Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 34

TUGAS M.

K PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

CRITICAL BOOK REPORT


“PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN”

OLEH :

MARSINTA SILITONGA

7143141052

C REGULER

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


FAKULTAS EKONOMI
TA. 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Critical Book mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan yang berjudul “ GEOPOLITIK INDONESIA” tepat pada waktu
yang telah ditentukan.

Terimakasih penulis ucapkan kepada Dosen pengampu Dra. Effie Aswita Lubis mata
kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang telah memberikan dukungan serta memberikan
kepercayaan kepada penulis. Dimana dengan adanya pemberian tugas ini penulis dapat
memahami dan memperdalam pengetahuan tentang Geopolitik Indonesia yang telah penulis
selesaikan. Tak lupa pula penulis mengucapkan kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah
memberikan masukan dan kritik sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Penulis menyadari bahwa Critical Book ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan
saran yang bersifat membangun kami harapkan, untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Semoga Tugas Akhir Critical Book ini bermanfaat dan dapat diaplikasikan bagi pembaca .

Medan, Mei 2017

MARSINTA SILITONGA

7143141052
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………..ii

BAB I Pendahuluan………………………………………………………………………...........1

A. Latar Belakang…………………………………………………………………………...1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………….2
C. Tujuan Penulisan………………………………………………………………………...2
D. Identitas Buku…………………………………………………………………................2

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………………3

A. Ringkasan Buku Utama……………………………………………………………........3


B. Ringkasan Buku Pembanding……………………………………………………..........2
C. Kelebihan dan Kelemahan Buku Utama dan Buku Pembanding…………………….3

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………….82

A. SIMPULAN……………………………………………………………………………..82
B. SARAN…………………………………………………………………………………..82

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………..83
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara keanekaragaman (pendapat,
kepercayaan, hubungan dsb) memerlukan suatu perekat agar bangsa yang bersangkutan
dapat bersatu guna memelihara keutuhan negaranya. Suatu bangsa dalam
menyelenggarakan kehidupannya tidak terlepas dari pengaruh lingkungannya yang
didasarkan atas hubungan timbal balik atau kait mengait antara filosofi bangsa, ideologi,
aspirasi, dan cita-cita yang dihadapkan pada kondisi sosial masyarakat, budaya dan
tradisi, keadaan alam dan wilayah serta pengalaman sejarah. Upaya pemerintah dan
rakyat menyelenggarakan kehidupannya, memerlukan suatu konsepsi yang berupa
Wawasan Nasional yang dimaksudkan untuk menjamin kelangsungan hidup, keutuhan
wilayah serta jati diri.Wawasan nasional itu yang selanjutnya menjadi pandangan atau
visi bangsa dalam menuju tujuannya.
Kata wawasan berasal dari bahasa Jawa yaitu wawas (mawas) yang artinya
melihat atau memandang, jadi kata wawasan dapat diartikan cara pandang atau cara
melihat. Kehidupan Negara senantiasa dipengaruhi perkembangan lingkungan strategik
sehingga wawasan harus mampu memberi inspirasi pada suatu bangsa dalam menghadapi
berbagai hambatan dan tantangan yang ditimbulkan dalam mengejar kejayaannya.
Wawasan nasional adalah cara pandang sutu bangsa yang telah menegara tentang
diri dan lingkungannya dalam eksistensinya yang serba terhubung (interaksi dan
interelasi) serta pembangunanya di dalam bernegara di tengah-tengah lingkungannnya
baik nasional, regional, maupun global.
Dalam hal ini, ada banyak sumber-sumber ilmu Geopolitik Indonesia seperti
halnya buku. Ada banyak buku yang membahas mengenai Geopolitik Indonesia. Dalam
hal ini kita harus mengetahui isi buku tersebut, agar kita tahu bagaimana pemahaman isi
buku tersebut. maka kita bisa melakukan perbandingan atau membandingkan buku satu
dengan buku yang lainnya. Atau bisa disebut dengan Critical Book Report.
B. RUMUSAN MASALAH.
1. Apakah Kelebihan dan kelemahan dari setiap bab Buku Utama dan Buku Pembanding
Metode Penelitian?

C. TUJUAN
Adapun tujuan dari Critical Book Report adalah :
1. Agar kita bisa belajar dan memahami serta menganalisis baik dan buruknya dari isi buku
tersebut dan menambah wawasan.
2. Agar kita bisa belajar berfikir kritis untuk mengemukakan pendapat kita mengenai isi
buku tersebut.
3. Agar kita bisa memilih dan mengetahui mana buku yang menurut kita mudah dimengerti
gaya bahasanya, mudah dipahami, memilih topik atau pokok pembahsan yang baik dan
dan mudah dicerna.
4. Agar kita dapat megambil maanfaat yaitu sisi positif dari buku tersebut dan lain lain.
D. BIBLOGRAFI
1. Buku Utama ( Buku Satu )
Judul Buku : Pendidikan Kewarganegaraan

Pengarang : Drs. Payerli Pasaribu, M.Si

Penerbit : Unimed Press

Tahun Terbit : 2016

Tebal Buku : x + 194 Halaman

2. Buku Pembanding ( Buku Kedua )


Judul Buku : Pendidikan Kewarganegaraan

Pengarang : Prof. Dr. Sugiyono

Penerbit : Alfabeta

Tahun Terbit : 2013

Tebal Buku : x + 456 halaman


BAB II

A. RINGKASAN BUKU UTAMA GEOPOLITIK INDONESIA


1. Pengertian Geopolitik
Geopolitik diartikan sebagai system poltik atau peraturan – peraturan dalam
wujud kebijaksanaan dan strategi nasional yang didorong oleh aspirasi nasional geografik
(kepentingan yang titik beratnya terletak pada pertimbangan geografi, wilayah atau
territorial dalam arti luas) suatu negara. Yang apabila dilaksanakan dan berhasil akan
berdampak langsung atau tidak langsung kepada system politik suatu negara.
Geopolitik Indonesia adalah wawasan nusantara. Secara faktual geografi negara
dan sosio antropologi bangsa Indonesia serta berbagai aspek kebinnekaan lainnya
mengandung entropi yang cukup besar bagi kelangsungan hidup berbangsa dan
bernegara.
Suradinata yang dikutip Sumiarno dalam Kaelan & Zubaidi, (2007 : 124 )
menyatakan wawasan nusantara adalah geopolitik Indonesia. Hal ini dipahami
berdasarkan pengertian bahwa dalam wawasan nusantara terkandung konsepsi geopolitik
Indonesia, yaitu unsur ruang , yang kini berkembang tidak saja fisik geografis, melainkan
dalam pengertian secara keseluruhannnya.

2. Masalah Geopolitik
Masalah geopolitik berkenaan dengan kesatuan antara negara dengan wilayahnya
serta hubungannya dengan wilayah negara-negara lain. Dasar pemikiran geopolitik
adalah adanya kedaulatan negara terhadap seluruh wilayahnya. Untuk itulah setiap
bangsa yang menegaraa berupaya membangun kekuatan nasional untuk mempertahankan
diri, baik terhadap ancaman dari luar maupun dari dalam.

3. Pengertian Wawasan Nusantara.

Wawasan Nusantara dapat dipahami dari pengertian penggalan kata wawasan dan
nusantara. Wawasan yang berasal dari kata “mawas” berarti pandangan, tinjauan, atau
penglihatan inderawi. Akar kata “wawas” membentuk kata “mawas” yang berarti
memandang, meninjau, atau melihat. Sedangkan “wawasan” berarti cara pandang, cara
tinjau, atau cara melihat. Istilah “Nusantara” berasal kata “nusa” yang berarti pulau-pulau
dan “antara” yang berarti diapit di antara dua hal. Istilah Nusantara dipakai untuk
menggambarkan kesatuan wilayah perairan dan gugusan pulau-pulau Indonesia yang
terletak di antara samudra pasifik dan samudra Indonesia serta di antara benua Asia dan
benua Australia (Kaelan & Zubaidi, 2007:124).

Wawasan Nusantara berperan untuk membimbing bangsa Indonesia dalam


penyelenggaraan kehidupannya serta sebagai rambu-rambu dalam perjuangan mengisi
kemerdekaannya. Wawasan Nusantara sebagai cara pandang juga mengajarkan
bagaimana pentingnya membina persatuan dan kesatuan dalam segenap aspek kehidupan
bangsa dan negara dalam mencapai tujuan dan cita-citanya. Dengan wawasan nusantara
ikrar satu nusa niscaya menghantarkan pemahaman bahwa pulau-pulau Indonesia adalah
satu kesatuan wilayah negara yang tidak terpisahkan. Dan bangsa yang bersatu dapat
mewujudkan satu nusa dengan berbekal landasan satu bahasa.

4. Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Wawasan Nusantara.


1) Wilayah (Geografi)
Berkenaan dengan wilayah (geografi) ada 4 hal mempengaruhi wawasan
nusantara, yaitu :
a. Konsep Archipelagic State
Yang dikukuhkan oleh hukumm laut tahun 1982 sangat penting bagi keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Asas Archipelago mengandung
pengertian bahwa pulau-pulau di antara perairan dan lautan yang menjadi
wilayah suatu negara selalu dalam kesatuan yang utuh. Asas archipelago
menjadi landasan kuat bagi perjuangan bangsa Indonesia mengembangkan
konsepsi tentang visi sebagai bangsa yang bersatu dalam satu wilayah yang
utuh. Dalam konsep ini unsure perairan dan lautan yang berada di antara
pulau-pulau dimaknai sebagai unsure penghubung. Konsep ini berbeda
dengan ketentuan Territoriale Zee-en Maritieme Kring Ordonnatie, dimana
perairan dan laut dapat menjadi pemisah di antara puau-pulau wilayah satu
negara.
b. Kepulauan Indonesia
Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah bekas wilayah yang
dikuasai oleh Belanda pada zaman penjajahan yang dinamakan Nederlandsch
Oost Indische Archipelago atau Hindia Belanda. Wilayah Hindia Belanda
merupakan wilayah kepulauan yang terpisahkan oleh laut bebas. Wilayah ini
antara satu pulau dengan pulau yang lain terpisah dengan diberlakukannya
ketentuan Territoriale Zee-en Maritieme Kring Ordonnatie tahun 1939 yang
menetapkan wilayah laut territorial suatu negara adalah 3 mil diukur dari
setiap pantai. Dengan ketentuan ini maka laut atau perairan yang lebih dari 3
mil di antara pulau-pulau wilayah Indonesia bukanlah wilayah territorial
Indonesia, tetapi menjadi perairan bebas.

c. Konsepsi tentang wilayah lautan


Merujuk Kaelan & Zubaidi (2007:126-127) dikenal beberapa konsepsi
mengenai pemilikan dan penggunaan wilayah laut sebagai berikut :
1. Res Nullius, menyatakan bahwa laut itu tidak ada yang memilikinya.
2. Res Cimmunis, menyatakan laut itu adalah milik masyarakat dunia karena
itu tidak dapat dimiliki oleh masing-masing negara.
3. Mare Liberium, menyatakan bahwa wilayah laut adalah bebas untuk
semua bangsa.
4. Mare Clausum (The Right and Dominion Of The Sea), menyatakan bahwa
hanya laut sepanjang pantai saja yang dapat dimiliki oleh suatu negara
sejauh yang dapat dikuasai dari darat (waktu itu kira-kira sejauh 3 mil)
5. Archipelagic State Principles (asas Negara Kepulauan) yang menjadikan
dasar dalam Konvensi PBB tentang hukum laut.
Sesuai dengan Hukum Laut Internasional, secara garis besar Indonesia sebagai
negara kepulauan memiliki Laut Teritorial, Perairan Pedalaman, Zona
Ekonomi Ekslusif, dan Landas Kontinen sebagai berikut :
1. Negara kepulauan adalah suatu negara yang seluruhnya terdiri dari satu
atau lebih kepulauan dan dapat mencakup pulau-pulau lain.
2. Laut Teritorial ialah suatu wilayah laut yang lebarnya tidak melebihi 12
mil laut diukur dari garis pangkal, sedangkan garis pangkal adaah garis air
surut terendah sepanjang pantai, seperti yang terlihat pada peta laut skala
besar yang berupa garis yang menghubungkan titik-titik terluar dari dua
pulau dengan batas-batas tertentu sesuai konvensi ini.
3. Perairan pedalaman adalah wilayah sebelah dalam daratam atau sebelah
dalam dari garis pangkal.
4. Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) tidak boleh melebihi 200 mil laut dari garis
pangkal. Di dalam ZEE negara yang bersangkutan mempunyai hak
berdaulat untuk keperluan eksplorasi, ekspoitasi, konservasi dan
pengelolaan sumber kekayaan alam hayati dari perairan.
5. Landas Kontinen suatu negara berpantai meliputi dasar laut dan tanah di
bawahnya yang terletak di luar laut teritprialnya sepanjang merupakan
kelanjutan alamiah wilayah daratannya.

d. Karakteristik wilayah nusantara.


Dengan merujuk Winarno (2014:185) keunikan Indonesia dapat digambarkan
sebagai berikut :
a. Bercirikan negara kepulauan/maritime (Archipelago State)
b. Memiliki luas wilayah 5.180.083 km2 dengan perincian daratan seluas
1.922,570 km2 dan laut seluas 3.257.483 km2 , yang berarti 2/3 dari
wilayahnya adalah lautan atau perairan.
c. Jarak utara ke selatan 1.888 km dan jarak timur ke barat 5.110 km
d. Terletak di antara dua benua dan dua samudra, sehingga posisinya berada
pada posisi silang dunia.
e. Terletak pada garis khatulistiwa
f. Beriklim tropis dengan memiliki dua musim.
g. Merupakan pertemuan dua jalur pegunungan yaitu sirkun mediterania dan
sirkun pasifik
h. Terletak pada batas-batas astronomi ± 6 º 08´ LU; ± 11 º 15´ LS; ± 94 º
45´ BT; ± 141 º 05´ BT.
i. Memiliki kekayaan flora dan fauna serta sumber daya alam yang relative
cukup banyak.
j. Dihuni banyak etnik sehingga memiliki kebudayaan yang beragam.

2) Pandangan Geopolitik dan Geostrategi


Suradinata & Dinuth (2001) memaparkan beberapa pandangan berkaitan dengan
Geopolitik, antara lain :
a. Pandangan Friederich Ratzel (1844-1904)
Friederich Ratzel adalah orang pertama mengadakan pembahasan ilmu
geografi politik. Ratzel memandang negara sebagai organisme (makluk
hidup). Ratzel memandang negara dari sudut konsep ruang. Negara akan
mengalami kemundurannya apabila terdapat kemunduran dalam konsepsi-
konsepsi ruangnya.
Menurut pandangan Ratzel batas-batas negara adalah daerah-daerah/zona
asimilasi yang dapat berubah-ubah. Perbatasan bersifat dinamis, sebagai
refleksi kekuatan sekspansif dari negara-negara yang agresif. Karena itu
batas-batas negara yang menghalangi-halangi pertumbuhan negara akan
mengakibatkan perang. Dari pendapat Ratzel ini berkembang pemikiran
bahwa bangsa dan negara terikat oleh hukum alam. Jika bangsa dan negara
ingin tetap eksis dan berkembang, maka harus diberlakukan hukum ekspansi
(pemekaran wilayah).

b. Rudolf Kjellen (1864-1922)


Rudolf Kjellen adalah pencipta istilah geopolitik. Kjellen mengembangkan
pandangan Ratzel pada 1916 dalam tulisannya yang menyatakan “negara
berakar kuat didalam sejarah dan realitas-realitasnya, tumbuh secara organis,
merupakan tipe dasar organisme sama dengan manusia. Menurutnya
kekuasaan lebih penting dari pada hukum, sebab hukum hanya dapat
ditegakkan oleh kekuasaan.
Ratzel dan Kjellen dalam pandangan geopolitiknya menganut dalam
ekspansionisme. Keduanya memandang pertumbuhan negara mirip dengan
pertumbuhan organisme (makluk hidup). Namun Kjellen lebih tegas
menyatakan bahwa negara adalah suatu organisme hidup yang harus mampu
mempertahankan dan mengembangkan dirinya dengan melakukan ekspansi.

c. Pandangan Sir Balfrod Mackinder (1861-1947)


Mackinder adalah sarjana pertama yang menggunakan/mengemukakan
geostrategic continental. Teori yang dikembangkannya ditafsirkan secara
menguntungkan bagi Jerman oleh para ahli geopolitik dan geostrategic Jerman
(misalnya Houshofer).

d. Pandangan Karl Haushofer (1869-1946)


Pandangan Karl Haushofer mendefinisikan geopolitik sebagai ilmu
pengetahuan tentang hubungan bumi dan perkembangan politik. Adapun
pokok-pokok pikiran Haushofer adalah sebagai berikut :
a. Dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya suatu bangsa dalam dari
hukum alam.
b. Kekuasaan imperium daratan harus kompak untuk dapat mengejar
kekuasaan imperium maritime dalam rangka menguasai pengawasan di
lautan.
c. Eropa, Afrika dan Asia akan dikuasai beberapa negara besar di dunia
(Jerman dan Italia), dan Asia Timur Raya akan dikuasai Jepang.
d. Geopolitik dirumuskan sebagai upaya memperluas wilayah perbatasan.
e. Ruang hidup bangsa dengan kekuasaan ekonomi dan social yang rasial
mengharuskan pembagian baru kekayaan alam dunia dibagi menjadi
empat region yang akan dikuasai Jerman, USA, Rusia, dan Jepang yang
dianggap sebagai bangsa-bangsa yang unggul.
GEOPOLITIK BANGSA INDONESIA

1. Dasar Pikiran bagi Geopolitik Indonesia


Pandangan geopolitik bangsa Indonesia yang di dasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan
dan Kemanusiaan yang luhur dengan jelas dan tegas tertuang di dalam Pembukaan
UUD 1945.Bangsa Indonesia juga menolak paham realisme, karena semua manusia
mempunyai martabat yang sama, dan semua bangsa memiliki hak dan kewajiban
yang sama berdasarkan nilai-nilai Ketuhanan dan Kemanusiaan yang universal.
2. Deklarasi Juanda Sebagai Bagian Dari Wawasan Nusantara
3. Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE)
4. Unsur-Unsur Dasar Wawasan Nusantara
1) Wadah
Wawasan Nusantara sebagai wadah meliputi tiga komponen yaitu : Wujud wilayah,
tata inti organisasi, dan tata kelengkapan organisasi.
Wilayah, terkait dengan batas ruang lingkup wilayah Nusantra. Batas ruang
Nusantara ditentukan oleh lautan yang didalamnya perairan.
Tata Inti Organisasi. Tata Inti organisasi negara Republik Indonesia menyangkut
bentuk dan kedaulatan negara, kekuasaan pemerintahan, system pemerintahan dan
system perwakilan, didasarkan pada UUD 1945.
Tata Kelengkapan Organisasi. Wujud tata kelengkapan organisasi adalah kesadaran
politik dan kesadaran bernegara dalam wujud kesadaran bela negara. Seluruh elemen
masyarakat Indonesia yang mencakup partai politik, golongan dan organisasi
masyarakat, kalangan pers serta seluruh aparatur negara, haruslah memiliki kesadaran
ini.
2) Isi Wawasan Nusantara
Isi Wawasan Nusantara tercermin dalam perspektifkehidupan manusia Indonesia
dalam eksistensinya yang meliputi cita-cita bangsa dan asas manunggal yang terpadu.
a. Cita-cita bangsa Indonesia tertuang di dalam Pembukaan UUD 1945 yang
menyebutkan :
1. Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
2. Rakyat Indonesia yang berkehidupan kebangsaan yang bebas.
3. Pemerintah negara Indonesia melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan social.
b. Asas keterpaduan semua aspek kehidupan nasional berciri manunggal.
c. Tata Laku Wawasan Nusantara Mencakup Dua Segi, Batiniah dan Lahiriah.
Tata laku batiniah, adalah sikap mental bangsa, meliputi cipta, rasa dan karsa
secara yang memiliki kekuatan batin. Secara batiniah sikap mental bangsa
Indonesia berlandaskan falsafah bangsa, yaitu Pancasila.
Tata laku lahiriah, adalah perwujudan Wawasan Nusantara dalam hal
kemanunggalan kata dan karya, keterpaduan pembicaraan dan perbuatan secara
utuh. Dalam hal ini, Wawasan Nusantara diwujudkan dalam satu system
organisasi yang meliputi : perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan
pengendalian.
5. Geostrategi
Strategi adalah politik dalam pelaksanaan, yaitu upaya bagaimana mencapai
tujuan atau sasaran yang ditetapkan sesuai dengan keinginan politik. Posisi silang
Indonesia dapat dirinci sebagai berikut:
1. Geografi : Wilayah Indonesia terletak di antara dua benua, Asia dan Australia,
serta di antara dua samudera Pasifik dan samudera Hindia
2. Demografi : penduduk Indnonesia terletak di antara penduduk jarang di Selatan
(Australia) dan penduduk padat di utara (RRC dan Jepang)
3. Ideologi : ideologi Indonesia (pancasila) terletak di antara liberalisme di selatan
(Australia dan Selandia Baru) dan komunisme di utara
4. Politik : Demokrasi Pancasila terletak di antara demokrasi liberal di selatan
dan demokrasi rakyat (diktatur proletar) di utara.
5. Ekonomi : Ekonomi Indonesia terletak di antara ekonomi kapitalis dan selatan
Sosialis di utara.
6. Sosial : Masyarakat Indonesia terletak di antara masyarakat individualisme di
selatan dan masyarakat sosialisme di utara.
7. Budaya : Budaya Indonesia terletak di antara budaya Barat di selatan dan
budaya timur di utara.
8. Hankam : Geopolitik dan geostrategi Hankam (pertahanan dan keamanan)
Indonesia terletak di antara wawasan kekuatan maritime di selatan dan wawasan
kekuatan kontinental di utara.

Perkembangan Wilayah Indonesia dan Dasar Hukumnya


Wilayah Negara Republik Indonesia ketika merdeka meliputi wilayah bekas Hindia
Belanda berdasarkan ketentuan dalam “tahun 1939 tentang batas wilayah laut territorial
Indonesia.

1. Pada tanggal 13 Desember 1957 dikeluarkan deklarasi Juanda yang dinyatakan


sebagai pengganti Ordonansi tahun 1939 dengan tujuan sebagai berikut:
Perwujudan bentuk wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang utuh dan
bulat.
2. Penentuan batas-batas wilayah Negara Indonesia di sesuaikan dengan asas Negara
kepulauan.
3. Pengaturan lalu lintas damai pelayaran yang lebih menjamin keselamatan dan
keamanan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Deklarasi Juanda kemudian dikukuhkan dengan Undang-Undang No.4/Prp/1960


tanggal 18 Februari 1960. Untuk mengatur lalu lintas perairan maka dikeluarkan
peraturan pemerintah No. 8 tahun 1962 tentang lalu lintas damaidi perairan pedalaman
Indonesia yang meliputi:

a) Semua pelayaran dari laut bebas ke suatu pelabuhan Indonesia.


b) Semua pelayaran dari pelabuhan Indonesia ke laut bebas.
c) Semua pelayaran dari dankal ke laut bebas dengan melintasi perairan Indonesia.

Asas-asas pokok yang termuat di dalam deklarasi tentang landasan kontinen


adalah sebagai berikut:

a) Segala sumber kekayaan alam yang terdapat dalam landasan kontinen Indonesia
adalah milik ekslusif Negara RI.
b) Pemerintah Indonesia bersedia menyelesaikan soal garis batas landasan kontinen
dengan Negara tetangga melalui perundingan.
c) Jika tidak ada garis batas, maka landas kontinen suatu garis yang di tarik di
tengah-tengah antara pulau terluar Indonesia dengan wilayah terluar Negara
tetangga.
d) Claim tersebut tidak mempengaruhi sifat serta status dari perairan diatas landas
kontinen Indonesia maupun udara diatasnya.
Alasan-alasan yang mendorong pemerintah mengumumkan ZEE adalah:
1. Persediaan ikan yang semakin terbatas.
2. Kebutuhan untuk pembangunan nasional Indonesia.
3. ZEE mempunyai kekuatan hukum internasional.
d. Implementasi Nusantara sebagai Pancaran Falsafah Pancasila.
Falsafah Pancasila diyakini sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia yang
sesuai dengan aspirasinya.
RINGKASAN BUKU PEMBANDING GEOPOLITIK DI INDONESIA

A. Pengertian Geopolitik
Geopolitik berasal dari kata geo dan politik. Geo berarti bumi dan politik berasal
dari bahasa Yunani politeia. Poli artinya kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri dan
teia artinya urusan. Geopolitik biasa juga di sebut dengan wawasan nusantara.

B. Latar Belakang, Kedudukan, Fungsi, dan Tujuan Wawasan Nusantara


Pandangan geopolitik Indonesia berlandaskan pada pemikiran kewilayahan dan
kehidupan bangsa Indonesia. Wawasan nusantara mempunyai latar belakang, kedudukan,
fungsi, dan tujuan filosofis sebagai dasar pengembangan wawasan nasional Indonesia.

C. Latar Belakang Wawasan Nusantara


 Falsafah Pancasila
Nilai-nilai pancasila mendasari pengembangan wawasan nasional. Nilai-nilai
tersebut adalah:
1. Penerapan Hak Asasi Manusia (HAM), seperti memberi kesempatan
menjalankan ibadah sesuai dengan agama masing- masing.
2. Mengutamakan kepentingan masyarakat daripada individu dan golongan.
Pengambilan keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat.

 Aspek Kewilayahan Nusantara


Pengaruh geografi merupakan suatu fenomena yang perlu diperhitungkan, karena
Indonesia kaya akan aneka Sumber Daya Alam (SDA) dan suku bangsa.
 Aspek Sosial Budaya
Indonesia terdiri atas ratusan suku bangsa yang masing - masing memiliki adat
istiadat, bahasa, agama, dan kepercayaan yang berbeda - beda, sehingga tata
kehidupan nasional yang berhubungan dengan interaksi antargolongan
mengandung potensi konflik yang besar.
 Aspek Kesejarahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan wawasan nasional Indonesia
yang diwarnai oleh pengalaman sejarah yang tidak menghendaki terulangnya
perpecahan dalam lingkungan bangsa dan negara Indonesia. Hal ini dikarenakan
kemerdekaan yang telah diraih oleh bangsa Indonesia merupakan hasil dari
semangat persatuan dan kesatuan yang sangat tinggi bangsa Indonesia sendiri.
Jadi, semangat ini harus tetap dipertahankan untuk persatuan bangsa dan menjaga
wilayah kesatuan Indonesia.

D. Kedudukan Wawasan Nusantara

1. Wawasan nusantara sebagai ajaran yang diyakini kebenarannya oleh masyarakat


dalam mencapai dan mewujudkan tujuan nasional.
2. Wawasan nusantara dalam paradigma nasional memliki spesifikasi:

 Pancasila sebagai falsafah, ideologi bangsa, dan dasar negara berkedudukan


sebagai landasan idiil.
 Undang - Undang Dasar 1945 sebagai landasan konstitusi negara,
berkedudukan sebagai landasan konstitusional.
 Wawasan nasional sebagai visi nasional, berkedudukan sebagai landasan
konsepsional.
 Ketahanan nasional sebagai konsepsi nasional, berkedudukan sebagai
landasan konsepsional.
 GBHN sebagai politik dan strategi nasional, berkedudukan sebagai landasan
operasional.

E. Fungsi Wawasan Nusantara


Wawasan nusantara berfungsi sebagai pedoman, motivasi, dorongan, serta rambu-rambu
dalam menentukan segala kebijakan, keputusan, tindakan, dan perbuatan bagi
penyelenggaraan negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

F. Tujuan Wawasan Nusantara


Tujuan wawasan nusantara terdiri dari dua, yaitu :
 Tujuan nasional, dapat dilihat dalam Pembukaan UUD 1945, dijelaskan bahwa
tujuan kemerdekaan Indonesia adalah "untuk melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk mewujudkan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan
sosial".
 Tujuan ke dalam adalah mewujudkan kesatuan segenap aspek kehidupan baik
alamiah maupun sosial, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan bangsa Indonesia
adalah menjunjung tinggi kepentingan nasional, serta kepentingan kawasan untuk
menyelenggarakan dan membina kesejahteraan, kedamaian dan budi luhur serta
martabat manusia di seluruh dunia.

G. Kedudukan (Status) Wawasan Nusantara


Kedudukan (status) wawasan nusantara adalah posisi, cara pandang, dan perilaku
bangsa Indonesia mengenai dirinya yang kaya akan berbagai suku bangsa, agama,
bahasa, dan kondisi lingkungan geografis yang berwujud negara kepulauan, berdasarkan
pancasila dan UUD 1945. Secara hierarki, posisi atau status wawasan nusantara
menempati urutan ketiga setelah UUD 1945. Urutan sistem kehidupan nasional Indonesia
adalah:

1. Pancasila sebagai filsafat, ideologi bangsa, dan dasar negara.


2. UUD 1945 sebagai konstitusi negara.
3. Wawasan nusantara sebagai geopolitik Indonesia.
4. Ketahanan nasional sebagai geostrategi bangsa dan negara Indonesia.
5. Politik dan strategi nasional sebagai kebijaksanaan dasar nasional dalam
pembangunan nasional.
H. Bentuk Wawasan Nusantara

Gambaran dari isi Deklarasi Djuanda

 Wawasan nusantara sebagai landasan konsepsi ketahanan nasional


Wawasan nusantara sebagai konsepsi ketahanan nasional berarti bahwa wawasan
nusantara dijadikan konsep dalam pembangunan nasional, pertahanan keamanan,
dan kewilayahan.
 Wawasan nusantara sebagai wawasan pembangunan
Wawasan nusantara sebagai wawasan pembangunan mempunyai arti cara
pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri serta lingkungannya selalu
mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara mencakup:

1. Perwujudan kepuluan nusantara sebagai satu kesatuan politik.


2. Perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan ekonomi.
3. Perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan sosial dan
ekonomi.
4. Perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan sosial dan politik.

 Perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan pertahanan dan keamanan.


Wawasan nusantara sebagai wawasan pertahanan dan keamanan negara.
Wawasan nusantara sebagai wawasan pertahanan dan keamanan negara
mempunyai arti pandangan geopolitik Indonesia dalam lingkup tanah air
Indonesia sebagai satu kesatuan yang meliputi seluruh wilayah dan segenap
kekuatan negara.
 Wawasan nusantara sebagai wawasan kewilayahan
Wilayah nasional perlu ditentukan batasannya, agar tidak terjadi sengketa dengan
negara tetangga. Batasan dan tantangan negara Republik Indonesia adalah:

 Risalah sidang BPUPKI tanggal 29 Mei-1 Juni 1945 tentang negara Republik
Indonesia dari beberapa pendapat para pejuang nasional. Dr. Soepomo
menyatakan Indonesia meliputi batas Hindia Belanda, Muh. Yamin menyatakan
Indonesia meliputi Sumatera, Jawa, Sunda Kecil, Borneo, Selebes, Maluku -
Ambon, Semenanjung Melayu, Timor, Papua, Ir. Soekarno menyatakan bahwa
kepulauan Indonesia merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
 Ordonantie (UU Belanda) 1939, yaitu penentuan lebar laut sepanjang 3 mil laut
dengan cara menarik garis pangkal berdasarkan garis air pasang surut atau
countour pulau / darat. Ketentuan ini membuat Indonesia bukan sebagai negara
kesatuan, karena pada setiap wilayah laut terdapat laut bebas yang berada di luar
wilayah yurisdiksi nasional.
 Deklarasi Juanda, 13 Desember 1957 merupakan pengumuman pemerintah RI
tentang wilayah perairan negara RI, yang isinya:

1. Cara penarikan batas laut wilayah tidak lagi berdasarkan garis pasang surut
(low water line), tetapi pada sistem penarikan garis lurus (straight base line)
yang diukur dari garis yang menghubungkan titik - titik ujung yang terluar
dari pulau-pulau yang termasuk dalam wilayah RI.
2. Penentuan wilayah lebar laut dari 3 mil laut menjadi 12mil laut.
3. Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) sebagai rezim Hukum Internasional, di mana
batasan nusantara 200 mil yang diukur dari garis pangkal wilayah laut
Indonesia. Dengan adanya Deklarasi Juanda, secara yuridis formal, Indonesia
menjadi utuh dan tidak terpecah lagi.
I. Pemikir Geopolitik
 Friederich Ratzel (1844 - 1904) dengan Teori Ruang. Ia menyatakan "bangsa
yang berbudaya tinggi akan membutuhkan sumber daya manusia yang tinggi dan
akhirnya mendesak wilayah bangsa yang primitif". Pendapat ini dipertegas oleh
Rudolf Kjellen (1864 - 1922) dengan Teori Kekuatan yang mengatakan bahwa
"negara adalah kesatuan politik yang menyeluruh serta sebagai satuan biologis
yang memiliki intelektualitas.
 Karl Haushofer (1869 - 1946) dengan Teori Pan Region, berpendapat bahwa pada
hakikatnya dunia dapat dibagi dalam empat kawasan benua (pan region) dan
dipimpin oleh negara unggul. Isi teori pan regional adalah:

1. Lebensraum (ruang hidup) yang cukup.


2. Autarki (swasembada).
3. Dunia dibagi empat Pan Region, yaitu Pan Amerika, Pan Asia Timur, pan
Rusia India, dan Pan Eropa Afrika.

 Sir Halford Mackinder (1861 - 1947) dengan Teori Daerah Jantung (Heartland).
Teorinya berbunyi "siapa pun yang menguasai Heartland maka ia akan
menguasai World Island". Heartland (Jantung Bumi) merupakan sebutan bagi
kawasan Asia Tengah, sedangkan World Island mengacu pada kawasan Timur
Tengah. Kedua kawasan ini merupakan kawasan vital minyak bumi dan gas
dunia.
 Sir Walter Raleigh (1554 - 1618) dan Alfred T. Mahan (1840 - 1914) dengan
Teori Kekuatan Maritim. Isi teorinya adalah:

1. Sir Walter Raleigh mengatakan "siapa yang menguasai laut akan menguasai
perdagangan dunia dan akhirnya akan menguasai dunia".
2. Alfred T. Mahan mengatakan "laut untuk kehidupan, sumber daya alam
banyak terdapat di laut. Oleh karena itu, harus dibangun armada laut yang
kuat untuk menjaganya".
 Giulio Douhet (1869 - 1930) dan William Mitchel (1879 - 1936) dengan Teori
Kekuatan di Udara mengatakan, "kekuatan udara mampu beroperasi hingga garis
belakang lawan serta kemenangan akhir ditentukan oleh kekuatan udara"
 Nicholas J. Spykman (1869 - 1943) dengan Teori Daerah Batas(Rimland Theory).
Dalam teorinya tersirat:

1. Dunia terbagi empat, yaitu daerah jantung (Heartland), bulan sabit dalam
(rimland), bulan sabit luar, dan dunia baru (benua Amerika).
2. Menggunakan kombinasi kekuatan darat, laut, dan udara untuk menguasai
dunia.
3. Daerah bulan sabit dalam (Rimland) akan lebih besar pengaruhnya dalam
percaturan politik dunia daripada daerah jantung.
4. Wilayah Amerika yang paling ideal dan menjadi negara terkuat.
5. Bangsa Indonesia.
6. Para pemikir Wawasan Nusantara: Soekarno? Tim perumus Lemhannas?
Mochtar Kusumaatmadja? Munadjat Danusaputra? Siapa lagi? (ini perlu
ditampilkan karena geopolitik Indonesia merupakan pemikiran geopolitik
yang khas Indonesia dan khas untuk lingkup Nusantara, karena itu diberi
nama sebagai Wawasan Nusantara atau carapandang Nusantara.

J. Para Pemikir Geopolitik

Karl Haushofer Sir Walter Raleigh Giulio Douhet


K. Wadah Wawasan Nusantara
Batas Ruang Lingkup
Wawasan nusantara mempunyai bentuk sebagai:
 Nusantara
Batas - batas negara ditentukan oleh lautan yang di dalamnya pulau - pulau serta
gugusan pulau yang saling berhubungan, tidak dipisahkan oleh air, baik yang berupa
laut, maupun selat.
 Manunggal - utuh menyeluruh, meliputi:

1. Wilayah Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau besar maupun kecil dan
dipisahkan serta dihubungkan oleh lautan, pulau, dan selat yang harus dijaga serta
diusahakan tetap menjadi satu kebulatan wilayah nasional dengan segala isi dan
kekayaannya.
2. Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai macam suku bangsa, berbicara dalam
berbagai macam bahasa daerah, dan agama. Oleh karena itu, harus diusahakan
terwujudnya satu kesatuan bangsa yang bulat.

Tata susunan pokok

Sumber pokok wawasan nusantara adalah UUD 1945, yang menyangkut:

 Bentuk dan kedaulatan Bab I Pasal (1)


1. Negara Indonesia ialah negara kesatuan yang berbentuk republik.
2. Kedaulatan ada di tangan rakyat, dan dilaksanakan menurut UUD.

 Kekuasaan pemerintah negara, Bab III Pasal (4) dan (5), Presiden Republik Indonesia
memegang kekuasaan pemerintah menurut UUD 1945.
 Sistem pemerintahan dalam UUD 1945.

1. Indonesia ialah negara yang berdasarkan atas hukum dan tidak berdasarkan atas
kekuasaan belaka.
2. Pemerintahan berdasarkan atas sistem konstitusi dan tidak berdasarkan
absolutisme.
Tata susunan pelengkap

 Aparatur negara
Aparatur negara harus mampu mendorong, mengerakkan, serta mengarahkan usaha
pembangunan ke sasaran yang telah ditetapkan, untuk kepentingan rakyat banyak.
 Kesadaran politik masyarakat dan kesadaran bernegara.
Dalam pemantapan stabilitas nasional diperlukan kesadaran politik seluruh
masyarakat, setiap orang, organisasi, juga seluruh komponen pemerintahan.
 Pers
Pers yang bebas bertanggung jawab, jujur, dan efektif dengan tulisan - tulisan yang
memberikan penjelasan yang jujur, dedikatif, dan bertanggung jawab.

L. Implementasi Wawasan Nusantara


Imlementasi wawasan nusantara bertujuan untuk menerapkan wawasan nusantara
dalam kehidupan sehari-hari yang mencakup bidang politik, ekonomi, sosial, budaya,
serta pertahanan nasional.

M. Implementasi dalam Kehidupan Politik


Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengimplementasikan wawasan
nusantara, yaitu:

1. Pelaksanaan kehidupan politik yang diatur dalam undang - undang, seperti UU


Partai Politik, UU Pemilihan Umum, dan UU Pemilihan Presiden. Pelaksanaan
undang-undang tersebut harus sesuai hukum dan mementingkan persatuan
bangsa. Contohnya seperti dalam pemilihan presiden, anggota DPR, dan kepala
daerah harus menjalankan prinsip demokratis dan keadilan, sehingga tidak
menghancurkan persatuan dan kesatuan bangsa.
2. Pelaksanaan kehidupan bermasyarakat dan bernegara di Indonesia harus sesuai
denga hukum yang berlaku. Seluruh bangsa Indonesia harus mempunyai dasar
hukum yang sama bagi setiap warga negara, tanpa pengecualian. Di Indonesia
terdapat banyak produk hukum yang dapat diterbitkan oleh provinsi dan
kabupaten dalam bentuk peraturan daerah (perda) yang tidak bertentangan dengan
hukum yang berlaku secara nasional.
3. Mengembagkan sikap hak asasi manusia dan sikap pluralisme untuk
mempersatukan berbagai suku, agama, dan bahasa yamg berbeda, sehingga
menumbuhkan sikap toleransi.
4. Memperkuat komitmen politik terhadap partai politik dan lembaga pemerintahan
untuk menigkatkan semangat kebangsaan dan kesatuan.
5. Meningkatkan peran Indonesia dalam kancah internasional dan memperkuat korps
diplomatik ebagai upaya penjagaan wilayah Indonesia terutama pulau-pulau
terluar dan pulau kosong.

N. Implementasi dalam Kehidupan Ekonomi

1. Wilayah nusantara mempunyai potensi ekonomi yang tinggi, seperti posisi


khatulistiwa, wilayah laut yang luas, hutan tropis yang besar, hasil tambang dan
minyak yang besar, serta memeliki penduduk dalam jumlah cukup besar. Oleh
karena itu, implementasi dalam kehidupan ekonomi harus berorientasi pada sektor
pemerintahan, pertanian, dan perindustrian.
2. Pembangunan ekonomi harus memperhatikan keadilan dan keseimbangan
antardaerah. Oleh sebab itu, dengan adanya otonomi daerah dapat menciptakan
upaya dalam keadilan ekonomi.
3. Pembangunan ekonomi harus melibatkan partisipasi rakyat, seperti dengan
memberikan fasilitas kredit mikro dalam pengembangan usaha kecil.

O. Implementasi dalam Kehidupan Sosial


Tari pendet dari Bali merupakan budaya Indonesia yang harus dilestarikan
sebagai implementasi dalam kehidupan sosial.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kehidupan sosial, yaitu :

1. Mengembangkan kehidupan bangsa yang serasi antara masyarakat yang berbeda, dari
segi budaya, status sosial, maupun daerah. Contohnya dengan pemerataan pendidikan
di semua daerah dan program wajib belajar harus diprioritaskan bagi daerah
tertinggal.
2. Pengembangan budaya Indonesia, untuk melestarikan kekayaan Indonesia, serta dapat
dijadikan kegiatan pariwisata yang memberikan sumber pendapatan nasional maupun
daerah. Contohnya dengan pelestarian budaya, pengembangan museum, dan cagar
budaya. S

P. Implementasi dalam Kehidupan Pertahanan dan Keamanan

Membagun TNI Profesional merupakan implementasi dalam kehidupan pertahanan


keamanan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kehidupan pertahanan dan keamanan, yaitu :

1. Kegiatan pembangunan pertahanan dan keamanan harus memberikan kesempatan kepada


setiap warga negara untuk berperan aktif, karena kegiatan tersebut merupakan kewajiban
setiap warga negara, seperti memelihara lingkungan tempat tinggal, meningkatkan
kemampuan disiplin, melaporkan hal-hal yang menganggu keamanan kepada aparat dan
belajar kemiliteran.
2. Membangun rasa persatuan, sehingga ancaman suatu daerah atau pulau juga menjadi
ancaman bagi daerah lain. Rasa persatuan ini dapat diciptakan dengan membangun
solidaritas dan hubungan erat antara warga negara yang berbeda daerah dengan kekuatan
keamanan.
3. Membangun TNI yang profesional serta menyediakan sarana dan prasarana yang
memadai bagi kegiatan pengamanan wilayah Indonesia, terutama pulau dan wilayah
terluar Indonesia.
BAB III

KRITIKAN

Setelah melakukan perbandingan buku pendidikan kewarganegaraan antara buku


karangan Drs. H. Daeng Sudirwo, M.Pd dengan buku karangan Tim Drs. Payerli Pasaribu M.Si,
dapat kami simpulkan bahwa:

1. Dilihat dari segi keluasan materi buku karangan Drs. H. Daeng Sudirwo, M.Pd lebih baik
daripada buku karangan Tim Penyusun Drs. Payerli Pasaribu M.Si, Karena buku
karangan Drs. H. Daeng Sudirwo, M.Pd menjelaskan materi yang jauh lebih jelas dan
legkap jika dibandingkan dengan buku karangan Tim Penyusun Drs. Payerli Pasaribu,
M.Si yang hanya menjelaskan materi secara singkat dan sekilas saja.
2. Dilihat dari segi isi bukunya, buku karangan Drs. H. Daeng Sudirwo, M.Pd lebih baik
daripada buku karangan Tim Penyusun Drs. Payerli Pasaribu, M.Si karena isinya lebih
aktual jika dibandingkan dengan buku karangan Tim Penyusun Drs. Payerli Pasaribu,
M.Si, selain itu juga dalam buku karangan Drs. H. Daeng Sudirwo, M.Pd setiap materi
yang disampaikan dijelaskan dengan lengkap berdasarkan undang-undang atau pasal
berapa? Atau peraturan pemerintah dan peraturan daerah yang man?.
3. Dilihat dari segi sistematikanya buku karangan Drs. H. Daeng Sudirwo, M.Pd lebih baik
daripada buku karangan Tim Penyusun Drs. Payerli Pasaribu, M.Si, karena dalam buku
karangan Drs. H. Daeng Sudirwo, M.Pd materi dikelompokan beerdasrkan isi materinya,
sehingga terdapat banyak bab yang dikarenakan banyak materinya, berbeda dengan buku
karangan Tim Penyusun Drs. Payerli Pasaribu, M.Si yang tidak mengelompokan materi
berdasarkan isinya, sehingga hanya terdapat sedikit bab, yang dalam satu bab tersebut
tidak hanya membahas satu materi tetapi juga membahas beberapa materi, dan
sistematika seperti ini tidak baik karena pembaca akan merasa bingung antara judul bab
dengan materi bab yang disampaikannya.
4. Dilihat dari segi penyajiannya buku karangan Tim Penyusun Drs. Payerli Pasaribu, M.Si
lebih baik daripada buku karangan Drs. H. Daeng Sudirwo, M.Pd karena dalam buku
karangan Tim Penyusun Drs. Payerli Pasaribu, M.Si materi disajikan secara terfokus, jika
sedang membahas satu pembahasan maka hanya pokok bahasan itu sajalah yang
dibahasnya meskipun dalam satu bab terdapat beberapa pokok bahasan tetapi dalam tiap
pokok bahasannya selalu terfokus, tidak loncat ke pokok bahasan yang lainnya,
sedangkan dalam buku karangan Drs. H. Daeng Sudirwo, M.Pd dalam penyajian
materinya nya tidak terfokus terkadang dalam membahas satu pokok bahasan tiba-tiba
meloncat ke pokok bahasan lain, sehingga pembaca merasa bingung dengan inti materi
atau pokok bahasan yang ingin ditangkap karena materi yang disampaikannya sering
meloncat-loncat ke materi yang lainnya.
5. Dilihat dari segi kecermatan ejaan, ejaan dan pemberian halaman buku karangan Tim
Penyusun Drs. Payerli Pasaribu, M.Si lebih baik daripada buku karangan Drs. H. Daeng
Sudirwo, M.Pd, karena kesalahan dalam hal ejaan, penulisan kata, dan pemberian
halaman buku jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan buku karangan Drs. H. Daeng
Sudirwo, M.Pd, yang terdapat cukup banyak kesalahan alam hal ejaan, penulisan kata,
dan pemberian halaman, sehingga pembaca harus lebih teliti dan cermat dalam
menggunakan buku karangan Drs. H. Daeng Sudirwo, M.Pd, tetapi kesalahan yang
terjadi tidaklah begitu parah, sehingga buku karangan Drs. H. Daeng Sudirwo, M.Pd
masih bisa dimengerti.
6. Dilihat dari segi penyusunan materi buku karangan Tim Penyusun Drs. Payerli Pasaribu,
M.Si lebih baik daripada buku karangan Drs. H. Daeng Sudirwo, M.Pd karena buku
karangan Tim Penyusun Drs. Payerli Pasaribu, M.Si menyusun materi berdasarkan
materinya, jadi materi yang isinya berbeda tidak disatukan sedangkan buku karangan Drs.
H. Daeng Sudirwo, M.Pd materi yang tidak ada hubungannya kadang disatukan, sehingga
dalam satu pokok bahasan materi kadang terdapat materi lain yang tidak berhubungan.
7. Dilihat dari segi urutan penyusunan materi buku karangan Drs. H. Daeng Sudirwo, M.Pd
lebih baik daripada buku karangan Tim Penyusun Drs. Payerli Pasaribu, M.Si karena
materi yang disusun tiap bab tersusun dengan rapi dan teratur, tidak seperti buku
karangan Tim Penyusun Drs. Payerli Pasaribu, M.Si yang terkadang materi yang bukan
babnya dimasukan dalam satu bab.
8. Dilihat dari bentuk dan ukuran tulisan buku karangan Drs. H. Daeng Sudirwo, M.Pd lebih
baik daripada buku karangan Tim Penyusun Drs. S. Sumarsono, MBA, karena
menggunakan ukuran huruf yang tidak terlalu besar, sehingga nampak lebih rapi,
sedangkan buku karangan Tim Penyusun Drs. Payerli Pasaribu, M.Si menggunakan
ukuran huruf yang terlalu kecil sehingga nampak kurang rapih, apalagi di bagian daftar
isi sangat tidak enak dilihat.
9. Diihat dari segi ketepatan penghalamanan buku karangan Tim Penyusun Drs. Payerli
Pasaribu, M.Si lebih baik daripada buku karangan Drs. H. Daeng Sudirwo, M.Pd, karena
dalam buku karangan Tim Penyusun Drs. Payerli Pasaribu, M.Si tidak terdapat halaman
yang salah, yaitu halaman yang ditujukan pada daftar isi tidak sesuai dengan halaman
yang sebenarnya, sedangkan dalam buku karangan Drs. H. Daeng Sudirwo, M.Pd
terdapat halaman yang salah yaitu halaman yang ditujukan dalam daftar isi tidak sesuai
halaman yang sebenarnya.
10. Dilihat dari segi gaya bahasa baik buku karangan Drs. H. Daeng Sudirwo, M.Pd maupun
buku karangan Tim Penyusun Drs. S. Sumarsono, MBA, kedua buku ini sama baiknya,
karena sama-sama menggunakan bahasa yang sederhana, tidak menggunakan bahasa
yang terlalu ilmiah, sehingga kedua buku ini sama-sama mudah dipahami.
11. Dilihat dari segi teknik percetakan buku karangan Drs. H. Daeng Sudirwo, M.Pd lebih
baik daripada buku karangan Tim Penyusun Drs. Payerli Pasaribu, M.Si karena tulisan
dalam buku buku karangan Drs. H. Daeng Sudirwo, M.Pd lebih jelas, lebih hitam dan
lebih tebal, berbeda dengan buku karangan Tim Penyusun Drs. Payerli Pasaribu, M.Si
yang tulisannya tidak jelas, tidak begitu hitam dan tidak tebal, sehingga pembaca yang
membaca buku karangan Tim Penyusun Drs. Payerli Pasaribu, M.Si memerlukan usaha
yang lebih besar jika dibandingkan dengan membaca buku karangan Drs. H. Daeng
Sudirwo, M.Pd.
12. Dilihat dari segi bahan buku yang digunakan (kertas) buku karangan Tim Penyusun Drs.
Payerli Pasaribu, M.Si lebih baik daripada buku karangan Drs. H. Daeng Sudirwo, M.Pd
karena menggunakan kertas yang lebih tebal dan lebih kuat jika dibandingkan dengan
buku karangan Drs. H. Daeng Sudirwo, M.Pd yang menggunakan kertas yang lebih tipis,
sehingga sehingga buku bisa lebih tahan dari ancaman kerusakan seperti sobek, hancur
terkena air, maupun dari kerusakan yang lainnya.
13. Dilihat dari orang yang yang membuat bukunya, maka buku karangan Tim Penyusun Drs.
Payerli Pasaribu, M.Si lebih baik daripada buku karangan Drs. H. Daeng Sudirwo, M.Pd
karena dalam buku karangan Tim Penyusun Drs. Payerli Pasaribu, M.Si buku tersebut
tidak dibuat hanya oleh satu orang tetapi dibuat oleh sebuat tim yang terdiri atas 15 (lima
belas) orang tim penyusun, 6 (enam) orang tim pengarah dan 3 (tiga) orng tim
penyunting, yang berbeda dengan buku karangan Drs. H. Daeng Sudirwo, M.Pd yang
hanya disusun oleh satu orang yaitu Drs. H. Daeng Sudirwo, M.Pd tanpa adanya tim, baik
tim penyusun tim pengarah, sehingga semuanyanya dikerjakan oleh sendiri dan hanya
urusan pencetakan yang dilakukan oleh orang lain.

Buku Pendidikan Kewarganegaraan pada Perguruan Tinggi ini memiliki kelebihan antara
lain:

 Sangat enak dibaca karena tidak terlalu banyak menggunakan istilah-istilah


ilmiah, tetapi menggunakan bahasa yang umum, sehingga lebih mudah dipahami.
 Menggunakan bentuk dan ukuran hurup yang pas, tidak terlalu besar ataupun
terlalu kecil, sehingga buku lebih enak dibaca, serta nampak lebih rapih dan lebih
indah
 Dalam tiap babnya buku ini hanya membahas satu pokok bahasan. Sehingga
materi dalam setiap babnya tidak terlalu banyak dan ini memudahkan pembaca
dalam pemahaman.
 Bab disusun berdasrkan isi materinya, dikelompokan berdasarkan pokok
bahasnnya, sehingga materi lebih terfokus.
 Warna tulisan buku lebih jelas dan lebih hitam sehingga pembaca menjadi lebih
enak dalam membaca buku ini.

Sedangkan kelemahan dari buku Pendidikan Kewarganegaraan pada Perguruan Tinggi antara
lain:

 Terkadang dalam buku ini ada materi yang tidak berhubungan atau tidak penting,
terkadang dimasukan kedalam pokok bahasan, sehingga pembaca menjadi
bingung, inti materinya itu yang mana?, hal ini yang memaksa pembaca harus
lebih jeli dalam mengambil intisari dari tiap materi yang disampaikan.
 terdapatnya kesalahan halaman yang ditujunjukan dalam daftar isi yang tidak
sesuai dengan halaman yang sebenarnya, sehingga daftar isi tidak membantu
banyak jika kita ingin mencari halaman suatu materi, karena halaman yang
ditunjukan dalam daftar isi tidak semuanya benar atau sesuai dengan halaman
yang sebenanya, tetapi meskipun tidak semuanya benar, halaman yang ditunjukan
dalam daftar isi tidaklah berbeda sangat jauh dengan halaman yang sebenarnya.
 Tidak memiliki tim penyusun, tim pengarah maupun tim penyunting

Buku Pendidikan Kewarganegaraan ini memiliki kelebihan antara lain:

 Sangat enak dibaca karena tidak terlalu banyak menggunakan istilah-istilah


ilmiah, tetapi menggunakan bahasa yang umum, sehingga lebih mudah dipahami.
 Tidak ada materi yang tidak berhubungan atau tidak penting, yang dimasukan
kedalam pokok bahasan, yang menyebabkan pembaca menjadi bingung, inti
materinya itu yang mana?, sehingga pembaca tidak perlu lebih jeli dalam
mengambil intisari dari tiap materi yang disampaikan.
 Tidak terdapatnya kesalahan halaman yang ditujunjukan dalam daftar isi yang
tidak sesuai dengan halaman yang sebenarnya, sehingga daftar isi buku ini
membantu banyak jika kita ingin mencari halaman suatu materi, karena halaman
yang ditunjukan dalam daftar isi semuanya benar atau sesuai dengan halaman
yang sebenanya.
 Memiliki tim penyusun, tim pengarah dan tim penyunting

Sedangkan kelemahan dari buku Pendidikan Kewargabegaraan pada Perguruan Tinggi antara
lain

 Menggunakan bentuk dan ukuran hurup yang tidak pas, terlalu besar, sehingga
buku tidak enak dibaca, serta nampak tidak rapih dan tidak indah
 Dalam tiap babnya buku ini membahas beberapa pokok bahasan. Sehingga materi
dalam setiap babnya menjadi terlalu banyak dan ini menyulitkan pembaca dalam
pemahaman.
 Bab tidak disusun berdasarkan isi materinya, tidak dikelompokan berdasrkan
pokok bahasnnya, sehingga materi tidak terfokus.
 Warna tulisan buku tidak jelas dan tidak hitam sehingga pembaca menjadi tidak
nyaman dalam membaca buku ini

BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa wawasan nasional adalah cara pandang suatu bangsa
yang telah menegara tenteng diri dan lingkungannya dalam eksitensinya yang serba
terhubung (interaksi dan interelasi) serta pembangunannya bernegara di tengah-tengah
lingkungannya,baik nasional,regional,maupun globa.
Konsep-konsep geopolitik konsep tentang wawasan nusantara tidak jauh berbeda
dengan konsep dari wawasan nasional karena keduanya saling berkaitan. Dimana
wawasan nusantara adalah wawasan nasional karena cara pandang bangsa Indonesia yaitu
menjamin persatuan dan kesatuan di atas dasar kebhinekaan yang mana nantinya cara
pandang ini kemudian disebut dengan wawasan nusantara. Pengertian wawasan nusantara
dapat dilihat dari berbagai pandangan baik itu berdasarkan Pancasila dan UUD 1945,
ataupun pandangan oleh para ahli. Jadi dapat disimpulkan bahwa wawasan nusantara
adalah cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungan berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945 untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan segenap aspek kehidupan
nasional dalam rangka mewujudkan tujuan nasional. Wawasan nasional Indonesia
dibentuk dan dijiwai oleh pemahaman kekuasaan bangsa Indonesia yang berlandaskan
falsafah pancasila dan oleh pandangan geopolitik Indonesia yang berlandaskan pemikiran
kewilayahan dan kehidupan bangsa Indonesia guna menjamin persatuan dan kesatuan
bangsa.
Konsepsi wawsasan nusantara adalah keutuhan nusantara/nasional, dalam
pengertian : cara pandang yang selalu utuh menyeluruh dalam Iingkup nusantara dan
demi kepentingan nasional.Berarti setiap warga bangsa dan aparatur negara harus
berfikir, bersikap dan bertindak secara utuh menyeluruh dalam Iingkup dan demi
kepentingan bangsa termasuk produk-produk yang dihasilkan oleh lembaga Negara.
B. SARAN
1. Dengan mempelajari wawasan nusantara mahasiswa di harapkan bisa menerapkan
bagaimana seharusnya menjalankan wawasan nusantara dalam kehidupan sehari-hari.
2. Diharapkan kepada seluruh warga Indonesia agar bisa mempertahankan jati diri
bangsa Indonesia sehingga bisa mencapai kemakmuran.

You might also like