Jurnal Topikal

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 14

BAB I

PENDAHULUAN

Larutan ialah sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut, sebagai
pelarut digunakan air suling kecuali dinyatakan lain. Untuk larutan (Solutio) steril
yang digunakan sebgai obat luar harus memenuhi syarat yang tertera pada
injectiones. Di samping wadah harus mudah dikosongkan dengan cepat, besarnya
kemasan oleh lebih dari satu liter. Eliksir adalah sediaan larutan yang mempunyai
rasa dan bau yang sedap, selain obat mengandung juga zat tambahan seperti gula
atau zat pemanis lain, zat warna, zat pewangi dan zat pengawet dan digunakan
sebagai obat dalam. Sebagai pelarut utama digunak etanol yang dimaksud untuk
mempertinggi kelarutan obat. Dapat ditambahkan gliserol, propilen glikol dan
sorbitol. Sirop gula dapat digunakan sebagai pengganti gula (Anief, 2013).
Larutan topikal adalah jenis dari larutan antiseptik. Larutan antiseptik
mudah sekali dicemari oleh jasad renik yang telah resisten. Oleh karena itu air
yang digunakan harus air suling atau air yang baru dididihkan. Wadahnya harus
betul-betul bersih dan tidak menggunakan tutup gabus. Larutan antiseptik tidak
boleh digunakan dalam satu minggusejak tutup terbuka. Larutan yang digunakan
sebagai antiseptik untuk mata yang luka atau dimasukkan kedalam rongga tubuh
harus disterilkan lebih dulu. Larutan antiseptik yang steril didalam wadah tertutup
mudah dibedakan dengan wadah untuk larutan transfusi termasuk larutan infusi
(Anief, 2000).
Larutan terjadi apabila suatu zat padat bersinggungan dengan suatu cairan
maka zat padat tadi terbagi secara molekular dalam cairan tersebut. Pernyataan
kelarutan za dalam bagian tentu pelarut adalah kelarutan oada suhu 200, kecuali
dinyatakan lain menunjukkan 1 bagian bobot zat padat atau 1 bagian volume zat
cair larut dalam bagian volume tertentu pelarut. Pernyataan kelarutan zat dalam
bagian tertentu pelarut adalah kelarutan pada suhu kamar (Anief, 2013).
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu jenis obat atau lebih
dalam pelarut air suling kecuali dinyatakan lain. Untuk larutan (Solutio) steril
yang digunakan sebagi obat luar harus memenuhi syarat yang tertera pada
injectiones (Anief, 2000).
1.1 Prinsip Percobaan
Povidon iodine merupakan bahan organikk berbahan aktif polivinil
pirolidon yang larut dalam air. Povidon iodine dapat digunakan sebagai
pertolongan pertama pada luka kecil, luka gores, luka bakar, abrasi, dan lecet.
Povidon iodine sepenuhnya larut dalam air dan etanol. Tingkat kestabilannya
dalam larutan jauh lebih tinggi dibandingkan tinktur iodine dan larutan Lugol.

1.2 Tujuan Percobaan


 Untuk mengetahui pemerian dari larutan Povidon iodine
 Untuk mengetahui kadar pH dari larutan topikal Povidon Iodium 10%
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Larutan ialah sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut, sebagai
pelarut digunakan air suling kecuali dinyatakan lain. Untuk larutan (Solutio) steril
yang digunakan sebgai obat luar harus memenuhi syarat yang tertera pada
injectiones. Di samping wadah harus mudah dikosongkan dengan cepat, besarnya
kemasan oleh lebih dari satu liter. Sebagai pelarut utama digunakan etanol yang
dimaksud untuk mempertinggi kelarutan obat (Anief, 2013).
Larutan terjadi apabila suatu zat padat bersinggungan dengan suatu cairan
maka zat padat tadi terbagi secara molekular dalam cairan tersebut. Pernyataan
kelarutan za dalam bagian tentu pelarut adalah kelarutan oada suhu 200, kecuali
dinyatakan lain menunjukkan 1 bagian bobot zat padat atau 1 bagian volume zat
cair larut dalam bagian volume tertentu pelarut. Pernyataan kelarutan zat dalam
bagian tertentu pelarut adalah kelarutan pada suhu kamar (Anief, 2013).
Penggolongan larutan dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Larutan mikromolekuler, adalah suatu larutan yang mengandung
keseluruhannya mikro unit yang terdiri baik sebagai molekul ion, seperti
alkohol, sukrosa, gliserin, ion natrium dan ion klorida dengan ukuran
partikel 1-10 A0
2. Larutan miseler, adalah solut terdiri dari agregat (misel) dari solat
molekul atau ion. Solut adalah zat yang terlarut. Sifat-sifat larutan secara
penglihatan seperti kejernihan dan kekentalan adalah sama dengan larutan
mikromolekul, tetapi nilai ukuran fisika seperti tekanan uap, tekan
osmosis, hantaran listrik menunjukkan perbedaan nyata dibanding nilai
larutan mikromolekuler. Misel adalah agregat polimolekuler atau polionik
yang dapat mencapai jarak ukuran partikel koloidal.
3. Larutan makromolekuler, adalah sistem dimana solutnya merupakan
dispersi molekuler seperti pada larutan mikro-molekuler. Perbedaannya
hanya satu aspek yang penting, yaitu BM dan ukuran dari makromolekul
adalah besar sehingga sistem mempunyai sifat-sifat yang unik. Sebagai
contoh adalah larutan PGA, CMC, Albumin, DNA dan Polivinil
pirolidon. Larutan tersebut dikenal sebagai monofasik. Bila komponen-
komponen terdiri dari cairan, istilah yang digunakan adalah dapat campur
bukan dapat larut. Bila suatu zat A dilarutkan dalam air atau pelarut lain
akan terjadi bermacam-macam tipe larutan sebagai berikut:
a) Larutan Encer, yaitu jumlah zat A yang terlarut kecil
b) Larutan Pekat, yaitu larutan yang mengandung fraksi yang besar dari
zat A
c) Larutan jenuh, yaitu larutan yang mengandung jumlah maksimal zat
A yang dapat larut dalam air pada tekanan dan suhu tertentu.
d) Larutan kelewat jenuh, yaitu larutan yang mengandung jumlah zat A
terlarut melebihi batas kelarutannya didalam air pada suhu kamar
tertentu (Jas, 2007).
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu jenis obat atau lebih
dalam pelarut air suling kecuali dinyatakan lain, dimaksudkan untuk digunakan
sebagai obat dalam, obat luar atau untuk dimasukkan kedalam rongga tubuh.
Untuk larutan (Solutio) steril yang digunakan sebagi obat luar harus memenuhi
syarat yang tertera pada injectiones (Anief, 2000).
Sesuai dengan penggunaan, laruta dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Larutan steril
2. Larutan tak steril
3. Larutan antiseptika
Kadang-kadang dibedakan namanya, tapi tidak ada perbedaan prinsip dalam
pengertian, bila yang terlarut adalah hanya satu jenis obat yang dilarutkan
disebut mixtura, sebagai contoh: Solutio Citratis, Magnesici dan Mixtura
Brometorum (Anief, 2000).
1. Larutan steril meliputi:
- Larutan untuk penggunaan luar sebagai pengobatan luka atau kulit
terbuka
- Larutan iritasi kandung kemih
- Larutan intraperitoneum
Baik alat maupun larutannya disterilkan dalam wadah yang steril
2. Larutan tidak steril
- Larutan obat dalam, baik larutan yang langsung diminum atau yang
harus diramu terlebih dahulu
- Larutan obat untuk kulit utuh
- Larutan homodialisa
Pada pembuatan larutan supaya dihindari sedapat mungkin adanya
kontaminasi oleh bakteri dan jasad renik yang lain
3. Larutan antiseptik, mudah sekali dicemari oleh jasad renik yang telah
resisten. Oleh karena itu air yang digunakan harus air suling atau air yang
baru dididihkan. Wadahnya harus betul-betul bersih dan tidak
menggunakan tutup gabus. Larutan antiseptik tidak boleh digunakan
dalam satu minggusejak tutup terbuka. Larutan yang digunakan sebagai
antiseptik untuk mata yang luka atau dimasukkan kedalam rongga tubuh
harus disterilkan lebih dulu (Anief, 2000).
Menurut FI IV, solutiones atau larutan adalah sediaan cair yang mengundang satu
atau lebih zat kimia terlarut.
Larutan terjadi jika sebuah bahan padat tercampur atau terlarut secara
kimia maupun fisika ke dalam bahan cair. Larutan dapat digolongkan menjadi
larutan langsung (direct) dan larutan tidak langsung (indirect) (Syamsuni, 2006).
Larutan langsung adalah larutan yang terjadi karena semata-mata
peristiwa fisika, bukan peristiwa kimia. Misalnya, NaCl dilarutkan ke dalam air
atau KBr dilarutkan ke dalam air, jika pelarutnya (air) diuapkan, maka NaCl atau
KBr akan diperoleh kembali (Syamsuni, 2006).
Larutan tidak langsung adalah larutan yang terjadi semata-mata karena
peristiwa kimia, bukan peristiwa fisika. Misalnya, jika Zn ditambahkan H2SO4
maka akan terjadi reaksi kimia manjadi larutan ZnSO4 yang tidak dapat kembali
menjadi Zn dan H2SO4 (Syamsuni, 2006).
Suatu larutan yang memiliki banyak definisi dan kegunaan yang berbeda –
beda dapat pula digolongkan menjadi, yaitu larutan mikromolekuler, miseler, dan
makromolekuler (Syamsuni, 2006).
Larutan miseler adalah suatu larutan yang mengandung bahan padat
terlarut berupa agregat (misel) baik dalam bentuk molekul atau ion. Jadi, larutan
miseler dapat dianggap sebagai larutan perserikatan koloid (Syamsuni, 2006).
Larutan makromoleuler adalah larutan yang mengandung bahan padat
terlarut berupa larutan mikromolekuler, tetapi ukuran molekul atau ionnya lebih
besar dari mikromolekuler, misalnya larutan PGA, larutan CMC, larutan albumin,
dan larutan polivinil pirolidon (Syamsuni, 2006).
Jika suatu zat A dilarutkan ke dalam air atau pelarut lan, akan terjadi
bermacam-macam tipe larutan sebagai berikut.
1. Larutan encer, yaitu jumlah zat A yang terlarut kecil.
2. Larutan pekat, yaitu larutan yang mengandung fraksi zat A yang besar.
3. Larutan jenuh (saturated), adalah larutan yang mengandung sejumlah
maksimul zat A yang dapat larut dalam air pada suhu dan tekanan tertentu.
4. Larutan lewat jenuh (supersaturated), adalah larutan yang mengandung
sejumlah zat A yang terlarut melebihi batas maksimum kelarutannya
didalam air pada suhu dan tekanan tertentu (FI IV: semua pengukuran
dilakukan pada suhu 25C).
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Larutan
Interaksi dapat terjadi antara pelarut dengan pelarut, pelarut dengan zat
terlarut, dan zat terlarut dengan zat terlarut. Nilai atau deskripsi kualitatatif
bebarapa parameter fisika-kimia zat terlarut dan pelarut dapat membantu
memberikan gambaran mengenai kelarutan suatu obat (Syamsuni, 2006).
Beberapa faktor yang memengaruhi kelarutan adalah sebagai berikut.
Sifat Polaritas Zat Terlarut Dan Pelarut
Aturan yang terkenal, yakni like dissolves like, diperoleh berdasarkan
pengamatan bahwa molekul-molekul dengan distribusi muatan yang sama dapat
larut secara timbal-balik, yaitu molekul polar akan larut dalam media yang serupa
yaitu polar, sedangkan molekul nonpolar akan larut dalam media nonpolar.
Konsep polaritas ini kurang jelas jika diterapkan pada zat yang kelarutannya
rendah karena terbentuk misel atau agregat dan berbentuk hidrat padat (Syamsuni,
2006).
Co-Solvency
Campuran pelarut untuk melarutkan zat tertentu banyak digunakan untuk
membuat larutan obat. Co-Solvency dapat dipandang sebagai modifikasi polaritas
sistem pelarut terhadap zat terlarut atau terbentuknya pelarut baru yang terjadinya
interaksi antar masing-masing individu pelarut dalam sistem campuran tidak
mudah diduga (Syamsuni, 2006).
Sifat Kelarutan
Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut, sedangkan zat yang
sukar larut memerlukan banyak pelarut. Kelarutan zat anorganik yang digunakan
dalam farmasi umumnya adalah :
a) Dapat larut dalam air.
Semua garam klorida larut, kecuali AgCl, PbCl2, HgCl2 semua garam
nitrat larut, kecuali nitrat basa seperti bismut subnitrai. Semua garam sulfat
larut, kecuali BaSO4, PbSo4, CaSO4 (sedikit larut).
b) Tidak larut dalam air.
Semua garam karbonat tidak larut dalam air, kecuali K2CO3, Na2CO3,
(NH4)2CO3. Semua oksida dan hidroksida tidak larut dalam air, kecuali KOH,
NaOH, NH4OH, BaO dan Ba(OH)2. Semua garam fosfat tidak larut dalam air,
kecuali K3PO4, Na3PO4, (NH4)3PO4.
Temperatur
Beberapa zat padat umumnya bertambah larut jika temperaturnya
dinaikkan, dan dikatakan zat itu bersifat eksoterm. Pada beberapa zat lain,
kenaikan temperatur justru menyebabkan zat itu tidak larut, zat ini dikatakan
bersifat endoterm.
Salting Out
Peristiwa pengendapan zat terlarut (biasanya zat organik) disebabkan oleh
penambahan jumlah besar garam yang sangat mudah larut pada larutan air dari
senyawa organik. Peristiwa ini merupakan kompetisi antara garam dan senyawa
organik terhadap molekul pelarut yaitu air
Salting In
Ialah peristiwa bertambahnya kelarutan dari suatu senyawa organik
dengan penambahan suatu garam dalam larutannya. Sebagai contoh adalah
globulin tidak larut dalam air tetapi dapat larut dalam larutan garam encer dalam
air.
OBAT LUKA
 Luka jangan dibalut dengan ka-pasatau benda lain yang berbulu
 Hindarkan batu, bersin di depan luka.
Luka adalah suatu cedera pada kulit dimana kontinuitas atau keutuhan jaringan
terputus sebagian atau seluruhnya.
Macam-macam luka:
- Luka gigit
- Luka lecet/gores
- Luka iris
- Luka tusuk
- Luka bacok
- Luka memar
- Luka bakar
Penanggulangan
Terapi non-obat:
- Luka kecil yang tidak perlu perawatan medis, dibersihkan (dicuci dengan
sabun dan dibilas dengan air bersih) dan dobati dengan antiseptik untuk
mencegah infeksi.
- Apabila luka banyak mengeluarkan darah, maka tekan luka untuk
menghentikan perdarahan dan segera dibawa ke dokter atau unit pelayanan
kesehatan.
- Luka tusuk atau luka yang dalam, luka gigit karena binatang misalnya
anjing, ular, sebaiknya dibawa ke dokter atau unit pelayanan kesehatan.
Terapi obat:
Pediaan antiseptik yang sering digunakan mengandung povidon iodum.
ZAT BERKHASIAT OBAT LUKA
Povidon Iodum
Kegunaan :
Sebagai obat luar untuk pengobatan pertama dan mencegah timbulnya
infeksi pada luka yang baru terjadi.
Tidak boleh digunakan pada :
 Bayi baru lahir dan bayi dengan berat badan lebih kecil dari 1500 g
(khusus untuk bentuk sediaan cairan).
 Hal yang perlu diperhatikan :
 Tidak boleh digunakan lebih dari 2 minggu
Aturan pemakaian :
Dioleskan beberapa kali dalam sehari.
OBAT LUKA BAKAR
Penderita segera dibawa ke rumah sakit bila terjadi hal-hal sebagi berikut :
 Luka bakar pada wajah, leher dan alat kelamin.
 Luka bakar tingkat III dan IV
 Kalau penderita pingsan.
 Luka bakar karena zat kimia dan listrik.
 Menghisap uap panas.
Luka bakar adalah kerusakan pada kulit yang disebabkan oleh kontak dengan
panas (api, benda panas), zat kimia dan listrik.
Tingkat kerusakan kulit tergantung pada tempat, luas daerah dan tebal lapisan
kulit atau jaringan yang terkena.
Penanggulangan
Terapi non-obat :
 Umum :
Beri kompres dingin dengan es atau direndam dalam air dengan. Hal ini
harus dilakukan segera setelah kejadian.
Pakaian dibuka kecuali bila melekat pada luka bakar.
Luka bakar tingkat I tidak memerlukan pembalutan atau pengobatan, rasa
yari dapat dikurangi dengan pemberian emolien seperti vaseline.
Luka bakar tingkat II dapat diberi kompres dengan larutan garam pekat.
Dapat diberi pembalut.
Hal yang perlu diperhatikan :
 Kulit yang melepuh jangan dipecahkan.
 Bila lepuh pecah sendiri kulit jangan diangkat supaya tidak terjadi
infeksi.
Terapi obat :
Luka bakar yang dapat diobati sendiri adalah luka bakar yang ringan dan tidak
mengenai bagian tubuh yang luas.
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Formula
R/ Povidon Iodine 10
Aqua ad 100
m.f. Solutio
s.u.e
#
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat-alat
 Batang pengaduk
 Beaker glass
 Cawan porselin
 Gelas ukur
 Pipet tetes
 Serbet
 Timbangan Miligram dan Gram
 Tisu

3.2.2 Bahan-bahan
 Aqua
 Povidon Iodine

3.3 Prosedur Kerja


 Disiapkan alat dan bahan.
 Ditara botol.
 Ditimbang 10 gram Povidon Iodine di cawan porselin, lalu dimasukkan ke
dalam botol.
 Dimasukkan aquadest sedikit demi sedikit ke dalam botol sambil ditara
hingga 100 gr.
 Dihomogenkan dengan cara dikocok.
 Diberi etiket.
3.4 Evaluasi
 Uji pH
Sediaan larutan topikal diukur pHnya dengan menggunakan pH universal
yaitu kertas pH indikator universal. pH pada sediaan larutan topikal sebaiknya
didapar pada pH 7 agar tidak terjadi peruraian.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Hasil Sediaan
 Warna sediaan obat : Coklat kekuningan
 Derajat Keasaman (pH) obat :4
4.1.2 Hasil Evaluasi
 Uji pH
Hasil evaluasi pH dari sediaan eliksir menunjukkan bahwa pH = 4.

4.2 Pembahasan
Pada percobaan pembuatan larutan topikal Povidon Iodine digunakan air
sebagai pelarut. Hal ini dilakukan karena Povidon Iodine larut dalam air dan
etanol.
Untuk pengujian sediaan dilakukan dengan pH. Didapatkan uji evaluasi
pH dengan pH 4. Berdasarkan teori, pH sediaan larutan topikal Povidon Iodine
adalah 7. Jadi, sediaan larutan topikal tidak memenuhi syarat.
Ketidaksesuaian pH hasil praktikum dengan pH teoritis dapat terjadi
karena ketidakseimbangan zat dalam bahan Povidon iodine karena bahan tersebut
sudah melewati tanggal kadaluarsanya.
Povidon Iodine adalah senyawa kompleks dari iodium dengan povidon.
Mengandung tidak kurang dari 9,0% dan tidak lebih dari 12,0% iodium dihitung
terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemerian povidon iodine adalah amorf,
coklat kekunigan, sedikit berbau khas, dan larutan bereaksi asam terhadap kertas
lakmus (Depkes RI, 1995).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
- Pemerian povidon iodine adalah amorf, coklat kekunigan, sedikit berbau
khas, dan larutan bereaksi asam terhadap kertas lakmus.
- pH larutan povidon iodine yang didapatkan adalah 4.

5.2 Saran
- Sebaiknya pada percobaan berikutnya membuat larutan povidon iodine
menggunakan larutan NaCl 0,9% sebagai pelarut utama.
- Sebaiknya pada percobaan berikutnya menggunakan uji evaluasi yang lain,
misalnya uji viskositas.
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H.C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : Universitas


Indonesia Press.

Anief, M. (2010). Penggolongan Obat Berdasarkan Khasiat dan Penggunaan.


Bandung : Gadjah Mada University Press.

Jas, A. (2004). Perihal Obat Dengan Berbagai Bentuk Sediaannya. Medan :


Universitas Sumatera Utara Press.

Syamsumi, H.A. (2007). Ilmu Resep. Jakarta : EGC.

Ditjen POM. (1997). Kompendia Obat Bebas. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Reddish, G.F. (1954). Antiseptics, Desinfectants, Fungicides and Chemical and


Physical Sterilization. Philadelphia : Lea & Febiger.

You might also like