Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 14

1.

Cara menghitung Z score

Z score = nilai individu subyek – nilai median baku rujukan


Nilai simpang baku rujukan

Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks

(Kementrian Kesehatan RI., 2011. Standar Antropomentri Penilaian Status


Gizi Anak, Nomor: 1995MENKES/SK/XII/2010).

2. Kegiatan UKBM
a. Posyandu
Posyandu merupakan jenis UKM yang paling memasyaratkan dewasa ini.
Posyandu meliputi lima program prioritas yaitu:
1) KB
2) KIA
3) Imunisasi
4) Penanggulangan diare
b. Pondok bersalin desa (Polindes)
c. Pos obat desa (POD)
d. Dana sehat
e. Lembaga swaydaya masyarakat (LSM)
f. Upaya kesehatan tradisional
g. Upaya kesehatan kerja
h. Upaya kesehatan dasar swasta
i. Kemintraan LSM dan Dunia Usaha
j. Kader kesehatan
(Saiful, Adi., 2009. Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat, Jakarta).
(UPTD., 2009. Profil UKBM UPTD Yankes Kecamatan Pengalengan,
Bandung).

3. Standar Nilai Ambang Batas Z Score


-2SD sampai dengan 2SD
(Kementrian Kesehatan RI., 2011. Standar Antropomentri Penilaian Status
Gizi Anak, Nomor: 1995MENKES/SK/XII/2010).

4. Faktor penyebab IMT dibawah NAB / Faktor penyebab gizi buruk


Menurut Saptawati, beberapa faktor yang menyebabkan anak-anak
menderita gizi buruk, antara lain:
a. Ekonomi
Salah satu faktor yang paling dialami oleh banyak keluarga di Indonesia
adalah masalah ekonomi yang rendah. Ekonomi yang sulit, pekerjaan, dan
penghasilan yang tak mencukupi, dan mahalnya harga bahan makanan
membuat orangtua mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan gizi
anak. Padahal, usia 1-3 tahun merupakan masa kritis bagi anak untuk
mengalami masalah gizi buruk.
b. Sanitasi
Kondisi rumah dengan sanitasi yang kurang baik akan membuat kesehatan
penghuni rumah, khususnya anak-anak, akan terganggu. Sanitasi yang buruk
juga akan mencemari berbagai bahan makanan yang akan dimasak.
c. Pendidikan
Orangtua seharusnya menyadari pentingnya memenuhi kebutuhan akan
kecukupan gizi anak. Namun tingkat pendidikan yang rendah membuat
orangtua tidak mampu menyediakan asupan yang bergizi bagi anak-anak
mereka.
d. Perilaku orangtua
Orangtua sering mengganggap bahwa mereka tahu segala sesuatu, sehingga
tidak menyadari bahwa mereka masih membutuhkan bimbingan dari para ahli
medis dalam mengatasi masalah gizi dan kesehatan
(kompas.com., 2012. Faktor Utama Penyebab Gizi Buruk, Artikel)

Gizi buruk merupakan keadaan kurang gizi pada tingkatan yang sudah
berat, yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam
makanan sehari-hari. Secara langsung keadaan gizi dipengaruhi oleh ketidak
cukupan asupan makanan dan penyakit infeksi. Sedangkan penyebab tidak
langsung karena kurangnya ketersediaan pangan pada tingkat rumah tangga, pola
asuh yang tidak memadai serta masih rendahnya akses pada kesehatan lingkungan
dan perilaku hidup bersih dan sehat. Lebih lanjut masalah gizi disebabkan oleh
kemiskinan, pendidikan rendah dan minimnya kesempatan kerja (UNICEF,
1998).
Penyebab lain timbulnya masalah gizi buruk, disamping kemiskinan dan
kurangnya ketersediaan pangan, juga karena kurang baiknya sanitasi dan
pengetahuan tentang gizi, serta tidak tercukupinya menu seimbang pada
konsumsi. Banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa faktor sosio-budaya
sangat berperan dalam proses konsumsi pangan dan terjadinya masalah gizi.
Kebiasaan makan keluarga dan susunan hidangannya merupakan salah satu
manifestasi kebudayaan keluarga yang disebut gaya hidup. Unsur-unsur
budaya mampu menciptakan suatu kebiasaan makan yang kadang
bertentangan dengan prinsip-prinsip ilmu gizi.
Sementara pendapat lain menyebutkan, bahwa faktor- faktor penyebab
gizi buruk jika dilihat dari tingkatan penyebab gizi buruk, dibagi menjadi
penyebab langsung, penyebab tidak langsung dan penyebab mendasar.
a. Penyebab langsung merupakan faktor yang langsung berhubungan dengan
kejadian gizi buruk dan adanya penyakit. Interaksi antara asupan gizi dan
infeksi akan saling menguatkan untuk memperburuk keadaan. Sehingga
akan berakibat fatal penyebab kematian dini pada anak-anak.
b. Penyebab tidak langsung merupakan faktor yang mempengaruhi penyebab
langsung. Seperti akses mendapatkan makanan yang kurang, perawatan dan
pola asuh anak kurang dan pelayanan kesehatan serta lingkungan buruk
atau tidak mendukung kesehatan anak-anak. Faktor inilah yang akan
mempengaruhi buruknya asupan makanan atau gizi anak dan terjadinya
infeksi pada anak-anak.
c. Penyebab mendasar terjadinya gizi buruk terdiri dari dua hal, yakni faktor
sumber daya potensial dan yang menyangkut sumber daya manusia.
Pengelolaan sumber daya potensial sangat erat kaitannya dengan politik dan
idiologi, suprastruktur dan struktur ekonomi. Sementara sumber daya
berkaitan erat dengan kurangnya pendidikan rakyat
(http://www.indonesian-publichealth.com/faktor-penyebab-gizi-buruk/)

Sedangkan menurut halosehat.com, ada 13 penyebab gizi buruk, yaitu:


a. Pengetahuan yang kurang tentang makanan
b. Tingkat ekonomi rendah
c. Faktor sanitasi
d. Ketersediaan makanan yang kurang
e. Kesulitan menelan
f. Hilang nafsu makan
g. Lahir premature
h. Perilaku orangtua
i. Penyalahgunaan obat dan alcohol
j. Tidak terencananya jarak kelahiran
k. Menggemari makanan tertentu secara berlebihan
l. Pantang makanan
m. Prasangka tak baik pada suatu makanan

(https://halosehat.com/penyakit/malnutrisi/penyebab-gizi-buruk)

5. Cara Tenaga Kesehatan Memotivasi Kader


Menurut Henni Djuhaeni, dkk, cara memotivasi kader adalah sebagai
berikut:
1) Membuat kader bersemangat
a. Diskusikan manfaat dari keberhasilan
b. Jagalah agar kader merasa tertarik
c. Tentukan sasaran yang realistis
d. Ciptakan persaingan yang tepat
e. Jadikan anggota kader sebagai pemegang kendali atas nasib mereka
sendiri pada saat menanamkan motivasi kepada kader
f. Siapkan sebuah cara untuk memberikan penghargaan pada saat
memotivasi kader
2) Membuat kader merasa dihargai
a. Buat agar kader saling bekerja sama
b. Kenali setiap anggota kader
c. Berikan penghargaan bagi anggota kader
d. Ramah kepada kader
e. Adakan kegiatan sosial di luar tempat kerja
3) Menjadi tenaga kesehatan yang baik
a. Ciptakan lingkungan yang nyaman bagi kader
b. Jaga agar suasana tetap hangat dan menyenangkan
c. Selalu bersikap positif
d. Menjadi pemberi teladan yang baik
(Djuahaeni, dkk., 2015. Motivasi Kader Meningkatkan Keberhasilan
Kegiatan Posyandu, Jurnal Kesehatan Masyarakat, Pascasarjana
Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas
Padjajaran, Jawa Barat).

Sedangkan menurut Husniyawati, dkk (2016), ada beberapa cara untuk


memotivasi kader diantaranya meliputi:
1) Petugas Puskesmas perlu memberikan pemahaman yang berkesinambungan
terkait tugas dan tanggung jawab kader secara menyeluruh
2) Petugas Puskesmas harus terus mendorong motivasi kerja kader untuk
mempertahankan motivasi kader yang sudah tinggi, salah satunya dengan
memberikan in sentif secara rutin.
3) Pemberian pengakuan dan penghargaan perlu dilakukan karena mayoritas
kader tertarik dengan hal tersebut. Bentuk pengakuan dan penghargaan yang
diberikan dapat berupa sertifikat menjadi kader Posyandu.
(Husniyawati, dkk., 2016. Analisis Motivasi terhadap Kinerja Kader
Posyandu Berdasarkan Teori Victor Vroom, Jurnal Kesehatan
Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masayrakat, Universitas Airlangga,
Surabaya)

6. Upaya Pencegahan dan Penanggulana Gizi Buruk


Menuru Hernawati (2013), ada berbagai kebijakan yang diformulakan
untuk mendapatkan alternatif sebagai solusi gizi buruk balita, yaitu:
a. Penanggulangan masalah gizi buruk dilaksanakan dengan pendekatan
komprehensif, dengan mengutamakan upaya pencegahan dan upaya
peningkatan, yang didiukung upaya pemulihan
b. Penanggulangan masalah gizi buruk dilaksanakan oleh semua kabupaten/kota
secara terus menerus, dengan koordinasi lintas instansi/dinas dan organisasi
masyarakat
c. Penanggulangan masalah gizi buruk diselenggarakan secara demokratis dan
transparan melalui kemitraan di tingkat kabupaten/kota antara pemerintahan
daerah, dunia usaha dan masyarakat
d. Penanggulangan masalah gizi buruk dilakukan dengan meningkatkan akses
untuk memperoleh informasi dan kesempatan untuk mengemukakan
pendapat, serta keterlibatan dalam proses pengambilan keputusan
Strategi yang dilakukan untuk penanggulangan gizi buruk adalah sebagai
berikut:
a. Menggerakkan serta memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat
1) Pencegahan dan penanggulangan gizi buruk dilaksanakan di seluruh
kota/kabupaten di Indonesia sesuai dengan kewenangan wajib dan Standar
Pelayanan Minimal (SPM) memperhatikan besaran dan luasnya masalah
setiap daerah
2) Meningkatkan kemampuan petugas, dalam menajamen dan melakukan
tatalaksana gizi buruk untuk mendukung fungsi Posyandu yang dikelola
masyarakat melalui revitalisasi Puskesmas
3) Menanggulangi secara langsung masalag gizi yang terjadi pada kelompok
rawan melalui pemberian intervensi gizi (suplementasi), seperti kapsul
Vitamin A, MP-ASI, dan makanan tambahan
b. Meningkatkan akses masyarakat tehradap pelayanan kesehatan yang
berkualitas
c. Mengaktifkan kembali adanya Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG)
melalui revitalisasi SKPG dan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) gizi buruk
d. Meningkatkan sistem surveilans, monitoring, dan informasi kesehatan
e. Meningkatkan pembiayaan kesehatan termasuk perbaikan gizi masyarakat.
Pokok-pokok kegiatan dari upaya pencegahan Gizi buruk adalah sebagai
berikut:
A. Revitalisasi Posyandu
Revitalisasi Posyandu bertujuan untuk meningkatkan fungsi dan
kinerja Posyandu terutama dalam pemantauan pertumbuhan balita.
Pokok kegiatan revitalisasi Posyandu meliputi:
a. Pelatihan petugas Puskesmas, petugas sector lain dan kader yang berasal
dari masyarakat
b. Pelatuhan ulang petugas dan kader
c. Pembinaan dan pendampingan kader
d. Penyediaan sarana terutama dacin, KMS?Buku KIA, panduan Posyandu,
media KIE, sarana pencatatan
e. Penyediaan biaya operasional
f. Penyediaan modal usaha kader baik melalui Kelompok Usaha Bersaam
(KUBE), maupun Usaha Kecil Menengah (UKM) dan mendorong partisipasi
swasta
B. Revitalisasi Puskesmas
Revitalisasi Puskesmas bertujuan meningkatkan fungsi dan kinerja
Puskesmas terutama dalam pengelolaan kegiatan gizi di Puskesmas, baik
penyelenggaraan upaya kesehatan perorangan maupun upaya kesehatan
masyarakat.
Pokok kegiatan revitalisasi Puskesmasmeliputi ;
a. Pelatihan manajemen program gizi di puskesmas bagi pimpinan dan
petugas puskesmas dan jaringannya
b. Penyediaan biaya operasional bagi Puskesmas untuk pembinaan
Posyandu, pelacakan kasus, kerjasama Pekerja Sosial
Masyarakat/Lembaga Swadaya Masyarakat tingkat kecamatan, dll
c. Pemenuhan sarana antropometri dan KIE bagi Puskesmas dan jaringannya
d. Pelatihantatalaksana gizi buruk bagi petugas Rumah Sakit, Puskesmas
perawatan maupun Kader Posyandu
C. Inventarisasi Gizi dan Kesehatan
Intervensi gizi dan kesehatan bertujuan memberikan pelayanan
langsung kepada balita. Ada dua bentuk pelayanan gizi dan kesehatan, yaitu
pelayanan perorangan dalam rangka menyembuhkan dan memulihkan anak
dari kondisi gizi buruk, dan pelayanan masyarakat yaitu dalam rangka
mencegah timbuhiya gizi buruk di masyarakat .
Pokok kegiatan intervensi gizi dan kesehatan adalah sebagai berikut ;
a. Perawatan/pengobatan gratis di Rumah Sakit dan Puskesmas balita gizi
buruk dari keluarga miskin (GAKIN)
b. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berupa MP-ASI bagi anak usia 6-
23 bulan dan PMT pemulihan pada anak usia 24-59 bulan kepada balita
gizi kurang dari keluarga miskin
c. Pemberian suplementasi gizi (kapsul vitamin A, tablet/sirup Fe)
D. Promosi Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)
Promosi keluarga sadar gizi bertujuan dipraktekkannya norma
keluarga sadar gizi bagi seluruh keluarga di Indonesia, untuk mencegah
terjadinya masalah kurang gizi, khususnya gizi buruk . Kegiatan promosi
keluarga sadar gizi dilakukan dengan memperhatikan aspek-aspek sosial
budaya (lokal spesifik).
Pokok kegiatan promosi keluarga sadar gizi meliputi ;
a. Menyusun strategi (pedoman) promosi keluarga sadar gizi
b. Mengembangkan, menyediakan dan menyebarluaskan materi promosi
pada masyarakat, organisasi kemasyarakatan, institusi pendidikan, tempat
kerja, dan tempat-tempat umum
c. Melakukan kampanye secara bertahap, tematik menggunakan media
efektif terpilih
d. Menyelenggarakan diskusi kelompok terarah melalui DASAWISMA
dengan dukungan petugas/Kader Posyandu
E. Pemberdayaan Keluarga
Pemberdayaan keluarga bertujuan meningkatkan kemampuan keluarga
untuk mengetahui potensi ekonomi keluarga dan mengembangkannya untuk
memenuhi kebutuhan gizi seluruh anggota keluarga . Keluarga miskin yang
anaknya menderita kekurangan gizi perlu diprioritaskan sebagai sasaran
penanggulangan kemiskinan .
Pokok kegiatan pemberdayaan keluarga adalah sebagai berikut ;
a. Pemberdayaan di bidang ekonomi ;
1) Modal usaha, industri kecil (KUBE)
2) UpayaPeningkatanPendapatanKeluarga (UP2K)
3) Padat karya untuk pangan
4) Beras gratis untuk keluarga miskin (RASKIN)
5) Peningkatan Pendapatan Petani Kecil
b. Pemberdayaan di bidang pendidikan
1) Bea siswa
2) Kelompok belajar
3) Pendidikan anak dini usia (PADU)
c. Pemberdayaan di bidang kesehatan
1) Kartu Sehat
2) Pelayanan gratis bagi GAK1N di Rumah Sakit pemerintah kelas III
3) Kader keluarga
4) Penyediaan percontohan sarana air minum dan jamban keluarga.
d. Pemberdayaan di bidang ketahanan pangan
1) Mensyaratkan arti ketahanan pangan yang tidak terbatas pada aspek
persediaan pangan, tetapi juga aspek konsumsi dan status gizi anggota
keluarga, terutama balita, ibu hamil (BUMIL) dan menyusui .
2) Pemanfaatan pekarangan dan lahan tidur
3) Lumbung pangan .
(Hernawati., 2013. Pencegahan dan Penanggulangan Gizi Buruk, Seminar
Nasional Hari Pangan Sedunia XXVII, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia)

7. Peran dan Fungsi Kader


Menurut Depkes RI (2003), berbagai peran kader, khususnya pada
kegiatan Posyandu, antara lain:
1. Melakukan pendekatan kepada aparat pemerintah dan tokoh masyarakat:
2. Melakukan Survey Mawas Diri (SMD) bersama petugas yang antara lain
untuk melakukan kegiatan pendataan sasaran, pemetaan, serta mengenal
masalah dan potensi.
3. Melaksanakan musyawarah bersama masyarakat setempat untuk membahas
hasil SMD, menyusun rencana kegiatan, pembagian tugas, dan jadwal
kegiatan
Sedangkan peranan kader dalam penyelenggaraan posyandu, antara lain :
1. Memberitahukan hari dan jam buka posyandu kepada masyarakat
2. Menyiapkan peralatan untuk penyelenggaraan posyandu sebelum pelaksanaan
Posyandu (buku catatan, KMS, alat peraga)
3. Melakukan pendaftaran bayi, balita, ibu hamil, dan ibu usia subur yang hadir
di posyandu
4. Melakukan penimbangan bayi dan balita.
5. Mencatat hasil penimbangan pada KMS.
6. Melakukan penyuluhan perorangan kapada ibu-ibu dimeja IV.
7. Melakukan kunjungan rumah untuk melakukan penyuluhan khususnya pada
bumil, ibu yang mempunyai bayi/balita, pasangan usia subur,
(Effendi, Nasrul, 1998. Dasar-Dasar Perawatan Kesehatan Masyarakat,
EGC)
Penyelenggaraan kegiatan Posyandu diselenggarakan 1 bulan penuh,
dengan hari buka Posyandu untuk penimbangan 1 bulan sekali. Secara umum,
tugas-tugas kader dalam rangka menyelenggarakan kegiatan Posyandu, dibagi
dalam 3 kelompok yaitu :
a. Tugas sebelum hari buka Posyandu atau disebut juga tugas pada H- Posyandu
yaitu berupa tugas-tugas persiapan oleh kader agar kegiatan pada hari buka
Posyandu berjalan dengan baik
1) Menyiapkan alat dan bahan, yaitu : alat penimbangan bayi dan balita,
Kartu Menuju Sehat (KMS), alat peraga, alat pengukur LILA, obat-obatan
yang dibutuhkan (tablet besi, vitamin A, Oralit, dan lain-lain sesuai
kebutuhan), bahan/materi penyuluhan dan lain-lain
2) Mengundang dan menggerakkan masyarakat, yaitu memberitahu ibu-ibu
untuk datang ke Posyandu, serta melakukan pendekatan tokoh yang bisa
membantu memotivasi masyarakat untuk datang ke Posyandu
3) Menghubungi Pokja Posyandu, yaitu menyampaikan rencana kegiatan
kepada kantor desa / kelurahan dan meminta mereka untuk memastikan
apakah petugas sektor bisa hadir pada hari buka Posyandu
4) Melaksanakan pembagian tugas, yaitu menentukan pembagian tugas
diantara kader Posyandu baik untuk persiapan maupun pelaksanaan
kegiatan
b. Tugas pada hari buka Posyandu atau disebut juga pada H Posyandu, yaitu
berupa tugas-tugas untuk melaksanakan pelayanan 5 kegiatan
1) Mendaftar bayi / Balita, yaitu menuliskan nama bayi / Balita pada KMS
dan secarik kertas yang diselipkan pada KMS
2) Mendaftar ibu hamil, yaitu menuliskan nama ibu hamil pada Formulir
atau Register Ibu Hamil
3) Menimbang bayi
4) Mencatat hasil penimbangan
5) Mengisi KMS atau memindahkan catatan hasil penimbangan balita dari
secarik kertas kedalam KMS anak tersebut
6) Menjelaskan data KMS atau keadaan anak berdasarkan data kenaikan
berat badan yang digambarkan grafik KMS kepada ibu dari anak yang
bersangkutan.
7) Memberikan nasehat kepada setiap ibu dengan mengacu pada data KMS
anaknya atau dari hasil pengamatan mengenai masalah yang dialami
sasaran \
8) Memberikan rujukan ke Puskesmas apabila diperlukan, untuk balita, ibu
hamil dan menyusui
c. Tugas sesudah hari buka Posyandu atau disebut juga tugas pada H+ Posyandu
yaitu berupa tugas-tugas setelah hari Posyandu
1) Memindahkan catatan-catatan pada Kartu Menuju Sehat (KMS) kedalam
buku register atau buku Bantu kader
2) Menilai (mengevaluasi) hasil kegiatan dan merencanakan kegiatan hari
Posyandu pada bulan berikutnya
3) Kegiatan diskusi kelompok (penyuluhan kelompok) bersama orang tua
balita yang lokasi rumahnya berdekatan (kelompok Dasawisma)
4) Kegiatan kunjungan rumah (penyuluhan perorangan), sekaligus untuk
tindak lanjut / rujukan dan mengajak orang tua balita datang ke Posyandu
pada kegiatan bulan berikutnya
(https://gizimu.wordpress.com/2011/12/24/tugas-tugas-kader-posyandu/)

You might also like