Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 15

Pengembangan Instrumen Penilaian HOTS

Poppy Kamalia Devi


PPPPTK IPA

Salah satu kompetensi guru pada Permendiknas nomor 16 Tahun 2007 dalam dimensi
pedagogik dapat menyelenggarakan penilaian, evaluasi proses dan hasil belajar, dengan
kompetensi inti mengembangkan instrumen penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.
Dalam pendidikan, penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.
Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk
menumbuhkan keterampilan berpikir, demikian pula pembelajaran mata pelajaran lainnya.
Keterampilan berpikir terdiri dari Lower Order Thinking Skill ( LOTS) dan ”Higher Order
Thinking Skill” (HOTS). HOTS meliputi berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan
berpikir kreatif.
Menurut Krathwohl (2002) dalam A revision of Bloom's Taxonomy, HOTS atau
keterampilan berpikir tingkat tinggi berada pada level menanalisis, mengvaluasi dan
mengkreasi. Untuk meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi pada peserta didik
yaitu melalui pemberian pertanyaan, perberian masalah atau kasus dengan bantuan
instrumen yang sesuai.
Di dalam pembelajaran instrumen tersebut dapat berupa soal-soal yang mengembangkan
HOTS. Pengembangan soal HOTS didahului dengan menganalisis indikator yang telah
dikembangkan dari kompetensi dasar, mengidentifikasi kata kerja operasional dalam
taksonomi Bloom untuk level keterampilan berpikir tingkat tinggi dan menuliskan soal
sesuai dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan. Pengembangan soal HOTS dalam
pembelajaran harus bervariasi sehingga seluruh keterampilan berpikir tingkat tinggi dapat
dilatihkan melalui soal ini. Pada makalah ini diuraikan tentang pengertian HOTS, Taksonomi
Bloom yang mengembangkan HOTS berikut contoh soal HOTS yang sesuai dengan
kompetensi dasar.
Kata Kunci:
HOTS dan Taksonomi Bloom

1. Pengantar
Keterampilan Belajar dan Berinovasi di Abad 21 meliputi: berpikir kritis dan
mengatasi masalah, komunikasi dan kolaborasi, kreativitas dan inovasi.
Untuk mempersiapkan peserta didik tingkat SMA dalam menghadapi keterampilan hidup
dan berkarir Abad 21, di dalam pembelajaran harus dilatihkan keterampian berpikir
tingkat tinggi. Keterampilan berpikir dikelompokkan menjadi keterampilan berpikir dasar
dan keterampilan berpikir kompleks atau tingkat tinggi. Keterampilan berpikir dasar
meliputi keterampilan menghubungkan sebab akibat, mentransformasi, menemukan
hubungan, dan memberikan kualifikasi. Sementara itu, keterampilan proses berpikir tingkat

Penilaian HOTS
Poppy K. Devi 1
tinggi meliputi keterampilan pemecahan masalah, membuat keputusan, berpikir kritis, dan
berpikir kreatif (Presseisen dalam Costa, 1985).
Diantara proses berpikir tingkat tinggi di atas salah satu yang digunakan dalam
pembentukan sistem konseptual adalah berpikir kritis. Keterampilan berpikir kritis sangat
diperlukan pada zaman perkembangan IPTEK sekarang ini karena selain hasil-hasil IPTEK
yang dapat dinikmati saat ini, ternyata timbul beberapa dampak yang membuat masalah
bagi manusia dan lingkungannya. Para peneliti pendidikan menjelaskan bahwa belajar
berpikir kritis tidak langsung seperti belajar suatu materi pada umumnya, tetapi belajar
bagaimana cara mengaitkan berpikir kritis secara efektif dalam dirinya ( Beyer dalam Costa
,1985). Maksudnya masing-masing keterampilan berpikir kritis digunakan untuk
memecahkan masalah yang saling berkaitan satu sama lain.
Salah satu cara melatih peserta didik untuk berpikir tingkat tinggi di dalam pembelajaran
IPA maupun lainnya diantaranya melalui pemecahan soal-soal HOTS dengan menggunakan
tiga level tertinggi dari ranah kognitif pada taksonomi Bloom, yaitu analisis, sintesis, dan
evaluasi. Atau berdasarkan taksonomi Bloom revisi berada pada level menanalisis,
mengvaluasi dan mengkreasi. Soal-soal untuk pengujian ini dapat dibuat dalam bentuk
soal pilihan ganda maupun uraian. Teknik penulisan soal HOTS secara umum hampir sama
dengan teknik penulisan soal-soal pada umumnya. Namun, karena peserta didik diuji pada
tahap berpikir menganalisis , mengevaluasi dan mengkreasi , pada soal HOTS harus ada
komponen yang dapat dianalisis, dievaluasi dan yang dikreasikan. Komponen ini di dalam
soal dikenal dengan istilah stimulus. Di dalam pembelajaran IPA, IPS, Bahasa, Sosial dan
mata pelajaran lainnya banyak stimulus yang dapat membantu peserta didik melakukan
proses berpikir, misalnya data hasil percobaan, grafik, gambar suatu fenomena atau
deskripsi singkat suatu fenomena.

2. “Higher Order Thinking Skill” (HOTS)


“Higher Order Thinking Skills” (HOTS) atau keterampilan berpikir tingkat tinggi dibagi
menjadi empat kelompok, yaitu pemecahan masalah, membuat keputusan, berpikir kritis,
dan berpikir kreatif (Presseisen dalam Costa, 1985). Dalam pembentukan sistem konseptual
IPA, proses berpikir tingkat tinggi yang biasa digunakan adalah berpikir kritis.Keterampilan
berpikir kritis sangat diperlukan pada zaman perkembangan IPTEK sekarang ini, sebab saat
ini selain hasil-hasil IPTEK yang dapat dinikmati, ternyata timbul beberapa dampak yang
membuat masalah bagi manusia dan lingkungannya. Para peneliti pendidikan menjelaskan
bahwa belajar berpikir kritis tidak langsung seperti belajar suatu materi pada umumnya,
tetapi belajar bagaimana cara mengkaitkan berpikir kritis secara efektif dalam dirinya
(Beyer dalam Costa,1985). Maksudnya masing-masing keterampilan berpikir kritis
digunakan untuk memecahkan masalah yang saling berkaitan satu sama lain.
Indikator keterampilan berpikir kritis dibagi menjadi lima kelompok (Ennis dalam Costa,
1985), yaitu memberikan penjelasan sederhana, membangun keterampilan dasar,
menyimpulkan, membuat penjelasan lebih lanjut serta mengatur strategi dan taktik.

Penilaian HOTS
Poppy K. Devi 2
Keterampilan pada kelima kelompok berpikir kritis ini dirinci lagi sebagai berikut. 1).
Memberikan penjelasan sederhana terdiri atas keterampilan memfokuskan pertanyaan,
menganalisis argumen, bertanya dan menjawab pertanyaan, 2). Membangun keterampilan
dasar terdiri atas menyesuaikan dengan sumber, mengamati dan melaporkan hasil
observasi, 3). Menyimpulkan terdiri atas keterampilan mempertimbangkan kesimpulan,
melakukan generalisasi dan melakukan evaluasi, 4). Membuat penjelasan lanjut terdiri
atas mengartikan istilah dan membuat definisi, 5). Mengatur strategi dan taktik terdiri atas
menentukan suatu tindakan dan berinteraksi dengan orang lain dan berkomunikasi.
Keterampilan berpikir peserta didik dapat dilatihkan melalui suatu kegiatan antara lain
peserta didik diberikan suatu masalah yang harus dipecahkan, pertanyaan-pertanyaan
level berpikir tingkat tinggi atau kasus.
Ada berbagai konsep dan contoh keterampilan berpikir yang dikembangkan oleh para ahli
pendidikan. Keterampilan berpikir yang dikembangkan dan bentuk pertanyaannya menurut
Linn dan Gronlund adalah seperti tertera pada Tabel 1.
Tabel 1. Keterampilan Berpikir dan Bentuk Pertanyaannya
No Keterampilan Berpikir Bentuk Pertanyaan
1 Membandingkan - Apa persamaan dan perbedaan antara ... dan...
- Bandingkan dua cara berikut tentang ....
2 Hubungan sebab-akibat - Apa penyebab utama ...
- Apa akibat …
3 Memberi alasan - Manakah pilihan berikut yang kamu pilih, mengapa?
(justifying) - Jelaskan mengapa kamu setuju/tidak setuju dengan
pernyataan tentang ....
4 Meringkas - Tuliskan pernyataan penting yang termasuk ...
- Ringkaslah dengan tepat isi …
5 Menyimpulkan - Susunlah beberapa kesimpulan yang berasal dari data
....
- Tulislah sebuah pernyataan yang dapat menjelaskan
peristiwa berikut ....
6 Berpendapat (inferring) - Berdasarkan ..., apa yang akan terjadi bila
- Apa reaksi A terhadap …
7 Mengelompokkan - Kelompokkan hal berikut berdasarkan ....
- Apakah hal berikut memiliki ...
8 Menciptakan - Tuliskan beberapa cara sesuai dengan ide Anda tentang
....
- Lengkapilah cerita ... tentang apa yang akan terjadi bila
....
9 Menerapkan - Selesaikan hal berikut dengan menggunakan kaidah ....
- Tuliskan ... dengan menggunakan pedoman....
-

Penilaian HOTS
Poppy K. Devi 3
10 Analisis - Manakah penulisan yang salah pada paragraf ....
- Daftar dan beri alasan singkat tentang ciri utama .
11 Sintesis - Tuliskan satu rencana untuk pembuktian ...
- Tuliskan sebuah laporan ...
12 Evaluasi - Apakah kelebihan dan kelemahan ....
- Berdasarkan kriteria ..., tuliskanlah evaluasi tentang..

2. Taksonomi Bloom
Penilaian hasil belajar sudah biasa dilakukan oleh guru. Instrumen penilaian yang
dibuat harus memenuhi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Selama ini sudah
mengenal ranah taksonomi Bloom terutama dalam ranah kognitif. Biasanya penulisan
ranah kognitif untuk tahap pengetahuan disingkat C1, tahap pemahaman disingkat C2,
tahap pnerapan disingkat C3, tahap analisis disingkat C4, tahap sintesis disingkat C5, dan
tahap evaluasi disingkat C6. Ranah taksonomi Bloom sejak tahun 2001 sebenarnya sudah
direvisi oleh Anderson, LW. & Krathwohl, D.R., tetapi pada penerapannya di lapangan
umumnya masih menggunakan ranah kognitif taksonomi Bloom yang lama. Perbedaan
taksonomi Bloom lama dengan yang baru menurut Anderson, LW. & Krathwohl, D.R.
dalam Atherton J S. (2011), tertera pada Tabel 2. berikut ini.

Tabel 2 Taksonomi Bloom Lama dan Taksonomi Bloom Revisi


”Higher Order Thinking Skill” ”Higher Order Thinking Skill”
(HOTS) (HOTS)
Evaluation Creating
Synthesis Evaluating
Analysis Analysing
Application Applying
Comprehension Understanding
Knowledge Remembering
“Lower Order Thinking Skill” “Lower Order Thinking Skill”
( LOTS) ( LOTS)

Perbedaan taksonomi lama dengan yang baru tersebut salah satunya adalah
terletak pada tahap kognitif sintesis. Pada taksonomi hasil revisi tahap sintesis digabung
dengan tahap analisis. Tambahan tahap kognitif pada taksonomi Bloom revisi adalah
mencipta atau mengkreasi yang berasal dari creating. Tahap evaluasi menjadi urutan
kelima, sedangkan urutan keenam adalah creating, sehingga ranah tertinggi adalah
mencipta atau mengkreasikan. Perbedaan yang kedua adalah pada proses kognitif paling
rendah yaitu pengetahuan atau knowledge diubah menjadi mengingat yang berasal dari
remember.Dalam hal ini, ada peningkatan dalam proses kognitif yaitu peserta didik tidak

Penilaian HOTS
Poppy K. Devi 4
dituntut untuk mengetahui suatu konsep saja tetapi harus sampai mengingat konsep yang
dipelajarinya. Dan perbadaan lainnya adalah pada taksonomi Bloom revisi kata kerjanya
lebih operasional.
Tahap berpikir yang sesuai dengan HOTS dilihat dari ranah kognitif taksonomi Bloom yang
lama berada pada level analisis, sintesis dan evaluasi, sedangkan pada taksonomi Bloom
Revisi yang baru tahap berpikir yang sesuai dengan HOTS mulai menganalisis sampai
dengan mengkreasikan/mencipta. Perbedaan level taksonomi Bloom yang lama dengan
yang baru tertera pada gambar.
Untuk menguji keterampilan berpikir peserta didik, soal-soal untuk menilai hasil belajar
dirancang sedemikian rupa sehingga peserta didik menjawab soal melalui proses berpikir
yang sesuai dengan kata kerja operasional dalam taksonomi Bloom.

Berdasarkan taksonomi Bloom yang lama, kata kerja operasional pada ranah kognitif
adalah seperti yang tertera pada Tabel 3.
Tabel 3 Kata Kerja Operasional Ranah Kognitif
Pengetahuan Pemahaman Penerapan Analisis Sintesis Evaluasi
Mengutip Memperkirakan Menugaskan Menganalisis Mengabstraksi Membandingkan
Menyebutkan Menjelaskan Mengurutkan Mengaudit Mengatur Menyimpulkan
Menjelaskan Mengkategorikan Menentukan Memecahkan Menganimasi Menilai
Menggambar Mencirikan Menerapkan Menegaskan Mengumpulkan Mengarahkan
Membilang Merinci Menyesuaikan Mendeteksi Mengkategorikan Mengkritik
Mengidentifikasi Mengasosiasikan Mengkalkulasi Mendiagnosis Mengkode Menimbang
Mendaftar Membandingkan Memodifikasi Menyeleksi Mengombinasikan Memutuskan
Menunjukkan Menghitung Mengklasifikasi Merinci Menyusun Memisahkan
Memberi label Mengkontraskan Menghitung Menominasikan Mengarang Memprediksi
Memberi indeks Mengubah Membangun Mendiagramkan Membangun Memperjelas
Memasangkan Mempertahankan Membiasakan Megkorelasikan Menanggulangi Menugaskan
Menamai Menguraikan Mencegah Merasionalkan Menghubungkan Menafsirkan
Menandai Menjalin Menentukan Menguji Menciptakan Mempertahankan
Membaca Membedakan Menggambarkan Mencerahkan Mengkreasikan Memerinci
Menyadari Mendiskusikan Menggunakan Menjelajah Mengoreksi Mengukur
Menghafal Menggali Menilai Membagankan Merancang Merangkum
Meniru Mencontohkan Melatih Menyimpulkan Merencanakan Membuktikan
Mencatat Menerangkan Menggali Menemukan Mendikte Memvalidasi
Mengulang Mengemukakan Mengemukakan Menelaah Meningkatkan Mengetes
Mereproduksi Mempolakan Mengadaptasi Memaksimalkan Memperjelas Mendukung
Meninjau Memperluas Menyelidiki Memerintahkan Memfasilitasi Memilih
Memilih Menyimpulkan Mengoperasikan Mengedit Membentuk Memproyeksikan
Menyatakan Meramalkan Mempersoalkan Mengaitkan Merumuskan
Mempelajari Merangkum Mengkonsepkan Memilih Menggeneralisasi

Penilaian HOTS
Poppy K. Devi 5
Pengetahuan Pemahaman Penerapan Analisis Sintesis Evaluasi
Mentabulasi Menjabarkan Melaksanakan Mengukur Menggabungkan
Memberi kode Meramalkan Melatih Memadukan
Menelusuri Memproduksi Mentransfer Membatas
Menulis Memproses Mereparasi
Mengaitkan Menampilkan
Menyusun Menyiapkan
Mensimulasikan Memproduksi
Memecahkan Merangkum
Melakukan Merekonstruksi
Mentabulasi

Ada beberapa kata kerja operasional yang sama pada beberapa ranah kognitif,
seperti yang dapat Anda lihat pada Tabel 2.3.Contohnya “menjelaskan” pada tahap
pengetahuan dan “menjelaskan” pada tahap pemahaman, demikian juga “menyimpulkan”
pada tahap analisis dan “menyimpulkan” pada evaluasi. Perbedaan ini dapat dilihat dalam
bentuk soal pengujiannya.
Bagaimana dengan taksonomi Bloom hasil revisi? Revisi taksonomi Bloom
dipublikasikan pada Tahun 2001. Dalam revisi ini ada beberapa perubahan dari taksonomi
yang lama, yaitu level berpikir pada ranah kognitif dari kata benda menjadi kata kerja
seperti “pengetahuan” atau recall menjadi “mengingat”, “pemahaman” menjadi
“memahami”. Masing-masing masih diurutkan secara hierarkis, dari urutan terendah ke
yang lebih tinggi. Pada ranah kognitif kemampuan berpikir analisis dan sintesis
diintegrasikan menjadi analisis saja. Kata kerja operasional pada taksonomi Bloom revisi
tertera pada Tabel 4.

Tabel 4 Kata Kerja Operasional pada ranah kognitif Taksonomi Bloom Revisi
Mengingat Memahami Menerapkan Menganalisis Mengevaluasi Mengkreasi

mengurutkan menafsirkan melaksanakan menguraikan menyusun- merancang


menjelaskan meringkas menggunakan membandingkan hipotesis membangun
mengidentifi- mengklasifi- menjalankan mengorganisir mengkritik merencanakan
kasi kasikan melakukan menyusun ulang memprediksi memproduksi
menamai membanding- mempraktekan mengubah- menilai menemukan
menempatkan kan memilih struktur menguji membaharui
mengulangi menjelaskan menyusun mengkerangkakan membenarkan menyempurnakan
menemukan- membeberkan memulai menyusun- menyalahkan memperkuat
kembali menyelesaikan outline memperindah
mendeteksi mengintegrasikan menggubah
membedakan
menyamakan

Penilaian HOTS
Poppy K. Devi 6
Menurut Krathwohl (2002) dalam A revision of Bloom's Taxonomy: an overview - Theory
Into Practice menyatakan bahwa indikator untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat
tinggi meliputi: menganalisis, mengevaluasi dan mengkreasi.

a. Menganalisis
• Menganalisis informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi
ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya
• Mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebua skenario
yang rumit.
• Mengidentifikasi/merumuskan pertanyaan

b. Mengevaluasi
• Memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, dan metodologi dengan menggunakan
kriteria yang cocok atau standar yang ada untuk memastikan nilai efektivitas atau
manfaatnya.
• Membuat hipotesis, mengkritik dan melakukan pengujian
• Menerima atau menolak suatu pernyataan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan

c. Mengkreasi
• Membuat generalisasi suatu ide atau cara pandang terhadap sesuatu
• Merancang suatu cara untuk menyelesaikan masalah
• Mengorganisasikan unsur-unsur atau bagian-bagian menjadi struktur baru yang belum
pernah ada sebelumnya

3. Pengembangan Soal HOTS


Pengembangan soal HOTS memerlukan berbagai kriteria, baik dari segi bentuk soal maupun
konten materi subyeknya. Permendikbud no 24 tahun 2016 tentang Standar Kompetensi
Lulusan tingkat SMA yaitu peserta didik “ Memiliki pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan kompleks berkenaan
dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora. Mampu mengaitkan
pengetahuan di atas dalam konteks diri sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat dan
lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, serta kawasan regional dan internasional” . Oleh
karena itu pengembangan soal selain mengacu pada taksonomi Bloom, juga tetap harus
mengacu pada indikator pencapaian kompetensi yang diturunkan dari Kompetensi Dasar.
Contoh Kompetensi Dasar yang harus dicapai melalui tahap-tahap berpikir tingkat tinggi,
tertera pada tabel 5

Penilaian HOTS
Poppy K. Devi 7
Tabel 5. Contoh Kompetensi Dasar Pengetahuan dan Keterampilan

Mata Pelajaran KD Pengetahuan KD Keterampilan

Matematika 3.3 Menganalisis lingkaran 4.3 Menyelesaikan masalah yang


secara analitik terkait dengan lingkaran

Kimia 3.4 Menganalisis proses yang 4.4 Merancang sel Volta dengan
terjadi dalam sel Volta dan mengunakan bahan di sekitar
menjelaskan kegunaannya

Pendidikan Jasmani, 3.8 Menganalisis 4.8 Mempraktikkan hasil analisis


Olahraga, Dan keterampilan dua gaya keterampilan dua gaya renang***
Kesehatan renang ***

Sosiologi 3.5 Mengevaluasi aksi 4.5 Mengelaborasikan berbagai


pemberdayaan komunitas alternatif pemberdayaan sosial
sebagai bentuk kemandirian yang diperlukan untuk mengatasi
dalam menyikapi ketimpangan sosial di masyarakat
ketimpangan sosial.

Bahasa Indonesia 3.6 Menganalisis nilai-nilai 4.6 Menyajikan hasil analisis


(budaya, sosial, moral, perbandingan nilai-nilai (budaya,
agama, dan pendidikan) sosial, moral, agama, dan
dalam dua atau lebih cerita pendidikan) dalam dua atau lebih
pendek cerita pendek secara lisan dan
tertulis

3.8 Mengevaluasi 4.8 Mementaskan naskah drama


pementasan drama
(langsung atau hasil
rekaman)

Teknik penulisan soal-soal HOTS, baik yang berbentuk pilihan ganda atau uraian, secara
umum sama dengan penulisan soal tingkat rendah, tetapi ada beberapa ciri yang
membedakannya diantaranya pada soal diajikan dulu stimulus. Untuk mengingat kembali
penulisan soal bentuk uraian dan pilihan ganda, berikut ini adalah beberapa petunjuk
yang dapat Anda ikuti.

a . Penulisan Soal Bentuk Uraian


Menulis soal bentuk uraian diperlukan ketepatan dan kelengkapan dalam merumuskannya.
Ketepatan yang dimaksud adalah bahwa materi yang akan ditanyakan tepat diujikan
dengan bentuk uraian, yaitu menuntut peserta didik untuk mengorganisasikan gagasan
dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan secara tertulis dengan

Penilaian HOTS
Poppy K. Devi 8
menggunakan kata-katanya sendiri.
Kaidah penulisan soal uraian sebaiknya memperhatikan beberapa hal, baik dari materi soal
maupun konstruksinya. Materi soal sebaiknya mengikuti kriteria penulisan soal seperti
berikut ini.
1). Soal harus sesuai dengan indikator.
2). Setiap pertanyaan harus diberikan batasan jawaban yang diharapkan.
3). Materi yang ditanyakan harus sesuai dengan tujuan pengukuran.
4). Materi yang ditanyakan harus sesuai dengan jenjang jenis sekolah atau tingkat kelas.
Konstruksi soal sebaiknya mengikuti kriteria penulisan soal seperti berikut ini.
1). Menggunakan kata tanya/perintah yang menuntut jawaban terurai.
2). Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal.
3). Setiap soal harus ada pedoman penskorannya.
4). Jika terdapat tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya disajikan dengan jelas,
terbaca, dan berfungsi.

b. Penulisan Soal Bentuk Pilihan Ganda


Soal pilihan ganda terdiri atas bagian pokok soal dan pilihan jawaban. Menulis soal bentuk
pilihan ganda memerlukan keterampilan dan ketelitian terutama pada penulisan
pengecohnya. Pengecoh yang baik adalah pengecoh yang tingkat kerumitan atau tingkat
kesederhanaan, serta panjang-pendeknya relatif sama dengan kunci jawaban. Kaidah
penulisan soal pilihan ganda harus memperhatikan materi soal dan konstruksinya.
Materi soal sebaiknya mengikuti kriteria penulisan soal seperti berikut ini.
1). Soal harus sesuai dengan indikator. Artinya soal harus menanyakan perilaku dan materi
yang hendak diukur sesuai dengan rumusan indikator dalam kisi-kisi.
2). Pengecoh harus bertungsi
3). Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar. Artinya, satu soal hanya
mempunyai satu kunci jawaban.
Konstruksi soal sebaiknya mengikuti kriteria penulisan soal seperti berikut ini.
1). Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas. Kemampuan atau materi yang
hendak diukur/ditanyakan harus jelas. Setiap butir soal hanya mengandung satu
persoalan/gagasan
2). Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang
diperlukan saja.
3). Pokok soal tidak bolehmemberi petunjuk ke arah jawaban yang benar. Artinya, pada
pokok soal tidak boleh terdapat kata, kelompok kata, atau ungkapan yang
memberikan petunjuk ke arah jawaban yang benar.
4). Pokok soal tidak boleh mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda. Artinya,
pada pokok soal tidak boleh terdapat dua kata atau lebih yang mengandung arti
negatif. Penggunaan negatif ganda diperbolehkan bila aspek yang akan diukur justru
pengertian tentang negatif ganda itu sendiri.

Penilaian HOTS
Poppy K. Devi 9
5). Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi. Semua pilihan
jawaban harus berasal dari konsep yang sama seperti yang ditanyakan oleh pokok soal,
penulisannya harus setara, dan semua pilihan jawaban harus berfungsi.
6). Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama. Kaidah ini diperlukan karena
adanya kecenderungan peserta didik memilih jawaban yang paling panjang karena
seringkali jawaban yang lebih panjang itu lebih lengkap dan merupakan kunci jawaban.
7). Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan: “Semua pilihan jawaban di atas
salah" atau "Semua pilihan jawaban di atas benar". Artinya dengan adanya pilihan
jawaban seperti ini, maka secara materi pilihan jawaban berkurang satu karena
pernyataan itu bukan merupakan materi yang ditanyakan dan pernyataan itu menjadi
tidak homogen.
8). Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun berdasarkan urutan
besar kecilnya nilai angka atau kronologis. Pilihan jawaban yang berbentuk angka
harus disusun dari nilai angka paling kecil berurutan sampai nilai angka yang paling
besar, dan sebaliknya. Demikian juga pilihan jawaban yang menunjukkan waktu harus
disusun secara kronologis. Penyusunan secara unit dimaksudkan untuk memudahkan
peserta didik melihat pilihan jawaban.
9). Gambar, grafik, tabel, diagram, wacana, dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus
jelas dan berfungsi. Artinya, apa saja yang menyertai suatu soal yang ditanyakan harus
jelas, terbaca, dapat dimengerti oleh peserta didik. Apabila soal bisa dijawab tanpa
melihat gambar, grafik, tabel atau sejenisnya yang terdapat pada soal, berarti gambar,
grafik, atau tabel itu tidak berfungsi.
10). Rumusan pokok soal tidak menggunakan ungkapan atau kata yang bermakna tidak
pasti seperti: sebaiknya, umumnya, kadang-kadang.

11). Butir soal tidak bolehbergantung pada jawaban soal sebelumnya. Ketergantungan
pada soal sebelumnya menyebabkan peserta didik yang tidak dapat menjawab benar
soal pertama tidak akan dapat menjawab benar soal berikutnya.
Pada penulisan soal pilihan ganda maupun uraian, penulis soal harus memperhatikan
bahasa soal. Secara umum bahasa soal sebaiknya mengikuti kriteria penulisan soal seperti
berikut ini.
1). Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
Kaidah bahasa Indonesia dalam penulisan soal di antaranya a) pemakaian kalimat:
(1) unsur subyek, (2) unsur predikat, (3) anak kalimat; b) pemakaian kata: (1) pilihan
kata, (2) penulisan kata, dan c) pemakaian ejaan: (1) penulisan huruf, (2) penggunaan
tanda baca.
2). Bahasa yang digunakan harus komunikatif, sehingga pernyataannya mudah dimengerti
warga belajar/peserta didik.
3). Pilihan jawaban jangan yang mengulang kata/frase yang bukan merupakan satu
kesatuan pengertian. Letakkan kata/frase pada pokok soal.

Penilaian HOTS
Poppy K. Devi 10
c. Pedoman Penulisan Soal HOTS

Ada beberapa cara yang dapat dijadikan pedoman oleh para penulis soal untuk menulis
butir soal yang menuntut berpikir tingkat tinggi. Caranya yaitu materi yang akan ditanyakan
diukur dengan perilaku sesuai dengan ranah pada HOTS. Setiap pertanyaan diberikan dasar
pertanyaan (stimulus) dan soal dapat mengukur kemampuan berpikir kritis. Agar butir soal
yang ditulis dapat menuntut berpikir tingkat tinggi, setiap butir soal selalu diberikan dasar
pertanyaan (stimulus) yang berbentuk sumber/bahan bacaan, seperti teks bacaan,
paragrap, teks drama, penggalan novel/cerita/dongeng, puisi, kasus, gambar, grafik, foto,
rumus, tabel, daftar kata/simbol, contoh, peta, film, atau suara yang direkam.
Contoh pengembangan soal pada modul ini hanya melihat dari keterampilan berpikir
tingkat tinggi berdasarkan ranah kognitif pada taksonomi Bloom. Untuk pengetahuan
tambahan dalam penulisan soal, Anda dapat pula mempelajari berbagai indikator soal
untuk kemampuan berpikir kritis yang dapat dijadikan dasar dalam menulis butir soal yang
menuntut peserta didik berpikir tingkat tinggi.

1). Menfokuskan pada pertanyaan


Contoh indikator soal: Disajikan sebuah masalah/problem, aturan, kartun, atau
eksperimen dan hasilnya; peserta didik dapat menentukan masalah utama, kriteria
yang digunakan untuk mengevaluasi kualitas, kebenaran argumen atau kesimpulan.
2). Menganalisis argumen
Contoh indikator soal: Disajikan deskripsi sebuah situasi atau satu/dua argumentasi;
peserta didik dapat: (1) menyimpulkan argumentasi secara cepat, (2) memberikan
alasan yang mendukung argumen yang disajikan, (3) memberikan alasan tidak
mendukung argumen yang disajikan.
3). Mempertimbangkan yang dapat dipercaya
Contoh indikator soal: Disajikan sebuah teks argumentasi, iklan, atau eksperimen dan
interpretasinya; peserta didik menentukan bagian yang dapat dipertimbangan untuk
dapat dipercaya (atau tidak dapat dipercaya), serta memberikan alasannya.
4). Mempertimbangkan laporan observasi
Contoh indikator soal: Disajikan deskripsi konteks, laporan observasi, atau laporan
observer/reporter; peserta didik dapat mempercayai atau tidak terhadap laporan itu
dan memberikan alasannya.
5). Membandingkan kesimpulan
Contoh indikator soal: Disajikan sebuah pernyataan yang diasumsikan kepada peserta
didik adalah benar dan pilihannya terdiri atas: (1) satu kesimpulan yang benar dan
logis, (2) dua atau lebih kesimpulan yang benar dan logis; peserta didik dapat
membandingkan kesimpulan yang sesuai dengan pernyataan yang disajikan atau
kesimpulan yang harus diikuti.

Penilaian HOTS
Poppy K. Devi 11
6). Menentukan kesimpulan
Contoh indikator soal: Disajikan sebuah pernyataan yang diasumsikan kepada
peserta didik adalah benar dan satu kemungkinan kesimpulan; peserta didik dapat
menentukan kesimpulan yang ada itu benar atau tidak, dan memberikan alasannya.
7). Mempertimbangkan kemampuan induksi
Contoh indikator soal: Disajikan sebuah pernyataan, informasi/data, dan beberapa
kemungkinan kesimpulan; peserta didik dapat menentukan sebuah kesimpulan yang
tepat dan memberikan alasannya.
8). Menilai
Contoh indikatornya: Disajikan deskripsi sebuah situasi, pernyataan masalah, dan
kemungkinan penyelesaian masalahnya; peserta didik dapat menentukan: (1) solusi
yang positif dan negatif, (2) solusi mana yang paling tepat untuk memecahkan masalah
yang disajikan, dan dapat memberikan alasannya.
9). Mendefinisikan Konsep
Contoh indikator soal: Disajikan pernyataan situasi dan argumentasi/naskah; peserta
didik dapat mendefinisikan konsep yang dinyatakan.
10). Mendefinisikan asumsi
Contoh indikator soal: Disajikan sebuah argumentasi, beberapa pilihan yang implisit di
dalam asumsi; peserta didik dapat menentukan sebuah pilihan yang tepat sesuai
dengan asumsi.
11) Mendeskripsikan
Contoh indikator soal: Disajikan sebuah teks persuasif, percakapan, iklan, segmen dari
video klip; peserta didik dapat mendeskripsikan pernyataan yang dihilangkan.

Untuk tingkat sekolah lanjutan tidak semua keterampilan dapat dilatihkan melalui
pemecahan soal-soal, tetapi kita dapat memilih keterampilan yang sesuai dengan tingkat
berpikir peserta didik dan mengkreasikannya menjadi soal yang mendorong peserta didik
berpikir.

4. Contoh Soal Pengetahuan kategori HOTS

Untuk menerapkan beberapa teori tentang pengembangan soal HOTS ke dalam


pembelajaran, berikut ini disajikan beberapa contoh model soal HOTS dalam bentuk pilihan
ganda dan uraian. Selanjutnya, disajikan pula contoh soal HOTS sesuai dengan standar
kompetensi, kompetensi dasar dan indikator pada pembelajaran IPA SMP/MTs. Pada
contoh soal juga dicantumkan kata kerja operasional dari ranah kognitif taksonomi Bloom.

Penilaian HOTS
Poppy K. Devi 12
a. Contoh Soal HOTS Pilihan Ganda

Kompetensi Dasar 3.8 Menganalisis sifat larutan berdasarkan daya hantar


listriknya
Indikator Soal Disajikan data pencobaan daya hantar listrik larutan, peserta
didik dapat mengidentifikasi larutan yang bersifat elektrolit
kuat
Ranah Kognitif Menganalisis
Perhatikan data pengamatan percobaan daya hantar listrik beberapa larutan.
Pengamatan
Larutan Nyala lampu Gelembung gas
P Tidak menyala Ada
Q Tidak menyala Tidak ada
R Menyala Ada
S Tidak menyala Tidak ada
T Menyala Ada

Pasangan larutan yang termasuk larutan elektrolit kuat adalah....


A. P dan Q C. R dan T.
B. R dan S D. Q dan R

Kompetensi Dasar 3.3 Mengevaluasi gejala atau proses yang terjadi dalam contoh
sel elektrokimia (sel volta dan sel elektrolisis) yang digunakan
dalam kehidupan
Indikator Soal Diberikan gambar percobaan elektolisis larutan garam dapur
pada kertas lakmus basah, peserta didik dapat menentukan
gejala yang terjadi di sekitar elektroda.
Ranah Kognitif memprediksi
Soal: Amati gambar percobaan elektrolisis larutan yang dilakukan siswa secara
sederhana pada kertas lakmus yang dibasahi oleh larutan garam dapur
seperti pada gambar dibawah ini

Lakmus yang dibasahi oleh larutan


garam dapur

Penilaian HOTS
Poppy K. Devi 13
Jika warna lakmus pada larutan garam dapur adalah ungu, setelah beberapa menit
catatan pegamatan siswa pada titik X, Y dan Z adalah...
X Y Z
A merah ungu biru
B merah putih biru
C biru ungu merah
D biru ungu putih
E biru merah putih

Kompetensi Dasar 3.21. Mendeskripsikan data dalam bentuk tabel atau diagram/plot
tertentu yang sesuai dengan informasi yang ingin dikomunikasikan.
Indikator Soal Disajikan suatu diagram batang ganda dari catatan mengenai
banyaknya panggilan telepon masuk dan keluar perhari dalam 9 hari,
siswa dapat membaca data pada diagram batang ganda
Ranah Kognitif Menganalisis
Suatu perusahaan telekomunikasi sedang melakukan survey untuk melihat aktivitas
pelanggannya dalam melakukan panggilan telepon. Suatu hari Rana mendapatkan tugas dari
perusahaan telekomunikasi tersebut untuk mencatat banyaknya panggilan telepon yang ia
lakukan pada suatu periode hari-hari yang berurutan. Hasil catatan Rana disajikan dalam
grafik di bawah ini:

Pertanyaan:
1. Rana melakukan surveynya selama ….
A. 6 hari
B. 7 hari
C. 8 hari
D. 9 hari
2. Rana sama sekali tidak melakukan panggilan keluar pada hari ke- ….
3. Rana menerima panggilan masuk lebih banyak daripada panggilan keluar untuk
pertama kalinya pada hari ke- ….

Penilaian HOTS
Poppy K. Devi 14
Soal HOTS dapat dikembangkan pada setiap mata pelajaran, sesuai dengan kompetensi
dasar yang harus dicapai. Penyajian soal HOTS tidak hanya disajikan pada saat ulangan saja
tetapi dilatihkan pada saat pembelajaran, contohnya di dalam lembar kerja untuk
eksperimen maupun diskusi.

Daftar Pustaka:
Atherton J S. (2011). Learning and Teaching; Bloom's taxonomy
http://honolulu.hawaii.edu/intranet/committees/FacDevCom/guidebk/teachtip/questype.h
tm TYPES OF QUESTIONS BASED ON BLOOM'S TAXONOMY lats update mei 2011
http://eduscapes.com/tap/topic69.htm Critical and Creative Thinking - Bloom's Taxonomy
Paul & Elder . ( 2004). The Nature and Function of Critical & Creative Thinking,
www.cricalthinking.org.
National Commite. (1996). National Science Educations Standards. Washington. National
Academic Press
Kendikbud. ( 2016). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan
Menengah . Jakarta
Kendikbud. ( 2016). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Jakarta
Kendikbud. ( 2016). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran Pada
Kurikulum 2013 Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Jakarta

Penilaian HOTS
Poppy K. Devi 15

You might also like