Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kanker lambung adalah salah satu keganasan yang paling umum di Asia, terutama di
China, Korea, dan Jepang [1]. Ini penyebab utama ketiga kematian terkait kanker di China,
dan pasien China dengan akun kanker lambung untuk 42% populasi pasien di seluruh dunia
dengan lambung kanker [2]. Reseksi bedah tumor adalah yang paling banyak pendekatan
yang efektif dalam meningkatkan kelangsungan hidup jangka panjang pasien dengan kanker
lambung tahap awal [3]. Tingkat kelangsungan hidup lima tahun pasien dengan reseksi
kanker lambung pada stadium lanjut (stadium III atau IV) bisa jadi ditingkatkan melalui
manajemen bedah gabungan dengan kemoterapi perioperatif [4]. Manfaat pra operasi
kemoterapi (kemoterapi neo-ajuvan) bagi penderita kanker lambung adalah sebagai berikut:
Mengurangi volume tumor yang menyebabkan tumor di bawah panggung, meningkat tingkat
reseksi R0 (tidak ada tumor sisa setelahnya operasi), Bekerja pada mikrometastasis,
mengurangi risiko kekambuhan tumor lokal, dan bantuan dalam mengevaluasi tumor
chemosensitivity terhadap obat sitotoksik [5-10].
Di tingkat lokal kanker lambung, tumor primer diserang melalui lapisan submukosa
jaringan lambung, dengan keterlibatan nodal regional, dan menempati sebagian besar
wilayah garis sel lambung normal [11,12]. Meski sudah lama efeknya tetap kontroversial,
kemoterapi preoperatif untuk kanker lambung stadium lanjut telah ditunjukkan mendorong
tingkat respon patologis yang lengkap dan Reseksi R0, dengan tingkat yang dapat diterima
akut dan terlambat toksisitas [13,14]. Namun, tidak ada laporan yang ditemukan di faktor
diferensiasi patologis pada preoperatif kemoterapi kanker lambung stadium lanjut. Oleh
karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengaruh diferensiasi
patologis dalam efek kemoterapi pra operasi untuk pasien dengan lokal kanker lambung
stadium lanjut.
Dalam penelitian ini, kami membandingkan tingkat respons klinis kemoterapi pra operasi
antara lebih baik dan buruk membedakan kanker lambung stadium lanjut secara lokal, dan
dibahas efeknya dalam pelestarian jaringan lambung selama gastrektomi.

1
1.2 Rumusan Masalah
a. apa yang dimaksud dengan kanker lambung ?
b. bagaimana perbandingan tingkat respons klinis kemoterapi pra operasi antara lebih baik
dan buruk membedakan kanker lambung stadium lanjut secara lokal ?

1.3 Tujuan Masalah


a. untuk mengetahui tentang kanker lambung.
b. untuk mengetahui perbandingan tingkat respons klinis kemoterapi pra operasi antara
lebih baik dan buruk membedakan kanker lambung stadium lanjut secara lokal.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI
Kanker lambung adalah sejenis kanker saluran cerna dengan insidensi paling tinggi. akhir
tahun 1997 telah dibuktikan bahwa Helicobacter pylori juga memegang peranan kausal pada
semua tumor ini. banyak pengidap kanker lambung semula melalui gastritis kronis dan atrofia sel
diduga berangsur-angsur menyebabkan berkembangnya tumor ganas. pembedahan dan
radiasi kini tidak diperlukan lagi karena kuman dapat dibasmi dengan antibiotika. (Tjay, Tan
Joan : 2002)
Kanker lambung adalah adenokarsinoma yang muncul paling sering sebagai massa
ireguler dengan penonjolan ulserasi sentral yang dalam ke lumen dan menyerang lumen dinding
lambung. (Harnawatiah : 2008)
B. ETIOLOGI
Penyebab dari kanker lambung masih belum diketahui, akan tetapi, sejumlah faktor
dihubungkan dengan penyakit tersebut juga dipercaya bahwa faktor eksogen dalam lingkungan
seperti bahan kimia karsinogen, virus onkogenik mungkin mengambil bagian penting dalam
karsinoma lambung. Karena lambung mempunyai kontak lama dengan makanan. Ada yang
timbul sebagai hubungan dengan konsumsi gram yang meningkat. Ingesti nitrat dan nitrit dalam
diet tinggi protein telah memberikan perkembangan dalam teori bahwa senyawa karsinogen
seperti nitrosamine dan nitrosamide dapat dibentuk oleh gerak pencernaan.
C. PATOFISIOLOGI
Beberapa faktor dipercaya menjadi precursor kanker yang mungkin, yaitu polip, anemia
pernisiosa, prostgastrektomi, gastritis artofi kronis dan ulkus lambung tidak mempengaruhi
individu menderita kanker lambung, tetapi kanker lambung mungkin ada bersamaan dengan
ulkus lambung dan tidak ditemukan pada pemeriksaan diagnostik awal.
Tumor mungkin menginfiltrasi dan menyebabkan penyempitan lumen yang paling sering
di antrum. Infiltrsi dapat melebar ke seluruh lambung, menyebabkan kantong tidak dapat
meregang dengan hilangnya lipatan normal dan lumen yang sempit, tetapi hal ini tidak lazim.
Desi polipoid juga mungkin timbul dan menyebabkan sukar untuk membedakan dari polip
benigna dengan X-ray.
Kanker lambung mungkin timbul dari penyebaran tumor superficial yang hanya
melibatkan permukaan mukosa dan menimbulkan keadaan granuler walaupun hal ini jarang.
Kira-kira 75% dari karsinoma ditemukan 1/3 distal lambung, selain itu menginvasi struktur lokal
3
seperti bagian bawah dari esofagus, pankreas, kolon transversum dan peritonium. Metastase
timbul pada paru, pleura, hati, otak dan lambung.

D. FAKTOR-FAKTOR RESIKO
Masalah lingkungan dan nutrisi dapat mempengaruhi perkembangan dari kanker
lambung. Makan makanan tinggi nitrat dan nitrit makanan yang telah diasinkan, tidak adanya
makanan segar dan jumlah vit. C, A dan E yang kurang dalam diet, tampaknya meningkatkan
insiden tumor lambung. Perokok dan pengguna alkohol berhubungan dengan perkembangan dari
penyakit ini. Pekerja dalam industri tertentu juga mengalami kejadian kanker lambung yang
tinggi. Pekerjaan ini meliputi pabrik nikel, penambangan batu bara, pengolahan tambaga dan
karet, asbestos. Status ekonomi yang rendah merupakan faktor resiko yang nyata dan mungkin
dapat menjelaskan pengaruh pekerjaan dan makanan. Ras dan usia juga merupakan faktor resiko

E. INTERVENSI KEPERAWATAN
Kesembuhan empiema adalah proses yang panjang. Perawat menolong pasien untuk
mengatasi kondisi dan menginstruksikan latihan bernapas (pernapasan dengan bibir dirapatkan
dan difragmatik), yang membantu untuk memulihkan fungsi pernapasan normal. Perawat juga
memberikan asuhan spesifik terhadap metode drainase cairan pleura seperti aspirasi jarum,
drainase dada tertutup, atau seksi iga dan drainase.

F. EVALUASI DIAGNOSTIK
Pemeriksaan fisik biasanya tidak membantu, kebanyakan tumor lambung tidak dapat
diraba, asites mungkin muncul bila terdapat metastasis pada hepar. Endoskopi untuk biopsi dan
pencucian sitologis adalah pemeriksaan diagnostik umum. Pemeriksaan sinar-x terhadap saluran
GI atas dengan barium juga dilakukan. Karena metastase sering terjadi sebelum tanda peringatan
ada, pemindai tomografi komputer, pemindai tulang, dan peminda hepar dilakukan dalam
menentukan luasnya metastasis. Tidak dapat makan (dispepsia) lebih dari 4 minggu pada
individu berusia lebih dari 40 tahun memerlukan pemeriksaan sinar-x lengkap terhadap saluran
GI.
G. PENATALAKSANAAN MEDIS UMUM

1. Kemoterapi
2. Terapi radiasi
3. Pembedahan:
a. Esofagogastrektomi subtotal-untuk tumor yang dapat dioperasi pada
lambung proksimal bagian bawah dari esofagus dianastomosiskan ke
duodenum atau jejenum. Pasien sering dipasang selang dada menyertai
prosedur ini karena rongga dada dimasuki.

4
b. Gastrektomi total-untuk lesi di bagian bawah tengah lambung. Seluruh
lambung diangkat, dan esofagus dianastomosiskan ke jejenum.
c. Gastrektomi subtotal-untuk lesi di antrum lambung bila pasien lansia
atau cacat. Ini adalah operasi Billroth I di mana duodenum, lambung
distal, pilorus, dan vaskuler dan struktur penyokong diangkat, dan bagian
lambung yang tersisa dijahit ke sisa duodenum.
d. Gastrektomi subtotal- operasi Billroth II, di mana prosedur lebih radikal
daripada operasi Billroth I. Operasi meliputi pengangkatan antrum,
pilorus, duodenum atas, struktur vaskuler penyokong, dan semua limfatik
di sekitarnya. Sisa lambung dijahit dalam bentuk side-to-side ke jejenum.
Puntung duodenum dijahit tutup.

Komplikasi mayor dihubungkan dengan prosedur pembedahan gastrik adalah esofagitis


(disebabkan oleh refluks aspirasi), kebocoran anastomotik, defisiensi vitamin B12, penurunan
berat badan, dan pneumonia. Komplikasi tambahan berkenaan dengan gastrektomi subtotal
adalah sindrom dumping dan steatorea. (Lorenz, 1991)

5
BAB III
PEMBAHASAN

A. PEMBAHASAN JURNAL
Dalam penelitian ini, kami membandingkan tingkat respons klinis kemoterapi pra
operasi antara lebih baik dan buruk membedakan kanker lambung stadium lanjut secara
lokal, dan dibahas efeknya dalam pelestarian jaringan lambung selama gastrektomi.

I. METODE
a. Pasien

Pasien yang menerima kemoterapi pra operasi dan perawatan pembedahan


terhadap kanker lambung di bagian perut disekitar rumah sakit yang ada di Cina, Jepang
dari Universitas Jilin, Cina antara April 2009 dan Maret 2013 yang telah ditinjau.
Diagnosa preoperatif yang dibuat melalui endoskopi, biopsi, endoskopi ultra sound dan
perhitungan kemoterapi yang ditingkatkan, stadium kanker dievaluasi sesuai dari
gabungan pengontrol kanker internasional klasifikasi tumor-node-metastasis. Pasien
diberitahu secara penuh tentang efek samping dari kemoterapi dan pembedahan mereka
juga bisa memilih perawatan bagi mereka sendiri. Kemoterapi preoperatif dari lokasi
kanker lambung sudah dibuktikan oleh komite komunitas etik dari rumah sakit yang ada
di Cina, Jepang oleh Universitas Jilin.

b. Kemoterapi Pra Operasi dan Pembedahan

Sebagai kemoterapi pra operasi, XELOX (Capecitabine Plus Oxaliplatin) rezim


digunakan di pembelajaran ini (14), seperti : infus intravena oxaliplatin 130 mg/m2
selama 2 jam pada 1 hari diiikuti oleh capecitabine 1000mg/m2 oral 2x sehari selama 2
minggu. Siklus ini diulangi sekali selama 3 minggu dan pasien telah diberikan 2 kali
siklus sebelum dari efek kemoterapi. Kemajuan/kesuksesan klinis sudah dievaluasi oleh
perhitungan tomography dan endoskopi. Pasien dengan tumor yang dapat dideteksi
setelah kemoterapi yang sudah dipilih untuk operasi. Pasien dengan tumor yang tidak
bisa dideteksi setelah 2 siklus dari kemoterapi berlanjut/dilanjutkan untuk menerima
kemoterapi (dari total 4 siklus), setelah kemujarapan yang sudah dievaluasi ualng dari
perhitungan tomography dan endoskopi.

Di poin ini, pasien dengan tumor yang dapat dideteksi akan menjalani
operasi/pembedahan dan pasien dengan tumor yang tidak dapat dideteksi yang akan
menjadi pengecualian dari pembelajaran. Beberapa pasien yang mempunyai tumor yang
dapat dideteksi dini tetapi untuk gasterktomi yang penuh/total seperti tidak terhindarkan
yang juga termasuk di pembelajaran ini. Pilihan tipe operasi tergantung pada pilihan
pengobatan ahli bedah, lokasi utama tumor dan luas dari penyebaran tumor/penyakit.

6
c. Penilaian/Evaluasi dari Kemanjuran dan Kerugian selama Pemantauan

Reaksi tumor untuk pre kemoterapi yang sudah di evaluasi, sebagai berikut :

1. Respon yang sempurna, hilangnya tumor secara utuh


2. Respon yang sebagian, sebuah penurunan lakukan tumor lebih dari 30%
3. Penyakit progresif, ukuran tumor meningkat lebuh dari 20%
4. Penyakit yang stabil, tidak ada perubahan yang sitemukan pada ukuran
tumor
Angka respon klinis yang sudah dihitung sebagai berikut :
(Respon Sempurna + Respon Sebagian) / Jumlah Kasus yang Terukur x 100%

Perhitungan ulang tomography yang sudah digunakan untuk mengevaluasi


perubahan pada bentuk dari suatu metastasi kelenjar getah bening dan pengujian ulang
endoskopi yang sudah digunakan untuk mengevaluasi perubahan pada carcinoma
lambung utama. Pasien fungsi hati dan ginjal, hematopoisis susmsum tulang belakang,
reaksi gastrointestinal dan terkait kejadian buruk yang dekat dengan pemantauan selama
perawatan. Reaksi beracun itu dievaluasi menggunakan National Cancer Institute
Common Toxicity Criteria (versi 3.0) [14].

d. Analisa Statistik

Umur seseorang pasien dan indek masa tubuh telah disajikan sebagai X ± itu
deviasi standar. Tes kuadrat-chi digunakan untuk membandingkan perbedaan pada angka
respon klinis, tipe operasi dan RO angka reseksi. Semua angka statistik telah
menampilakan penggunaan perangkat SPSS, versi 11.0 (SPSS Inc, Chicago, Amerika
Serikat)

II. HASIL
a. Karakteristik Pasien

Jumlah dari 32 pasien dengan kanker lambung yang diobati secara lokal sudah
terdaftar di sebuah pembelajaran. Karakteristik pasien (umur, jenis kelamin, indek
tubuh(kg/m2)), perbedaan dari derajat patologis dan tingkat patologis preoperatif itu
terdaftar di tabel 1 .

7
Tabel 1 Karakteristik Umum Pasien

Kelompok yang Kelompok yang


terdiferensiasi terdiferensiasi P
lebih baik (n=16) lebih buruk (n=16)
Pria : Wanita 9:7 11:5 0.465
Usia rata-rata (Tahun) 53.80 ± 4.21 52.50 ± 4.67 0.522
Indeks massa tubuh rata-rata 35.24 ± 5.35 36.10 ± 7.23 0.705
Derajat diferensiasi:
Baik 4 6
Sedang 12 10
Turun
Tidak berdiferensiasi
Stadium tumor-nodus-
metastasis pra operasi:
III 12 13 0.669 12 13 0.669
IV 4 3 0,059 4 3 0.059

Jumlah rata - rata


siklus kemoterapi 2.8 ± 0.72 3.4 ± 0.50

b. Tingkat Respon Kemoterapi Pra-Operasi

Dari 32 pasien, tidak ada pasien yang dinilai memiliki respon lengkap atau
progresif, 20 pasien dinilai memiliki tanggapan parsial, dan 12 pasien dinilai memiliki
penyakit stabil. Keseluruhan klinis tingkat tanggapan adalah 62,5%. Secara keseluruhan,
26 pasien (81,3%) menerima reseksi R0 bedah. Namun, enam (37,5%) tumor dengan
diferensiasi yang buruk dianggap tidak dapat diterima setelah empat siklus kemoterapi
pra operasi.

c. Perubahan Morfologi setelah Kemoterapi Pra-Operasi

Angka 1A dan 1B menunjukkan adanya perubahan signifikan pada tumor ukuran


(partial response) sebelum dan sesudah pra operasi kemoterapi Angka 1C dan 1D
menunjukkan nekrosis pada jaringan tumor dikelilingi oleh jaringan inflamasi setelahnya
kemoterapi preoperatif. (lihat gambar dibawah ini)

8
Gambar 1 Perubahan morfologis kanker lambung stadium lanjut lokal sebelum dan
sesudah kemoterapi pra operasi.
A) Lambung kental karsinoma (lihat endoskopi) sebelum kemoterapi.
B) Tentunya mengecilkan karsinoma lambung (endoskopi) setelah kemoterapi
pasien yang sama.
C) Jaringan tumor dikelilingi jaringan inflamasi (panah) setelah kemoterapi.
Pewarnaan H & E, perbesaran asli × 40.
D) Sel kanker lambung menunjukkan nekrosis nukleus yang jelas setelah
kemoterapi. Pewarnaan H & E, perbesaran asli × 100.

d. Perbandingan Hasil Respon dan Bedah antara Perbedaan Patologis yang


Berbeda

Diferensiasi patologis dikelompokkan menjadi dua kelompok: dibeda-bedakan


dengan lebih baik (baik dan cukup dibedakan) dan dibedakan dengan buruk (dibedakan
lebih rendah dan tidak berdiferensiasi).Tidak ada perbedaan yang ditemukan di usia, jenis
kelamin, indeks massa tubuh, stadium tumor-simpul-metastasis, dan ukuran tumor antara
kedua kelompok. Yang klinis Tingkat respon pada kelompok yang terdiferensiasi lebih
baik secara signifikan lebih tinggi dari pada yang kurang terdiferensiasi kelompok.
Tingkat gastrektomi parsial semakin terdiferensiasi kelompok secara signifikan lebih
tinggi dari pada kelompok yang tidak terdiferensiasi dengan baik (Tabel 2).

9
Baik kematian maupun komplikasi berat terjadi pada penelitian ini. Tidak ada
perbedaan ditemukan pada waktu operasi dan tingkat kejadian komplikasi pascaoperasi
antara sumur dan buruk kelompok yang berbeda.

Tabel 2 Perbandingan hasil kemoterapi antara kelompok yang lebih baik dan kurang
terdiferensiasi

Kelompok yang Kelompok yang P


terdiferensiasi lebih terdiferensiasi lebih
baik (n = 16) buruk (n = 16)
Tingkat reaksi klinis 100% (16/16) 25% (4/16) 0.000
Gastrektomi parsial 87.5% (14/16) 25% (4/16) 0.000
Total gastrektomi 12.5% (2/16) 37.5% (6/16) 0,654
Kasus yang tidak
dapat diobati
Pre chemotherapy 18,7% (3/16) 62,5% (10/16) 0,012
Post chemotherapy 0 (0/16) 37,5% (6/16) 0,024
Rasio reseksi R0 100% (16/16) 62,5% (10/16) 0,018
Tingkat reaksi 100% (16/16) 100% (16/16)
toksititas

e. Toksisitas

Tidak ada penghentian pengobatan atau kematian yang terjadi sebagai hasilnya
dari reaksi toksik. Selama kemoterapi pra operasi, ada berbagai tingkat reaksi beracun
dan merugikan, terutama myelosupresi, disfungsi hati, dan reaksi gastrointestinal. Reaksi
beracun terjadi pada semua pasien yang menerima kemoterapi pra operasi, berbeda
luapan. Leukopenia (n = 24; 75%) paling banyak umumnya dilaporkan merugikan reaksi.
Sebagai penanda hati cedera, aminotransferase alanin dan aspartat aminotransferase
tingkat meningkat pada sembilan (28,1%) dan delapan pasien (25%), masing-masing.
Mual dan muntah adalah reaksi saluran pencernaan yang paling umum, dengan 19 pasien
(59,3%) melaporkan muntah, dan 25 pasien (67,7%) melaporkan mual. Reaksi neurologis
toksik terjadi pada 21 pasien (78,1%). Reaksi beracun itu dilaporkan dalam penelitian ini
serupa dengan laporan sebelumnya [14,16].

B. GAGASAN PEMBACA
Tidak seperti kanker lambung dini, perawatan maju bedah kanker lambung tidak
memuaskan karena invasi tumor lokal dan metastasis kelenjar getah bening parah, dengan waktu
bertahan hidup tidak lebih dari satu tahun [17,18]. Namun, operasi masih merupakan modalitas
perawatan primer untuk mencapai penyembuhan potensial dan bisa bermanfaat paliatif kanker

10
lambung lanjut [19,20]. Itu tingkat kekambuhan yang tinggi setelah reseksi bedah untuk lokal
kanker lambung stadium lanjut dianggap alasan utamanya untuk hasil pengobatan yang buruk
[21,22]. Banyak studi klinis telah menunjukkan bahwa kemoterapi dapat menurunkan tingkat
tumor, menghilangkan mikrometastasis, dan membuat beberapa tidak dapat diobati kanker
lambung dapat direseksi, sehingga memperpanjang waktu bertahan pasien [23-26].

Baru-baru ini, rejimen XELOX telah digunakan sebagai yang baru strategi kemoterapi
untuk lambung yang maju secara lokal pasien kanker, yang lebih mudah diterima secara klinis
berlatih, dengan tingkat respons klinis 63% yang mendorong dan waktu kelangsungan hidup
rata-rata 11,9 bulan [27]. Dalam penelitian saat ini, hasil serupa didapat, dengan klinis tingkat
respons reseksi 62,5% dan 81,3% R0. Di membandingkan tingkat respons klinis antara yang
lebih baik kelompok dibedakan dan kurang terdiferensiasi, memang begitu menemukan bahwa
kelompok yang terdiferensiasi lebih baik menunjukkan tingkat respons klinis 100%, sedangkan
yang kurang terdiferensiasi kelompok hanya menunjukkan 25%. Hasil ini sangat disarankan itu
dengan baik dan cukup dibedakan secara lokal kanker lambung stadium lanjut adalah kandidat
pra operasi kemoterapi. Apalagi, total gastrektomi bisa dihindari pada pasien dengan lambung
yang terdiferensiasi dengan baik kanker, karena pemulihan jaringan lambung normal adalah hasil
kemoterapi preoperatif yang efektif.

Meskipun hasil jangka pendek untuk diferensiasi yang lebih baik secara lokal kanker
lambung stadium lanjut cukup menjanjikan dalam penelitian ini, Waktu bertahan lebih lama
perlu diamati lebih jauh. Setelah kemoterapi, tumor dibedakan dengan lebih baik ditemukan jelas
menyusut. Setelah pewarnaan H & E, nekrosis jaringan tumor mudah terlihat di bawah sebuah
mikroskop, umumnya dikelilingi oleh peradangan jaringan, membentuk morfologi jaringan khas
setelah sensitif kemoterapi. Berdasarkan kemoterapi yang efektif, pemulihan jaringan lambung
normal menghasilkan kemungkinan melestarikan beberapa perut, selain mengeluarkan perut total
, untuk mendapatkan reseksi R0.

Reaksi toksik terhadap kemoterapi sangat umum terjadi dan merupakan penyebab
utama pasien menolak atau menghentikan kemoterapi. Pada penelitian kali ini, penderita
mengalami berbagai tingkat reaksi beracun dan merugikan, terutama selama siklus pertama.
Pasien bisa sembuh dari leukopenia dan kelainan fungsi hati setelah dua sampai tiga minggu
istirahat. Mual dan muntah sering terjadi selama infus oxaliplatin intravena sejak awal terapi,
dimana diperlukan transfusi cairan untuk menjaga keseimbangan asam-basa dan untuk memasok
energi nutrisi. Untuk pasien dengan reaksi toksik berat, tunda perlakuan dianggap perlu.

Ada beberapa keterbatasan penelitian ini yang perlu diperhatikan:


1) Pertama, penelitian ini merupakan penelitian Retrospektif. Studi Retrospektif pada
dasarnya kurang kuat dari pada Studi Prospektif .

11
2) Kedua, ukuran sampel kelompok itu relatif kecil. Ada kemungkinan perbedaan tambahan
akan muncul dalam sebuah studi yang lebih besar. Makanya, calon studi besar di di
beberapa pusat bisa memberi yang lebih kuat dan informasi generalisasi tentang
pengaruh diferensiasi patologis dalam efek preoperatif kemoterapi untuk penderita
kanker lambung stadium lanjut.

12
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa semakin terdiferensiasi kanker lambung
stadium lanjut lokal sangat cocok untuk pra operasi kemoterapi di bawah rejimen XELOX. Hasil
dari kemoterapi pra operasi yang efektif, jauh lebih banyak jaringan lambung dapat
dipertahankan pada pasien dengan lebih baik membedakan kanker lambung stadium lanjut lokal.

Ada beberapa keterbatasan penelitian ini yang perlu diperhatikan.


1) Pertama, penelitian ini merupakan penelitian retrospektif. Studi Retrospektif pada
dasarnya kurang kuat dari pada Studi Prospektif .
2) Kedua, ukuran sampel kelompok itu relatif kecil. Ada kemungkinan perbedaan tambahan
akan muncul dalam sebuah studi yang lebih besar. Makanya, calon studi besar di di
beberapa pusat bisa memberi yang lebih kuat dan informasi generalisasi tentang pengaruh
diferensiasi patologis dalam efek preoperatif kemoterapi untuk penderita kanker lambung
stadium lanjut

B. SARAN

Makalah ini telah disusun jauh dari kata sempurna, Maka dari itu peneliti mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari para pembaca, demi sempurnanya makalah ini.
Terimakasih.

13
DAFTAR PUSTAKA

Cite this article as: Sun et al.: Comparison between better and poorly differentiated locally
advanced gastric cancer in preoperative chemotherapy: a retrospective, comparative study at a
single tertiary care institute. World Journal of Surgical Oncology 2014 12:280.

14

You might also like