Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 14

MAKALAH

TREPONEMA PALLIDUM

ditujukan untuk memenuhi Mata Kuliah Bakteriologi 3

Disusun Oleh:

Dian Ramadanty 3116015


Krismonika Sihombing 3116039
Siti Juhriah 3116073
Erfin Febrianti 3116077
Leona Grifit 3116092

DIII Analis Kesehatan A

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Rajawali

Bandung
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Kuasa,


karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, makalah yang berjudul
“Treponema Pallidum” dapat kami selesaikan.

Penyusunan makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang


morfologi dan fisiologi bakteri Treponema Pallidum, struktur antigen dari
treponema pallidum, pathogenesis dan gejala klinisnya, epidemiologi,
pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk diagnosis penyakitnya,
serta bagaimana pencegahan dan pengobatan untuk penyakit yang disebabkan
bakteri Treponema Pallidum.

Demikian, makalah ini kami hadirkan dengan segala kelebihan dan


kekurangan. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
makalah ini, sangat kami harapkan. Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat dan pengetahuan bagi pembaca.

Bandung, 20 Mei 2018


Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................ i


Daftar Isi......................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................
1.3 Tujuan ........................................................................................................
1.4 Manfaat ......................................................................................................
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Klasifikasi .................................................................................................
2.2 Morfologi Dan Fisiologi ...........................................................................
2.3 Struktur Antigen ........................................................................................
2.4 Patogenesis Dan Gejala Klinisnya ............................................................
2.5 Epidemiologi .............................................................................................
2.6 Pemeriksaan Laboratorium ........................................................................
2.7 Pencegahan Dan Pengobatan ....................................................................
BAB 3 PENUTUP
3.1 Simpulan ....................................................................................................
3.2 Saran ...........................................................................................................
Daftar Pustaka ............................................................................................... iii
Lampiran
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Treponema pallidum pallidum merupakan spirochaeta yang bersifat motile


yang umumnya menginfeksi melalui kontak seksual langsung, masuk ke
dalam tubuh inang melalui celah di antara sel epitel. Organisme ini juga dapat
ditularkan kepada janin melalui jalur transplasental selama masa-masa akhir
kehamilan. Struktur tubuhnya yang berupa heliks memungkinkan Treponema
pallidum pallidum bergerak dengan pola gerakan yang khas untuk bergerak di
dalam medium kental seperti lender (mucus). Dengan demikian organisme ini
dapat mengakses sampai ke sistem peredaran darah dan getah bening inang
melalui jaringan dan membran mucosa.
Treponema ini dapat menyebabkan penyakit sifilis yang
merupakan penyakit kelamin ditularkan melalui hubungan kelamin atau
melalui sentuhan terhadap luka-luka kulit penderita. Jika yang mengidap
penyakit ini adalah wanita hamil, janin akan dapat tertular, sifilis ada 3
tingkatan yaitu sifilis tingkat dini ditandai dengan timbul lesi pada tempat
masuknya Treponema pallidum, sifilis tingkat kedua ditandai dengan nyeri
kepala, demam, anoreksia, nyeri pada tulang, dan leher. Sifilis tingkat ketiga
ditandai dengan Guma yang timbul pada semua jaringan dan organ, termasuk
tulang rawan pada hidung dan dasar mulut. Sifilis tersier ditandai dengan
kematian.
Pengobatan dilakukan dengan antibiotik penisilin, untuk pemantauan
serologik dilakukan pada bulan 1, 2, 4, dan 12 tahun pertama dan setiap 6
bulan pada tahun kedua. Jika penderita yang tidak tahan dapat diganti dengan
tetrasiklin atau eritromisin.
1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana klasiikasi, morfologi serta fisiologi dan juga struktur


Antigen dari Treponema Pallidum ?
1.2.2 Bagaimana pathogenesis bakteri Treponema Pallidum dalam
menginfeksi sel inangnya serta apa gejala klinis yang
ditimbulkannya ?
1.2.3 Seperti apa Epidemiologi dari Bakteri Treponema Pallidum ?
1.2.4 Apa saja pemeriksaan Laboratorium yang dapat dilakukan untuk
mendiagnosis penyakit yang disebabkan Treponema Pallidum ?
1.2.5 Bagaimana pencegahan dan pengobatan yang dapat dilakukan ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Dapat mengetahui klasiikasi, morfologi serta fisiologi dan juga


struktur Antigen dari Treponema Pallidum
1.3.2 Dapat mempelajari pathogenesis bakteri Treponema Pallidum dalam
menginfeksi sel inangnya serta apa gejala klinis yang
ditimbulkannya
1.3.3 Mengetahui Epidemiologi Bakteri Treponema Pallidum
1.3.4 Mengetahui apa saja Pemeriksaan Laboratorium yang dapat
dilakukan untuk mendiagnosis penyakit yang disebabkan Treponema
Pallidum
1.3.5 Dapat mengetahui pencegahan dan pengobatan yang dapat dilakukan
BAB 2

ISI

2.1 klasifikasi

Kingdom : Eubacteria

Phylum : Spirochaetes

Class : Spirochaetes

Ordo : Spirochaetales

Familia : Treponemataceae

Genus : Treponema

Spesies : Treponema pallidum

2.2 Morfologi dan Fisiologi

Treponema pallidum adalah bakteri yang berbentuk spiral halus


dan berukuran panjang 5-15 mikron dan garis tengah 0,009-0,5 mikron.
Setiap lekukan gelombang berjarak 1 mikron dan setiap bakteri rata-rata
terdiri atas 8-14 gelombang. Bakteri ini bergerak sangat aktif karena
bentuk spiralnya yang halus sehingga hanya dapat terlihat dengan
mikroskop medan gelap atau teknik imunoflourosensi. Treponema
pallidum sukar diwarnai dengan zat warna aniline,tetapi dapat mereduksi
perak nitrat menjadi logam perak yang melekat pada permukaan bakteri.

Treponema pallidum mempunyai membrane luar atau selubung


yang disebut periplasenta. Selubung ini melindungi komponen-komponen
sel (secara keseluruhan disebut dengan silinder protoplasma). Suatu
filament aksial yang terdiri atas 3-6 fibril terletak diantara periplasma dan
silinder protoplasma.
Bakteri berkembang biak dengan pembelahan melintang. Akan
tetapi, bakteri yang pathogen pada manusia belum pernah dapat dibiakkan
pada media perbenihan biasa, perbenihan jaringan, ataupun telur bertunas.
Galur reiter yang berhasil ditanam secara anaerob in vitro diduga hanya
merupakan bakteri saprofit yang secara morfologis serupa dengan
trepoema pallidum. Galur ini memerlukaan media pertumbuhan yang
mengandung 11 macam asam amino, vitamin, garam, mieral, dan serum
albumin. Galur-galur treponema pallidum non-virulen, seperti galur reiter
dan noguchi, telah berhasil dibiakan secara in vitro dan menjadi sumber
antigen untuk identifikasi dan pemeriksaan laboratorium.

Dalam keadaan anaerob pada suhu 25◦C treponema pallidum dapat


tetap hidup dan bergerak aktif 4-7 hari jika disimpan dalam perbenihan
cair yang mengandung albumin, natrium karbonat, piruvat, sistein dan
ultrafiltrat serum sapi. Bakteri tetap dapat bertahan hidup paling sedikit 24
jam dalam darah segar atau plasma yang disimpan pada suhu 4◦C.
Kenyataan ini harus diperhatikan jika akan melakukan transfuse darah.
Satu galur treponema dapat dibiakkan dalam testis kelinci. Yaitu galur
Nichols. Treponema pallidum cepat mati dalam keadaan kering dan suhu
42◦C. kondisi ini dimanfaatkan dalam terapi demam untuk penyakit sifilis.
Arsen, air raksa, dan bismut dapat menyebabkan imobilisasi dan kematian
bakteri penyebab penyakit sifilis. Efek tersebut dapat dipercepat dalam
suhu tinggi. Sebaliknya, bakteri dapat kembali jika diberikan zat yang
mengandung gugus –SH, misalnya sistein.

2.2 Struktur Antigen

Treponema pallidum mempunyai 3 jenis antigen, yaitu protein


yang tidak tahan panas, polisakarida yang tahan panas, dan antigen lipoid
yang serupa dengan senyawa yang terdapat dalam kardiolipin.

Permukaan bakteri treponema pallidum mengandung asam sialat


yang berfungsi untuk menghambat jalur aktivasi jalur komplemen
alternative dan hialuronidase yang dapat menguraikan asam hialuronat
sehingga dapat meningkatkan kemampuan invasi bakteri ini.

Antigen treponema pallidum yang khas adalah antigen yang dapat


ditentukan dengan uji imobilisasi (treponema pallidum immobilization
test, TPI). Uji ini merupakan suatu reaksi yang memelukan adanya
komplemen dan inkubasi dalam suasana anaerob selama 18 jam pada suhu
35◦C. Hasil uji dinyatakan positif jika bakteri ini tidak bergerak lagi, yang
berarti telah mati. Uji ini dapat membedakan antara bakteri penyebab
penyakit sifilisdan bakteri penyebab teponematosis lainnya.

2.3 Patogenesis dan gejala penyakit

Treponema pallidum masuk kedalam tubuh penderita saat


melakukan hubungan seksual melalui luka-luka goresan yang amat kecil pda
epitel, dengan menembus selaput lendir utuh, atau kemungkinan melalui
kulit yang utuh lewat kantung rambut. Masa inkubasi bakteri ini 10-90 hari
dengan rata-rata selama 21 hari setelah infeksi.

Infeksi treponema pallidum menyebabkan penyakit sifilis.


Walaupun penyebaran bakteri ini tidak seluas penyakit kelamin lain,
kerusakan organ yang diakibatkan infeksi ini sangat berat dan dapat
mempengaruhi seluruh organ tubuh.

Pada dasarnya, dikenal dua macam sifilis, yaitu sifilis akuista dan sifilis
kongenital. Sifilis akuista adalah sifilis yang didapatkan melalui hubungan
seksual, sedangkan sifilis congenital adalah sifilis yng ditularkan dari ibu
pengidap penyakit sifilis ke bayi yang dillahirkan. Perjalanan penyakit ini
terdiri atas beberapa stadium. Yaitu :

1. Stadium primer
Kondisi ini ditandai dengan muculnya bisul kecil keras pada lokasi
infeksi, biasanya pada ujung batang pelir pria atau pada leher rahim atau
vagina wanita. Bisul ini tidak gatal ataupun sakit.
Sifilis primer dapat berkembang tapa dietahui. Pada stadium ini, bakteri
menyerang kelenjar getah bening sehingga menyebabkan pembesaran dan
mengeras. Setelah 3-5 minggu, bisul akan sembuh dan penyakit ini tampak
menunjukkan adanya gejala dari luar. Akan tetapi, selama kurun waktu
tersebut, bakteri dapat disebarkan lewat aliran darah ke seluruh tubuh.
2. Stadium sekunder
Stadium ini didahului adanya ruam yang timbul setiap saat pada 2-
12 minggu setelah hilangnya pembengkakan, yang menyebabkan
limfadenopati. Gejala sifilis sangat mirip dengan penyakit menular yang
lain. Selain ruam, gejala lainnya adalah radang teggorokan, pembengkakan
kelenjar getah bening, demam, lesu, pusing, dan kadang kala disertai dengan
sebagian rambut rontok. Luka patogenik terjadi pada selaput lendir, mata,
dan system saraf pusat. Lulka-luka ini penuh dengan bakteri treponema.
Stadium ini hanya berlangsung beberapa minggu. Gejala-gejala
stadium sekunder, termasuk luka patogenik akan hilang tanpa pengobatan.
Bila berlangsung selam 2 tahun, seorang penderita sifilis pada stadium
primer dan sekunder dapat menularkan penyakitnya kepada orang lain.
3. Stadium laten
Pada tahap ini, sifilis tidak menimbulkan gejala yang jelas. Stadium
ini dapat berlangsung selama berbulan-bulan, bertahun-tahun, dan bahkan
seumur hidup. Stadium ini dapat dketahui dengan pemeriksaan darah pada
penderita. 4 tahun pertama stadium laten disebut dengan fase laten dini.
Periode sesudahnya disebut fase laten lanjut. Pada fase laten lanjut, tidak
ada tanda-tanda sifilis aktif, tetapi haisl pemriksaan serologik menunjukkan
hasil positif.
4. Stadium lanjut
Stadium dialami oleh sekitar 30% penderita yang tidak mendapatkan
pengobatan dan biasanya terjadi 5-40 tahun kemudian. Luka-luka patogenik
terjadi pada system saraf pusat, system pembuluh darah jantung, kulit, dan
organ-organ vitallain, seperti mata, otak, tulang, ginjal, dan hati. Luka-luka
ini disebut gumata, yang kemudian pecah menjadi borok. Penderita dapat
terserang kejiwaan, kebutaan, atau penyakit jantung.
2.4 Epidemiologi

Sejak tahun 1962, kasus sifilis di amerika serikat yang dilaporkan


bertambah setiap tahun sekurang-kuranngnya 4,7%. Seperti halnya
gonorrhea, jumlah sifilis dini (fase primer, sekunder, dan laten dini )yang
dilaporkan tidak menunjukkan angka yang sebenarnya karena kebanyakan
kasus tidak dilaporkan.

2.5 Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium dilakukan melalui pemriksaan darah


secara serologi atau pemeriksaan bakeri dengan mikroskop medan gelap.
Pengamatan produk luka dengan mikroskop medan gelap untuk
mengetahui morfologi dan gerak bakteri treponema pallidum merupakan
cara standar untuk memastikan diagnosis sifilis primer. Gerak bakteri
dalam preparat segar berupa bahan yang diambil dari jaringan di tempat
lesi pda tubuh penderita, tanpa pewarnaan, dapat dilihat dengan
menggunakan mikroskop medan gelap. Uji serologi biasanya dilakukan
untuk mengukur titer antibody terhadap treponema yang terkandung
didalam darah penderita.

Uji reagin (nontreponemal antigen test)

Reagin dapat ditemukan dalam serum penderita sifilis yang belum


mendapatkan pengobatan, yaitu 2-3 minggu setelah terinfeksi. Dalam
cairan serebrospinal, ditemukan 4-8 minggu setelah infeksi. Contoh uji ini
adalah uji flokulasi dan uji pengikatan komplemen.

1. Uji flokulasi : uji ini berdasarkan flokulasi partikel antigen yang


berupa lipid dalam beberapa menit setelah dikocok dengan reagin. Uji
flokulasi semula positif akan berubah menjadi negative setelah 6-24 bulan
setelah pengobatanyang efektif pada sifilis stadium laten dini. Contoh uji
flokulasi uji VDRL, Uji RPR.
2. Uji pengikatan komplemen : uji ini berdasarkan kemampuan
serum yang mengandung reagin mengikat komplemen jika terdapat
kordiolipin sebagai antigen. Contoh uji WR (Wassermann reaction). Uji
WR ini menggunakan sel darah merah domba sebagai indikator. Hasil uji
positif apabla tidak terjadi hemolisis, sebaliknya hasil negative jika terjadi
hemolisis.

Uji antibody treponema

Antigen yang digunakan utuk uji ini adalah bakteri treponema yang
masih hidup, telah dimatikan, atau salahsatu fraksi treponema. Hasil uji ini
diharapkan lebih spesifik. Beberapa contoh uji antibody treponema;

1. Uji fluresensi antibody treponema


Uji ini sangat spesifik dan sensitive terhadap antibody
treponema. Bakteri treponema yang telah dimatikan direaksikan
dengan serum penderita dan gamma globulin yang telah dilabel.
Bakteri akan terlihat berflouresensi jika terkena sinar ultraviolet.
Uji akan menunjukkan hasil positif pada stadium laten dini dan
biasanya tetap positif sampai beberapa tahun setelah pengobatan
yang efektif. Oleh karena itu, hasil uji ini tidak dapat digunakan
untuk menilai efektivitas pengobatan. Kandungan IgM dalam darah
bayi yang baru lahir dapat membuktikan terjadinyainfeksi didalam
uterus(sifilis congenital). Hasil akan negative apabila ibu terkena
sifilis pada bulan-bulan terakhir kehamilan. Hasil uji positif palsu
dapat terjadi jika IgM yang dibentuk oleh tubuh bayi dideteksi
sebagai infeksi sifilis.
2. Uji imobilisasi
Uji ini menggunakan treponema yang masih bergerak aktif
sebagai antigen. Dalam serum penderita sifilis yang ditambahkan
komplemen, bakteri yang semulaa masih dapat bergerak aktif akan
mngalami imobilisasi. Peristiwa imobilisasi relative lambat,
memerlukan waktu peremajaan selama 18 jam.
3. Uji pengikatan komplemen
Menggunakan antigen yang berasal dari fraksi protein
bakteri treponema pallidum galur reiter, contohnya uji RPCF
(Reiter protein complement fixation). Hasil positif palsu dapat
terjadi apbila fraksi protein tersebut kurang murni, misalnya
mengandung lipopolisakarida.
4. Uji hemaglutinasi pasif
Menggunakan sel darah merah domba yang telah diolah
dengan treponema pallidum. Hasil uji positif apabila terjadi
aglutinasi sel darah merah domba tersebut.

2.6 Pencegahan Dan Pengobatan

Belum ada vaksin yang dapat dikembangkan untuk penyakit sifilis


sehingga upaya pencegahan sangat penting. Upaya perorangan dapat
dilakukan dengan penggunaan kondom dan tidak bergonta-ganti
pasangan. Untuk masyarakat, cara pencegahan utamaadalah
melakukan pengendalian pemeriksaan rutin dan pengobatan pada
penderita. Sifilis bawaan dapat dicegah dengan perawatan pralahir.
Pengobatan dilakukan dengan memberikan Antibiotika seperti
Penisilin atau turunannya. Pemantauan serologik dilakukan pada bulan
I, II, VI, dan XII tahun pertama dan setiap 6 bulan pada tahun kedua.
Selain itu, kepada penderita perlu diberikan penjelasan yang jelas dan
menyeluruh tentang penyakitnya dan kemungkinan penularan sehingga
turut mencegah transmisi penyakit lebih lanjut. Bagi penderita yang
tidak tahan dengan penisilin dapat diganti dengan tetrasiklin atau
eritromisin, yang harus dimakan 15 hari. Sifilis yang telah
menyebabkan penderita lumpuh dan gila biasanya tidak dapat diobati
lagi.
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Treponema pallidum pallidum merupakan spirochaeta yang


bersifat motile yang umumnya menginfeksi melalui kontak seksual
langsung, masuk ke dalam tubuh inang melalui celah di antara sel epitel.
Treponema ini dapat menyebabkan penyakit sifilis yang merupakan
penyakit kelamin ditularkan melalui hubungan kelamin atau melalui
sentuhan terhadap luka-luka kulit penderita.

Belum ada vaksin yang dapat dikembangkan untuk penyakit sifilis


sehingga upaya pencegahan sangat penting. Upaya perorangan dapat
dilakukan dengan penggunaan kondom dan tidak bergonta-ganti pasangan.
Pengobatan dilakukan dengan memberikan Antibiotika seperti Penisilin
atau turunannya. Pemantauan serologik dilakukan pada bulan I, II, VI, dan
XII tahun pertama dan setiap 6 bulan pada tahun kedua.

3.2 Saran

Kami sadar bahwa makalah yang kami susun masih banyak


terdapat kesalahan. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik
dari pembaca yang positif dan membangun, guna penyusunan makalah
kami berikutnya agar dapat tersusun lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Radji, M., 2011, Buku Ajar Mikrobiologi : Panduan Mahasiswa Farmasi dan
kedokteran, EGC, Jakarta

https://mikrobia.files.wordpress.com/2008/05/rossana-olivia-hartono-
078114109.pdf

You might also like