Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 25

RESUME KASUS

PEMBEDAHAN SECTIO CAESAREA DENGAN


G2P1A0 + PEB PADA NY. S UMUR 21 TAHUN
DI RUANGAN BEDAH SENTRAL RSUD SUMEDANG

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah


Keperawatan Medikal Bedah
Program Profesi Ners XXXV UNPAD

Disusun Oleh :
Siti Sarah Fadhilah
NPM: 220112170517

PROGRAM PROFESI NERS XXXV


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2018
1. Definisi

Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan

melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat

rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram. (Sarwono, 2009)

Sectio caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi

abdomen dan uterus. (Harry & william, 2010)

Sectio caesarea adalah pelahiran janin lewat insisi menembus dinding uterus

dan abdomen. (Dorland, 2012)

Seksio caesarea (SC) didefinisikan sebagai lahirnya janin melalui insisi di

dinding abdomen (laparotomi) dan dinding uterus (histerektomi). (Ventura, 2010)

2. Indikasi Sectio Caesarea

I. Indikasi mutlak

1) Indikasi ibu

a) Panggul sempit

b) Kagagalan melahirkan secara normal karena kurang adekuatnya stimulasi

c) Obstruksi jalan lahir

d) Stenosis serviks atau vagina

e) Plasenta previa

f) Ruptur uteri

2) Indikasi janin

a) Kelainan letak

b) Gawat janin

c) Prolapsus plasenta

d) Perkembangan bayi yang terhambat

e) Mencegah hipoksia janin, misalnya karena preeklamsia


II. Indikasi relatif

1) Riwayat section caesarea sebelumnya

2) Persentasi bokong

3) Distosia

4) Fetal distress

5) Preeklamsia berat, penyakit kardiovaskuler dan diabetes

6) Ibu dengan HIV positif

7) Gemeli, menurut Eastman sectio caesarea dianjurkan :

a) Bila janin pertama letak lintang atau persentasi bahu

b) Bila terjadi interlock

c) Distosia oleh karena tumor

d) IUFD (Intra Uterine Fetal Death). (Rasjidi, 2010)

3. Tipe-tipe Sectio Caesarea

a. Sectio Caesarea Transperitonealis Profunda dengan insisi di segmen bawah

uterus. Tipe ini yang paling banyak dilakukan. Segmen bawah uterus tidak

begitu banyak mengandung pembuluh darah dibanding segmen atas sehingga

resiko perdarahan lebih kecil. Karena segmen bawah terletak diluar kavum

peritonei, kemungkinan infeksi pasca bedah juga tidak begitu besar. Di

samping itu resiko rupture uteri pada kehamilan dan persalinan berikutnya

akan lebih kecil jika jaringan parut hanya terbatas pada segmen bawah uterus.

Kesembuhan luka bisaanya baik karena segmen bawah merupakan bagian

uterus yang tidak begitu aktif.

Keuntungan insisi segmen bawah rahim menurut kehier :

1) Segmen bawah rahim lebih tenang

2) Kesembuhan lebih baik


3) Tidak banyak menimbulkan perlekatan

Kerugiannya :

1) Terdapat kesulitan pada waktu mengeluarkan janin

2) Terjadi perluasan luka insisi dan menimbulkan perdarahan

b. Sectio cesarea klasik (korporal) menurut Sanger

Insisi dibuat pada korpus uteri. Dilakukan kala segmen bawah tidak terjangkau

karena melekat eratnya dinding uterus pada perut karena section sesarea yang

sudah-sudah, insisi disegmen bawah uterus mengandung bahaya perdarahan

banyak berhubung dengan letaknya plasenta pada plasenta previa, atau apabila

dikandung maksud untuk melakukan histerektomi setelah janin dilahirkan.

Keuntungannya adalah mudah dilakukan karena lapangan operasi relative

luas, adapun kerugiannya :

1) Kesembuhan luka operasi relative sulit

2) Kemungkinan terjadinya rupture uteri pada kehamilan berikutnya lebih

besar

3) Kemungkinan terjadinya perlekatan dengan dinding abdomen lebih besar

c. Sectio caesarea ekstraperitoneal

Dahulu dilakukan untuk mengurangi bahaya infeksi puerperal, sekarang tidak

banyak dilakukan karena sulit dalam tehniknya dan seringkali terjadi sobekan

peritoneum.

d. Sectio caesarea histerektomi menurut Porro

Operasi SC Histerektomi dilakukan secara Histerektomi supra vaginal untuk

menyelamatkan jiwa ibu dan janin dengan indikasi :

1) Sectio caesarea disertai infeksi berat

2) Sectio caesarea dengan Antonio uteri dan perdarahan


3) Sectio caesarea disertai uterus coovelaire (solusio plasenta). (Harry &

Forte, 2010)

4. Penatalaksanaan

a. Monitor tanda-tanda vital

Observasi harus dilakukan tiap 30 menit 2 jam pertama dan tiap jam minimal

selama 4 jam. Tanda vital yang perlu di evaluasi adalah :

1) Tekanan darah

2) Nadi

3) Suhu

4) Jumlah urin

b. Jumlah perdarahan

c. Status fundus uteri

d. Pemberian analgesik

e. Terapi cairan intravena

Umumnya pemberian cairan intravena 3 liter cairan untuk 24 jam pertam

setelah tindakan.

Namun, apabila pengeluaran urin turun dibawah 30 ml/jam harus dinilai

kembali apakah ada pengeluaran darah yang tidak diketahui, efek antidiuretik

dari oksitoksin dan lainnya.

f. Pengawasan fungsi vesika urinaria dan usus

Kateter vesika urinaria umumnya dapat dilepas dalam waktu 12 jam setelah

operasi. Kemampuan pasien mengosongkan vesika uerinaria sebelum terjadi

distensi berlebihan harus dipantau seperti pada persalinan pervaginam. Pada

kasus nonkomplikata makanan padat dapat diberikan 8 jam setelah

pembedahan.
g. Ambulansi

Pada sebagian besar kasus, satu hari setelah pembedahan pasien dapat turun

sebentar dari tempat tidur dengan bantuan paling sedikit dua kali. Waktu

ambulansi diatur agar analgetik yang baru diberikan dapat mengurangi rasa

nyeri. Pada hari kedua pasien dapat berjalan dengan bantuan. Dengan

ambulansi dini, thrombosis venadan emboli paru jarang terjadi.

h. Perawatan luka

Luka insisi diperiksa setiap hari dan jahitan dapat diangkat pada hari keempat

setelah pembedahan. Pada hari ketiga pasca persalinan mandi tidak

membahayakan luka insisi. Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain :

1) Jaringan subkutan yang tebal (>3 cm) merupakan faktor risiko untuk

infeksi luka operasi. Oleh karena itu, perlu pemantauan terhadap tanda-

tanda infeksi.

2) Luka dibersihkan setiap hari dan menjaga agar tetap kering

3) Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar, nyaman dan

berbahan katun. (Rasjidi, 2010)

5. Komplikasi dan efek persalinan sectio caesarea

Komplikasi utama persalinan sectio caesarea adalah kerusakan organ-organ

seperti vesika urinaria dan uterus saat dilangsungkannya operasi, komplikasi

anastesi, perdarahan, infeksi dan tromboemboli.

Kematian ibu lebih besar pada persalinan sectio caesarea dibandingkan persalinan

pervaginam.

Takipnea sesaat bayi baru lahir lebih sering terjadi pada persalinan sectio

caesarea. Risiko jangka panjang yang dapat terjadi adalah terjadinya plasenta

previa, solusio plasenta, plasenta akreta dan ruptur uteri. (Rasjidi, 2010)
Komplikasi Sectio Caesarea menurut (Wikjosastro, 2007) sebagai berikut:

1. Komplikasi pada ibu

a. Infeksi puerperal

Komplikasi ini bisa bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa

hari pada saat masa nifas, atau bersifat berat seperti peritonitis, sepsis dan

sebagainya. Infeksi postoperatif teradi apabila pembedahan sudah ada gejala-gejala

yang merupakan predisposisi terhadap kelainan itu (partus lama khususnya setelah

ketuban pecah, tindakan vaginal sebelumnya)

b. Perdarahan

Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang-cabang

arteri uterna ikut terbuka, atau karena atonia uteri

c. Emboli pulmonal

Terjadi karena penderita dengan insisi abdomen kurang dapat mobilisasi

dibandingkan dengan melahirkan melalui vagina (normal)

d. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila

reperitonialisasi terlalu tinggi

e. Kemungkinan ruptur uteri spontan pada kehamilan mendatang (Rustam, 1998)

f. Komplikasi

Komplikasi-komplikasi lain seperti luka kandung kencing, embolisme paru-paru

dan sebagainya sangat jarang terjadi

2. Komplikasi pada bayi

Komplikasi pada anak yang dilahirkan dengan Sectio Caesarea banyak

tergantung dari keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan Sectio Caesarea.

6. Pathway
1. PENGKAJIAN
I. Identitas Pasien dan Keluarga
A. Indentitas pasien
Nama : Ny. S
Tempat, tanggal lahir : Sumedang, 14 Agustus 1997
Umur, jenis kelamin : 21 tahun, perempuan
Alamat : Sumedang
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Suku : Sunda
Status marital : Kawin
Diagnosa pra bedah : G1P0A0 + dengan pembedahan SC + IUD
No.Medrek : 402973
Tanggal masuk : 16 Mei 2018

B. Identitas Keluarga
Nama : Tn.J
Usia : 35 tahun
Hubungan dengan pasien : Suami
Alamat : Tanjungsari

II. CATATAN KEPERAWATAN PRA OPERASI

Diagnosa Pra Operasi Kehamilan G1P0A0 + PEB

Riwayat Alergi □ Ada Tidak ada

Bagian □ Bedah umum □ Ortopedi □ THT □ Mata


□ Bedah saraf □ Gigi dan Mulut  kebidanan

Gelang Identitas  Ada □ Tidak ada


1. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda vital : TD : 168/94 mmHg, HR : 78 x/menit, RR :
21x/menit, S : 36.10C
b. Status mental :  sadar penuh □bingung □ Agitasi □ mengantuk
□ Coma
c. Riwayat penyakit dahulu : Hipertensi □DM □Hepatitis A/B/C □dll
d. Riwayat pembedahan : □ Ya Tidak Keterangan : -
e. Obat anti hipertensi : □ Ya  Tidak Keterangan : -
2. Kelengkapan Administrasi/Penunjang Klien
a. Buku status :  Ada □ Tidak ada
b. Informd consent bedah :  Pasien  Keluarga  Saksi  Dr.Bedah
c. Informd consent anestesi :  Pasien  Keluarga  Saksi  Dr.Bedah
d. Konsul anestesi : □ H-1 □ H-2  Hari H
e. Konsul penyakit dalam : □ H-1 □ H-2 □ Hari H
f. Site Marking : □ Ya  Tidak
g. Aksesoris :
Gigi palsu : □ Ya  Tidak
Kontak lens : □ Ya  Tidak
Kawat gigi :  Ya □ Tidak
h. Alat Kesehatan : NGT : □ Ya  Tidak, kateter urine: Ya
□Tidak, Drain: □ Ya  Tidak , OPA Ya □Tidak
i. Pengukuran area operasi : □ Ya □ Tidak
j. Puasa preoperasi : 6 jam pra operasi
k. Persiapan kolon :  Ya □ Tidak
l. Golongan Darah : O
m. Jenis darah yang disediakan : -
n. Pemeriksaan radiologi : □Thorak photo □CT Scan USG □MRI □EKG
o. Pemeriksaan lab :  lab rutin  HbSag (-)
Tanggal
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
/ Jam
16 Mei HEMATOLOGI
2018 Hemoglobin 12.2 gr/dL 11,5 - 16
Leukosit 11.600 mm3 4.500 – 10.000
Trombosit 183.000 mm3 150.000 – 400.000
Hematokrit L 37.2 % 40 - 48
Gukosa Darah Puasa 82 mg/dL 75 - 115
Protein urin Negative Negative

HbsAg Negative Negative

3. Ceklis persiapan operasi


No. Kegiatan Ya Tidak
1. Verifikasi Klien

a. Periksa identitas klien √

b.Periksa gelang identitas klien √

c. Periksa kelengkapan informed consent √

d.Konsultasi √

e. Periksa kelengkapan status rawat inap/ rawat jalan √

f. Periksa kelengkapan pemeriksaan penunjang √

2. Persiapan Fisik Klien

a. Puasa (dari jam 02.00) √

b. Protesa luar (gelang, cincin, kalung, anting, dll) √

c. Protesa dalam (gigi palsu, alat pacu jantung, dll) √

d. Persiapan kulit area insisi (pencukuran, mandi, dll) √

e. Pengosongan kandung kemih (BAK, Kateter urine, √


dll)
f. Memastikan persiapan darah √

g. Alat bantu penglihatan (kaca mata, soft lens, dll) √

h. Alat bantu pendengaran √

i. Obat terakhir diberikan √

j. Vaskuler akses (cimino) √

3. Persiapan lain

a. Site marking (kecuali melibatkan satu organ) √

b. Penjelasan singkat oleh dr bedah tentang prosedur √


yang akan dilakukan

III.INTRA OPERASI
1. Identitas petugas OK dan Waktu Tindakan
1 Dr. Operator : dr.Pipih Sp.Og Asisten Operator : -

2 Dr. Anestesi : dr.Meru Sp.An Asisten Anestesi : -

3 Srub nurse :- Circulating nurse : -

5 Masuk kamar OK Jam 13.45

6 Induksi Jam 13.55

7 Mulai Operasi Jam 14.00

8 Selesai Operasi Jam 14.25

9 Keluar kamar OK Jam 14.50

a. TTV dimeja operasi :


TD: 160/100 mmHg, RR : 18x/menit, HR : 120x/menit, S : 360C, SpO2 : 99%
b. Masalah saat induksi : tidak ada
c. Jenis anestesi : Umum
d. Intubasi : Apnoe
e. Jalan napas : ETT kink/nonkink
f. Induksi jam 13.55 Obat-obatan & Cairan:
- Atracurium 20 mg - Petidin 50 mg
- Propofol 100 mg - Metergin 1 amp
- Dexametason 10 mg - Kalnex 500mg
- Ondansentron 4 mg - RL
- Ranitidine 50 mg - RL + oxytosin 2 ampul
2. Time out prosedur : Ya (dilakukan sesuai SOP)
3. Klasifikasi :
a. Jenis luka :
 Luka bersih □ Luka bersih terkontaminasi □ Luka terkontaminasi □ Luka
kotor terkontaminasi
b. Jenis anastesi :
□Spinal NU □Lokal □ Nervus blok □……………
c. Jenis tindakan:
□ Kecil □Sedang Besar □Khusus □ Canggih
d. Tipe operasi :
□Elektif Cyto □ ODS □ Dll
e. Status ASA
□ ASA I  ASA II □ ASA III □ ASA IV □ ASA V
4. Penatalaksanaan Tindakan
a. Set instrumen yang digunakan :
□ Hernia □ Apendik □ Laparatomi  SC □Ortopedi □ mata
b. Peralatan penunjang :
□ ESU Cauter Suction □ Laparskopi □Bor Aesculap □Bor Sintes
□Torniquet □ Endoskopi □STSG □C-Arm □dll
c. Pemberian antibiotik profilaksis : □Ya  tidak
d. Pemberian Obat lainnya : Ya □tidak
5. Persiapan tindakan operasi
a. Memposisikan pasien
 supine □ litotomi □ tengkurap/knee chees □ lateral : □ kanan □ kiri
b. Memasang alat bantu posisi
□ arm rest □ J board □ arm table □ arm board □ bekest □ bantal
c. Melakukan skin preparation
 Povidone iodine  alkohol 90% clorhexidine glukonat

d. Sign Out : Ya
e. Penggunaan kasa (BMHP)
No BMHP Disiapkan Terpakai Sisa

1 Kassa 40 40 -

2 Pisau 1 1 -

3 Jarum 4 4 -

f. Penggunaan cairan
No Kegiatan Cairan masuk Cairan keluar Cairan yang digunakan

1 Pencucian luka 150 cc 150 cc Nacl 0,9%


2 Pencucian 300 cc 300 cc Nacl 0,9%
abdomen

g. Pemeriksaan perlengkapan/spesimen
a. PA : □ya  tidak
b. Kultur : □ya  tidak
c. Jumlah perdarahan selama operasi : 300 cc
h. Konsultasi intra operatif
a. SMF/sub bagian :-
b. Dokter :-
c. Alasan :-
d. Tindakan :-
e. Perawat luka : Hypafik
IV. POST OPERASI
1. Catatan pasca tindakan
a. NGT : □ya tidak
b. Kateter urine : ya □tidak
c. Drain abdominal : □ya tidak
d. Posisi tidur pasca operasi :  telentang □ head up 30
e. Kebutuhan cairan pasca operasi : 100cc/jam
f. Laboratorium :  cek Hb Post Operasi (Sysmex)
g. Mulai makan :  BU (+) □ setelah - jam
2. Pengkajian post operasi di RR
a. Keadaan umum :  Memuaskan □ jelek
b. Tingkat kesadaran : □terjaga mudah dibangunkan □ tidak berespon
c. Sirkulasi :  merah muda □ kebiru-biruan
d. Jalan nafas :  tidak ada masalah □ ETT masih terpasang `□ OPA
masih terpasang
e. Pernafasan :  spontan □ dibantu
f. Terapi oksigen : □tidak  nasal 3m
g. ALDERT SCORE
Waktu Aktiftas sirkulasi Pernafasan Kesadaran Warna kulit total

14.25 1 1 2 2 1 7
14.30 2 2 2 2 1 9

14.35 2 2 2 2 2 10

h. Kulit : lembab,merah muda, hangat


i. Jenis anestesi : NU □ spinal □lokal
j. Masuk RR : 14.25
k. Observasi TTV
I II III

Nadi : 75 x/mnt Nadi : 78 x/mnt Nadi : 76 x/mnt


RR : 21 x/mnt RR : 20 x/mnt RR : 20 x/mnt
TD : 138/89 mmHg TD : 158/94 mmHg TD : 148/90 mmHg
Saturasi O2 : 96 % Saturasi O2 : 97 % Saturasi O2 98 %
l. Pemberian cairan dan transfusi :
Tangan kanan : RL + Ketorolac 2 ampul
Tangan kiri : RL + Oxytosin 2 ampul
m. Output urine : jam I : 120 cc
n. Keluar RR jam : 14.50
o. Ruang rawat pasca operasi : □ODC RR □ICU/HCU □NICU Ruang
Perawatan
p. Transport : □Stecher □Kursi roda Tempat tidur
q. ALDERT SCORE :
Aktifitas : 2 sirkulasi : 2 pernafasan : 2 ksadaran : 2 warna kulit 2
Total : 10
3. Transfer pasien antar ruangan
a. Diagnosa post bedah : Post op SC+IUD
b. Tanggal & jam serah terima : 14.50
c. Ruangan asal : Dahlia
d. Ruangan yang dituju : Dahlia
e. Kesadaran : compos mentis
f. TTV: Nadi 76 x/mnt, RR 20 x/mnt, TD 148/90 mmHg, Saturasi O2 98 %
g. Skala nyeri : Nyeri perih di area post op SC, skala nyeri 6/10
h. Alat yang terpasang : Infus RL, Kateter urine
i. Hasil SC :
Lahir : Pkl 14.09
Keadaaan bayi : Hidup
Jenis kelamin : Laki-laki
2. ANALISA DATA
Nama : Ny. S Ruangan : Instalasi Bedah Sentral
Medrek : 716412 Nama : Siti Sarah F
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS: Post sectio Nyeri
- Klien mengatakan
nyeri pada bagian Efek anestesi hilang
operasi
DO: Luka insisi
- Efek anestesi
berkurang Nyeri
- Pemberian ketorolac
2 ampul
- Skla nyeri 6
2. DS: Luka pada lokasi Resiko Infeksi
DO: insisi/pembedahan
- Terdapat luka operasi
pasca pembedahan Masuknya organism
sectio kedalam jaringan tubuh
- Terpapar lingkungan
diruang operasi Resiko infeksi
3. DS: Pembedahan Sectio Kecemasan
- Sering menanyakan
kapan operasinya Cemas dengan
dimulai kelahiran anak dan
DO: nyeri
- Klien terlihat gelisah
- Klien terlihat sering Kecemasan
melamun

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan disertai degan
luka post secio sepanjang +- 10 cm
2. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasive dan terpapar lingkungan
operasi
3. Kecemasan berhubungan dengan proses operasi yang ditandai dengan klien sering
menanyakan operasinya kapan di mulai
4. RENCANA INTERVENSI
Nama : Ny. S Ruangan : Instalasi Bedah Sentral
Medrek : 402973 Nama : Siti Sarah F
No Tujuan Intervensi Rasional
Dx

1. Setelah dilakukan 1. Gunakan pendekatan 1. Menjalin trust dengan


tindakan keperawatan dengan komunikasi pasien
terapeutik yang 2. Mengetahui prosedur yang
tingkat kecemasan pasien
menenangkan akan dilakukan dapat
teratasi dengan kriteria 2. Jelaskan semua prosedur membuat pasien lebih
hasil: dan apa yang dirasakan tenang
selama prosedur 3. Mengetahui tingkat
1. Klien mampu 3. Kaji dan kecemasan pasien dan
dokumentasikan tingkat memudahkan intervensi
mengidentifikasi dan
kecemasan pasien. 4. Menemani psien post
mengungkapkan 4. Temani pasien saat operasi akan menurunkan
gejala cemas. menunggu di ruangan rasa tidak nyaman psien di
2. Mengidentifikasi, penerimaan dan sampai ruangan operasi dan
masuk ruangan operasi memberikan keamanan
mengungkapkan dan 5. Berikan motivasi untuk dan mengurangi takut
menunjukkan tehnik mengungkapkan pikiran 5. Motivasi membantu
untuk mengontrol dan perasaan pasien pasien untuk
6. Anjurkan untuk teknik mengekspresikan
cemas
relaksasi kecemasan yang dirasakan
3. Tanda – tanda vital 7. Berikan dukungan sosial 6. Menciptakan perasaan
dalam batas normal dan spiritual positif pada yang tenang dan nyaman
pasien 7. Menciptakan rasa percaya
4. Postur tubuh, ekspresi
diri pada pasien bahwa
wajah, bahasa tubuh dirinya dapat mengatasi
dan tingkat aktivitas masalah, dapat
menenangkan jiwa.
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan
2. Setelah dilakukan 1. Lakukan cuci tangan 1. Mencegah kontaminasi
tindakan keperawatan sebelum dan sesudah silang
resiko infeksi tidak melakukan tindakan 2. Kontaminasi dengan
terjadi. Dengan kriteria 2. Lakukan teknik aseptic lingkungan dan kontak
hasil : pada saaat membuka personal akan
1. Tidak ada tanda-tanda peralatan operasi yang menyebabkan daerah yang
infeksi sudah steril steril menjadi tidak steril
3. Buang sisa/bekas kassa sehingga dapat
yang terkontaminasi meningkatkan resiko
pada tempat sampah infeksi
medis 3. Penampungan cairan
4. Persiapkan pakaian/ tubuh, jaringan, dan sisa
samping untuk pasien dalam kontak dengan
dalam keadaan bersih luka/pasien yang
terinfeksi akan mencegah
penyebaran infeksi pada
lingkungan/pasien
4. Pakaian/samping yang
melekat pada psien jika
tidak bersih akan
meningkatkan risiko
infeksi pasien
3. Setelah dilakukan 1. Posisikan pasien semi 1. posisi semi fowler dapat
tindakan keperawatan fowler meningkatkan ekspansi
nyeri berkurang, dengan
2. Monitoring tanda tanda paru dan kepatenan jalan
kriteria hasil:
vital : TD, RR, HR nafas
1. Tanda vital dalam
3. Observasi reaksi non 2. Infeksi bakteri dan
rentang normal
2. Mampu mengontrol verbal dari komplikasi pada luka post
nyeri ketidaknyamanan operasi dapat muncul yang
3. Melaporkan bahwa
4. Kontrol lingkungan yang menimbulkan perubahan
nyeri berkurang
dengan dapat memengaruhi tanda-tanda vital
menggunakan nyeri seperti suhu 3. Pada kondisi nyeri selain
manajemen nyeri
ruangan, pencahayaan respon verbal harus
4. Mampu mengenali
nyeri (skala, dan kebisingan diperhatikan juga adanya
intensitas, frekuensi 5. Ajarkan tentang teknik reaksi nonverbal terhadap
dan tanda nyeri) non farmakologi: napas ketidaknyamanan seperti
dalam, relaksasi, meringis kesakitan, lemas,
distraksi, relaksasi. dll
Relaksasi yang 4. Lingkungan yang tidak
digunakan salah satunya kondusif, suhu yang panas
menurut penelitian Nung atau dingin, pencahayaan
Ati Nurhayati (2015) yang cerah dapat
dengan teknik relaksasi meningkatkan stimulus
autogenik respon nyeri meningkat.
5. Teknik manajemen nyeri
non invasive dapat
membantu mingkatkan
pelepasan endorphin dan
meningkatkan efek terapi
obat penghilang rasa sakit.
Terdapat pengaruh yang
signifikan antara relaksasi
autogenik dengan
penurunan skala nyeri.
5. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama : Ny. S Ruangan : Instalasi Bedah Sentral


Medrek : 402973 Nama : Siti Sarah F
No. Tgl dan Implementasi Respon Klien Paraf
Dx jam
1. 16 Mei 1. Membina hubungan 1. Pasien kooperatif tetapi
2018 terapeutik dengan banyak terdiam
pasien dan melakukan 2. Pasien terlihat gelisah dan
pengkajian Pre Operasi banyak melamun
dengan verifikasi 3. Pasien kompos mentis
pasien TD : 168/94 mmHg, HR :
2. Mengkaji dan 78x/menit, RR : 21x/menit,
mendokumentasikan S : 36.10C
tingkat kecemasan 4. Klien telah melakukan
pasien relaksasi dan mengatakan
3. Mengukur Tanda-tanda lebih tenang
vital pasien 5. Klien terlihat lebih relex
4. Menganjurkan teknik 6. Klien terlihat berdoa dan
relaksasi nafas dalam siap untuk menjalankan
5. Menganjurkan teknik operasi
distraksi dengan
mengobrol
6. Memberikan penguatan
positif dan tuntun
pasien berdoa agar
tenang.
2. 16 Mei 1. Melakukan cuci 1. Dokter, perawat, dan
2018 tangan 6 langkah mahasiswa yang bertugas di
sebelum dan sesudah ruang operasi sudah
melakukan tindakan mencuci tangan sebelum
2. Melakukan teknik dan sesudah memasuki
aseptic pada saaat ruangan ok serta memakai
membuka peralatan masker juga sarung tangan
operasi yang sudah 2. Dokter dan perawat ok
steril melakukan teknik aseptic
3. Membuang sisa/bekas menggunakan sarung
kassa yang tangan steril dan instrument
terkontaminasi tempat yang steril, kassa yang
sampah medis digunakan dan kasa yang
4. Persiapkan pakaian/ telah digunakan jumlah
samping untuk pasien sama sebanyak 40,
dalam keadaan bersih 3. Sisa kassa bersih dan
No. Tgl dan Implementasi Respon Klien Paraf
Dx jam
kontaminasi semua dibuang
kedalam tempat sampah
infeksius
4. Setelah selesai operasi
pasien segera diberikan
samping yang bersih dan di
bawa ke ruang RR
kemudian di tambahkan
diganti baju oknya dengan
samping baru yang bersih
5. 16 Mei 1. Memindahkan pasien 1. Pasien tersadar ketika di
2018 ke ruang recovery panggil 2 kali secara keras
2. Posisi pasien diberikan
2. Memposisikan pasien
samping di bawah dada
semi fowler dan 3. Tanda-tanda vital I
memasang monitor TD 139/89 mmHg
N 75x/m
3. Memonitoring tanda
RR 21x/m
tanda vital : TD, RR, SaO2 96%
HR Tanda-tanda vital II
TD 158/94 mmHg
4. Mengontrol
N 78x/m
lingkungan yang dapat RR 21x/m
memengaruhi nyeri SaO2 97%
seperti suhu ruangan, Tanda-tanda vital III
TD 146/84 mmHg
pencahayaan dan N 82x/m
kebisingan RR 20x/m
5. Mengajarkan tentang SaO2 99%
4. Lingkungan menggunakan
teknik non
AC pasien terlihat
farmakologi: napas kedinginan, pencahayaan
dalam, relaksasi, cukup dan tidak bising
5. Pasien melakukan napas
distraksi
dalam beberapa kali
kemudian terlihat lebih
tenang
6. EVALUASI

Nama : Ny. S Ruangan : Instalasi Bedah Sentral


Medrek : 402973 Nama : Siti Sarah Fadhilah
No Tgl/jam Catatan Paraf
Dx

1. 16 Mei S:
2018 Pasien mengatakan nyeri pada bekas area operasi
O:
- Tanda-tanda vital I
TD 139/89 mmHg
N 75x/m
RR 21x/m
SaO2 96%
- Tanda-tanda vital II
TD 158/94 mmHg
N 78x/m
RR 21x/m
SaO2 97%
- Tanda-tanda vital III
TD 146/84 mmHg
N 82x/m
RR 20x/m
SaO2 99%
- Pasien terlihat meringis
- Pasien melakukan relaksasi dan distraksi
A:
Nyeri Akut
P:
Intervensi di lanjutkan di ruangan perawatan
2. 16 Mei S:
2018 O:
- Dokter, perawat, dan mahasiswa yang bertugas
di ruang operasi sudah melakukan cuci tangan
dan menggunakan masker juga sarung tangan
- Melakukan teknik aseptic menggunakan sarung
tangan steril dan instrument yang steril, kassa
yang digunakan dan kasa yang telah digunakan
jumlah 40.
- Membuang sisa kontaminasi kedalam tempat
sampah infeksius.
- Melakukan menggantikan baju ok dengan
samping
- TD 156/92 mmHg
N 73x/m
RR 19x/m
SaO2 98%
-
A:
Operasi selesai dan dilakukan sesuai prosedur. Masalah
teratasi sebagian
P:
Perawatan luka diruang perawatan
3. 16 Mei S:
2018 - Klien mengatakan cemas berkurang
- Klien mengatakn siap melakukan operasi
O:
- Klien terlihat lebih tenang
- Klien bisa di ajak berkomunikasi lebih baik dari
sebelumnya
A:
klien sudah siap melakukan operasi. Masalah sudah
teratasi
P: intervensi dihentikan pasien memasuki ruang OK
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G.M, Dochterman, J.M, Butcher, H.K & Wagner, C.M. (Eds.). (2013). Nursing
Interventions Classification (NIC), Sixth Edition. Missouri: Elsevier Mosby.

Herdman, H. (2014). NANDA International, Inc. Nursing Diagnoses : Definitions


&Classification 2015-2017. India : Willwy

Lippincott Williams & Wilkins. (2012). Medical-surgical nursing made incredibly easy! -
3rd ed. Ambler, Pennsylvania, US: Wolters Kluwer.

Nair, M., & Peate, I. (2015). Pathophysiology for Nurses at a Glance. John Wiley & Sons,
Ltd: West Sussex, UK.

Nurarif & Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
NANDA NIC NOC Edisi Revisi Jilid 2. Yogyakarta: Mediaction

Ralph, S.S, Taylor, C.M. (2011). Sparks and Taylor’s Nursing Diagnosis Pocket Guide.
Ambler, Pennsylvania, US: Wolters Kluwer

Nurarif & Hardhi.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan

NANDA NIC NOC Edisi Revisi Jilid 3. Yogyakarta:Mediaction

Wilkinson, J.M. Ahern, N.R. 2013. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta: EGC

You might also like