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.
c) Pengarahan
1) Memberi pengarahan tentang penugasan kepada
ketua tim
2) Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan,
keterampilan dan sikap kepada katim dan pelaksana.
3) Memberikan pujian pada staff, membimbing/
supervisi staff
4) Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
d) Pengawasan
1) Mengevaluasi kinerja tim.
2) Memberikan umpan balik pada kinerja tim.
3) Mengatasi masalah di ruang rawat dan menetapkan
tindak lanjut.
4) Melakukan pendokumentasian
2. Tanggung Jawab Katim
a) Perencanaan
1) Menerima serah terima asuhan keperawatan.
2) Membagi tugas bersama kepala ruangan.
3) Mempersiapkan keperluan asuhan keperawatan.
4) Menyusun rencana perawatan.
5) Memimpin ronde.
6) Mengorientasikan klien baru.
7) Melakukan pendokumentasian.
b) Pengorganisasian
1) Menjelaskan tujuan pengorganisasian.
2) Membuat rincian anggota tugas tim.
3) Mengkoordinasikan kolaborasi bersama.
c) Pengarahan
1) Memberikan pengarahan pada anggota tim.
2) Memberikan bimbingan.
3) Memberikan informasi.
4) Mengawasi proses pemberian/intervensi asuhan
keperawatan.
5) Melibatkan anggota tim sejak awal kegiatan.
6) Memberi pujian dan motivasi.
7) Melakukan pendokumentasian.
d) Pengawasan
1) Mengevaluasi asuhan keperawatan.
2) Memberikan umpan balik pada anggota tim atas
pelaksanaan rencana perawatan.
3) Melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan.
3. Tanggung jawab Perawat pelaksana (PA)
a) Perencanaan
1) Mengikuti serah terima.
2) Menerima pemberian tugas dari ketua tim.
3) Mempersiapkan keperluan asuhan keperawatan.
4) Melaksanakan rencana perawatan.
5) Mengikuti ronde.
6) Menerima klien baru.
7) Melakukan pendokumentasian.
b) Pengorganisasian
1) Menerima penjelasan tujuan pengorganisasian.
2) Menerima pembagian tugas.
3) Melaksanakan tugas yang diberikan ketua tim.
4) Menyesuaikan waktu istirahat dengan anggota tim
lain.
5) Menerima tugas delegasi dari tim.
6) Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.
c) Pengarahan
1) Menerima pengarahan dan bimbingan dari ketua tim.
2) Menerima informasi.
3) Melakukan pendokumentasian.
d) Pengawasan
1) Menyerahkan laporan yang diperlukan untuk
mengevalusi asuhan keperawatan.
2) Melakukan pendokumentasian.
3.3.2.3 Pengaturan pengorganisasian pasien
Gambar 3.8 Alur masuk pasien di Ruang Safir RSUD Dr. H.
Moch. Ansari Saleh Banjarmasin

Pasien datang ke RSUD.


Banjarmasin

Poliklinik IGD

Ruang Rawat Safir

Klien Poliklinik Klien IGD

Pemeriksaan & Pengobatan Pemeriksaan & Pengobatan


A. Pemeriksaan umur < 40 Thn : Klien pulang 1. Laboratorium
1. Laboratorium APS/Ijin Dokter 2. Radiologi (sesuai Kebutuhan)
2. Radiologi (sesuai Kebutuhan) 3. EKG(sesuai Kebutuhan)
3. Co. Pembiusan 4. Co. Penyakit Dalam (sesuai
B. Pemeriksaan umur > 40 Thn : kebutuhan)
1. Laboratorium 5. Co. Anak (sesuai kebutuhan)
2. Radiologi (foto thorax) 6. Co. Pembiusan
3. EKG(sesuai Kebutuhan) 7. Co. Anastesi
4. Co. Penyakit Dalam
5. Co. Bagian jantung (sesuai
keperluan) Calonkan Operasi ke
6. Co. Anastesi SMF Bedah
4. Co. Pembiusan

Nunggu Penentuan Operasi

Operasi klien diantar ke kamar Operasi

Ruang ICU
Kembali keruangan safir

Klien pulang
Perawatan & Penyembuhan APS/Ijin Dokter
Nilai standar jumlah perawat per shift berdasarkan klasifikasi
menurut Douglas
Tabel 3.14 Klasifikasi klien berdasarkan tingkat
ketergantungan
KLASIFIKASI DAN KRITERIA
Minimal Care (1-2 jam)
a. Dapat melakukan kebersihan diri sendiri, mandi, ganti
pakaian dan minum.
b. Pengawasan dalam ambulasi atau gerakan.
c. Observasi Tanda vital setiap shift.
d. Pengobatan minimal, status psikologi stabil.
e. Persiapan prosedur pengobatan
Intermediet Care (3-4 jam)
a. Dibantu dalam kebersihan diri, makan dan minum, ambulasi.
b. Observasi tanda vital tiap 4 jam.
c. Pengobatan lebih dari 1 kali.
d. Pakai foley kateter.
e. Pasang infuse, intake out-put dicatat.
f. Pengobatan perlu prosedur.
Total Care (5-6 jam)
a. Dibantu segala sesuatunya.
b. Posisi diatur.
c. Observasi tanda vital tiap 2 jam.
d. Pakai NGT.
e. Terapi intravena, pakai suction.
f. Kondisi gelisah/disorientasi/tidak sadar.

Pada dinas pagi, menggunakan metode tim yaitu karu,


supervisor dan katim menjalankan tugas managerial dan
asuhan keperawatan, sedangkan perawat pelaksana murni
bertugas menjalankan asuhan keperawatan.

Pada dinas sore dan malam, metode yang digunakan adalah


tim, dimana pemberian asuhan keperawatan dengan
karakteristik, kontinuitas dan komprehensif dalam asuhan
keperawatan oleh dua orang perawat yang bertanggung jawab
merencanakan, melakukan, dan mengkoordinasikan selama
pasien dirawat diruang perawatan, perawat yang bertanggung
jawab selama shif dinas dengan tugas pokok menerima dan
mengorientasikan pasien yang masuk, melakukan pengkajian
dan menegakan diagnosis, membuat rencana dan mengadakan
komunikasi dan koordinasi dengan perawat lain antara
rencana yang dibuat, mengevaluasi hasil tindakan, membuat
rencana pulang dan melakukan rujukan.

3.3.3 Fungsi Pengaturan Staf/(Staffing)


3.3.3.1 Orientasi staf perawat yang baru
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan Ruang Safir,
diketahui bahwa sebelum diterima di ruangan dilakukan kegiatan
orientasi langsung oleh bagian Kasi SDM Keperawatan selama 3
bulan di ruangan yang berbeda serta dilak. Setelah itu ditugaskan
di ruangan safir dan dilakukan orientasi oleh kepala ruangan
dinama staf perawat yang baru akan berdinas pagi selama satu
bulan pertama, kecuali jika keperluan mendadak bisa dijadwalkan
pagi, siang atau malam.
3.3.3.2 Pengaturan jadwal dinas
Berdasarkan data yang didapat bahwa ruang Safir lantai 3
(Penyakit Dalam) didapatkan bahwa pengaturan jadwal dinas pada
ruang Safir lantai 3 (Penyakit Dalam) telah ditetapkan jumlah jam
kerja dalam satu bulan 150 jam, kemudian diserahkan pada bagian
supervisi dan diberitahukan ke kepala ruangan, selanjutnya akan
disesuaikan dengan perawat diruangan.
3.3.3.3 Sistem perhitungan tenaga
Pada suatu pelayanan profesional, jumlah tenaga yang dibutuhkan
tergantung pada jumlah pasien dan derajat ketergantungan pasien.
a. Perhitungan Menurut Douglas
Menurut Douglas dalam Nursalam (2011) diklasifikasikan
derajat ketergantungan pasien dibagi 3 kategori yaitu :
1. Perawatan Minimal : 1-2 jam/24 am
2. Perawatan Intermediet/parsial : 3-4 jam/24 jam
3. Perawatan Total : 5-6 jam/24 jam
Nilai standar jumlah perawat per shift berdasarkan klasifikasi
pasien menurut Douglas.
Tabel 3.15 Nilai standar jumlah perawat per shift berdasarkan
klarifikasi pasien menurut Douglas
Klasifikasi Pasien Pagi Sore Malam
Minimal Care 0,17 0,15 0,07
Partial Care 0,27 0,15 0,10
Total Care 0,36 0,30 0,20

Tabel 3.16 Kebutuhan Tenaga Perawat Tiap Shift Berdasarkan Tingkat


Ketergantungan Pasien di Ruang Safir lantai 3 (Penyakit Dalam)

Jumlah Jumlah Kebutuhan Tenaga


Tingkat
Ketergantungan klien
Pagi Sore Malam

Minimal 16 16 x 0,17 = 2,72 16 x 0,14 = 2,24 16 x 0,07 = 1,12


Parsial 8 8 x 0,27 = 2,16 8 x 0,15 = 1,2 8 x 0,10 = 0,8
Total 0 0 x 0,36 = 0 0 x 0,36 = 0 0 x 0,20 = 0
Jumlah 24 4,88 3,44 1,92

Total Kebutuhan Tenaga Perawat perhari:


Pagi : 4,88 = 5 orang
Sore : 3,44 = 3 orang
Malam : 1,92 = 2 orang
Total : 10,24 = 10 orang
Jumlah perawat yang dibutuhkan 10 orang perhari.
Penambahan untuk loss day: 1/3 x 10 orang = 3,3 = 3 orang.
Jadi total jumlah perawat yang dibutuhkan adalah 10 Orang
+ 3 Orang = 13 orang + 1 orang Karu = 14 Orang
Keterangan :
10 adalah jumlah total tenaga perawat
3 adalah jumlah tenaga perawat yang lepas dinas
1 adalah perawat yang menjadi kepala ruangan

Dilihat dari perhitungan douglass dengan keadaan ruang


Safir menunjukkan bahwa tenaga perawat diruang melebihi
tenaga keperawatan yang dibutuhkan, namun hal ini dilihat
dari jumlah pasien dan tempat tidur yang ada diruangan.
Pada tanggal 17 Mei 2018 pasien 24 orang sedangkan
jumlah tempat tidur di ruang Safir ada 29 unit, yang artinya
ada 5 tempat tidur yang kosong. Dilihat dari hal ini jika
jumlah tempat tidur yang ada di ruang Safir terisi penuh
maka kemungkinan jumlah tenaga perawat di ruang Safir
tidak mencukupi dan juga dilihat dari jumlah tenaga perawat
yang cuti.
b. Perhitungan Menurut Gillies
Menurut Gillies Kebutuhan tenaga perawat adalah secara
kuantitatif dapat dirumuskan dengan perhitungan sebagai
berikut:

A x B x 365
Tenaga Perawat (TP) =
(365-C)x jam kerja/hari

Keterangan:
A : Jam efektif/24 jam →waktu perawatan yang
dibutuhkan klien/hari
Bangsal A Medikal 3,4 jam
Bangsal B, Perawatan Bedah 3,5 jam
Bangsal C Nifas, 3 jam
Bangsal D Bayi, 2,5 jam
Bangsal E Anak 4 jam
Bangsal Ruang Safir lantai 3 (Penyakit dalam)
merupakan bangsal medikal (3,4 jam)
B : Rata-rata jumlah klien perhari → BOR x Jumlah tempat
tidur
BOR ruang perawatan 61,2% periode April 2018
C : Jumlah hari libur (76 hari), 365 = jumlah hari kerja
dalam 1 tahun
Sehingga:
Untuk kebutuhan tenaga perawat di ruang perawatan
biasa adalah :
3,4 𝑥 (61,2%𝑥29) 𝑥 365
Tenaga perawat =
(365−76)𝑥7

3,4 𝑥 (17,7) 𝑥 365


= (365−76)𝑥7
60,18 𝑥 365
=
2023
21965,7
=
2023
= 10,85 (11 orang).

c. Perhitungan kebutuhan tenaga perawat menurut Lokakarya


PPNI Keperawatan
Penentuan kebutuhan tenaga perawat menurut Lokakarya
PPNI, dengan mengubah satuan hari dengan minggu.
Selanjutnya jumlah hari kerja efektif dihitung dalam minggu
sebanyak 41 minggu dan jumlah kerja perhari selama 40 jam
perminggu. PPNI berusaha menyesuaikan lama kerja dan
libur yang berlaku di Indonesia.Diketahui jumlah tempat
tidur diruang Safir lantai 3 (Penyakit Dalam) adalah 29 unit,
BOR bulan April 2018 61,2%.

TP =A x 52 (mg) x 7 (hr) (29 x 61,2%)x 125%


41 (mg) x 40 (jam)
Jadi tenaga perawat yang dibutuhkan diruang Safir
Umumyaitu :
TP =(3,4 x 52 x 7) x (57 x 61,2%) x 125%
41 (mg) x 40 (jam)
=1237,6 x 34,9 x125 %
1640
= (43192,24) x 125 %
1640
= 26.34 x 125%
= 32,92 = 33 orang
Jumlah tenaga keperawatan yang ada di ruang Safir lantai 3
(Penyakit Dalam) ada 21 orang tenaga perawat, dimana
didalamnya sudah termasuk Kepala Ruangan dan
Supervisor. Jumlah tenaga perawat pelaksananya sendiri ada
17 orang. Berdasarkan perhitungan di atas, didapatkan
kebutuhan tenaga perawat di ruang Safir lantai 3 (Penyakit
Dalam) yaitu 33 orang, itu berarti di ruangan ini kekurangan
12 orang tenaga perawat untuk ruang perawatan.

3.3.4 Fungsi pengarahan (Operan, Pre dan post conferent, Motivasi kepada
perawat, Pendelegasian, Supervisi dan Ronde Keperawatan)
3.3.4.1 Operan
Berdasarkan data hasil quesioner pada 7 orang perawat di
ruang safir, menunjukkan bahwa 4 orang perawat (57,1%)
menyatakan kadang-kadang saja timbang terima dipimpin
oleh kepala ruangan.

Timbang terima

Tidak
43%

Ya
57%

Ya Tidak

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dibagi


prosedur alur timbang terima selama ini sudah dilakukan pada
setiap pergantian shift jaga.

Menurut hasil wawancara timbang terima yang dilakukan di


Ruang Safir saat ini untuk shift malam ke shift pagi
dilaksanakan dan keliling peruangan tetapi untuk shift
siang/sore ke malam timbang terima dilakukan hanya lisan di
nurse station disertai pencatatan dibuku laporan status.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, ada timbang
terima hanya dilakukan dengan lisan pada pergantian shift
pagi tetapi tidak dilakukan keliling ruangan.
Pengertian Timbang terima itu sendiri adalah suatu cara
dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang
berkaitan dengan keadaan pasien (Hidayah, 2014). Timbang
terima (operan) adalah merupakan teknik atau suatu cara
untuk menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang
berkaitan dengan keadaan pasien. Proses timbang terima
dipimpin oleh kepala ruangan dan dilaksanakan oleh seluruh
perawat yang bertugas maupun yang akan mengganti shift.
Perawat primer menyampaikan kepada penanggung jawab
shift selanjutnya yang akan mengganti shift timbang terima
pertama dilakukan di ners station kemudian ke bed pasien dan
kembali lagi ke ners station isi timbang terima mencakup
jumlah pasien, masalah keperawatan,intervensi yang sudah
dilakukan. Intervensi yang belum dilakukan dan pesan
khusus. Setiap pasien tidak lebih dari 5 menit saat klarifikasi
dan ke pasien (Nursalam, 2008).

3.3.4.2 Pre dan Post Confrence


Pre conference adalah pertemuan semua tim yang dilakukan
setiap hari sebelum menemui pasien, untuk berkoordinasi
dalam rencana pemberian asuhan keperawatan sehingga tidak
terjadi pengulangana asuhan, kebingungan bagi pemberi
asuhan keperawatan. (Nursalam, 2014).

Post conference adalah pertemuan semua tim tentang hasil


kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift
kepada shift berikutnya.

Menurut hasil wawancara dengan kepala ruangan, pre dan


postconferen dilakukan tidak terencana dan tidak terjadwal
pre dan postcoferen, hanya berjalan secara langsung sesuai
dengan pada saat timbang terima. tetapi berdasarkan hasil
observasi yang dilakukan pre dan post conference selain pada
hari senin dilakukan belum maksimal hanya dilakukan pertim
yang bertugas.
3.3.4.3 Motivasi Kepada Perawat
Motivasi adalah perasaan atau pikiran yang mendorong
seseorang melakukan pekerjaan atau menjalankan kekuasaan,
terutama dalam berperilaku (Nursalam, 2014).

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan


didapatkan pemberian motivasi dilakukan apabila ada keluhan
dari perawat dan kepala ruangan hanya menyediakan forum
untuk menyampaikan keluhan-keluhan dan dari situ diberikan
motivasi.

3.3.4.4 Pendelegasian
Pendelegasian adalah penyelesaian suatu pekerjaan melalui
orang lain atau dapat juga diartikan sebagai pelimpahan suatu
tugas kepada seseorang atau kelompok dalam menyelesaikan
tujuan organisasi (Nursalam, 2014).

Berdasarkan hasil wawancara kepada kepala ruangan


didapatkan bahwa pendelegasian di limpahkan ke ketua tim
dengan surat izin tertulis.

3.3.4.5 Suvervisi
Supervisi adalah melakukan pengamatan secara langsung dan
berkala oleh atasan terhadap pekerjaan yang dilaksanakan
oleh bawahan untuk kemudian apabila ditemukan masalah,
segera diberikan petunjuk atau bantuan yang bersifat langsung
guna mengatasinya (Hidayah, 2014).

Supervisi merupakan pengawasan partisipatif dalam bentuk


komunikasi yang bertujuan untuk memastikan kegiatan yang
dilaksanakan sesuai dengan tujuan dengan cara melakukan
pengawasan terhadap pelaksananaan kegiatan. Untuk
memastikan pelaksanaan kegiatan sesuai standar.
Dari hasil wawancara didapatkan kepada kepala ruangan
bahwa suvervisi dirangkap oleh kepala ruangan, informasi
yang didapatkan dari kepala ruangan, kepala ruangan
melakukan suvervisi secara lisan dengan ketua tim.

3.3.4.6 Ronde Keperawatan


Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan yang bertujuan
untuk mengatasi masalah keperawatan pasien yang
dilaksanakan oleh perawat, disamping pasien dilibatkan untuk
membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan akan tetapi
pada kasus tertentu harus dil-akukan oleh perawat primer atau
konselor, kepala ruangan, perawat assosciate yang perlu juga
melibatkan seluruh anggota tim.
Menurut hasil data quesioner menunjukkan bahwa
Menurut hasil wawancara kepala ruangan didapatkan
pelaksanaan ronde masih belum dilakukan karena kesulitan
untuk mengumpulkan anggota medis lainnya seperti dokter,
fisioterapi dan gizi dan juga ruangan lain. Dari hasil observasi
tanggal 17 Mei 2018 tidak terlihat format ronde keperawatan
dan kegiatan ronde keperawatan.

3.3.5 Fungsi pengendalian

3.4 Output
3.4.1 Indikator Mutu Ruangan (BOR, LOS, TOI, BTO)
Jumlah pasien saat ini (18 Mei 2018) yang berada di Ruang Safir Dr. H.
Moch Ansari Saleh Banjarmasin adalah sebanyak 24 pasien. Adapun
tingkat indikator pelayanaan keefisienan ruang Safir yang di hitung selama
1 bulan, yaitu bulan April 2018 adalah sebagai berikut :
3.4.1.1 BOR
Pemakaian tempat tidur dipergunakan untuk melihat berapa banyak
tempat tidur di rumah sakit yang digunakan pasien dalam suatu
masa. BOR adalah persentasi penggunaan tempat tidur. Parameter
BOR ideal antara 60-85 % (Depkes, 2005).
(Jumlah hari perawatan dirumah sakit)
𝐵𝑂𝑅 = (jumlah TT x Jumlah hari dalam satuan periode)x100%
533 x 100 %
= 61,2 %
29 𝑥 30

Dengan demikian nilai BOR ruangan Tulip IC (Bedah Umum)


selama 1 bulan yaitu April 2018 berada pada standar yaitu 61,2 %

3.4.1.2 LOS (Avarage Length Of Stay)


Menurut Depkes RI (2005) LOS adalah rata-rata lama rawat
seorang pasien. Nilai LOS ideal antara 6 – 9 hari, 1-10 hari
menurut standar nasional indikator (Nursalam, 2015). Nilai LOS
Ruang Safir pada periode bulan April 2018 adalah:
(Jumlah lamanya di rawat)
LOS = (jumlah pasien keluar RS (hidup+mati)per bulan)

LOS= 533/90
= 5,9 hari = 6 hari
Dengan demikian nilai LOS Ruang Safir selama 1 bulan
yaitu periode April 2018 yaitu 6 hari

1.4.1.3 BTO (Bed Turn Over )


Menurut Depkes RI (2005), frekuensi pemakaian tempat tidur pada
satu periode, beberapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan
waktu tertentu. Ideal nya dalam satu tahun, 5-45 hari atau 40-50
kali per satu TT / tahun.
Nilai BTO ruang Safir pada periode Bulan Mei 2018 adalah:
((jumlah pasien keluar RS (hidup+mati)per bulan) 90
BTO = = 29
(jumlah tempat tidur )

= 3,1 per bulan.


Jadi nilai BTO ruang Safir pada April 2018 adalah 3,1 kali dalam 1
bulan.

3.4.1.4 TOI (Turn Over Internal )


Menurut Depkes RI (2005) TOI adalah rata-rata hari dimana tempat
tidur tidak ditempati dan telah diisi. Indikator ini memberikan
gambaran efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur
kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.
Nilai TOI Ruang Safir pada periode April 2018 adalah
((jumlah TT x periode)− hari perawatan
TOI = (jumlah semua pasien keluar hidup+mati)
29 𝑥 30−(533)
= = 3,7 hari
90

Jadi, nilai TOI ruang Tulip IC (Bedah Umum) pada Januari adalah
3,7 hari.
Indikator mutu yang mengacu pada aspek pelayanan
a. Angka kejadian decubitus
Dari hasil observasi tanggal 19 Mei 2018, dari 20 pasien yang di
rawat di ruang Safir (Penyakit Dalam) 1 pasien yang mengalami
decubitus.
b. Angka kejadian kesalahan dalam pemberian obat
Dari hasil observasi tanggal 19 Mei 2018, dari 20 pasien yang
mendapat terapi pengobatan baik injeksi maupun oral tidak ada
terjadi kesalahan pada pemberian. Hal ini dapat dicegah karena
sebelum pemberian obat perawat membaca etiket dan kartu obat
terlebih dahulu.
c. Angka kejadian pasien jatuh
Dari hasil observasi pada rekam medis tanggal 19 Mei 2018, 20
pasien yang di rawat di ruang Safir didapatkan 4 pasien yang
memiliki risiko tinggi jatuh, 9 pasien memiliki risiko sedang jatuh,
dan 7 pasien memiliki riwayat rendah jatuh, namun dari hasil
observasi 4 pasien yang risiko tinggi jatuh belum terpasang pin
warna kuning. Dari hasil wawancara perawat mengatakan biasanya
pin warna kuning dipasangkan pada pasien dengan risiko tinggi
jatuh.

3.4.2 Hasil evaluasi penerapan SAK (Instrumen ABC)


3.4.2.1 Instrumen A
Studi dokumentasi pada pengkajian tanggal 12 dan 13 Maret
2018 pada 5 status pasien di ruang Tulip IC (Bedah Umum).
Berdasarkan tabel dibawah ini tentang hasil status pasien
terhadap format evaluasi standar Asuhan Keperawatan dengan
instrument A diketahui bahwa asuhan keperawatan di ruang
Tulip IC (Bedah Umum) di RSUD Ulin Banjarmasin
didapatkan hasil evaluasi pendokumentasian cukup baik, pada
diagnosa keperawatan sebagian kecil tidak mencerminkan
etiologinya.
Tabel 3.18 Aspek Yang Dinilai dalam Asuhan Keperawatan
No Aspek yang dinilai % Lengkap
1. Pengkajian 95,2
2. Diagnosa Keperawatan 95,2
3. Perencanaan 95,2
4. Tindakan 100
5. Evaluasi 100
Total 98,14

3.4.2.2 Survey Kepuasan Pasien dan Perawat Ruang Tulip IC (Bedah


Umum) (Instrumen B)
Tabel 3.19 Hasil Persepsi pasien/Keluarga terhadap mutu
asuhan Keperawatan

DAFTAR JAWABAN TOTAL


NO
PERTANYAAN Y % T % %

1 Apakah perawat selalu


5 33 10 67 100
memperkenalkan diri?

2 Apakah perawat
melarang
13 87 2 13 100
anda/pengunjung
merokok diruangan?

3 Apakah perawat selalu


menanyakan bagaimana
14 93 1 7 100
nafsu makan
anda/keluarga anda?

4 Apakah perawat pernah


menanyakan pantangan
7 47 8 53 100
dalam hal makanan
anda/keluarga anda?
5 Apakah perawat
menanyakan/memperhati
kan berapa jumlah
11 73 4 27 100
makanan dan minuman
yang biasa anda/keluarga
anda habiskan?

6 Apabila anda/keluarga
anda tidak mampu makan
12 80 3 20 100
sendiri apakah perawat
membantu menyuapinya?

7 Pada saat anda/keluarga


anda dipasng infus.
Apakah perawat selalu
memeriksa 15 100 0 0 100
cairan/tetesannya dan
area sekitar pemasangan
jarum infus?

8 Apabila anda/keluarga
anda mengalami
kesulitan buang air besar.
Apakah perawat
11 73 4 27 100
menganjurkan makan
buah-buahan, sayuran,
minum yang cukup dan
banyak bergerak?

9 Pada saat perawat


membantu anda/keluarga
anda waktu buang air
besar – buang air kecil, 6 40 9 60 100
Apakah perawat,
memasang
sampiran/selimut,
menutup pintu jendela,
mempersilakahkan
pengunjung keluar
ruangan

10 Apakah ruangan tidur


anda/keluarga anda
selalu dijaga
15 100 0 0 100
kebersihannya dengan
disapu dan dipel setiap
hari?

11 Apakah lantai kamar


mandi/WC selalu :
bersih, tidak licin, tidak 10 67 5 33 100
berbau, dan cukup
terang.

12 Selama anda/keluarga
anda belum mampu
mandi (dalam keadaan 15 100 0 0 100
istirahat total) apakah
dimandikan perawat.

13 Apakah anda/kelauarga
andadibantu oleh perawat
jika tidak mampu :
menggosok gigi, 2 13 13 87 100
membersihkan mulut
atau mengganti pakaian
atau menyisir rambut.

14 Apakah alat-alat tenun


seperti sprei, selimut dll 15 100 0 0 100
diganti setiap kotor.

15 Apakah perawat pernah


memberikan penjelasan 7 47 8 53 100

akibat dari : kurang


bergerak, berbaring
terlalu lama.

16 Pada saat anda/keluarga


anda masuk rumah sakit
apakah perawat
memberikan penjelasan
tentang fasilitas yang 6 40 9 60 100
tersedia dan cara
penggunaanya,
peraturan/tata tertib yang
berlaku dirumah sakit.

17 Selama anda/keluarga
anda dalam perawatan,
apakah perawat : 15 100 0 0 100
memanggil nama anda
dengan benar.

18 Selama anda/keluarga
anda dalam perawatan
apakah perawat
15 100 0 0 100
mengawasi keadaan anda
secara teratur pada pagi,
sore maupun malam hari.

19 Selama anda/keluarga
anda dalam perawatan ,
apakah perawat segera 14 93 1 7 100
memberi bantuan bila
diperlukan.

20 Apakah perawat bersikap


15 100 0 0 100
sopan dan ramah

21 Apakah anda/keluarga
anda mengetahui perawat 11 73 4 27 100

yang bertanggung jawab


setiap kali pergantian
dinas.

22 Apakah perawat selalu


memberi penjelasan
sebelum melakukan 14 93 1 7 100
tindakan
perawatan/pengobatan.

23 Apakah perawat selalu


bersedia mendengarkan
dan memperhatikan 15 100 0 0 100
setiap keluhanan
anda/keluarga anda.

24 Dalam hal memberikan


obat apakah perawat
membantu 7 47 8 53 100
menyiapkan/meminumka
n obat.

25 Selama anda/keluarga
anda dirawat apakah
diberikan penjelasan
tentang
Perawatan/pengobatan/pe 14 93 1 7 100
meriksaan lanjutan
setelah anda/keluarga
anda diperbolehkan
pulang.

TOTAL 76 % 24 % 100

Keterangan:
80-100% : Puas
60-80% : Cukup Puas
<60% : Kurang puas
Berdasarkan hasil evaluasi melalui kuesioner pada 15 klien/keluarga
yang telah dilakukan pada tanggal 17 sampai 18 Mei 2018 didapatkan
kesimpulan bahwa sebanyak 100% klien/keluarga mengatakan puas
terhadap pelayanan keperawatan terutama pada poin pertanyaan 7, 14,
17 dan 23 yaitu apakah perawat selalu memeriksa cairan infus dan
tetesannya dan area sekitar pemasangan jarum infus pada saat infus
terpasang, perawat menganti seprei, selimut saat kotor. Memanggil
nama klien dengan benar dan perawat selalu memperhatikan keluhan
pasien.

Sebanyak 67% klien/keluarga menyatakan tidak puas terhadap


pertanyaan no.1 yaitu apakah perawat selalu memperkenalkan diri.
Sedangkan untuk pertanyaan,13 dan 16 klien menjawab tidak karena
memang perawat jarang membantu pasien dikarenakan
ketidakcukupan waktu oleh perawat diruanagan.

Berdasarkan data kuesioner yang disebarkan kepada 10 orang tenaga


kerja perawat di Ruang Safir pada tanggal 17 – 18 Mei 2018.

Tabel 3.20 Tingkat Kepuasan Perawat Berdasarkan Hasil Kuesioner


tanggal 17 – 18 Mei 2018
No Pertanyaan SP P CP TP STP

1 Jumlah gaji yang diterima dibandingkan 50% 50%


pekerjaan yang saudara lakukan

2 Sistem pengkajiaan yang dilakukan 40% 60%


institusi tempat saudara bekerja

3 Jumlah gaji yang diterima dibandingkan 50% 50%


pendidikan saudara

4 Pemberian insentif tambahan atas suatu 30% 70%


prestasi atau kerja ekstra

5 Tersedianya peralatan dan perlengkapan 10% 70% 20%


yang mendukung pekerjaan

6 Tersedianya fasilitas penunjang seperti 30% 50% 20%


kamar mandi, kantin, parker

7 Kondisi ruangan kerja terutama berkaitan 10% 70% 20%


dengan ventilasi udara, kebersihan dan
kebisingan

8 Adanya jaminan atas kesehatan atau 30% 50% 20%


keselamatan kerja

9 Perhatian institusi rumah sakit terhadap 20% 60% 20%


saudara

10 Hubungan antara karyawan dalam 70% 30%


kelompok kerja

11 Kemampuan dalam bekerja sama antar 70% 30%


karyawan

12 Sikap teman-teman sekerja terhadap 20% 50% 30%


saudara

13 Kesesuaian antara pekerjaan dan 70% 30%


latarbelakang pendidikan saudara

14 Kemampuan dalam menggunakan waktu 70% 30%


bekerja dengan penugasan yang diberikan

15 Kemampuan supervise/pengawas dalam 10% 90%


membuat keputusan

16 Perlakuan atasan selama bekerja di sini 30% 70%

17 Kebebasan dalam melakukan suatu metode 30% 70%


sendiri dalam menyelesaikan pekerjaan

18 Kesempatan untuk meningkatkan 20% 60% 20%


kemampuan kerja melalui pelatihan atau
pendidikan tambahan

19 Kesempatan untuk mendapatkan posisi 10% 90%


lebih tinggi

20 Kesempatan membuat suatu prestasi dan 30% 70%


mendapatkan kenaikan pangkat

Hasil kuesioner pada perawat di ruang Safir RSUD Ansari


Saleh Banjarmasin menyatakan bahwa mayoritas jawaban
cukup puas pada pertanyaan nomer
2,4,5,6,7,8,9,15,16,17,18,19 dan 20 yaitu sebesar 68% perawat,
mayoritas jawaban puas pada pertanyaan 10,11,12,13,14 yaitu
sebesar 66% perawat. Sedangkan jawaban paling sedikit yaitu
jawaban sangat puas hanya 20% perawat yaitu pada jawaban
nomer 12 dan jawaban tidak puas yaitu hanya 20% perawat
pada pertanyaan nomer 5,6,7,8,9 dan 18.

Maka dapat disimpulakan bahwa mayoritas perawat cukup


puas. Dari hasil data analisis frekuensi, 6 dari 10 perawat
memiliki jawaban mayoritas cukup puas yaitu sebesar 60%
perawat, sisanya adalah puas yaitu 4 dari 10 perawat yaitu
40%.

3.4.2.3 Survey instrumen berdasarkan SOP di Ruang Tulip IC (Bedah


Umum) (Instrumen C)
Tabel 3.21 Diruang Tulip IC (Bedah Umum) RSUD Ulin Banjarmasin
No. Kegiatan Persentase (%)
1. Perawatan luka bersih 93
2. Cuci tangan 92,3
Rata-rata 85,4

Hasil evaluasi perawatan luka bersih yang didapatkan dari 15 item yang
dinilai, didapat observasi pada tanggal 12 maret 2018 dengan observasi 5
perawat, rata-rata terdapat 14 item yang dilakukan (93%), dengan tindakan
yang terbanyak tidak dilakukan adalah tidak memakai perlak kecil saat
melakukan perawatan luka.

Hasil evaluasi yang didapatkan dari mencuci tangan 6 item yang dinilai
kepada 5 perawat, 3 perawat melakukan sesuai dengan SOP, Sedangkan 2
perawat tidak sesuai SOP dengan rata-rata terdapat 5 item yang dilakukan
(83,3%), dengan tindakan tebanyak yang tidak dilakukan yaitu langkah ke 6
tidak membersihkan kuku dan tidak melakukan tindakan 5 momen cuci
tangan dengan baik yaitu hanya mencuci tangan setelah melakukan tindakan.

3.5 Identifikasi Masalah


3.5.1 Strength/Kekuatan
M1 (Ketenagaan)
a. Jenis ketenagaan di ruangan:
Magister : 0 orang
S.1 Kep Ners : 9 orang
D.III Kep : 17 orang
b. Adanya perawat yang mengikuti pelatihan dan workshop.
c. Sebanyak 17 perawat (60,7%) perawat sudah mendapatkan pelatihan
BTCLS
d. Masa kerja perawat lebih dari 10 tahun 6 orang, lebih dari 5 tahun 5
orang, dan selebihnya rata-rata 3 tahun.

M2 (Sarana Dan Prasarana)


a. Ruang Tulip IC (Bedah Umum) memiliki ruang khusus yang tidak
dimiliki ruang lain yaitu ruang luka bakar
b. Fasilitas yang didapatkan di ruang Tulip IC (Bedah Umum) didapatan
bahwa fasilitas seperti WC dan kamar mandi klien sudah mencukupi,
terdapat WC pada setiap blok ruangan
c. Mempunyai peralatan untuk Dressing dan semua perawat ruangan
mampu menggunakannya
d. Buku kelengkapan administrasi yang terdapat di ruang Tulip IC
(Bedah Umum) meliputi arsip pembayaran, buku sensus dan status
pasien, buku penyerahan status MR, buku penyerahan BPJS, buku
harian dan visite dokter, buku panduan SPO, dan SAK, buku injeksi
dan pemeriksaan vital sign, dan buku pelayanan gizi klien sudah
terlihat sangat bagus dan sudah digunakan.
e. Keadaan kipas angin di Tulip IC (Bedah Umum) sudah mencukupi
karena pada setiap blok ruangan yang dapat berfungsi dengan baik.

M3 Method (SP2KP)
Penerapan Model
a) Sudah ada model asuhan keperawatan yang digunakan yaitu metode
modular.
b) Model yang digunakan sesuai dengan visi dan misi ruangan
c) Hampir semua perawat mengerti/ memahami model yang digunakan
dan menyatakan cocok dengan model yang ada
d) Memiliki standar asuhan keperawatan
e) Model yang digunakan cukup efesien.
f) Terlakasananya komunikasi yang cukup baik antar profesi
Dokumentasi Keperawatan
a) Tersedianya sarana dan prasarana (administrasi penunjang)
b) Sudah ada sistem pendokumentasian terintegrasi
c) Dokumentasi keperawatan yang dilakukan meliputi pengkajian
menggunakan sistem Head to Toe serta diagnosis keperawatan sampai
dengan evaluasi dengan menggunakan SOAP
d) Format pengkajian sudah ada dan dapat memudahkan perawat dalam
pengkajian dan pengisiannya
e) Kebanyakan/hampir semua perawat mengerti cara pengisian format
dokumentasi yang digunakan dengan benar dan tepat
f) Perawat melakukan dokumentasi segera setelah melakukan tindakan.
g) Format yang digunakan sangat membantu dalam melakukan pengkajian
pada pasien
Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan perrnah dilakukan pada saat mahasiswa melakukan
praktek
Sentralisasi Obat
a) Semua perawat mengerti tentang sentralisasi obat
b) Diruangan tersebut ada sentralisasi obat. Ini dilihat dari adanya lemari
khusus obat
c) Sebagian besar perawat pernah berwenang mengurusi sentralisasi obat.
Supervisi
a. RSUD Ulin Banjarmasin merupakan RS pendidikan tipe A yang
menjadi RS rujukan bagi wilayah setempat
b. Adanya kemauan perawat untuk berubah.
c. Kepala ruangan mendukung kegiatan supervisi demi mutu pelayanan
keperawatan
Timbang Terima
a. Timbang terima merupakan kegiatan rutin, yaitu dilaksanakan 3x sehari
b. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan akan dinas
c. Dipimpin oleh supervisor
d. Adanya klarifikasi tanya jawab dan validasi terhadap semua yang
ditimbang terima
e. Semua perawat tahu hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam timbang
terima
f. Selalu ada interaksi dengan pasien selama timbang terima
g. Semua perawat mengetahui prinsip-prinsip tentang teknik penyampaian
timbang terima dihadapan pasien
h. Ada buku khusus untuk pelaporan.
i. Setelah dilaporkan, laporan ditandatangani oleh yang bersangkutan
Discharge Planning
a) Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga saat
akan pulang
b) Perawat menggunakan bahasa yang mudah dimengerti saat
perencanaan pulang
c) Adanya pemahaman tentang perencanaan pulang oleh perawat

M4 (Money)
a) Kebutuhan dana untuk pembelian alat kesehatan dengan harga < Rp.
1.000.000,- menggunakan kas dari ruang Bedah Umum, kemudian
pihak Ruangan mengajukan surat ke IRNA untuk proses klaim.
b) Kebutuhan dana untuk pembelian alat kesehatan dengan harga > Rp.
1.000.000,-, pihak ruangan akan mengajukan surat permintaan dana ke
Direktur Rumah Sakit.
c) Dana kesejahteraan pegawai diperoleh dari APBN dan APBD
d) Adanya Variasi karakteristik dari pasien (umum, Jamkesprov dan
BPJS)

M5 (Marketing)
a. Adanya SAK dan SPO sebagai pedoman dalam melaksanakan tindakan
keperawatan
b. Sebagai tempat praktik mahasiswa keperawatan D3 maupun S1
Keperawatan

3.5.2 Weakness/Kelemahan
M1 (Ketenagaan)
a. Tenaga kerja di ruangan masih kurang sehingga pelaksanaan SP2KP
masih belum maksimal
b. Belum semua tenaga perawat mendapatkan pelatihan perawatan luka
dan pelatihan cidera kepala
c. Masih ada sebagian perawat yang melakukan tindakan keperawatan
tidak sesuai dengan SOP yang sudah ditetapkan

M2 (Sarana Dan Prasarana)


a. Belum terpakainya sarana dan prasarana secara optimal
b. Wastafel hanya disediakan 4 buah dan hanya tidak ada satupun
wastafel yang bisa digunakan
c. Pada ruang ners station meja tampak berantakan dengan berkas-berkas
dan buku status.

M3 METHOD (SP2KP)
Penerapan Model
a. Menurut lokakarya PPNI tenaga kerja diruangan masih kurang 13
orang sehingga pelaksanaan SP2KP masih belum maksimal
b. Job kadang-kadang tidak sesuai dengan lulusan akademik yang
berbeda tingkatannya (kurang jelas)
Dokumentasi Keperawatan
Sistem pendokumentasian masih dilakukan secara manual (belum ada
komputerisasi)
Ronde Keperawatan
a. Ronde keperawatan yang sesuai dengan teori hanya dilakukan ketika
ada mahasiswa praktek manajemen
b. Tidak adanya pembentukan tim dalam pelaksanaan ronde
keperawatan.
Sentralisasi Obat
Selama ini belum ada format serah terima sentralisasi obat untuk pasien
Supervisi
Belum adanya format penilaian supervise
Timbang Terima
Masalah keperawatan lebih fokus pada diagnosa medis
Discharge Planning
a. Pelaksanaan perencanaan pulang belum optimal
b. Tidak tersedianya brosur atau leaflet untuk pasien saat melakukan
perencanaan pulang
c. Keterbatasan waktu perawat dalam pemberian penkes
d. Belum optimalnya pendokumentasian perencanaan
pulang

M4 (Money)
Kebutuhan dana untuk pembelian alat kesehatan dengan biaya > Rp.
1.000.000,- harus mengajukan surat terlebih dahulu ke Direktur sehingga
membutuhkan waktu yang lama untuk pencairan dana.

M5 (Marketing)
a) Kurangnya pengawasan terhadap pelaksanaan tindakan sesuai SOP
b) Penggunaan APD dan hand hygiene saat melakukan tindakan masih
belum maksimal

3.5.3 Opportunity/Peluang:
M1 (Ketenagaan)
a. Adanya kebijakan pemerintah tentang profesionalisasi perawat
b. Rumah sakit memberikan kebijakan untuk pelatihan bagi perawat
ruangan
c. Rumah Sakit memberikan kesempatan untuk meningkatkan
kemampuan kerja melalui pelatihan dan meningkatkan pendidikan
d. Adanya SOP yang membantu pekerjaan perawat ruangan

M2 (Sarana Dan Prasarana)


a) Kebijakan pemerintah untuk menambah sarana dan pra sarana di Rumah
Sakit
b) Diharapkan adanya selalu perbaian baik sarana, dan prasarana yang
menunjang terhadap perawatan klien seperti penambahan alat dan
barang-barang kesehatan yang diperlukan klien
c) Diharapakan selalu adanya perbaikan penyusunan alat-alat dan buku-
buku di ners station agar terlihat rapi dan nyaman
M3 Method (SP2KP)
Penerapan Model
a) Kepercayaan dari pasien dan masyarakat cukup baik
b) Adanya kerjasama dengan institusi klinik-klinik independen
c) Adanya kebijakan pemerintah tentag profesionalisme
Dokumentasi Keperawatan
a) Adanya mahasiswa praktik Manajemen Keperawatan
b) Adanya program pelatihan tentang program pendokumentasian
keperawatan
c) Peluang perawat untuk meningkatkan pendidikan (pengembangan
SDM)
d) Adanya kerjasama yang baik antara mahasiswa dan perawat ruangan
Ronde Keperawatan
Adanya kasus yang memerlukan perhatian khusus oleh perawat ruangan
dan kepala ruangan
Sentralisasi Obat
a) Kerjasama yang baik antara perawat dan mahasiswa
b) Adanya mahasiswa yang praktik manajemen keperawatan
Supervisi
a) Adanya mahasiswa yang praktik manajemen keperawatan
b) Terbuka kesempatan untuk melanjutkan pendidikan atau magang

Timbang Terima
a) Adanya mahasiswa yang praktik di ruangan
b) Adanya kerjasama yang baik antara mahasiswa dengan perawat ruangan
c) Bersedianya keluarga pasien untuk memberikan informasi pada
kegiatan timbang terima
Discharge Planning
a) Adanya mahasiswa yang melakukan praktik
b) Adanya kerjasama yang baik antara mahasiswa dengan perawat ruangan
c) Kemauan pasien atau keluarga terhadap anjuran perawat

M4 (Money)
a) Status RSUD Ulin sebagai Rujukan Bertipe A
b) Adanya kerjasama dengan pihak ketiga dalam hal pembiayaan
Sebagai tempat praktik mahasiswa keperawatan D3 maupun S1

M5 (Mesin)
a) Adanya mahasiswa yang berpraktik manajemen
b) Adanya kebijakan untuk menerapkan SP2KP

3.5.4 Threatened/Ancaman:
M1 (Ketenagaan)
a) Adanya tuntutan tinggi dari masyarakat untuk pelayanan yang lebih
professional.
b) Makin tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan
c) Makin tingginya kesadaran masyarakat atas hukum
d) Adanya pertanggungjawaban legalitas bagi pasien

M2 (Sarana Dan Prasarana)


a) Adanya tuntutan yang tinggi dari masyarakat untuk melengkapi sarana
dan prasarana
b) Adanya keluhan dan tuntutan dari klien dan keluarga tentang
ketersediaan sarana dan prasarana yang kurang memadai (tempat
sanitasi tangan)
c) Adanya tuntutan dari klien dan keluarga tentang ketersediaan sarana dan
prasarana seperti WC yang tidak memiliki gantungan baju didalamnya

M3 Method (SP2KP)
Penerapan Model
a) Persaingan dengan rumah sakit lain
b) Tuntutan masyarakat akan pelayanan yang maksimal
c) Kebebasan Pers mengakibatkan mudahnya penyebaran informasi di
dalam ruangan ke masyrakat
Dokumentasi Keperawatan
a) Adanya kesadaran pasien adanya tanggung jawab dan tanggung gugat
b) Akreditasi rumah sakit tentang sistem dokumentasi
Ronde Keperawatan
Adanya tuntutan yang lebih tingi dari pasien dan keluarga pasien untuk
mendapatkan pelayanan yang lebih profesional
Sentralisasi Obat
Adanya tuntutan akan pelayanan yang profesional
Supervisi
Tuntutan pasien sebagai konsumen untuk mendapatkan pelayanan yang
profesional dan bermutu sesuai dengan peningkatan biaya perawatan
Timbang Terima
a) Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan keperawatan yang profesional
b) Meningkatnya kesadaran masyarakat tentang tanggung jawab dan
tanggung gugat perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan
Discharge Planning
a) Adanya tuntutan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
keperawatan yang profesional
b) Makin tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan

M4 (Money)
a) Adanya tuntutan dari masyarakat untuk pelayanan yang lebih profesiona
dengan harga terjangkau
b) Persaingan rumah sakit dalam memberikan pelayanan keperawatan

M5 (Mesin)
a) Risiko terjadinya penularan infeksi karena lemahnya melakukan hand
hygine
b) Adanya standar masyarakat yang harus dipenuhi
3.6 Analisa Masalah

No Data Masalah
1 DS :
- Perawat mengatakan dari empat Kurang optimalnya
wasteful yang ada diruangan tidak pelaksanaan hand hygiene
ada yang berfungsi. Ketika sudah di ruangan berkaitan dengan
diperbaiki, hanya bertahan beberapa sarana mencuci tangan
bulan, setelah itu wastafelnya seperti wastafel yang rusak
kembali tidak berfungsi dengan baik

DO :
- Saat dilakukan observasi dari empat
wastafel hanya satu wastafel yang
berfungsi dengan baik
- Wastafel tampak tidak terawat

2 DS :
- Perawat mengatakan proses timbang Penerapan metode SP2KP
terima dilakukan setiap pergantian pada timbang terima belum
shif tanpa adanya format khusus. optimal di ruangan Tulip IC
Ada klarifikasi, tanya jawab dan (Bedah Umum) RSUD Ulin
validasi terhadap semua yang Banjarmasin
dioverkan pada saat timbang terima
di samping bed pasien

DO :
- Berdasarkan hasil observasi, proses
timbang terima dilakukan keliling ke
ruangan pasien, baik itu timbang
terima dari dinas pagi ke sore, sore
ke malam, maupun malam ke pagi
- Belum adanya format khusus
timbang terima yang memudahkan
perawat dalam melakukan timbang
terima (Komunikasi SBAR)

3 DS:
- Perawat ruangan mengatakan ronde Belum optimalnya
keperawatan sebenarnya sudah penerapan ronde
dilaksanakan namun tidak terstruktur keperawatan dalam
dan tidak terdokumentasi. penerapan metode SP2KP
di ruangan Tulip IC (Bedah
DO: Umum) RSUD Ulin
- Saat dilakukannya observasi oleh Banjarmasin
mahasiswa program profesi Ners B
stase managemen ketika pengkajian
tanggal 12-14 Maret 2018, ronde
keperawatan belum ada
dilaksanakan
4 DS :
- Perawat mengatakan jumlah tenaga Jumlah tenaga keperawatan
di Ruang Tulip IC (Bedah Umum) masih kurang dengan
memang kekurangan tenaga jumlah pelayanan klien di
keperawatan ruang Tulip IC (Bedah
Umum) RSUD Ulin
DO : Banjarmasin
- Menurut perhitungan Lokakarya
PPNI, Ruang Tulip IC (Bedah
Umum) dengan kapasitas 57 tempat
tidur dan nilai BOR 69,3% masih
kekurangan sekitar 13 tenaga
keperawatan untuk memberikan
pelayanan yang optimal.
5 DS : Belum optimalnya
- Perawat mengatakan berusaha penerapan SOP dalam
melakukan tindakan sesuai SOP melakukan tindakan
yang ada di ruangan keperawatan di ruang tulip
DO : IC (bedah umum) RSUD
- satu handscon dipakai untuk Ulin Banjarmasin
beberapa pasien saat melakukan
injeksi
- Beberapa perawat tidak melakukan
tindakan aseptic sebelum
melakukan injeksi

3.7 Prioritas Masalah


Prioritas masalah dilakukan dengan teknik kriteria matriks dengan
memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut:
2.1.1 Magnitude(Mg),yaitukecenderungandanseringnyamasalahterjadi,
2.1.2 Severity(Sv),yaitubesarnyakerugianyangditimbulkan,
2.1.3 Manageability(Mn),yaitukemampuanmenyelesaikanmasalah -masalah,
2.1.4 NursingConcern(Nc),yaitufocuspadakeperawatan
2.1.5 Affordabilility(Af),yaituketersediansumberdaya.
2.1.6 Setiap masalah diberikan nilai dengan rentang 1-5 dengan kriteria sebagai
berikut:
5= sangat penting,
4 = penting,
3 = cukup penting,
2 = kurang penting,
1 = sangat kurang penting.
Tabel 3.22 Prioritas Masalah Manajemen Keperawatan di Ruang Tulip IC
(Bedah Umum) RSUD Ulin Banjarmasin
No Masalah M S Mn Ne Af Skor Prioritas
1 Penerapan metode SP2KP pada
timbang terima belum optimal di
4 5 4 3 4 20 2
ruangan Tulip IC (Bedah Umum)
RSUD Ulin Banjarmasin
2 Belum optimalnya penerapan ronde
keperawatan dalam penerapan
metode SP2KP di ruangan Tulip IC 4 2 3 3 4 16 3
(Bedah Umum) RSUD Ulin
Banjarmasin
3 Kurang optimalnya pelaksanaan
hand hygiene di ruangan berkaitan
3 2 2 2 2 11 4
dengan sarana mencuci tangan
seperti wastafel yang rusak
4 Jumlah tenaga keperawatan masih
kurang dengan jumlah pelayanan 2 2 3 2 1 10 5
klien di ruang Tulip IC (Bedah
Umum) RSUD Ulin Banjarmasin
5 Belum optimalnya penerapan SOP
dalam melakukan tindakan
keperawatan di ruang tulip IC 4 5 5 4 5 23 1
(bedah umum) RSUD Ulin
Banjarmasin
Catatan: Dimana yang menjadi prioritas adalah masalah dengan jumlah
nilai/ skor paling besar.
Strategi Penyelesaian Masalah
Dengan adanya berbagai macam masalah yang muncul dari hasil pengkajian yang dilakukan, maka kelompok membuat perencanaan untuk
pemecahan masalah sesuai dengan prioritas masalah sebagai berikut :

Tabel. 3.23 Planning Of Action (POA)

INDIKATOR BIAYA
PENANGGUN
No MASALAH TUJUAN KEGIATAN KEBERHASILA WAKTU
G JAWAB
N

M1 (MAN)

1 Jumlah tenaga 1. Mengoptimal 1. Melakukan perhitungan 1. Mengoptimalka 19-31 Didapatkan 1. Cahya Isla
keperawatan masih kan asuhan jumlah ketenagaan n asuhan Maret dari Ilmia
kurang dengan keperawatan perawat ruangan Tulip keperawatan 2018 Suasambada 2. Elfa
jumlah pelayanan dengan IC (Bedah Umum) dengan mahasiswa noorsantri
klien berdasarkan melibatkan sesuai perhitungan BOR melibatkan
perhitungan mahasiswa 2. Berkolaborasi dengan mahasiswa
Lokakarya PPNI yang supervisor agar yang
yaitu sebanyak 13 berpraktek di dilakukan pembagian berpraktek di
orang tenaga Ruang Tulip jadwal bagi mahasiswa Ruang Tulip
keperawatan 1C (Bedah dalam setiap shift dinas 1C (Bedah
Umum) selama berpraktek di Umum) dalam
dalam Ruang Tulip 1C (Bedah melakukan
melakukan Umum) serta melakukan asuhan
asuhan pembagian tugas yang keperawatan
keperawatan telah didelegasikan oleh
perawat kepada 2. Terlaksananya
mahasiswa secara adil peningkatan
agar beban kerja perawat kualitas SDM
2. Meningkat- dapat berkurang.
kan kualitas 3. Kolaborasi dengan
Sumber Daya perawat untuk
Manusia melibatkan mahasiswa
(SDM) dalam mejalankan
asuhan keperawatan
dengan membagi tugas
secara adil agar
meringankan kerja
perawat yang mana
jumlah tenaga perawat
yang kurang di ruangan.,
4. Berkolaborasi dengan CI
ruangan untuk
melakukan pengawasan
dan pengarahan dalam
setiap kegiatan asuhan
keperawatan yang
dilakukan oleh
mahasiswa kepada klien
agar asuhan keperawatan
yang diberikan sesuai
dengan SOP yang ada di
Ruang Tulip 1C (Bedah
Umum)

M2
(MATERIAL)
2 Kurang optimalnya 1. Mencegah 1. Melakukan koordinasi 1. Risiko infeksi 19-31 Didapatkan 1. Ahmad Zaini
pelaksanaan hand penularan dengan kepala ruangan tidak terjadi Maret dari Ghani
hygiene di ruangan infeksi. untuk memperbaiki dengan 2018 Suasambada 2. Rezky
berkaitan dengan 2. Masalah sarana dan prasarana kepatuhan mahasiswa Setiabudi
sarana mencuci terpecahkan yang rusak ruangan agar melakukan cuci
tangan seperti dari diskusi wastafel dapat digunakan tangan
wastafel yang bersama kembali 2. Adanya
rusak kepala pemecahan
ruangan 2. Melakukan koordinasi masalah dari
untuk dan mengikutsertakan diskusi bersama
perbaikan dan keluarga klien untuk kepala ruangan
pengadaaan menjaga kebersihan agar untuk
sarana dan tidak membuang sisa perbaikan dan
prasarana makanan ke wastafel pengadaaan
sanitasi sarana dan
tangan 3. Melaksanakan kegiatan prasarana
3. Memanfaatka praktek cuci tangan sanitasi tangan
n sarana yang sesuai dengan SOP secara 3. Memanfaatkan
sudah demonstrasi setiap kali sarana yang
tersedia pertemuan pagi (morning sudah tersedia
dengan meeting) dimana setiap dengan
Memotivasi perawat melaksanakan memotivasi
dan dan dievalasi kembali dan
menginforma menginformasi
si-kan kan keluarga
keluarga untuk tidak
untuk tidak membasuh dan
membasuh membuang sisa
dan makanan
membuang kedalam
sisa makanan wastafel.
kedalam
wastafel.
M3 (Metode)

3 Belum optimalnya 1. Memaksimalka 1. Menjalin hubungan baik 1. Pemberian terapi 19-31 Didapatkan 1. Aisyah Alis
penerapan ronde n terapi medis dengan perawat ruangan medis ataupun Maret dari Noor
keperawatan ataupun dan tim medis lain untuk keperawatan 2018 Suasambada 2. Ahmad
dalam penerapan keperawatan mengoptimalkan kegiatan lebih efektif mahasiswa Husaini
metode SP2KP di agar lebih ronde eperawatan 2. Ronde 3. Dian
ruangan Tulip IC efektif 2. Melaksanakan kegiatan keperawatan Handayani
(Bedah Umum) 2. Terlaksananya ronde keperawatan untuk dapat terlaksana Sailillah
RSUD Ulin ronde membahas permasalah secara terus
Banjarmasin keperawatan keperawatan yang belum menerus dan
secara terus terpecahkan terjadwal
menerus dan 3. Membuat Roleplay
terjadwal.

M3 (Metode)

4 Penerapan metode 1. Pelaksanaan 1. Menerapkan kegiatan 1. Perawat dapat 19-31 Didapatkan 1. Ahmad Al
SP2KP pada penerapan timbang teima dengan melaksanakan Maret dari Ghozali
timbang terima metode metode komunikasi efektif proses timbang 2018 Suasambada 2. Ahmad
belum optimal di timbang terima (SBAR) sesuai standar terima mahasiswa Husen Rifa´i
ruangan Tulip IC di ruangan yang ditetapkan berdasarkan
(Bedah Umum) dapat berjalan 2. Perawat harus menambah stadart yang telah
RSUD Ulin optimal pengetahuan dan ditentukan
Banjarmasin 2. Timbang keterampilan kelompok 2. Proses timbang
terima dalam melaksanakan terima berfokus
berfokus pada model-model konseptual pada masalah
masalah dalam keperawatan keperawatan
keperawatan 3. Membuat lembar panduan
tentang proses timbang
terima berdasarkan
standart yang telah
ditentukan sehingga dapat
menjadi acuan dalam
melakukan proses timbang
terima.

M5 (Marketing)

Belum optimalnya 3. Memaksimalka 4. Melakukan koordinasi 3. Pemberian terapi 19-31 Didapatkan 1. Aminah
penerapan SOP n penerapan dengan perawat untuk medis ataupun Maret dari 2. Aulia
dalam melakukan SOP mengingatkan kembali keperawatan 2018 Suasambada Rahimah
5 tindakan keperawatan tentang SOP yang ada di lebih efektif mahasiswa
keperawatan di agar lebih ruangan 4. Tindakan
ruang tulip IC efektif 5. Melakukan simulasi salah keperawatan
(bedah umum) 4. Terlaksananya satu tindakan keperawatan dapat terlaksana
RSUD Ulin tindakan sesuai SOP setiap sesuai SOP
Banjarmasin keperawatan morning meeting
sesuai dengan
SOP

Fish Bone Pelaksanaan Hand Hygiene

Ruang Tulip IC (Bedah Klien Poliklinik


Umum)
Pemeriksaan dan
pengobatan
A. Pemeriksaan umur
< 40 Thn
1. Laboratorium
2. Radiologi
(sesuai
Klien Diantar ke kebutuhan) IGD
Kamar Operasi ICU Poli 3. Co.Men
pembiusan Pera Klie
klini B. ungg
Pemeriksaan umur wat n
> 40 Thn u Asos data
k
Pene
1. Laboratorium ng
iate
ntua
2. Radiologi ke
n
(fotothorax) RSU
3. EKGOper(sesuai D
asi
kebutuhan) Ulin
Klien IGD 4. Co. Penyakit Calonkan Operasi Banj
ke SMF Bedah arma
Pemeriksaan dan dalam
5. Co. Bagian sin
149

Fish Bone

Ruang Lain atas Instruksi


Dokter

Pasien
Pulang Perawatan &
APS/Ijin Penyembuhan
Pasi M2
Dokter en
Pul
ang Ax Ax
AP Bx Bx
S/Iji 365 365
n Ten Ten
Kembali Keruang Tulipaga
Dok aga
IC Pera Pera Ruang ICU
ter
(Bedah Umum) wat wat
(TP) (TP)
= =

(365 (365
-C) -C)x
x jam
jam kerj
kerj a/ha

You might also like