Askep Lipoma

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 7

Askep Lipoma

BAB 1
TINJAUAN TEORI
1.1 PENGERTIAN
lipoma adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang tidak teratur dan
kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan
langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh
(metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan DNA, menyebabkan
mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel, dan fungsi lainnya (Tjakra, 2002).
1.2 ETIOLOGI LIPOMA
1. Kelainan kongenital
2. Genetic
3. Gender / jenis kelamin
4. Usia
5. Rangsangan fisik berulang
Hormon
Hormon adalah zat yang dihasilkan kelenjar tubuh yang fungsinya adalah mengatur kegiatan
alat-alat tubuh dan selaput tertentu. Pada beberapa penelitian diketahui bahwa pemberian
hormon tertentu secara berlebihan dapat menyebabkan peningkatan terjadinya beberapa jenis
lipoma seperti payudara, rahim, indung telur dan prostat (kelenjar kelamin pria).
6. Infeksi
7. Gaya hidup
8. karsinogenik (bahan kimia, virus, radiasi)
Zat yang terdapat pada asap rokok dapat menyebabkan lipoma paru pada perokok dan perokok
pasif (orang bukan perokok yang tidak sengaja menghirup asap rokok orang lain) dalam jangka
waktu yang lama.Bahan kimia untuk industri serta asap yang mengandung senyawa karbon
dapat meningkatkan kemungkinan seorang pekerja industri menderita lipoma.
Beberapa virus berhubungan erat dengan perubahan sel normal menjadi sel lipoma. Jenis virus
ini disebut virus penyebab lipoma atau virus onkogenik.
Sinar ultra-violet yang berasal dari matahari dapat menimbulkan lipoma kulit. Sinar radio aktif
sinar X yang berlebihan atau sinar radiasi dapat menimbulkan lipoma kulit dan leukemia.

1.3 PATOFISIOLOGI LIPOMA


Genetik, radiasi, bahan kimia, trauma, dan infeksi
Pertumbuhan jaringan baru pada otot dan jaringan lunak
Bersifat jinak bersifat ganas/kanker
Poliferasi sel, neurovaskuler
Pertumbuhan jaringan pada femur

Ekspansi tumor pembesaran spasme otot, penekanan tumor


Yang cepat jaringan kekakuan tulang pada saraf

Prosedur
Pembedahan

Kurang
Pengetahuan

Kerusakan
Tindakan diskontinuitas salah satu fungsi Pembedahan jaringan petahanan
Tubuh
Insisi jaringan keterbatasan
Gerak
1.4 MANIFESTASI KLINIS LIPOMA
Ada tujuh gejala yang perlu diperhatikan dan diperiksakan lebih lanjut ke dokter untuk
memastikan ada atau tidaknya lipoma, yaitu :
1. Waktu buang air besar atau kecil ada perubahan kebiasaan atau gangguan.
2. Alat pencernaan terganggu dan susah menelan.
3. Suara serak atau batuk yang tak sembuh-sembuh.
4. Payudara atau di tempat lain ada benjolan (lipoma).
5. Andeng-andeng (tahi lalat) yang berubah sifatnya, mejadi makin besar dan gatal.
6. Darah atau lendir yang abnormal keluar dari tubuh.
7. Adanya koreng atau borok yang tak mau sembuh-sembuh.
1.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Skrining
b. Laboratorium
c. Teknik Pencitraan (Imaging)
d. Pemeriksaan Rontgen Konvensional
e. Radiografi Digital
f. Tomografi Komputer (CT Scan)
g. Ekhografi
h. Resonansi magnetik nuklear
i. Skintigrafi
1.6 PENATALAKSANAAN MEDIS
Pengobatan lipoma pada dasarnya sama, yaitu salah satu atau kombinasi dari beberapa
prosedur berikut :
1) Pembedahan (Operasi)
2) Penyinaran (Radioterapi)
3) Pemakaian obat-obatan pembunuh sel lipoma ( sitostatika/khemoterapi)
4) Peningkatan daya tahan tubuh (imunoterapi)
5) Pengobatan dengan hormone
1.7 PROSEDUR PEMBEDAHAN
1. Pra Operatif
a) Definisi
Fase pra operatif adalah waktu sejak keputusan untuk operasi diambil sehingga sampai ke meja
pembedahan, tanpa memandang riwayat atau klasifikasi pembedahan.
Asuhan keperawatan pra operatif pada praktiknya akan dilakukan secara berkesinambungan,
baik asuhan keperawatan pra operatif di bagian rawat inap, poliklinik, bagian bedah sehari (one
day care) atau unit gawat darurat yang kemudian dilanjutkan di kamar operasi oleh perawat
perioperatif.
b) Pengkajian Pra Operatif
a. Pengkajian Umum
1. Identitas Umum
2. Jenis pekerjaan dan asuransi kesehatan
3. Persiapan umum : informed consent, formulir checklist
b. Pengkajian Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan
2. Riwayat alergi
3. Kebiasaan merokok, alcohol dan narkoba
4. Pengkajian nyeri
c. Pengkajian Karakteristik Nyeri PQRST
d. Pengkajian psikososiospiritual
1. Perasaan
2. Konsep diri
3. Citra diri
4. Sumber koping
5. Kepercayaan spiritual
6. Pengetahuan, persepsi dan pemahaman
e. Pengkajian Tingkat Kesadaran
c) Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum dan Tanda - tanda vital
1. Penampilan Umum
2. Usia Usia mempengaruhi karakteristik fisik normal.
3. Tanda distress Terdapat tanda distress nyata yang mengindikasi nyeri, kesulitan bernapas
dan kecemasan.
4. Jenis tubuh: Jenis tubuh dapat mencerminkan tingkat kesehatan, usia dan gaya hidup.
5. Postur : Postur tubuh dapat mencerminkan alam perasaan atau adanya nyeri.
6. Gerakan tubuh: Tentukan ada atau tidaknya bagian tubuh yang tidak bergerak.
7. Efek dan alam perasaan: Alam perasaan atau status emosi diekspresikan secara verbal dan
nonverbal.
8. Bicara: Bicara normal adalah bicara yang dapat dipahami, diucapkan dengan kecepatan
sedang, dan menunjukkan hubungan dengan apa yang dipikirkan.
d) Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri kronik berhubungan dengan proses penyakit penekanan pada jaringan lipoma
2. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang pembedahan yang akan
dilaksanakan dan hasil akhir pascaoprasi
e) Rencana Keperawatan Praoperatif
1. DX1: Nyeri berhubungan dengan penekanan jaringan pada lipoma
a. Batasan Karakteristik
Mayor : Pengungkapan tentang descriptor nyeri
Minor : - Agitasi
- Asietas
- Ketidak efektifan fisik
b. Tujuan : Nyeri yang dirasakan klien berkurang
c. Kriteria hasil : Klien mengungkapkan bahwa nyeri berkurang, klien mampu melakukan metode
pengalihan suasana
d. Intervensi Keperawatan:
1. Observasi skala nyeri pasien
Rasional: Memberikan informansi untuk tindakan selanjutnya
2. Ajarkan klien untuk mengalihkan suasana dengan melakukan metode relaksasi saat nyeri
yang teramat sangat muncul, relaksasi seperti menarik napas panjang
Rasional: Metode pengalihan suasana dengan melakukan relaksasi bisa mengurangi nyeri yang
diderita klien
3. Atur posisi klien
Rasional: Posisi yang sesuai akan membuat klien merasa nyaman
4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik
Rasional: Analgesik merupakan pereda nyeri yang efektif pada pasien untuk mengurangi
sensasi nyeri dari dalam
1. DX 2 Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang pembedahan yang akan
dilaksanakan dan hasil akhir pascaoperatif.
a. Batasan Karakteristik
Mayor : Dimanifestasikan oleh gejala-gejala dari tiga kategori: fisiologi, emosional dan kognitif
Minor : - Peningkatan tekanan darah
- Ketakutan
- Gelisah
- Tidak dapat konsentrasi
b. Tujuan : Dalam waktu 1 × 24 jam tingkat kecemasan pasien berkurang atau hilang.
c. Kriteria Hasil :
1. Pasien menyatakan kecemasan berkurang
2. Pasien kooperatif terhadap tindakan
3. Wajah pasien tampak rileks
d. Intervensi :
1. Bantu pasien mengekspresikan perasaan marah, kehilangan, dan takut.
Rasional :Ansietas berkelanjutan memberikan dampak serangan jantung.
2. Kaji tanda ansietas verbal dan nonverbal. Damping pasien dan lakukan tindakan bila pasien
mulai menunjukkan perilaku merusak.
Rasional : Ansietas yang berat dapat menimbulkan panik
3. Jelaskan tentang prosedur pembedahan sesuai jenis operasi
Rasional :Pasien yang teradaptasi dengan prosedur pembedahan yang akan dilaluinya akan
merasa lebih nyaman.
4. Beri dukungan prabedah
Rasional :Hubungan emosional yang baik antara perawat dan pasien akan mempengaruhi
penerimaan pasien terhadap pembedahan.
5. Ajarkan tehnik relaksasi nafas dalam dalam menurunkan kecemasan
Rasional: Relaksasi nafas dalam dapat menurunkan tingkat kecemasan
2. Fase Intra Operatif
a) Definisi
Fase intra operatif adalah suatu masa di mana pasien sudah berada di meja pembedahan
sampai ke ruang pulih sadar.
Asuhan keperawatan intra operatif merupakan salah satu fase asuhan yang dilewati pasien
bedah dan diarahkan pada peningkatan keefektifan pembedahan
b) Pengkajian Intra Operatif
Pasien yang sudah mendapatkan premedikasi akan terlihat mengantuk, tetapi masih sadar.
Pada kondisi ini pasien akan memperhatikan kondisi kamar bedah dan melihat petugas yang
menggunakan pakaian tertutup, lampu operasi dan sarana pembedahan yang akan menakutkan
kondisi psikologis pasien.
Pemberian anestesi umum akan membuat pasien kehilangan seluruh sensasi dan
kesadarannya. Relaksasi otot mempermudah manipulasi anggota tubuh. Pasien juga mengalami
amnesia tentang seluruh proses yang terjadi selama pembedahan.
c) Diagnosa Keperawatan
1. Resiko cedera intraoperatif berhubungan dengan pengaturan posisi bedah, prosedur invasive
bedah.
2. Resiko infeksi intraoperatif berhubungan dengan adanya port de entrée prosedur bedah,
penurunan imunitas efek anestesi
d) Rencana Keperawatan
1. DX 1 Resiko cedera intraoperatif berhubungan dengan pengaturan posisi bedah, prosedur
invasive bedah

a. Batasan karakteristik
Mayor : Adanya factor-faktor resiko
Minor : - Penyakit kronik
- Infeksi
- Hipotermia
- Asites
b. Tujuan : Risiko cedera intra operatif sekunder pengaturan posisi bedah, prosedur invasive
bedah
c. Kriteria Hasil :
1. Selama intraoperatif, tidak terjadi gangguan hemodinamika akibat perdarahan serius
2. Pasca operatif tidak ditemukan cedera tekan dan cedera listrik
3. Perhitungan spons dan instrument sesuai dengan jumlah yang dikeluarkan
4. Tidak ditemukan kram otot.
d. Intervensi :
1. Lakukan manejemen kamar operasi
Rasional :
Dilakukan oleh perawat administratif dalam mengatur dan menentukan staf pada setiap jenis
pembedahan agar kelancaran proses pembedahan dapat terlaksana secara optimal.
2. Siapkan kamar bedah yang sesuai dengan jenis pembedahan pasien
Rasional :
Beberapa jenis pembedahan tertentu akan dilaksanakan pada ruanga atau kamar bedah khusus.
3. Siapkan meja bedah dan perlengkapan sesau dengan jenis pembedahan
Rasional :
Meja bedah akan disiapkan oleh perawat sirkulasi dan disesuaikan dengan jenis pembedahan.
4. Lakukan pengaturan posisi bedah
Rasional :
Manajemen pengaturna posisi dilakukan untuk memudahkan akses atau pajanan pada dokter
bedah.
5. Lakukan penutupan luka pembedahan
Rasional :
Penutupan luka selain bertujuan menurunkan resiko infeksi juga bertujuan untuk menurunkan
risiko cedera pajanan langsung ke area bedah atau jaringan yang belum stabil.
2. DX 2 Resiko infeksi intraoperatif berhubungan dengan adanya port de entrée prosedur bedah,
penurunan imunitas efek anestesi
a. Batasan karakteristik
Mayor : Adanya faktor-faktor resiko
Minor : - obesitas
- Infeksi
- Penggunaan tembakau
b. Tujuan : Optimalisasi tindakan asepsis dapat dilaksanakan selama prosedur intra operatif
c. Kriteria Hasil :Luka pasca bedah tertutup kasa
d. Intervensi :
1. Kaji ulang identitas pasien dan pemeriksaan diagnostic
Rasional:Hasil pemeriksaan darah albumin untuk menentukan aktivitas agen-agen obat dan
pertumbuhan jaringan luka.
2. Siapkan instrument sesuai jenis pembedahan
Rasional:Sebagai antisipasi apabila diperlukan instrument tambahan
3. Lakukan manejemen asepsis prabedah
Rasional: Manajemen asepsis selalu berhubungan dengan pembedahan dan perawatan
perioperatif
4. Lakukan penutupan luka pembedahan
Rasional:Penutupan luka bertujuan menurunkan risiko infeksi.
3. Post Operatif
a) Definisi
Fase post operatif adalah suatu kondisi di mana pasien sudah masuk di ruang pulih sadar
sampai pasien dalam kondisi sadar betul untuk dibawa ke ruang rawat inap.
b) Pengkajian Post Operatif
Pengkajian Awal
1. Diagnosis dan jenis pembedahan yang dilakukan
2. Usia dan kondisi umum pasien, kepatenan jalan napas, tanda-tanda vital
3. Anstesi dan medikasi lain yang digunakan
4. Segala masalah yang terjadi dalam ruang operasi
5. Patologi yang dihadapi
6. Cairan yang diberikan, kehilangan darah dan penggantian
7. Segala selang, drain, kateter atau alat bantu pendukung lainnya
Sitem Pernapasan
1. Kontrol pernapasan
2. Kepatenan jalan napas
Status Sirkulasi
1. Respons TTV
2. Respons perdarahan pascaoperatif
3. Respons cedera sirkulasi
Kontrol Suhu
Status neurologi
Respons nyeri
Genitourinari
Sistem gastrointestinal
Kesimbangan cairan dan elektrolit, ganggunan integritas kulit, kondisi luka dan drainase
c) Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan cedera jaringan lunak
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan tempat insisi bedah
3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, kulit yang rusak, stasis
jaringan tubuh
d) Rencana Asuhan Keperawatan
1. Dx 1 Nyeri berhubungan dengan cedera jaringan lunak
a. Batasan Karakteristik
Mayor : Pengungkapan tentang descriptor nyeri
Minor : - Agitasi
- Asietas
- Ketidak efektifan fisik
b. Tujuan : Nyeri hilang atau terkontrol
c. Kriteria Hasil :
1. Skala nyeri dalam rentang normal atau turun
2. Pasien terlihat rileks
3. TTV dalam batas normal
d. Intervensi :
1. Kaji nyeri, intensitas, lokasi dan lamanya.
Rasional : Untuk menetukan intervensi selnajutnya
2. Beri pasien posisi senyaman mungkin
Rasional :Untuk meningkatkan rasa nyaman
3. Dorong ambulasi dini
Rasional :Meningkatkan normalitas fungsi organ
4. Berikan tehnik relaksasi
Rasional :Untuk mengurangi rasa nyeri
2. DX2 Gangguan integritas kulit berhubungan dengan tempat insisi bedah
a. Batasan karakteristik
Mayor : gangguan jaringan epidermis dan dermis
Minor : - Pencukran kulit
- Lesi
- Eritema
- pruritus
b. Tujuan :Tidak terjadi gangguan integritas kulit
c. Kriteria Hasil :
1. Luka jahitan bersih
2. Tidak ada tanda-tanda bekas infeksi
d. Intervensi :
1. Kaji daerah sekitar luka, apakah ada pus, atau jahitan basah
Rasional: Deteksi awal jika terjadi gangguan dalam proses penyembuhan
2. Jaga luka jahitan tetap kering dan bersih
Rasional: Mengurangi resiko infeksi
3. Gunakan teknik aseptik saat merawat luka/jahitan.
Rasional: Mencegah cross infeksi dan mencegah transmisi infeksi bakterial pada luka jahitan
4. Perhatikan intake nutrisi klien
Rasional:Penting untuk mempercepat penyembuhan luka
5. Identifikasi derajat perkembangan luka
Rasional: Untuk memantau perkembangan luka
3. DX3 Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, kulit yang rusak,
stasis jaringan tubuh
a. Batasan karakteristik
Mayor : Adanya faktor-faktor resiko
Minor : - Obesitas
- Infeksi
- Penggunaan tembakau
b. Tujuan :Tidak tejadi infeksi
c. Kriteria Hasil :
1. Mengidentifikasi faktor-faktor risiko individu dan intervensi untuk mengurangi potensi infeksi
2. Pertahankan lingkungan aseptik yang nyaman
d. Intervensi :
1. Tetap pada fasilitas control infeksi, sterilisasi dan prosedur atau kebijakan aseptic
Rasional:Tetapkan mekanisme yang dirancang untuk mencegah infeksi
2. Uji kesterilan semua peralatan
Rasional:Benda-benda yang dipaket mungkin tampak steril, meskipun demikian, setiap benda
harus secara teliti diperiksa keseterilannya, adanya kerusakan pada pemaketan, efek lingkungan
pada paket dan tehnik pengiriman.
3. Siapkan lokasi operasi menurut prosedur khusus
Rasional :Minimalkan jumlah bakteri pada lokasi operasi
4. Sediakan pembalut yang steril
Rasional :Mencegah kontaminasi lingkungan pada luka baru

1.8 EVALUASI
1. Nyeri yang dirasakan klien berkurang.
2. tingkat kecemasan pasien berkurang atau hilang.
3. Risiko cedera intra operatif sekunder pengaturan posisi bedah, prosedur invasive bedah
4. Optimalisasi tindakan asepsis dapat dilaksanakan selama prosedur intra operatif
5. Tidak tejadi infeksi

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (2007). Diagnosa Keperawatan. Monica Ester. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.
Doengoes, Marilyn E. (2004). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.

Diposting 15th August 2016 oleh Dika Supranata

You might also like