Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga adalah unit sosial terkecil dalam masyarakat yang berperan
dan berpengaruh sangat besar terhadap perkembangan sosial dan
perkembangan kepribadian setiap anggota keluarga. Keluarga memerlukan
organisasi tersendiri dan perlu kepala rumah tangga sebagai tokoh penting
yang memimpin keluarga disamping beberapa anggota keluarga lainnya.
Anggota keluarga terdiri dari Ayah, ibu, dan anak merupakan sebuah satu
kesatuan yang memiliki hubungan yang sangat baik. Hubungan baik ini
ditandai dengan adanya keserasian dalam hubungan timbal balik antar semua
anggota/individu dalam keluarga. Sebuah keluarga disebut harmonis apabila
seluruh anggota keluarga merasa bahagia yang ditandai dengan tidak adanya
konflik, ketegangan, kekecewaan dan kepuasan terhadap keadaan (fisik,
mental, emosi dan sosial) seluruh anggota keluarga. Keluarga disebut
disharmonis apabila terjadi sebaliknya (Nurbaeti., 2017).
Ketegangan maupun konflik antara suami dan istri maupun orang tua
dengan anak merupakan hal yang wajar dalam sebuah keluarga atau rumah
tangga. Tidak ada rumah tangga yang berjalan tanpa konflik namun konflik
dalam rumah tangga bukanlah sesuatu yang menakutkan. Hampir semua
keluarga pernah mengalaminya (Ciciek., 1999)
Dalam hidupnya setiap manusia tentu membutuhkan yang namanya
kasih sayang dari seseorang dan seorang teman yang bisa mengerti
tentang dirinya. Untuk mendapatkan hal itu, maka dibutuhkan peran
seorang pasangan yang ideal. Dengan hadirnya seorang pasangan di
samping kita maka menjalani kehidupan tidak akan ada lagirasa kesepian
karena sudah ada sosok pendamping kita yang selalu akan menemani untuk

1
berbagi suka maupun duka. Untuk lebih memperkokoh hubungan
tersebut, kemudian pasangan tersebut masuk ke dalam lembaga perkawinan
(Emi Sutriminah., 2017)
Perkawinan merupakan babak baru bagi individu untuk memulai
suatu kewajiban dan berbagi peran yang sifatnya baru dengan
pasangannya. Fungsi peran akan menentukan tugas dan kewajiban individu
dalam suatu keluarga yang harmonis. Dengan lembaga tersebut akan
diperoleh aturan hukum yang melindungi keberadaan hubungan tersebut di
dalam masyarakat. Pada masa selanjutnya, kemudian pasangan tersebut
menjadi sebuah keluarga yang di dalamnya terdiri dari seorang ayah, ibu, dan
anak atau tanpa anak sekalipun (Fatahillah., 2011) Dalam menjalani kehidupan
berkeluarga tentunya tidak semudah dan semulus yang dibayangkan, pasti
banyak lika-liku masalah yang harus dihadapi oleh keluarga tersebut. Di sini
pengertian dan rasa kebersamaan kekeluargaan sangat dibutuhkan agar
pada nantinya semua dapat dihadapi dan sesuai dengan harapan dari
masing-masing anggota keluarga tersebut (Gustiana HB., 2010).
Dalam perkawinan setiap pasangan memimpikan dapat membangun
keluarga yang harmonis, bahagia dan saling mencintai, tetapi faktanya
banyak keluarga yang ternyata tidak harmonis, justeru merasa tertekan
dan sedih karena terjadinya kekerasan dalam rumah tangga, baik
kekerasan yang bersifat fisik, psikologis atau kejiwaan, seksual,
emosional, maupun penelantaran keluarga. Kekerasan dalam Rumah Tangga
(KDRT) bisa disebabkan oleh faktor internal dan eksternal, baik itu secara
perseorangan maupun secara bersama-sama, apalagi di jaman
keterbukaan dan kemajuan teknologi informasi yang seringkali suatu
tindak kekerasan muncul melalui media informasi yang tidak bisa tersaring
pengaruh negatifnya terhadap kenyamanan hidup dalam berumah-tangga.

2
Kondisi ini cenderung mengganggu pertumbuhan dan perkembangan
anak, sehingga anak-anak tumbuh dan berkembang secara tidak natural,
justeru menghambat anak-anak dapat berprestasi di sekolahnya. Untuk
menyelamatkan pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal, perlu
dilakukan penanganan secara psikologis dan edukatif terhadap kasus
Kekerasan Dalam Rumah-Tangga (KDRT), baik yang sifatnya kuratif
maupun preventif, sehingga akan bermanfaat bagi pelaku Kekerasan Dalam
Rumah-Tangga (KDRT), utamanya bagi kurban Kekerasan Dalam Rumah-
Tangga (KDRT) dan masyarakatnya secara umum (Nafsiah Mboi., 1997).
Setiap keluarga ingin membangun keluarga bahagia dan penuh
rasa saling mencintai baik secara lahir maupun batin, dengan kata lain
bahwa setiap keluarga berharap dapat membangun keluarga harmonis dan
bahagia yang sering disebut keluarga sakinah, Tetapi faktanya tidak semua
keluarga dapat berjalan mulus dalam mengarungi bahtera rumah-tangganya,
karena ada keluarga yang tidak sepenuhnya bisa merasakan kebahagiaan
dan saling mencintai dan menyayangi, justeru mendapat rasa tidak-nyaman,
tertekan, atau kesedihan dan perasaan takut dan benci di antara
sesamanya. Hal ini terindikasi dengan masih dijumpainya pada sejumlah
rumah tangga yang bermasalah, bahkan terjadi berbagai ragam kekerasan
dalam rumah tangga (KDRT). Ironisnya jumlah kekerasan yang terjadi
semakin hari semakin meningkat baik secara kuantitatif maupun kualitatif hal
ini mengindikasikan bahwa ada kecenderungan terjadi peningkatan
Kekerasan Dalam Rumah-Tangga (KDRT) di Desa Soakonora Kacamatan
Jailolo Kabupaten Halmahera Barat, bahkan di Indonesia (Gustiana HB., 2010).
Almira At-Thahirah (2016) menjelaskan bahwa sekitar 24 juta
perempuan dari 217 juta penduduk Indonesia terutama di pedesaan mengakui
pernah mengalami kekerasan dan yang terbesar adalah Kekerasan Dalam

3
Rumah-Tangga (KDRT). Komnas perempuan pada tahun 2015 melakukan
survei pada 14 daerah di Indonesia (Aceh, Palembang, Jambi, Bengkulu,
Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan
Barat, Maluku, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, NTT) menunjukkan bahwa
kaum perempuan paling banyak mengalami kekerasan dan penganiayaan
oleh orang-orang terdekatnya serta tindak perkosaan di lingkungan
komunitasnya sendiri. Selain daripada itu terdapat 60% kekerasan terhadap
anak dilakukan oleh orangtua mereka (Seto Mulyadi, Komnas Anak). Ada
dua faktor yang menyebabkan timbulnya KDRT, yaitu faktor internal dan
eksternal.
1. Faktor Internal
Kekerasan dalam rumah-tangga (KDRT) dapat terjadi sebagai
akibat dari semakin lemahnya kemampuan adaptasi setiap
anggota keluarga di antara sesamanya, sehingga setiap anggota
keluarga yang memiliki kekuasaan dan kekuatan cenderung
bertindak deterministik dan eksploitatif terhadap anggota
keluarga yang lemah (Almira At-Thahirah., 2016).
2. Faktor Eksternal
Kekarasan dalam rumah-tangga (KDRT) muncul sebagai akibat
dari intervensi lingkungan di luar keluarga yang secara langsung
atau tidak langsung mempengaruhi sikap anggota keluarga,
terutama orang-tua atau kepala keluarga, yang terwujud dalam
perlakuan eksploitatif terhadap anggota keluarga yang sering kali
ditampakkan dalam pemberian hukuman fisik dan psikis yang
traumatik baik kepada anaknya, maupun pasangannya lemah
(Almira At-Thahirah., 2016).

4
Kekerasan Dalam Rumah-Tangga (KDRT) dengan alasan apapun
dari akan berdampak pada keutuhan keluarga, yang pada akhirnya
justeru membuat keluarga berantakan. Jika terjadi hal ini, yang paling
mengalami kerugian adalah anak-anaknya khususnya bagi masa anak-
anaknya. Karena itu harus ada upaya mencari jalan terbaik untuk
menyelamatkan lembaga keluarga dengan lebih banyak memberi perhatian
untuk penyelamatan anggota keluarga pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya (Nurbaeti., 2017.)
Berdasarkan masalah tersebut penulis tertarik untuk mengadakan
Penelitian tentang “Kajian Kekerasan Dalam Rumah-Tangga (KDRT) Di Desa
Soakonora Kecamatan Jailolo Kabupaten Halmahera Barat ”.
B. Rumusan Masalah
1. Analisa situasi.
2. Penentuan faktor Resiko.
3. Analisis SWOT (kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman)
4. Penentuan prioritas masalah.
5. Pemecahan masalah.
6. Membuat POA.
C. Manfaat Penulisan
Dapat mengetahui faktor penyebab masalah dan cara mengatasi
permasalahan tentang Kekerasan Dalam Rumah-Tangga Di Desa Soakonora
Kecamatan Jailolo Kabupaten Halmahera Barat.

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Analisa Situasi
Kasus :
Kekerasan Dalam Rumah-Tangga (KDRT) Di Desa Soakonora Kecamatan
Jailolo Kabupaten Halmahera Barat (2017)
Keadaan geografis:
Desa Soakonora secara administratif termasuk dalam wilayah kecamatan
Jailolo, Kabupaten Halmahera Barat, terletak arah 1 Kilo meter dari pusat
kota kecamatan dengan jarak ± 1 km dari kantor kecamatan. jarak desa
Soakonora dari kantor Bupati Halmahera Barat ± 1 km. Waktu tempuh menuju
pusat kota kecamatan sekitar 5 menit, sedangkan waktu tempuh menuju ibu
kota kabupaten ± 5 menit.
Desa Soakonora berdasarkan letak geografis desa ± 200 m dpl. Asal usul
pembentukan dan sistim kearifan lokal yang berlaku berdasarkan
pengembangan pola hidup adat istiadat Jailolo, hingga tahun 2011
pertumbuhan dan pengembangan desa berdasarkan sistim
pemerintahannya terbagi dalam tata ruang wilayah yang terdiri dari dari 7 RT.
Desa Soakonora masuk dalam Kecamatan Jailolo yang letaknya adalah
berbatasan dengan:
Sebelah utara berbatasan dengan Desa Hatebicara;
Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Gamlamo;
Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Jalan Baru; dan
Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Porniti.
Keadaan Penduduk:

6
Jumlah penduduk yang mendiami Desa Soakonora adalah sebanyak 623
jiwa dengan perincian laki-laki 301 jiwa dan 322 jiwa perempuan dengan
jumlah kepala keluarga sebanyak 125 KK.
Umur Penduduk Desa Soakonora cukup bervariasi mulai dari umur 0
sampai dengan umur diatas 60 tahun, dan penduduk yang paling
dominan ditempati oleh kelompok umur di atas 60 tahun, yaitu
berjumlah 442 jiwa yang terdiri atas laki-laki berjumlah 268 jiwa dan
perempuan berjumlah 174 jiwa atau 26. 675 %, kemudian kelompok umur
30 sampai 39 tahun yaitu berjumlah 235 jiwa yang terdiri atas laki-laki 115 jiwa
dan perempuan 120 jiwa atau 14.182 %.
Target :
Dibentuknya UU PKDRT agar:
1. Masyarakat luas lebih memahami dan menghormati hak-hak asasi
manusia
2. Adanya toleransi yang didasarkan atas perilaku kesetaraan dan keadilan
gender dalam setiap rumah tangga sehingga terhindar dari kekerasan
dalam rumah tangga
3. Penegakkan hukum dan aparat terkait penanganan korban kekerasan
dalam rumah tangga akan lebih sensitif dan responsif terhadap
penanganan kasus kekerasan dalam rumah tangga
Pendapat Masyarakat : Upaya Pemerintah dalam penanggulangan Kekerasan
dalam Rumah Tangga agar dapat melindungi Suami, istri, dan anak.
Keadaan yang sebenarnya : Belum tuntasnya masalah KDRT di Desa
Soakonora Kecamatan Jailolo Kabupaten Halmahera Barat

7
B. Penentuan Faktor Resiko
Faktor penyebab masalah KDRT di Desa Soakonora Kecamatan Jailolo
Kabupaten Halmahera Barat (Manumpahi., 2017):
1. Faktor ekonomi yang tidak stabil
2. Kurangnya pengetahuan hidup berumah tangga atau tidak paham tugas
dan tanggung jawab masing-masing
3. Pemahaman yang berbeda antara suami dan istri
4. Komunikasi yang kurang baik
5. Suami merasa lebih berkuasa daripada istri, dan istri harus melakukan
kehendak suami
6. Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) sebagai alat untuk
menyelesaikan konflik
7. Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) akibat persaingan dalam rumah
tangga
8. Adanya sifat keegoisan yang hanya mementingkan diri sendiri dan tidak
bertanggung jawab dalam hal menafkahi keluarga
9. Kepribadian dan kondisi psikologi yang tidak stabil
10. Pengaruh minuman keras
11. Penyampaian kata-kata terhadap masing-masing pasangan yang tidak
baik (menghina atau makian)
12. Pengaruh didikan kekerasan orang tua di masa kecil
13. Frustasi menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya tindak kekerasan
suami terhadap istri dalam rumah tangga
14. Laki-laki bertindak seenaknya pada pihak perempuan karena merasa
perempuan dibawah derajat laki-laki
15. Penyelewengan seks
16. Perubahan sikap, ataupun menderita sakit mental

8
17. Faktor memiliki anak yang banyak sehingga sulit untuk member nafkah
18. Istri memiliki pekerjaan dan suami tidak memiliki pekerjaan, kebanyakan
istri akan sesuka hati memperlakukan seorang suami, sudah tidak
menghormati suami
19. Ketergantungan seorang istri terhadap suami
20. Tingkat kepuasan seks yang menurun
21. Ketidaksabaran dalam mengambil suatu tindakan
22. Masalah dalam pekerjaan dibawa-bawa sampai dalam keluarga sehingga
pikiran menjadi kacau dan tidak bisa dikendalikan
23. Kurang terbuka dalam keluarga
24. Pergi keluar rumah tanpa alasan yang jelas
25. Kurangnya tingkat kedisiplinan dalam keluarga
26. Berprasangka buruk atau mencurigai pasangan
27. Kurangnya perhatian dala keluarga

9
C. Analisis SWOT
Faktor internal Strength (S) Weakness (W)
1. Menciptakan 1. Peran Pemerintah
komunikasi harmonis untuk
dengan rasa saling menyelenggarakan
menerima bagi komunikasi,
pasangan suami istri informasi , dan
2. Saling memahami edukasi tentang
satu sama lain pencegahan KDRT
dengan saling seperti penyuluhan
menerima baik sisi dan seminar
positif maupun 2. Dibentuknya
negatif / menerima Undang-undang
kekurangan maupun tentang
kelebihannya Penghapusan KDRT
yang diatur secara
komprehensif, jelas,
dan tegas untuk
melindungi dan
berpihak pada
korban
Faktor Eksternal
Opportunities (O) Strategi S-O Strategi W-O
1. Ada dukungan dari 1. Mengoptimalkan 1. Membentuk wadah
Pemerintah dalam sinergitas visi dan komunikasi atau
mengatasi kekerasan misi dalam dukungan paguyuban dengan
dalam rumah tangga politik bantuan Walikota
(KDRT) 2. Meningkatkan dan legislatif
dukungan 2. Penyusunan dan
Stakeholder dengan penegakan hukum
memanfaatkan KUHP (kitab
dukungan undang-undang
pemerintah hukum pidana)
yang berbunyi
“Barang siapa yang
melakukan
penganiayaan
terhadap ayah, ibu,
isteri, atau anak

10
akan diancam
hukuman pidana”
Threats (T) Strategi S-T Strategi W-T
1. Ketidaksabaran 1. Memaksimalkan 1. Meningkatkan
masyarakat dalam advokasi terkait visi kapasitas Sumber
melakukan tindakan dan misi yang ingin daya dalam upaya
2. Sifat egoisme dicapai untuk mengubah persepsi,
yang mendorong hati meningkatkan sikap, dan perilaku
menjadi keras kesadaran agar masyarakat dalam
kemudian muncul terhindar dari sikap mengatasi konflik
perilaku arogan dan Kekerasan dalam dalam rumah
semena-mena rumah tangga tangga
terhadap orang lain (KDRT)
3. Faktor ekonomi
yang kurang mapan
4. Kurang terbuka
dalam keluarga yang
membuat tidak
harmonisnya
kehidupan berumah
tangga

D. Penentuan Prioritas Masalah


No. Daftar Masalah P S C M Total Urutan
1. Kekerasan fisik dalam rumah
tangga di Desa Soakonora
4 4 5 3 16 I
Kecamatan Jailolo Kabupaten
Halmahera Barat
2. Kekerasan psikis di Desa
Soakonora Kecamatan Jailolo 4 4 4 1 13 III
Kabupaten Halmahera Barat
3. Kekerasan seksual atau
4 4 2 2 12 IV
pemaksaan hubungan seksual di

11
Desa Soakonora Kecamatan
Jailolo Kabupaten Halmahera
Barat
4. Penelantaran rumah tangga atau
menelantarkan, tidak
memberikan kehidupan yang
layak yang menimbulkan 4 5 2 4 15 II
penderitaan pada korban di Desa
Soakonora Kecamatan Jailolo
Kabupaten Halmahera Barat

Setelah melakukan prioritas masalah, langkah selanjutnya yaitu


melakukan analisis faktor penyebab masalah menggunakan diagram Fish
Bone sebagai berikut :

E. Pemecahan Masalah
Berdasarkan faktor penyebab dari permasalahan “Kekerasan Dalam Rumah-
Tangga Di Desa Soakonora Kecamatan Jailolo Kabupaten Halmahera Barat”
yaitu:
1. Manusia
Masyarakat harus sadar dan peduli akan pentingnya menjaga
keharmonisan dalam rumah tangga lemah (Almira At-Thahirah., 2016).
2. Metode
Masyarakat mau saling mengedepankan teloransi dalam rumah tangga
agar terhindar dari kekerasan dalam rumah tangga (KDRT); masyarakat
wajib mengamalkan ajaran agama; harus dikembangkan komunikasi

12
timbale balik antara suami, istri dan anak; dan istri wajib mendidik anak
sejak kecil (tidak berkata kasar dan tidak memukul anak) (Direktorat
Pemberdayaan keluarga dan Kelembagaan Sosial., 2011)
3. Kebijakan
Pemerintah melakukan pendekatan penanggulangan KDRT melalui
pendekatan di luar hukum pidana yang dilakukan pemerintah melalui
lembaga pemberdayaan kaum perempuan, lembaga tersebut lebih
menekankan pencegahan terjadinya KDRT (Anwar., 2007)
4. Sarana
Pemerintah memberikan solusi atau memberikan hukuman pidana bagi
yang melakukan KDRT (Anwar., 2007)
F. Membuat POA (Planning Of Action)
No Nama Tujuan Sasara Biaya/ Waktu dan Penanggu
. Kegiatan n Sumber Tempat ng Jawab
1. Penyuluha Menyadark Warga Tidak ada Hari minggu,
Ketua RT
n tentang an warga Desa 11 Mei 2018
setempat
Pencegaha tentang Soakon Pukul 08.00-
di
n KDRT pentingnya ora selesai.
Seluruh
menjaga Kecam desa
keharmonis atan Bertempat Soakonor
an dalam Jailolo di Mushola a
rumah Kabupa Desa Kecamata
tangga ten Soakonora n Jailolo
Halmah Kecamatan Kabupate
era Jailolo n
Barat Kabupaten Halmaher
Halmahera a Barat
Barat
2. Kebijakan Warga Warga Tidak ada Hari Selasa, Perwakila
Kementria memahami Desa tanggal 13 n
n Agama tentang Soakon mei 2018 Kementria
tentang kebijakan ora Pukul 16.00- n Agama
Pembinaa Kementrian Kecam selesai

13
n keluarga Agama atan
sakinah tentang Jailolo Bertempat
Pembinaan Kabupa di Mushola
Keluarga ten Desa
Sakinah Halmah Soakonora
era Kecamatan
Barat Jailolo
Kabupaten
Halmahera
Barat

14
DAFTAR PUSTAKA

Anwar., 2007. Manajemen Pemberdayaan Perempuan. Bandung :Alfabeta


Almira, At-Thahirah., 2016. Asuhan Keperawatan pada Kekerasan dalam Rumah
Tangga, Makalah, Universitas Muhammadiyah Malang.
Ciciek, Farha., 1999. Ikhtiar Mengatasi Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Belajar dari
Kehidupan Rasulullah SAW, Jakarta : Lembaga Kajian Agama dan Gender
Direktorat Pemberdayaan keluarga dan Kelembagaan Sosial., 2011. Berdaya
Bersama Perempuan Indonesia, Jakarta: Kementrian Sosial RI.
Edi Suharto., 2010. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat : Kajian
Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, Bandung
: Refika Aditama.
Emi Sutriminah., 2017. Dampak Kekerasan Pada Istri Dalam Rumah Tangga
Terhadap Kesehatan Reproduksi, Jurnal Majalah Ilmiah Sultan Agung (Vol
50 No 127), Hlm. 1-12.
Evi Tri Jayanthi., 2002. Faktor-Faktor Terjadinya Kekerasan Dalam Rumah Tangga
pada Survivor yang ditangani oleh Lembaga Sahabat Perempuan
Magelang, Jurnal Ilmiah Dimensia (Vol 3, No 2), Hlm. 33-50.
Fatahillah A, Syukur., 2011. Mediasi Perkara KDRT (Kekerasan Dalam RumahTangga)
Teori dan Praktek di Pengadilan Indonesia, Bandung: Mandar Maju.
Gustiana HB., 2010. Penyebab Terjadinya Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)
yang Dilakukan Oleh Suami Terhadap Istri Di Pekanbaru, Jurnal Imu Hukum
(Vol 1, No 01), Hlm. 80-93.

15
Manumpahi, Edwin., 2017. Kajian Kekerasan dalam Rumah Tangga terhadap
Psikologi Anak di Desa Soakonora Kecamatan Jailolo Kabupaten
Halmahera Barat, Jurnal Acta Diurna.
Nafsiah Mboi., 1997. Perempuan dan Pemberdayaan, Jakarta: Penerbit OBOR.
Negara, Sukma., 2016. Analisis Kriminologis Kekerasan Dalam Rumah Tangga yang
dilakukan IStri tehradap Suami di Lampung Barat, Skripsi, Fakultas Hukum,
Universitas Lampung.
Nurbaeti, Hikmah., 2017. Pemberdayaan Perempuan Korban Kekerasan dalam
Rumah Tangga (KDRT) di Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak
“Rekso Dyah Utami” Yogyakarta, Skripsi, Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas Negeri Yogyakarta.

16

You might also like