Dermatitis Kontak Alergik

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 2

Dermatitis Kontak Alergik

No. Dokumen :
No. Revisi :0
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman :1/2
Nurfatmiyanti Gani
Puskesmas Bissapu
NIP. 198601302011112001
1. Pengertian Dermatisis kontak alergik (DKA) adalah reaksi peradangan kulit imunologik karena reaksi
hipersensitivitas. Kerusakan kulit terjadi didahului oleh proses sensitisasi berupa alergen
(fase sensitisasi) yang umumnya berlangsung 2-3 minggu.
2. Tujuan Sebagai pedoman bagi petugas dalam menangani penyakit dermatitis kontak alergik
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas Bissappu No. tentang Pemberian
Layanan Klinis
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02 / MENKES / 514 /
2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Tingkat Pertama
5. Prosedur / Langkah- 1. Persiapan Alat & Bahan:
Langkah a. Rekam medis
b. Alat tulis
2. Petugas yang melaksanakan:
a. Dokter
3. Langkah-langkah:

Keluhan
Keluhan kelainan kulit berupa gatal. Kelainan kulit bergantung pada keparahan dermatitis.
Keluhan dapat disertai timbulnya bercak kemerahan. Hal yang penting ditanyakan adalah
riwayat kontak dengan bahan-bahan yang berhubungan dengan riwayat pekerjaan, hobi,
obat topikal yang pernah digunakan, obat sistemik, kosmetik, bahan-bahan yang dapat
menimbulkan alergi, serta riwayat alergi di keluarga.

Pemeriksaan Fisik
Keluhan kelainan kulit berupa gatal. Kelainan kulit bergantung pada keparahan dermatitis.
Keluhan dapat disertai timbulnya bercak kemerahan. Hal yang penting ditanyakan adalah
riwayat kontak dengan bahan-bahan yang berhubungan dengan riwayat pekerjaan, hobi,
obat topikal yang pernah digunakan, obat sistemik, kosmetik, bahan-bahan yang dapat
menimbulkan alergi, serta riwayat alergi di keluarga.

Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik

Penatalaksanaan
1. Keluhan diberikan farmakoterapi berupa:
a. Topikal (2 kali sehari)
- Pelembab krim hidrofilik urea 10%.
- Kortikosteroid: Desonid krim 0,05% (catatan: bila tidak tersedia dapat digunakan
Fluosinolon asetonid krim 0,025%).
- Pada kasus dengan manifestasi klinis likenifikasi dan hiperpigmentasi, dapat
diberikan golongan Betametason valerat krim 0,1% atau Mometason furoat krim
0,1%).
- Pada kasus infeksi sekunder, perlu dipertimbangkan pemberian antibiotik topikal.
b. Oral sistemik
- Antihistamin hidroksisin 2 x 25 mg per hari selama maksimal 2 minggu, atau
- Loratadin 1x10 mg per hari selama maksimal 2 minggu.
2. Pasien perlu mengidentifikasi faktor risiko, menghindari bahan-bahan yang bersifat
alergen, baik yang bersifat kimia, mekanis, dan fisis, memakai sabun dengan pH netral
dan mengandung pelembab serta memakai alat pelindung diri untuk menghindari
kontak alergen saat bekerja.
6. Bagan Alur
Dokter melakukan anamnesis Dokter melakukan pemeriksaan fisis

Pemeriksaan penunjang jika diperlukan Penegakan diagnosis

Rujuk jika diperlukan Pemberian obat

Mengisi rekam medis pasien

7. Hal-Hal Yang Perlu a. Selalu cuci tangan sebelum dan setelah melakukan pemeriksaan
Diperhatikan b. Perhatikan privasi pasien
c. Selalu memberikan informed consent untuk tindakan yang berisiko atau mengganggu
kenyamanan pasien
8. Unit Terkait Poli umum
9. Dokumen Terkait Rekam Medis pasien
10. Rekam Historis
Perubahan No. Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai Diberlakukan

2/2

You might also like