Professional Documents
Culture Documents
Laporan Praktikum Fisiologi Herbisida
Laporan Praktikum Fisiologi Herbisida
Oleh :
Kelompok :2
Rombongan :I
Baihaqi Alfarisi B1J014079
Fannisa Hapsari B1B015027
Anisatul Khabibah Zaen B1B015003
Mufadila day Muhyi B1B015039
Makdalena Viviliani B1J014155
A. Latar Belakang
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui selektivitas herbisida 2,4
D pada gulma daun lebar Ageratum conyzoides dan tanaman jagung.
III. TINJAUAN PUSTAKA
Alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain, polibag, sprayer, alat
penggaris, gelas ukur, dan kamera.
Bahan yang digunakan pada praktikum antara lain herbisida 2,4 D dosis letal
1 L/Ha, air, tanah.
B. Metode
A. Hasil
Minggu ketiga
B. Pembahasan
Jagung ( Zea mays L.) adalah salah satu tanaman pangan penting di
Indonesia. Selain untuk pangan, jagung juga banyak digunakan sebagai pakan, bahan
utama industri makanan, minuman, dan farmasi. Hal ini karena kandungan nutrisi
pada jagung yang memiliki banyak manfaat yaitu sebagai sumber karbohidrat, asam
lemak esensial, mineral, betakaroten, dan nutrisi lainnya yang dibutuhkan tubuh.
Berbagai manfaat yang dimiliki jagung membuat kebutuhan jagung di Indonesia
terus meningkat (Suarni, 2015).
Ageratum conyzoides Linn. merupakan salah satu gulma yang dapat menekan
pertumbuhan tanaman lain. A. conyzoides sering kali populasinya lebih dominan
dibandingkan gulma lainnya dalam suatu lahan. A. conyzoides diduga kuat
mempunyai alelopati, keadaan di mana suatu gulma atau bahan tanaman
mengeluarkan eksudat kimia yang dapat menekan pertumbuhan tanaman/tumbuhan
lainnya (Sukman & Yakup, 1991). Hasil penelitian Xuan et al (2004) penggunaan
daun A. conyzoides dengan dosis 2 ton/ha dapat menekan sampai 75% pertumbuhan
beberapa gulma pada tanaman padi. Selanjutnya kemampuan daun A. conyzoides
sebagai alelopati diidentifikasikan karena adanya 3 phenolic acid yaitu gallic acid,
comalid acid, dan protocatechuic acid, yang dapat menghambat beberapa gulma pada
tanaman padi.
Herbisida 2,4-D atau 2,4- dikloro fenoksi asam asetat merupakan
salah satu herbisida untuk pembasmi gulma yang efektif untuk jenis gulma yang
berdaun lebar. Gulma yang mampu dibasmi misalnya Limnocharis flava,
Monochoria vaginalis, salvinia natans, Cyperus difformis. Fimristys miliaceae,
Scirpus juncoides di lahan sawah. Herbisida 2,4-D bersifat sistemik, berbentuk
kristal putih, tidak berbau dan mempunyai titik lebur 140,5 °C (Sofnie et al., 2000).
Pemakaian campuran herbisida dapat meningkatkan spektrum pengendalian dosis
herbisida. Campuran herbisisda dengan bahan aktif glifosat akan mematikan gulma
dengan jalan menghambat jalur biosintesa asam amino. Herbisida dengan bahan aktif
2,4-D akan menghambat pertumbuhan gulma dengan mempercepat respirasi, hal ini
menyebabkan adanya ke dua bahan aktif dapat mempercepat kematian gulma. Cara
kerja lain adalah dengan mengganggu keseimbangan produksi bahan-bahan kimia
yang diperlukan tumbuhan (Moenandir, 1990).
Pada praktikum Selektivitas Herbisida pada Gulma dan Tanaman Budidaya,
kita menggunakan gulma daun lebar (Ageratum conyzoides) dan tanaman jagung
(Zea mays) yang disemprotkan dengan herbisida 2,4 D dosis letal 1 L/Ha yang
diamati selama 3 minggu berturut-turut. Parameter yang diamati pada perlakuan ini
meliputi persentase kematian gulma, warna daun gulma, persentase fitotoksik
tanaman jagung dan warna daun tanaman jagung. Pada minggu pertama kami hanya
melakukan penyemprotan ke tanaman gulma dan tanaman budidaya sampai dengan
drip point. Pada minggu kedua kami kembali melakukan penyemprotan ke tanaman
gulma dan tanaman budidaya dan mengamati perubahan yang terjadi, perubahan
yang terjadi antara lain adalah presentase gulma yang mati mencapai 37,5%, warna
daun gulma berubah menjadi kecoklatan dan warna daun tanaman budidaya tetap
berwarna hijau. Pada minggu terakhir pengamatan presentase kematian gulma
mencapai 90%, warna daun gulma berbuah menjadi coklat, dan warna daun tanaman
budidaya berubah menjadi hijau kekuningan, hal ini berarti membuktikan bahwa
herbisida yang kita gunakan merupakan herbisida yang selektif, yakni hanya
mematikan tanaman gulma tanpa berpengaruh besar pada tanaman budidaya. Hasil
yang kami dapatkan sesuai dengan pernyataan Sembodo (2010) yang menyatakan
bahwa herbisida merupakan bahan kimia atau kultur hayati yang dapat menghambat
pertumbuhan atau mematikan tumbuhan. Herbisida yang diaplikasikan dalam dosis
yang tinggi akan mematikan seluruh bagian dan jenis tumbuhan. Sedangkan pada
dosis yang rendah, herbisida akan membunuh tumbuhan tertentu dan tidak merusak
tumbuhan yang lain. Herbisida bersifat racun terhadap gulma atau tumbuhan
pengganggu juga terhadap tanaman. Sifat kimia herbisida tidak hanya menentukan
daya kerja herbisida pada gulma yang dikendalikan (efikasi), tetapi juga menentukan
tingkat keracunan (toksisitas) pada organisme nontarget misalnya tanamannya.
V. Kesimpulan