Professional Documents
Culture Documents
Angga
Angga
Angga
LINGKUNGAN HIDUP
Disusun oleh :
No :14
Kelas :XI-IPS 4
2
DAFTAR ISI
BAB 1 ......................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ......................................................................................................... 4
C. TUJUAN PENULISAN................................................................................. 7
BAB 2 ......................................................................................................................... 8
PEMBAHASAN ........................................................................................................... 8
BAB 3 ....................................................................................................................... 21
PENUTUP ................................................................................................................. 21
A. KESIMPULAN ........................................................................................... 21
B. SARAN...................................................................................................... 22
LAMPIRAN ............................................................................................................... 25
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Orangutan merupakan satu-satunya dari empat taksa kera besar yang
hidup di Asia, sementara tiga kerabatnya yang lain, yaitu; gorila, chimpanzee
dan bonobo hidup di benua Afrika. Terdapat dua jenis orangutan, yaitu
orangutan Sumatra (Pongo abelii) yang penyebarannya terbatas pada bagian
utara Sumatera dan orangutan Borneo (Pongo pygmaeus), yang masih
terdapat di beberapa tempat yang merupakan kantong-kantong habitat di
Sabah dan Sarawak terutama di daerah rawa gambut serta hutan dipterokarp
dataran rendah di bagian barat daya.
Kalimantan antara Sungai Kapuas dan Sungai Barito (propinsi
Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah), serta sebelah timur Sungai
Mahakam ke arah utara (provinsi Kalimantan Timur dan Sabah). Indonesia
memiliki posisi yang sangat penting dalam konservasi orangutan di dunia,
karena sebagian besar populasi orangutan yang masih bertahan hidup hingga
saat ini berada di wilayah Republik Indonesia.
Diketahui bahwa jumlah populasi orangutan liar telah menurun secara
kontinyu dalam beberapa dekade terakhir akibat semakin berkurangnya
hutan-hutan dataran rendah dan dalam beberapa tahun belakangan ini
penurunan populasi yang terjadi cenderung semakin cepat. Masih terjadinya
perburuan dan perdagangan orangutan, termasuk untuk diselundupkan ke
luar negeri juga memberikan kontribusi terhadap penurunan populasi
orangutan liar di alam. Hilangnya habitat dan perburuan serta perdagangan
masih merupakan ancaman utama terhadap keberlangsungan hidup
orangutan di Indonesia.
Pemerintah Indonesia sudah melakukan berbagai upaya untuk
melestarikan orangutan dan habitatnya dengan mengeluarkan berbagai
peraturan perundangan serta mengembangkan berbagai program kemitraan
dengan sektor lain dan pemangku kepentingan lainnya. Bersama dengan
seluruh pemangku kepentingan terkait, termasuk para ahli orangutan nasional
4
maupun internasional, pemerintah juga telah menyusun Strategi dan
Rencana. Aksi Konservasi Orangutan 2008 – 2017 untuk mendukung upaya
konservasi orangutan. Dimasa mendatang, sektor industri kehutanan seperti
HPH, sawit dan hutan tanaman diharapkan dapat berperan lebih banyak untuk
mendukung upaya konservasi orangutan yang terdapat di area konsesi
mereka.
Perubahan iklim di masa mendatang, diperkirakan akan menjadi
ancaman serius terhadap konservasi orangutan, terutama pada aspek
ketersediaan sumber pakan akibat terganggunya sistim perbungaan dan
perbuahan pohon yang menjadi sumber pakannya karena adannya kenaikan
suhu dan curah hujan. Ancaman lain adalah hilang serta rusaknya habitat
akibat terjadinya kebakaran hutan yang dipicu oleh gejala perubahan iklim.
Kebakaran hutan tahun 1997/1998 yang diketahui dipicu oleh gejala El Nino
telah menjadi pemicu menurunnya kualitas habitat orangutan serta
menimbulkan banyak korban orangutan dalam jumlah yang signifikan. Gejala
perubahan iklim pada periode tahun itu juga diketahui telah mempengaruhi
pola perbungaan dan perbuahan pohon hutan di hutanhutan Kalimantan,
sehingga berpengaruh terhadap kehidupan berbagai jenis satwa.
Orangutan sebagai spesies kunci menjadi indikator kelangsungan dan
pertahanan ekosistem. Membantu menyebarkan biji-bijian tumbuhan hutan.
Saat makan buah, mereka meludahkan biji. Biji ini jatuh ke dasar hutan dan
tumbuh menjadi tumbuhan baru. Dengan kawasan jelajah orangutan betina
800-1500 ha dan bahkan mencapai 4000 ha untuk jantan serta masa hidup
yang panjang lebih 50 tahun membantu pelestarian keanekaragaman hayati
asli di dalam area jelajahnya.
Meskipun orangutan termasuk hewan omnivora, sebagian besar dari
mereka hanya memakan tumbuhan. 90% dari makanannya berupa buah-
buahan. Makanannya antara lain adalah kulit pohon, dedaunan, bunga,
beberapa jenis serangga, dan sekitar 300 jenis buah-buahan Selain itu
mereka juga memakan nektar,madu dan jamur. Mereka juga gemar makan
durian, walaupun aromanya tajam, tetapi mereka menyukainya.
5
Orangutan bahkan tidak perlu meninggalkan pohon mereka jika ingin minum.
Mereka biasanya meminum air yang telah terkumpul di lubang-lubang di antara
cabang pohon.
Ciri-ciri orangutan :
1) Mereka memiliki tubuh yang gemuk dan besar, berleher besar, lengan
yang panjang dan kuat, kaki yang pendek dan tertunduk, dan tidak
mempunyai ekor.
2) Orangutan memiliki tinggi sekitar 1.25-1.5 meter.
3) Tubuh orangutan diselimuti rambut merah kecoklatan. Mereka
mempunyai kepala yang besar dengan posisi mulut yang tinggi.
4) Saat mencapai tingkat kematangan seksual, orangutan jantan memiliki
pelipis yang gemuk pada kedua sisi, ubun-ubun yang besar, rambut
menjadi panjang dan tumbuh janggut disekitar wajah. Mereka
mempunyai indra yang sama seperti manusia, yaitu pendengaran,
penglihatan, penciuman, pengecap, dan peraba.
5) Berat orangutan jantan sekitar 50–90 kg, sedangkan orangutan betina
beratnya sekitar 30–50 kg.
6) Telapak tangan mereka mempunyai 4 jari-jari panjang ditambah 1 ibu
jari. Telapak kaki mereka juga memiliki susunan jari-jemari yang sangat
mirip dengan manusia.
7) Orangutan masih termasuk dalam spesies kera besar seperti gorila dan
simpanse. Golongan kera besar masuk dalam klasifikasi mammalia,
memiliki ukuran otak yang besar, mata yang mengarah kedepan, dan
tangan yang dapat melakukan genggaman.
6
B. RUMUSAN MASALAH
Bertolak pada latar belakang yang diulas diatas, maka rumusan masalahnya
adalah sebagai berikut :
1) Apa saja kerusakan habitat orangutan yang disebabkan oleh manusia?
2) Dimana lokasi dan habitat orangutan ?
3) Apa faktor pendorong kelangkaan orangutan?
4) Bagaimana upaya perlindungan orang utan di area HPH Kalimantan?
5) Bagaimana cara menyelamatkan habitat orangutan agar tidak punah ?
6) Mengapa orangutan perlu dilestaikan?
C. TUJUAN PENULISAN
1) Untuk mengetahui kerusakan habitat orangutan yang disebabkan oleh
manusia.
2) Untuk mengetahui dimana lokasi dan habitat orangutan.
3) Untuk mengetahui faktor pendorong kelangkaan orangutan.
4) Untuk mengetahui upaya perlindungan orang utan di area HPH Kalimantan
5) Untuk mengetahui cara menyelamatkan habitat orangutan agar tidak
punah.
6) Untuk mengetahui pentingnya pelestarian orangutan.
7
BAB 2
PEMBAHASAN
9
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan digolongkan
sebagai Critically Endangered oleh IUCN.
Orangutan di Borneo yang dikategorikan sebagai endangered oleh
IUCN terbagi dalam tiga subspesies: Orangutan di Borneo dikelompokkan ke
dalam tiga anak jenis, yaitu Pongo pygmaeus pygmaeus yang berada di
bagian utara Sungai Kapuas sampai ke timur laut Sarawak; Pongo pygmaeus
wurmbii yang ditemukan mulai dari selatan Sungai Kapuas hingga bagian
barat Sungai Barito; dan Pongo pygmaeus morio. Di Borneo, orangutan dapat
ditemukan di Sabah, Sarawak, dan hampir seluruh hutan dataran rendah
Kalimantan, kecuali Kalimantan Selatan dan Brunei Darussalam.
Orangutan di Borneo sebagian besar mendiami hutan dataran rendah
dan hutan rawa di Sabah, bagian barat daya Sarawak, Kalimantan Timur,
serta bagian barat daya Kalimantan, antara Sungai Kapuas dan Sungai Barito.
Para ahli mengamati adanya perbedaan yang cukup nyata di antara populasi
orangutan di Borneo. Oleh karenanya, populasi orangutan borneo disepakati
dibedakan menjadi tiga (3) kelompok geografi atau anak jenis, yaitu:
· Pongo pygmaeus pygmaeus, di bagian Barat Laut Kalimantan, yaitu utara
dari Sungai Kapuas sampai ke Timur Laut Sarawak.
· Pongo pygmaeus wurmbii, di bagian Selatan dan Barat Daya Kalimantan,
yaitu antara sebelah Selatan Sungai Kapuas dan Barat Sungai Barito.
· Pongo pygmaeus morio, di Sabah sampai Sungai Mahakam di Kalimantan
Timur.
Populasi terbesar (sekitar 32.000 individu) dijumpai di hutan gambut di
sebelah Utara Sungai Kapuas. Tetapi populasi tersebut tidak berada di dalam
sebuah habitat yang berkesinambungan, melainkan tersebar ke dalam
berberapa kantong habitat dengan ukuran populasi yang berbeda-beda.
Populasi orangutan ini sangat terkait dengan perubahan hutan di Kalimantan.
Kerusakan hutan yang cukup tinggi di Kalimantan menyebabkan banyak
habitat orangutan yang hilang.
Orangutan Kalimantan Tengah Laju deforestasi di daerah hutan tropis
menjadi ancaman bagi keberlangsungan hidup tumbuhan dan satwa,
termasuk orangutan. Habitat orangutan di luar kawasan konservasi dan
kawasan lindung di Kalimantan Barat perlu mendapat perhatian serius. Laju
10
deforestasi Asia diperkirakan sudah mencapai kisaran 30 persen,” kata
Asisten II Sekretariat Daerah (Setda) Kalimantan Barat Lensus Kandri di
Pontianak. kemarin. “Tingginya laju deforestasi atau penggundulan hutan itu
menjadi ancaman bagi orangutan.
Sejumlah populasi orangutan di Kalimantan Barat memiliki habitat di
luar kawasan konservasi dan kawasan lindung, sehingga rentan terhadap
gangguan yang ditimbulkan deforestasi. Saat ini, dari total kawasan hutan di
Kalimantan Barat terdapat sekitar 1,15 juta hektare lahan yang diperuntukkan
sebagai kawasan taman nasional dan hutan lindung. Sementara kawasan
hutan produksi dan areal penggunaan lain yang masih berhutan memiliki
persentase sekitar 72,56 persen dari total kawasan hutan di Kalimantan Barat.
Di Kalimantan Barat terdapat dua subspesies orangutan, yaitu Pongo
pygmaeus pygmaeus dan Pongo pygmaeus wurmbii yang saat ini kondisinya
sangat mengkhawatirkan. Orangutan tersebar di sembilan kabupaten di
Kalimantan Barat. Populasi orangutan tersebar dalam kantong-kantong
habitat dengan ukuran populasi yang bervariasi, yaitu Taman Nasional Betung
Kerihun yang diperkirakan sebesar 1.330-2.000 individu, Danau Sentarum
500 individu, Bukit Baka Bukit Raya 175 individu, Gunung Palung 2.500
individu, Bukit Rongga serta Parai 1.000 individu.
Potensi ancaman habitat orangutan datang dari kegiatan
pertambangan, perkebunan, kegiatan loging baik legal maupun illegal,
kebakaran hutan serta terbatasnya stasiun riset untuk orangutan. Untuk
menjaga habitat orangutan yang berada di luar kawasan konservasi dan
kawasan lindung perlu adanya kerja sama oleh semua pihak baik itu
pemerintah, NGO, pihak swasta, maupun masyarakat. Pihak perusahaan
harus menjaga kelestarian kawasan yang miliki Nilai Konservasi Tinggi (NKT)
di wilayah konsesi mereka, seperti yang dilakukan PT Kayung Agro Lestari
(KAL). Perusahaan perkebunan kelapa sawit yang terletak 45 kilometer dari
Kota Ketapang itu telah mengalokasikan sebagian areal perkebunan untuk
konservasi.
Orangutan memiliki beberapa fakta unik :
11
Orang utan termasuk primata cerdas yang dapat menggunakan
tongkat dengan sangat baik untuk mengambil makanannya terutama buah-
buah yang berada di atas pohon. Selain itu, hewan ini juga dapat
menggunakan daun yang berukuran lebar untuk melindunginya dari terik
sinar matahari maupun dari air hujan.
Primata ini memiliki lengan yang panjang dan bahkan lebih panjang
dari primata-primata lainnya. Lengan yang panjang ini digunakan untuk
kegiatan sehari-hari orangutan yang hidup secara arboreal.
12
orangutan termasuk satwa yang tidak berbahaya karena sifatnya yang
cenderung tenang.
13
percaya bahwa mereka perusahaan yang turut melesarikan hutan, padahal
yang terjadi malah sebaliknya.
Ketiga, perburuan. Faktor dominan lainnnya yang mengancam
populasi orang utan adalah perburuan liar. Kerakusan manusia yang
menghalalkan segala cara untuk memperoleh uang, salah satunya dengan
memburu hewan yang berstatus langka dan dilindungi telah membuat orang
utan terancam kelestariannya. Selain untuk di perjual-belikan banyak pula
bayi orang utan yang ditangkap untuk dijadikan hewan peliharaan. Perburuan
yang dilakukan secara besar-besaran tanpa mempertimbangkan regenerasi
hewan ini membuat keberadaan spesies ini semakin langka saja.
Keempat, konflik dengan manusia. Rescue Center for Orangutan
Protection menyebutkan pada tahun 2016 terjadi sekitar 11 kasus konflik yang
melibatkan manusia dan orangutan. Ya, konflik orangutan dengan manusia
bak fenomena gunung es dimana hanya puncaknya saja yang kelihatan.
Salah satu lokasi konflik yang sering diberitakan adalah di kawasan
perkebunan sawit. Dimana banyak orangutan akhirnya terbunuh bahkan
dikonsumsi pasca konflik.
Kelima, lemahnya penegakan hukum. Faktor terakhir yang semakin
mengancam keberadaan orangutan adalah lemahnya penegakan hukum.
Sangat jarang sekali para pelaku perburuan dan pelaku pemeliharaan
orangutan yang tanpa izin diproses secara hukum. Bahkan dalam banyak
kasus oknum lah yang banyak menggunakan kekuasaannya untuk memiliki
orangutan, dan yang pada akhirnya membuat penegak hukum premisif
terhadap kasus perburuan dan penyelundupan orangutan. Alhasil masyarakat
menjadi tidak takut untuk memburu bahkan mebantai orangutan.
STATUS KELANGKAAN
International Union for Conservation Nature (IUCN) menaikkan status
orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) menjadi Kritis (Critically
Endangered) setelah sebelumnya ditetapkan berstatus Terancam Punah
(Endangered). Keputusan pihak IUCN ini didasari oleh keadaan populasi
orangutan Kalimantan yang terus menurun pada beberapa dekade terakhir.
Selain itu, pertimbangan lainnya adalah semakin maraknya perburuan ilegal
14
orang utan Kalimantan di Indonesia dan Malaysia serta habitat satwa ini yang
semakin terdegradasi (National Geographic Indonesia 2016).
Status konservasi orangutan Kalimantan ini sama dengan status
konservasi orangutan Sumatera. Berdasarkan International Union for
Conservation Nature (IUCN) dalam Red List edisi tahun 2002, orang utan
Sumatera (Pongo abelii) juga dikategorikan Critically Endangered atau sudah
sangat terancam punah (WWF).
Berdasarkan data yang didapatkan IUCN, selama 75 tahun terakhir
populasi orang utan Sumatera telah mengalami penurunan sebanyak 80%.
Kondisi seperti ini terjadi karena habitat orangutan yang terus menurun akibat
penebangan hutan.Status konservasi orang utan Kalimantan dan orang utan
Sumatera ini menunjukan bahwa populasi primata ini menghadapi resiko
kepunahan yang sangat tinggi dalam waktu dekat.
15
menghasilkan film dokumenter serta rencana manajemen orangutan sebagai
bagian program perlindungan HCVF (High Conservation Value Forest), salah
satu upaya PT SJM memperoleh sertifikat FSC.
Langkah ini merupakan inisiatif pertama di Indonesia di mana sebuah
perusahaan menggabungkan aktivitas konservasi dengan rencana
manajemen menuju integrasi konservasi dan produksi. Aktivitas konservasi
mencakup perlindungan jenis pohon sumber makanan orang utan dan
sarangnya, memastikan area berpopulasi orangutan tinggi bebas dari aktivitas
penebangan, serta menjalin kolaborasi dengan SJM untuk mengatasi
perburuan di dalam area konsesi.
Ratusan sarang orang utan, baik lama maupun baru, ditemukan di
dalam area konsesi selama penelitian berlangsung. Bahkan, tim peneliti juga
beruntung bertemu sekawanan orang utan wilayah itu. GFTN-Indonesia dan
tim peneliti optimis akan hasil eksplorasi tersebut. Dengan memahami kondisi
orang utan dan habitatnya, upaya perlindungan satwa kharismatik Kalimantan
tersebut akan lebih mudah dilakukan. Hal tersebut juga mendukung
manajemen hutan berkelanjutan tanpa mengganggu aktivitas bisnis PT SJM
sehingga mampu mewujudkan harmoni di antara perusahaan dan orang-utan.
Suksesnya proyek percontohan ini akan semakin mendorong upaya
konservasi di luar wilayah konservasi serta menjadi fenomena menarik terkini
bahwa sebagian besar populasi orang utan justru berada di luar wilayah
konservasi. Penelitian tentang orang utan Januari lalu merupakan penelitian
pendahuluan dari dua penelitian orang utan lanjutan yang rencananya akan
diadakan sepanjang 2010 ini di wilayah yang sama.
16
agar tidak ada penyuapan untuk pembukaan lahan yang merusak atau
mengambil alih habitat orangutan agar tidak terjadi konflik antara manusia dan
orangutan. Pembantaian dan penjualan orangutan juga harus ditindak secara
hukum yang berlaku bagi pihak yang melanggarnya.
2. Memperbaiki habitat orangutan
Sebagai langkah awal dalam penyelamatan Orangutan dari kepunahan
adalah dengan cara menyelamatkan habitatnya terlebih dahulu. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara penghentian pembukaan hutan untuk lahan
perkebunan sawit, berperang melawan illegal logging, reboisasi, membatasi
jarak habitat orangutan dengan pemukiman penduduk dan menggalakkan
gerakan tanam seribu pohon.
Mustahil kita melestarikan orangutan tanpa melestarikan habitatnya,
karena orangutan adalah satwa liar yang lebih suka hidup di alam bebas dari
pada di penangkaran atau di kebun binatang. Penelitian membuktikan
orangutan yang tinggal di penangkaran dan karantina umurnya lebih pendek
dari orang utan yang hidup di alam bebas. Jadi, rehabilitasi habitat orangutan
adalah harga mutlak dalam usaha pelestarian Orangutan.
3. Konservasi
Jumlah orangutan yang berada di kebun binatang atau taman
margasatwa dan taman safari di Indonesia pada tahun 2006 sebanyak 203
individu (Laporan Seksi Lembaga Konservasi, 2007). Standar operasional
minimum untuk kebun binatang (zoo minimum operating standards) di
Indonesia telah ada dan menjadi keharusan bagi anggota PKBSI
(Perhimpunan Kebun Binatang Se-Indonesia) untuk ditaati. Tetapi proses
monitoring dan evaluasi terhadap kebun binatang belum berjalan baik
menyebabkan banyak anak orangutan yang dilahirkan di sana tidak mencapai
usia dewasa.
Kebun binatang dan taman safari di Indonesia diharapkan bisa lebih
berperan dalam konservasi orangutan, dengan lebih meningkatkan program
pendidikan dan penyadartahuan masyarakat dan tidak berorientasi bisnis
semata. Selain itu, praktik pemeliharaan (husbandry) di seluruh kebun
binatang yang ada di Indonesia perlu
17
ditingkatkan dan dievaluasi secara teratur oleh PKBSI dengan melibatkan
para ahli untuk menjamin kualitas pelaporan dan transparansi.
Laporan dari International Studbook of Orangutan in World Zoos (2002)
mencatat 379 orangutan borneo, 298 orangutan sumatera, 174 orangutan
hibrid, dan 18 orangutan yang tidak diketahui atau tidak jelas asal-usulnya
dipelihara di berbagai kebun binatang seluruh dunia. Perlu dicatat bahwa
jumlah itu hanya berasal dari kebun binatang yang memenuhi permintaan
data dari pemegang studbook yang ditunjuk, sehingga ada sejumlah
orangutan lainnya tidak tercatat dan diketahui pasti jumlahnya. Selain
membuat kebijakan yang mengatur pengelolaan populasi orangutan di kebun
binatang dan taman safari, pemerintah juga sebaiknya mengembangkan
sistem pendataan nasional yang diperlukan untuk memantau keberadaan
populasi orangutan di berbagai kebun binatang dan taman safari di Indonesia.
Upaya konservasi juga dilakukan oleh WWF terhadap orang utan
Kalimantan yakni:
19
sehingga pengetahuannya tersebut dapat ditularkan pada anak-cucunya di
kemudian hari.
20
BAB 3
PENUTUP
A. KESIMPULAN
3. Subspecies:
v Saat ini tidak ada subspecies orangutan Kalimantan yang berhasil dikenali.
21
dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Bornean Orangutan. Orangutan
kalimantan terdiri atas 3 subspesies yaitu Pongo pygmaeus morio, Pongo
pygmaeus pygmaeus, dan Pongo pygmaeus wurmbii.
B. SARAN
Demikian makalah ini kami buat. Kami merasa masih banyak
kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi,
mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran yang
sifatnya membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi
22
penyempurnaan pembuatan makalah ini. Atas perhatian dan saran dari anda,
kami ucapkan terima kasih
23
Daftar pustaka
http://deeyoonaa.blogspot.co.id/2012/05/makalah-upaya-pelestarian-orangutan-
di.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Orang_utan
https://foresteract.com/orang-utan/
https://www.google.com/search?biw=1352&bih=642&tbm=isch&sa=1&ei=sW_vWqjP
GIr3vASt4ZPoDQ&q=pelestarian+orangutan&oq=pelestarian+oran&gs_l=img.1.0.0i2
4k1l5.14486.21472.0.22660.29.17.2.6.7.0.182.1872.3j11.14.0....0...1c.1.64.img..7.19
.1764...0j0i67k1j0i10k1.0.wet2zd4kwAw#imgrc=_JaHcd0AirotXM:
https://www.google.com/search?biw=1352&bih=642&tbm=isch&sa=1&ei=sW_vWqjP
GIr3vASt4ZPoDQ&q=pelestarian+orangutan&oq=pelestarian+oran&gs_l=img.1.0.0i2
4k1l5.14486.21472.0.22660.29.17.2.6.7.0.182.1872.3j11.14.0....0...1c.1.64.img..7.19
.1764...0j0i67k1j0i10k1.0.wet2zd4kwAw#imgrc=fvx6zUmJnnPSyM:
https://www.google.com/search?biw=1352&bih=642&tbm=isch&sa=1&ei=sW_vWqjP
GIr3vASt4ZPoDQ&q=pelestarian+orangutan&oq=pelestarian+oran&gs_l=img.1.0.0i2
4k1l5.14486.21472.0.22660.29.17.2.6.7.0.182.1872.3j11.14.0....0...1c.1.64.img..7.19
.1764...0j0i67k1j0i10k1.0.wet2zd4kwAw#imgrc=j8M7wwpERjb5cM:
https://www.wwf.or.id/?41002/Menjaga-Kelestarian-Orangutan-Demi-
Keberlangsungan-Hutan
24
LAMPIRAN
25
26