Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 12

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HERBISIDA

Oleh :
Kelompok :2
Rombongan :I
Baihaqi Alfarisi B1J014079
Fannisa Hapsari B1B015027
Anisatul Khabibah Zaen B1B015003
Mufadila day Muhyi B1B015039
Makdalena Viviliani B1J014155

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2017
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di tingkat petani, kehilangan hasil padi karena persaingan dengan gulma


mencapai 10-15%. Karena terbatasnya tenaga kerja untuk menyiang, dalam
mengendalikan gulma petani mulai beralih dari penyiangan secara manual ke
pemakaian herbisida. Selain itu, penggunaan herbisida lebih ekonomis dan efektif
mengendalikan gulma dibanding cara lain, terutama pada hamparan yang luas.
Pengendalian gulma dimaksudkan untuk menekan atau mengurangi populasi gulma
sehingga penurunan hasil secara ekonomis menjadi tidak berarti (Soerjandono,
2005).
Praktek penggunaan herbisida di lokasi pertanian terjadi karena kemampuan
herbisida pada umumnya untuk mematikan beberapa jenis tumbuhan (gulma) tanpa
menggangu jenis lain atau tanaman lain (tanaman pokok). Jika dibandingkan dengan
pengendalian secara manual, biaya pengendalian akan semakin tinggi. Apalagi ketika
kemampuan selektivitas herbisida dapat ditingkatkan, maka akan mempermudah
pengendalian gulma dilapangan (Muliyadi, 2005).
Pemilihan jenis herbisida dan waktu aplikasi sangat menentukan keberhasilan
pengendalian gulma. Sifat herbisida yang mematikan gulma adalah gabungan dari
tosisitas dan persistensinya. Kedua sifat herbisida ini apabila dikelola akan dapat
membantu upaya pengendalian gulma dalam jangka waktu yang panjang (Adam,
2008).
Pada penggunaan herbisida terdapat keuntungan, namun demikian beberapa
hal juga perlu dipertimbangkan sebelum pemakaian. Keuntungan pemakaian
herbisida adalah: 1) pada umumnya ekonomis (tenaga kerja, waktu, modal), 2) gulma
yang peka tertekan, 3) dapat menggantikan sebagian pengolahan lahan, 4) kerusakan
akar lebih sedikit daripada cara mekanis 5) mengurangi erosi, 6) dapat
mengendalikan gulma sejak awal (pra tumbuh), 7) dapat menghemat waktu dan
tenaga kerja, 8) dapat menjangkau tempat-tempat yang tidak tercapai secara
manual/mekanis, 9) saat pengendalian dapat disesuaikan dengan waktu yang tersedia,
10) areal pemakaian dapat diperluas, 11) herbisida yang selektif dapat mematikan
gulma yang tumbuh dekat tanaman, 12) dapat mengurangi gangguan terhadap
struktur tanaman, 13) gulma yang mati dapat berfungsi sebagai mulsa dan berperan
sebagai sumber bahan organik (Purba, 2004).

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui selektivitas herbisida 2,4
D pada gulma daun lebar Ageratum conyzoides dan tanaman jagung.
III. TINJAUAN PUSTAKA

Penggunaan pestisida secara intensif di Indonesia telah berlangsung sejak


Lama. Pengendalian gulma selama ini terbatas pada penggunaan herbisida tunggal
dengan satu jenis bahan aktif dan spesifik. Jenis herbisida selektif hanya mampu
mengendalikan satu jenis gulma, dimana apabila salah satu gulma dikendalikan,
maka gulma jenis lain yang lebih tahan akan menjadi dominan pada lahan, dan dapat
menimbulkan masalah baru.(Guntoro dan Trisnani. 2013)
Gulma merupakan masalah utama pada sistem tanam benih langsung.
Pengendalian gulma sejak awal sebelum tanam sangat diperlukan untuk
mengurangi resiko kerugian akibat gulma. Pengendalian gulma dapat dilakukan
dengan cara penyiangan yaitu dengan mekanik, pencabutan atau cara kimia.
Kendala yang dihadapi petani di lahan pasang surut adalah masih tingginya biaya
yang dikeluarkan petani untuk mengendalikan gulma Saat ini petani tidak lepas dari
penggunaan herbisida dalam pengendalian gulma. Berbagai jenis herbisida
dengan bahan aktif yang berbeda serta dosis yang sangat tinggi biasa dilakukan oleh
petani di lahan pasang surut. Pengendalian cara mekanis memerlukan biaya
pengendalian gulma lebih mahal namun cara kimia dapat menyebabkan polusi
lingkungan dan resistensi gulma terhadap herbisida Untuk itu, penggabungan cara
pengendalian gulma yang mampu bersinergi antara yang satu dengan lainnya, baik
fisik(jenis gulma dan tanaman budi daya maupun ekonomi dan sosial, yang
disebut pengendalian gulma secara terpadu (Eko, 2009).
Pengendalian gulma ialah proses membatasi investasi gulma sedemikian rupa
sehingga tanaman dapat dibudidayakan secara produktif dan efisien.
Pengendalian gulma bertujuan untuk menekan populasi gulma sampai tingkat
populasi yang tidak merugikan secara ekonomis dan sama sekali tidak bertujuan
menekan populasi gulma sampai dengan nol. Untuk menjaga pertumbuhan
tanaman yang baik, perlu dilakukan pengendalian pertumbuhan gulma
yang tumbuh di sekitar tanaman karena bisa menjadi pesaing terutama dalam
hal penyerapan memperoleh hara atau makanan. Penggunaan media non tanah dapat
mengurangi tumbuhnya gulma pada tanaman yang ditanam dalam pot.
Pengendalian gulma juga secara tidak langsung mencegah gangguan hama dan
penyekit pada tanaman. Gulma atau rumput liar dapat menjadi tempat tumbuhnya
berbagai serangga yang berfungsi sebagai vektor. Pengendlian secara kimiawi dapat
dilakukan bila tanaman yang dimiliki berjumlah banyak, yakni dengan
memperhatikan gejala serangan gulma, kemudian menentukan jenis pestisida yang
dapat digunakan, tentunya dengan dosis dan cara aplikasi yang tepat
(Noor, 1997).
Selektivitas herbisida pada dasarnya adalah peningkatan kemampuan untuk
mengendalikan gulma, tanpa mempengaruhi pertumbuhan tanaman yang diusahakan.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
selektivitas herbisida adalah: tumbuhan, karakteristik herbisida, serta lingkungan.
Lebih rinci dijelaskan pula bahwa faktor karakteristik herbisida adalah jenis
herbisida dan dosis herbisida (Cudney 1996, Rao 2000, Vencill et al. 2002).
Herbisida berbahan aktif 2,4 D termasuk dalam herbisida golongan Fenoksi.
Nama kimia dari herbisida ini adalah 2,4-(Dichloriphenoxy) acetic acid. 2,4 D dalam
dosis tinggi akan mengganggu pembentukan lemak. 2,4 D cenderung lebih
mematikan jika diaplikasikan pada gulma berdaun lebar (Ashton dan Craft, 1981).
Salah satu cara yang banyak dilakukan saat ini adalah pengendalian gulma
dengan menggunakan herbisida karena cara ini dinilai lebih efisien dalam aspek
biaya, waktu, dan tenaga kerja (Monaco dkk., 2002). Salah satu herbisida yang dapat
digunakan dalam pengendalian gulma pada pertanaman jagung adalah herbisida
dengan bahan aktif glufosinat. Glufosinat merupakan herbisida pascatumbuh yang
bersifat kontak dan nonselektif yang dapat digunakan untuk mengendalikan gulma
daun lebar serta gulma rumput (Tomlin, 2011). Terdapat berbagai faktor lingkungan
yang memengaruhi kinerja herbisida diantaranya suhu, angin, dan hujan. Faktor-
faktor lingkungan ini dapat meningkatkan jumlah herbisida yang terbuang sehingga
tidak efektif dalam mengendalikan gulma (Kudsk, 1992).
III. MATERI DAN METODE

A. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain, polibag, sprayer, alat
penggaris, gelas ukur, dan kamera.
Bahan yang digunakan pada praktikum antara lain herbisida 2,4 D dosis letal
1 L/Ha, air, tanah.

B. Metode

1. Benih jagung disemai di bagian tengah polibag. Sementara itu, Ageratum


conyzoides ditanam sebanyak 4 buah yang diletakkan di sekitar tanaman jagung.
2. Setelah tiga minggu, baik tanaman jagung maupun gulma Ageratum conyzoides
disemprot menggunakan herbisida 2,4 D 1 Liter /Ha sampai drip point.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Data Selektivitas Herbisida pada Gulma dan Tanaman Budidaya Rombongan I


Persentase Kematian Warna Daun
Kelompok
Ageratum Jagung (Zea Ageratum Jagung (Zea
(Ulangan)
conyzoides mays) conyzoides mays)
Hijau
1 100% 40% Coklat
kekuningan
Hijau
2 100% 40% Coklat
kekuningan
Hijau
3 80 % 0% Coklat
kekuningan
Hijau
4 85 % 0% Coklat
kekuningan
Hijau
5 90% 0% Coklat
kekuningan

Minggu pertama Minggu kedua

Minggu ketiga
B. Pembahasan

Jagung ( Zea mays L.) adalah salah satu tanaman pangan penting di
Indonesia. Selain untuk pangan, jagung juga banyak digunakan sebagai pakan, bahan
utama industri makanan, minuman, dan farmasi. Hal ini karena kandungan nutrisi
pada jagung yang memiliki banyak manfaat yaitu sebagai sumber karbohidrat, asam
lemak esensial, mineral, betakaroten, dan nutrisi lainnya yang dibutuhkan tubuh.
Berbagai manfaat yang dimiliki jagung membuat kebutuhan jagung di Indonesia
terus meningkat (Suarni, 2015).
Ageratum conyzoides Linn. merupakan salah satu gulma yang dapat menekan
pertumbuhan tanaman lain. A. conyzoides sering kali populasinya lebih dominan
dibandingkan gulma lainnya dalam suatu lahan. A. conyzoides diduga kuat
mempunyai alelopati, keadaan di mana suatu gulma atau bahan tanaman
mengeluarkan eksudat kimia yang dapat menekan pertumbuhan tanaman/tumbuhan
lainnya (Sukman & Yakup, 1991). Hasil penelitian Xuan et al (2004) penggunaan
daun A. conyzoides dengan dosis 2 ton/ha dapat menekan sampai 75% pertumbuhan
beberapa gulma pada tanaman padi. Selanjutnya kemampuan daun A. conyzoides
sebagai alelopati diidentifikasikan karena adanya 3 phenolic acid yaitu gallic acid,
comalid acid, dan protocatechuic acid, yang dapat menghambat beberapa gulma pada
tanaman padi.
Herbisida 2,4-D atau 2,4- dikloro fenoksi asam asetat merupakan
salah satu herbisida untuk pembasmi gulma yang efektif untuk jenis gulma yang
berdaun lebar. Gulma yang mampu dibasmi misalnya Limnocharis flava,
Monochoria vaginalis, salvinia natans, Cyperus difformis. Fimristys miliaceae,
Scirpus juncoides di lahan sawah. Herbisida 2,4-D bersifat sistemik, berbentuk
kristal putih, tidak berbau dan mempunyai titik lebur 140,5 °C (Sofnie et al., 2000).
Pemakaian campuran herbisida dapat meningkatkan spektrum pengendalian dosis
herbisida. Campuran herbisisda dengan bahan aktif glifosat akan mematikan gulma
dengan jalan menghambat jalur biosintesa asam amino. Herbisida dengan bahan aktif
2,4-D akan menghambat pertumbuhan gulma dengan mempercepat respirasi, hal ini
menyebabkan adanya ke dua bahan aktif dapat mempercepat kematian gulma. Cara
kerja lain adalah dengan mengganggu keseimbangan produksi bahan-bahan kimia
yang diperlukan tumbuhan (Moenandir, 1990).
Pada praktikum Selektivitas Herbisida pada Gulma dan Tanaman Budidaya,
kita menggunakan gulma daun lebar (Ageratum conyzoides) dan tanaman jagung
(Zea mays) yang disemprotkan dengan herbisida 2,4 D dosis letal 1 L/Ha yang
diamati selama 3 minggu berturut-turut. Parameter yang diamati pada perlakuan ini
meliputi persentase kematian gulma, warna daun gulma, persentase fitotoksik
tanaman jagung dan warna daun tanaman jagung. Pada minggu pertama kami hanya
melakukan penyemprotan ke tanaman gulma dan tanaman budidaya sampai dengan
drip point. Pada minggu kedua kami kembali melakukan penyemprotan ke tanaman
gulma dan tanaman budidaya dan mengamati perubahan yang terjadi, perubahan
yang terjadi antara lain adalah presentase gulma yang mati mencapai 37,5%, warna
daun gulma berubah menjadi kecoklatan dan warna daun tanaman budidaya tetap
berwarna hijau. Pada minggu terakhir pengamatan presentase kematian gulma
mencapai 90%, warna daun gulma berbuah menjadi coklat, dan warna daun tanaman
budidaya berubah menjadi hijau kekuningan, hal ini berarti membuktikan bahwa
herbisida yang kita gunakan merupakan herbisida yang selektif, yakni hanya
mematikan tanaman gulma tanpa berpengaruh besar pada tanaman budidaya. Hasil
yang kami dapatkan sesuai dengan pernyataan Sembodo (2010) yang menyatakan
bahwa herbisida merupakan bahan kimia atau kultur hayati yang dapat menghambat
pertumbuhan atau mematikan tumbuhan. Herbisida yang diaplikasikan dalam dosis
yang tinggi akan mematikan seluruh bagian dan jenis tumbuhan. Sedangkan pada
dosis yang rendah, herbisida akan membunuh tumbuhan tertentu dan tidak merusak
tumbuhan yang lain. Herbisida bersifat racun terhadap gulma atau tumbuhan
pengganggu juga terhadap tanaman. Sifat kimia herbisida tidak hanya menentukan
daya kerja herbisida pada gulma yang dikendalikan (efikasi), tetapi juga menentukan
tingkat keracunan (toksisitas) pada organisme nontarget misalnya tanamannya.
V. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa herbisida 2. 4


D dosis lethal merupakan herbisida yang selektif, karena mengakibatkan gulma
(Ageratum conyzoides) menjadi mati tanpa berpengaruh besar pada tanaman
budidaya (Zea mays).
DAFTAR PUSTAKA

Adam, F. P., 2008. Pengaruh Pencampuran Herbisida dan Persiapan Lahan


Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi Sawah (Herbicide Mixture and Land
Preparation on Growth and Yield of Rice). Univ Brawijaya. Malang.
Ashton, F. M. and A.S. Crafts. 1981. Mode of Action of Herbicides. John Willey
and Son. New York.
Cudney, D.W. 1996. Why herbicides are selective. 1996 Symposium Proceedings.
California Exotic Pest Plant Council.http://wwww.cal-ipc-org/
symposia/archive/pdf/ 1996_symposium proceeding 1827. pdf. Diakses
tanggal 4 Desember 2012.
Eko. 2009.Teknik Pengendalian Gulma. Laboratorium Sumber Daya Lingkungan
JurusanBudidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.
Malang.
Guntoro, Dwi ,Trisnani Yuda Fitri. 2013. Aktivitas Herbisida Campuran Bahan
Aktif Cyhalofop-Butyl dan Penoxsulam terhadap Beberapa Jenis Gulma Padi
Sawah. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Kudsk, P., J.L. Kristensen. 1992. Effect of environmental factors on herbicide
performance. Proceedings of the first International
WeedControlCongres,Melbourne.
Moenandir, J. 1990. Pengantar Ilmu Pengendalian Gulma. Rajawali Press. Jakarta.
Monaco, T.J., S. M. Weller., F. M. Ashton. 2002. Weed Science. Principles and
Practice. 4th ed. JohnWiley&SonsNewYork.
Muliyadi. 2005. Pengendalian Gulma Secara Kimiawi. IPB Press. Bogor.
Noor, E. S. 1997. Pengendalian Gulma di Lahan Pasang Surut. Proyek Penenlitian
Pengembangan Pertanian Rawa Terapadu ISDP. Badan Penelitian dan
PengembanganPertanian. Bogor.
Purba, E. 2009.Pengujian Lapangan Efikasi Herbisida Ristop 240 AS Terhadap
Gulma Pada Budidaya Karet Menghasilkan. Fakultas Pertanian. USU Press
Sembodo, D. 2010. Gulma dan Pengelolaannya. Yogyakarta : Graha Ilmu
Soerjandono, Noeriwan B. 2005.Teknik Pengendalian Gulma dengan Herbisida
Persistensi Rendah pada Tanaman Padi. Buletin Teknik Pertanian Vol. 10,
Nomor 1, 2005. 8 Hal.
Sofnie M. Mulyadi. Idawati. 2000. Translokasi herbisida 2,4-D-14C pada Tanaman
Gulma dan Padi pada Sistem Persawahan. IPB press
Suarni., Muh, Yasin. 2015. Jagung sebagai Sumber Pangan Fungsional. Iptek
Tanaman Pangan Vol.6No1-2011.
Sukman, Y & Yakup. 1991. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Rajawali. Jakarta.
Tomlin, C. D. S. 2011. The e-Pesticides Manual Version 3.0 (thirteenth edition).
British Crop ProtectionCouncil
Vencill, W.K., K. Armbrust, H.G. Hancock, D. Johnson, G. McDonald, D. Kinter.
F. Lichtner, H.McLean, J. Reynolds, D. Rushing, S. Senseman, & D.
Wauchope. 2002. Herbicide handbook. 8th ed. WSSA, Lawrence, KS.
Xuan, T.D., N.H, Honh, T. Ediji, T.D. Khanh. 2004. Paddy Weed Control by Higher
Plants From Southeast Asia. Crop Prot J 23:255-26.

You might also like