Professional Documents
Culture Documents
Askep Keluarga Usia Sekolah
Askep Keluarga Usia Sekolah
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keperawatan keluarga merupakan salah satu teknik yang dilakukan
perawat untuk mengetahui keadaan keluarga tersubut baik yang sehat maupun
sakit yang berada dalam satu rumah. Keluarga adalah sekumpulan orang yang
berikatan dengan tali perkawinan yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-
anaknya baik anak kandung maupun adopsi. Keluarga mempunyai fungsi
untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari secara Bio-Psiko –Sosio-kultur-
spritual dan juga memenuhi fungsi reproduksi untuk meneruskan
kelangsungan menambah SDM.
Dalam ilmu kesehatan ada beberapa tahap perkembangan keluarga, salah
satunya adalah Keluarga dengan tahap perkembangan anak usia sekolah, tahap
ini dimulai sejak anak berusia 6-12 Tahun, dalam tahap ini orang tua
mempunyai tugas untuk menghadapi pisah dengan anaknya dan melepaskan
anaknya karena anak usia sekolah ini akan lebih senang bergaul dan bermain
dengan teman sebaya. Pada tahap ini juga keluarga mempunyai tahap
perkembangan untuk mengajarkan anaknya untuk bersosialisasi dan
meningkatkan prestasi anak. Asuhan keperawatan yang dilakukan pada tahap
ini adalah perawat memberikan perawatan dan melakukan pengkajian
langsung dengan keluarga, apakah keluarga sudah memenuhi tugas
perkembangan anak pada usia ini atau belum, serta mejelaskan kepada
keluarga tugas perkembangan anak usia sekolah, selain itu perawat juga
melakukan pengkajian disekitar lingkungannnya, apakah tempat keluarga
yang ditempati keluarga layak untuk ditempati atau tidak, serta melakukan
perawatan dan memberi solusi kepada keluarga untuk mencegah terjadinya
penyakit
1
4. Apa yang dimaksud dengan anak usia sekolah ?
5. Bagaimana tahap tumbuh kembang anak usia sekolah?
6. Apa masalah yang dihadapi anak usia sekolah?
7. Apa saja tugas keluarga dengan anak usia sekolah ?
8. Apa saja peran orang tua pada tahap anak usia sekolah ?
9. Bagaimana pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga dengan anak usia
sekolah ?
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Keluarga
1. Menurut Undang Undang nomor 52 tahun 2009, keluarga sebagai unit
social ekonomi terkecil dalam masyarakat merupakan landasam dari
semua institusi friedman (1998) telah mendefinisikan keluarga sebagai dua
orang atau lebih yang hidup bersama, memiliki kesempatan terhadap suatu
aturan dan memiliki keterikatan emosional.
2. Menurut ferry effendi (2009), keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang dan
tinggal di satu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling
ketergantungan.
3. Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiranm
dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya,
dan meningkatkan perkembangan fisik, mental emosional, serta social dari
tiap anggota keluarga. (Duvall dan Logan, 1986, dalam setiawati, 2008)
Jadi keluaga adalah sekumpulan orang yang terikat dalam satu
perkawinan, kelahiran, maupun adopsi, tinggal serumah dan memiliki peran
masing-masing untuk setiap anggota.
3
3. Fungsi sosialisasi adalah membina sosialisasi pada anak, membentuk
norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan masing-
masing dan meneruskan nilai-nilai budaya (Mubarak, dkk 2009). Fungsi
sosialisasi adalah fungsi yang mengembagkan proses interaksi dalam
keluarga yang dimulai sejak lahir dan keluarga merupakan tempat individu
untuk belajar bersosialisasi (Setiawati, 2008).
4. Fungsi ekonomi adalah mencari sumber-sumber penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga saat ini dan menabung untuk memenuhi
kebutuhan keluarga dimana yang akan datang (Mubarak, dkk 2009).
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan
seluruh anggota keluarga termasuk sandang, pangan dan papan (Setiawati,
2008).
5. Fungsi pendidikan adalah menyekolahkan anak untuk memberikaan
pengetahuan, keterampilan, membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat
dan minat yang dimilikinya, mempersiapkan anak untuk kehidupan
dewasa yang akan datang dalam memenuhi perannya sebagai orang
dewasa serta mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembanganya
(Mubarak, dkk 2009).
4
2. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat : Tugas ini merupakan
upaya utama keluarga untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan
keadaan keluarga, dengan pertimbangan di antara anggota keluarga yang
mempunyai kemampuan memutuskan sebuah tindakan. Tindakan
kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah
kesehatan yang sedang terjadi dapat dikurangi atau teratasi. Jika keluarga
mempunyai keterbatasan dalam mengambil keputusan, maka keluarga
dapat meminta bantuan kepada orang lain di lingkungan tempat
tinggalnya.
3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit : Sering kali
keluarga mengambil tindakan yang tepat, tetapi jika keluarga masih
merasa mengalami keterbatasan, maka anggota keluarga yang mengalami
gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan
agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di
institusi pelayanan kesehatan atau di rumah apabila keluarga telah
memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama.
4. Mempertahankan suasana rumah yang sehat : Rumah merupakan tempat
berteduh, berlindung, dan bersosialisasi bagi anggota keluarga. Sehingga
anggota keluarga akan memiliki waktu yang lebih banyak berhubungan
dengan lingkungan tempat tinggal. Oleh karena itu, kondisi rumah harus
dapat menunjang derajat kesehatan bagi anggota keluarga.
5. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat : Apabila
mengalami gangguan atau masalah yang berkaitan dengan kesehatan
keluarga atau anggota keluarga harus dapat memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang ada disekitarnya. Keluarga dapat berkonsultasi atau
meminta bantuan tenaga keperawatan untuk memecahkan masalah yang
dialami anggota keluarganya, sehingga keluarga dapat bebas dari segala
macam penyakit.
5
1. Menurut definisi WHO (World Health Organization) yaitu golongan anak
yang berusia antara 7-15 tahun , sedangkan di Indonesia lazimnya anak
yang berusia 7-12 tahun.
2. Menurut Wong (2009), usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun.
3. Anak usia sekolah adalah anak yang memiliki umur 6 sampai 12 tahun
yang masih duduk di sekolah dasar dari kelas 1 sampai kelas 6 dan
perkembangan sesuai usianya.
4. Periode pra-remaja atau pra-pubertas terjadi pada tahap perkembangan
usia sekolah, periode pra-remaja atau pra-pubertas menandakan
berakhirnya periode usia sekolah dengan usia kurang lebih 12 tahun,
ditandai dengan awitan pubertas (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011)
6
Kekuatan otot, koordinasi dan daya tahan tubuh meningkat secara
terus-menerus. Kemampuan menmpilkan pola gerakan-gerakan yang rumit
seperti menari, melempar bola atau bermain alat music. Kemampuan perintah
motoric yng lebih tinggi adalah hasil dari kedewasaan maupun latihan,
derajat penyelesaian mencerminkan keanekaragaman yang luas dalam bakat,
minat, dan kesempatan bawaan sejak lahir. Organ-organ seksual secara fisik
belum matang, namun minat pada lawan jenis dan tingkah laku seksual tetap
aktif pada anak-anak dan meningkat secara progresif sampai pada pubertas
(Behrmab, Kliegman, & Arvin, 2000).
2.5.2 Perkembangan Kognitif
Perubahan kognitif pada anak usia sekolah adalah kemampuan untuk
berpikir dengan logis tentang disini dan saat ini, bukan tentang hal yang
bersifat abstrak. Pemikiran anak usia sekolah tidak lagi didominasi oleh
persepsinya dan sekaligus kemampuan untuk memahami dunia secara luas.
Dari The origin of Intelligence in Children, oleh J. Piaget, 1966, International
Universities Press, inc., Hak Cipta tahun 1966.
Fase dan tahap Usia Perilaku kognitif
Fase pemikiran 4-7 tahun Pola piker egosentrik berkurang.
intuitif Memikirkan sebuah idepada satu waktu.
Melibatkan orang lain di lingkungan
tersebut.
Kata-kata mengekspresikan pemikiran.
Fase operasi 7-11 tahun Menyelesaikan masalah yang konkret.
konkret Mulai memahami hubungan seperti
ukuran.
Mengerti kanan dan kiri.
Sadar akan sudut pandang orang.
Fase operasi formal 11-15 tahun Menggunakn pemikiran yang rasional.
Pola piker yang deduktif dan futuristic.
7
Menurut Kohlberg, beberapa anak usia sekolah masuk pada tahap I
tingkat pra-konvensional Kohlberg (Hukuman dan Kepatuhan), yaitu
mereka berupaya untuk menghindari hukuman akan tetapi beberapa
anak usia sekolah berada pada tahap 2 (Instrumental-Relativist
orientation) yaitu anak-anak tersebut melakukan berbagai hal untuk
menguntungkan diri mereka.
Tingkat Tahap Usia rata-rata
I. Pra -konvensional 1. Orientasi hukuman dan Toddler-7
Individu berespon kepatuhan tahun
terhadap peraturan Takut trhadap hukuman,
budaya mengenai label bukan rsa hormat terhadap
baik-buruk, benar-salah. otoritas merupakan alasan
Peratuan yang terbentuk terbentuknya keputusan,
secara eksternal perilaku, dan konformitas.
menentukan tindakan
yang benar atau salah. 2. Orientasi relativist-
Individu memahaminya instrumental Usia sekolah
dalam istilah hukuman, Konformitas didasarkan
penghargaan atau pada kebutuhan egosentris
pertukaran kebaikan. dan narsistik. Tidak ada
rasa keadilan, loyalitas,
dan terma kasih.
8
agama lebih memiliki pengaruh daripada teman sebaya dalam hal
spiritual.
2.5.5 Perkembangan Psikoseksual
Freud menggambarkan kelompok anak usia sekolah (6-12 tahun)
berada pada fase laten. Dimana anak mengeksplorasi pengetahuan dan
pengalamannya melalui aktivitas fisik maupun sosialnya. Pada fase
laten, anak perempuan lebih menyukai bermain dengan jenis kelamin
perempuan, begitu pun dengan anak laki-laki. Pertanyaan anak
tentang seks semakin banyak dan bervariasi, mengarah pada sistrem
reproduksi. Orang tua harus bijaksana dalam merespon pertanyaan-
pertanyaan anak, yaitu menjawabnya dengan jujur dan luasnya
jawaban disesuaikan dengan maturitas anak.
2.5.6 Perkembangan Psikososial
Pendekatan Ericson dalam membahas proses perkembangan anak
adalah dengan menguraikan lima tahapan perkembangan psiokososial.
Anak usia sekolah (6-12 tahun) berada pada fase industry vs
inferiority.
Tahap-usia Tugas Indikator resolusi positif Indikator resolusi
pokok negative
Usia sekolah Indusrti vs 1. Mulai untuk 1. Putus harapan,
(6-12 tahun) inferioritas menciptakan, merasa diri biasa-
mengembangkan, dan biasa saja.
memanipulasi sesuatu. 2. Menarik diri dari
2. Mengembangkan rasa teman sekolah dan
kompetensi dan teman sebaya.
ketekunan.
9
rubela (campak jerman), cacar air, gondong dan infeksi mata
(Konjungtivitis Virus) serta reaksi terhadap makanan akibat buruknya
sanitasi dan keamanan pangan.
2. Permasalahan perilaku kesehatan pada anak usia sekolah biasanya
berkaitan dengan kebersihan perorangan dan lingkungan seperti gosok gigi
yang baik dan benar, kebiasaan cuci tangan pakai sabun, kebersihan diri.
10
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
PADA ANAK USIA SEKOLAH
11
Pada tahap ini yang dikaji adalah hubungan keluarga inti, dan apa latar
belakang sebelum menjalani sebuah kelurga.
d. Riwayat keluarga sebelumnya
e. Pada tahap ini yang dikaji adalah bagaimana keaadan keluarga
sebelumnya, sampai keadaan sekarang.
3. Lingkungan
a. Karakteristik rumah
Pada tahap ini yang dikaji adalah letak posisi rumah pada denah
perkampungan yang ditinggali keluarga dengan jelas.
b. Karakteristik tetangga dan komunitas
Pada tahap ini yang dikaji adalah gambaran tentang rumah keluarga dan
apa yang dilakukan keluarga setiap harinya, misalnya berbaur dengan
tetangga.
c. Mobilitas geografis keluarga
Pada tahap ini yang dikaji adalah letak daerah rumah keluarga
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi keluarga
Pada tahap ini yang dikaji adalah tentang interaksi dengan tetangga,
misalnya apakah keluarga mengikuti pengajian atau perkumpulan ibu-
ibu rumah tangga lainnya ataupun kegiatan lainya
e. Sistem pendukung keluarga
Pada tahap ini dikaji adalah tentang kesulitan keungan yang keluarga
dapat diatasi dengan dukungan keluarga
4. Struktur Keluarga
Menurut Mubarok, 2010 struktur keluarga antara lain :
a. Pola-pola komunikasi keluarga menjelaskan komunikasi antar anggota
keluarga, termasuk pesan yang disampaikan, bahasa yang digunakan,
komunikasi secara langsung atau tidak, pesan emosional (positif/
negatif), frekuensi kualitas komunikasi yang berlangsung.adakah hal –
hal yang tertutup dalam keluarga dan untuk didiskusikan.
b. Struktur kekuatan keluarga
Keputusan dalam keluarga, siapa yang membuat yang memutuskan
dalam penggunaan keuangan, pengambilan keputusan dalam pekerjaan
12
tempat tinggal, serta siapa yang memutuskan kegiatan dan kedisiplinan
anak–anak. Model kekuatan atau kekuasaan yang digunakan adalah
membuat keputusan.
c. Struktur peran
Menjelaskan peran dari masing – masing anggota keluarga baik secara
formal maupun informal.
d. Struktur nilai atau norma keluarga menjelaskan mengenai nilai norma
yang dianut keluarga dengan kelompok atau komunitas.
5. Fungsi keluarga
Menurut Harnilawati, 2013 :
a. Fungsi afektif
Mengkaji diri keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki keluarga,
dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, kehangatan
kepada keluarga dan keluarga mengembangkan sikap saling
menghargai
b. Fungsi sosialisasi
Mengkaji tentang otonomi setiap anggota dalam keluarga, saling
ketergantungan keluarga, yang bertanggung jawab dalam membesarkan
anak (Mubarok, 2012: 99). Fungsi mengembangkan dan tempat melatih
anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk
berhubungan dengan orang lain diluar rumah (Harnilawati, 2013: 09)
c. Fungsi perawatan kesehatan
Mengkaji tentang sejauh mana keluarga menyediakan makanan,
pakaian, dan perlindungan terhadap anggota yang sakit (Mubarok,
2012: 99)
d. Fungsi reproduksi
Mengkaji tentang beberapa jumlah anak, merencanakan jumlah anggota
keluarga serta metode yang digunakan keluarga dalam mengendalikan
jumlah anggota keluarga (Mubarok, 2010: 101)
e. Fungsi ekonomi
Mengkaji sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang pangan
dan papan (Mubarok, 2010: 102)
13
6. Stres dan koping keluarga
Menurut Mubarok, 2010 :
a. Stresor jangka pendek
Stresor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaikan dalam
waktu lebih dari 6 bulanStrategi koping yang digunakan.
b. Mengkaji tentang strategi koping apa yang digunakan keluarga bila
menghadapi permasalahan
c. Kemampuan keluarga berespons terhadap situasi atau stressor
d. Mengkaji sejauh mana keluarga berespon terhadap situasi atau stresor.
e. Strategi adaptasi disfungsional menjelaskan adaptasi disfungsional yang
digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.
7. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga metode ini
sama dengan pemerikasaan fisik di klinik.
8. Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap
petugas kesehatan yang ada.
14
c. Perawat dari keluarga secara langsung atau tidak langsung atau tidak
yang mendukung masalah dan penyebab.
Penyusunan masalah kesehatan dalam perawatan keluarga mengacu
pada tipologi diagnosis keperawatan keluarga yang dibedakan menjadi
3 kelompok, yaitu :
1) Diagnosa sehat/Wellness/potensial
Yaitu keadaan sejahtera dari keluarga ketika telah mampu
memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai sumber
penunjang kesehatan yang memungkinkan dapat digunakan.
Perumusan diagnose potensial ini hanya terdiri dari komponen
Problem (P) saja dan sign/ symptom (S) tanpa etiologi (E).
2) Diagnosa ancaman/risiko
Yaitu masalah keperawatan yang belum terjadi. Diagnosa ini dapat
menjadi masalah aktual bila tidak segera ditanggulangi. Perumusan
diagnosa risiko ini terdiri dari komponen problem (P), etiologi (E),
sign/ symptom (S).
3) Diagnosa nyata/aktual/gangguan
Yaitu masalah keperawatan yang sedang dijalani oleh keluarga dan
memerlukan bantuan dengan cepat. Perumusan diagnosa aktual
terdiri dari problem (P), etiologi (E), dan sign/ symptom (S).
Perumusan problem (P) merupakan respons terhadap gangguan
pemenuhan kebutuhan dasar. Sedangkan etiologi mengacu pada 5
tugas keluarga.
3.3 Intervensi
Perencanaan adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat untuk
dilaporkan dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang
telah diidentifikasi (Efendy,1998).
Penyusunan rencana perawatan dilakukan dalam 2 tahap yaitu pemenuhan
skala prioritas dan rencana perawatan (Suprajitmo, 2004).
1. Skala prioritas
15
Prioritas didasarkan pada diagnosis keperawatan yang mempunyai skor
tinggi dan disusun berurutan sampai yang mempunyai skor terendah.
Dalam menyusun prioritas masalah kesehatan dan keperawatan keluarga
harus didasarkan beberapa kriteria sebagai berikut :
a. Sifat masalah (aktual, risiko, potensial)
b. Kemungkinan masalah dapat diubah
c. Potensi masalah untuk dicegah
d. Menonjolnya masalah.
Skoring dilakukan bila perawat merumuskan diagnose keperawatan telah dari
satu proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh Bailon
dan Maglay (1978) dalam Effendy (1998).
No. Kriteria Nilai Bobot
1. Sifat Masalah : 1
Skala :
– Tidak/kurang sehat 3
– Ancaman Kesehatan 2
– Krisis 1
2. Kemungkinan masalah dapat diubah : 2
Skala : 2
– Dengan mudah 1
– Hanya sebagian 0
– Tidak dapat
3. Potensi masalah untuk dicegah : 1
Skala : 3
– Tinggi 2
– Cukup 1
– Rendah
4. Menonjolnya masalah : 1
Skala : 2
– Masalah berat, harus ditangani 1
– Masalah tidak perlu segera 0
ditangani
16
– Masalah tidak dirasakan
2. Perencanaan Keperawatan
Setelah menyusun prioritas masalah maka pada tahap berikutnya adalah
menyusun rencana tindakan keperawatan keluarga. Rencana tindakan
keperawatan keluarga merupakan sekumpulan rencana tindakan yang
direncanakan perawat untuk dilaksanakan, beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam mengembangkan rencana keperawatan adalah :
a. Rencana keperawatan harus berdasarkan atas analisa secara menyeluruh
tentang masalah situasi keluarga.
b. Rencana keperawatan harus realistis. Artinya dapat dilaksanakan dan
dapat menghasilkan apa yang diharapkan.
c. Rencana keperawatan harus sesuai dengan tujuan dan falsafah instansi
kesehatan, misalnya jika instansi kesehatan yang bersangkutan tidak
memungkinkan pemberian pelayanan secara cuma-cuma, maka perawat
harus mempertimbangkan hal tersebut dalam membuat rencana
keperawatan dan tindakan.
d. Rencana keperawatan harus dibuat bersama keluarga, hal ini sesuai
dengan prinsip bahwa perawat bekerja bersama keluarga dan bukan
untuk keluarga.
e. Rencana keperawatan dibuat secara tertulis, hall ini berguna bagi
perawat maupun tim kesehatan lainnya, serta dapat membantu dalam
mengawasi perkembangan masalah keluarga.
Berikut ini adalah tindakan keperawatan yang dilakukan keluarga untuk
mengatasi penyebab masalah keperawatan :
a. Membantu keluarga dalam penerimaan terhadap masalah dilakukan
adalah: perluas dasar sedang dihadapi, Bantu keluarga dan situasi yang
ada. Hubungkan sasaran yang telah ditentukan. menghadapi masalah.
b. Membantu keluarga agar dapat menentukan keputusan yang tepat dalam
rangka menyelesaikan masalah, tindakan yang dilakukan adalah:
diskusikan dengan keluarga konsekuensi yang akan timbul jika tidak
melakukan tindakan. Perkenalkan pada keluarga tentang alternatif
17
kemungkinan yang dapat diambil serta sumber-sumber yang diperlukan
untuk melaksanakan alternative tersebut. Diskusikan dengan keluarga
tentang manfaat dan masing-masing alternative tindakan.
c. Meningkatkan kepercayaan diri keluarga dalam memberikan perawatan
terhadap anggota keluarga yang sakit, perawat dapat melakukan
tindakan antara lain: demonstrasikan tindakan yang diperlukan.
Manfaatkan fasilitas atau sasaran yang ada di rumah keluarga. Hindari
hal-hal yang merintangi keberhasilan keluarga merujuk klien atau
mencari pertolongan kepada tim kesehatan yang ada.
d. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menciptakan lingkungan
yang menunjang kesehatan, perawat dapat melakukan tindakan antara
lain: Bantu keluarga dalam rangka menghindari adanya ancaman dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga. Bantu keluarga dalam
rangka memperbaiki fasilitas fisik yang ada. Hindarkan ancaman
psikologis dalam keluarga dengan cara memperbaiki pola, komunikasi
keluarga, memperjelas peran masing-masing keluarga. Kembangkan
kesanggupan keluarga dalam rangka pemenuhan kebutuhan psikososial.
e. Membantu keluarga dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada,
maka perawat harus mempunyai pengetahuan yang luas dan tempat
tentang sumber daya yang ada di masyarakat dan cara
memanfaatkannya, seperti instansi kesehatan, program peningkatan
kesehatan, dan organisasi-organisasi masyarakat.
18
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada keluarga Tn.W (37 tahun) yang tinggal di Kalilom
Lor Timur Surabaya. Tn.W memiliki istri yg bernama Ny.F (36 tahun) dan 3
orang anak yang bernama EL (11 tahun), YK (9 tahun) dan HN (9 bulan). Tn.W
adalah seorang PNS. Saat pengkajian ditemukan bahwa anak EL sedang sakit
batuk selama 1 bulan dan dia juga mempunyai riwayat sakit asma. Sebulan
terakhir ini asmanya kambuh sebanyak 2 kali. Anak EL juga memiliki riwayat
alergi debu, susu sapi dan makanan yang mengandung pengawet dan MSG.
19
Hepatitis
B, BCG,
DPT
LANJUTAN
N Status Kesehatan
Nama Alat Bantu/ Protesa Riwayat Penyakit/ Alergi
o Saat ini
1. Ny. L - Saat ini tidak keluhan apapun Vertigo
2. Anak - Saat ini anak EL mengalami batuk dan asmanya Pernah mengalami demam
EL sering kambuh dalam 1 bulam ini kambuh hingga 40oC, tetapi tidak
sampai kejang, diare,asma,
sebanyak 2 kali. Hal itu terjadi setelah anak
riwayat alergi debu dan
makan jajan yang dibelinya diluar sekolah makanan yang mengandung
bahan pengawet, alergi susu
sapi
3 Anak Berkaca mata Saat ini tidak ada keluhan apapun Batuk-pilek, riwayat alergi
YK susu sapi
20
DATA PENUNJANG KELUARGA
Rumah dan Sanitasi Lingkungan PHBS Di Rumah Tangga
Kondisi Rumah Jika ada Bunifas, Persalinan ditolong oleh tenaga
Type rumah : permanen/semi permanen* kesehatan :
Lantai : tanah/plester/keramik,lainnya…. Ya/ Tidak
Kepemilikan rumah : sendiri / sewa*
Ventilasi : Jika ada bayi, Memberi ASI ekslusif : Ya / Tidak
Baik (10-15% dari luas lantai): ya/tidak*
Jendela setiap hari dibuka: ya/tidak* Jika ada balita, Menimbang balita tiap bln :
………………………………………………… Ya/Tidak.
Saluran Buang Limbah : Mencuci tangan dengan air bersih & sabun :
Tertutup/terbuka* Ya/ Tidak*
Keluarga Tn. W membuang limbah rumah tangga ke got.
21
85:5=17m²/orang. Makan buah dan sayur setiap hari : Ya/ Tidak*
22
11) Apakah keluarga dapat melakukan pencegahan masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya:
a. Ya Tidak, anak EL masih bisa/sering beli jajan sembarangan disekolah dan rumah masih belum rapi dan
bersih/bebas debu.
12) Apakah keluarga mampu memelihara atau memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan anggota keluarga
yang mengalami masalah kesehatan :
Ya Tidak, Lingkungan sekitar rumah dan di dalam rumah masih belum rapi dan berdebu belum ada tong
sampah di depan rumah / keluarga masih membuang sampah dengan cara dibakar
13) Apakah keluarga mampu menggali dan memanfaatkan sumber di masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan
anggota keluarganya :
Ya Tidak, Saat ada keluarga merasa kurang mampu menyelesaikan masalah kesehatan anggota maka akan
ditanyakan ke petugas kesehatan untuk pengobatan selanjutnya.
KEMANDIRIAN KELUARGA
Kriteria :
1. Menerima petugas puskesmas Kemandirian I : Jika memenuhi kriteria 1&2
2. Menerima yankes sesuai rencana Kemandirian II : jika memenuhi kriteria 1 s.d 5
3. Menyatakan masalah kesehatan secara benar Kemandirian III : jika memenuhi kriteria 1 s.d 6
4. Memanfaatkan faskes sesuai anjuran Kemandirian IV : Jika memenuhi kriteria 1 s.d 7
5. Melaksanakan perawatan sederhana sesuai anjuran
6. Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif
7. Melaksanakan tindakan promotif secara aktif
Kategori :
Kemandirian I Kemandirian II
Denah Rumah
23
Keterangan :
Rumah terdiri dari 2 lantai dengan ukuran 5mx17m = 85 m². Kondisi rumah saat
pengkajian kurang rapi, kotor dan berdebu. Barang – barang tidak tertata dengan
rapi dikarenakan saat itu keluarga Tn.W sedang melakukan renovasi pagar dan
teras.
24
EL suka jajan
sembarangan .
2. DS : DO : Perilaku kesehatan
a. Keluarga mengatakan a. Tidak ditemukan cenderung berisiko
sebenarnya ingin adanya tong sampah di
membuang sampah lingkungan sekitar
langsung ke tempat / rumah TN W
tong sampah.
b. Keluarga mengatakan
keluarga sebenarnya
malas untuk
membakar sampah
terus
25
– Tidak dapat 0
Potensi masalah untuk 1
dicegah :
Skala :
3/3 x 1 = 1
– Tinggi 3
– Cukup 2
– Rendah 1
Menonjolnya masalah : 1
Skala :
– Masalah berat, harus 2
ditangani
2/2 x 1 = 1
– Masalah tidak perlu 1
segera ditangani
– Masalah tidak 0
dirasakan
Total 11/3 = 3 2/3
2. Perilaku kesehatan Sifat Masalah : 1
cenderung berisiko Skala :
2/3 x 1 =
– Tidak/kurang sehat 3
2/3
– Ancaman Kesehatan 2
– Krisis 1
Kemungkinan masalah 2
dapat diubah :
Skala :
1/2 x 2 = 1
– Dengan mudah 2
– Hanya sebagian 1
– Tidak dapat 0
Potensi masalah untuk 1
dicegah :
1/3 x 1 =
Skala :
1/3
– Tinggi 3
– Cukup 2
26
– Rendah 1
Menonjolnya masalah : 1
Skala :
– Masalah berat, harus 2
ditangani 1/2 x 1 =
– Masalah tidak perlu 1 1/2
segera ditangani
– Masalah tidak 0
dirasakan
Total 15/6 = 2 3/6
Prioritas masalah :
3. Ketidak efektifan Manajemen kesehatan
4. Perilaku kesehatan cenderung berisiko
27
4.5 Intervensi Keperawatan
28
b) Manajemen diri : Asma [0704] 2) Manajemen asma [3210]
(1) Menginisiasi tindakan untuk mencegah a) Ajarkan keluarga dan klien untuk mengidentifikasi
pemicu [070402] pemicu.
(2) Menginisiasi tindakan untuk mengolah b) Instruksikan keluarga untuk menghindari bahan
pemicu [070402] penyebab alergi, sebagaimana mestinya.
c) Instruksikan keluarga dan pasien untuk mencegah
pengunaan bahan yang menyebabkan respon alergi.
3. Keluarga dapat merawat anggota keluarga yang 1) Pendidikan kesehatan [5510]
sakit. a) Identifikasi faktor internal atau eksternal yang dapat
Kriteria hasil: meningkatkan terjadi serangan asma.
a) Manajemen diri : Asma [0704] b) Ajarkan teknik yang tepat untuk menggunakan
(1) Mengikuti perencanaan kegawatan untuk pengobatan dan alat (inhaler, nebulizer)
serangan akut [070428] c) Demonstrasi tentang tata acara penanganan awal
(2) Mengikuti perencanaan pencegahan serangan asma di rumah.
kekambuhan asma [070427] d) Tekankan pentingnya pola makan yang sehat,
(3) Menggunakan inhaler, nebilizer, dan spacer olahraga bagi klien dan keluarga untuk
dengan tepat [070434] meningkatkan sistem imun tubuh.
29
4. Keluarga mampu memodifikasi lingkungan, 1) Manajemen lingkungan [6480]
Kriteria hasil: a) Anjurkan keluarga untuk menciptakan lingkungan
a) Manajemen diri : Asma [0704] yang bersih (bebas debu/alergen)
(1) Melakukan modifikasi lingkungan yang tepat b) Anjurkan keluarga untuk meletakkan obat asma
[070403] (inhaler, nebulizer) di tempat yang mudah dijangkau
(2) Menyesuaikan kehidupan rutin untuk oleh klien dan keluarga.
mengoptimalkan kesehatan [070429] c) Menyarankan kepada keluarga untuk tidak
membakar sampah memilih cara membuang sampah
di TPA oleh keluarga secara mandiri.
5. Keluarga dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan 1) Manajemen asma [3210]
Kriteria hasil : a) Instruksikan klien dan keluarga untuk membawa
a) Perilaku Pencarian Kesehatan [1603] dan mendapatkan pengobatan lanjutan asma di
(1) Mencari bantuan kesehatan bila diperlukan rumah sakit.
[160316] b) Motivasi keluarga untuk melakukan injeksi alergi di
b) Manajemen diri : Asma [0704] rumah sakit.
(1) Mempertahankan akses ke pengobatan [0704]
30
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Keluarga merupakan suatu perkumpulan orang yang terdiri dari suami, istri dan
anak-anaknya baik anak kandung maupun adopsi, Keluarga juga merupakan pusat
perkembangan anak untuk dapat berkembang dengan baik atau tidak, keluarga yang baik
dapat mendukung anak dapat berkembangan baik pula. Keluarga dengan tahap
perkembangan anak usia sekolah mempunyai tugas perkembangan, yaitu :
mensosialisasikan anak untuk dapat meningkatkan prestasi sekolahnya, meningkatkan
kominikasi terbuka agar anak mau bercerita tentang pengalaman yang dialaminya, selain
itu orang tua juga harus bisa melepaskan anak-anaknya utuk bisa bergaul dan bermain
dengan teman sebayanya.
Pada tahap ini anak sering sekali tidak berada dirumah mereka lebih senang untuk
bermain dengan teman-temannya, sehingga orang tua berpisah dengan anaknya untuk
sementara waktu. Penerapan proses keperawan keluarga memerlukan keterampilan yang
baik dalam berkomunikasi, skill keperawatan dan pemilihan pertanyaan yang tepat
sehingga proses keperawatan dapat diterapkan dengan baik.
5.2 Saran
1. Dalam melakukan pengkajian diharapkan mahasiswa dapat menyimpulkan apakah
keluarga sudah mampu memenuhi tugas perkembangan anak usia sekolah atau belum.
2. Mahasiswa adalah seoarang calon perawat yang salah satu kliennya adalah keluarga,
maka diharapkan mahasiswa dalam memberikan asuhan keperawatan tidak
melangkahi profesionalitas berkerja dan selalu menghormati privasi yang klien miliki.
3. Dalam melakukan pengkajian, perawat harus membina trust terlebih dahulu untuk
melakukan rencana asuhan keperawatan.
31
DAFTAR PUSTAKA
Efendi, Ferry. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Friedman, M.M. 2002. Keperawatan keluarga: Teori dan praktik, edisi 3 (ed-3). Jakarta: EGC.
Herdman, Heather, T. 2014. Diagnosa Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10.
Jakarta : EGC.
Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. 2011. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi. Jakarta :
Salemba Medika.
Mubarak, W.I. 2012. Promosi Kesehatan untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Setiawati,S, 2008, Proses Pembelajaran Dalam Pendidikan Kesehatan. Jakarta : Trans Info
Medial
32