Professional Documents
Culture Documents
Latbelll PDF
Latbelll PDF
PENDAHULUAN
Luka Perineum adalah luka yang di akibatkan oleh episiotomy. Episiotomy adalah
insisi dari perineum untuk memudahkan persalinan dan mencegah ruptur perineum totalis.
Tujuan episiotomi adalah untuk mencegah robekan berlebihan pada perineum, membuat
tepi luka rata agar mudah dilakukan heacting, mencegah penyakit atau tahanan pada
kepala dan infeksi, tetapi itu tidak didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang cukup.
Episiotomy tidak diperbolehkan karena ada indikasi tertentu untuk tetap dilakukan
menemukan bahwa wanita yang menderita trauma perineum, akan mengalami nyeri dan
oedem. Trauma perineum masalah yang paling penting dalam beberapa hari pertama
setelah kelahiran, yang akan mempunyai gejala awal yaitu penurunan mobilitas dan
dari nyeri perineum dapat menghambat inisiasi menyusui yang akan mempengaruhi
ikatan ibu dan bayi. Trauma perineum akan memperbesar adanya urinary, inkontinansia
alvi, dan disfungsi seksual. Wanita dengan trauma perineum 60% mengalami nyeri selama
hubungan seksual tiga bulan setelah kelahiran dan 30% mengalami nyeri selama enam
bulan.
2013) mengatakan bahwa kelahiran di Inggris Raya 80% terjadi trauma perineum.
Robekan perineum sebagian besar tergolong derajat dua, yang bervariasi dari robekan
kecil dan berbatas tegas sampe robekan yang panjang atau rumit. Tiga bulan pertama
1
2
post partum hampir 23% ibu mengeluhkan dispareunia, 19% mengeluhkan inkontinensia
urine dan 3-10% mengeluhkan inkontinensia alvi. Ibu post partum mengalami robekan
derajat tiga atau empat sebanyak 0,5-2,5%, dengan resiko kekambuhan 4,5% pada
kelahiran per vagina berikutnya. Teori tersebut sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Mohamed dan El-Nagger (2012) menemukan bahwa periode post
partum adalah periode selama wanita menyusui, sedangkan secara fisik dan psikologis
yaitu post partum. Episiotomi adalah sayatan melalui jaringan perineal yang dirancang
untuk memperbesar saluran vulva selama persalinan. Sekitar 33% dari wanita dengan
persalinan pervaginam memiliki luka episiotomi, dan sekitar 70% dari wanita yang
memiliki kelahiran vagina akan mengalami beberapa tingkat kerusakan perineum, karena
perineum selama dua minggu setelah kelahiran, dan beberapa wanita mengalami
bahwa episiotomi dilakukan 97,3% dari 510 wanita primipara yang memiliki persalinan
pervaginam di Tehran.
perineum derajat tiga dan empat tergolong derajat berat yang mengenai anus dan vagina.
Derajat empat mengalami cedera perineum melibatkan eksternal, internal dan epital dari
sfingter anal. Ibu post partum yang mengalami trauma perineum secara internasional
berkisar antara 5-10%. Wanita yang mengalami trauma perineum mempunyai gejala
Kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, 50% kematian masa nifas,
dan hampir dari 90% pada proses persalinan banyak yang mengalami robekan
3
perineum, baik dengan atau tanpa episiotomy (Ernawati, 2010). Menurut BKKBN (2013
dalam Saidah 2011) angka kematian ibu masih tinggi sebesar 228/100.000 kelahiran
hidup, sedangkan target Nasional yang harus dicapai pada tahun 2015 adalah
102/100.000 kelahiran hidup. Infeksi nifas masih berperan sebagai penyebab utama
terjadinya infeksi nifas diantaranya, daya tahan tubuh yang kurang, perawatan nifas yang
kurang baik, kurang gizi, anemia, hygiene yang kurang baik, serta kelelahan.
disebabkan oleh trauma dapat menimbulkan dampak kesehatan fisik, psikologis, dan
sosial jangka panjang bagi ibu. Nyeri dan ketidaknyamanan perineum dapat
mengganggu pemberian ASI, kehidupan keluarga, dan hubungan seksual. Banyak ibu
mengalami trauma perineum ketika melahirkan. Sebagian trauma akan sembuh tanpa
dalam memberikan saran dan dukungan, jika perlu melakukan hecting yang dibutuhkan
Berdasarkan data tahun 2008 di Indonesia dengan total ibu post partum 89%
(4.509.630 orang) dari total ibu post partum yang ada mempunyai kebiasaan pantang
makanan pada masa nifas seperti tidak boleh makan ikan laut, telur, makan sayur dan
makan makanan yang pedas (Badan Litbang Kesehatan (2009 dalam Saidah, 2011).
Data Jawa Timur tahun 2008 dengan total ibu post partum 21.043 orang di dapatkan
data bahwa 68% ibu post partum melakukan pantng makan dan 23% ibu nifas tidak
melakukan pantang makan. Tingginya angka pantang makanan yang dilakukan oleh
ibu nifas menjadi penyebab lamanya penyembuhan luka akibat persalinan dan
terhambatnya proses laktasi. Data ini menunjukkan bahwa pengetahuan ibu tentang
kebutuhan gizi pada masa nifas atau menyusui kurang mengerti dengan pemenuhan gizi
4
yang baik dan seimbang. Pantangan disebabkan karena anjuran atau budaya yang
berlaku dalam keluarga. Pantangan makanan yang sering terjadi misalnya dilarang
makan daging, telur, dan ayam (53,5%), sayur sawi dan bayam (12,4%), pantang
dengan makanan yang panas (6,3%), dan pantangan terhadap ikan laut (27,8%)
internal yaitu: usia, penanganan jaringan, hipovolemia, personal hygiene; 2) faktor eksternal
penanganan petugas,dan gizi. Menurut Rukiyah dan Yulianti (2010) faktor gizi
penggantian sel-sel yang rusak atau mati. Sumber protein dapat diperoleh dari protein
hewani (ikan, udang, kerang, kepiting, daging ayam, susu, dan keju) (Rusjiyanto,
2009).
merupakan sesuatu yang diwariskan dari leluhur melalui orang tua kegenerasi
makanan yang di lakukan oleh masyarakat tidak sesuai dengan nilai gizi makanan yang
dan persepsi ibu tentang pantangan makanan dengan lama penyembuhan luka
perineum pada ibu post partum yang dilakukan pada tanggal 03 Agustus 2015 di Pustu
5
fenomena berpantang makanan masih banyak di lakukan oleh masyarakat pada masa
nifas. Masyarakat masih percaya adanya hubungan antara makan tertentu dengan
kesehatan ibu nifas serta bayi. Ibu mengalami lama penyembuhan luka perineum
selama dua minggu bahkan ada yang berbulan-bulan. Rata-rata yang melakukan
pantangan setelah melahirkan lulusan SD, SMP, dan SMA masih melakukan
pantangan makan. Hasil wawancara peneliti dengan 7 ibu post partum, hampir 100%
masih melakukan pantangan makan dengan alasan menjaga kesehatan tubuh, karena
dengan pantang makanan tubuh akan terjaga dan tidak gemuk. Ibu mengatakan
makanan yang di pantang antara lain ikan laut, ikan air tawar, ayam, telor, sayur, tidak
boleh minum banyak dalam satu hari hanya mengkonsumsi air putih 1 gelas, dan
makanan yang pedas. Ibu mengatakan hanya mengkonsumsi nasi, tempe, tahu, dan
kerupuk. Ibu boleh mengkonsumsi makanan yang di pantang setelah masa nifas
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Raven et al (2007)
di Cina masih banyak ibu post partum melakukan pantang makan, di Desa maupun di
masa depannya. Pantangan tersebut turun temurun dari nenek moyang tertua
makanan yang dingin. Pantangan untuk tingkah laku seperti menghindari pekerjaan
asupan gizi selama masa nifas. Ibu post partum 76,6% membatasi asupan air karena takut
6
adanya edema. Ibu masa nifas 68,3% mengkonsumsi sedikit makanan. Ibu post partum
50,3% melakukan diet, karena mereka meyakini bahwa dengan makan makanan yang
tidak terkontrol akan membahayakan dirinya. Ibu post partum 47% menghindari
makanan seperti ikan, daging, nasi, dan susu. Ibu post partum 62% menghindari buah-
buahan dan kacang-kacangan, semua itu makanan yang paling dihindari oleh ibu post
partum. Ibu post partum melakukan pantangan makan ini karena hidup sehat 10 tahun
yang akan datang. Ibu post partum di Makkah Al Mukkaramah meyakini satu
Dampak dari perilaku pantang makan pada ibu nifas adalah lamanya
penyembuhan luka dan bisa menyebabkan infeksi yang mengganggu pengecilan rahim
( Involusi) sehingga rahim akan tetap membesar (Sub Involusi). Infeksi yang melebar ke
rahim dapat mengakibatkan perdarahan sehingga ibu biasanya akan diberi obat-
obatan untuk membuat dinding dalam rahim berkontraksi sehingg darah dapat
dikeluarkan ( Rahmi, 2007 ). Kekurangan zat gizi pada masa nifas bisa menimbulkan
infeksi pada ibu nifas karena masa nifas memerlukan makanan bergizi untuk
2006). Komplikasi masa nifas yaitu infeksi Puerperalis, trauma Tractus Genitourinarius,
Mastitis, Trombophlebitis, abses payudara, bendungan ASI dan puting susu lecet
(Prawirohardjo, 2009).
manusia dikenalkan dengan pendidikan meski dalam bentuk sederhana oleh orang tua
dikatakan sebagai khas milik dan alat manusia, tidak ada makhluk lain yang
7
pengetahuan atau pengertian, pendapat dan konsep-konsep; (2) mengubah sikap dan
persepsi; (3) menanamkan tingkah laku atau kebiasaan yang baru (Maryono, 2011).
Berdasarkan teori diatas masih banyak ibu post partum yang belum mengerti
tentang nutrisi yang dibutuhkan post partum, tanpa melakukan pantangan makan post
partum. Kurangnya informasi tentang cara mengatasi luka perineum post partum akan
sangat penting dan sangat diperlukan untuk proses penyembuhan luka perineum. Masa
nifas diperlukan nutrisi yang bermutu tinggi dengan cukup kalori, protein, cairan serta
vitamin. Faktor nutrisi akan mempengaruhi proses penyembuhan luka jalan lahir.
Hasil studi pendahuluan dan latar belakang diatas dapat disimpulkn bahwa
sebagian besar ibu post partum khususnya di Pustu Desa Bendo masih melakukan
persepsi ibu tentang pantangan makan dengan lama penyembuhan luka perineum
pada ibu post partum di Pustu Desa Bendo Kecamatan Kapas Kabupaten
Bojonegoro’’.
Ibu post partum sebagian besar mengalami masalah dalam kesehatan reproduksinya,
salah satunya tentang infeksi pada luka perineum. Penelitian ini untuk meneliti adakah
Hubungan antara Tingkat Pendidikan dan Persepsi Ibu tentang Pantangan Makanan
dengan Lama Penyembuhan Luka Perineum pada Ibu Post Partum di Pustu Bendo.
8
b. Mengetahui persepsi ibu tentang pantangan makanan pada ibu post partum di
Pustu Bendo
c. Mengetahui lama penyembuhan luka perineum pada ibu post partum di Pustu
Bendo
penyempurnaan sistem kerja terutama dibidang perawatan luka perineum pada ibu post
partum.
2. Bagi pasien
oleh pihak kesehatan sehingga pasien termotivasi untuk sembuh dan merasa nyaman.
9
3. Bagi perawat
terhadap proses penyembuhan luka perineum post partum. Selain itu juga
penelitian ini diharapkan mampu menjadi tambahan referensi atau acuan bagi
2. bagi peneliti
perineum pada ibu nifas di Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar. Variabel yang di
gunakan dalam penelitian tersebut yaitu perilaku pantang makan sebagai variabel
independent dan lama penyembuhan luka perineum pada ibu nifas variabel
perineum pada ibu nifas di Kecamatan Srangat Kabupaten Blitar. Perbedaan pada
waktu penelitian. Variabel yang saya gunakan dalam penelitian ini adalah tingkat
independen dan lama penyembuhan luka perineum pada ibu post partum sebagai
pengetahuan teknik perawatan dengan kesembuhan luka perineum pada ibu nifas
di BPS Kota Semarang. Variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut yaitu
luka perineum pada ibu nifas sebagai variabel dependent. Kesimpulan dari
dengan kesembuhan luka perineum pada ibu nifas di BPS Kota Semarang.
dalam penelitian ini adalah Variabel, tempat dan waktu penelitian. Variabel yang
11
digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan dan persepsi ibu
penyembuhan luka perineum pada ibu post partum sebagai variabel dependent.
Tempat dan waktu penelitian yang saya gunakan dalam penelitian ini adalah di
Penelitian yang dilakukan Yuni, Andayani, Sari dkk (2014) tentang hubungan
perawatan luka perineum pada ibu nifas dengan lama penyembuhan luka jahitan
digunakan dalam penelitian tersebut yaitu perawatan luka perineum pada ibu nifas
sebagai variabel independent dan lama penyembuhan luka jahitan perineum ibu
nifas sebagai variabel dependent. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah ada
hubungan perawatan luka perineum pada ibu nifas dengan lama penyembuhan luka
jahitan perineum ibu nifas. Perbedaan pada penelitian Yuni dengan penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Variabel, tempat dan waktu penelitian.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan dan
persepsi ibu tentang pantangan makanan sebagai variabel independent dan lama
penyembuhan luka perineum pada ibu post partum sebagai variabel dependent.
Tempat dan waktu penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah di
Penelitian yang dilakukan Hayu (2013) tentang hubungan antara status nutrisi
pada ibu nifas dengan penyembuhan luka perineum di wilayah kerja Puskesmas
yaitu status nutrisi pada ibu nifas sebagai variabel independent dan penyembuhan
adalah ada hubungan antara status nutrisi pada ibu nifas dengan penyembuhan
12
luka perineum. Perbedaan pada penelitian Hayu dengan penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Variabel, tempat dan waktu penelitian. Variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan dan persepsi ibu
penyembuhan luka perineum pada ibu post partum sebagai variabel dependent.
Tempat dan waktu penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah di