Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pasien yang dirawat di ruang perawatan intensif dan menggunakan
ventilator mekanik mendapatkan sedatif, analgetik yang kuat dan relaksan
otot. Kondisi ini mengakibatkan pasien tidak mampu mengeluarkan sekret
secara mandiri. Hal ini perlu mendapatkan perhatian karena beresiko
terjadinya pneumonia. Kejadian pneumonia nasokomial di ICU (Intensif Care
Unit) lebih banyak dijumpai hampir 25% dari semua infeksi dan
menyebabkan mortalitas sebesar 33-50% 1-06.
Intensive Care Unit (ICU) merupakan ruang rawat rumah sakit dengan
staf dan perlengkapan khusus ditujukan untuk mengelola pasien dengan
penyakit, trauma atau komplikasi yang mengancam jiwa. Peralatan standar di
Intensive Care Unit (ICU) meliputi ventilasi mekanik untuk membantu usaha
bernafas melalui Endotrakeal Tube (ETT) atau trakheostomi. Salah satu
indikasi klinik pemasangan alat ventilasi mekanik adalah gagal nafas2-05.
Pasien dengan fase kritis merupakan pasien dengan satu atau lebih
gangguan fungsi sistem organ vital manusia yang dapat mengancam
kehidupan serta memiliki morbiditas dan mortalitas tinggi, sehingga
membutuhkan suatu penanganan khusus dan pemantauan secara intensif 3-
01. Pasien kritis memiliki kerentanan yang berbeda. Kerentanan itu meliputi
ketidakberdayaan, kelemahan dan ketergantungan terhadap alat pembantu3-
01. Alat-alat pembantu termasuk alat bantu nafas (ventilator, humidifiers,
terapi oksigen, Endotracheal Tube, resusitator otomatik) hemodialisa dan
berbagai alat lainnya termasuk defebrilator3-01
Endotracheal Suction (ETS) merupakan suatu prosedur tindakan yang
bertujuan untuk menjaga jalan napas pasien tetap bersih yaitu dengan
memasukkan kateter suction ke pipa endotrakeal pasien kemudian sekret
paru pasien dibuang dengan menggunakan tekanan negatif .Sebagai salah
satu tindakan invasif yang sering dilakukan pada pasien dengan ETT untuk
mempertahankan kebersihan jalan napas dari retensi sekret, tindakan
suction perlu mendapatkan perhatian sehingga prosedur dapat diberikan
dengan meminimalkan efek samping salah satunya dengan mengontrol
kedalaman kateter suction saat melakukan penghisapan sekret4-06.
Saturasi pasien menurun secara signifikan setelah dilakuan suction
untuk aspirasi sputum dengan tehnik shallow maupaun depth suction, namun
terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik pada hal denyut nadi dan
MAP setelah dilakukan suctio5-06. resiko kerusakan mukosa akibat depth
suction dapat dikontrol dengan baik, sehingga dapat membersikan lebih
banyak sekret.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat di simpulkan : adakah
pengaruh dari sution terhadap perubahan nilai saturai oksigen pada
pasien penurunan kesadaran di ruang ICU RSUD Kudus.
C. Tujuan Penelitian
Mengetahui pengaruh suction terhadap nilai saturasi oiksigen pada
pasien penurunan kesadaran di ICU RSUD kudus.

You might also like