Dokumen - Tips - BHN Kuliah Produksi II SRP

You might also like

Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 72

METODE PENGANGKATAN BUATAN DENGAN

MENGGUNAKAN POMPA ANGGUK


SUCKER ROD PUMP(SRP)

1. Metode Pengangkatan buatan


Hampir semua sumur pada permulaan di
ketemukan lapangannya tekanannya cukup
besar sehingga akan menjadi sumur sembur
alam. Dengan berjalannya waktu maka tekanan
reservoir akan mengalami penurunan, demikian
pula tekanan di formasi dekat sumur. Hal ini
akan menyebabkan perlunya penambahan
pengangkatan buatan atau artificial lift.
Di dunia ini artificial lift paling banyak di
gunakan adalah pompa angguk (Sucker rod
pump), 80% di seluruh dunia, atau 2/3 dari
semua sumur di dunia menggunakan pompa
angguk ini. Pompa angguk bukan memproduksi
terbesar di dunia, karena produksinya tidak
semuanya besar, yang terbanyak hanya
berproduksi 3 – 10 b/d minyak, terutama di USA
yang menggunakan SRP(Sucker Rod Pump) untuk
85% total sumur artificial lift.
Sumur dengan laju produksi dari yang sangat
rendah sampai menengah (moderate) (lebih
rendah dari 2000 bpd, 320 m3/d) sangat cocok
menggunakan pompa SRP dalam pengangkatan
fluida produksi ke permukaan. Hal ini
disebabkan pompa jenis ini mampu membentuk
III - 1
drawdown yang sangat tinggi di sekitar lubang
bor.
Gambar 3.1. memperlihatkan skematik dari
komplesi dengan menggunakan pompa sucker
rod. Dapat dilihat bahwa terdapat tiga hal
pokok dalam elemen pompa sucker rod, yaitu :
 Bottom hole Pump
 Rod String
 Pumping Unit
Sucker rod mentransmisikan beban
tensional dari plunger ke unit pompa. Maka
criteria desain utama adalah efek dinamik
termasuk kelelahan (fatigue), stretch dan rod
fall.
Panjang dari sucker rod pada umumnya 25 ft
dengan diameter dari 5/8 inch sampai 1-1/8
inch. Kombinasi dari ukuran-ukuran string ini
sering digunakan.

III - 2
Gambar 3.1.
Pompa Angguk (SRP)

2. Sucker Rod Pump (Pompa Angguk)


Karena sudah lama dipakai dan
dikembangkan, maka SRP mendapat perhatian
yang sangat besar sehingga banyak studi dan
teori yang muncul di industri maupun di
literatur.

2.1. Jenis-jenis Pompa Angguk


Dewasa ini di kenal 3 (tiga) macam SRP yang
paling umum :
III - 3
1. Standar atau Conventional Type
Pada tipe ini, samson post menopang walking
beam kira-kira pada bagian tengah, jadi titik
pusat putaran tuas di tengah walking beam.
Pumping unit type ini paling banyak dipakai
pada industri perminyakan dan tersedia
dalam bermacam-macam ukuran dan ada
yang mencapai 100 Horse Power

Gambar 3.2. Conventional Pumping Unit

2. Low Torque Unit (Mark II)


Pada tipe ini, samson post menopang
walking beam pada bagian ujung
belakang jadi titik pusat putaran tuas di
ujung walking beam. Pada ukuran
kerangka yang sama biasanya unit ini
membutuhkan Horse Power yang lebih
III - 4
sedikit jika dibandingkan dengan
conventional unit
Dan banyak di pakai untuk sumur-sumur
minyak yang dalam dan berproduksi
besar, ukuran yang tersedia tidak
bervariasi banyak dengan yang terbesar
sampai mencapai 125 Horse Power.

Gambar 3.3 Mark II Pumping Unit

Gambar 3.4. Air Balanced

Pumping Unit.

3. Air Balance
Unit
Pada tipe ini
tabung udara
yang
bertekanan di
gunakan sebagai pengganti counter weight
dan titik pusat putaran tuas berada di ujung
walking beam. Pumping unit tipe ini lebih
kecil dan ringan dari unit yang laindan
dilengkapi dengan air compresor serta

III - 5
ukuran yang di buat terbatas, tetapi ada
yang mencapai 150 Horse Power.

Beam balanced termasuk conventional


dengan counter balance berupa pemberat tak
berputar di ujung walking beam nya. Gambar
2.6 memperlihatkan beam balanced dan jenis-
jenis pompa angguk lainnya.

Gambar 3.5 Unit-unit pompa angguk yang lainnya.

III - 6
2.2 Klasifikasi Pompa dari API
API telah membuat klasifikasi pompa
subsurface berdasarkan plungernya, dan gambar
3.6 memperlihatkan bermacam-macam jenis
tersebut, Gambar 3.7 menunjukkan kode huruf
menurut API untuk alat bawah permukaan.

Gambar 3.6
Klasifikasi Pompa dari API

III - 7
Gambar 3.7.
Pump Designation

Dalam pemesanan SRP dari pabrik masih


diperlukan data clearance atau ruang antara
plunger dan barrelnya bila digunakan metal-to-
metal plunger. Ini tersedia ukuran -0.001”,
-0.002”, -0.003”, -0.004” dan -0.005” dan

III - 8
disebut -1,-2,-3,-4 dan -5, Type -1 untuk
viskositas minyak 0 – 20 cp, untuk diatas 400 cp
dan banyak pasir digunakan type - 5. Selain itu
perlu disebutkan bahan material pompanya
apakah untuk korosive fluidanya dan lain-lain.
A. Klasifikasi Tubing Pump
a. Berdasarkan lokasi standing valve
1. Tetap (fixed) dilekatkan didasar tubing,
diameternya lebih besar,baik untuk level
cairan dalam, fluida viscous dan bila fluida
barrel tidak terisi penuh.
2. Dapat dikeluarkan (removeable), Standing
valve bisa dilekatkan (atau diturunkan)
bersama working barrel, valve ini ditahan
disana dengan alat penahan atau anker
tertentu.
b. Type Plunger Seal
1. Soft Packed Plunger (cup equipped) di
buat dari kulit atau karet terpal atau bahan
sintesis lainnya yang tahan karat. Pada gerak
keatas, tekanan kolom fluida menekan cup
sehingga mengembang dan menyekat antara
ujung cup dan dinding barrel. Pada down
stroke tekanan diluar dan didalam cup akan
seimbang sehingga plunger akan turun
dengan mudah, Soft packed dipakai pada rod
dan tubing pump untuk kedalaman sampai
5000 ft, gambar 3.8. memperlihatkan
skematiknya.
III - 9
Gambar 3.8. Soft Packed Plunger (OilWell)

2. Pompa dengan plunger logam (metal


plunger), Plunger logam dapat dibuat dari
besi tuang atau baja yang diratakan (plain)
atau berlekuk (groove) (gambar 3.9),plunger
logam ke logam berjarak berdekatan
tergantung viskositas agar mendapatkan seal
(sekat) fluida. Plunger ini dapat dibuat dari
tubing atau potongannya yang dibuat sesuai
dengan panjang tertentu, plunger ini lebih
kuat dan khusus untuk sumur dalam ( >7000
ft).

III - 10
Gambar 3.9. Plain and Groove metal plunger (OilWell)

B. Klasifikasi Insert(Rod Pump)


Pada rod pump, plunger maupun working
barrel bisa dinaikkan dengan mudah untuk
diperbaiki dengan hanya menarik rod keatas,
agar barrel tersebut terikat kuat didasar tubing
selama kerja pompa maka diberi seating cups
atau hold down anchors. Berdasarkan operasinya
rod pump dapat dibagi dua :
1. Travelling pump (inverted pump) dimana
plungernya diam, working barrelnya yang
bergerak (RWT,RST), keuntungannya adalah
gerakan barrel mengurangi kemungkinan
pasir mengendap diantara barel dan tubing,
tetapi friksi akan meningkat.

III - 11
2. Stationary insert pump (stationary barrel)
ini adalah yang paling umum dipakai,
jenisnya adalah thin (tipis) dan heavy wall
(one-piece) barrel dan liner barrel (liner
barrel bukan standard API).

3.3. Komponen dan Peralatan Pompa Angguk


3.3.1. Peralatan di atas permukaan
Gambar 3.10 memperlihatkan alat-alat di
permukaan. Alat ini meneruskan energi dari
mesin ke alat bawah permukaan. Dalam
melakukan hal ini, maka gerak putar harus
diubah ke turun naik di rod-nya, dan kecepatan
rpm mesin harus dikurangi supaya sesuai dengan
kecepatan pompa tertentu dengan
menggunakan gear reducer. Antara rod dengan
alat permukaan terdapat polished rod yang
dapat melaluinya tetapi ke luar di polished rod.
Di bagian atas polished rod, polished rod diklem
pada carrier bar, yang mana dihubungkan
dengan horsehead melalui wireline hanger yang
fleksibel.
Desain di atas diperlukan agar polished rod
tetap bergerak naik turun secara vertikal supaya
tak ada friksi besar stuffing box.
Walking beam ditunjang dekat titik beratnya
oleh Sampson Post. Gear diteruskan ke walking
beam melalui pitman, gerak mana diberikan
oleh crank. Panjang langkah polished rod
III - 12
ditentukan oleh jarak dari pitman bearing ke
crank shaft. Umumnya ada 3 posisi atau lebih
untuk mengatur panjang langkah polished rod
tersebut
Hal lain yang penting adalah mendesain
counterbalance. Semua gerak menaikkan fluida
ke atas dilakukan oleh gerakan ke atas dengan
berat fluida dan rod ditanggung oleh unit
pompa. Pada saat ke bawah, tidak ada beban,
tetapi rod malah bergerak dipercepat ke bawah.
Bila beban ke atas dan ke bawah ini tidak
diimbangi, maka unit pompa akan mudah rusak
dan keseimbangan pada mesin tidak ada, yaitu
besar – kecil – besar dan seterusnya. Untuk ini
dipasang counterbalance untuk memberikan
distribusi merata pada pembebanan. Efek
counterbalance tergantung dari beratnya,
posisinya, dan geometri alat-alatnya. API
membuat standardisasi mengenai tipe pompa,
misalnya :
C – 160D – 173 – 64, yang artinya :
C : Convensional (A = air balance, B : beam
counterbalance, M = mark II)
160 : Peak torque Rating – ribuan in-lb
D : Double reduction gear reducer
173 : Polished Rod Load rating, ratusan lb
64 : Panjang langkah stroke maksimum, in

III - 13
Gambar 3.10

Komponen SRP

1. Prime mover
Sebuah motor listrik atau reciprocating
engine dengan putaran 800 – 1200 RPM
dipakai untuk menggerakan pumping unit.

III - 14
Gambar 3.11

2. Gear Reducer
Gear reducer adalah alat untuk menurunkan
putaran dari motor atau engine menurut
yang di butuhkan

Gambar 3.12

3. Crank
Crank disambungkan pada sumbu putaran
rendah yang keluar dari gearbox yang
berputar 360 derajat, lubang yang di sebelah
luar dari crank di sambungkan ke pitman.
Kalau counter weight di butuhkan oleh
pumping unit,maka dapat dipasang pada
crank.

III - 15
Gambar 3.13. Crank

4. Pitman
Pitman dipasang untuk menghubungkan
crank dengan walking beam dan berfungsi
untuk merubah gerakan berputar dari gear
box menjadi gerakan turun naik pada walking
beam, Panjang stroke pemompaan ( SL) pada
setiap pumping unit dirubah dengan
memindahkan sambungan pitman pada
lubang yang ada di crank. Bila sambungan
dirubah ke arah sumbu gear box (inboard)
maka stroke length menjadi lebih pendek
sedangkan kalau menjauhi sumbu gear box
(outboard) maka stroke length menjadi lebih
panjang
5. Walking Beam
Walking beam bergerak keatas dan kebawah
dan ditopang oleh samson post dan saddle
bearing
6. Horse Head
Horse head (kepala kuda) dipasang pada
walking beam dengan memakai engsel sling.
III - 16
Horse head disambung ke polished rod agar
polished rod dapat bergerak keatas dan
kebawah mengikuti gerakan dari walking
beam

Gambar 3.14. Horse Head

7. Carrier Bar atau Hanger


Polished rod masuk kedalam carrier bar dan
diatasnya dipasang clamp sehingga carrier
bar melalui wire line atau sling yang dibagian
atas disambungkan ke horse head dapat
mengangkat dan menghantarkan polished rod
keatas dan kebawah.
8. Counter Weight
Pada crank balance pumping unit, counter
weight dipasang pada crank, sedangkan
pada beam balanced pumping unit, counter
weight dipasang pada ujung belakang
walking beam, Counter weight berfungsi
untuk menyamakan muatan (amper) motor

III - 17
penggerak di waktu up-stroke dan down-
stroke.
Disamping itu sekaligus untuk memperkecil
horse power yang di butuhkan oleh motor.
Pada Air Balance pumping unit, tabung udara
yang bertekanan berfungsi sebagai pengganti
counter weight.
9. Brake ( rem )
Rem berfungsi untuk mengatur posisi kepala
kuda kalau pumping unit harus dimatikan
untuk keperluan perbaikan pada well atau
pada pumping itu sendiri

3.3.2. Peralatan di bawah permukaan


Gambar 3.15 memperlihatkan gerakan keatas
dan kebawah pada plunger pompa, pada
gerakan plunger ke bawah , standing valve akan
tertutup karena di tekan fluida yang di atasnya,
traveling valve terbuka karena mendapat
dorongan dari fluida di working barrel, fluida
bergerak masuk dari barrel ke plungernya. Pada
gerakan keatas, travelling valve tertutup,
standing valve terbuka karena efek pengisapan,
fluida masuk dari sumur ke working barrel
karena efek pengisapan tersebut. Working
barrel di gunakan untuk tempat naik-turunnya
plunger dan sebagai tempat pengumpul cairan.

III - 18
Gambar 3.15, cylce pompa; (a) plunger turun
dekat dasar; (b) plunger naik dekat dasar; (c)
plunger naik dekat puncak; (d) plunger turun
dekat puncak.

Ada dua macam pompa yaitu tubing pump dan


rod pump.
1. Tubing Pump
Pada pompa jenis ini, barrel pompa di
sambungkan langsung dengan production
tubing yang paling bawah, plunger
dimasukkan kedalam tubing dengan sucker
rod string dan diujung plunger dipasang
standing valve.
Standing valve puller di pasang untuk
memudahkan pengambilan standing valve
dalam lubang sumur bila suatu saat pompa
harus dicabut untuk diperbaiki. Bila plunger,
travelling valve dan standing valve
III - 19
memerlukan perbaikan,pengambilan dapat
dilakukan dengan hanya mencabut sucker
rod, tetapi bila perbaikan untuk barrel
diperlukan , maka tubing harus di cabut.
2. Rod pump atau Insert pump
Rod pump atau Insert pump(termasuk barrel
pompa) dipasang dalam tubing string pada
lubang sumur dengan sucker rod. Pada
pompa dipasang hold down untuk mengikat
shoe atau seating nipple pada tubing. Pada
pompa jenis ini perbaikan pompa dapat
dilakukan dengan hanya mencabut sucker
rod string.

Rod Pump Tubing Pump

Gambar 3.16. Tubing Pump dan Rod Pump ,

menunjukkan perbedaan keduanya

III - 20
FUNGSI KOMPNEN POMPA

A. Travelling Barrel
Yaitu pump-barrel yg bergerak naik turun dgn
traveling value pada bagian atas barrel.

Keuntungan:
1.Travel barrel menyebabkan fluida bergerak
sampai dekat Seating Nepple.
2.Pompa berkala tidak menyebabkan pasir
menutup barrel.
3.BHD melekat dibawah dapat menghindari barrel
pecah.

Kerugian:
1.Karena tabung panjang,jarak tempuh fluida
dalam barrel panjang,pompa ini tidak cocok
fluida level static rendah.
2.Pada sumur-sumur dalam, tabung bisa bengkok.
3.Lubang bengkok dpt merusak barrel.

B. Stasionary barrel botton Anchor


Barrel dipasang pd Seating Nipple Plunger
dihubungkan dg rod dan fluida dikeluarkan di atas
barrel.
Keuntungan:
1.Baik untuk static fluida level rendah.
III - 21
2.Gerak fluida di barrel terbatas dan standing
valve besar.
3.Bottom Anchor (di pegang di bawah) baik
untuk sumur dalam.

Kerugian :
1.Pasir bisa mengendap di sekitar barrel.
2.Pasir bisa mengendap pd pemompaan berkala.

C.Stationary barrel Top anchor

Sama seperti bagian (b)tetapi di pasang pd Top


dari barrelnya.
Keuntungan:
Baik untuk sumur berpasir,karena discharge
menyebabkan pasir tersapu 3 inch diatas seating
niplle

Kerugian :Top hold Down terbatas.

D.Tubing Pump
Keuntungan:
1.Produksi fluida flunger lebih besar.
2.Lubang Standing value .
Kerugian :
Harus menarik Tubing untuk mengganti barrel.
D).Rod (Stang)

III - 22
Energi ditransfer dari alat-alat permukaan ke
pompa melalui Sacker Rod String.Rod terbuat
dari 90% lebih besi.dgn campuran C, Mn, S i
,Ni,Cu.

Ada 5 ukuran Rod


Size ROD Ar (Inch)2 Berat Rod/ft, (wr)
5/8 0,307 1,16
3/4 0,442 1,63
7/8 0,601 2,16
1 0,785 2,88
11/8 0,994 3,64

Tubing
ROD
Size OD Berat(lb/ft) Luas Irisan
Tubing Dinding At,
(inch) inc
1,5 1,900 2,90 0,800
2 2,375 4,70 1,304
2,5 2,875 6,50 1,812
3 3,500 9,30 2,590
3,5 4,000 11,00 3,077
4 4,500 12,75 3,601
Tabel 2
Kombinasi untuk Sucker Rod
UKURAN ROD PD STRING HARGA R SEBAGAI FUNGSI DARI
Ap(note R1adalah yg bawah,kecil

III - 23
5/8 – ¾ R1=0,759-0,0896 Ap
R2=0,241+0,0896 Ap
¾ - 7/8 R1=0,786-0,0566 Ap
R2 =0,214 + 0,0566 Ap
7/8 – 1 R1 =0,0,814-0,0375 Ap
R2=0,186+0,0375Ap
5/8-3/4-7/8 R1 = 0,627 - 0,1393 AP
R2 = 0,199 + 0,0737 AP
R3 = 0,175 + 0,0655 AP
¾-7/8-1 R1 = 0,644 – 0,0894 AP
R2 = 0,181 + 0,0478 AP
R3 = 0,155 + 0,0146 AP
¾-7/8-1-1 1/8 R1 = 0,582 + 0,1110 AP
R2 = 0,158 + 0,0421 AP
R3 = 0,137 + 0,0364 AP
R4 = 0,123 + 0,0325 AP

Factor Percepatan ()


Rumus  = a/g. . . . . . . . . . . . (1)

Dimana a. = Percepatan Mak yg di alami Rod


g. = Gaya Gravitasi

Bila : Vp.Kecepatan partikel yg bergerak pd jari 2


rc, Maka a =V2P/rc. . .(2)

Untuk N putaran (Stroke Pump) permenit :


III - 24
Vp=2 rc N. . . . . . . . . . . . . . . .. …. . (3)

Substitusikan pers (3) ke pers (1) dan (2)di dapat:

=V2p = 42rc N2 . . . . . . . . . . . . . . . .(4)


rcg g

Untuk sumur pompa : rc =S/2. . . . . . . . . . (5)


Dimana : S =Panjang Stroke Rod.
Maka : =22SN2. . . . . . . . . . . . (6)
g
Bila S dalam Inch dan N dalam stroke permenit
(spm)
Maka: = SN2 . . .. . . . . . . . . . . . . (7)
70.500
Rod sebesar Wr lb factor kecepatan  akan
memberikan efek berat sebesar .Wr +Wr 
Atau Wr+Wr =Wr (1+) . . . . . . .(7A)

Plunger Stroke Effektip


Standing valve memberikan effek perpindahan
beban dari rod ketubing dan sebaliknya,hingga
menimbulkan stretch perpanjangan pd ke dua beban ,Rod
juga mempunyai percepatan yg menimbulkan langkah yg
lebih panjang dari pd gerakan pd polished Rod
dipermukaan, hal ini di sebut dgn overtravel.(cp).

III - 25
cp=40.8L2 (inch). . . . . . . . . . . . . .(8)
E

cr=5.20 G D Ap L/E . Ar. (inch) . . . . . (9)

ct=5.20 G D Ap L/E . At .(inch). . . . . (10)

Dimana :
cp=Plunger over travel (in)
ct =Tubing Stretch (in)
cr=Rod Stretch (in),Ap=Luas Plunger (in2)
E =Modulus Young besi. 30 x106Psi
D=Kedalaman Working Fluid Level (ft)
At=LuasPenampang Tubing (inc)2
G=Specific gravity fluida

Sp=Plunger Stroke

Sp=S+ (40.8L2)/E – (5.20 D.Ap )/E (L/At +L1/A1


+L2/A2 +L3/A3 + dst ) . . . . . (11)

L1,L2,L3= Panjang bagian Rod.

Faktor2 yg mempengaruhi Gerakan Rod.

a).Polished Rod Load (PRL).


Yaitu beban yg bekerja pd Polished Rod dgn beban
kolam sepanjang L pd luas Ap di tambah berat Rod dan
III - 26
beban percepatan,maka PRL maksimal dan minimal
adalah:
W max (up stroke) = Wf +Wr() –0.127 G Wr-F
Wmin (Down stroke) = Wf -Wr– 0.127 Wr G –F
Dimana :wf = Berat kolom fluida
Wf = 0.433 G ( L. Ap – 0.294 Wr).
Wr =Berat Rod = Lx berat / ft.
F=FrictionLoss(biasanyadiabaikan).Sedangkan
0.127 Wr. G =Bouyancy di Rod.
Rumus dpt di rubah menjadi :

PRL= W Max =Wf + Wr (1+-0.127 G) . ..(14)

PRL=W Min =Wr (1--0.127 G ) . . . . . ..(15)

b). Sacker Rod String


Digunakan untuk sumur yg dalam dan merupakan
tapered Rod.dpt di lihat pd table 2 dimana
R1,R2,R3 merupakan fraksi panjang dari seluruh panjang
Rod.Umumnya potongan panjang Rod
dalam 25 ft.

c).Pump Displacement ( V ) atau (Rate produksi dan


volume pemompaan).

V =Volume teoritis pemompaan.

V=Ap (inch2)*Sp (in/Stroke)*N (stroke/menit)

III - 27
BBL
*1440 menit/hari =0.1484 Ap Sp N /D
9702 inch3/bbl
atau V= K . Sp N . . . . . . . . . . . (16)

Dimana : K= 0.1484 Ap  Lihat tabel 3


Rate produksi yg sebenarnya dari pump displace ment
harus diketahui Effect Volumetris (Ev). Yaitu:
Q= V*Ev.
Q = Rate produksi B/D . V = PumpDisplacement.
Ev = 75-80%

d). Design Counter Balance .


Gunanya untuk menyimpan energi pd waktu Down
Stroke dan melepaskan energi pd waktu Upstroke,
hingga PRL dpt terdistribusi secara uniform.

Ci = 0. 50 (Wmax + Wmin).
Subsitusi dari pers (14) dan (15) diperoleh :

Ci= 0.5 Wf + Wr (1-0.127 G) . . . . . (19)


Dimana , Ci= efek Counter Balance

e).TORQE (Pengatur Gear Reducer).

Tp = (Wmax-0.95 Ci) (S/2) . . . . . .. . .. . (20)

Dimana: Tp=Torqe maximum (lb.inch)


Ci=Efek Counter Balance (lb)
III - 28
S =Polished Rod Stroke (inch)

f).Daya Mesin.

Ada 2 macam daya :


(1).Hh adalah daya untuk mengangkat fluida

Hh=q*350 G .* L  Hh =7.36*10-6q G L .(21)


1440*33000
Bila ada tekanan pd tubing dan casing , maka :

Hh=7.36*10-6 q G Ln . . . . . . . .. . (22)

Ln= net lift = D +2.31 Pt . G . . . . (23)

Dimana : Pt =Tubing Head Pressure (Psi)


D = Kedalaman Fluid Level . (ft)
G =Specific Gravity Fluida.

(2).Energi friksi antara pompa s/d Polished Rod.

(Hf) Hf=6.31*10-7 Wr SN (hp) . . . . (24)

Jadi, Hp Polished Rod total =Hf + Hh


dan Brake dari prime mover :

Hp =1.5 (Hh + Hf) . . .(25)

III - 29
Kecepatan Pompa (N) .

Dapat di tulis dgn rumus:

N= 237000 Dimana: n =Bilangan Bulat


nL L=Panjang Sacker Rod
N =Kecepatan Pompa (spm)

PERENCANAAN POMPA

Langkah2 perencanaan:

1.Hitung Effisiensi Volumetris (Ev) atau


Pump Displacement (V)

EV= q/v V= q /EV

2.Tentukan panjang stroke (S) dan API Rating

dari unit pompa yg akan digunakan

(lihat gbr.7)

untuk ini perlu data: - pump setting depth


- pump displacement

3.Pilih ukuran Tubing , ukuran Plunger, Rod


III - 30
dan Kecepatan Pompa . (lihat tabel 4 s/d 11).

Dalam hal ini tabel 8, dimana diketahui pump setting


depth.

4.Hitung Fraksi Panjang (R) setiap bagian dari

Rod bulatkan hingga dpt dibagi 25.

Lihat kombinasi Rod dari point 3.

pergunakan tabel 2.

5.Hitung Faktor Percepatan = S N2


70500

6.Tentukan panjang Plunger, Stroke Efektif (Sp)

Sp= S + 40.8 L2 - 5.20 G. D Ap (L/At +


E E
L1/A1 + L2/A2 + L3/A3 +dst) . . pers.(11)
L = Panjang rod, A = luas rod

7.Tentukan Rate Produksi yg didapat dan chek


terhadap rate yg diinginkan.

Berdasarkan Ev (Eff Volumetrik).


III - 31
Q = V * Ev

Dimana: V=K Sp N  Q =K Sp N Ev

8.Hitung berat Rod String (Wr) .lihat tabel 1

9.Hitung berat Fluida (Wf)

Wf =0.433 G  L. Ap – 0.294 Wr 

10.Tentukan PRL (WMax) dan check terhdp


maksimum Beam Load untuk unit yg di pilih.

WMax = Wf + Wr (1 +  )

11.Hitung maksimum stress di puncak Rod String


dan Check terhdp maksimum
working stress yg diinginkan .

Stress Maksimum =WMax : Ar

12. Hitunglah Effek Counter Balance Ideal dan


Check terhdp CB yg tersedia pd unit yg di
pilih. Lihat pers dibawah ini

Ci= 0.5 Wf + Wr (1-0.127 G) (19)


III - 32
13.Hitung Peak Torqe pd Gear Reduser dan
Check terhdp API Rating unit yg di pilih.

Tp = (Wmax-0.95 Ci) (S/2) . . . . . .. . .. . (20)

14.Hitung Hidraulic H.P , Friction H.P. dan


Brake HP. Prime Mover

Hh=7.36*10-6 q G Ln . . . . .. . (22)

Ln= net lift = D +2.31 Pt . G

(Hf) Hf=6.31*10-7 Wr SN (hp) . (24)

Brake Hp =1.5 (Hh + Hf) . . . (25)

Contoh Perencanaan:

Suatu sumur mempunyai static fluid level 1000ft,


water Cut 40 %, API Garvity minyak 40 o dan SG air
1.015. Produksi minyak yang diharapkan 125 B/d.untuk
mencegah benggkoknya tubing, ke dalam pemasang pipa
4500 ft di pasang tubing anchor ( sehingga dgn ini tubing
stretch = 0 )
Efficiency volumetric pompa di perkirakan 80 %. Coba
design pompa untuk keadaan ini.
III - 33
Jawab :

1. Water cut ( % air dari total cairan ) 40 %, jadi %


minyak = 60% =125 b/d. maka rate total cairan yg
diharapkan = 100% x 125 b/d.
60%
Dgn volumetric effesiency 80 % v = qt/ev = 208/ 0,80 =
260 b/d.
2.Dari gambar 7: untuk pump setting depth 4500 ft dan
rate 260 b/d di dapat bahwa unit yg dipakai adalah E yg
API sizenya =160 dgn stroke 64 inci.

3.Dari table 8: didapat untuk pump depth 4500 ft ukuran


plunger 1 ½ inci,tubing 2 inci.kombinasi rod 7/8, ¾, 5/8
dan kecepatan pompa antara 21 ( untuk 4200 ft ) dgn 17 (
untuk 5400 ft ). Dgn ekstrapolasi akan didapat:
N = 21 – 4500 – 4200 x (21 -17 ) = 20 spm
5400 – 4200

4.Panjang rod total = 4500 ft untuk kombinasi rod pada


No.3 berlaku dari table 2.
Ap plunger 1 1/5 inci adalah 1.767

R1 ( 5/8” ) = 0,627 – 0,1393 Ap = 0,627- ( 0,1393


x 1.767 ) = 0,381

R2 (3/4 ) = 0,199 +0,0737 AP =0,199 + (0,0737 x


1 ,767 ) =0,328
III - 34
R3 (7/8) = 0,175 + 0,0655 AP = 0,175 + ( 0,0655 x
1,767 ) = 0,2905

Jadi dgn ini di dapat panjang masing – masing rod :

L1(untuk 5/8”) = LR1=4500 * 0,381 = 1715 ft

L2(untuk ¾”) = LR2= 4500*0.328 = 1476 ft.

L3(untuk 7/8)= LR3=4500x0.2905=1307 ft

5.Faktor Percepatan :

 = S N2 =
64 x ( 20 x 20 )
= 0,363
70500
70500

6. Panjang Plunger dan Stroke efektif (Sp).

SG minyak = 141,5 = 0.825


131,5+40
SG rata-rata= 40%x SG air+ 60% x SG minyak

Jadi G = 0.825x0.6+1,015x0.4 = 0.901

Sp= S + 40.8 L2 - 5.20 G. D Ap (L/At +


E E
L1/A1 + L2/A2 + L3/A3 +dst) . . pers.(11)

III - 35
Sp = 64 +40,8x45002x0.363 – (5,2x0,90x4500x1.767
30 x 106 30 x 106

O + 1725 + 1475 + 1300


0,307 0,442 0,601

= 64 + 10 – 13.3
Sp = 60.7 inch

7. Ev = 80 % Q= K Sp N Ev

Q = 0.262 x 60.7x 20 x 0.80


= 254.5 B/d
Qo= 60% x 254.5 = 152 B/d.

Harga ini lebih besar dari Qo yang diinginkan jadi unit


ini memenuhi.

8. Berat rod string ((berat/ft dicari dari table 1)

Wr = (1,16 x1725)+(1,63x1475)+(2,16x1300)
= 7222 lb

9. Berat fluida Wf = 0,433 G ( LAp -0,294 Wr)

= 0,433x0.901 4500 x 1,767 –


0,294 x 7222 .
= 2275 lb.

III - 36
10. PRl Maksimum.

WMax = Wf + Wr (1 +  )
= 2275 + 7222 ( 1 + 0.363 )
= 12.115 lb.
Beam load untuk unit ini adalah 20.700 lb, bila
diambil unit pompa dari Bethelhem Steel, missal 160 D
20 S – 64, dengan ini PRL maksimum lebih kecil dari
beam loadnya dan dianggap unit memenuhi.

11. Stress maksimum.


Stress Maksimum =WMax : Ar
= 12.115 / 0,601
= 20.100 Psi.
Hal ini lebih kecil dari 30.000 Psi, jadi rod ini
memenuhi.

12. Efek counter balance.

Ci= 0.5 Wf + Wr (1-0.127 G)


= 0,5x2275 + 7222(1-0,127 x 0,901)
= 7538 lb.

13. Peak Torgue.

Tp = (Wmax-0.95 Ci) (S/2) .


= 12.115 – 0,95 x 7.538) x 64/2
= 158.000 lb-in.

III - 37
Karena unit diatas dipilah dengan API rating 160, jadi
ini memenuhi.

14. Hydraulic Horse-power.

Hh = 7,36 x 10-6 xq x G x LN
= 7,36 x 10-6 x 254,5 x 0,901 x 4500
= 7,6 hp.

Friction horse power.

Hf = 6,31 x 10-7 x Wr x S X N
= 6,31 x 10-7 x 7222 x 64 x 20
= 5,87 hp.
Brake horse Power

Brake H.P = 1,5 ( Hh + Hf )


= 1,5 (7,6 + 5,87 )
= 20,2 hp
Prime mover yang dipilih harus mempunyai hp out
put lebih dari 20 hp.

Analisa Sumur Pompa

Analisa pada kelakuan sumur pompa dapat dilakukan


antara lain :

A. Level Permukaan fluida di annulus.


III - 38
B. Menggunakan dynamometer
C. Menentukan tekanan aliran dasar sumur
( Pwf).

A.Level Permukaan fluida di annulus.

Kedalaman fluida diannulus perlu ditentukan, hal ini


dapat dilakukan dengan Sonolog.

Reflection from
Fluid level

Gelombang suara dilepaskan dari permukaan


dan waktu kembalinya di ukur seperti Gb diatas,
dengan mengetahui panjang tubing misal 30 ft,
kita dapat mengukur kedalaman fluid level dari
puncak grafik diatas.

B.Menggunakan dynamometer

INTERPRETASI DYNAMOMETER CARD / DYNAGRAPH

1. Dynamometer
III - 39
Alat analisa pompa angguk terutama dari dynamometer, umumnya dynamometer

digunakan untuk analisa beban rod. Disini akan dibicarakan beberapa penggunaan dari

dynamometer tersebut. Pada saat ini dynamometer telah di hubungkan dengan komputer

untuk mendapatkan analisa secara tepat dan praktis. Gambar 4.1 memperlihatkan peralatan

komputer ini

Jadi Dynamometer adalah peralatan untuk mencacat beban dari sucker rod string dan

beban lainnya dan akan memberikan pencatatan kontinue semua gaya sepanjang as polished

rod pada segala waktu dari pumping cycle. Informasi yang langsung didapat dari

dynamometer card adalah beban sebenarnya pada segala titik cylce pompanya.

1.1. Peralatan Utama Dynamometer


1. Load Cell
Load Cell adalah suatu alat berupa sensor
beban yang berisi strain gauge di dalamnya
dan diletakkan atau dipasang diantara
carrier bar dengan clamp polished rod,
sehingga benar-benar terjepit, untuk
pemasangannya memerlukan keahlian khusus
dan pengalaman tertentu.
2. Position Transducer
Position transducer adalah suatu alat yang
didalamnya berisi potensio meter dan
beberapa peralatan lainya berfungsi untuk
membantu load cell dalam mencatat beban
rod dari setiap cycle pompa.
3. ADC (Anallog Digital Converter)
ADC atau Analog to Digital Conventer adalah
suatu peralatan elektronika yang merubah
III - 40
sinyal analog dari sensor Load Cell dan
Position Transducer ke hardware komputer,
kemudian komputer dapat membaca dan
mencacat harga-harga beban rod dari tiap
cylcle pompa
4. Komputer Portable
Komputer disini sebaiknya menggunakan
komputer portable sehingga mudah
pengoperasiannya dan pelaksanaanya di
lapangan, serta berisi suatu program analisa
untuk pembacaan beban rod dari cycle
pompa.
5. Peralatan pendukung lainnya
Peralatan lainnya berupa pressure gauge
untuk membaca tekanan di kepala tubing
dan di kepala casing, serta temperatur gauge
untuk membaca temperatur di kepala Tubing
dan kepala casing.

Gambar 1. Peralatan Utama Dynamometer

III - 41
1.2. Prinsip Kerja Dynamometer
Penggunaan dynamometer pada pompa
angguk diperlihatkan pada gambar 2 dan
dijelaskan sebagai berikut : Load Cell dipasang
diantara Polished Rod Clamp dan Carrier bar.
Load Cell merupakan sebuah sensor pengukur
beban yang merubah satuan berat menjadi
resistansi listrik. Position transducer mempunyai
tali senar yang di pasang pada polished rod dan
di dalam Position Transducer terdapat
potensiometer yaitu alat eletronika yang dapat
berubah-ubah resistansinya dan dihubungkan
dengan tali senar dan akan memanjang dan
memendek sesuai dengan naik turunnya rod
yang berguna menentukan posisi rod pada
perekam, di dalam Position
Dari kedua sensor beban (Load Cell) dan
Position transducer di kirim ke perekam atau
ADC (Analog to Digital Converter), kemudian di
hubungkan dengan unit komputer yang telah
berisi program dynamometer, dari komputer
tersebut dapat dilihat kurva sumbu x dan sumbu
y, atau kurva load (lbs) terhadap displacement
(inch). Maka kurva tersebut inilah yang
dinamakan dynamometer card atau dynograph,
kemudian dynograph ini dapat menentukan
kondisi sumur tersebut.

III - 42
CARRIER BAR

LOAD CELL

POLISHED ROD
SENAR

ADC
POSITON
TRANSDUCER
WELL HEAD

Gambar .2. Prinsip kerja dynamometer

III - 43
1.3. Bentuk Dynamometer Card
Gambar 3 sampai dengan 4 memperlihatkan
perkembangan teoritis dari suatu dynamometer
dimana pada sumbu horisontal diberikan
displacement rod dan pada sumbu vertikal
digambarkan bebannya.

Gb.3. Kalau pompa lambat dan 100% efisiensi

Gambar.4. karena elastisitas rod

Gambar 5. Kondisi sebenarnya di sumur.


III - 44
Karena sucker rod tidak benar-benar
padat atau tidak flexible, maka akan ada
time lag atau keterlambatan pada beban
yang di transfer dari plunger pompa ke
polished rod. Hal ini mempengaruhi gambar
dynamometer adalah vibrasi, efek dynamik,
friksi, aksi gerak pompa, Jika semuanya ini
effisiensinya mencapai 100% maka bisa
dihasilkan Gambar 4.3
Pada titik A permulaan up-stroke,
travelling valve akan menutup dan dari A ke
B beban akan di transfer ke rod. Dari B ke C
beban konstant dan C adalah puncak up-
stroke pada saat mana travelling valve
terbuka dan standing valve menutup D
sehingga beban akan ditahan oleh tubing.
Lalu pada akhir down-stroke sampai kembali
ke A, maka travelling valve akan menutup
dan beban di tahan kembali oleh rod
tersebut.
Karena sucker rod adalah materialnya
elastis, maka akan terjadi streth
(perpanjangan) kalau terjadi pembebanan
dan mengkerut kalau beban hilang, Gambar
4.4 menunjukkan suatu card dimana rod nya
III - 45
elastik. Perubahan yang terlambat
dikarenakan oleh karena rod memanjang
(stretch) dan mengkerut (contraction), Card
ini masih termasuk “ideal” dan tidak akan di
dapat dari lapangan kalaupun kadang-
kadang ada.
Pada keadaan sebenarnya, effek
dinamika akan mempunyai effek besar pada
bentuk card tersebut. Sebagian karena time
lag tersebut dan transmisi impulse dari
plunger ke polished rod. Juga gerakan
polished rod akan bergerak sebagian waktu
downstroke sebelum travelling valve terbuka
dan sebagian upstroke sebelum travelling
valve tertutup. Vibrasi alamiah rod juga
berpengaruh. Gambar 4.5 menunjukkan
suatu card yang didapat dari sumur 5000 ft
dengan sucker rod ¾” dan 5/8” dan plunger
1-1/2” 120” stroke pada 8 spm
Gambar 4.6 menunjukkan suatu card dari
sumur 5000 ft dengan sucker rod 1”,7/8”
dan ¾” dan plunger 2”. Titik A di card
menunjukkan akhir downstroke dan
mulainya upstroke.

III - 46
Gb 6. Dynamometer card sebenarnya.

ABCDE adalah pencatatan waktu


upstroke. Pada titik A arah gerak pompa
berbalik dan rod bekerja seperti pompa dan
memanjang, terjadi kenaikan beban sampai
B. berbalik mendadak menyebabkan aksi per
di rod dan enersi yang disimpan dilepaskan
waktu gerak rod mulai keatas dan
memendeknya rod (recoil) menyebabkan
beban turun karena rod melepaskan enersi
yang disimpan. Dari A ke C mengalami
percepatan dengan travelling valve
menutup. Pada titik C rod mulai mengambil
alih beban dari fluida ditambah berat rodnya
sendiri sampai titik maksimum D dicapai.
Dari C ke D mengalami perpanjangan
(stretch) dan mulai terjadi perlambatan
sebelum sampai ke puncak sehingga terjadi
III - 47
recoil yang akan sedikit mengurangi beban
dari D ke E, dimana dimulai downstroke
kembali. Garis EFA menunjukkan downstroke
dan setengahnya turun dengan cepat karena
beban terlepas dari travelling valve lalu
diambil balik oleh tubing. Percepatan rod
akan menambah rod dalam keadaan
kompresi sehingga tercapai minimum di F,
dari F ke A perpanjangan rod menaikkan
sedikit beban sampai titik A, dimana rod
mencapai akhir downstroke dan mulai
upstroke. Pada saat ini cycle diulangi.

1.4 Analisa Dynamometer Card

Fluid Founding
Fluid found adalah suatu keadaan dimana
barrel tidak terisi penuh oleh fluida seperti
terlihat pada gambar 4.1. Pada titik A
plunger mulai bergerak ke atas , pada titik A
– B , fluida memasuki barrel pompa, karena
tidak cukup banyak fluida yang memasuki
barrel, pada akhir langkah upstroke pompa
hanya terisi sebagian oleh liquid dan
sebagian lagi gas bertekanan rendah. Pada

III - 48
langkah C downstroke di mulai , karena
tidak ada liquid yang membuka TV maka ia
akan tetap tertutup, plunger tetap
terbebani maksimum sampai akhirnya
menghantam liquid pada titik D, TV
membuka seketika dan beban fluida dengan
cepat di transfer ke tubing.

Gambar.7. Fluid Founding

Kondisi Gas Pound

Pada umumnya sumur memproduksi gas atau


bahkan steam secara bersamaan dengan minyak.
III - 49
Gambar 4.8 menjelaskan kondisi ini. Pada titik
A, plunger mulai bergerak naik. Sebelum SV
dapat membuka, tekanan pada barrel pompa
harus lebih rendah bila dibandingkan tekanan
intake pompa. Dari titik A ke B, plunger
membuat gas memuai dalam pompa. Jika tidak
ada gas dalam barrel, tekanan akan drop sangat
cepat dan SV akan membuka pada saat plunger
naik.
Tetapi, karena adanya free gas, langkah
stroke untuk membuka fluida terpakai untuk
ekspansi gas. Pada titik B, SV membuka dan
fluida memasuki barrel, dan berlanjut hingga
titik C dimana plunger mempunyai titik puncak
dan berhenti sejenak sebelum mulai
downstroke.
Pada titik D, plunger turun dan TV menutup
karena tekanan diatasnya lebih tinggi. Karena
tekanan dalam barrel juga semakin tinggi,
beban pada rod akan mengecil. Pada titik E,
plunger turun semakin jauh dan campuran gas
serta liquid terkompresi. Beban rod juga akan
semakin mengecil. Pada titik F, plunger
bergerak semakin rendah dan TV akan terbuka
pada saat tekanan diatas plunger lebih kecil dari
tekanan barrel, lalu fluida akan ditekan masuk
ke tubing.

III - 50
Keberadaan free gas dapat mempengaruhi
efisiensi pompa dan menurunkan produksi atau
bahkan menimbulkan gas lock. Perbedaan gas
pound dengan gas lock adalah pada gas pound
masih ada produksi fluida sedangkan pada gas
lock tidak ada produksi sama sekali.

Gambar 8. Gas Pounding

Kebocoran pada Travelling Valve


Untuk mengetahui apakah travelling
valve bocor, maka rod dihentikan
gerakannya perlahan-lahan diatas titik
tengah upstroke dan tali dynamometer
III - 51
ditarik-tarik setiap detik (kalau yang lama)
atau di catat dengan komputer harga-harga
bebannya(kalau yang baru) dan dilihat kalau
ini akan dekat konstant. Beban ini adalah
seharusnya beban rod ditambah fluida di
plunger. Jika garis ini menuju ke berat rod
(dikurangi gaya archimedes) maka travelling
valve memang bocor. Gambar 4.9.
menunjukkan hal ini, kalau konstant artinya
tidak bocor.

III - 52
Gambar 9. Travelling valve check

Pada titik A plunger pada posisi up-stroke


dan dengan perlahan mengangkat beban
fluida, tetapi karena terjadi kebocoran dari
plunger dan masuk ke barrel, tekanan pada
barrel tidak segera drop untuk mengangkat
beban fluida sepenuhnya. Untuk
menghasilkan tekanan yang cukup, plunger
harus bergerak lebih cepat daripada
kebocoran yang melewatinya. Ada
kemungkinan punger tidak mampu
mengangkat fluida tergantung daripada
besar kecilnya kebocoran. Beban fluida
maksimum adalah pada titik B yaitu pada
setengah langkah upstroke dimana
kecepatan plunger sedang maksimum.
Setelah titik ini , kecepatan plunger
berkurang dan kebocoran fluida
menyebabkan beban fluida turun lagi. Pada
titik C, langkah down stroke TV terbuka dan
fluida di tranfer ke tubing. Kebocoran TV
tidak berpengaruh pada beban plunger,
sehingga beban akan terlihat konstan (titik
D).

Kebocoran pada Standing Valve


III - 53
Untuk mencek apakah standing valve
bocor, rod di hentikan pelan-pelan di akhir
downstroke, Jika sumur Pump Off (kurang
fluida) maka menghentikannya harus
dibawah titik fluid pound. Lagi-lagi pada
model lama tali dynamometer ditarik-tarik
setiap detik atau pada alat yang baru
dicatat harga bebannya, garis ini sebenarnya
akan berakhir naik bebannya pada berat
rodnya dikurangi gaya archimedes + berat
fluida di tubing, kalau bocor karena berat
lalu ditranfer ke rod dari tubing. Gambar
4.10. Memperlihatkan hal ini, kalau konstan
artinya tidak bocor.

III - 54
Gambar 10. Standing valve check, bocor

Pada langkah up stroke, plunger mulai


bergerak dari titik A, TV tertutup dan
plunger menghisap beban fluida, secara
serentak SV terbuka dan menyebabkan
fluida memasuki barrel. Pada titik ini
kebocoran SV tidak berpengaruh terhadap
bentuk dynamograph, jika SV dalam kondisi
baik , maka pada langkah C ini terjadi
kompresi fluida pada barrel, TV akan
menbuka dan fluida akan pindah ke tubing.
Karena SV bocor , tekanan pada barrel tidak
mampu naik dengan cepat karena fluida
yang bocor keluar melalui SV. Agar tercapai
III - 55
kondisi pemompaan maka plunger harus
bergerak lebih cepat dari kebocoran tadi
dan tergantung pada besar kecilnya
kebocoran. Beban fluida minimum pada
plunger terjadi pada pertengahan langkah
down stroke, setelah titik ini plunger
melambat dan menyebabkan bentuk
dynamograp membundar kebawah

Kondisi Plunger hitting bottom

Jika pompa tidak diberi jarak (spacing)


dengan benar, maka akan terjadi tubrukan
ke dasar pompa. Ini akan menyebabkan
kehilangan beban sesaat pada akhir langkah
downstroke, seperti ditunjukkan oleh
rekaman dynamograph gambar 4.11. Sekilas
terlihat mirip dengan rekaman kurva full
pump. Perbedaannya adanya beban kejut
(spike) pada akhir dari downstroke (titik D)

III - 56
Gambar 11.Plunger hitting bottom.

Kondisi Bent/sticking pump barrel

Pada kondisi tubing melengkung atau


barrel pompa terjepit, beban plunger
maningkat pada upstroke karena tertahan
pada bagian lengkungan atau jepitan,
seperti diperlihatkan pada gambar 4.15.
Beban kembali normal ketika plunger
berhasil melewati bagian ini.
Kejadian sama akan berulang pada saat
downstroke, hanya saja saat ini beban turun
III - 57
ketika plunger melewati bagian lengkungan
atau jepitan.

Gambar 12

Sebagian dasar kondisi abnormal diatas


dapat diatasi dengan cara :
1. Merubah : SL, SPM, atau Pump size.
2. Mengurangi casing back pressure
3. Menurunkan setting pompa
4. Memasang gas anchor
5. Line up pompa
6. Bump down hingga workover.

4.3. Beban pada Valve Check


III - 58
Setiap perubahan pada beban yang tercatat pada dynagraph memberikan indikasi

kebocoran pada traveling valve atau plunger dan standing valve.

Beban yang tercatat selama SV dan TV check adalah :

SV = Wrf – Pt.Apr = Wr (1-0.128.SG) – Pt.Ar ……………….4.1

TV = Wrf – Pt.Apr + Fo = SV + Fo ……………….4.2

Dimana : Wrf = Berat Rod dalam fluida, Lb

Wr = Berat Rod di udara. Lb

Fo = Net Load pada area plunger penuh, Lb

0.128 = Densitas air / Densitas steel

SGt = SG fluida (air/water = 1)

Pt = Wellhead pressure, psig

Ar = Rod area, inchi2 (lihat lampiran C)

Fo = 0.34 x SGt x D2 x L

SG Fluida dapat dihitung sebagai berikut ;

( SGOIL xBPD  SG w xBPD)


SGt  ……………….4.3
BPD

141.5
SGO  ……………….4.4
o
API  131.5

III - 59
Berdasarkan gambar diatas, maka dapat dihitung pump intake pressure,

Pi = Pa - DPpump

Pa = (0.433 x SG x L) + Pt ……………….4.5

Fo
DPpump 
Ap
maka :
Fo
Pi  Pa 
Ap ……………….4.6

Dimana Pa = Tekanan diatas plunger (psi)

DPpump = Tekanan pada pump barrel dibawah plunger(psi)

Fo = Fluida load dynagraph (lbs)

SGf = Spesifis Gravity Fluida

Pt = Tubing Pressure (psi)

4.4. Ketinggian Fluida (Fluid Level)

Working Fluid Level (WFL) atau aras cairan kerja dapat ditentukan dengan

mengetahui berapa harga dari Pwf/0.433 SG, untuk itu harga working fluid level adalah :

III - 60
WFL = D - Pwf . ……………….4.7
(0.433 x SG)

Dimana :

WFL = Working fluid level, ft dari permukaan

SG = Specfic gravity minyak atau campuran minyak dan air

Kalau misalnya air SG nya 1,02 dan minyak 0,79, sedangkan watercut = 60%, maka SG

campuran dihitung sebagai berikut

SG = 0,6(1,02) + 0,4(0,79) = 0,928

Atau tinggi fluida diatas pompa dapat dihitung dari persamaan berikut :

Pi  Pc
H  ……………….4.8
0.433SGc

dan FL = L – H ……………….4.9

Dimana : H = Level fluida diatas pompa, ft

Pc = Casing pressure, psi

SGc = Casing Spesific Gravity

FL = Level Fluida dari permukaan , ft

L = Pump Depth, ft

Cara paling praktis dalam menggunakan persamaan 4.6 adalah menghitung level fluida

efektif, yakni dengan menggunakan nilai SGc sama dengan SGt sehingga dapat dihitung tinggi

fluida di atas pompa yang dapat diproduksikan.

4.5. Perhitungan Pump Slip

Travelling valve check dapat digunakan untuk menghitung pump slip. TV check
memperlihatkan sejumlah beban fluida yang bocor dalam pound/detik. Dari sini kita dapat
memperkirakan berapa besar rugi produksi yang terjadi :
Rod Shrinkage (in/det) = Er x L x LRtv ……………….4.10

Dimana : Er = Elastic Constant Rod (Tabel F-3)


LRtv = Laju Kebocoran Traveling Valve (lbs/sec)

L = Pump depth (ft)


III - 61
Laju Volumetrik slip dapat dihitung :

Vol. Slip. Rate (cu. In/sec) = Rod Shrinkage x p x D2P/4………….4.11

Dimana : D2P = Plunger Diameter (in)

Pump Slip dalam BPD dapat dihitung :

2  Fr
Laju _ Slip ( BFPD)  Vol .Slip.Ratex8.905x ……………….4.12
2

Dimana : Fr = Pump Fillage ratio (bernilai 1 untuk full pump)

3.Menentukan Tekanan Alir Dasar Sumur

Dapat dilakukan dengan metoda :


1. Metoda Walker
2. Metoda gas Blow Around
3. Metoda Agnew.

Ad1. Metoda Walker.


Metoda ini beradasarkan anggapan bahwa :
SG rata-rata diannulus tetap untuk kondisi
produksi tertentu, yaitu bila, PIP, (tekanan
masuk pompa) tetap, maka rate Q tidak
beruabah. Untuk kedalaman kolam fluida
diannulus pada saat laju produksi tetap
konstan, dengan casing head pressure dikontrol
(Pc1), dan H1kedalaman fluid level kemudian
tekanan dicasing diubah(Pc2) dan sumur
III - 62
distabilkan kembali dan diukur kedalaman fluid
level di annulus(H2)dan, maka persamaan :

Pwf = Pc1 + tek kolom gas + 0,433 (D-H1) SG

Pwf = Pc2 + Tek kolom gas + 0,433 (D-H2) SG

Tekanan kolom gas dapat dihitung atau


diabaikan.
Contoh :
Kedalaman pipa sumur 5270 ft.
Kedalaman level fluida pada tekanan 110 psig =
3720 ft.
Kedalaman fluid level dengan tekanan casing 60
psig = 2990 ft.dan kolom tekanan gas diabaikan.

Solusi :

Pwf = 110 +0,433x0.158(5270 – 3720 )

Pwf = 60 + 0,433 x0,158 (5270 – 2990)


Dari persamaan ini didapat Pwf = 216 Psig.

Ad 2. Gas Around Method.

persamaan :

D 1.5
III - 63
Pwf = Pc ( H _________
)
100

Dimana :
D = kedalaman pipa dalam sumur (ribuan Ft),
Pc =Tekanan Casing (Psia)
H = kedalaman fluid level(ft).

Ad3. Metoda Agnew.

Metoda ini dengan menggunakan bantuan


dynamometer yaitu dengan standing valve check
dan travelling, bila :

Wf2 = berat fluida, lb


Wr = Berat Rod, Lb
Wrb = buoyancy di Rod, lb
Ar = Luas Rod in2
Ap = luas pluger, in2
Pt = tekanan tubing, psig.

Bila pompa dihentikan lambat-lambat didekat


ujung upstroke agar tidak ada percepatan dan
standing valve terbuka, TV tertutup, maka :
Beban dynamometer

TVL = Wf + Wr – Wrb – Pwf Ap + Pt ( Ap – Ar ), ini


disebut “travelling valve check” = TVL dengan
jalan yang sama pada downstroke didekat dasar
III - 64
stroke standing valve tertutup, TV terbuka,
maka beban dynamometer SVL = Wr – Wrb, hal
ini disebut SVL
Maka TVL = SVL + Wf – Pwf – PWf Ap + Pt (Ap-
Ar). Atau

PWf Ap = Wf –(TVL –SVL)+Pt (Ap –Ar)


Dengan Wf = 0,433 SG D Ap= (Ap/Ar) Wrb
Dan Wrb=0,433 SG D Ar

Ap
Wf = ____
( Wr - SVL ), subsitusikan ke per 33
Ar

Ap
Pwf Ap = ____
( Wr - SVL )-(TVL –SVL)-Pt(Ap-Ar)
Ar

Wr-SVL TVL-SVL
Pwf= _________ _ __________
+ Pt( 1- Ar/Ap)
Ar Ap

Contoh :
Suatu sumur pompa dengan 3700 ft 7/8” rod.
Dan plunger 13/4. Suatu SV check dilakukan dan
dibaca beban 7050 lb dynamometer, sedang
TVL Check memberikan beban 7935 lb, Pt
adalah 70 Psia.
Cari tekanan alir dasar sumur.
III - 65
Solusi :

3,14 7
Ar = _________ ( ___ )2 = 0,601 in2
4 8

3,14 7
Ap = _________ ( ___ )2 = 2.405 in2
4 4

Wr= 490 X 3700x (0.601/144) = 7567 lb.

Wr – SVL = 7567 – 7050 = 517 lb.

TVL –SVL = 7935 – 7050 = 885 lb.

Ar/Ap = 0,25.

517 885
Pwf= _____ _ __________ + 70{1- (0,601/2,405)}
0,601 2,405

Pwf = 860 – 368 + 53 = 439 Psig.

III - 66
Gb. A -1
P.N.PERTAMINA

DATA SHEET No.1 PERENCANAAN POMPA ANGGUK (SRP)

DATA RESERVOIR

SUMUR : TM UIR Tanggal : 14 JUNI 2008

UNIT : SBU LAPANGAN : MARPOYAN OLEH : MHS

FORMASI : A JENIS FORMASI : BT PSR UMUR SUMUR (kira kira) :8 TH

JENIS DRIVE : WATER DRIVE KERJA ULANG (WORKOVER) TERAKHIR : -

DATA PRODUKSI :

STATUS SUMUR SEKARANG : MATI

CASING : UKURAN 5,5 BERAT :17 LB/FT DIPASANG SAMPAI : 5390

KEDALAMAN SUMUR ,FT :5300 PERFORASI :

JUMLAH PANJANG ZONE TERBUKA (OPEN HOLE) : DARI : SAMPAI :

UKURAN TUBING : 2 3/8 “ JENIS : KEDALAMAN PEMASANGAN :

DIANKER : ya….. tidak…

LAJU PROD. SEKARANG : B/D % AIR : 32 GOR (SCF/STB) :652

DER.API :31 SG AIR :1,2 SG GAS : 0,7

P.I : 2,5 B/D/PSI. TEKANAN STATIK : 193 PSIG

MAX. KEDALAMAN POMPA : 5100

PERSOALAN PRODUKSI :

PASIR : PARAFFIN : KOROSI :

LUBANG BENGKOK : SCALE/GYPSUM LAIN - LAIN

PERSEDIAAN POMPA ANGGUK DI GUDANG :

KETERANGAN LAIN : ANGGAP TERSEDIA SEMUA

III - 67
PN. PERTAMINA
DATA SHEET NO 2 PERENCANAAN POMPA ANGGUK
(SRP)
SUMUR : TM UIR TGL : 1 JUNI 2009
LAPANGAN: MARPOYAN UNIT: OLEH :
MHS
DATA YANG ADA (DIANGGAP)

A. Displacement Pompa PD. 206 bbl/hari (100% eff)


B. Fluid Level, H ___4975_____________ft
C. Kedalaman Pompa, L __5050______________ft
D. Panjang Langkah (Stroke Length) S 54_______in
E. Kecepatan Pompa, N 21 SPM, N 2 _441
Gb A-15
F. Diameter Plunger, D __1.25__in, D2
____1.5625________ TABEL A-2
TABEL A-3
G. S.G. Fluida, G _0.976_______________
H. Ukuran Tubing ____2.375__in. Dipasang anker ?
Ya Tidak
I. Sucker Rod (stang) ___7/8 ,24.8%, ¾ , 28,6 %, 5/8, 46.6
%_ Ukuran dan %
TABEL A - 5
J. Service Factor , SF ________1_____________ (normal, air
asin, H2S; Grade C1, .65, .5; Grade D1, .9, .7)

FACTOR DARI TABEL / GAMBAR

III - 68
1. Wr = 1.548 (Tabel A-4 atau dihit. Non
API)
2. Er = 1.006 X10-6 (Tabel A-4 atau A-7 non API)
3. Fc = 1.179 (Tabel A-4 atau Gb A-15 Non API)

4. Et = 0 (Tabel A-6 atau = 0 untuk dianker)

PERHITUNGAN UNTUK VARIABEL TANPA DIMENSI :

5. Fo = 0.340 × G × D2 × H = 0,340 × __0,976_ × _1.5625 ×


Baris (Baris F)2
__4975_ = ____2580_____ lb
Baris B
6. 1/kr = Er × L = 1.006 X10-6 × _________ = 0.00508 in/lb
Baris 2 Baris C

7. Skr = S : 1/kr = _________ : _________ = __10630_lb


Baris D Baris 6
8. Fo / Skr = _________ : _________ = _0.2427
Baris 5 Baris 7
9. N / No = NL : 245000 = __N__ × _L___ : 245000 =
__0.4329
Baris E Baris C
10.N / No' = N / No : Fc = _________ : _________ = _0.3671
Baris 9 Baris 3
11. 1/kt = Et × L = _________ × _________ = ___0 in/lb
(0 kalau tbg. Dianker)
Baris 4 Baris C

PERHITUNGAN Sp DAN PD :

12.Sp/S = ______0.94________ (Gambar A-7)


III - 69
13.Sp = (Sp/S) × S - (Fo × 1/kt) = ( _________ × _________ )

Baris 12 Baris D
( ________ × _________ ) = 50.8 INCH
Baris 5 Baris 11
14 PD = 0.1166 × Sp × N × D2 = 0.1166 × _________ ×
Baris 13
__________ × _________= __194___B/D
Baris E (Butir F)2

CATATAN : 1m3 = 6,2897 bbl


1m = 3,281 ft
.

SHEET NO.2 (SAMBUNGAN)

PARAMETER TANPA DIMENSI

15. W = Wr × L = _________ × _________ = __________ lb


Baris 1 Baris C
16. Wrf = W [ 1 – (0.128 G) ] = ____ [1 – (0.128 _______ ) ] = ________
lb
Baris 15 Baris 6
17. Wrf/Skr = _________ : _________ = __________
Baris 16 Baris 7

PARAMETER TANPA DIMENSI

18. F1/Skr= ______ ( Gb. A – 8 ) 21. F3/Skr= _______ (Gb. A – 11 )


19. F2/Skr= ______ ( Gb. A – 9 ) 22. Ta = _____ (Gb. A – 12 A dan B )
20. 2T/S2kr=______ ( Gb. A – 10 )

KARAKTERISTIK OPERASI

III - 70
23. PPRL = Wrf + ( F1 / Skr ) × Skr ) = ___ + ____ × __ = ____ lb
Baris 16 Baris 18 Baris 7
24. MPRL = Wrf - ( F2 / Skr ) × Skr ) = _____ - ____ × _____ = ____ lb
Baris 16 Baris 19 Baris 7
2
25. PT = (2T/S kr) × Skr × S/2 × Ta = _________ × _________ ×
Baris 20 Baris 7
_________ × _________ = __________lb-ft
(Baris D) / 2 Baris 22
26. PRHP = (F3/Skr) × Skr × S × N × 2.53 × 10-6 =
_________ × _________ × _________ × _________ × 2.53 × 10-6 =
__________ Baris 21 Baris 7 Baris D Baris E

27. CBE = 1.06 (Wrf + ½ Fo) = 1.06 × ( _______ + _______ ) = _______ lb


Baris 16 (Baris 5) / 2
28. Stress (max) = PPRL/A= _________ : _________= _________ Psi
Baris 23 Luas
29. Stress (min) = MPRL/A = _________ : _________= _________ Psi
Baris 23 Luas

30. Stress (max diinginkan) = SF [(0,25 × Tr) + (0,5625 × stress(min))] =


_____ × (0,25 × ________ ) + (0,5625 × _________ ) = _________ psi
Baris J Baris 29
31. PRHP UNTUK AIR BALANCED DAN MARK II :
PRHP = ( PD × H × 7,4 × 10-6 ) + ( N × S × W × 0,625 × 10-6 ) =
( ______ × _______ × 7,4 × 10-6 ) + ( _______ × _______ × _______ × 0,625
Baris 14 Baris B Baris E Baris D Baris 15

× 10-6 ) = _____________ psi

32. EBHP UNTUK KONVENSIONAL DAN AIR BALANCED


EBHP = PRHP × 1,25 = _____________ × 1,25 = _________ hp
Baris 26 atau 31

33. CATATAN : Untuk MARK II EBHP = PRHP

34. HP Elektrik motor pada Nameplate (motor dengan high-slip y = 0,8 ; normal
slip y = 0,6) Rata-rata 0,7
NPHP = EBHP/y = ________ : y = __________ hp

35. Ukuran Sheave (puli), diameter prime mover

III - 71
d = (N × R × dia : RPM ) = (_____ × _____ × _____ ) : (_____ ) = ______ in
Baris E Catalog Catalog Catalog

Tr = 90.000 psi pada Grade C dan 115.000 pada Grade D roda


Catalog artinya harus dicari dari pabrik pompa (Manufacturer Catalog)

III - 72

You might also like