Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 17

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR....................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii

ABSTRAK..................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1

1.2 Rumusan Permasalahan .................................................................... 6

1.3 Tujuan Penulisan................................................................................ 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................10

5.1 Kesimpulan……. .............................................................................109

5.2 Saran ............................................................................. 110

Bab III PENUTUP………………… ...........................................................................109

A. Kesimpulan……. .............................................................................109

B. Saran ............................................................................. 110

DAFTAR PUSTAKA ……………………….................................................................... 111

LAMPIRAN-LAMPIRAN……………………………………........................................................ 113
BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Dalam ilmu elektronika, didalamnya terdapat beberapa materi penting yang harus
diketahui dan tidak lepas dari berbagai jenis rangkaian. Salah satu materi tersebut yaitu
mengenal rangkaian setara Thevenin – Norton.
Dalam kehidupan sehari-hari, seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan
dan teknologi, manusia telah menciptakan berbagai peralatan yang menunjang kehidupan
mereka. Peralatan yang begitu canggih tersebut tidak pernah terlepas dari rangkaian
penyusun yang ada di dalamnya.
Semakin canggihnya sebuah alat, semakin banyak pula komponen-komponen
penyusun yang dibutuhkan. Komponen-komponen yang begitu kompleks inilah yang
rumit untuk didefinisikan. Maka dari itu fungsi dari rangkaian setara Thevenin – Norton
adalah untuk menyederhanakan rangkaian yang rumit menjadi rangkaian yang lebih
sederhana.
Theorema thevenin di namakan sesuai dengan penemunya, yaitu seorang insyinyur
berkebangsaan Prancis yaitu M.L. Thevenin. Sedangkan teorema norton di temukan oleh
seorang insyinyur yang pernah bekerja pada Bell telephone laboratories, yang bernama
E.L. Northon.
Teorema Thevenin – Norton adalah salah satu teorema yang berguna untuk
analisis sirkuit listrik. Teorema Thevenin – Norton menunjukkan bahwa jaringan listrik
tertentu, kecuali beban, dapat diganti dengan sirkuit ekuivalen yang hanya mengandung
sumber tegangan (Thevenin) dan sumber arus (Norton) listrik independen dengan sebuah
resistor yang terhubung secara seri, sedemikian hingga hubungan antara arus listrik dan
tegangan pada beban tidak berubah. Sirkuit baru hasil dari aplikasi teorema Thevenin
disebut dengan sirkuit ekuivalen Thevenin dan Norton. Pengggunaan utama teorema ini
adalah menyederhanakan sebagian besar dari sirkuit dengan sirkuit ekuivalen yang
sederhana.

TUJUAN
Mahasiswa diharapkan dapat:
1. Melakukan pengukuran tegangan Thevenin, hambatan Thevenin dan arus Norton dari
rangkaian-rangkaian sederhana.
2. Menyelidiki pengaruh beban terhadap tegangan dan kuat arus output rangkaian
elektronik dengan menggunakan teorema Thevenin dan Norton.
BAB II
PEMBAHASAN

A.Teoreme-Thevenin-Norton

Sebuah rangkaian atau jaringan linear, aktif dan resistif yang mengandung satu
atau lebih sumber tegangan atau sumber arus dapat diganti dengan satu sumber tegangan
dan satu resistan seri (Theorema Thevenin) atau satu sumber arus dan satu resistan
parallel (Theorema Norton). Teori Thevenin dan Norton hanya diterapkan untuk
rangkaian dua terminal, yang terdiri dari elemen resistan dan sumber tegangan konstan
(Taufiqullah, 2015).
Teorema Thevenin adalah teorema yang berguna untuk mempermudah
analisis sirkuit. Teorema ini membuktikan bahwa keseluruhan komponen, kecuali
beban dapat digantikan dengan sirkuit ekivalen yang terdiri dari sumber tegangan
independen dengan resistor yang terhubung secara seri. Hubungan antara arus dan
tegangan pada beban tidak berubah dan ini mempermudah analisis sirkut. Sirkuit baru
hasil pengaplikasian teorema Thevenin disebut sirkuit ekuivalen Thevenin. Teorema
ini dinamakan sesuai dengan penemunya yang bernama M. L. Thevenin (Pramarta,
2015).

Gambar 1. Rangkaian Thevenin

Teorema Norton adalah teorema yang berfungsi untuk mempermudah analisis


sirkuit. Penggunaanya hampir mirip dengan teorema Thevenin, namun perbedaannya
terdapat pada sumber independen dan hubungan dengan resistornya. Pada rangkaian
Norton ini, sirkuit diganti dengan sumber arus independen yang terhubung dengan
resistor secara parallel. Teorema ini dinamakan sesuai dengan penemunya yang
bernama E. L. Norton (Pramarta, 2015).

Gambar 2. Rangkaian Norton

Tegangan Thevenin VTH, didefinisikan sebagai tegangan yang melewati terminal beban
saat hambatan beban terbuka. Karena ini, tegangan Thevenin terkadang disebut dengan
tegangan rangkaian terbuka. Definisinya : Tegangan Thevenin : VTH = VOC
dengan VOC merupakan singkatan dari “Open – Circuit Voltage” (Tim Elektornika Dasar,
2015).
Hambatan Thevenin didefinisikan sebagai hambatan yang diukur antar – terminal saat
seluruh sumber dibuat nol (dihubung singkat) dan hambatan beban terbuka. Sebagai
definisi:
Hambatan Thevenin : RTH = ROC
Theorema Thevenin merupakan alat bantu aplikatif dalam dunia elektronika. Theorema
ini tidak hanya menyederhan akan perhitungan, tetapi juga memungkinkan kita untuk
menjelaskan operasi rangkaian yang tidak mampu dijelaskan hanya dengan menggunakan
persamaan Kirchhoff (Tim Elektornika Dasar, 2015).
Arus Norton, didefinisikan sebagai arus beban saat hambatan beban dihubung singkat.
Karena ini, arus Norton terkadang disebut juga dengan arus hubung singkat (Short –
Circuit Current, ISC). Sebagai definisi :
Arus Norton : IN = ISC
Hambatan Norton, RN, adalah hambatan yang diukur oleh ohmmeter pada terminal
beban saat seluruh sumber diturunkan menjadi nol dan hambatan beban dibuka (dilepas).
Sebagai definisi :
Hambatan Norton : RN = ROC
Karena hambatan Thevenin dan hambatan Norton memiliki definisi yang sama, maka
dapat dituliskan : RN = RTH
Penurunan ini menunjukkan bahwa hambatan Thevenin sama dengan hambatan
Norton. Apabila kita menghitung hambatan Thevenin sebesar 10 k, maka hambatan
Norton juga sebesar 10 k.
Norton membuktikan bahwa rangkaian dalam kotak hitam akan menghasilkan
tegangan beban yang sama dengan rangkaian sederhana Gambar 1.2 (b). Sebagai
penurunan, theorema Norton terlihat sebagai berikut.
VL = IN (RN | | RL)
Dengan kata lain, tegangan beban sama dengan arus Norton dikalikan dengan
hambatan Norton yang parallel dengan hambatan beban.
Sebelumnya kita definisikan hambatan Norton setara dengan hambatan Thevenin.
Tetapi perhatikan perbedaan posisi hambatan : hambatan Thevenin selalu diseri dengan
sumber tegangan, sedangkan hambatan Norton selalu parallel dengan sumber arus (Tim
Elektornika Dasar, 2015).

METODE PERCOBAAN
Alat dan Bahan
1. Resistor 3 buah
2. Potensiometer 1 buah
3. Power Supply 0 – 12 Vdc 1 buah
4. Voltmeter 0 – 10 Vdc 1 buah
5. Amperemeter 0 – 1 Adc 1 buah
6. Papan Kit, 1 buah
7. Kabel penghubung
Identifikasi Variabel
Kegiatan 1
1. Variabel Manipulasi : Tegangan Sumber (Vs)
2. Variabel Respon : Tegangan Thevenin (VTH) dan Arus Norton (IN)
3. Variabel Kontrol : Hambatan (R)
Kegiatan 2
1. Variabel Manipulasi : Hambatan Beban (RL)
2. Variabel Respon : Tegangan Thevenin (VTH) dan Arus Norton (IN)
3. Variabel Kontrol : Hambatan (R)
Definisi Operasional Variabel
1. Hambatan adalah sebuah komponen elektronika yang berfungsi mengantar dan
menghambat listrik.
2. Tegangan Sumber adalah tegangan yang dihasilkan oleh power supply.
3. Tegangan Thevenin adalah tegangan yang melewati terminal beban saat hambatan
terbuka.
4. Arus Norton adalah arus yang mengalir pada saat hambatan dihubung singkat.
5. Hambatan Beban adalah hambatan yang dijadikan variabel manipulasi.
Prosedur Kerja
Prosedur kerja dalam percobaan ini antara lain : sebelum kita merangkai komponen,
terlebih dahulu mencatat spesifikasi masing-masing komponen yang kita gunakan.
Kemudian membuat rangkaian di atas papan kit yang telah disediakan, seperti gambar
berikut;

Gambar 3. Rangkaian pada kegiatan pertama

Kemudian mengatur tegangan sumber sebesar 2 v lalu mengukur tegangan rangkaian


buka (Voc) antara titik A dan B (tanpa beben R L) dan arus hubungan singkat (Isc) dengan
menempatkan sebuah ammeter melintasi A – B (Voc dan Isc tidak diukur bersamaan). Dan
juga mengukur besar resistansi total rangkaian dengan melepas power supply (rangkaian
dihubung singkat pada posisi sumber dan tanpa beban). Kemudian mengulangi langkah
tersebut untuk tegangan sumber 4 V, 6 V, 8 V, 10 V, dan 12 V. Selanjutnya memasang
beban RL pada keluaran rangkaian seperti gambar berikut.

Gambar 4. Rangkaian pada kegiatan kedua


Mengatur potensiometer pada posisi tegangan keluaran (Vo) sebesar 0,2 V dan mengukur
arus beban (IL). Melanjutkan dengan mengubah nilai RL dengan tegangan keluaran (Vo)
0,4 V, 0,6 V, 0,8 V, 1,0 V dan 1,2 V. Mencatat nilai arus dan tegangan setiap perubahan.
HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS DATA
A. Hasil Pengamatan
R1= 2200 Ω
R1= 3300 Ω
R1= 5600 Ω
Tabel 1. Hubungan antara tegangan sumber terhadap tegangan thevenin dan arus norton.
No Vs (volt) V oc (Volt) IN (mA)
1 2 0,88 0,15
2 4 1,52 0,32
3 6 1,92 0,48
4 8 2,35 0,65
5 10 3,49 0,75
6 12 3,98 1,01

Tabel 2. Hubungan antara hambatan beban terhadap tegangan keluaran dengan arus
beban
No Vo (Volt) Il (Volt)
1 0,1 0,72
2 0,2 0,70
3 0,3 0,69
4 0,4 0,68
5 0,5 0,66
6 0,6 0,65

B. Analisis Data
Secara teori
RTH= R3 + (R1|| R2)
= 5600 Ω + ( 2200 Ω∨¿ 3300 Ω ¿
= 5600 Ω+1320 Ω
= 6,9 kΩ
Secara praktikum
RTH = 8,3 kΩ

%diff = | RTH P−RTH T


|
R TH rata−rata
× 100

= |8,3 kΩ−6,9
7,6 kΩ

|× 100
= 18,42%
 Data 1
Secara teori
R2
VTH = ×V S
R 1+ R 2
3300 Ω
= ×2 V
2200 Ω+3300 Ω
= 1,2 V
Secara praktikum
VTH = 0,88 V

%diff = | V TH T −V TH P
V TH rata−rata |
×100

= |1,2V1,04−0,88V
V |×100
= 30,77%
Secara teori
V TH
IN =
RTH
1,2 V
=
6,9 kΩ
=0,17 mA
Secara praktikum
IN = 0,15 mA

%diff = | I N rata−rata|
I N T −I N P
× 100

= |0,17 mA−0,15
0,16 mA
mA
|×100
= 12,5%
 Data 2
Secara teori
R2
VTH = ×V S
R 1+ R 2
3300 Ω
= ×4 V
2200 Ω+3300 Ω
= 2,4 V
Secara praktikum
VTH = 1,52 V

%diff = | V TH T −V TH P
V TH rata−rata |
×100

= |2,4 V1,96−1,52
V
V
|× 100
= 44,9%
Secara teori
V TH
IN =
RTH
2,4 V
=
6,9 kΩ
=0,38 mA
Secara praktikum
IN = 0,32 mA

%diff = | I N rata−rata|
I N T −I N P
× 100

= |0,38 mA−0,32
0,35 mA
mA
|×100
= 17,14%
 Data 3
Secara teori
R2
VTH = ×V S
R 1+ R 2
3300 Ω
= ×6 V
2200 Ω+3300 Ω
= 3,6V
Secara praktikum
VTH = 1,92 V

%diff = | V TH T −V TH P
V TH rata−rata |
×100

= |3,6V2,76−1,92V
V |×100
= 60,87%
Secara teori
V TH
IN =
RTH
3,6 V
=
6,9 kΩ
=0,52 mA
Secara praktikum
IN = 0,48 mA

%diff = | I N rata−rata|
I N T −I N P
× 100

= |0,52mA0,5−0,48
mA
mA
|×100
= 8%
 Data 4
Secara teori
R2
VTH = ×V S
R 1+ R 2
3300 Ω
= ×8 V
2200 Ω+3300 Ω
= 4,8 V
Secara praktikum
VTH = 2,35 V

%diff = | V TH T −V TH P
V TH rata−rata |
×100

= |4,8 V3,57−2,35
V
V
|×100
= 68,63%
Secara teori
V TH
IN =
RTH
4,8 V
=
6,9 kΩ
= 0,69 mA
Secara praktikum
IN = 0,65 mA

%diff = | I N rata−rata|
I N T −I N P
× 100

= |0,69 mA−0,65
0,67 mA
mA
|×100
= 5,97 %
 Data5
Secara teori
R2
VTH = ×V S
R 1+ R 2
3300 Ω
= ×10 V
2200 Ω+3300 Ω
=6V
Secara praktikum
VTH = 3,49V

%diff = | V TH T −V TH P
V TH rata−rata |
×100

= |6 V4,74 V |
−3,49 V
× 100

= 52,95%
Secara teori
V TH
IN =
RTH
6V
=
6,9 kΩ
=0,87 mA
Secarapraktikum
IN = 0,75 mA

%diff = | I N rata−rata|
I N T −I N P
× 100

= |0,87 mA−0,75
0,81 mA
mA
|×100
= 14,81 %
 Data 6
Secara teori
R2
VTH = ×V S
R 1+ R 2
3300 Ω
= ×12V
2200 Ω+3300 Ω
= 7,2 V
Secara praktikum
VTH = 3,98 V

%diff = | V TH T −V TH P
V TH rata−rata |
×100

= |7,2V5,59−3,98V
V |×100
= 57,60%
Secara teori
V TH
IN =
RTH
7,2 V
=
6,9 kΩ
= 1,04 mA
Secara praktikum
IN = 1,01 mA

%diff = | I N rata−rata|
I N T −I N P
× 100

= |1,04 mA−1,01
1,02 mA
mA
|×100
= 2,94 %
C. Analisis Grafik

Hubungan antara hambatan beban terhadap tegangan beban dan arus beban keluaran.

0.7

0.6
f(x) = - 7.2x + 5.27
R² = 0.99
0.5
Tegangan Beban (V)

0.4

0.3

0.2

0.1

0
0.64 0.65 0.66 0.67 0.68 0.69 0.7 0.71 0.72 0.73

Arus Beban (mA)

Grafik 1.Hubungan antara hambatan beban terhadap tegangan dan arus beban keluaran.
AnalisisGrafik
y = mx + c
y = -7,2x + 5,27
y VL
m= =
x IL
VL
Di mana RTH= maka m = RTH
IL
Jadi, RTH = 7,2 kΩ
Secara teori
RTH= R3 + (R1|| R2)
= 5600 Ω + ( 2200 Ω∨¿ 3300 Ω ¿
= 5600 Ω+1320 Ω
= 6,9 kΩ
Secara praktikum
RTH = 8,32 kΩ
% diffantarateoridengangrafik
Teori−Grafik
%diff = ×100%
Rata−Rata
(6,9 kΩ−7,2 kΩ)
%diff = ×100%
7,05 kΩ
= 4,25%

Pada kegiatan pertama, hubungan antara tegangan Thevenin dan arus Norton akan
diselidiki. Secara teori, nilai tegangan Thevenin, arus Norton serta Hamabatan Thevenin
dinyatakan dalam bentuk perhitungan yang telah ditampilkan sebelumnya. Jika dibandingkan
dengan nilai yang dinyatakan dalam perhitungan (nilai teori), seperti nilai tegangan Thevenin
yaitu 1.20 Volt, 2.40 Volt, 3.60 Volt, 4.80 Volt, 6 Volt, dan 7.20 Volt. Dengan hambatan
Thevenin yang diperoleh secara teori sebesar 6,9 kΩ , dan didapatkan arus Norton secara
teori pula sebesar 0.17 mA, 0.38 mA , 0.52 mA , 0.69 mA , 0.87 mA , 1.04 mA, dengan nilai
yang diperoleh secara praktikum dengan tegangan Thevenin 0.88 Volt, 1.52 Volt, 1.92 Volt,
2.53 Volt, 3.49 Volt, 3.98 Volt, untuk hambatan Thevenin 8,3 kΩ , untuk arus Norton yaitu
0.15 mA, 0.32 mA, 0.48 mA, 0.65 mA, 0.75 mA, 1.01 mA, perbedaan antara nilai teori dan
nilai yang diperoleh dari praktikum dinyatakan dalam %diff. Untuk %diff tegangan thevenin
secara teori dan praktikum dengan besar penyimpangan terkecil sebesar 30,77 % dan besar
penyimpangan terbesar yaitu sebesar 68,63 %. Dengan hasil ini menandakan bahwa data
tegangan Thevenin yang kami peroleh tidak baik karena perbedaanya dengan nilai teori
terlalu besar. Timbulnya nilai yang menyimpang dari nilai yang sebenarnya disebabkan oleh
faktor alat yang kurang mendukung. Sedangkan %diff untuk arus Norton secara teori dan
praktikum dengan besar penyimpangan terkecil adalah 2,94% dan besar penyimpangan
terbesar yaitu sebesar 17,14%. Dengan hasil ini menandakan bahwa data arus Norton yang
diperoleh baik karena penyimpangannya tidak terlalu besar.
Pada kegiatan kedua, pengaruh hambatan beban terhadap tegangan dan arus output akan
diselidiki dan hasilnya ditampilkan dalam sebuah grafik. Berdasarkan grafik, nilai dari
hambatan potensiometer diperbesar dan haslinya terlihat besarnya tegangan meningkat
seiring dengan turunnya nilai kuat arus. Ini sesuai dengan hukum Ohm. Nilai hambatan
secara teori diperoleh sebesar 6,9 kΩ , sedangkan nilai hambatan yang diperoleh secara
praktikum sebesar 8,32 kΩ . Sehingga hasil praktikum sesuai dengan teori (Hukum Ohm),
Besarnya penyimpangan nilai praktikum dari nilai teori adalah 4,25 %. Dari nilai tersebut,
dapat dilihat bahwa semakin besar tegangan sumber maka arus bebannya semakin kecil, atau
dapat dikatakan bahwa keduanya berbanding terbalik. Perbandingan ini juga dinyatakan
pada kurva hubungan antara tegangan sumber dan arus beban yang semakin kekanan sumbu
x, maka kurva bergerak turun ke y yang semakin kecil. Dari penjelasan tersebut dapat
disimpulkan bahwa nilai yang kami peroleh dalam keadaan baik.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Nilai tegangan thevenin dan arus Northon berbanding lurus dengan besar tegangan
sumber. Semakin dinaikkan tegangan sumber, maka nilai tegangan Thevenin dan arus
Northon semakinbesar.
2. Beban pada rangkaian berpengaruh pada tegangan output dengan skala yang berbanding
lurus, dan kuat arus output dengan skala yang berbanding terbalik. Semakin besar
tegangan, maka arus beban semakin kecil (berbanding terbalik).

DAFTAR PUSTAKA
Pramarta, Wedanta. 2015., Rangkaian Arus Searah dan Nilai Statistik Resistansi.
http://dokumen.tips/documents/rangkaian-arus-searah-dan-nilai-statistik-
resistansi.html Diakses pada tanggal 26 Oktober 2015.
Taufiqullah, Opik. 2015., Teori Thevenin dan Norton. 26 Oktober 2015.
http://www.tneutron.net/elektro/teori-thevenin-dan-norton/ Diakses pada tanggal 26
Oktober 2015.
Tim Elektronika Dasar, 2015. Penuntun Praktikum Elektronika Dasar 1. Makassar:
Laboratorium Unit Elektronika & Instrumentasi Jurusan Fisika FMIPA
UNM.

You might also like