Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 2

Free Trade: Sudahkah Menguntungkan Semua Pihak?

[Triana Novitasari]

Sebelumnya, mari tidak memperdebatkan definisi. Free trade, globalisasi, liberalisasi, dan istilah-
istilah terkait; saya kira teman-teman sudah membacanya sebelum hadir ke forum. Daripada
memperdebatkan “apa itu free trade” atau “apa itu globalisasi” atau “apa itu kapitalis, liberalis, atau
-is, -is” dan lainnya, tentu akan lebih menarik apabila membicarakan pergolakan di dalam konsep
perdagangan bebas.

***

Bila ditelusuri, benih-benih perdagangan yang melibatkan dua negara atau lebih mulai tumbuh sekitar
1000 dan 1500 SM. Saat itu, pedagang China dan India mulai menelusuri negara lain baik melalui jalan
darat (misalnya jalur sutera) maupun jalur laut untuk berdagang. Lebih lanjut, perdagangan yang
melibatkan interaksi antarnegara ini dikenal dengan istilah perdagangan internasional.

Konsep perdagangan internasional yang telah terjadi selama ribuan tahun ini sebenarnya sederhana.
Layaknya sistem barter, satu negara akan memenuhi kebutuhan negara lain apabila negara lain
tersebut juga memberikan kebutuhan pada negara yang satunya. Sesederhana itu. Namun beberapa
abad belakangan, dampak perdagangan antarnegara mulai merambah ke aspek-aspek lain dalam
kehidupan, seperti aspek ekonomi, sosial, dan politik.

Apabila dikaitkan dengan teori ekonomi, pembahasan konsep perdagangan internasional tidak jauh-
jauh dari teori keunggulan komparatif yang dicetuskan oleh David Ricardo. Secara umum, konsep
perdagangan internasional dibangun berdasarkan teori ini. Menurut teori, apabila negara-negara di
dunia internasional dapat berproduksi dan bersaing dengan mengacu pada ketentuan teori
keunggulan komparatif, maka diyakini efisiensi penggunaan sumber daya suatu negara dapat
meningkat. Dengan keadaan seperti ini, diharapkan tingkat kesejahteraan dunia dapat tercapai dan
negara satu dengan negara lain dapat saling bergantung serta menguntungkan satu sama lain.

Namun, apakah benar teori ini sudah sepenuhnya tepat?

Banyak ekonom berpendapat bahwa perdagangan internasional dapat meningkatkan standar hidup
suatu negara berdasarkan teori komparatif. Negara-negara yang belum sepenuhnya terindustrialisasi,
dapat menjual hasil alamnya atau bahan setengah jadi pada negara yang tidak memiliki sumber alam.
Umumnya, negara pengekspor bahan setengah jadi ini adalah negara-negara dunia ketiga, sedangkan
negara industri yang dimaksud adalah negara-negara maju. Selain itu, perdagangan bebas juga
mendorong kerjasama dan ketergantungan antarnegara. Saling bergantung ini, apabila membawa
keuntungan pada dua belah pihak, dapat memperkecil kemungkinan perang.

Sebagian besar ekonom lain berpendapat, bahwa perdagangan internasional memungkinkan negara
maju mengeksploitasi negara berkembang. Globalisasi dan pasar bebas memang membawa
kesejahteraan dan pertumbuhan, namun hanya bagi segelintir orang sedangkan sebagian besar
lainnya akan tetap menderita. Para penganut paham non-liberal juga sangat menentang konsep
perdagangan ini. Bagi mereka, sistem perdagangan bebas akan mengikis lingkungan hidup, hak-hak
buruh, dan semakin menyengsarakan negara-negara dunia ketiga.
Hingga saat ini dunia ketiga sedang berbenah. Sesuai dengan label “dunia berkembang” yang
disandang, negara-negara ini terus menyesuaikan diri agar dapat menyamakan diri dengan negara-
negara maju yang terindustrialisasi. Apabila tercapai, maka peluang untuk menjual barang di pasar
internasional menjadi lebih besar, tidak lagi hanya menjual bahan mentah atau bahan setengah jadi.
Meski demikian, kemungkinan perubahan pada negara-negara ini adalah kecil sekali. Negara maju
sudah terlibat terlalu dalam persaingan dagang yang hebat, tidak berhasrat untuk membantu negara
dunia ketiga dalam merebut pasar dari tangan mereka.

Tapi tenang, bukan berarti negara berkembang tidak mempunyai kesempatan. Demi membantu
perkembangan negara dunia ketiga, organisasi yang membawahi kegiatan dagang dan keuangan
dunia menunjukkan perannya. WTO, IMF, dan World Bank senantiasa memberikan kucuran pinjaman
bagi negara dunia ketiga. Namun pinjaman bukan berarti menyelesaikan masalah negara dunia ketiga.
Pada lain sisi, pinjaman ini justru semakin membawa negara-negara tersebut dalam pusaran hutang
yang tak kunjung usai.

Permainan dalam perdagangan internasional memang sangat kompleks dan rumit. Selain itu, sistem
dan aturan main perdagangan ini nampak selalu menjatuhkan negara-negara dunia ketiga sebagai
negara yang umumnya produsen bahan baku dunia, atau penyedia bahan setengah jadi.

***

Jadi, gimana dong ya? Perdagangan bebas baik sih, bisa mengefisiensikan pengelolaan sumber daya
di suatu negara. Tapi apa iya, free trade sudah mampu menguntungkan kedua belah pihak, baik dari
sisi negara pengekspor maupun negara pengimpor? Apa iya, cuma negara maju yang diuntungkan,
sedangkan negara berkembang dirugikan? Ah, bingung, menurut kawan-kawan gimana? []

You might also like