Professional Documents
Culture Documents
UAS Interpretasi Data Seismik
UAS Interpretasi Data Seismik
SOAL
Buatlah rangkuman dari kuliah Interpretasi Data Seismik dari pertemuan minggu pertama hingga minggu
ke 15, minimal 20 halaman.
JAWABAN
BAGIAN 1
GEOLOGI MINYAK BUMI DAN ANALISA CEKUNGAN
Gambar 1 . proporsi relatif dari minyak dan gas untuk kerogen tipe II, yang tertimbun di daerah dengan gradien
geothermal sekitar 35 °C km -1 (from OpenLearn – LearningSpace)
Terlihat bahwa minyak bumi secara signifikan dapat dihasilkan diatas temperature 50 °C atau pada
kedalaman sekitar 1200m lalu terhenti pada suhu 180 derajat atau pada kedalaman 5200m.
Sedangkan gas terbentuk secara signifikan sejalan dengan bertambahnya temperature/kedalaman.
Gas yang dihasilkan karena factor temperatur disebut dengan termogenic gas, sedangkan yang
dihasilkan oleh aktivitas bakteri (suhu rendah, kedalaman dangkal <600m) disebut dengan biogenic
gas.
Reservoir Rock
Reservoir adalah batuan yang mampu menyimpan dan mengalirkan hidrokarbon. Dengan kata lain
batuan tersebut harus memiliki porositas dan permeabilitas. Hidrokarbon bermigrasi ke atas melalui
formasi batuan berpori dan permeabel sampai mereka mencapai permukaan sebagai rembesan atau
menjadi terperangkap di bawah permukaan dengan cap rocks non-permeabel yang memungkinkan
mereka menumpuk di tempat dalam reservoir. Porositas dan permeabilitas dipengaruhi oleh pori-
geometri pengendapan dari reservoir sedimen dan pengendapan pasca perubahan diagenesa yang
terjadi.
Sandstone Reservoirs
Reservoir batupasir umumnya terbentuk oleh akumulasi sejumlah besar sedimen klastik yang
merupakan karakteristik lingkungan pengendapan seperti saluran sungai, delta, pantai, danau dan
submarine fans. Reservoir batupasir memiliki porositas dan permeabilitas pengendapan yang
dikendalikan oleh ukuran butir, pemilahan, dan pengepakan sedimen tertentu. Perubahan
diagenesis dapat mencakup presipitasi mineral lempung dalam ruang pori, oklusi pori-pori dengan
semen mineral, atau bahkan penciptaan pori-pori tambahan dengan dissolution beberapa sedimen.
Carbonates Reservoirs
Reservoir karbonat terbentuk dalam lingkungan sedimen laut dengan keterdapatan material klastik
sedikit atau tidak ada. Jenis porositas reservoir karbonat termasuk vuggy (pori-pori lebih besar dari
grains), intergranular (antara butir), intragranular atau selular (dalam butir), dan chalky. Perubahan
diagenesis seperti dolomitization, fracturing, dissolution dan rekristalisasi (jarang) sangatlah
penting karena mereka memiliki kemampuan untuk menciptakan sangat efektif porositas sekunder.
Sementasi, jenis lain dari diagenesis, umumnya mengurangi porositas dan permeabilitas.
Migrasi
Migrasi adalah proses trasportasi minyak dan gas dari batuan sumber menuju reservoir. Proses
migrasi berawal dari migrasi primer (primary migration), yakni transportasi dari source rock ke
reservoir secara langsung. Lalu diikuti oleh migrasi sekunder (secondary migration), yakni migrasi
dalam batuan reservoir nya itu sendiri (dari reservoir bagian dalam ke reservoir bagian dangkal).
Gambar 4 Proses Migrasi
Prinsip dasar identifikasi jalur-jalur migrasi hidrokarbon adalah dengan membuat peta reservoir.
Kebalikannya dari air sungai di permukaan bumi, hidrokarbon akan melewati punggungan (bukit-
bukit) dari morfologi reservoir. Daerah yang teraliri hidrokarbon disebut dengan drainage area
(Analogi Daerah Aliran Sungai di permukan bumi). Jika perangkap tersebut telah terisi penuh (fill
to spill) sampai spill point, maka hidrokarbon tersebut akan tumpah (spill) ke tempat yang lebih
dangkal.
Timing
Waktu pengisian minyak dan gas bumi pada sebuah perangkap merupakan hal yang sangat penting.
Karena kita menginginkan agar perangkap tersebut terbentuk sebelum migrasi, jika tidak, maka
hidrokarbon telah terlanjur lewat sebelum perangkap tersebut terbentuk.
Trap (Jebakan)
Bentuk dari suatu geometri atau facies yang mampu menhan minyak dan gas bumi untuk
berkumpul dan tidak berpindah lagi. Suatu trap harus terdiri dari batuan Reservoir sebagai tenpat
penyimpan hidrokarbon.dan suatu set Seal agar sebagai penutup agar tidak terjadi migrasi lagi.
Proses migrasi dan pembentukan trap tidak saling berhubungan dan terjadi di waktu yang berbeda.
Waktu pembentukan trap sangat penting karena jika trap terbentuk sebelum hidrokarbon bermigrasi
maka kemungkinan akan ditemukanya akumulasi hidrokarbon didalam trap. Dan jika sebaliknya
maka kemungkinan hidrokarbon telah melewati trap tersebut. Adapun tipe jebakan yaitu:
1. Jebakan Struktural
Jebakan dipengaruhi oleh kejadian deformasi perlapisan dengan terbentuknya struktur
lipatan dan patahan yang merupakan respon dari kejadian tektonik dan merupakan
perangkap yang paling asli dan perangkap yang paling penting.
2. Jebakan Stratigrafi
Jebakan yang dipengaruhi oleh variasi perlapisan secara vertikal dan lateral, perubahan
facies batuan dan ketidakselarasan dan variasi lateral dalam litologi pada suatu lapisan
reservoar dalam perpindahan minyak bumi.
3. Jebakan Kombinasi
Kombinasi antara struktural dan stratigrafi. Dimana pada perangkap jenis ini merupakan
faktor bersama dalam membatasi bergeraknya atau menjebak minyak bumi.
Gambar 5 Tipe jebakan (Trap)
Seal (Penutup)
Seal adalah system batuan penyekat yang bersifat tidak permeable seperti batulempung/mudstone,
anhydrite dan garam.
Seting Intraplate
Continental rises dan terraces: Rifted continental margin yang sudah matur dalam suatu seting
intraplate pada pertemuan kontinen-samudra. Contoh modern: Pesisir timur USA.
Continental embankment: Progadasi wedge sedimen yang terbentuk di tepian suatu rifted
continental margin. Contoh modern: Pesisir Teluk Missisipi.
Cekungan Intrakratonik: Cekungan kratonik luas yang dialasi rift fossil pada zona axialnya.
Contoh modern: Cekungan Chad(Africa).
Platform Kontinental: Kraton stabil yang dilapisi oleh strata sedimen tipis dan secara lateral
melampar luas. Contoh modern: Laut Barents(Aisa).
Cekungan samudra aktif: Cekungan yang dialasi oleh lempeng samudra yang terbentuk pada
batas lempeng divergen, tidak berhubungan dengan sistem arch-trench(spreading masih aktif).
Contoh modern: Laut Pasifik.
Kepulauan Oseanik, aseismic ridge and plateu: Apron sedimen dan dataran yang dibentuk pada
seting intraoseanik selain tipe busur magmatic. Contoh modern: gunung bawah laut Emperor-
Hawaii.
Cekungan samudra dorman: cekungan yang dialasi oleh lempeng samudra, yang tidak mengalami
spreading atau subduksi(tidak terdapat plate boundaries aktif di dalam atau di bagian cekungan
lain yang berdampingan). Contoh modern: Teluk Meksiko.
Seting Konvergen
Trenches: Palung yang sangat dalam, dibentuk oleh proses subduksi dari litosfer samudra. Contoh
modern: Palung Chile.
Cekungan Trench-Slope: Struktur depresi local yang berkembang pada kompleks subduksi.
Contoh modern: Trench Amerika Tengah.
Cekungan For-arc: Cekungan yang berada pada gap antara arc dan trench. Contoh modern:
Sumatra.
Cekungan Intra-arc: Cekungan di sepanjang platform arc yang termasuk gunung api superposed
dan overlapping. Contoh modern: Lago de Nikaragua.
Cekungan Back-arc: Lempeng samudra di belakang busur magmatic intraoseanik(termasuk
cekungan intra-arc di antara busur aktif dan remnant), dan cekungan kontinen di belakang busur
magmatic continental-margin tanpa forelanf fold-thrust belts. Contoh modern: Marianas.
Cekungan Samudra Remnan: cekungan samudra yang mengecil akibat terperangkap antara
continental margin dan atau sistem arc-trench yang saling bertabrakan, dan pada akhirnya
mengalami subduksi dan terdeformasi di dalam suatu suture belts. Contoh modern: Pesisir
Bengal.
Cekungan Peripheral Foreland: Cekungan foreland yang terletak di atas rifted continental margin
yang telah ditarik ke dalam zona subduksi selama proses tabrakan krustal(tipe utama dari
tumbukan yang berhubungan dengan foreland). Contoh modern: Teluk Persia.
Cekungan Piggyback: Cekungan yang terbentuk dan terbawa di atas suatu thrust sheet yang
bergerak. Contoh modern: Cekungan Peshawar(Pakistan).
Cekungan Foreland Intermontane: Cekungan yang terbentuk di antara pengangkatan basement-
cored di suatu seting foreland. Contoh modern: Cekungan Sierra Pampeanas(Argentina).
Seting Transform
Cekungan Transtensional: Cekungan yang terbentuk oleh proses ektensi di sepanjang sistem
patahan Strike-slip. Contoh modern: Laut Salton California.
Cekungan Transpressional: Cekungan yang dibentuk oleh kompresi di sepanjang sistem patahan
strike-slip. Contoh modern: Cekungan Santa Barbara California(foreland).
Cekungan Transrotasional: Cekungan yang terbentuk oleh proses rotasi dari suatu blok krustal
pada axis yang mendekati vertikal pada suatu sistem patahan strike-slip. Contoh modern: fore-arc
Western Aleutian.
Seting Hybrid
Cekungan Intrakontinental wrench: Bermacam cekungan yang terbentuk di dalam kerak benua
yang dipengaruhi oleh proses collision. Contoh modern: Cekungan Quaidam(China).
Aulacogen: Bekas Rifting yang gagal terbentuk pada sudut tinggi terhadap margin kontinen, yang
telah mengalami reaktivasi selama proses tektonik konvergensi, sehingga berada pada bagian
sudut tinggi terhadap sabuk orogenik. Contoh modern: Teluk Missisipi.
Impactogen: Rift yang terbentuk pada sudut tinggi terhadap sabuk orogeni, tanpa adanya sejarah
preorogeni sebelumnya(kontras dengan aulacogen). Contoh modern: Rift Baikal bagian
distal(Siberia).
Cekungan Succesor: Cekungan yang terbentuk pada seting intermontane diikuti oleh proses jeda
istirahat kegiatan orogeni local atau aktivitas taphrogenik. Contoh modern: Barisan punggungan
dan cekungan Arizona.
Sedimentasi dimulai pada permulaan Tersier, biasanya Oligosen, tetapi pada beberapa tempat
(Kalimantan) dimulai pada Eosen. Pada akhirMesozoikum, seluruh daerah cekungan telah dilipat, diintrusi,
diangkat dan didenudasi sehingga seluruh batuan yang berumur pra-Tersier dianggap sebagai batuan dasar.
Pematahan bogkahan terjadi pada permulaan Tersier, sehingga terjadi relief lagi, dan sedimentasi dimulai,
biasanya non-marin. Terkadang dimulai dengan aktivitas tektonik (Jawa Barat). Permulaan sedimentasi ini
biasanya terjadi pada Oligosen, tapi pada beberapa tempat di Kalimnatan dimulai pada Eosen.
Perkembangan sedimentasi Tersier pada umumnya memperlihatkan pola yang sama, yaitu dimulai
dari transgresi dan diakhiri dengan suatu regresi, suatu hal yang jelas terlihat di Sumatera Selatan. Dengan
pengecualian seperti yang terdapat di dalam cekungan Jawa Timur.
Gambar 7 Stratigrafi Tersier cekungan minyak di Indonesia bagian Sumatra-Jawa
Daerah cekungan Sumatra Selatan ini lebih banyak diketahui daripada cekungan minyak lainnya.
Kerangka tektonik ini terdiri dari Paparan Sunda timur dan jalur tektonik bukit barisan di sebelah barat.
Daerah cekungan ini dibatasi dari cekungan Jawa Barat oleh daerah Tinggi Lampung. Di dalam cekungan
terdapat daerah peninggian batuan dasar pra-Tersier dan berbagai depresi. Perbedaan relief dalam
batuan dasar ini diperkirakan karena pematahan dasar dalam bongkah-bongkah.
Gambar 9 Diagram penampang daerah cekungan Sumatra Selatan,
Pada Sumatra Selatan Basin terdapat 3 antiklinorium utama, yaitu Antiklinorium Muara Enim,
Antiklinorium Pendopo Benakat, dan Antiklinorium Palembang. Antiklinorium ini berimpit dengan relief
batuan dasar Pra Tersier yang merupakan bongkah-bongkah patahan yang terangkatkan yang juga
merupakan jalur paleotopografi tinggi. Antiklin hanya terdapat dalam Antiklinorium, sedangkan dalam
daerah tektonik rendah pelipatan sangat lembah. Pada antiklin Pendopo-Benakat dan Muara Enim struktur
antiklin agak curam dan asimetrik yang disertai sesar naik yang ke bawah menjadi patahan batuan dasar.
Minyak bumi terdapat pada lapisan pasir Formasi Talang Akar yang transgresif, dan juga dalam
lapisan pasir Formasi Air Benakat dan secara terbatas juga dalam Formasi Muara Enim. Perangkap minyak
pada cekungan ini merupakan struktur antiklin. Selain itu dalam formasi Talang Akar, minyak terjebak
dalam perangkap stratigrafi seperti pembajian yang naik dari lapisan pasir, terutama terhadap daerah yang
tinggi. Terumbu dari Formasi Batu Raja dapat merupakan perangkap, tetapi sampai kini hanya
mendapatkan gas.
BAGIAN 2
AKUISISI DATA SEISMIK
Gambar 11 Desain akuisisi seismik refraksi dan refleksi. (lingkaran merah adalah shotpoin dan segitiga
biru adalah receiver).
(Sumber: Kuliah lapangan Bromo, Teknik Geofisika).
Pada gambar diatas perbedaan desain akuisisi antara seismik refraksi dan seismik refleksi terletak
pada titik penembakannya, jika refraksi titik tembaknya berada diluar geophone. Namun pada
seismik refleksi, titik tembaknya berada diantara masing-masing geophone. Yang digunakan dalam
eksplorasi minyak bumi yaitu Seismik Refleksi, karena mampu merekam gelombang dengan
kedalaman yang sangat dalam.
Seismik darat, seismik di zona transisi dan seismik laut.
Seismik 2D/3D/4D
2.2 Tahapan Akusisi Seismik
Umumnya terdapat lima kegiatan utama proses akuisisi seismik ini, antara lain yaitu positioning, tes
parameter lapangan, drilling dan preloading, shooting dan recording, dan field processing. Dan diatara
kelima tahap tersebut saling berkesenambungan, seperti bagan dibawah ini:
Tes
Drilling dan Shooting dan Field
Positioning parameter
preloading Recording processing
lapangan
Positioning
Tahapan pertama akusisi seismik ini dilakukan dengan beberapa kegiatan antaranya; Survey
topigrafi untuk menentukan lokasi titik koordinat dari lintasan serta untuk penentuan arah lintasan
dengan kompas, Pembuatan BM untuk titik ikat dan titik kontrol GPS, Rintis bridging untuk
membuat jalan menuju lintasan seismik, Channing untuk penanandaan titik-titik untuk shot point
dan receiver, dan yang terakhir yaitu Penentuan koordinat shot point dan receiver.
Tes parameter lapangan
Tahapan kedua ini gunanya untuk menetapkan parameter awal dalam suatu rancangan kegiatan
akuisisi data seismik, yang dipilih sedemikian rupa sehingga dalam pelaksanaannya akan diperoleh
informasi target selengkap mungkin dan noise serendah mungkin.
Drilling dan preloading
Tahapan ketiga ini dilakukan pengeboran untuk penanaman bahan peledak dengan kedalaman
tertentu, kemudian dilanjutkan dengan pengisian (preloading).
Shooting dan recording
Tahapan keempat ini dilakukan dengan peledak terhadap bahan peledak yang telah ditanam
kemudian energi ledakan yang telah ditanam, kemudian energi ledakan yang diterima receiver
direkam oleh suatu instrumen perekaman.
Gambar 12 Source untuk di laut, yaitu air gun dengan tekanan mencapai 2000 psi.
Field precessing
Tahapan terakhir, yaitu pemrosesan data di lapangan, data hasil rekaman.
Gambar 13 Tahapan pengolahan data seismik di lapangan
2.3 Parameter Lapangan
Dalam akuisisi data seismik, parameter lapangan merupakan besaran, ukuran dan konfigurasi yang
digunakan dalam kegiatan tersebt. Untuk mendapatkan parameter yang tepat maka harus dilakukan suatu
uji coba langsung di lapangan, maupun dengan perhitungan. Perhitungan parameter lapangan, diantaranya
sebagai berikut:
Station interval, yaitu jarak antara station (group geophone).
Shot interval, yaitu jarak antara shoy poin.
Near dan far offset, near offset yaitu jarak terdekat dari titik tembak dan far offset adalah jarak
terjauh dari titik tembak.
Jumlah channel, yaitu banyaknya channel yang merekam dalam setiap penembakan.
Geophone array, yaitu susunan dari satu satuan geophone di dalam suatu group geophone.
Fold, yaitu penggandaan rekaman dari satu titik refleksi, yang bertujuan untuk mempertinggi S/N.
Sampling Rate, yaitu selang pengukuran dari digit satu ke digit berikutnya selama proses
pengukuran.
Record Length, yaitu lamanya perekaman geombang seismik yang merambat.
BAGIAN 3
PENGOLAHAN DATA SEISMIK
Data seismik dari lapangan masih terdapat banyak noise dan juga ada refektor belum terlihat
dengan jelas sehingga perlu dilakukannya pengolahan data seismik sebelum memasuki ke tahapan
interpretasi. Untuk mendapatkan S/N ratio yang tinggi maka dilakukan berbagai parameter pengolahan data
seismik. Berbagai perangkat lunak untuk pengolahan data seismik memiki karakteristik pengolahan yang
berbeda-beda setiap tahapannya. Namun, teori dari tahap pengolahan data itu sendiri memiliki kesamaan
setiap perangkat lunak, yang membedakan yaitu user (pengguna) dari perangkat lunak tersebut. Sehingga
tenaga pengolah data yang handal sangat diperlukan untuk memenuhi hasil pengolahan data seismik
eksplorasi yang lebih baik.
Pada dasarnya alur pengolahan data pada masing-masing perusahaan hampir sama, karena
memiliki tujuan yang sama, yaitu mendapatkan penampang seismik dengan S/N ratio nya tinggi. Namun,
setiap perusahaan memiliki treatment sendiri untuk melakukan pengolahan datanya. Flowchart diatas,
diambil dari laporan kerja praktek processing seismik di PT. Elnusa. Untuk pembahasan masing – masing
tahap akan dibahas pada sub ban senjutnya.
3.2 Reformatting
Data seismik dari lapangan/tape belum sesuai dengan format pengolahan data, maka tahapan
pertama yang dilakukan untuk pengolahan data seismik adalah reformatting. Tujuan dilakukan reformatting
yaitu untuk mengubah format data SEG-D/Y dari data tape menjadi format SEG-Y pengolahan data.
3.5 Preprocessing
Data seismik dari tape masih banyak terdapat noise, baik noise koheren maupun noise ambient.
Sehingga perlu dilakukan pereduksian noise, untuk meningkatkan S/N ratio agar didapatkan penampang
seismik yang baik. Tahapan preprocessing ini merupakan tahap untuk mempersiapkan data sebelum
dilakukan analisa kecepatan. Tahapan untuk melakukan preprocessing terdapat 5 proses, yaitu low cut filter,
despiking, sperical divergence, anti ground roll, dan deconvolution. Masing-masing dari tahapan tersebut
memiliki parameter yang berbeda-beda untuk mereduksi noise.
3.5.1 Low Cut Filter
Tahap pereduksian noise yang pertama adalah low cut filter. Low cut filter menggunakan parameter
Low Pass 3 Hz. Maksudnya adalah frekuensi yang mempunyai dibawah dari 3 Hz akan di cut, kemudian
frekuensi diatas 3 Hz akan di loloskan.
Gambar 14 (a) Tampilan shot gather sebelum dilakukan low cut filter. (b) Tampilan shot gather setelah dilakukan low cut filter.
(c) Tampilan shot gather residual proses low cut filter.
3.5.2 Despiking
Karena adanya trace yang memiliki nilai amplitudo yang terlalu kecil atau besar, maka harus
dilakukan tahap despiking. Tahap despiking ini adalah smoothing nilai amplitudo trace yang terlalu
kecil/besar agar sesuai dengan trace tetangganya pada spatial window tertentu.
Gambar 15 Tampilan shot gather sebelum dilakukan despiking. Tampilan shot gather setelah dilakukan despiking. Tampilan
shot gather residual proses despiking.
Gambar 16 Tampilan shot gather sebelum dilakukan spherical divergence. (b) Tampilan shot gather setelah dilakukan spherical
divergence.
Gambar 17 (a) Tampilan shot gather sebelum dilakukan anti groundroll. (b) Tampilan shot gather setelah dilakukan groundroll.
(c) Tampilan shot gather residual proses anti groundroll.
3.5.5 Dekonvolusi
Dekonvolution memiliki banyak tipe, namun pada proses dekonvolution pada peprocessing ini
menggunakan tipe predictive deconvolution. Dekonvolution ditujukan untuk mendapat solusi trace yang
paling sesuai dengan RCnya. Sehingga predictive deconvolution digunakan untuk mendesain wavelet yang
dapat merepresentasikan filter di dalam bumi, dapat menekan reverberasi (perulangan) dan memperbaiki
resolusi.
Well tieAdalah proses pengikatan data sumur (well) terhadap data seismik. Data sumur yang
diperlukan untuk well seismic tie adalah sonic (DT), density (RHOB), dan checkshot. Sebelum diproses,
data well tersebut harus dikoreksi terlebih dahulu untuk menghilangkan efek washout zone, cashing shoe,
dan artifak-artifak lainya.
Sebagaimana yang kita ketahui, data seismic umumnya berada dalam domain waktu (TWT)
sedangkan data well berada dalam domain kedalaman (depth). Sehingga, sebelum kita melakukan
pengikatan, langkah awal yang harus kita lakukan adalah konversi data well ke domain waktu. Untuk
konversi ini, kita memerlukan data sonic log dan checkshot.
Data sonic log dan checkshot memiliki kelemahan dan keunggulan masing-masing. Kelemahan
data sonic diantaranya adalah sangat rentan terhadap perubahan lokal di sekitar lubang bor seperti washout
zone, perubahan litologi yang tiba-tiba, serta hanya mampu mengukur formasi batuan sedalam 1-2 feet.
Sedangkan kelemahan data checkshot adalah resolusinya tidak sedetail sonic. Untuk ‘menutupi’ kelemahan
satu sama lain ini, maka kita melakukan koreksi dengan memproduksi ‘sonic corrected checkshot’.
Besarnya koreksi checkshot terhadap sonic disebut dengan ‘DRIFT’.
Kemampuan analisa struktur geologi dari rekaman seismik sangatlah penting karena peranan
struktur tersebut dalam pembentukan perangkap hidrokarbon. Analisa struktur ini perlu diperhatikan
kelemahan metoda seismik dalam mencitrakan parameter struktur bawah permukaan tersebut. Bila rekaman
tak termigrasi yang akan dipakai untuk analisa struktur, maka akan terjadi distorsi akibat asumsi yang
digunakan dalam metoda CMP.
Gambar 25 Efek peningkatan kecepatan terhadap kedalaman dapat menyebabkan melengkungnya bidang sesar yang mestinya
planar.
Gambar 26 Sketsa menunjukkan rotasi progresif sepanjang sesar normal listrik dan struktur sekunder yang dihasilkan oleh
kombinasi berbeda dari sesar sinsedimentasi dan atitetik. (Badley,., 1985)
Gambar 28 Contoh rekaman seismik menunjukkan dua sesar normal A dan B yang teraktifkan kembali menjadi sesar naik.
(Badley, 1985)
Gambar 29 Efek reaktivasi sesar mormal (Badley, 1985)
Menurut Vail dan Mitchum pada tahun 1977, seismik stratigrafi adalah penafsiran stratigrafi dari
data seismik. Dari data seismik dapat dilakukan analisa stratigrafi karena, pada dasarnya data seismik
merupakan refleksi primer akibat adanya perbedaan impedansi akustik antar pelapisan batuan. Oleh
karnanya pola perekaman seismik mencerminkan pola pelapisan batuan dan ketidakselarasan. Rekaman
seismik merupakan rekaman kronostratigrafi dari pola struktur dan pengendapan. Studi seismik stratigrafi
antara lain:
Deformasi struktur pasca pengendapan
Korelasi waktu geologi
Ganesa suatu pengendapan
Ketebalan lingkungan suatu pengendapan
Paleobatimetri
Burial history
Relief dan topografi bidang ketidakselarasan
Paleogeografi dan sejarah geologi
Hubungan konkordan dapat terlihat pada batas atas dan bawah sekuen. Pada bagian atas hubungan
yang konkordan dapat dikenali dari kesejajaran lapisan dengan lapisan dibawahnya yang ada pada awalnya
horizontal, miring atau tidak teratur. Pada bagian bawah, hubungan konkordan dapat berupa drapping
paralel terhadap bidang bawah.
Hubungan diskordan merupakan kriteria utama untuk menentukan batas sekuen. Lapout adalah
terminasi lateral lapisan pada batas pengendapan aslinya. Baselap adalah layout pada batas bawah sekuen.
Onlap adalah baselap dimana lapisan yang awalnya horizontal laps-out pada permukaan yang mulanya
miring atau lapisan yang awalnya miring laps-out updip pada lapisan yang lebih miring. Downlap adalah
baselap dimana lapisan awalnya miring terminatees downdip pada bidang yang awlanya horisontal atau
miring. Proximal onlap adalah onlap pada arah sumber sedimen dan distal downlap yaitu downlap pada
arah yang berlawanan dari sumber sedimen umumnya merupakan indikasi dari permulaan dan akhir lateral
pengendapan suatu lapisan. Onlap dan downlap umumnya lebih mencerminkan non-depositional hiatus
daripada erosional hiatus. Toplap adalah lapout pada batas antara sekuen pengendapan. Toplap
mencerminkan non depositional hiatus sedang erosional truncation mencerminkan bidang erosi.
Pada gambar diatas dijelaskan satu siklus perubahan muka laut relatif yang didefinisikan sebagai
sebuah interval waktu dimana terjadi kenaikan relatif secara berangsur, still stand dan penurunan relatif
secara cepat. Detailnya, kenaikan yang berangsur tersebut terdiri atas satu seri kenaikan secara cepat dan
stillstands dan disebut sebagai parasiklus. Umumnya, satu siklus global akan membentuk pola unik yang
terdiri tas urutan kenaikan dan diikuti oleh satu atau lebih penurunan relatif, yang disebut sebagai
supersiklus. Pada pembahasan perubahanan ini akan dibahas 2 topok, yaitu kenaikan relatif muka air laut
dan penurunan muka air laut relatif.
Gambar 35 Onlap pantai sebagai indikasi kenaikan muka air laut relatif (Vail dkk., 1977)
Pada gambar diatas, bila kenaikan muka air laut lebih cepat dari percepatan pengendapan, maka
dapat terbentuk onlap marin bukannya onlap pantai, dan kontrol paleobatimetri diperlukan untuk mengukur
kenaikan muka air laut. Lalu, apabila aktivitas tektonik tidak terlalu intensif, maka kenaikan muka air laut
relatif tersebut dapat dihitung dari penampang stratigrafi/seismik.
Gambar 36 Transgresi, regresi dan stationer garis pantai yang terjadi selama kenaikan muka air laut. (Vail dkk, 1977)
Pada gambar diatas menunjukkan selama terjadinya kenaikan muka air laut relatif bisa terjadi
transgresi atau regresi garis pantai dan pendangkalan atau pendalaman dasar laut. Bila muka air laut naik
dan suplay sedimen relatif lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan tersebut maka akan terjadi transgresi
yang ditunjukkan oleh “migrasi” endapan litoral ke arah daratan. Sebaliknya jika muka air laut naik, maka
akan terjadi regresi yang ditunjukkan oleh “migrasi” endapan litoral ke arah laut. Bila suplai sedimen relatif
sama dengan besar kenaikan, maka terjadi stationary shoreline. Dengan cara sama, pendalaman atau
pendangkalan dasar laut ditandai oleh meningkatnya atau berkurangnya kedalaman pengendapan.
Contohnya terdapat pada pantai Afrika Barat dan dapat dilihat adanya urutan transgresi – stasioner – regresi
selama kapur bawah diikuti oleh transgresi –regresi di kapur atas yang semuanya terjadi selama kenaikan
muka air laut yang dtunjukkan oleh onlap pantai yang kontinyu sepanjang waktu tersebut.
Pada gambar diatas ditunjukkan contoh pergeseran tersebut terjadi antara onlap tertinggi dari unit
5 sekuen A dan onlap terendah dari unit 6 di sekuen B. Urutan onlap dalam sekuen A menunjukkan
kenaikan muka air laut relatif selama pengendapan sekuen tersebut, diikuti penurunan tajam ke posisi unit
6 sekuen B, dan diikuti kenaikan berikutnya selama pengendapan sekuen B. Gambar dibawah ini adalah
contoh penurunan muka air laut yang tajam:
Gambar 38 Contoh penurunan muka air laut yang tajam di cekungan San Joaquinn, California (Vail dkk., 1977)
Lalu pada bahasan selanjutnya adalah mengenali perubahan muka air laut di suatu daerah dengan
menggunakan data penampang seismik. Ditunjukkan pada gambar dibawah, daerah disini bisa berarti
seluruh domain lautan, pinggiran kontinen, inland sea atau daerah pantai. Persyaratan utamanya adalah
urutan perlapisan mempunyai kontinyuitas fisik asli, sehingga kurva regional didasarkan pada lapisan yang
mempunyai hubungan jelas dalam waktu dan ruang. Kurva muka air laut dapat dibandingkan dengan data
regional lainnya dengan menganalisa posisinya pada kurva korelasi kronostratigrafi dearah studi.
Pembandingan seperti itu akan membatu pemahaman mengenai hubungan antara perubahan muka air laut
dengan umur geologi, distribusi sekuen pengendapan, ketidakselarasan, fasies dan lingkungan dan
informasi lainnya.
Gambar 39 Contoh seismik section adanya perubahan muka air laut. (Vail., 1977)
Gambar 40 Hasil interpretasi penampang seismik, pada gambar sebelumnya. (Vail., 1977)
Gambar 41 Terminasi refleksi seismik dalam sekuen ideal (Mitchum dkk., 1977)
Ekspresi seismik dari batas sekuen sangat tergantung pada kontras akustik impedan antara lapisan
atas dan dibawah ketidakselarasannya. Apabila trdapat kontras yang signifikan, maka ketidakselarasan
tersebut sendiri akan membentuk refleksi yang tegas.
Gambar 42 Interpretasi geologi dari parameter fasies seismik. (Mitchum dkk., 1977)
Gambar 43 Fasies seismik endapan kapur bawah daerah Afrika Barat. (Mitchum., 1977)
BAGIAN 7
LINGKUNGAN PENGENDAPAN
Analisis lingkungan pengendapan merupakan suatu studi yang penting untuk tahap eksplorasi
maupun pengembangan. Analisis ini berguna untuk mengetahui pola sedimentasi dan geometri lapisan
reservoir. Metode yang digunakan untuk menganalisis lingkungan pengendapan salah satunya dapat
menggunakan analisis log Gamma Ray (GR).
Interpretasi lingkungan pengendapan kemudian digabung dengan data log gamma ray. Analisis log
gamma ray dapat digunakan untuk membantu analisis lingkungan pengendapan. Analisis ini disebut
analisis elektrofasies. Analisis ini memanfaatkan bentuk-bentuk pola log dari log gamma ray. Bentuk dari
pola log ini memperlihatkan besar butir dari suatu litologi dan pola urutan vertikal ke atas. Setiap
lingkungan pengendapan memiliki energi yang berbeda-beda untuk mengendapkan butiran sedimen
sehingga tiap lingkungan pengendapan memiliki pola urutan vertikal yang khas. Oleh karena itu, secara
tidak langsung pola log juga mencerminkan lingkungan pengendapan.
Bentuk dari pola log gamma ray dapat digunakan sebagai interpretasi awal karena hanya dapat
menerjemahkan bentuk dari kenampakan fisik pola log gamma ray itu sendiri, contohnya bentukan log yang
menggambarkan nilai gamma ray kecil secara kontinu disebut silindris (cylindrical), kemudian bentuk log
yang menggambarkan nilai gamma ray berubah secara gradual mengecil dari bawah ke atas disebut corong
(funnel shape), lalu bentuk log yang menggambarkan nilai gamma ray berubah secara gradual membesar
dari bawah ke atas disebut lonceng (bell shape), kemudian bentuk log yang menggambarkan nilai gamma
ray berubah secara gradual mengecil dari bawah ke atas kemudian berubah kembali menjadi nilai gamma
ray kecil secara gradual disebut simetris (symmetrical shape), dan terakhir bentuk log yang bergerigi pada
nilai gamma ray besar disebut gerigi (serated).
Kelima bentuk elektrofacies, yaitu bentuk silindris (cylindrical), corong (funnel shape), lonceng
(bell shape), simetri (symmetrical shape), dan gerigi (serrated), masing–masing dari elektrofasies
tersebut memiliki lingkungan pengendapan yang khas. Bentuk - bentuk elektrofasies yang ditemukan
pada interval penelitian ini ialah bentuk corong (funnel shape), lonceng (bell shape), dan gerigi
(serrated). Bentuk-bentuk elektrofasies yang memberikan informasi tentang lingkungan pengendapan
ini kemudian digabungkan dengan interpretasi lingkungan pengendapan sebelumnya.
BAGIAN 8
ATRIBUT SEISMIK
Salah satu teknik yang sering digunakan untuk membantu menganalisis dan menginterpretasikan
gambaran kondisi geologi bawah permukaan adalah dengan menggunakan atribut seismik. Atribut
amplitudo merupakan atribut dasar dalam jejak (trace) seismik yang dapat digunakan untuk melacak
perubahan litologi batuan yang ekstrim seperti adanya keberadaan reservoir. Dalam seismik stratigrafi,
atribut seismik dapat menggambarkan geometri perlapisan dan pola hubungan lingkungan pengendapan,
namun untuk lapisan batuan dengan lebar di bawah resolusi vertikal dari gelombang seismik mengakibatkan
jejak gelombang seismik dari lapisan tersebut sulit di interpretasikan. Atribut seismik diklasifikasikan
menjadi beberapa yaitu:
Amplitude based
Frequency based
Multi-trace based
Impedance based
Dip & azimuth based
Processing & Filters
Meta-attributes
HorizonCube & SSIS
Pre-stack attributes
dengan g(t) adalah bagian riil jejak seismik dan h(t) adalah bagian imajiner jejak seismik. Aplikasi atribut
ini terutama digunakan sebagai indikator hidrokarbon langsung serta pembuatan fasies dan ketebalan.
Contoh dari atribut amplitudo primer antara lain adalah amplitudo rms. Amplitudo rms merupakan akar
dari jumlah energi dalam domain waktu yang secara matematis dapat didefinisikan sebagai berikut:
dengan N merupakan jumlah amplitudo pada jangkauan (range) tertentu dan r merupakan nilai dari
amplitudo. Karena nilai amplitudo dikuadratkan dulu sebelum dirata-ratakan, maka perhitungan rms sangat
sensitif terhadap nilai amplitudo yang ekstrim.
Karakteristik frekuensi diperoleh dari suatu ketebalan batuan dan densitas dari lapisan material
serta kecepatan sinyal yang melaluinya. Lapisan material tersebut berasal dari sejumlah perlapisan batuan
dengan karakteristik frekuensi tersendiri. Untuk mendapatkan frekuensi pada setiap lapisan, suatu ketebalan
dari lapisan harus dimasukkan kedalam selang frekuensi sampai diperoleh frekuensi maksimum yang
diinginkan. Urutan proses dalam pengolahan atribut spectral decomposition dapat digambarkan pada
gambar dibawah ini:
Gambar 1
Horizon yang telah dilakukan picking, yaitu horizon FS 7 dan horizon shallow. Seperti ditunjukan pada
gambar diatas. Dimana pada:
- Horizon FS 7 : yaitu yang bagian atas. Dimana pada horizon ini terdapat fault sekitar Xline 1000-1100.
Dan patahan ini akan mengalami kemenerusan pada horizon shallow dibawahnya.
- Horizon Shallow : yaitu yang bagian bawah. Dimana pada horizon ini dipicking pada daerah sekuen
stratigrafi. Dan juga terdapat fault sekitar Xline 1000 – 1100.
Gambar 2 – Time Structure Map Horizon Shallow
Setelah dilakukan picking horizon pada masing-masing xline dan inline dengan interval 10, maka di
dapatkan hasil time structure map. Time structure map ini menunjukkan struktur seperti antiklin, sinklin,
dll. Pada daerah sebelah kanan lebih tinggi daripada sebelah kiri, yang ditunjukkan pada warna kuning-
hingga ke orange. Dan juga dari time structure map ini dapat diihat juga terdapat patahan. Seperti yang
diberikan simbol lingkaran hitam pada peta diatas.
Gambar 5 – Analisa Surface Atribut Variance pada Horizon. Analisa Surface aatribut variance ini
digunakan untuk melihat adanya struktur fault, trap, dll. Fault yang sudah di picking sebelumnya, pada
analisa atribut ini terlihat jelas ditunjukkan pada lingkaran putih gambar diatas. Sehingga dari gambar
diatas dapat ditunjukkan bahwa kedua horizon dilewati oleh patahan yang sama. Dibagian bawah
terlihat banyak struktur-struktur fault yang kecil-kecil namun banyak.
Gambar 6 – Analisa Surface RMS Amplitudo pada Horizon Shallow.
Atribut ini merupakan atribut dasar dalam jejak/trace seismik yang dapat digunakan untuk melacak
perubahan litologi batuan yang ekstrem. Zona interest yang ada pada survey ini yaitu zona yang
terdapat gasnya. Nah, zona gas memberikan efek yang kuat terhadap kontras amplitudenya, sehingga
pada gambar diatas terlihat bahwa daerah yang berada dalam lingkaran putih merupakan daerah yang
memiliki kontras amplitude yang tinggi. Hal tersebut bisa merepresentasikan zona interest kita, yaitu
zona gas.
Modul Praktikum Metode Seismik I (GF-3231), Karya: Dr Awali Pryono, dkk. Penerbit: Prodi
Teknik Geofisika ITB, 2005.
ANALISIS ATRIBUT SEISMIK UNTUK IDENTIFIKASI POTENSI HIDROKARBON, Johan
Maulana Hadi, Berkala Fisika ISSN : 1410 – 9662 Vol. 9, No.4, Oktober 2006, hal 165-170
Sungkono, Interpretasi Seismik Refleksi. 2008.