Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Luka Perineum adalah luka yang di akibatkan oleh episiotomy. Episiotomy adalah

insisi dari perineum untuk memudahkan persalinan dan mencegah ruptur perineum totalis.

Tujuan episiotomi adalah untuk mencegah robekan berlebihan pada perineum, membuat

tepi luka rata agar mudah dilakukan heacting, mencegah penyakit atau tahanan pada

kepala dan infeksi, tetapi itu tidak didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang cukup.

Episiotomy tidak diperbolehkan karena ada indikasi tertentu untuk tetap dilakukan

tindakan episiotomy (Sulistyawati & Nugraheny, 2010).

Penelitian yang dilakukan oleh William, Hicks, dan Herron-Marx (2007)

menemukan bahwa wanita yang menderita trauma perineum, akan mengalami nyeri dan

oedem. Trauma perineum masalah yang paling penting dalam beberapa hari pertama

setelah kelahiran, yang akan mempunyai gejala awal yaitu penurunan mobilitas dan

penurunan kemampuan untuk melakukan aktifitas sehari-hari, kesulitan duduk akibat

dari nyeri perineum dapat menghambat inisiasi menyusui yang akan mempengaruhi

ikatan ibu dan bayi. Trauma perineum akan memperbesar adanya urinary, inkontinansia

alvi, dan disfungsi seksual. Wanita dengan trauma perineum 60% mengalami nyeri selama

hubungan seksual tiga bulan setelah kelahiran dan 30% mengalami nyeri selama enam

bulan.

Royal College of Obstricians and Gynaecologists (RCOG) (2004, dalam Chapman

2013) mengatakan bahwa kelahiran di Inggris Raya 80% terjadi trauma perineum.

Robekan perineum sebagian besar tergolong derajat dua, yang bervariasi dari robekan

kecil dan berbatas tegas sampe robekan yang panjang atau rumit. Tiga bulan pertama

1
2

post partum hampir 23% ibu mengeluhkan dispareunia, 19% mengeluhkan inkontinensia

urine dan 3-10% mengeluhkan inkontinensia alvi. Ibu post partum mengalami robekan

derajat tiga atau empat sebanyak 0,5-2,5%, dengan resiko kekambuhan 4,5% pada

kelahiran per vagina berikutnya. Teori tersebut sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Mohamed dan El-Nagger (2012) menemukan bahwa periode post

partum adalah periode selama wanita menyusui, sedangkan secara fisik dan psikologis

yaitu post partum. Episiotomi adalah sayatan melalui jaringan perineal yang dirancang

untuk memperbesar saluran vulva selama persalinan. Sekitar 33% dari wanita dengan

persalinan pervaginam memiliki luka episiotomi, dan sekitar 70% dari wanita yang

memiliki kelahiran vagina akan mengalami beberapa tingkat kerusakan perineum, karena

episiotomi memerlukan penjahitan. Kerusakan perineum dapat menyebabkan nyeri

perineum selama dua minggu setelah kelahiran, dan beberapa wanita mengalami

ketidaknyamanan selama hubungan seksual karena adanya nyeri. Studi menunjukkan

bahwa episiotomi dilakukan 97,3% dari 510 wanita primipara yang memiliki persalinan

pervaginam di Tehran.

Penelitian yang dilakukan oleh Priddis et al (2014) menemukan bahwa trauma

perineum derajat tiga dan empat tergolong derajat berat yang mengenai anus dan vagina.

Derajat empat mengalami cedera perineum melibatkan eksternal, internal dan epital dari

sfingter anal. Ibu post partum yang mengalami trauma perineum secara internasional

berkisar antara 5-10%. Wanita yang mengalami trauma perineum mempunyai gejala

dyspareunia, stres, inkontinansia urine, inkontinansia alvi, dan resiko menggembangkan

penyakit penyerta termsuk pelvice organ prolapse dan vasicovaginal fistulas.

Persalinan merupakan peristiwa keluarnya bayi, plasenta, dan selaput amnion.

Kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, 50% kematian masa nifas,

dan hampir dari 90% pada proses persalinan banyak yang mengalami robekan
3

perineum, baik dengan atau tanpa episiotomy (Ernawati, 2010). Menurut BKKBN (2013

dalam Saidah 2011) angka kematian ibu masih tinggi sebesar 228/100.000 kelahiran

hidup, sedangkan target Nasional yang harus dicapai pada tahun 2015 adalah

102/100.000 kelahiran hidup. Infeksi nifas masih berperan sebagai penyebab utama

kematian ibu terutama di Negara berkembang seperti di Indonesia. Faktor penyebab

terjadinya infeksi nifas diantaranya, daya tahan tubuh yang kurang, perawatan nifas yang

kurang baik, kurang gizi, anemia, hygiene yang kurang baik, serta kelelahan.

Menurut RCOG (2004, dalam Chapman, 2013) morbiditas maternal yang

disebabkan oleh trauma dapat menimbulkan dampak kesehatan fisik, psikologis, dan

sosial jangka panjang bagi ibu. Nyeri dan ketidaknyamanan perineum dapat

mengganggu pemberian ASI, kehidupan keluarga, dan hubungan seksual. Banyak ibu

mengalami trauma perineum ketika melahirkan. Sebagian trauma akan sembuh tanpa

intervensi, sedangkan sebagian diperlukan hecting. Petugas kesehatan berperan penting

dalam memberikan saran dan dukungan, jika perlu melakukan hecting yang dibutuhkan

atau merujuk ibu ke profesional yang lebih pakar

Berdasarkan data tahun 2008 di Indonesia dengan total ibu post partum 89%

(4.509.630 orang) dari total ibu post partum yang ada mempunyai kebiasaan pantang

makanan pada masa nifas seperti tidak boleh makan ikan laut, telur, makan sayur dan

makan makanan yang pedas (Badan Litbang Kesehatan (2009 dalam Saidah, 2011).

Data Jawa Timur tahun 2008 dengan total ibu post partum 21.043 orang di dapatkan

data bahwa 68% ibu post partum melakukan pantng makan dan 23% ibu nifas tidak

melakukan pantang makan. Tingginya angka pantang makanan yang dilakukan oleh

ibu nifas menjadi penyebab lamanya penyembuhan luka akibat persalinan dan

terhambatnya proses laktasi. Data ini menunjukkan bahwa pengetahuan ibu tentang

kebutuhan gizi pada masa nifas atau menyusui kurang mengerti dengan pemenuhan gizi
4

yang baik dan seimbang. Pantangan disebabkan karena anjuran atau budaya yang

berlaku dalam keluarga. Pantangan makanan yang sering terjadi misalnya dilarang

makan daging, telur, dan ayam (53,5%), sayur sawi dan bayam (12,4%), pantang

dengan makanan yang panas (6,3%), dan pantangan terhadap ikan laut (27,8%)

(Badan Litbang Kesehatan) 2009 dalam Saidah, 2011).

Ibu nifas yang melakukan pantangan makanan disebabkan oleh beberapa

faktor yang dapat mempengaruhi penyembuhan luka perineum diantaranya:1) faktor

internal yaitu: usia, penanganan jaringan, hipovolemia, personal hygiene; 2) faktor eksternal

yaitu: lingkungan, tradisi atau persepsi, pendidikan, sosial ekonomi, pekerjaan,

penanganan petugas,dan gizi. Menurut Rukiyah dan Yulianti (2010) faktor gizi

terutama protein sangat mempengaruhi proses penyembuhan luka karena penggantian

jaringan membutuhkan protein. Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan

penggantian sel-sel yang rusak atau mati. Sumber protein dapat diperoleh dari protein

hewani (ikan, udang, kerang, kepiting, daging ayam, susu, dan keju) (Rusjiyanto,

2009).

Pantangan makan adalah suatu larangan untuk mengkonsumsi jenis makanan

tertentu, karena terdapat ancaman bagi ibu yang melanggarnya. Pantangan

merupakan sesuatu yang diwariskan dari leluhur melalui orang tua kegenerasi

bawahnya. Pantangan menyebabkan orang tidak mengerti kapan suatu pantangan

makanan dilakukan dan penyebab melakukan pantangan tersebut. Pantangan

makanan yang di lakukan oleh masyarakat tidak sesuai dengan nilai gizi makanan yang

dibutuhkan (Baumali & Nurhikmah, 2009).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan tentang hubungan tingkat pendidikan

dan persepsi ibu tentang pantangan makanan dengan lama penyembuhan luka

perineum pada ibu post partum yang dilakukan pada tanggal 03 Agustus 2015 di Pustu
5

Bendo Kecamatan Kapas Kabupaten Bojonegoro, petugas kesehatan mengatakan

fenomena berpantang makanan masih banyak di lakukan oleh masyarakat pada masa

nifas. Masyarakat masih percaya adanya hubungan antara makan tertentu dengan

kesehatan ibu nifas serta bayi. Ibu mengalami lama penyembuhan luka perineum

selama dua minggu bahkan ada yang berbulan-bulan. Rata-rata yang melakukan

pantangan setelah melahirkan lulusan SD, SMP, dan SMA masih melakukan

pantangan makan. Hasil wawancara peneliti dengan 7 ibu post partum, hampir 100%

masih melakukan pantangan makan dengan alasan menjaga kesehatan tubuh, karena

dengan pantang makanan tubuh akan terjaga dan tidak gemuk. Ibu mengatakan

makanan yang di pantang antara lain ikan laut, ikan air tawar, ayam, telor, sayur, tidak

boleh minum banyak dalam satu hari hanya mengkonsumsi air putih 1 gelas, dan

makanan yang pedas. Ibu mengatakan hanya mengkonsumsi nasi, tempe, tahu, dan

kerupuk. Ibu boleh mengkonsumsi makanan yang di pantang setelah masa nifas

habis, itupun masih dibatasi tidak boleh banyak-banyak mengkonsumsi makanan.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Raven et al (2007)

di Cina masih banyak ibu post partum melakukan pantang makan, di Desa maupun di

Kota. Pantangan dilakukan untuk memulihkan kekuatan dan melindungi kesehatan

masa depannya. Pantangan tersebut turun temurun dari nenek moyang tertua

(Tradisional). Pantangan tersebut meliputi makanan dan tingkah laku. Pantangan

untuk mengkonsumsi makanan seperti kelebihan makanan dan menghindari

makanan yang dingin. Pantangan untuk tingkah laku seperti menghindari pekerjaan

rumah, dan membatasi pengunjung.

Penelitian yang dilakukan oleh Lamadah (2013) keyakinan tradisional post

partum masih dilakukan di Makkah Al Mukkaramah, KSA. Keyakinan itu mengenai

asupan gizi selama masa nifas. Ibu post partum 76,6% membatasi asupan air karena takut
6

adanya edema. Ibu masa nifas 68,3% mengkonsumsi sedikit makanan. Ibu post partum

50,3% melakukan diet, karena mereka meyakini bahwa dengan makan makanan yang

tidak terkontrol akan membahayakan dirinya. Ibu post partum 47% menghindari

makanan seperti ikan, daging, nasi, dan susu. Ibu post partum 62% menghindari buah-

buahan dan kacang-kacangan, semua itu makanan yang paling dihindari oleh ibu post

partum. Ibu post partum melakukan pantangan makan ini karena hidup sehat 10 tahun

yang akan datang. Ibu post partum di Makkah Al Mukkaramah meyakini satu

kepercayaan yaitu ‘’Panas-Dingin’’. Setelah melahirkan di anggap dingin karena

kehilangan darah banyak.

Dampak dari perilaku pantang makan pada ibu nifas adalah lamanya

penyembuhan luka dan bisa menyebabkan infeksi yang mengganggu pengecilan rahim

( Involusi) sehingga rahim akan tetap membesar (Sub Involusi). Infeksi yang melebar ke

rahim dapat mengakibatkan perdarahan sehingga ibu biasanya akan diberi obat-

obatan untuk membuat dinding dalam rahim berkontraksi sehingg darah dapat

dikeluarkan ( Rahmi, 2007 ). Kekurangan zat gizi pada masa nifas bisa menimbulkan

infeksi pada ibu nifas karena masa nifas memerlukan makanan bergizi untuk

memulihkan kondisi, mempercepat kesembuhan luka, dan proses laktasi (Zalilah,

2006). Komplikasi masa nifas yaitu infeksi Puerperalis, trauma Tractus Genitourinarius,

Mastitis, Trombophlebitis, abses payudara, bendungan ASI dan puting susu lecet

(Prawirohardjo, 2009).

Pendidikan merupakan salah satu usaha sadar yang dilakukan untuk

meningkatkan sumber daya manusia. Sejak dilahirkan ke dunia, hampir setiap

manusia dikenalkan dengan pendidikan meski dalam bentuk sederhana oleh orang tua

masing-masing dan melaksanakan pendidikan hingga akhir hayat. Pendidikan dapat

dikatakan sebagai khas milik dan alat manusia, tidak ada makhluk lain yang
7

memerlukan pendidikan selain manusia.Tujuan pendidikan yaitu: (1) mengubah

pengetahuan atau pengertian, pendapat dan konsep-konsep; (2) mengubah sikap dan

persepsi; (3) menanamkan tingkah laku atau kebiasaan yang baru (Maryono, 2011).

Berdasarkan teori diatas masih banyak ibu post partum yang belum mengerti

tentang nutrisi yang dibutuhkan post partum, tanpa melakukan pantangan makan post

partum. Kurangnya informasi tentang cara mengatasi luka perineum post partum akan

menimbulkan trauma dan lamanya penyembuhan luka perineum. Kebutuhan nutrisi

sangat penting dan sangat diperlukan untuk proses penyembuhan luka perineum. Masa

nifas diperlukan nutrisi yang bermutu tinggi dengan cukup kalori, protein, cairan serta

vitamin. Faktor nutrisi akan mempengaruhi proses penyembuhan luka jalan lahir.

Hasil studi pendahuluan dan latar belakang diatas dapat disimpulkn bahwa

sebagian besar ibu post partum khususnya di Pustu Desa Bendo masih melakukan

pantangan makanan. Berdasarkan study pendahuluan dan latar belakang tersebut

penulis ingin melakukan penelitian tentang ’’Hubungan tingkat pendidikan dan

persepsi ibu tentang pantangan makan dengan lama penyembuhan luka perineum

pada ibu post partum di Pustu Desa Bendo Kecamatan Kapas Kabupaten

Bojonegoro’’.

1.2 Rumusan Masalah

Ibu post partum sebagian besar mengalami masalah dalam kesehatan reproduksinya,

salah satunya tentang infeksi pada luka perineum. Penelitian ini untuk meneliti adakah

Hubungan antara Tingkat Pendidikan dan Persepsi Ibu tentang Pantangan Makanan

dengan Lama Penyembuhan Luka Perineum pada Ibu Post Partum di Pustu Bendo.
8

1.3 Tujuan Peneliti


1.3.1 Tujuan Umum
Peneliti secara umum bertujuan untuk melihat Hubungan antara Tingkat

Pendidikan dan Persepsi Ibu tentang Pantangan Makanan dengan Lama

Penyembuhan Luka Perineum pada Ibu Post Partum di Pustu Bendo.

1.3.2 Tujuan khusus

a. Mengetahui tingkat pendidikan ibu post partum di Pustu Bendo

b. Mengetahui persepsi ibu tentang pantangan makanan pada ibu post partum di

Pustu Bendo

c. Mengetahui lama penyembuhan luka perineum pada ibu post partum di Pustu

Bendo

d. Menganalisis hubungan tingkat pendidikan dengan lama penyembuhan luka

perineum pada ibu post partum di Pustu Bendo

e. Menganalisa hubungan persepsi ibu tentang pantangan makanan dengan lama

penyembuhan luka perineum pada ibu post partum di Pustu Bendo

1.4 Manfaat Peneliti


1.4.1 Manfaat Umum
1. Bagi tempat penelitian

Dapat memberikan masukan dan pertimbangan maupun informasi guna

penyempurnaan sistem kerja terutama dibidang perawatan luka perineum pada ibu post

partum.

2. Bagi pasien

Mendapatkan mutu pelayanan yang maksimal dengan informasi yang diberikan

oleh pihak kesehatan sehingga pasien termotivasi untuk sembuh dan merasa nyaman.
9

3. Bagi perawat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan perpustakaan guna

menggembangkan ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan sehingga pendidikan

nantinya akan menghasilkan tenaga keperawatan yang trampil dan profesional.

1.4.2 Manfaat khusus

1. Bagi institusi pendidikan

Dengan adanya Penelitian ini, diharapkan dapat menambah informasi dan

wawasan kepada mahasiswa keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang

khususnya, dan mahasiswa jurusan lain pada umumnya mengenali lingkup

tingkat pendidikan dan persepsi ibu tentang pantangan makanan berpengaruh

terhadap proses penyembuhan luka perineum post partum. Selain itu juga

penelitian ini diharapkan mampu menjadi tambahan referensi atau acuan bagi

peneliti yang ingin melakukan penelitian sejenis.

2. bagi peneliti

Sebagai bahan menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti dalam

bidang keperawatan terutama perawatan luka perineum, khususnya mengenai

hubungan tingkat pendidikan dan persepsi ibu tentang pantangan makanan

dengan lama penyembuhan luka perineum pada ibu post partum.


10

1.5 Keaslian Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hartiningtiyaswati (2012)

tentang hubungan perilaku pantang makan dengan lama penyembuhan luka

perineum pada ibu nifas di Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar. Variabel yang di

gunakan dalam penelitian tersebut yaitu perilaku pantang makan sebagai variabel

independent dan lama penyembuhan luka perineum pada ibu nifas variabel

dependent. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah ada hubungan yang

signifikan antara perilaku pantang makan dengan lama penyembuhan luka

perineum pada ibu nifas di Kecamatan Srangat Kabupaten Blitar. Perbedaan pada

penelitian Hartiningtiyaswati dengan penelitian ini adalah Variabel, tempat dan

waktu penelitian. Variabel yang saya gunakan dalam penelitian ini adalah tingkat

pendidikan dan persepsi ibu tentang pantangan makanan sebagai variabel

independen dan lama penyembuhan luka perineum pada ibu post partum sebagai

variabel dependen. Tempat dan waktu penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah di Pustu Bendo Kabupaten Bojonegoro tanggal 04 Januari

2016 – 12 Januari 2016.

Penelitian yang dilakukan Puspitaningtyas (2011) tentang hubungan

pengetahuan teknik perawatan dengan kesembuhan luka perineum pada ibu nifas

di BPS Kota Semarang. Variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut yaitu

pengetahuan teknik perawatan sebagai variabel independen dan kesembuhan

luka perineum pada ibu nifas sebagai variabel dependent. Kesimpulan dari

penelitian tersebut adalah ada hubungan tingkat pengetahuan teknik keperawatan

dengan kesembuhan luka perineum pada ibu nifas di BPS Kota Semarang.

Perbedaan pada penelitian Puspitaningtyas dengan penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah Variabel, tempat dan waktu penelitian. Variabel yang
11

digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan dan persepsi ibu

tentang pantangan makanan sebagai variabel independent dan lama

penyembuhan luka perineum pada ibu post partum sebagai variabel dependent.

Tempat dan waktu penelitian yang saya gunakan dalam penelitian ini adalah di

Pustu Bendo Kabupaten Bojonegoro tanggal 04 Januari 2016- 12 Januari 2016.

Penelitian yang dilakukan Yuni, Andayani, Sari dkk (2014) tentang hubungan

perawatan luka perineum pada ibu nifas dengan lama penyembuhan luka jahitan

perineum ibu nifas di Puskesmas Susukan Kabupaten Semarang. Variabel yang

digunakan dalam penelitian tersebut yaitu perawatan luka perineum pada ibu nifas

sebagai variabel independent dan lama penyembuhan luka jahitan perineum ibu

nifas sebagai variabel dependent. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah ada

hubungan perawatan luka perineum pada ibu nifas dengan lama penyembuhan luka

jahitan perineum ibu nifas. Perbedaan pada penelitian Yuni dengan penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Variabel, tempat dan waktu penelitian.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan dan

persepsi ibu tentang pantangan makanan sebagai variabel independent dan lama

penyembuhan luka perineum pada ibu post partum sebagai variabel dependent.

Tempat dan waktu penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah di

Pustu Bendo Kabupaten bojonegoro tanggal 04 Januari 2016- 12 Januari 2016.

Penelitian yang dilakukan Hayu (2013) tentang hubungan antara status nutrisi

pada ibu nifas dengan penyembuhan luka perineum di wilayah kerja Puskesmas

Cukir Kabupaten Jombang. Variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut

yaitu status nutrisi pada ibu nifas sebagai variabel independent dan penyembuhan

luka perineum sebagai variabel dependen. Kesimpulan dari penelitian tersebut

adalah ada hubungan antara status nutrisi pada ibu nifas dengan penyembuhan
12

luka perineum. Perbedaan pada penelitian Hayu dengan penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah Variabel, tempat dan waktu penelitian. Variabel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan dan persepsi ibu

tentang pantangan makanan sebagai variabel independent dan lama

penyembuhan luka perineum pada ibu post partum sebagai variabel dependent.

Tempat dan waktu penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah di

Pustu Bendo Kabupaten Bojonegoro tanggal 04 Januari 2016 – 12 Januari 2016.

You might also like