Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 66

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Age-related macular degeneration (AMD) adalah suatu keadaan dimana

makula mengalami kemunduran sehingga terjadi penurunan ketajaman penglihatan

dan kemungkinan akan menyebabkan hilangnya fungsi penglihatan sentral. Makula

adalah pusat dari retina dan merupakan bagian yang paling vital dari retina yang

memungkinkan mata melihat titik-titik halus pada pusat lapang pandang. Tanda

utama dari degenerasi makula adalah didapatkan adanya bintik-bintik abu-abu atau

hitam pada pusat lapangan pandang (Chakravarty dkk., 2007).

Penyebab pasti AMD belum diketahui, tetapi insidens gangguan ini

meningkat pada setiap dekade setelah usia 50 tahun. Keterkaitan lain selain usia

adalah ras (biasanya Kaukasus), jenis kelamin (sedikit predominasi wanita), riwayat

keluarga, dan riwayat merokok. Walaupun AMD berbagai macam faktor risiko.

Merokok adalah faktor risiko yang paling penting yang dapat dimodifikasi dalam

terjadinya AMD. Kajian yang ada saat ini meramalkan studi epidemiologi yang

mengevaluasi hubungan antara merokok dan AMD, terdapat berbagai mekanisme

dimana merokok menginduksi kerusakan pada jaringan Chorioretinal (Ira P,2016).

Penyakit ini biasanya berkembang secara perlahan-lahan, tetapi kadang

berkembang secara progresif, sehingga menyebabkan kehilangan penglihatan yang

sangat berat pada satu atau kedua bola mata. Penyakit ini mencakup spektrum

temuan klinis dan patologis yang luas yang dapat diklasifikasikan menjadi dua

1
kelompok, yaitu noneksudatif (kering) dan eksudatif (basah). Walaupun kedua tipe

ini bersifat progresif dan biasanya bilateral, manifestasi, prognosis, dan

penatalaksanaannya berbeda. Bentuk eksudatif yang lebih berat merupakan

penyebab pada hampir 90% dari semua kasus buta akibat AMD (Vaughan dan

Asbury, 2007).

Berdasarkan WHO, salah satu penyebab terbanyak kebutaan di dunia

adalah degenerasi makula terkait usia yang menempati urutan ke-4 sebesar 8,7%.

Degenerasi makula terkait usia merupakan penyebab utama hilangnya ketajaman

penglihatan pada satu atau dua mata pada orang berusia di atas 50 tahun di Amerika

Serikat. Diperkirakan 15 juta warga negara Amerika Utara menderita AMD.

Prevalensi AMD adalah 85-90% pada AMD non eksudatif dan 10 – 15 % pada

eksudatif AMD. Di Indonesia sendiri, hingga saat ini belum ada data pasti tentang

insidens dan angka morbiditas AMD. Salah satu penelitian dari Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia periode 03 Maret 2008 - 05 Januari 2009 di

Jakarta Timur, yang menggunakan 1259 responder didapati prevalensi non

eksudatif dan eksudatif AMD didapatkan pada 52 orang (4,1%) and 3 orang (0,2%).

Prevalensi AMD didapatkan semakin meningkat dengan bertambahnya usia,

dimana 3,4% pada kelompok usia 40-49 tahun, 4,8% pada kelompok usia 50-59

tahun, dan 7,4% pada usia > 70 tahun (Elvioza dkk., 2008).

. Patofisiologi pasti dari AMD masih relatif sulit untuk dipahami, dimana

beberapa penelitian terbaru meningkatkan pemahaman kita mengenai AMD.

Penelitian-penelitian terbaru memusatkan perhatian pada kompleks epitel pigmen

retina, fotoreseptor dan membran bruch. Epitel pigmen retina merupakan lapisan

2
metabolisme aktif yang menyokong fungsi dari fotoreseptor retina. Sel pada pigmen

ini memfagositosis lapisan luar dari sel fotoreseptor dan mengganti ulang secara

bertahap serta memproses bahan-bahan metabolisme yang digunakan untuk fungsi

fotoreseptor (Lim J, 2008).

Rokok adalah hasil olahan tembakau yang terbungkus, termasuk cerutu atau

bentuk lainnya, yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana

Rustica, dan spesies lainnya dimana sintesisnya mengandung nikotin dan tar dengan

atau tanpa bahan tambahan. Rokok biasanya berbentuk silinder terdiri dari kertas

yang berukuran panjang 70 hingga 120 mm yang berisi daun tembakau yang telah

diolah (Sara dkk., 2013).

Asap rokok diketahui mengandung berbagai macam senyawa beracun.

Beberapa dari mereka adalah dikenal sebagai mutagenik. Zat tersebut bersifat

Patologis beberapa melalui jalur biokimia.Paparan asap rokok pada okular dapat

menyebabkan kerusakan oksidatif, perubahan vaskular, dan peradangan dalam

kaskade AMD. Asap rokok juga dapat menyebabkan perubahan seluler pada tingkat

RPE (Retinal Pigment Epithelium) pada pasien AMD (Sara dkk., 2013).

AMD merupakan salah satu penyakit mata, jika tidak diobati akan

mengganggu penglihatan yang bisa menyebabkan kebutaan. Menurut ajaran Islam

apabila sakit, berobat termasuk tindakan yang dianjurkan. Dalam berbagai riwayat

menunjukkan bahwa Nabi pernah berobat untuk dirinya sendiri, serta pernah

menyuruh keluarga dan sahabatnya agar berobat ketika sakit. Banyak hadits yang

menekankan dan mengisyaratkan pencarian obat yang sesungguhnya telah tersedia,

3
sesuai dengan ketentuan sunnatullah karena setiap penyakit ada obatnya (Zuhroni

dkk., 2003).

Pada zaman Rasulullah SAW memang rokok itu belum ada, namun

sesungguhnya Islam datang dengan pokok yang umum, mengharamkan segala

sesuatu yang membahayakan tubuh, mengganggu orang di dekatnya, atau menyia-

nyiakan harta. Inilah dalil-dalil yang menunjukkan hukum rokok. Dan rokok

merupakan perkara buruk yang memudharatkan (Bahar dkk., 2003).

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penulis tertarik untuk menulis

skripsi dengan judul: “Efek Merokok Terhadap Terjadinya Age Related Macular

Degeneration Ditinjau dari Kedokteran dan Islam”.

1.2. Perumusan Masalah

Permasalahan yang dapat timbul berdasarkan uraian diatas, yaitu:

1. Bagaimana patogenesis terjadinya Age Related Macular Degeneration?

2. Bagaimana mekanisme efek merokok pada tubuh manusia?

3. Bagaimana tinjauan Islam terhadap efek merokok terhadap terjadinya

penyakit Age Related Macular Degeneration?

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Secara umum, tujuan penulisan skripsi ini ialah untuk mendapatkan

pengetahuan mengenai efek merokok terhadap terjadinya Age Related Macular

Degeneration ditinjau dari kedokteran dan Islam.

4
1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui dan dapat menjelaskan patogenesis terjadinya Age Related

Macular Degeneration.

2. Mengetahui dan dapat menjelaskan mekanisme efek merokok pada tubuh

manusia ditinjau dari kedokteran.

3. Mengetahui dan dapat menjelaskan tinjauan Islam mengenai efek merokok

terhadap terjadinya penyakit Age Related Macular Degeneration.

1.4. Manfaat

Adapun beberapa hal yang dapat diharapkan dari penulisan skripsi ini adalah:

1. Bagi Penulis

Penulis berharap agar dapat menambah wawasan pengetahuan mengenai

efek merokok terhadap terjadinya penyakit Age Related Macular

Degeneration ditinjau dari kedokteran dan Islam, serta mendapatkan

pengalaman dalam menyusun karya ilmiah yang baik dan benar.

2. Bagi Universitas Yarsi

Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu

pengetahuan di perpustakaan Universitas Yarsi serta menjadi bahan

masukan bagi civitas akademika mengenai efek merokok terhadap

terjadinya penyakit Age Related Macular Degeneration.

3. Bagi Masyarakat

Diharapkan dapat memberikan informasi mengenai efek merokok terhadap

terjadinya penyakit Age Related Macular Degeneration.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Retina

2.1.1. Anatomi Retina

Retina adalah selembar tipis jaringan saraf yang semi-transparan, dan

multilapis yang melapisi bagian dalam dua per tiga posterior dinding bola mata.

Retina membentang ke depan hampir sama jauhnya dengan korpus siliare, dan

berakhir di tepi ora serrata. Pada orang dewasa, ora serrata berada sekitar 6,5 mm

di belakang garis Schwalbe pada sisi temporal dan 5,7 mm di belakang garis ini

pada sisi nasal. Permukaan luar retina sensorik bertumpuk dengan lapisan epitel

berpigmen retina sehingga juga bertumbuk dengan membrana Bruch, khoroid, dan

sklera. Di sebagian besar tempat, retina dan epitelium pigmen retina mudah terpisah

hingga membentuk suatu ruang subretina, seperti yang terjadi pada ablasio retina.

Tetapi pada diskus optikus dan ora serrata, retina dan epitelium pigmen retina saling

melekat kuat, sehingga membatasi perluasan cairan subretina pada ablasio retina.

(Vaughan dan Asbury, 2007).

6
Gambar Makroskopik dari Mata

Berikut ini adalah lapisan-lapisan pada retina,yang dimulai dari sisi dalam

ke sisi luar, adalah sebagai berikut : (Vaughan dan Asbury, 2007).

1. Membrana limitans interna

2. Lapisan serat saraf, yang mengandung akson-akson sel ganglion yang

berjalan menuju ke nervus optikus

3. Lapisan sel ganglion

4. Lapisan pleksiformis dalam, yang mengandung sambungan-sambungan

sel ganglion dengan sel amakrin dan sel bipolar

5. Lapisan inti dalam badan sel bipolar, amakrin dan sel horizontal

6. Lapisan pleksiformis luar, yang mengandung sambungan-sambungan

sel bipolar dan sel horizontal dengan fotoreseptor

7. Lapisan inti luar sel fotoreseptor

8. Membrana limitans eksterna

7
9. Lapisan fotoreseptor segmen dalam dan luar batang dan kerucut

10. Epitelium pigmen retina

Gambar Lapisan dari Retina

Gambar Mikroskopik Lapisan Retina

8
Retina mempunyai tebal 0,1 mm pada ora serrata dan 0,23 mm pada kutub

posterior. Di tengah-tengah retina posterior terdapat makula. Secara klinis makula

dapat didefinisikan sebagai daerah pigmentasi kekuningan yang disebabkan oleh

pigmen luteal (xantofil), yang berdiameter 1,5 mm. Makula juga adalah daerah

yang dibatasi oleh arkade-arkade pembuluh darah retina temporal. Di tengah

makula, sekitar 3,5 mm di sebelah lateral diskus optikus, terdapat fovea, yang secara

klinis jelas-jelas merupakan suatu cekungan yang memberikan pantulan khusus bila

dilihat dengan oftalmoskop. (Vaughan dan Asbury, 2007).

Gambar Funduskopi Normal

9
Retina menerima darah dari dua sumber : khoriokapiler yang berada tepat

di luar membrana Bruch, yang mendarahi sepertiga luar retina, termasuk lapisan

pleksiformis luar dan lapisan inti luar, fotoreseptor, dan lapisan epitel pigmen

retina, serta cabang-cabang dari arteri retina sentralis yang memperdarahi dua per

tiga sebelah dalam. (Vaughan dan Asbury, 2007).

Gambar Makula Normal

2.1.2 Fisiologi Retina

Retina adalah jaringan paling kompleks di mata. Untuk melihat, mata harus

berfungsi sebagai suatu alat optis, sebagai suatu transducer yang efektif. Sel-sel

batang dan kerucut di lapisan fotoreseptor mampu mengubah rangsangan cahaya

menjadi suatu impuls saraf yang dihantarkan oleh lapisan serat saraf retina melalui

saraf optikus dan akhirnya ke korteks penglihatan. Makula bertanggung jawab

untuk ketajaman penglihatan yang terbaik dan untuk penglihatan warna, dan

10
sebagian besar selnya adalah sel kerucut. Di fovea sentralis, terdapat hubungan

hampir 1:1 antara fotoreseptor kerucut, sel ganglionnya, dan serat saraf yang keluar,

dan hal ini menjamin penglihatan yang paling tajam. Di retina perifer, banyak

fotoreseptor dihubungkan ke sel ganglion yang sama, dan diperlukan sistem

pemancar yang lebih kompleks. Akibat dari susunan seperti itu adalah bahwa

makula terutama digunakan untuk penglihatan sentral dan warna (penglihatan

fotopik) sedangkan bagian retina lainnya, yang sebagian besar terdiri dari

fotoreseptor batang, digunakan terutama untuk penglihatan perifer dan malam

(skotopik). (Vaughan dan Asbury, 2007).

Fotoreseptor kerucut dan batang terletak di lapisan terluar yang avaskular

pada retina sensorik dan merupakan tempat berlangsungnya reaksi kimia yang

mencetuskan proses penglihatan. Setiap sel fotoreseptor kerucut mengandung

rodopsin, yang merupakan suatu pigmen penglihatan fotosensitif yang terbentuk

sewaktu molekul protein opsin bergabung dengan 11-sis-retinal. Sewaktu foton

cahaya diserap oleh rodopsin, 11-sis-retinal segera mengalami isomerasi menjadi

bentuk all-trans. Rodopsin adalah suatu glikolipid membran yang separuh terbenam

di lempeng membran lapis ganda pada segmen paling luar fotoreseptor. Penyerapan

cahaya puncak oleh rodopsin terjadi pada panjang gelombang sekitar 500 nm, yang

terletak di daerah biru-hijau pada spektrum cahaya. Penelitian-penelitian

sensitivitas spektrum fotopigmen kerucut memperlihatkan puncak penyerapan

panjang gelombang di 430, 540, dan 575 nm masing-masing untuk sel kerucut peka

biru, hijau, dan merah. Fotopigmen sel kerucut terdiri dari 11-sis-retinal yang

terikat ke berbagai protein opsin. (Vaughan dan Asbury, 2007).

11
Penglihatan skotopik seluruhnya diperantarai oleh fotoreseptor sel batang.

Pada bentuk penglihatan adaptasi gelap ini, terlihat bermacam-macam nuansa abu-

abu, tetapi warna tidak dapat dibedakan. Sewaktu retina telah beradaptasi penuh

terhadap cahaya, sensitivitas spektral retina bergeser dari puncak dominasi rodopsin

500 nm ke sekitar 560 nm, dan muncul sensasi warna. Suatu benda akan berwarna

apabila benda tersebut mengandung fotopigmen yang menyerap panjang-panjang

gelombang tertentu di dalam spektrum sinar tampak (400-700 nm). Penglihatan

siang hari terutama diperantarai oleh fotoreseptor kerucut, senjakala oleh kombinasi

sel kerucut dan batang, dan penglihatan malam oleh fotoreseptor batang. (Vaughan

dan Asbury, 2007).

2.2. Age Related Macular Degeneration

2.2.1. Definisi

Age-related macular degeneration (AMD) adalah suatu keadaan dimana

makula mengalami kemunduran sehingga terjadi penurunan ketajaman penglihatan

dan kemungkinan akan menyebabkan hilangnya fungsi penglihatan sentral. Makula

adalah pusat dari retina dan merupakan bagian yang paling vital dari retina yang

memungkinkan mata melihat titik-titik halus pada pusat lapang pandang. Tanda

utama dari degenerasi makula adalah didapatkan adanya bintik-bintik abu-abu atau

hitam pada pusat lapangan pandang. (Chakravarty dkk., 2007)

12
Gambar Degenerasi Makula

2.2.2. Epidemiologi

Berdasarkan WHO, salah satu penyebab terbanyak kebutaan di dunia

adalah degenerasi makula terkait usia yang menempati urutan ke-4 sebesar 8,7%.

Degenerasi makula terkait usia ( Age related Macular Degeneration, AMD)

merupakan penyebab utama hilangnya ketajaman penglihatan pada satu atau dua

mata pada orang berusia di atas 50 tahun di Amerika Serikat. Diperkirakan 15 juta

warga negara Amerika Utara menderita AMD. Prevalensi AMD adalah 85-90%

pada AMD non eksudatif dan 10 – 15 % pada eksudatif AMD. Di Indonesia sendiri,

hingga saat ini belum ada data pasti tentang insidens dan angka morbiditas AMD.

Salah satu penelitian dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia periode 03

Maret 2008 - 05 Januari 2009 di Jakarta Timur, yang menggunakan 1259 responder

didapati prevalensi non eksudatif dan eksudatif AMD didapatkan pada 52 orang

(4,1%) and 3 orang (0,2%). Prevalensi AMD didapatkan semakin meningkat

dengan bertambahnya usia, dimana 3,4% pada kelompok usia 40-49 tahun, 4,8%

13
pada kelompok usia 50-59 tahun, dan 7,4% pada usia > 70 tahun. (Elvioza dkk.,

2008).

2.2.3. Etiologi

Penyebab pastinya masih belum diketahui. Namun, kejadian AMD dapat

ditingkatkan oleh beberapa faktor risiko, diantaranya : (Ira P, 2016).

1. Umur

Faktor risiko yang paling berperan pada terjadinya degenerasi makula

adalah umur. Meskipun degenerasi makula dapat terjadi pada orang muda,

penelitian menunjukkan bahwa umur di atas 60 tahun berisiko lebih besar

terjadi dibanding dengan orang muda. Pada orang muda hanya terdapat 2%

saja yang menderita degenerasi makula, tapi risiko ini meningkat 30% pada

orang yang berusia di atas 75 tahun.

2. Genetik

Gen-gen yang tersusun dalam sistem komplemen protein faktor H, faktor B,

dan faktor 3(C3) ditemukan rusak pada orang-orang yang mengalami

degenerasi makula. CFH ikut berpengaruh dalam menghambat respon

inflamasi diperantarai melalui C3b (dan komplemen jalur alternatif)

keduanya bertindak sebagai kofaktor untuk pembelahan C3b menjadi

bentuk aktifnya (C3bi) dan melalui pelemahan komplek aktif yang

terbentuk antara C3b dan faktor B. Faktor komplemen H (gen yang telah

bermutasi) dapat dibawa oleh para keturunan penderita degenerasi makula.

14
CFH terkait dengan bagian dari sistem kekebalan tubuh yang meregulasi

peradangan.

3. Merokok

Tembakau dapat meningkatkan risiko degenerasi makula dua sampai tiga

kali dari orang-orang yang tidak pernah merokok. Didapatkan pada

penelitian bahwa “literatur mengkonfirmasi adanya hubungan yang kuat

antara merokok dan AMD.” Merokok cenderung memiliki efek toksik pada

retina.

4. Ras

Ras kulit putih (kaukasia) sangat rentan sangat rentan dengan terjadinya

degenerasi makula dibanding dengan orang-orang yang berkulit hitam.

5. Riwayat keluarga

Risiko seumur hidup terhadap pertumbuhan degenerasi makula adalah 50%

pada orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga penderita dengan

degenerasi makula, dan hanya 12% pada mereka yang tidak memiliki

hubungan dengan degenerasi makula.

6. Hipertensi dan Diabetes

Degenerasi makula menyerang para penderita penyakit diabetes, atau

tekanan darah tinggi karena mudah terpecahnya pembuluh-pembuluh darah

kecil (trombosis) sekitar retina. Trombosis mudah terjadi akibat

penggumpalan sel-sel darah merah dan penebalan pembuluh darah halus.

7. Paparan terhadap sinar Ultraviolet

15
Paparan sinar matahari terutama cahaya biru. Ada bukti yang bertentangan

mengenai apakah paparan sinar matahari memberikan kontribusi bagi

pengembangan degenerasi makula. Sebuah penelitian baru-baru ini dalam

British Journal of Ophthalmology pada 446 subjek menemukan bahwa

kontroversi itu tidak benar. Penelitian lain, bagaimanapun, telah

menunjukkan bahwa sinar ultraviolet dapat menyebabkan AMD.

8. Obesitas dan kadar kolesterol tinggi

Pemasukan lemak yang tinggi dikaitkan dengan peningkatan risiko

degenerasi makula baik pada perempuan dan laki-laki. Makan lebih banyak

ikan air tawar (setidaknya dua kali seminggu), daripada daging merah, dan

makan semua jenis kacang dapat membantu penderita degenerasi makula.

9. Stress oksidatif

Telah disetujui bahwa oligomer prooksidan melanin dalam lisosom di epitel

pigmen retina (RPE) ikut bertanggung jawab dalam mengurangi laju

fagositosis fotoreseptor segmen batang luar oleh RPE tersebut.

10. Mutasi Fibulin-5

Penyakit ini disebabkan oleh cacat genetik di fibulin-5, dominan autosom.

Pada tahun 2004 dilakukan screening pada 402 pasien AMD dan didapatkan

adanya hubungan yang secara signifikan antara mutasi fibulin-5 dan insiden

AMD.

16
2.2.4. Patofisiologi

AMD merupakan penyakit retina yang diturunkan secara autosomal

dominan dan juga dipengaruhi oleh faktor genetik maupun faktor lingkungan.

Patofisiologi pasti dari AMD masih relatif sulit untuk dipahami, dimana beberapa

penelitian terbaru meningkatkan pemahaman kita mengenai AMD. Penelitian-

penelitian terbaru memusatkan perhatian pada kompleks epitel pigmen retina,

fotoreseptor dan membran bruch. Epitel pigmen retina merupakan lapisan

metabolisme aktif yang menyokong fungsi dari fotoreseptor retina. Sel pada pigmen

ini memfagositosis lapisan luar dari sel fotoreseptor dan mengganti ulang secara

bertahap serta memproses bahan-bahan metabolisme yang digunakan untuk fungsi

fotoreseptor. (Lim J, 2008).

Seiring dengan penuaan sel pigmen retina, bahan-bahan residual

intraseluler yang mengandung lipofusin bertumpuk pada sel ini. Diperkirakan

lipofusin merupakan hasil degradasi yang tidak sempurna dari bahan-bahan

residual yang terperangkap pada lisosom sekunder.8 Lipofusin mengandung

sedikitnya sepuluh fluorofor yang berbeda (atom flouresen pada molekul). Eldred

dan Lasky (19930 mengidentifikasi A2E (N-retinyledin-N-retylethanolamin)

sebagai flourofor utama yang dihasilkan melalui reaksi Schiff-base dari etanolamin

dan aldehid vitamin A. Kedua substansi ini banyak terdapat di lapisan luar retina.

Telah dilaporkan A2E memiliki efek toksik melalui beberapa mekanisme

molekular. A2E menginduksi inhibisi enzim lisosom dengan menghambat pompa

proton tergantung ATP pada lisosom yang bakhirnya kan meningkatkan pH

melebihi pH lisosomal yang optimal untuk aktivitas enzim lisosom. Efek lebih

17
lanjut dari A2E adalah efek detergen akibat peningkatan tajam konsentrasi A2E

yang menginduksi disintegrasi membran- membran pada organel khususnya

lisosom dan mitokondria. Akhirnya, A2E menyebabkan efek fototoksik. (Lim J,

2008).

Gambar Degenerasi Makula Efek Molekular yang diinduksi oleh lipofusin-

A2E pada sel pigmen retina.

Pada sel pigmen retina normal, bahan –bahan residu akan dibuang melalui

pembuluh darah koriokapiler, keadaan dimana terjadi penurunan fungsi dari sel

pigmen ini akan menyebabkan deposisi bahan-bahan tersebut di antara lapisan

pigmen retina dengan membran bruch, yang tampak sebagai drusen. Peneliti

menemukan bahwa koriokapiler pada pasien-pasien AMD lebih tipis sehingga

18
meningkatkan kemungkinan penurunan klirens dari bahan-bahan ekstraseluler yang

berperan dalam pembentukan drusen. Drusen terdiri dari vibronectin (plasma

multifungsional dan matriks ekstraseluler), lemak, protein terkait inflamasi, amiloid

terkait protein, dan bahan-bahan lain. Penelitian terbaru menyatakan bahwa

pembentukan drusen dapat menginisiasi terjadinya kaskade inflamasi yang

berperan pada progresi AMD. Penelitian terhadap gen menunjukkan bahwa jalur

komplemen memiliki peranan primer. Hubungan yang kuat anatara AMD dengan

gen single nucleotide polymorfism in the complement factor H (CFH) dan

PLEKHA serta LOC387715. Berlawanan dengan faktor komplemen B yang

memiliki efek protektif. (Raj K Maturi, 2012).

CFH merupakan inhibitor jalur komplemen, dimana abnormalitas dari CFH

akan mengaktivasi kaskade komplemen dan selanjutnya respon inflamasi pada

jaringan subretinal. Berdasarkan penelitian, drusen mengandung komponen

inflamasi dari kaskade ini. Sebagai tambahan, merokok akan menurunkan kadar

CFH yang secara signifikan meningkatkan resiko terjadinya AMD dibandingkan

dengan orang yang tidak merokok. Pembentukan drusen bukan hanya

mengindikasikan adanya disfungsi lapisan pigmen retina tetapi juga dapat

menunjukkan bahwa terdapat tanda hilangnya lapisan tersebut dan lapisan

fotoreseptor retina. Degenerasi lanjut dari lapisan pigmen ini dapat menyebabkan

disfungsi membran bruch yang memisahkan koriokapiler dari lapisan pigmen

retina. Kerusakan pada membran bruch akan menyebabkan peningkatan vascular

endothelial growth factor (VEGF) yang dapat menyebabkan pertumbuhan

pembuluh darah koroid abnormal (neovaskularisasi koroid) di bawah lapisan

19
pigmen retina. Pembuluh-pembuluh darah ini dapat bocor dan menimbulkan

perdarahan dan lama- kelamaan akan menyebabkan terjadinya skar. Stadium akhir

dari AMD eksudatif adalah terbentuknya skar disciform pada makula yang

menyebabkan kebutaan. (Ryan Prall, 2012).

2.2.5. Klasifikasi

Penyakit ini mencakup spektrum temuan klinis dan patologis yang luas yang

dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok : non-eksudatif (kering) dan eksudatif

(basah). Walaupun kedua tipe ini bersifat progresif dan biasanya bilateral,

manifestasi, prognosis, dan penatalaksanaannya berbeda. Bentuk eksudatif yang

lebih berat merupakan penyebab hampir 90% dari semua kasus akibat AMD.

(Vaughan dan Asbury, 2007).

AMD tipe non-eksudatif

AMD ditandai oleh atrofi dan degenerasi retina bagian luar, epitel pigmen

retina, membran Bruch, dan koriokapilaris dengan derajat bervariasi. Dari

perubahan-perubahan di epitel pigmen retina dan membran Bruch yang dapat

dilihat secara ofthalmoskopis, drusen adalah yang paling khas. Drusen adalah

endapan putih-kuning, bulat, diskret, dengan ukuran bervariasi di belakang epitel

pigmen dan tersebar di seluruh makula dan kutub posterior. Seiring dengan waktu,

drusen dapat membesar, menyatu, mengalami kalsifikasi, dan meningkat

jumlahnya. Secara histopatologis, sebagian besar drusen terdiri dari kumpulan lokal

20
bahan eosinofilik yang terletak di antara epitel pigmen dan membran Bruch; drusen

mencerminkan pelepasan fokal epitel pigmen. Selain drusen, dapat muncul secara

progresif gumpalan-gumpalan pigmen yang tersebar tidak merata di daerah-daerah

depigmentasi atrofi di seluruh makula. Derajat gangguan penglihatan bervariasi dan

mungkin minimal. Angiografi fluoresens memperlihatkan pola hiperplasia dan

atrofi epitel pigmen retina yang irreguler. Pada sebagian besar pasien, pemeriksaan

elektrofisiologik memperlihatkan hasil normal. (Vaughan dan Asbury, 2007).

Sebagian besar pasien yang memperlihatkan drusen makula tidak pernah

mengalami penurunan penglihatan sentral yang bermakna; perubahan-perubahan

atrofik dapat menjadi stabil atau berkembang secara lambat. Namun, stadium

eksudatif dapat timbul mendadak setiap saat, dan selain pemeriksaan oftalmologik

yang teratur, pasien diberi Amsler grid untuk membantu memantau dan melaporkan

setiap perubahan simtomatik yang terjadi. (Vaughan dan Asbury, 2007).

AMD tipe eksudatif

Walaupun pasien dengan AMD biasanya hanya memperlihatkan kelainan

noneksudatif, sebagian besar pasien yang menderita gangguan penglihatan berat

akibat penyakit ini mengalami bentuk eksudat akibat terbentuknya neovaskularisasi

subretina dan makulopati eksudat terkait. Cairan serosa dari koroid di bawahnya

dapat bocor melalui defek-defek kecil di membran Bruch, sehingga menimbulkan

pelepasan-pelepasan lokal epitel pigmen. Peningkatan cairan tersebut dapat

semakin menyebabkan pemisahan retina sensorik di bawahnya, dan penglihatan

biasanya menurun apabila fovea terkena. Pelepasan epitel pigmen retina dapat

21
secara spontan menjadi datar, dengan bermacam-macam akibat dari penglihatan,

dan meninggalkan daerah geografik depigmentasi di bagian yang terkena.

(Vaughan dan Asbury, 2007).

Dapat terjadi pertumbuhan pembuluh-pembuluh baru ke arah dalam yang

meluas dari koroid sampai ruang subretina dan merupakan perubahan

histopatologik terpenting yang memudahkan timbulnya pelepasan makula dan

gangguan penglihatan sentral irreversible pada pasien dengan drusen. Pembuluh-

pembuluh baru ini tumbuh dalam konfigurasi roda pedati dasar atau sea-fan

menjauhi tempat mereka masuk ke dalam ruang subretina. Kelainan klinis awal

pada neovaskularisasi subretina bersifat samar dan sering terabaikan; selama

stadium pembentukan pembuluh baru yang samar ini, pasien asimtomatik, dan

pembuluh-pembuluh baru tersebut mungkin tidak tampak baik secara

oftalmoskopis maupun angiografis. (Vaughan dan Asbury, 2007).

Walaupun sebagian membran neovaskular subretina dapat mengalami

regresi spontan, perjalanan alamiah neovaskularisasi subretina pada AMD

mengarah ke gangguan penglihatan sentral yang irreversible dalam selang waktu

yang bervariasi. Retina sensorik mungkin rusak akibat edema kronik, pelepasan,

atau perdarahan di bawahnya. Selain itu, pelepasan retina hemoragik dapat

mengalami metaplasia fibrosa sehingga terbentuk suatu massa subretina yang

disebut jaringan parut disiformis. Massa fibrovaskular yang meninggi dan

ukurannya yang bervariasi ini mencerminkan stadium akhir AMD eksudatif. Massa

ini menimbulkan gangguan penglihatan sentral yang permanen. (Vaughan dan

Asbury, 2007).

22
Gambar Makula Normal, AMD Non Eksudatif & AMD Eksudatif

Gambar Drusen pada AMD non Eksudatif

23
2.2.6. Gejala Klinis

Gejala-gejala klinik yang biasa didapatkan pada penderita degenerasi

makula antara lain : (Vaughan dan Asbury, 2007).

• Distorsi penglihatan, obyek-obyek terlihat salah ukuran atau bentuk

• Garis-garis lurus mengalami distorsi (membengkok) terutama dibagian

pusat penglihatan

• Kehilangan kemampuan membedakan warna dengan jelas

• Ada daerah kosong atau gelap di pusat penglihatan

• Kesulitan membaca, kata-kata terlihat kabur atau berbayang

• Secara tiba-tiba ataupun secara perlahan akan terjadi kehilangan fungsi

penglihatan tanpa rasa nyeri

Gambar Skotoma Sentral pada Pasien dengan AMD

24
Gambar Distorsi Penglihatan Penderita AMD pada Amsler Grid

2.2.7. Diagnosis

Kehilangan penglihatan pada AMD dapat didiagnosis ketika pasien atrofi

korioretina makula geografik berumur di atas 50 tahun. Penemuan klinik lainnya

seperti drusen, gumpalan RPE, hilangnya RPE dapat menolong sebagai konfirmasi

diagnosis, tetapi penemuan tersebut bisa muncul tanpa kehilangan penglihatan. .

(Lim J, 2008).

Untuk mendiagnosis dapat juga ditegakkan dengan test Amsler grid, dimana

pasien diminta untuk melihat suatu halaman uji yang mirip kertas milimeter grafis

pada jarak 30cm untuk memeriksa titik sentral yang terganggu fungsi

penglihatannya. Kemudian retina diteropong melalui lampu senter kecil dengan

lensa khusus. Pemeriksaan lainnya dengan test penglihatan warna, untuk melihat

25
apakah penderita masih dapat membedakan warna. (Jonathan J dan Gaurav S,

2011).

Gambar Amsler Grid

Pemeriksaan klinik biasanya cukup untuk mendiagnosis. Secara klinik,

abnormalitas makula hampir tidak terlihat, cairan subretina, sebaiknya dideteksi

dengan stereoscopic slit-lamp biomicroscopic dengan menggunakan lensa kontak.

Jarak antara permukaan retina atau pembuluh-pembuluh retina dan RPE akan

meningkat. (Myron Yanoff dan Jay Duker, 2014)

Angiografi fluoresein dapat sangat menolong pasien yang dicurigai telah

mengalami neovaskularisasi khoroid untuk menegakkan indikasi pengobatan.

Pemeriksaan ini bukan untuk test screening untuk mata yang mempunyai drusen

atau atrofi geografik, yang tidak memiliki gejala baru atau tidak adanya

neovaskularisasi. (Myron Yanoff dan Jay Duker, 2014)

26
Pengaruh dari kehadiran dan evaluasi dari luas dan komposisi lesi

neovaskularisasi khoroid menyulitkan indikasi fotokoagulasi. Jika lesi tersebut

berbatas baik, lokasinya dipengaruhi oleh lokus minoris zona avaskular fovea.

Lokasi lesi diklasifikasikan : (Myron Yanoff dan Jay Duker, 2014)

• Extrafoveal

• Juxtafoveal

• Subfoveal

Gambar Degenerasi Makular

2.2.8. Diagnosis Banding

Diagnosis banding untuk AMD tipe non-eksudatif : (Vaughan dan Asbury,

2007).

• Periferal drusen (drusen terlokasi di luar dari area makula)

27
• Degenerasi miopik (khususnya miopia tinggi dengan karakteristik

peripapilar mengalami perubahan, drusen tidak terlihat)

• Korioretinopati serous sentral (pelepasan RPE, atrofi RPE, tanpa drusen,

biasanya pada pasien di bawah 50 tahun)

• Riwayat distrofi retina sentral pada keluarga (contoh : penyakit Stargardt)

• Retinopati toksik (contoh : keracunan klorokuin) (bercak-bercak

hipopigmentasi dengan cincin hiperpigmentasi (bull’s eye maculopathy)

tanpa drusen)

• Makulopati inflamasi (contoh : multifokal khoroiditis, rubella)

Diagnosis banding untuk AMD tipe eksudat : (Vaughan dan Asbury, 2007).

• Miopia tinggi

• Ruptur khoroid traumatik

• Kerusakan membran Bruch (drusen saraf optik, tumor khoroid, scar

fotokoagulasi)

• Makroneurisma

• Vaskulopati khoroid polipoid

• Khorioretinopati serous sentral

• Kasus inflamasi

• Tumor kecil seperti melanoma khoroid

28
2.2.9. Penatalaksanaan

Tidak ada terapi khusus untuk AMD tipe noneksudatif. Penglihatan

dimaksimalkan dengan alat bantu penglihatan termasuk alat pembesar dan teleskop.

Pasien diyakinkan bahwa meskipun penglihatan sentral menghilang, penyakit ini

tidak menyebabkan hilangnya penglihatan perifer. Ini penting karena sebagian

besar pasien takut mereka akan menjadi buta total. (Sepehr B dan Michael S, 2017).

Pada sebagian kecil pasien dengan AMD tipe eksudatif yang pada

angiogram flurosein memperlihatkan membran neovaskular subretina yang terletak

eksentrik (tidak sepusat) terhadap fovea, mungkin dapat dilakukan obliterasi

membran tersebut dengan terapi laser argon. Membran vaskular subfovea dapat

diobliterasi dengan terapi fotodinamik (PDT) karena laser argon konvensional akan

merusak fotoreseptor di atasnya. PDT dilakukan dengan menyuntikkan secara

intravena bahan kimia serupa porfirin yang diaktivasi oleh sinar laser nontermal

saat sinar laser berjalan melalui pembuluh darah di membran subfovea. Molekul

yang teraktivasi menghancurkan pembuluh darah namun tidak merusak

fotoreseptor. Sayangnya kondisi tersebut dapat terjadi kembali bahkan setelah

terapi laser. (Vaughan dan Asbury, 2007).

Penggunaan penghambat faktor pertumbuhan endotel vaskular (Anti-

VEGF) seperti ranibizumab dan bevacizumab melalui injeksi intra vitreal dapat

diberikan dengan harapan mencegah terbentuknya neovaskularisasi pada pasien

ARMD tipe eksudatif. (Vaughan dan Asbury, 2007).

29
Apabila tidak ada neovaskularisasi retina, tidak ada terapi medis atau dapat

dilakukan pembedahan untuk pelepasan epitel pigmen retina serosa yang terbukti

bermanfaat. Pemakaian interferon alfa parenteral, misalnya, belum terbukti efektif

untuk penyakit ini. Namun, apabila terdapat membran neovaskular subretina

ekstrafovea yang berbatas tegas, diindikasikan fotokoagulasi laser. Dengan

angiografi dapat ditentukan dengan tepat lokasi dan batas-batas membran

neovaskular yang kemudian diablasi secara total oleh luka-luka bakar yang

ditimbulkan oleh laser. Fotokoagulasi juga menghancurkan retina di atasnya tetapi

bermanfaat apabila membran subretina dapat dihentikan tanpa mengenai fovea.

Fotokoagulasi laser krypton terhadap neovaskularisasi subretina avaskular fovea

dianjurkan untuk pasien nonhipertensif. Setelah fotokoagulasi membran

neovaskular subretina berhasil dilakukan, neovaskularisasi rekuren di dekat atau

jauh dari jaringan parut laser dapat terjadi pada separuh kasus dalam 2 tahun.

(Myron Yanoff dan Jay Duker, 2014)

Rekurensi sering disertai penurunan penglihatan berat sehingga pemantauan

yang cermat dengan Amsler Grid, oftalmoskopi dan angiografi perlu dilakukan.

Pasien dengan gangguan penglihatan sentral di kedua matanya mungkin

memperoleh manfaat dari pemakaian berbagai alat bantu penglihatan kurang.

Selain itu terapi juga dapat dilakukan di rumah berupa pembatasan kegiatan dan

follow up pasien dengan mengevaluasi daya penglihatan yang rendah. Selain itu,

dengan mengkonsumsi multivitamin dan antioksidan (berupa vitamin E, vitamin C,

beta caroten, asam cupric dan zinc), karena diduga dapat memperbaiki dan

mencegah terjadinya degenerasi makula. Sayuran hijau terbukti bisa mencegah

30
terjadinya degenerasi makula tipe non-eksudatif. Selain itu dilakukan juga

pembatasan merokok dan pengendalian tekanan darah tinggi. (Myron Yanoff dan

Jay Duker, 2014)

2.2.10. Prognosis

Bentuk degenerasi makula yang progresif dapat menyebabkan kebutaan

total sehingga aktivitas dapat menurun. Prognosis dari AMD tipe eksudat lebih

buruk daripada AMD tipe noneksudat. Prognosis dapat didasarkan pada terapi,

tetapi belum ada terapi yang bernilai efektif sehingga kemungkinan untuk sembuh

total sangat kecil. (Liesegang T, 2004).

2.3. Rokok

2.3.1. Definisi

Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120

mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi

daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya

dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lain.

(Sara V dkk., 2013).

2.3.2. Kandungan Rokok

Rokok mengandung kurang lebih 4000 lebih elemen-elemen dan setidaknya

200 diantaranya berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada rokok adalah tar,

nikotin, dan karbon monoksida. Selain itu, dalam sebatang rokok juga mengandung

bahan-bahan kimia lain yang tak kalah beracunnya. (Sara dkk., 2013).

31
Zat-zat beracun yang terdapat dalam rokok antara lain adalah sebagai

berikut :

1. Karbon Monoksida (CO)

Gas CO mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin (Hb) yang terdapat

dalam sel darah merah (eritrosit) lebih kuat disbanding oksigen, sehingga setiap

ada asap rokok disamping kadar oksigen udara yang sudah berkurang,

ditambah lagi sel darah merah akan semakin kekurangan oksigen, oleh karena

yang diangkut adalah CO dan bukan O2 (oksigen). Sel tubuh yang menderita

kekurangan oksigen akan berusaha meningkatkan yaitu melalui kompensasi

pembuluh darah dengan jalan menciut atau spasme. Bila proses spasme

berlangsung lama dan terus menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak

dengan terjadinya proses aterosklerosis (penyempitan). Penyempitan

pembuluh darah akan terjadi dimana-mana. Di otak, di jantung, di paru, di

ginjal, di kaki, di saluran peranakan, di ari - ari pada wanita hamil.

2. Nikotin

Nikotin yang terkandung di dalam asap rokok antara 0,5 – 3 ng, dan

semuanya diserap, sehingga di dalam cairan darah atau plasma antara 40 – 50

ng/ml. Nikotin juga memiliki karakteristik efek adiktif dan psikoaktif. Perokok

akan merasakan kenikmatan, kecemasan berkurang, toleransi dan keterikatan

fisik. Hal itulah yang menyebabkan mengapa sekali merokok sudah untuk

berhenti. Efek nikotin menyebabkan perangsangan terhadap hormone

kathekolamin (adrenalin) yang bersifat memacu jantung dan tekanan darah.

32
Jantung tidak diberikan kesempatan istirahat dan tekanan darah akan semakin

meninggi, berakibat timbulnya hipertensi. Efek lain merangsang

berkelompoknya trombosit (sel pembekuan darah), trombosit akan mengumpul

dan akhirnya akan menyumbang pembuluh darah yang sudah sempit akibat

asap yang mengandung CO yang berasal dari rokok.

3. Tar

Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang

merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada

paru-paru. Kadar tar pada rokok antara 0,5-35 mg per batang. Tar merupakan

suatu zat karsinogen yang dapat menimbulkan kanker pada jalan nafas dan

paru-paru.

4. Kadmium

Kadmium adalah zat yang dapat meracuni jaringan tubuh terutama ginjal.

5. Akrolein

Akrolein merupakan zat cair yang tidak berwarna aldehid. Zat ini sedikit

banyak mengandung kadar alcohol. Artinya akrolein ini adalah alcohol yang

cairannya telah diambil. Cairan ini sangat mengganggu kesehatan.

33
6. Amoniak

Amoniak merupakan gas yang tidak berwarna yang terdiri dari nitrogen dan

hydrogen. Zat ini tajam baunya dan sangat merangsang. Begitu kerasnya racun

yang ada pada ammonia sehingga jika masuk sedikitpun ke dalam peredaran

darah akan mengakibatkan seseorang pingsan atau koma.

7. Asam Format

Asam format merupakan sejenis cairan tidak berwarna yang bergerak bebas

dan dapat membuat lepuh. Cairan ini sanga tajam dan menusuk baunya. Zat ini

dapat menyebabkan seseorang seperti merasa digigit semut.

8. Hidrogen Sianida / HCN

Hidrogen sianida merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, tidak berbau

dan tidak memiliki rasa. Zat ini merupakan zat yang paling ringan, mudah

terbakar dan sangat efisien untuk menghalangi pernapasan dan merusak saluran

pernapasan. Sianida adalah salah satu zat yang mengandung racun yang sangat

berbahaya. Sedikit saja sianida dimasukkan langsung ke dalam tubuh dapat

mengakibatkan kematian.

9. Nitrous Oxid

Nitrous Oxid merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, dan bila terhisap

dapat menyebabkan hilangnya pertimbangan dan menyebabkan rasa sakit.

34
Nitrous Oxid ini adalah sejenis zat yang pada mulanya dapat digunakan sebagai

pembius waktu melakukan operasi oleh dokter.

10. Formaldehid

Formaldehid adalah sejenis gas tidak berwarna dengan bau tajam. Gas ini

tergolong sebagai pengawet dan pembasmi hama. Gas ini juga sangat beracun

keras terhadap semua organisme hidup.

11. Fenol

Fenol adalah campuran dari Kristal yang dihasilkan dari distilasi beberapa

zat organik seperti kayu dan arang, serta diperoleh dari tar arang. Zat ini

beracun dan membahayakan karena fenol ini terikat ke protein dan

menghalangi aktivitas enzim.

12. Asetol

Asetol adalah hasil pemanasan aldehid (sejenis zat yang tidak berwarna

yang bebas bergerak) dan mudah menguap dengan alkohol.

13. Hidrogensulfida

Hidrogen sulfide adalah sejenis gas yang beracum yang gambang terbakar

dengan bau yang keras. Zat ini menghalangi oksidasi enzim (zat besi yang

berisi pigmen).

35
14. Piridin

Piridin adalah sejenis cairan tidak berwarna dengan bau tajam. Zat ini dapat

digunakan mengubah sifat alkohol sebagai pelarut dan pembunuh hama.

15. Metil Klorida

Metil klorida adalah campuran dari zat-zat bervalensi satu antara hydrogen

dan karbon merupakan unsurnya yang utama. Zat ini adalah senyawa organik

yang beracun.

16. Metanol

Metanol adalah sejenis cairan ringan yang mudah menguap dan mudah

terbakar. Minuman atau menghisap methanol mengakibatkan kebutaan dan

bahkan kematian.

2.3.3. Mekanisme Rokok

Benzopyrene diol epoxide, merupakan metabolit benzopyrene yang sangat

karsinogenik, yaitu polycyclic aromatic hydrocarbon yang dihasilkan oleh

pembakaran tembakau. Benzopyrene ialah mutagen utama dalam asap tembakau.

Asap, atau sebagian bahan organik yang dibakar, mengandung benzopyrene.

Dampak merokok, seperti kanker paru – paru, bisa memakan waktu hingga 20 tahun

untuk muncul. Asap mengandung beberapa produk pirolitik karsinogenik yang

mengikat DNA dan menyebabkan mutasi genetik. Karsinogen kuat yang utama

adalah polycyclic aromatic hydrocarbon ( PAH ), yang bersifat toksik terhadap

36
epoxide. PAH pertama yang diidentifikasi sebagai karsinogen dalam asap tembakau

adalah benzopyrene, yang telah terbukti toksik terhadap epoxide dan secara

ireversibel menempel pada DNA nuklir sel, yang mungkin dapat membunuh sel

atau menyebabkan mutasi genetik. Jika mutasi menghambat kematian sel

terprogram ( apoptosis ), sel dapat bertahan hidup menjadi sel kanker. Demikian

pula, akrolein, yang banyak dalam asap tembakau, juga secara ireversibel mengikat

DNA, menyebabkan mutasi dan juga kanker. Namun, ia tidak perlu diaktivasi untuk

menjadi karsinogenik. (Roy J dkk.,2018).

2.4. Hubungan Merokok Terhadap Terjadinya Age Related Macular

Degeneration

AMD adalah yang paling umum penyebab hilangnya penglihatan ireversibel

di Dunia Barat. AMD adalah penyakit multifaktorial kompleks dengan etiologi

yang belum dapat dipastikan,ada beberapa faktor terkait mengenai faktor risiko

genetik dan lingkungan. Beberapa penelitian yang diintervensi mencoba meneliti

peran faktor lingkungan tersebut dapat mengurangi kejadian AMD atau justru

menyebabkan peningkatan keparahan AMD. Hal tersebut telah menyebabkan

beberapa studi mengevaluasi relevansi mereka dalam praktik klinis. Di antara

mereka, merokok adalah faktor risiko yang terbukti yang berperan dalam

pengembangan AMD, juga adapun respons klinis pada atrofi dan neovaskular pada

bentuk AMD. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, merokok dengan

sendirinya meningkatkan molekuler dan patologis perubahan yang dapat

membentuk lingkungan mikro makular yang ideal untuk pengembangan penyakit

AMD, berupa : peradangan vaskular dan disregulasi endotel, kerusakan oksidatif,

37
kerusakan toksik, dan perubahan histopatologis. Namun, pasien tidak sering

menyadari hal yang signifikan peran yang dimainkan oleh merokok dalam

penyebab kebutaan terkait dengan penyakit AMD. Bahkan, dokter terkadang lupa

menasihati pasien dari relevansi untuk berhenti merokok untuk mengurangi risiko

AMD.Setelah 20 tahun penghentian merokok, maka risiko pengembangan AMD

akan sama dengan orang yang tidak merokok. (Sara V dkk., 2013).

Baru-baru ini, pengujian genetik telah muncul sebagai opsi untuk

disediakan pasien dengan profil risiko tertentu berdasarkan genetik mereka sendiri

fenotip dalam gen berisiko tinggi untuk AMD. Ini bahkan lebih relevan dalam

subjek merokok, sebagai highrisk genetik profil dapat mempengaruhi motivasi

mereka untuk berhenti merokok. Dalam situasi yang dijelaskan di atas, dipercaya

bahwa institusional dukungan untuk menyebarluaskan relevansi merokok dalam hal

kesehatan visual dibenarkan. Sangat sedikit negara tunjukkan peringatan kesehatan

pada rokok terkait masalah rokok dapat menyebabkan kebutaan, sedangkan

beberapa peringatan masalah kesehatan lainnya biasanya dimasukkan. (Sara V

dkk., 2013).

38
BAB III

TINJAUAN ISLAM TERHADAP EFEK MEROKOK TERHADAP

TERJADINYA AGE RELATED MACULAR DEGENERATION

3. 1. Efek Merokok Menurut Islam

Rokok adalah hasil olahan tembakau yang terbungkus, termasuk cerutu atau

bentuk lainnya, yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana

Rustica, dan spesies lainnya dimana sintesisnya mengandung nikotin dan tar dengan

atau tanpa bahan tambahan (Sara dkk., 2013).

Menurut Muhammad bin Jamil Zainu, pada zaman Rasulullah shallallahu

‘alaihi wasallam memang rokok itu belum ada, namun sesungguhnya Islam datang

dengan pokok yang umum, mengharamkan segala sesuatu yang membahayakan

tubuh, mengganggu orang di dekatnya, atau menyia-nyiakan harta (Bahar dkk.,

2003).

Rokok adalah merupakan bagian dari NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan

Zat Adiktif lainnya), sebab yang pertama di dalam rokok terdapat zat adiksi yang

menyebabkan kecanduan. Hal tersebut sama dengan narkoba dan ini merupakan ciri

khas dari narkoba, yang kedua rokok juga menyebabkan sakaw yang menyebabkan

seseorang sulit untuk melepaskan diri dari jeratan barang haram, yang ketiga rokok

merupakan jalan untuk menuju narkotika awal (Erna H,2010).

Mengonsumsi NAPZA yang merupakan induk dari berbagai bahaya, merusak

agama dan jasad sekaligus. Dengan demikian, maka segala sesuatu yang dapat

39
mendatangkan mudharat bagi agama maupun phisik manusia hukumnya haram,

karena termasuk yang membahayakan,dan melakukan sesuatu yang dapat

membahayakan hukumnya haram (Zuhroni,2010). Allah SWT berfirman :

“(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang


(namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi
mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang
mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka
segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan
membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada
pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya.
memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang
diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka itulah orang-orang yang
beruntung. " (QS. Al-A’Raf’ (7):157).

Berdasarkan kutipan dalil di atas dapat disimpulkan bahwa merokok

merupakan perkara buruk yang memudharatkan selain merugikan pula karena

mengganggu lingkungan sekitar, rokok juga merusak seluruh sistem tubuh

(menimbulkan penyakit kanker, penyakit pernafasan, penyakit jantung, penyakit

pencernaan, berefek buruk bagi janin,dan merusak sistem reproduksi. Rokok

merupakan bagian dari NAPZA, sebab yang pertama di dalam rokok terdapat zat

adiksi yang menyebabkan kecanduan (Erna H,2010). Mengonsumsi Narkoba dan

40
zat adiktif lainnya yang merupakan induk dari berbagai bahaya,merusak agama dan

jasad sekaligus. Dengan demikian,maka segala sesuatu yang dapat mendatangkan

mudharat bagi agama maupun phisik manusia hukumnya haram (Zuhroni,2010).

Dengan terus-terusan mengonsumsi rokok maka akan membunuh penggunanya

secara perlahan-lahan dengan menyebabkan berbagai penyakit yang mematikan

seperti Tuberkulosis, Penyakit Jantung Koroner, Kanker dan lain-lain. Bahaya

rokok itu lebih besar dari manfaatnya, bahkan rokok itu seluruhnya membahayakan

atau bisa dikatakan tidak bermanfaat sama sekali. Dari segi sebagaimana layaknya

kita mempergunakan rezeki yang kita peroleh dari Allah, rokok merupakan bentuk

pemborosan dan berlebih-lebihan,dan termasuk perbuatannya setan.

“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah,dan janganlah kamu


menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan,dan berbuat baiklah
sesungguhnya Allah menyukai orang-orang berbuat baik“ (QS. al-Baqarah
(2): 195).

Allah menjelaskan merokok dapat menjerumuskan dalam kebinasaan, yaitu

merusak seluruh sistem tubuh (menimbulkan penyakit kanker, penyakit pernafasan,

penyakit jantung, penyakit pencernaan,berefek buruk bagi janin,dan merusak

sistem reproduksi), dari alasan ini sangat jelas rokok terlarang atau haram.

3. 2. Age Related Macular Degeneration Menurut Islam

AMD adalah suatu keadaan dimana makula mengalami kemunduran

sehingga terjadi penurunan ketajaman penglihatan dan kemungkinan akan

menyebabkan hilangnya fungsi penglihatan sentral yang jika tidak diobati akan

41
menganggu penglihatan yang bisa menyebabkan kebutaan. Dalam ajaran Islam

apabila sakit dianjurkan berobat. Berbagai riwayat menunjukkan bahwa Nabi

pernah berobat untuk dirinya sendiri, serta pernah menyuruh keluarga dan

sahabatnya berobat ketika sakit. Dalam hadits yang secara khusus menyuruh agar

berobat, antara lain hadits Nabi : (Zuhroni dkk., 2003).

“Dari Usamat bin Syarik, seorang laki-laki dari kaumnya berkata, datang
seorang dusun kepada Rasulullah saw dan bertanya : Ya Rasulullah,
manusia yang bagaimana yang baik? Nabi menjawab: “Yang terbaik
akhlaknya diantara mereka”, kemudian dia bertanya lagi, Ya Rasulullah
apakah kami mesti berobat? Nabi menjawab: Berobatlah, sebab, Allah
tidak menurunkan penyakit kecuali juga menurunkan obatnya, diketahui
oleh orang yang mengetahuinya dan tidak diketahui oleh orang yang
mengetahuinya dan tidak diketahui oleh orang yang tidak mengetahuinya.”
(HR Ahmad)

Disebutkan dalam hadits lain yang diriwiyatkan oleh Abu Hurairah, yaitu:

‫َّللاُ دَا ًء إِ هَّل أ َ ْنزَ َل لَهُ ِشفَاء‬


‫َما أ َ ْنزَ َل ه‬
“Allah tidak menurunkan suatu penyakit tanpa menurunkan obatnya”
(HR.Al-Bukhari).

Dari hadits Rasullulah SAW tersebut menganjurkan berobat apabila sakit,

karena Allah SWT menurunkan penyakit beserta obatnya. Akan tetapi perlu di

yakini bahwa proses penyembuhan terhadap suatu penyakit hendaklah adanya

42
kecocokan obat dengan penyakit dan tidak lepas dari izin Allah, manusia berusaha

untuk pengobatan tetapi Allah SWT yang menyembuhkan (Zuhroni dkk., 2003).

Pada hadits lain menyatakan bahwa setiap penyakit ada obatnya. Sesuai

sabda Rasulullah SAW : (Zuhroni, 2008).

ٍ‫ﺗَﺪَاﻭَﻭْاﻓَﺈِﻥهاﷲَ ﺗَﻌَالَﻰلَﻢْﻳُﻨْزِلهدَاﺀًإَّلهﻭَﺿَﻊَلَهُ شِفَاﺀً ﻏَﻴْﺮَدَاﺀٍ ﻭَﺣِﺪ‬


﴾‫الْﻬَﺮَاﻡ ﴿ﺭﻭاﺓاﺑﻦماﺟﺔ‬
“Berobatlah kamu sekalian (bila sakit) karena sesungguhnya Allah Ta’ala
tiada mendatangkan suatu penyakit kecuali mendatangkan pula obatnya,
kecuali satu penyakit, yaitu penyakit tua (pikun)” (HR. Ibnu Majah).

Dari hadits Rasulullah SAW tersebut menganjurkan berobat apabila sakit,

karena Allah SWT menurunkan penyakit beserta obatnya kecuali penyakit tua.

Demikian pula yang dinyatakan pada hadits Nabi yang lain : (Zuhroni, 2008).

ُ‫إﻥَاﷲَ لَﻢْ ﻳَﻨْزِلُدَاﺀًاَِّله أَنْزِلَلَهُشِفَاﺀَﻋَﻠَﻤَهُمَﻦْﻋَﻠِﻤَهُ ﻭَﺟَﻬِﻠَهُمَﻦْﺟَﻬِﻠَه‬


﴾‫﴿ﺭﻭاﻩالﺤاﻛﻢ‬
“Sesungguhnya Allah tidak menurunkan suatu penyakit melainkan
menurunkan pula obatnya. Obat itu diketahui oleh orang yang bisa
mengetahuinya dan tidak diketahui oleh orang yang tidak bisa
mengetahuinya” (HR.An-Nasai dan Al-Hakim).

Al-Quran mengutip ucapan Nabi Ibrahim yang menyebutkan :

“Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku“ (QS. al-
Syu’ara’(26): 80).

Ayat ini menekankan bahwa kesembuhan suatu penyakit adalah dari Allah,

namun dianjurkan berusaha melakukan pengobatan. Dalam menafsirkan ayat ini,

al-Dzahabi menyatakan, bahwa tindakan upaya penyembuhan penyakit secara

43
medis merupakan perbuatan baik dan terpuji. Berdasarkan pesan Nabi:

“Lakukannlah penyembuhan secara medis”. Namun, kesembuhan penyakit tidak

terlepas dari kehendak Allah (Zuhroni dkk., 2003). Pada hadits lain menyatakan

sebagaimana sabda Nabi SAW :

“Setiap penyakit ada obatnya. Jika obat yang tepat diberikan, dengan izin
Allah, penyakit itu akan sembuh” (HR Ahmad dan Al-Hakim).

Hadits tersebut di atas merupakan anjuran untuk berobat apabila sakit,

karena Allah telah menurunkan obat dari setiap penyakit. Penyakit akan sembuh

apabila tepat obatnya, dan atas izin Allah (Zuhroni dkk.,2003).

Hukum berobat dalam perspektif Islam dapat dikategorikan dalam dua

kondisi, hukum asal (dasar) dan hukum situsional serta kondisional. Hukum asal

berobat, menurut para ulama berkisar antara sunnah dan mubah. Ibnu Taimiyah

menyimpulkan, menurut 4 madzhab hukum berobat bersifat fleksibel dan

kondisional, berobat dapat haram, makruh, mubah, sunnah (mustahab) dan kadang-

kadang bisa wajib. Hal tersebut sangat tergantung dengan tetap ‘hidup atau tidaknya

orang yang sakit jika berobat’, bukan yang lain (Zuhroni dkk., 2003).

Menurut Yusuf al-Qaradhawi hukum berobat yaitu antara mubah, sunnah

dan wajib. Wajib dalam situasi khusus, seperti jika sakitnya parah dan obat penyakit

dimaksud telah ditemukan sesuai dengan sunnatullah. Jika penyakitnya secara

medis dapat disembuhkan hukumnya bisa sunnah atau wajib, tapi jika sudah jelas

tidak dapat diharapkan sembuhnya sesuai hasil diagnosis dokter ahli atau pakarnya

44
dalam bidang terkait yang dapat dipercaya, maka tak seorang ulama yang

mengatakan sunnah, apalagi mewajibkannya (Zuhroni dkk., 2003).

Tujuan pengobatan untuk memelihara jiwa (Hifzh al-Nafs) yaitu dengan

menjaga kesehatan. Tujuan Islam mengajarkan hidup yang bersih dan sehat adalah

menciptakan individu dan masyarakat yang sehat jasmani, rohani, dan sosial

sehingga umat manusia mampu menjadi umat yang pilihan (Zuhroni,2010).

Kesehatan dibagi tiga yaitu kesehatan individual, kesehatan lingkungan dan

kesehatan masyarakat. Kesehatan individual menurut Dr.’Abd al-Hamid al Qudhat,

terdiri dari kebersihan badan, pola konsumsi makanan, berpuasa, berolahraga,

anjuran berobat dan keimanan. Kesehatan lingkungan dan masyarakat mencakup

kebersihan lingkungan, kebersihan tempat-tempat umum, kebersihan sarana udara,

kebersihan air, mencegah penyebaran penyakit dan pengharaman terhadap

beberapa makanan, minuman, dan penyimpangan seksual. Hal tersebut diatas

adalah salah satu upaya preventif bagi manusia agar terhindar dari penyakit

(Zuhroni, 2008).

Islam sangat mengharuskan manusia untuk menjaga kesehatannya, karena

tubuh yang sehat mendukung manusia untuk selalu melakukan kewajibannya

sebagai hamba Allah. Namun, bila tetap diberi penyakit dari Allah, walaupun telah

menjaga kesehatannya, hendaknya manusia senantiasa ikhlas, tawakkal dan

berusaha berobat serta selalu berdoa kepada Allah agar diringankan penyakitnya.

Hal ini sebagaimana yang dilakukan Nabi Ayyub a.s ketika Allah mengujinya

dengan sakit yang berkepanjangan. Beliau berdoa sebagaimana dijelaskan dalam

Al-Qur’an : (Zuhroni,2010).

45
“dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: "(Ya Tuhanku),
sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang
Maha Penyayang di antara semua penyayang" (QS. Al Anbiyaa’ (21):83).

Rasulullah SAW menganjurkan agar berdoa dan berharap diberi kesehatan oleh

Allah SWT. Sebagaimana dinyatakan dalam hadits Nabi:

‫ض َل ِمﻦَ ْال َﻌاﻓِ َﻴﺔ‬


َ ‫ش ْﻴئًا أَ ْﻓ‬
َ ٌ‫ﻋ ْبﺪ‬
َ ‫ط‬َ ‫سﻠُوا ﷲ َ ْال َﻌاﻓِﻴَﺔَ ﻓَﺈِنههُ لَ ْﻢ ﻳُ ْﻌ‬
َ ‫ﻓَقَا َل‬
)‫(ﺭﻭاﻩ اﺣﻤﺪ ﻭ التﺮمذى ﻭاﺑﻦ ماﺟه‬
“Nabi bersabda: Mohonlah kepada Allah kesehatan, sebab tidak ada
sesuatu pun yang dianuguerahkan kepada hamba-Nya yang lebih utama
dari kesehatan” (HR Ahmad, al-Turmudzi, dan Ibn Mājah).

Manusia dianjurkan memberikan hak-hak badan dengan memenuhi

kebutuhan primer manusia. Berdasarkan tingkat kepentingan dan prioritasnya,

memelihara jiwa (Hifzh al-Nafs) dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: (Zuhroni

dkk.,2003).

1. Memelihara jiwa dalam peringkat dharuriyyat seperti memenuhi kebutuhan

pokok berupa makanan untuk mempertahankan hidup. Kalau kebutuhan itu

diabaikan akan terancam eksistensi jiwa manusia.

2. Memelihara jiwa dalam peringkat hajjiyat, seperti diperbolehkan berburu

binatang unutk menikmati makanan yang lezat dan halal. Jika kegiatan itu

diabaikan, maka tidak akan mengancam eksistensi jiwa manusia, melainkan

hanya mempersulit hidupnya.

3. Memelihara jiwa dalam peringkat tahsiniyyat, seperti ditetapkannya cara

makan dan minum. Batasan itu hanya berhubungan dengan soal kesopanan dan

46
etika, sama sekali tidak akan mengancam eksistensi jiwa manusia, ataupun

mempersulit kehidupan manusia.

Sakit yang menimpa manusia adalah merupakan ujian dari Allah SWT,

maka ujian itu juga merupakan sunnatullah yang mengandung rahmat dan hikmah.

Semua penyakit, baik fisik maupun psikis, semua apabila diterima dengan ikhlas

akan melenyapkan dosa dan menghapus kesalahan. (Zuhroni dkk.,2003).

Sebagaimana sabda Nabi SAW berikut:

‫مَامِﻦْمُﺼِﻴْبَﺔِﺗُﺼِﻴْﺐُاْلﻤُﺴْﻠِﻢَإَِّلَّﻛَفَّﺮَاﷲٰ ُﺑِﻬَاﻋَﻨْهُﺣَتَّﻰ الْﺸَّوْﻛَﺔِﻳُﺸَاﻛُﻬَا‬


﴾‫﴿ﺭﻭاﻩاﺑﺨاﺭى‬
“Setiap kali orang Islam mendapat malapetaka, Allah mengampuni dosanya
karena malapetaka itu, bahkan yang disebabkan oleh terkena duri” (HR Al-
Bukhari).

Pengobatan hanyalah wasilah (perantara). Penggunaan obat ataupun metode

pengobatan lainnya bisa menyembuhkan, bisa juga tidak menyembuhkan jika

Allah belum menghendaki atau menunda suatu penyembuhan. Bisa saja terjadi

Allah memberikan penyembuhan tanpa menggunakan atau melalui pengobatan

apapun. Sebaliknya, perlu diingat bahwa tanpa kehendak dan izin Allah maka suatu

penyakit tidak dapat disembuhkan, Allah berfirman : (Zuhroni dkk.,2003).

“Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada


yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki
kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurnia-Nya. Dia
memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara

47
hamba-hamba-Nya dan Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang” (QS. Yunus (10):107).

Nabi menganjurkan umatnya untuk berobat kepada yang ahli atau pakar

dalam ilmu pengobatan. Namun, setiap proses penyembuhan tidak semata

berdasarkan hukum kausalitas atau bantuan ahli saja, tetapi ditentukan oleh Allah,

Maha Penyembuh yang sebenarnya (Zuhroni dkk.,2003).

Pengobatan termasuk masalah yang netral dan fitrah, sebab semua orang

baik beragama ataupun tidak, memandang pengobatan adalah suatu kebutuhan.

Tetapi dalam Islam setiap upaya pengobatan adalah semata-mata untuk beribadah

kepada-Nya dan mencari ridha Allah, sebagaimana firman-Nya : (Zuhroni, 2008).

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku” (QS. Adz Dzariyaat (51) : 56).

Dalam ayat yang lain :

“Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku


hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam” (QS. Al An’aam (6):162).

Dari uraian diatas, AMD adalah suatu keadaan dimana makula mengalami

kemunduran sehingga terjadi penurunan ketajaman penglihatan dan kemungkinan

akan menyebabkan hilangnya fungsi penglihatan sentral yang jika tidak diobati

akan menganggu penglihatan yang bisa menyebabkan kebutaan. Ajaran Islam

menganjurkan apabila sakit hendaklah berobat. Bahwa Allah SWT menurunkan

penyakit juga mendatangkan obatnya. Tujuan pengobatan adalah untuk memelihara

48
jiwa (Hifzh al-Nafs) yaitu dengan menjaga kesehatan. Selain dianjurkan berobat,

setiap muslim juga harus bersabar dan bertawakal dalam menghadapi penyakit.

3. 3. Tinjauan Islam Terhadap Efek Merokok Terhadap Terjadinya Age

Related Macular Degeneration

Rokok adalah hasil olahan tembakau yang terbungkus, termasuk cerutu atau

bentuk lainnya, yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana

Rustica, dan spesies lainnya dimana sintesisnya mengandung nikotin dan tar dengan

atau tanpa bahan tambahan. Rokok juga merupakan bagian dari NAPZA, sebab

yang pertama di dalam rokok terdapat zat adiksi yang menyebabkan kecanduan.

(Erna H,2010). Mengonsumsi NAPZA yang merupakan induk dari berbagai

bahaya, merusak agama dan jasad sekaligus. Dengan demikian,maka segala sesuatu

yang dapat mendatangkan mudharat bagi agama maupun phisik manusia hukumnya

haram, karena termasuk yang membahayakan,dan melakukan sesuatu yang dapat

membahayakan hukumnya haram (Zuhroni,2010).

AMD adalah suatu keadaan dimana makula mengalami kemunduran

sehingga terjadi penurunan ketajaman penglihatan dan kemungkinan akan

menyebabkan hilangnya fungsi penglihatan sentral yang jika tidak diobati akan

menganggu penglihatan yang bisa menyebabkan kebutaan. Jika penyakit ini

bertambah berat, maka berobat merupakan tindakan yang dianjurkan. Hukum

berobat dalam perspektif Islam dapat dikategorikan dalam dua kondisi, hukum asal

(dasar) dan hukum situsional serta kondisional. Hukum asal berobat, menurut para

ulama berkisar antara sunnah dan mubah. Ibnu Taimiyah menyimpulkan, menurut

4 madzhab hukum berobat bersifat fleksibel dan kondisional, berobat dapat haram,

49
makruh, mubah, sunnah (mustahab) dan kadang-kadang bisa wajib. Tujuan

pengobatan untuk memelihara jiwa (Hifzh al-Nafs) yaitu dengan menjaga

kesehatan. Berdasarkan tingkat kepentingan dan prioritasnya, memelihara jiwa

dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu memelihara jiwa dalam peringkat dharuriyyat,

hajjiyat, tahsiniyyat. Sakit yang menimpa manusia adalah merupakan ujian dari

Allah SWT, maka ujian itu juga merupakan sunnatullah yang mengandung rahmat

dan hikmah. Semua penyakit, baik fisik maupun psikis, semua apabila diterima

dengan ikhlas akan melenyapkan dosa dan menghapus kesalahan. Bertawakal

kepada Allah, percaya sepenuhnya terhadap janji-janji-Nya, ridha dengan apa yang

dilakukan-Nya, berbaik sangka kepada-Nya dan menunggu dengan sabar

pertolongan dari-Nya merupakan buah keimanan yang paling agung dan mulia

(Zuhroni dkk.,2003).

Rokok mengandung zat adiksi yang menyebabkan kecanduan sehingga

dikategorikan kedalam golongan NAPZA (Erna H,2010). Mengonsumsi Narkoba

dan zat adiktif lainnya yang merupakan induk dari berbagai bahaya,merusak agama

dan jasad sekaligus. Dengan demikian, maka segala sesuatu yang dapat

mendatangkan mudharat bagi agama maupun fisik manusia sehingga hukumnya

haram (Zuhroni,2010). Sesungguhnya Allah sudah memberi tahu bahwa segala

sesuatu yang dilarang pasti menimbulkan hal yang merugikan bagi umat manusia.

Allah menunjukkan kasih sayang-Nya terhadap manusia agar tidak terjerumus

dalam hal-hal yang merugikan termasuk penyakit yang timbul dari hasil perbuatan

manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, tentunya merokok perkara yang haram akan

50
menimbulkan banyak hal-hal yang merugikan manusia termasuk penyakit yang

salah satunya adalah AMD.

Merokok sudah menjadi kebiasaan yang sangat umum dan meluas di

masyarakat. Bahaya merokok terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan

dibuktikan banyak ahli. Efek-efek yang merugikan akibat merokok pun sudah

diketahui dengan jelas. Banyak penelitian membuktikan kebiasaan merokok

meningkatkan risiko timbulnya berbagai penyakit seperti penyakit jantung dan

gangguan pembuluh darah, kanker paru-paru, kanker rongga mulut, kanker laring,

kanker osefagus, bronchitis, tekanan darah tinggi, impotensi serta gangguan

kehamilan dan cacat pada janin. (Francois Haas,2000).

Rokok mengandung kurang lebih 4000 lebih elemen-elemen dan setidaknya

200 diantaranya berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada rokok adalah tar,

nikotin, dan karbon monoksida. Selain itu, dalam sebatang rokok juga mengandung

bahan-bahan kimia lain yang tak kalah beracunnya (Sara dkk., 2013).

Indonesia merupakan surga bagi industri rokok. Sebaliknya, ini merupakan

ancaman besar bagi generasi anak bangsa. Jika tidak dikendalikan, biaya kesehatan

dan biaya kematian yang ditanggung akan besar sekali. Hitungan para ahli ekonomi

kesehatan, kematian akibat rokok di Indonesia tahun 2010 mencapai 12,7 persen

dari seluruh kematian. Pengeluaran untuk pembelian rokok dan biaya pengobatan

akibat rokok pada tahun 2010 yaitu Rp. 231,47 triliun padahal cukai rokok pada

tahun itu hanya Rp. 62 trilun. (Doll R dkk., 2004).

Indonesia merupakan satu dari 41 negara di Asia Pasifik dan satu-satunya

Negara anggota organisasi Kerjsama Islam yang tidak menandatangani konvensi

51
pengendalian tembakau international (WHO-FCTC). Indonesia tersandera

anggapan pembatasan rokok, bisa mengurangi pajak rokok yang mencapai Rp. 60

triliun per tahun, padahal kerugian yang ditanggung masyarakat mencapai Rp.245

triliun berupa biaya perawat kesehatan dan penurunan produktivitas. Sedangkan,

World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa tembakau

menyebabkan 5,4 juta kematian pada tahun 2004 dan 100 juta kematian selama

abad ke - 20. Demikian pula, Centers for Disease Control and Prevention (CDC)

menjelaskan penggunaan tembakau sebagai risiko paling penting dicegah bagi

kesehatan manusia di negara – negara maju dan penyebab penting kematian dini di

seluruh dunia. Beberapa Negara telah mengambil langkah – langkah untuk

mengontrol konsumsi tembakau dengan pembatasan penggunaan dan penjualan

serta pesan peringatan dicetak pada kemasan. (Doll R dkk., 2004). Dalam Al-

Qur’an Allah berfirman :

“Hai orang-orang yang beriman,janganlah kamu saling memakan harta


sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan sama-suka di antara kamu.Dan janganlah kamu membunuh
dirimu,sesungguhnya Allah maha penyayang kepadamu.” (QS. An-Nisa’
(4):29).

Dari firman Allah dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa Allah tidak mau umat

manusia membunuh diri mereka sendiri karena sesungguhnya Allah adalah maha

penyayang kepada umat manusia. Sedangkan dengan mengkonsunmsi rokok adalah

tindakan dimana manusia menghabiskan uang hanya untuk membunuh diri mereka

sendir. Karena sebagaimana sudah diterangkan, bahwa merokok tidak memiliki

52
manfaat, bahkan banyak sekali menimbulkan mudharat baik pada diri sendiri

maupun orang lain (Muqaddimah,2010).

AMD merupakan penyebab hilangnya penglihatan ireversibel yang paling

umum di dunia barat. penyebab penyakit ini sangat multifaktorial dan kompleks,

hingga saat ini belum ada penyebab pasti yang terkait dengan faktor risiko genetik

dan lingkungan. Hipotesis yang diintervensi mencoba mempelajari peran faktor

lingkungan yang dapat mengurangi kejadian AMD atau yang dapat meningkatkan

keparahan penyakit.Saat ini telah diadakan beberapa studi mengevaluasi beberapa

relevansi mereka dalam praktik klinis (Sara V dkk.,2013).

Di antara studi-studi tersebut, merokok adalah faktor risiko yang terbukti

terhadap berkembangnya kejadian AMD,dengan terjadinya respons klinis pada

atrofi dan neovaskular bentuk AMD. Merokok dengan sendirinya meningkatkan

molekuler dan patologis perubahan yang dapat membentuk lingkungan mikro

makular yang ideal untuk pengembangan AMD dengan peradangan vaskular dan

disregulasi endotel, kerusakan oksidatif, kerusakan toksik, dan perubahan

histopatologis. Namun, pasien dan dokter sendiri tidak sering menyadari hal yang

signifikan peran yang dimainkan oleh merokok di kebutaan terkait dengan AMD.

(Sara V dkk.,2013).

Islam sangat mengharuskan manusia untuk menjaga kesehatannya, karena

tubuh yang sehat mendukung manusia untuk selalu melakukan kewajibannya

sebagai hamba Allah. Namun, bila tetap diberi penyakit dari Allah, walaupun telah

menjaga kesehatannya, hendaknya manusia senantiasa ikhlas, tawakkal dan

berusaha berobat serta selalu berdoa kepada Allah agar diringankan penyakitnya.

53
Hal ini sebagaimana yang dilakukan Nabi Ayyub a.s ketika Allah mengujinya

dengan sakit yang berkepanjangan. Beliau berdoa sebagaimana dijelaskan dalam

Al-Qur’an : (Zuhroni,2010).

“dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: "(Ya Tuhanku),


sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang
Maha Penyayang di antara semua penyayang" (QS. Al Anbiyaa’ (21):83).

Rasulullah SAW menganjurkan agar berdoa dan berharap diberi kesehatan

dan juga menjaga anugerah kesehatan tersebut karena kesehatan merupakan

anugerah yang paling utama dari Allah. Sebagaimana dinyatakan dalam hadits

Nabi:

‫ض َل ِمﻦَ ْالﻌَاﻓِﻴَﺔ‬
َ ‫ش ْﻴئًا أَ ْﻓ‬
َ ٌ‫ﻋ ْبﺪ‬
َ ‫ط‬َ ‫سﻠُوا ﷲ َ ْالﻌَاﻓِﻴَﺔَ ﻓَﺈِنههُ لَ ْﻢ ﻳُ ْﻌ‬
َ ‫ﻓَقَا َل‬
)‫(ﺭﻭاﻩ اﺣﻤﺪ ﻭ التﺮمذى ﻭاﺑﻦ ماﺟه‬
“Nabi bersabda: Mohonlah kepada Allah kesehatan, sebab tidak ada
sesuatu pun yang dianuguerahkan kepada hamba-Nya yang lebih utama
dari kesehatan” (HR Ahmad, al-Turmudzi, dan Ibn Mājah).

Setiap penyakit asalnya adalah dari Allah, dan kita sebagai manusia

dianjurkan berusaha melakukan pengobatan. Berdasarkan pesan Nabi:

“Lakukannlah penyembuhan secara medis”. Namun, kesembuhan penyakit tidak

terlepas dari kehendak Allah. Pada hadits lain menyatakan sebagaimana sabda Nabi

SAW : (Zuhroni dkk., 2003).

“Setiap penyakit ada obatnya. Jika obat yang tepat diberikan, dengan izin
Allah, penyakit itu akan sembuh” (HR Ahmad dan Al-Hakim).

54
Hadits tersebut di atas merupakan anjuran untuk berobat apabila sakit,

karena Allah telah menurunkan obat dari setiap penyakit. Penyakit akan sembuh

apabila tepat obatnya, dan atas izin Allah (Zuhroni dkk.,2003).

Tinjauan Islam terhadap rokok terhadap terjadinya Age related Macular

Degeneration adalah penyakit tersebut terjadinya karena memang pada dasarnya

merokok diharamkan menurut sebagaimana firman Allah SWT : (Zuhroni

dkk.,2003)

“(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya)
mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang
menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari
mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik
dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka
beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-
orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti
cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka itulah
orang-orang yang beruntung. " (QS. Al-A’Raf’ (7):157).
Dalam ayat tersebut Allah berfirman bahwa semua hal yang buruk bagi

manusia adalah diharamkan.Sedangkan, rokok adalah zat adiktif yang banyak

menimbulkan kemudharatan berupa penyakit dan beberapa kerugian lainnya dan

tidak memiliki manfaat sama sekali (Zuhroni dkk.,2003).

55
Merokok juga merupakan tindakan tabdzir (pemborosan) dan penyia-nyiaan

terhadap harta. Mereka tidak mendapatkan apa-apa dari rokok kecuali ketenangan

sesaat, bahaya penyakit yang mengancam jiwa, dan terbuangnya uang secara sia-

sia. Bahkan, Allah menyebut mereka sebagai saudara-suadara syaitan. Allah

berfirman : (Zuhroni,2010).

“Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan


dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” (QS. Al-Isra’
(17):27).

Dalam firman Allah tersebut dijelaskan pula Allah membenci sifat

pemborosan karena sifat boros merupakan perbuatan yang buruk dan barang siapa

umat manusia yang melakukan perbuatan pemboros-borosan maka termasuk sadara

syaitan. Sedangkan sebagaimana telah diterangkan,selain merugikan diri sendiri

merokok juga sangat merugikan negara dengan pengeluaran yang sangat besar

untuk pengobatan dari masayarakat yang terserang penyakit akibat merokok

(Zuhroni,2010).

Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pandangan

Islam, penyakit AMD merupakan salah satu penyakit pada indera pengelihatan

yang terjadi akibat merokok yang menimbulkan gejala penurunan pengelihatan

yang apabila tidak ditangani akan menimbulkan komplikasi yang berakhir dengan

kebutaan. Selain mengakibatkan penyakit AMD yang akhirnya mengakibatkan

kebutaan, merokok juga menghambat beberapa pemeliharaan tujuan syariat Islam

(Masqhid as-Syariah), yang meliputi pemeliharaan nyawa (hifzh al-nafs), akal

56
(hifzh al-‘aql), harta (hifzh al-mal), dan agama (hifzh al-din). Sehingga merokok

merupakan tindakan yang diharamkan karena banyak menimbulkan kemudharatan

dan tidak memiliki manfaat apapun. Islam mengharuskan manusia untuk menjaga

kesehatannya, karena tubuh yang sehat mendukung manusia untuk selalu

melakukan kewajibannya sebagai hamba Allah.

57
BAB IV

KAITAN PANDANGAN KEDOKTERAN DAN PANDANGAN ISLAM

TENTANG EFEK MEROKOK TERHADAP TERJADINYA AGE

RELATED MACULAR DEGENERATION

Berdasarkan uraian bab II dan III terdapat kaitan kedokteran dan Islam

tentang efek merokok terhadap terjadinya Age Related Macular Degeneration.

Menurut kedokteran AMD merupakan suatu keadaan dimana makula mengalami

kemunduran sehingga terjadi penurunan ketajaman penglihatan dan kemungkinan

akan menyebabkan hilangnya fungsi penglihatan sentral. Tanda utama dari

degenerasi makula adalah didapatkan adanya bintik-bintik abu-abu atau hitam pada

pusat lapangan pandang. Berdasarkan WHO, salah satu penyebab terbanyak

kebutaan di dunia adalah degenerasi makula terkait usia yang menempati urutan ke-

4 sebesar 8,7%. Di Indonesia sendiri, hingga saat ini belum ada data pasti tentang

insidens dan angka morbiditas AMD. Prevalensi AMD didapatkan semakin

meningkat dengan bertambahnya usia, dimana 3,4% pada kelompok usia 40-49

tahun, 4,8% pada kelompok usia 50-59 tahun, dan 7,4% pada usia > 70 tahun. AMD

merupakan penyakit retina yang diturunkan secara autosomal dominan dan juga

dipengaruhi oleh faktor genetik maupun faktor lingkungan. Patofisiologi pasti dari

AMD masih relatif sulit untuk dipahami. Peneliti menemukan bahwa koriokapiler

pada pasien-pasien AMD lebih tipis sehingga meningkatkan kemungkinan

penurunan klirens dari bahan-bahan ekstraseluler yang berperan dalam

pembentukan drusen. Penelitian terbaru menyatakan bahwa pembentukan drusen

58
dapat menginisiasi terjadinya kaskade inflamasi yang berperan pada progresi AMD.

Penyakit ini mencakup spektrum temuan klinis dan patologis yang luas yang dapat

diklasifikasikan menjadi dua kelompok : non-eksudatif (kering) dan eksudatif

(basah). Gejala-gejala klinik yang biasa didapatkan pada penderita degenerasi

makula antara lain berupa distorsi penglihatan, kehilangan kemampuan

membedakan warna dengan jelas, kesulitan membaca, kata-kata terlihat kabur atau

berbayang, secara tiba-tiba ataupun secara perlahan akan terjadi kehilangan fungsi

penglihatan tanpa rasa nyeri. Untuk mendiagnosis dapat juga ditegakkan dengan

test Amsler grid. Tidak ada terapi khusus untuk AMD tipe noneksudatif.

Penglihatan dimaksimalkan dengan alat bantu penglihatan termasuk alat pembesar

dan teleskop. Pada sebagian kecil pasien dengan AMD tipe eksudatif yang pada

angiogram flurosein memperlihatkan membran neovaskular subretina yang terletak

eksentrik (tidak sepusat) terhadap fovea, mungkin dapat dilakukan obliterasi

membran tersebut dengan terapi laser Argon. Di antara banyak faktor resiko,

merokok adalah faktor risiko yang terbukti dalam meningkatkan perkembangan

penyakit AMD, melalui respons klinis pada atrofi dan neovascular bentuk AMD .

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, merokok dengan sendirinya

meningkatkan molekuler dan patologis perubahan yang dapat membentuk

lingkungan mikro makular yang ideal untuk pengembangan AMD dengan

peradangan vascular dan disregulasi endotel, kerusakan oksidatif, kerusakan toksik,

dan perubahan histopatologis

Menurut padangan Islam, penyakit AMD merupakan salah satu penyakit

pada indera pengelihatan yang terjadi akibat merokok yang menimbulkan gejala

59
penurunan pengelihatan yang apabila tidak ditangani akan menimbulkan

komplikasi yang berakhir dengan kebutaan. Selain mengakibatkan penyakit AMD

yang akhirnya mengakibatkan kebutaan, merokok juga menghambat beberapa

pemeliharaan tujuan syariat Islam (Masqhid as-Syariah), yang meliputi

pemeliharaan nyawa (hifzh al-nafs), akal (hifzh al-‘aql), harta (hifzh al-mal), dan

agama (hifzh al-din). Sehingga merokok merupakan tindakan yang diharamkan

karena banyak menimbulkan kemudharatan dan tidak memiliki manfaat apapun.

Islam mengharuskan manusia untuk menjaga kesehatannya, karena tubuh yang

sehat mendukung manusia untuk selalu melakukan kewajibannya sebagai hamba

Allah.

60
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1. Kesimpulan

1. Patogenesis terjadinya AMD masih relatif sulit untuk dipahami. Peneliti

menemukan bahwa koriokapiler pada pasien-pasien AMD lebih tipis

sehingga meningkatkan kemungkinan penurunan klirens dari bahan-bahan

ekstraseluler yang berperan dalam pembentukan drusen. Penelitian terbaru

menyatakan bahwa pembentukan drusen dapat menginisiasi terjadinya

kaskade inflamasi yang berperan pada progresi AMD.

2. Efek merokok pada terjadinya AMD adalah meningkatkan faktor risiko

yang terbukti melalui meningkatkan perkembangan penyakit AMD,

melalui respons klinis pada atrofi dan neovascular bentuk AMD. Merokok

dengan sendirinya meningkatkan molekuler dan patologis perubahan yang

dapat membentuk lingkungan mikro makular yang ideal untuk

pengembangan AMD.

3. Tinjauan Islam terhadap efek merokok terhadap terjadinya Age Related

Macular Degeneration adalah merokok merupakan pada dasarnya tindakan

yang diharamkan karena banyak menimbulkan kemudharatan dan tidak

memiliki manfaat apapun. Islam mengharuskan manusia untuk menjaga

kesehatannya, karena tubuh yang sehat mendukung manusia untuk selalu

melakukan kewajibannya sebagai hamba Allah. Dan Allah hanya

menghalalkan apa yang baik untuk hambanya dan juga mengharamkan apa

61
yang buruk untuk hambanya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat

Al-A’Raf’ (7) : 157 “(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang

ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil

yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf

dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan

bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala

yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-

belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman

kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang

terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka itulah orang-

orang yang beruntung."

5. 2. Saran

1. Kepada masyarakat

Hendaklah menjaga kesehatan mata dengan memakai pelindung mata

seperti kacamata, topi dan pelindung mata lainnya bagi para pekerja yang

sering terpapar cahaya matahari. Secara rutin melakukan pemeriksaan

kesehatan kepada dokter ahli yang berpengalaman agar ditangani dengan

baik, menghindari NAPZA, dan berolahraga secara rutin.

2. Kepada dokter muslim

Disarankan bagi dokter dokter muslim terutama dokter spesialis mata,

untuk dapat mengedukasi dalam pencegahan merokok dalam mencegah

penyakit-penyakit mata termasuk AMD dan memotivasi pada pasien yang

62
sakit agar terus melakukan pengobatan dan meyakinkan bahwa semua

penyakit adalah cobaan dari Allah dan Allah juga yang akan

menyembuhkan penyakit.

3. Kepada ulama

Agar dapat memberikan penjelasan mengenai hukum darurat dan

rukhshah pada pengobatan subkonjungtiva bevacizumab sebagai terapi

pada rekurensi pterigium sehingga pengobatan baru ini dapat diterima

masyarakat tanpa keraguan. Serta mengingatkan dalam dakwahnya agar

setiap umat muslim untuk selalu menjaga kesehatan yang merupakan

karunia Allah SWT dan selalu mensyukuri nikmat Allah SWT.

63
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan Terjemahnya. 2006. Departemen Agama Republik Indonesia.


Bandung: Penerbit Diponegoro

Asyrafuddin. 2011. Makna Rukhsah dan Pembagiannya. Available at:


http://almanhaj.or.id/content/3000/slash/0/makna-rukhshah-dan
pembagiannya/

Bahar I, Kaiserman I, McAllum P, Rootman D, Slomovic A. 2008. Subconjunctival


Bevacizumab Injection for Corneal Neovascularization in Recurrent
Pterygium. Curr Eyes Res 33

Ilyas S. 2014. Ikhtisar Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : FKUI

Ilyas S dan Yulianti RS. 2014. Ilmu Penyakit Mata edisi 5. Jakarta : FKUI

Jakobiec A. 1994. Principles and Practice of Ophthalmology. Section 9.


Philadelphia, America : W.B. Saunders Company.

Yanoff M. 1999. Ophthalmology. Section 8. Barcelona, Spain : Mosby


International LTD.

Regillo, Carl D. 2011-2012. Retina and Vitreous : Age Related Macular


Degeneration. American Academy of Ophtalmology.

Elvioza, dkk. Prevalensi dan Karakteristik Faktor Risiko Pada Kejadian Age
Related Macular Degeneration di Jakarta Timur. Available at:
http://mru.fk.ui.ac.id/index.php?uPage=profil.profil_detail&smod=profil&
sp=public&idpenelitian=1498 [Accesed on April, 10]

American Academy of Ophtalmology. 2008. Age Related Macular Degeneration


PPP. Available at:
http://one.aao.org/CE/PracticeGuidelines/PPP_Content.aspx?cid=f413917
a-8623-4746-b441-f817265eafb4[Accesed on August, 10]

Flethcer, Emily dan Victor Chong. 2007. Retina. In Oftalmologi Umum Vaughan
dan Asbury. Mc Graw Hill.

Lim, Jenifer. 2008. Age Related Macular Degeneration Second Edition. New York:
Informa Healthcare USA, Inc.

Lang K, Gerrald. 2000. Ophtalmology : Age Related Macular Degeneration. New


York: Georg Thieme Verlag.

64
Maturi, Raj K. 2012. Nonexudative ARMD. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/1223154-overview. [Accesed on
February, 10]

Prall, Ryan. 2012. Exudative ARMD. Available at:


http://emedicine.medscape.com/article/1226030-clinical. [Accesed on
April, 15]

Effendi, Raden Gunawan. 2008. Idiophatic Macular Hole. Jurnal Oftalmologi


Indonesia 6(3): 158-168.

Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 2. Jakarta:
EGC.

Cavallerano, Anthony, John P.Cummings, Paul B.Freeman, dkk. 2004. Care of the
Patient wih Age Related Macular Degeneration. American Optometric
Association.

Erry.2009. Karakteristik Klinik Penderita ARMD di Rumah Sakit Mata Cicendo


Bandung. CDK 36(1): 28-30.

Holz G., Frank, Danielle Pauleikhoff, Richard.F. Spaide, dan Alan.C.Bird.2004.


Age Related Macular Degeneration. Germany: Springer.

James, Bruce, Chris Chew, Anthony Bron. Lecture Note: Ophtalmology. Blackwell
Publishing.

American Macular Degeneration Foundation. Amsler Chart to Test Your Sight.


Available at: http://www.macular.org/chart.html [Accesed on February, 20]

Kanski, Jack J dan Brad Bowling. 2011.Clinical Ophthalmology, A Systematic


Approach. China: Elsevier.

Vaughan G. 2000. Oftalmologi Umum, edisi 14. Bab 10. Jakarta : Widya Medika.

Cohen J. 1999.The wills Eye Manual, 3rd Ed. Chapter 12. Philadelphia,
Pennysylvania :Department of Ophthalmology Jefferson Medical College.

Liesegang TJ., Skuta GL., Cantor LB., 2003-2004. Retina and Vitreous. Basic and
Clinical Course. Section 12. San Fransisco, California : American Academy
of Ophthalmology.

Kanski JJ & Bowling Brad. 2011. Clinical Ophthalmology A Systematic Approach


7th ed. United Kingdom : Elsevier

65
Laibson RP. 2012. Wills Eye Institiute 5-Minute Ophthalmology Consult.
Philadelphia, USA : Lippincott Williams & Wilkins

Nema HV & Nema N. 2012. Textbook Ophthalmology 6 ed. India : Jaypee Brothers
Medical Publishers

Netter, Frank H. 2006. Atlas Of Human Anatomy 4th Edition. Philadelphia,


Pennsylvania: Elsevier Inc

Qaradhawi Y. 1993. Halal dan Haram dalam Islam. Jakarta: Bina Ilmu

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan


Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia

Rochmah N, Mujilan, Kaelany. 2004. Islam Untuk Disiplin Ilmu teknologi. Jakarta:
Departemen Agama RI Ditjen Bagais Ditpertais

Tan DTH, Holland JE, Mannis JM. 2002. Ocular Surface Disease Medical and
Surgical Management. New York, USA : Springer-Verlag New York 65-85

Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. Oftalmologi Umum. Edisi 17. Jakarta: EGC

Zuhroni, 2008. Pandangan Islam Terhadap Masalah Kedokteran dan


Kesehatan.Jakarta: Bagian agama Islam UPT MKU dan bahasa Universitas
YARSI.

Zuhroni, Riani Nur, Nazaruddin Nirwan. 2003. Islam Untuk Disiplin Ilmu
Kesehatan dan Kedokteran 2 (Fiqih Kontemporer). Jakarta: Departemen
Agama RI Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam.

66

You might also like