Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam menjalankan tugasnya sebagai penyedia layanan kesehatan,

dokter tidak akan terlepas dari hal bernama resep. Resep merupakan

perwujudan akhir kompetensi dokter dalam medical care. Dengan menulis

resep berarti dokter telah mengaplikasikan ilmu pengetahuan keahlian dan

ketrampilannya di bidang farmakologi dan teraupetik kepada pasien. Resep

juga salah satu sarana interaksi antara dokter dan pasien (Akoria, 2008).

Resep yang baik harus memenuhi informasi yang cukup agar apoteker

atau perawat yang bersangkutan mengerti obat apa yang akan diberikan

kepada pasien. Setiap negara mempunyai ketentuan sendiri tentang

informasi apa yang harus tercantum dalam sebuah resep, juga memiliki

perundangan sendiri tentang obat mana yang harus diperoleh dengan resep

dan siapa yang menulis resepnya (De Vries, 1998).

Menurut aturan penulisan resep pada Ars Prescribendi, dalam menuliskan

suatu resep harus diperhatikan kejelasan tulisan dan kelengkapan resep

yang meliputi inscriptio, prescriptio, signatura, dan subscriptio. Kesalahan

dalam penulisan resep terjadi jika terjadi kesalahan dalam penulisan

komponen resep di atas (Sari, 2005).


Beberapa penelitian menyebutkan bahwa peresepan yang salah,

informasi yang tidak lengkap tentang obat, baik yang diberikan oleh dokter

maupun apoteker, serta cara penggunaan obat yang tidak benar oleh pasien

dapat menyebabkan kerugian bagi pasien. Kerugian yang dialami mungkin

tidak akan tampak sampai terjadi efek samping yang berbahaya. Karenanya

diperlukan perhatian besar untuk mengantisipasi terjadinya kesalahan dalam

peresepan (Zairina dan Ekarina, 2003).


B. Maksud dan Tujuan

1. Maksud

Mengetahui cara membaca, menerjemahkan, serta memahami

perintah yang tertulis dalam resep

Mengetahui cara menuliskan etiket dengan benar pada kemasan obat

berdasar resep dokter

Mengetahui cara penulisan copy resep dengan benar berdasarkan

resep dokter

2. Tujuan

Praktikan mampu membaca dan menterjemahkan, serta memahami

perintah yang tertulis dalam resep.

Praktikan mampu menuliskan etiket dengan benar pada kemasan obat

berdasarkan resep dokter.

Praktikan mampu menulis copy resep dengan benar berdasarkan

resep dokter.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

1. Pengertian resep.

Resep menurut Kepmenkes RI No.1197/MENKES/SK/X/2004 adalah

permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada apoteker

untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi penderita sesuai peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Resep merupakan aspek yang penting

untuk menunjang kualitas hidup pasien. Untuk meningkatkan kualitas

peresepan di rumah sakit, resep yang ditulis oleh dokter harus memenuhi

syarat antara lain: kelengkapan resep, penulisan obat dengan nama generik,

obat termasuk dalam FRS, dan tidak ada efek samping yang

membahayakan. (Kepmenkes,2004)

Resep merupakan permintaan tertulis dari dokter kepada instalasi

farmasi untuk menyiapkan, membuat, meracik, dan menyerahkan obat untuk

pasien. Dokter harus menulis resep dengan jelas dan lengkap, jika resep

yang diterima oleh apoteker tidak jelas dan lengkap maka isi resep harus

dikonfirmasi ulang ke dokter penulis resep (Syamsuni, 2006).

Pada umumnya, resep memiliki ukuran panjang 15 hingga 20 cm dan

lebar 10 hingga 12 cm. Lembar resep pada umumnya berbentuk persegi

panjang (Jas, 2009).


Resep terdiri dari 4 jenis, antara lain resep standar (R/. Officinalis),

yaitu resep yang komposisinya telah dibakukan dan dituangkan ke dalam

buku farmakope atau buku standar lainnya; resep magistrales (R/.

Poliklinikfarmasi), yaitu resep yang sudah dimodifikasi atau diformat oleh

dokter, bisa berupa campuran atau tunggal yang diencerkan dalam

pelayanannya harus diracik; resep medicinal, yaitu resep obat jadi, bisa

berupa obat paten, merek dagang maupun generik, dalam pelayanannya

tidak mangalami peracikan; resep obat generik, yaitu penulisan resep obat

dengan nama generik dalam bentuk sediaan dan jumlah tertentu. Dalam

pelayanannya, dapat mengalami peracikan atau tidak (Jas, 2009).

2. Pembagian Resep

Resep terdiri dari 6 bagian, antara lain:

1. Inscriptio: Nama dokter, no. SIP, alamat/ telepon/HP/kota/tempat,

tanggal penulisan resep. Untuk obat narkotika hanya berlaku untuk

satu kota dalam satu provinsi. Sebagai identitas dokter penulis

resep, format inscription suatu resep dari rumah sakit sedikit

berbeda dengan resep pada praktik pribadi.

2. Invocatio: permintaan tertulis dokter dalam singkatan latin

“R/=resipe” artinya ambilah atau berikanlah, sebagai kata pembuka

komunikasi dokter dengan apoteker di instalasi farmasi.

3. Prescriptio/Ordonatio: nama obat dan jumlah serta bentuk sediaan

yang diinginkan.
4. Signatura: yaitu tanda cara pakai, regimen dosis pemberian, rute

dan interval waktu pemberian harus jelas untuk keamanan

penggunaan obat dan keberhasilan terapi.

5. Subscrioptio: yaitu tanda tangan/paraf dokter penulis resep

berguna sebagai legalitas dan keabsahan resep tersebut. 6

6. Pro (diperuntukkan): dicantumkan nama dan umur pasien. Untuk

obat narkotika juga hatus dicantumkan alamat pasien (bertujuan

untuk pelaporan ke Dinkes setempat). (Jas, 2009)

3. Bagian Bagian Resep

Menurut menkes RI No 1027/Menkes?Sk/IX/2004, bagian bagian dari

resep yaitu Identitas dokter, yang harus ditulis adalah nomor surat izin

praktek (SIP), alamat, No. telepon. Nama kota dan tanggal resep, biasanya

terletak disisi kiri atau kanan atas resep. Superscriptio, ditulis dengan symbol

R/ terletak di sisi kiri. Inscriptio, yang berarti nama obat, dosis dan jumlah

obat. Subscriptio, berisi cara pembuatan dan bentuk sediaan dan biasanya

ditulis dalam bentuk singkatan. Signatura, berisi informasi cara dan aturan

penggunaan obat untuk pasien, Signatura ditulis dengan symbol S. Identitas

pasien, nama pasien ditulis pada bagian pro. Penutup bagian utama resep,

ditandai dengan tanda tangn atau paraf dokter yang menulis resep. (Menkes,

2004)
4. Resep yang mengandung narkotika, psikotropika, dan obat keras

Dalam Undang-Undang No. 9 tahun 1976 tentang Narkotika disebutkan

bahwa :

a. Narkotika hanya digunakan untuk kepentingan pengobatan dan

atau ilmu pengetahuan.

b. Narkotika dapat digunakan untuk kepentingan pengobatan hanya

berdasarkan resep dokter.

Untuk salinan resep yang mengandung narkotika dan resep

narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum dilayani sama sekali,

berdasarkan surat edaran Badan Pengawas Obat dan Makanan No.

366/E/SE/1977 antara lain disebutkan:

1. Sesuai dengan bunyi pasal 7 ayat (2) Undang-Undang No. 9 tahun 1976

tentang Narkotika, maka apotek dilarang melayani salinan resep yang

mengandung narkotika. Untuk resep narkotika yang baru dilayani

sebagian, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep

tersebut hanya boleh dilayani di apotek yang menyimpan resep asli.

2. Salinan resep dari resep narkotika dengan tulisan iter tidak boleh dilayani

sama sekali. Oleh karena itu dokter tidak boleh menambah tulisan

iter pada resep yang mengandung narkotika.


Selain pengelolaan narkotika, pengelolaan psikotropika juga diatur

secara khusus mulai dari pengadaan sampai pemusnahan untuk menghindari

terjadinya kemungkinan penyalahgunaan obat tersebut. Pelaksanaan

pengelolaan psikotropika di Apotek meliputi:

a. Pemesanan Psikotropika

Pemesanan psikotropika dengan surat pemesanan rangkap 2,

diperbolehkan lebih dari 1 item obat dalam satu surat pesanan, boleh

memesan ke berbagai PBF.

b. Penerimaan Psikotropika

Penerimaan Psikotropika dari PBF harus diterima oleh APA atau

dilakukan dengan sepengetahuan APA. Apoteker akan menandatangani

faktur tersebut setelah sebelumnya dilakukan pencocokan dengan surat

pesanan. Pada saat diterima dilakukan pemeriksaan yang meliputi jenis dan

jumlah Psikotropika yang dipesan

c. Penyimpanan Psikotropika

Penyimpanan obat psikotropika diletakkan di lemari yang terbuat dari

kayu (atau bahan lain yang kokoh dan kuat). Lemari tersebut mempunyai

kunci (tidak harus terkunci) yang dipegang oleh Asisten Apoteker sebagai

penanggung jawab yang diberi kuasa oleh APA.

d. Pelayanan Psikotropika

Apotek hanya melayani resep psikotropika dari resep asli atau salinan

resep yang dibuat sendiri oleh Apotek yang obatnya belum diambil sama
sekali atau baru diambil sebagian. Apotek tidak melayani pembelian obat

psikotropika tanpa resep atau pengulangan resep yang ditulis oleh apotek

lain.

e. Pelaporan Psikotropika

Laporan penggunaan psikotropika dilakukan setiap bulannya melalui

SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika). Asisten apoteker

setiap bulannya menginput data penggunaan psikotropika melalui SIPNAP

lalu setelah data telah terinput data tersebut di import. Laporan meliputi

laporan pemakaian narkotika untuk bulan bersangkutan (meliputi nomor urut,

nama bahan/sediaan, satuan, persediaan awal bulan). pasword dan

username didapatkan setelah melakukan registrasi pada dinkes setempat.

Obat keras tidak bisa dibeli tanpa adanya resep dokter. Hal ini juga

dapat dilihat dariKeputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

02396/A/SK/VIII/1986 Tahun 1986 tentang Tanda Khusus Obat Keras Daftar

G (“Kepmenkes 2396/1986”). Dalam peraturan ini dapat dilihat bahwa obat

keras hanya dapat diberikan dengan resep dokter, yaitu dalam Pasal 2

Kepmenkes 2396/1986:

1. Pada etiket dan bungkus luar obat jadi yang tergolong obat keras harus

dicantumkan secara jelas tanda khusus untuk obat keras.

2. Ketentuan dimaksud dalam ayat (1) merupakan pelengkap dari keharusan

mencantumkan kalimat "Harus dengan resep dokter" yang ditetapkan


dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 197/A/SK/77 tanggal 15

Maret 1977.

3. Tanda khusus dapat tidak dicantumkan pada blister, strip, aluminium atau

selofan, vial, ampul, tube atau bentuk wadah lain, apabila wadah tersebut

dikemas dalam bungkus luar.

Kemudian mengenai obat yang dapat diserahkan tanpa resep, dalam

Permenkes 919/1993, diatur mengenai obat tersebut harus memenuhi

kriteria:

a. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di

bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun.

b. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko pada

kelanjutan penyakit.

c. Penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus

dilakukan oleh tenaga kesehatan.

d. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di

Indonesia.

e. Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat di

pertanggung jawabkan untuk pengobatan sendiri.

5. Resep yang memerlukan penanganan segera

Resep yang memerlukan pelayanan segera :

1. Cito (segera)

2. Statim (Penting)
3. Urgent (Sangat Penting)

4. PIM/Periculum In Mora (berbahaya jika ditunda)

Urutan yang didahulukan yaitu PIM, Urgent, Statim, Cito

Resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotek menurut urutan

tanggal dan nomor urut penerimaan resep. Penyimpanan untuk resep

narkotika harus dipisah dari resep lainnya. Lama penyimpanan resep-

resep ini dalam jangka waktu 3 tahun. Setelah 3 tahun, resep-resep tersebut

dapat dimusnahkan oleh Apoteker Pengelola Apotek dengan disaksikan

sekurang-kurangnya oleh seorang petugas apotek dan dibuatkan berita acara

pemusnahannya.

6. Resep yang dapat atau tidak dapat diulang

Iter berarti resep boleh diulang. Iter yang ditulis pada kiri atas maka

seluruh sediaan dalam resep boleh diulang, namun penulisan iter yang

terletak di sebelah kiri salah satu sediaan maka yang diulang hanya sediaan

yang ada disamping tulisan iter tersebut.

Iter yang tertulis 2 x berarti obat dalam resep boleh diberikan sebanyak

3 kali, dimana pengambilan yang pertama menggunakan resep asli,

pengambilan yang kedua menggunakan copy resep pertama (pengulangan

yang ke-1x), dan pengambilan yang kedua dengan menggunakan copy resep

kedua (pengulangan yang ke-2x).


Bila dokter tidak ingin resepnya yang mengandung obat keras diulang

tanpa sepengetahuannya, dokter akan menulis ni(ne iteratur)=> tidak boleh

diulang.

7. Yang berhak menulis resep

Yang berhak menulis resep:

a] Dokter

b] Dokter gigi, terbatas pada pengobatan gigi dan mulut

c] Dokter hewan, terbatas kepada pengobatan hewan


B. Uraian Bahan

a. Amoxicyllin ( FI IV : 95 )

Nama resmi : AMOXICILLINUM

Nama lain : Amoxycillin

Rumus bangun : N

OH C CONH

NH3

Rumus molekul : C16H19N3O9. 3H2O

Pemerian : Serbuk hablur, putih, praktis, tidak berbau

Kelarutan : sukar larut dalam air dan methanol. Tidak larut

dalam benzene dalam karbon tetraklorida dan

dalam kloroform

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Khasiat : Antibiotik

b. Parasetamol (FI III : 37)

Nama resmi :PARACETAMOLUM

Nama lain :Asetaminofen, Parasetamol, N Astetil empat,

Aminofenol

Pemerian :Serbuk hablur, berwarna putih, tidak berbau,

rasa sedikit pahit

Kelarutan :Larut dalam air mendidih dan dalam natrium

hidroksida 1 N, mudah larut dalam etanol


Penyimpanan :Dalam wadah tertutup rapat, tidak

tembus cahaya.

Khasiat :Analgetikum dan Antipiretikum

c. Chlortrimeton (FI IV : 210)

Nama resmi :CHLORPHENIRAMINI MALEAT

Nama lain :Klorfeniramin maleat, CTM

RM/BM :C16H19C1N2.C4H4O4 / 390,17

Pemerian :Serbuk putih, lemah, tidak berbau, rasa pahit.

Kelarutan :Larut dalam 4 bagian air dan dalam 10 bagian air,

dan 10 bagian etanol (95%)P dan dalam 10

kloroform sukar larut dalam etanol.

Penyimpanan :Dalam wadah tertutup baik

Khasiat :Antihistamin

d. Menthol (FI III : 130)

Nama resmi :MENTHOLUM

Nama lain :Menthol

RM/BM :C10H2OO / 156,27

Pemerian :Hablur heksagona atau serbuk hablur, tidak

berwarna, biasanya berbentuk jarum atau massa

yang melebur, bau enak seperti permen


Kelarurtan :Sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol,

dalam kloroform, dalam eter dan dalam heksana,

mudah larut dalam asam salisil.

Penyimpanan :Dalam wadah tertutup rapat

Khasiat :Antiiritan.

e. Acid Salicyl (FI III : 56)

Namar resmi :ACIDUM SALICILYCUM

Nama lain :asam salisilat

RM/BM :C7H6O6 / 138,12

Pemerian :Hablur putih, hamper tidak berbau, rasa agak

manis dan tajam.

Kelarutan :Sukar larut dalam air, dan bahan benzene,

mudah larut dalam etanol, dan dalam air

mendidih.

Penyimpanan :Dalam wadah tertutup baik

Khasiat :Antifungi
f. Talkum (FI III : 591)

Nama resmi :TALCUM

Nama lain :Talk

Pemerian :Serbuk hablur, sangat halus, licin, mudah melekat

pada kulit, bebas dari butiran warna putih/kelabu

Kelarutan :tidak larut dari hamper semua pelarut

Penyimpanan :Dalam wadah tertutup baik

Khasiat :Bahan dasar bedak

g. Belladonae Extractum (FI IV : 126)

Nama resmi :BELLADONAE EXTRACTUM

Nama lain : ekstrak belladon

Rumus molekul :-

Pemerian :massa kental, coklat tua

Kelarutan :-

Penyimpanan :dalam wadah tertutup rapat, pada suhu tidak lebih

30°

Dosis :sekali 20 mg, sehari 80 mg

Khasiat :Simpatolitikum

h. Opii Tinctur (FI III : 463)

Nama resmi :OPII TINCTURA

Nama lain :Tinctur opium

Rumus molekul :-
Pemerian :Cairan jernih, coklat kemerahan, bau khas, rasa

pahit.

Dosis :Sekali 2 g, sehari 5 g

Khasiat :Analgetikum

i. Sacharum Lactis (FI III : 338)

Nama resmi :LACTOSUM

Nama lain :Laktosa

RM/BM :C12H22O11. H20 / 36,30

Pemerian :serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa manis.

Kelarutan :Larut dalam 6 bagian air, larut dalam 1 bagian air

mendidih, sukar larut dalam etanol (95%)P,

praktis tidak larut dalam kloroform P dan eter P.

Penyimpanan :Dalam wadah tertutup baik.

Khasiat :Zat tambahan.

j. Serbuk bagi ACIDOV II sf (FN 78 : 8)

Nama resmi :ACIDI ACETYLSALICILYCUM OPI PULVERES II

Nama lain :serbuk bagi asam asetil salisilat opium II

Penyimpanan :Dalam wadah tertutup rapat

Dosis :3 kali 1 bungkus

Khasiat :Antitusif
k. Asetosal (FI III : 43)

Nama resmi :ACIDUM ACETYL SALICILYCUM

Nama lain :Asetosal

RM/BM :C9H8O4 / 180,16

Pemerian :Hablur tidak berwarna atau hablur putih rasa

asam.

Kelarutan :agak sukar larut dalam air, mudah larut dalam

etanol (95%)P

Penyimpanan :Dalam wadah tertutup baik

Dosis :1 kali 1g, 1 hari 8g

Khasiat :analgetikum, antipiretik

l. Opii Pulvis Compositus (FI III : 462)

Nama resmi :OPII PULVIS COMPOSITUS

Nama lain :Serbuk opium majemuk, serbuk dover

Rumus molekul :C12H19NO3

Pemerian :serbuk, kelabu coklat

Kelarutan :-

Penyimpanan :Dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya

Khasiat :Antitusiv
m. CTM (FI IV : 210)

Nama resmi :CHLORPHENIRAMINI MALEAT

Nama lain :Klorfeniramin maleat, CTM

RM/BM :C16H19C1N2.C4H4O4 / 390,17

Pemerian :Serbuk putih, lemah, tidak berbau, rasa pahit.

Kelarutan :Larut dalam 4 bagian air dan dalam 10 bagian air,

dan 10 bagian etanol (95%)P dan dalam 10

kloroform sukar larut dalam etanol.

Penyimpanan :Dalam wadah tertutup baik

Khasiat :Antihistamin

n. Salep Seng SF (FN 78 hal : 15)

Nama resmi :ZINCI UNGUENTUM

Nama lain :Salep seng

Rumus molekul :-

Penyimpanan :dalam wadah tertutup baik

Dosis :2 – 3 kali sehari, dioleskan

Khasiat :Antiseptikum

o. ZnO (FI III : 636)

Nama resmi :ZINCI OXYDUM

Nama lain :Seng oksida

RM/BM :ZnO/81,38

Pemerian :Serbuk sangat halus, atau putih kekuningan


Kelarutan :Praktis tidak larut dalam air, larut dalam etanol

(95%)P, tidak larut dalam asam mineral encer

dan dalam larutan alkali hidroksida

Penyimpanan :Dalam wadah tertutup baik

Khasiat :Antiseptikum Lokal

p. Vaselin alba (FI III : 633)

Nama resmi :VASELINUM ALBUM

Nama lain :Vaselin putih

Rumus molekul :-

Pemerian :Massa lunak, lengket, bening, putih, hamper tidak

berasa.

Kelarutan :Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol

(95%)P, larut dalam kloroform dan dalam eter P,

larut kadang kadang beropalensi lemah.

Penyimpanan :Dalam wadah tertutup baik

Khasiat :Bahan dasar salep

q. Salicyl zuur (FI III : 56)

Namar resmi :ACIDUM SALICILYCUM

Nama lain :Asam salisilat

RM/BM :C7H6O6/138,12

Pemerian :Hablur putih, hamper tidak berbau, rasa agak

manis dan tajam.


Kelarutan :Sukar larut dalam air, dan bahan benzene,

mudah larut dalam etanol, dan dalam air

mendidih.

Penyimpanan :Dalam wadah tertutup baik

Khasiat :Antifungi

r. Ichtamolum (FI III : 303)

Nama resmi :ICHTAMOLUM

Nama lain :Ichtamol, ikhtiol

Pemerian :Kental Hampir hitam, bau khas.

Khasiat :Antiseptikum ekstern


BAB III

HASIL PENGAMATAN

1. Resep
R/ Amoxicyllin 0,3

Paracetmol 0,25

Chlortrimeton 1
⁄2 tab

m.f.pulv.dtd.No.XII

S.t.dd.P.I

Terjemahan

Latin :

Amoxicyllin tres partes gramma, Paracetamol viginti

quinquegramma, chlorthrimethon semi tabulae. Misce fac

pulveres da tales doses numero duodenum. Signa ter de die

pulveres unum Pro : Rahmawati

Indonesia :

Ambillah Amoxycillin sebanyak 0,3. paracetamol 0,25.

Chlortrimethon 1⁄2 tablet. Campur dan buatlah serbuk bagi

sesuai dengan dosis sebnayak 12 bungkus. Tandailah tiga kali

sehari satu bungkus. Untuk : Rahmawati


Copy resep

Apotek “UIM”
Jl. Perintis kemerdekaan KM.9 No. 29, Kota Makassar
Telepon : (0411) 588167
Apoteker : Hildayanti Alwi, S.Si., Apt
No. SIA : 17031014102

No. tgl: 19 mei 2018


Dokter: Aisya
Nama : Rahmawati umur :

Copy Resep

R/ Amoxicyllin 0,3
Paracetmol 0,25
Chlortrimethon 1
⁄2 tab

m.f.pulv.dtd.No.XII
S.t.dd.P.I
det

PCC

Etiket

Apotek “UIM”
Jl. Perintis kemerdekaan KM.9 No.29, Kota Makassar
Telepon : (0411) 588167
Apoteker : Hildayanti Alwi, S.Si.,Apt
No. SIA : 17031014102

No. 1 tgl : 19 mei 2018


Nama : Rahmawati

3 x sehari 1 bungkus

Sebelum / Sesudah makan


2. Resep

R/ Menthol 0,25

Acid. Salicyl 3%

Balsem Peru 5%

Talcum ad 100

m.f.pulv.da.30

s.u.e

Terjemahan

Latin :

Recipe

Menthol viginti quenque gramma. Acid. Salicyl tres porsen.

Balsem peru quinque porsen. Talcum ad centrum. Misce fac

pulveres da triginti. Signa usum eksternum

Pro : Aisyah

Indonesia :

Ambillah

Menthol 0,25 . Acid. Salicyl 3%. Balsem peru 5%. Talcum

hingga 100. Campur dan buatlah serbuk berikan 30. Tandai

untuk obat luar

Untuk : Aisyah
Copy resep

Apotek “UIM”
Jl. Perintis kemerdekaan KM.9 No. 29, Kota Makassar
Telepon : (0411) 588167
Apoteker : Hildayanti Alwi, S.Si., Apt
No. SIA : 17031014102

No. tgl: 19 mei 2018


Dokter: Aisya
Nama : Aisyah umur :

Copy Resep

R/ Menthol 0,25
Acid. Salicyl 3%
Balsem Peru 5%
Talcum ad 100

m.f.pulv.da.30
s.u.e
det

PCC
Etiket
Apotek “UIM”
Jl. Perintis kemerdekaan KM.9 No.29, Kota Makassar
Telepon : (0411) 588167
Apoteker : Hildayanti Alwi, S.Si.,Apt
No. SIA : 17031014102

No. 2 tgl : 19 mei 2018


Nama : Aisyah

“Bedak”

OBAT LUAR
3. Resep

R/ Belladonae extract 15mg

Opii Tinctur gtt V

SL qs

m.f.pulv.No.X

S.t.dd.P.I

Terjemahan

Latin:

Recipe

Belladonae extract quinquedecim miligramma. Opii tictur guttae

quinque. Saccharum lactis quantum statis. Misce fac pulveres

numero decem. Signa ter de die pulveres unum

Pro : Khadija

Indonesia :

Ambillah

Belladonae extract 15 miligram. Opii tincture 5 tetes.

Saccharum lactis secukupnya. Campur dan buatlah serbuk bagi

sebanyak 10. Tandai tiga kali sehari satu bungkus

Untuk : Khadija
Copy resep

Apotek “UIM”
Jl. Perintis kemerdekaan KM.9 No. 29, Kota Makassar
Telepon : (0411) 588167
Apoteker : Hildayanti Alwi, S.Si., Apt
No. SIA : 17031014102

No. tgl: 19 mei 2018


Dokter:
Nama : umur :

Copy Resep

Obat ini tidak dapat dibuat copy

resep, karena didalam resep ini

mengandung obat narkotika

Etiket

Apotek “UIM”
Jl. Perintis kemerdekaan KM.9 No.29, Kota Makassar
Telepon : (0411) 588167
Apoteker : Hildayanti Alwi, S.Si.,Apt
No. SIA : 17031014102

No. 3 tgl : 19 mei 2018


Nama : Khadijah

3 x sehari 1 bungkus

Sebelum / Sesudah makan


4. Resep

R/ Serbuk bagi ACIDOV II sf X

Adde

CTM No.VIII

m.f.pulv. no.X

s.t.dd.P.I

Terjemahan

Latin :

Recipe

Serbuk bagi Acidov II Saccharomyc formularium decem. adde. CTM

numero okto. Misce fac pulveres numero decem. Signa ter de die

pulveres unum

Pro : Asiah

Indonesia:

Ambillah Serbuk bagi Acidov II SF 10. Tambahkan. CTM sebanyak

8.campur dan buatlah serbuk bagi sebnayak 10. Tandai tiga kali sehari

satu bungkus.

Untuk : Asiah
Copy resep

Apotek “UIM”
Jl. Perintis kemerdekaan KM.9 No. 29, Kota Makassar
Telepon : (0411) 588167
Apoteker : Hildayanti Alwi, S.Si., Apt
No. SIA : 17031014102

No. tgl: 19 mei 2018


Dokter:
Nama : umur :

Copy Resep

Obat ini tidak dapat dibuat copy

resep, karena didalam resep ini

mengandung obat narkotika

Etiket

Apotek “UIM”
Jl. Perintis kemerdekaan KM.9 No.29, Kota Makassar
Telepon : (0411) 588167
Apoteker : Hildayanti Alwi, S.Si.,Apt
No. SIA : 17031014102

No. 4 tgl : 19 mei 2018


Nama : Asiah

3 x sehari 1 bungkus

Sebelum / Sesudah makan


5. Resep

R/ Salep seng SF 15

Salicyl Zuur 2%

Ichtamol 4%

m.f.ungt

s.b.dd.(u.e)

Terjemahan

Latin :

Recipe

Salep seng saccharomyc formularium quinque decim. Salicyl zuur duo

porsen. Ichtamol quarter porsen. Misce fac unguentum. Signa bis de

die (usum eksternum)

Pro : Sofiyah

Indonesia:

Ambillah

Salep seng SF 15. Salicyl zuur 2%. Ichtmol 4%. Campur dan buatlah

salep. Tandai dua kali sehari (untuk obat luar).

Untuk : sofiyah
Copy resep

Apotek “UIM”
Jl. Perintis kemerdekaan KM.9 No. 29, Kota Makassar
Telepon : (0411) 588167
Apoteker : Hildayanti Alwi, S.Si., Apt
No. SIA : 17031014102

No. tgl: 19 mei 2018


Dokter:
Nama : umur :

Copy Resep

R/ Salep seng SF 15
Salicyl Zuur 2%
Ichtamol 4%
m.f.ungt
s.b.dd.(u.e)
det

PCC

Etiket

Apotek “UIM”
Jl. Perintis kemerdekaan KM.9 No.29, Kota Makassar
Telepon : (0411) 588167
Apoteker : Hildayanti Alwi, S.Si.,Apt
No. SIA : 17031014102

No. 5 tgl : 19 mei 2018


Nama : Sofiyah

2 x sehri dioleskan

OBAT LUARBAB IV
BAB IV

PEMBAHASAN

Resep merupakan permintaan tertulis dari dokter kepada instalasi

farmasi untuk menyiapkan, membuat, meracik, dan menyerahkan obat untuk

pasien. Dokter harus menulis resep dengan jelas dan lengkap, jika resep

yang diterima oleh apoteker tidak jelas dan lengkap maka isi resep harus

dikonfirmasi ulang ke dokter penulis resep (Syamsuni, 2006).

Resep terdiri dari 4 jenis, antara lain resep standar (R/. Officinalis),

yaitu resep yang komposisinya telah dibakukan dan dituangkan ke dalam

buku farmakope atau buku standar lainnya; resep magistrales (R/.

Poliklinikfarmasi), yaitu resep yang sudah dimodifikasi atau diformat oleh

dokter, bisa berupa campuran atau tunggal yang diencerkan dalam

pelayanannya harus diracik; resep medicinal, yaitu resep obat jadi, bisa

berupa obat paten, merek dagang maupun generik, dalam pelayanannya

tidak mangalami peracikan; resep obat generik, yaitu penulisan resep obat

dengan nama generik dalam bentuk sediaan dan jumlah tertentu. Dalam

pelayanannya, dapat mengalami peracikan atau tidak (Jas, 2009).

Salinan resep adalah salinan yang dibuat oleh apotek, bukan hasil

fotokopi. Salinan resep selain memuat semua keterangan yang termuat

dalam resep asli harus memuat Nama dan alamat apotek, Nama dan nomor

S.I.K Apoteker Pengelola Apotek Tanda tangan atau paraf Apoteker

Pengelola Apotek. Tanda “det”=“detur” untuk obat yang sudah diserahkan,


atau tanda “nedet” =”ne detur” untuk obat yang belum diserahkan. Nomor

resep dan tanggal pembuatan.

Pada percobaan ini terdapat resep magistrales yaitu berupa resep

yang sudah dimodifikasi atau diformat oleh dokter, bisa berupa campuran

atau tunggal yang diencerkan dalam pelayanannya harus diracik

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan percobaan resep ini dapat disimpulkan bahwa :

Praktikan mampu membaca, menerjemahkan serta memahami pirintah

yang tertulis yang terdapat pada resep.

Praktikan mampu menuliskan etiket dengan benar pada kemasan obat

berdasarkan resep dokter

Praktikan mampu menulis resep dengan benar berdasarkan resep

dokter

You might also like