Professional Documents
Culture Documents
Percobaan I Revisi
Percobaan I Revisi
Percobaan I Revisi
KIMIA FISIK
Asisten :
Rani Rahmawati 24030114130111
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018
PERCOBAAN I
I. TUJUAN
Menentukan kalor reaksi atau pelarutan dengan kalorimeter
II.1. Termokimia
Kajian tentang kalor yang dihasilkan atau dibutuhkan oleh reaksi kimia
disebut termokimia. Termokimia merupakan cabang dari termodinamika
karena tabung reaksi dan isinya membentuk sistem. Jadi kita dapat mengukur
(secara langsung dengan cara mengukur kerja atau kenaikan temperatur)
energi yang dihasilkan oleh reaksi sebagai kalor dan dikenal sebagai Joule.
Berganti dengan kondisinya, apakah dengan perubahan energi dalam atau
perubahan entalpi. Sebaliknya jika tahu C atau H suatu reaksi kita dapat
meramalkan jumlah energi yang dihasilkannya sebagai kalor (Atkins, 1994).
Kimia termo mempelajari perubahan panas yang mengikuti reaksi kimia
dan perubahan-perubahan fisika (pelarutan, peleburan dan sebagainya).
Satuan tenaga panas biasanya dinyatakan dengan kalori, joule atau kilo kalori.
1 Joule = 10-7erg = 0,24 kal
1 kal = 4,184 joule
Untuk menentukan perubahan panas yang terjadi pada reaksi kimia,
dipakai kalorimeter. Besarnya panas reaksi kimia dapat dinyatakan pada :
Tekanan tetap
Volume tetap
(Sukardjo, 1989)
Sebagian besar reaksi kimia yang terjadi,disertai dengan penyerapan
atau perubahan energi. Energi merupakan kemampuan untuk melakukan kerja.
Ketika sistem bekerja / melepaskan kalor, kemampuan untuk melakukan kerja
berkurang dengan kata lain energinya berkurang (Chang, 2010)
E = Eproduk – Ereaktan
H = Hproduk – Hreaktan
Satuan SI untuk E dan H adalah joule, yaitu satuan energi tetapi satuan
umum yang lain adalah kalori. Umumnya harga E atau H untuk tiap reaktan
dan produk dinyatakan sebagai Joule mol-1 atau kJ mol-1 pada temperatur
konstan tertentu, biasanya 298 K.
𝑇2
Q = E atauH = ∫𝑇1 𝐶1 (produk, kalorimeter) dT
II.13.1.Panas Pembentukan
Merupakan panas reaksi pada pembentukan 1 mol suatu zat dari
unsur-unsurnya. Jika aktivitas pereaksinya 1, hal ini disebut panas
pembentukan standar H (Sukardjo, 1989).
II.13.2.Panas Pembakaran
Merupakan panas yang timbul pada pembakaran 1 mol suatu
zat. Biasanya panas pembakaran ditentukan secara eksperimen pada V
tetap dalam bomb-kalorimeter. Sehingga dapat dicari H :
Sehingga :
II.4.5.1. Integral
Sebagai perubahan entalpi jika 1 mol zat dilarutkan
dalam n mol pelarut, panas integral ini besarnya panas
pelarutan tergantung jumlah mol zat pelarut dan zat
terlarut(Dogra, 1990).
II.4.5.2. Diferensial
Sebagai perubahan entalpi jika 1 mol zat terlarut
dilarutkan dalam jumlah larutan yang tidak terhingga,
sehingga konsentrasinya tidak berubah dengan penambahan 1
(Atkins, 1996)
II.7.2. Kapasitas Kalor pada Tekanan Tetap
Kapasitas kalor gas adalah kalor yang diperlukan untuk
menaikan suhu suatu zat satu Kelvin pada tekanan tetap terhadap suatu
sistem. Maka perubahan energi dalam, kalor, dan kerja pada proses ini
tidak ada yang bernilai nol. Misalkan saja sistem mendapat tekanan
tetap dan dapat memuai atau menyusut ketika dipanaskan. Kalor yang
diperlukan agar menghasilkan perubahan temperatur yang sama dan
Persamaan ini berlaku untuk setiap zat dalam reaksi, entalpi reaksi
standar berubah dari ∆H0 (T1) menjadi
Dengan
Dengan Cp (J) sebagai kapasitas kalor molar zat SJ. Lebih ringkasnya,
(Fatimah, 2015)
Untuk reaksi kimia secara umum seperti yang diberikan pada persamaan
:
𝑑(∆𝐻) 𝑑𝐻𝑖
[ ] 𝑝 = vi( 𝑑𝑇 ) 𝑝 ………… (2.10.2)
𝑑𝑇
𝑑𝐻
Mengingat bahwa ( 𝑑𝑇 )n = Cp, dapat dilihat bahwa :
𝑑(∆𝐻)
[ ] 𝑝 = vi Cpt = Cp ………… (2.10.3) (Robert, 1981)
𝑑𝑇
II.10. Kalorimetri
Kalorimetri didasarkan kenaikan suhu yang teramat dalam beberapa
medium. Kalor spesifik dari zat adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan
untuk menaikkan suhu dari 1 gram zat pada 1C. Besaran lain yang
berhubungan adalah kapasitas kalor yang merupakan banyaknya kalor yang
dibutuhkan untuk menaikkan suhu suatu zat bermassa pada 1C. Banyaknya
kalor yang keluar maupun masuk dari zat adalah :
q = C .t
q = C (tf – ti)
q = m . . t
Dimana m merupakan massa dalam gram dari zat yang menyerap kalor
dan c = m. (Chang, 1995).
Alat paling penting untuk mengukur kalor adalah kalorimeter bom
adiabatik. Perubahan keadaan yang dapat berupa reaksi kimia berawal dalam
wadah bervolume tetap yang disebut bom.
q = C .T
Suatu reaksi kimia yang diinginkan dapat ditulis sebagai rangkaian dari
banyak reaksi kimia. Jika seseorang mengetahui panas reaksi dari masing-
masing tahap di atas, maka panas reaksi yang diinginkan dapat dihitung
dengan menambahkan atau mengurangi panas reaksi dari masing-masing
tahap. Prinsip ini dimana panas reaksi ditambahkan atau dikurangi secara
aljabar, disebut hukum Hess mengenai penjumlahan panas konstan.
Dasar dari hukum ini adalah entalpi atau energi internal merupakan
suatu besaran yang tidak tergantung pada jalannya reaksi, yaitu :
H = H1 + H2 + H3 ……… atau
Reaksi di atas eksoterm, berarti sejumlah kalor yang berasal dari sistem
lepas ke lingkungan. Kandungan kalor sistem menjadi berkurang.
Contoh yang lebih sederhana dari perubahan fisis. Mungkin contoh ini
dapat memberikan penjelasan lebih baik tentang terjadinya perpindahan kalor
dari lingkungan ke sistem atau sebaliknya. Air mendidih mengandung kalor
lebih banyak bila dibandingkan dengan es. Bila jari disentuhkan ke dalam air
mendidih, akan terasa panas. Rasa panas itu disebabkan oleh adanya
perpindahan kalor dari air mendidih ke jari. Sebaliknya, jika jari menyentuh
es, akan terasa dingin. Rasa dingin itu disebabkan oleh perpindahan kalor dari
jari ke es. Apa yang sebenarnya terjadi dapat dinyatakan sebagai berikut: kalor
berpindah dari benda yang bersuhu lebih tinggi ke benda yang bersuhu lebih
rendah. Perpindahan kalor terjadi karena adanya perbedaan suhu. Bila dua
benda yang berlainan suhu disentuhkan dan dibiarkan dalam keadaan
demikian, lama-kelamaan kedua benda memiliki suhu yang sama. Keadaan itu
dinamakan kesetimbangan termal. Jadi pada kesetimbangan termal tidak
terjadi lagi perpindahan kalor dari benda yang satu ke benda lainnya.
II.14. Entropi
Bila suatu sistem mengalami perubahan isotermal dan reversible, maka
besarnya perubahan entropi S ditunjukkan oleh :
T
Sistem Sistem
qs
𝑞𝑠 𝑑𝑞𝑠
S = S2 – S1 S = atau dS =
𝑇 𝑇
Suatu entropi = kalori per derajat, per jumlah zat yang bersangkutan, misalnya
: kal per derajat per mole. Kalori per derajat dianggap sebagai e . u (entropy unit).
Bila panas dilakukan untuk sistem terisolasi, maka untuk proses intermal
reversible.
𝑞𝑟
S gas =
𝑇
Sekeliling : r = reversible
𝑞𝑟
S keliling = -
𝑇
Total S =
S total = 0
Sistem I Sistem II
S1 qT S2
𝑞𝑟
S = qr = panas yang diserap pada proses reversible dan isotermal
𝑇
(Sukardjo, 1989).
III. METODELOGI PERCOBAAN
III.2.1. Alat
1) Kalorimeter
2) Erlenmeyer
3) Termometer
4) Gelas ukur
5) Pipet tetes
III.2.2. Bahan
1) NaOH 0,5 N
2) CH3COOH 0,5 N
3) Aquades
50 ml aquades 50 ml aquades
Gelas Beker Gelas Beker
- Pencampuran
- Pemasukkan dalam kalorimeter
- Pembacaan skala dari menit 11 ke menit 15
- Pengeluaran larutan dari kalorimeter
- Pengukuran suhu akhir kalorimeter
Hasil
CH3COOH + NaOH
Kalorimeter
- Pembacaan temperatur tiap menit sampai 10 menit
Hasil
IV. DATA PENGAMATAN
IV.1. Pengamatan Temperatur Air
Hasil yang diperoleh dari pengukuran suhu air panas yang awalnya
700C mengalami penurunan suhu secara berurutan yakni670C, 650C, 640C,
630C dan 610C. Hal ini berarti bahwa air dengan suhu panas akan
melepaskan kalor seiring waktu hingga suhu sistem (air) sama dengan suhu
lingkungan (kalorimeter). Sedangkan pengkuran suhu air dingin yang
awalnya 100C mengalami kenaikan suhu secara berurutan pula yakni 170C,
200C, 210C, 210C dan 220C. Hal ini berarti bahwa pada air dingin akan
mengalami penyerapan kalor agar suhu sistem (air) sama dengan suhu
lingkungan (kalorimeter). Suhu akhir setelah pencampuran yakni konstan
sebesar 40,60C dari menit 11 sampai menit 15.
(Atkins, 1994)
Kapasitas kalor merupakan besaran terukuryang menggambarkan
banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu suatu zat (benda)
sebesar jumlah tertentu (misalnya 10C) (Yunus,2010). Nilai kapasitas kalor
kalorimeter dihitung menggunakan persamaan Asas Black yakni Qlepas =
Qterima. Hasil perhitungan kapasitas kalor kalorimeter yang diperoleh
adalah44,524242 J/K. Selain menggunakan Asas Black kapasitas kalor juga
dapat ditentukan secara teoritis menggunakan termodinamika.
Persamaan Reaksi:
Reaksi Ionnya:
H+ + OH- → H2O
Q terima=Q lepas
(m asam+ m basa) . c netralisasi . ∆T netralisasi = c kalorimeter . ∆T
kalorimeter + mair .c air. ∆Tair
Proses yang terjadi pada percobaan ini adalah proses eksoterm yang
berlangsung dalam wadah diatermik, pada kondisi eksoterm dalam wadah
diatermik menghasilkan aliran energi ke dalam sistem sebagai kalor. Proses
eksoterm dalam wadah diatermik menghasilkan pembebasan energi sebagai
kalor dalam lingkungan (Atkins, 1999).
VI. PENUTUP
VI.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan, didapatkan kapasitas kalorimeter sebesar
44,524242 J/K dan kalor netralisasi reaksi NaOH dan CH3COOH sebesar -
938,32 kJ.mol
VI.2. Saran
Menggunakan variasi asam dan basa yang lain seperti HCl dan KOH
DAFTAR PUSTAKA
Chang, Raymond. 2010. Chemistry 10th Edition. USA: McGraw Hill Companies
Praktikan,
Mengetahui,
Asisten,
Rani Rahmawati
24030114130111
LAMPIRAN
1. Perhitungan
a. Penentuan Kapasitas Kalor Kalorimeter
Diketahui :
Suhu awal kalorimeter (T0) = 28oC
= (28 + 273) K
= 301 K
Suhu akhir kalorimeter (T1) = 33oC
= (33 + 273) K
= 306 K
Volume air panas (Vp)= 50 mL
Volume air dingin (Vd)= 50 mL
ρair panas= 0,99099 g/mL
ρairdingin = 0,99054 g/mL
cair = 4,2 J g-1 K-1
Tcampuran = 40,5oC
= (40,5 + 273) K
= 313,5 K
Tp rata-rata = 64oC
= (64 + 273) K
= 337 K
Td rata-rata = 20,2oC
=( 20,2 + 273) K
= 293,2 K
ΔTp = Tprata-rata – Tcampuran
= 337 K – 313,5 K
= 23,5 K
ΔTd = Tcampuran – Tdrata-rata
= 313,5 K – 293,2 K
= 20,3 K
𝒎
𝝆= ; 𝒎 = 𝝆 .𝒗
𝒗
mp = ρp . v
= 0,99099 g/mL . 50 mL
= 49,5495 g
md = ρd . v
= 0,99054 g/mL . 50 mL
= 49,5270 g
ΔTk= T1 – T0
= 306 K – 301 K
=5K
Maka,
Qlepas = Qterima
mp.Ca.ΔTp = md.Ca.ΔTd + Ck. ΔTk
𝒏
𝑴= ; 𝒏 = 𝑴. 𝑽
𝑽
n NaOH = MNaOH.VNaOH
= 0,5 M . 50mL
= 25 mmol
n CH3COOH = MCH3COOH.VCH3COOH
= 0,5 M . 50mL
= 25 mmol
m 25 mmol 25 mmol - -
r 25 mmol 25 mmol 25 mmol 25 mmol
s - - 25 mmol 25 mmol
Mr CH3COONa = 82 g/mol
𝒎
𝒏= ; 𝒎 = 𝑴𝒓 . 𝒏
𝑴𝒓
m CH3COONa = Mr . n
= 82 g/mol . 25 mmol
= 82 g/mol . 25 x 10-3 mol
= 2,05 g
= - ( 0,861 J + 222,62121 J)
= - 223,48221 J
𝑄𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖
ΔH untuk 1 mol H2O ( kalor netralisasi ) = 𝑛
− 223,48221 𝐽
= 0,025 𝑚𝑜𝑙
= - 8939,2884 J/mol
= 8, 9392884 kJ/mol
= -938,32 kJ.mol