Professional Documents
Culture Documents
Laporan Tutorial Glaukoma
Laporan Tutorial Glaukoma
“GLUKOMA AKUT”
KELOMPOK 3 :
ANGGOTA PENYUSUN
Pembimbing
Data tambahan
Anamnesis:
Mata merah mendadak sejak 2 hari, berair dan nyeri sampai kepala pusing dan mual,
muntah tidak mengeluarkan kotoran mata kiri tidak ada keluhan.
Riwayat penyakit dulu:
DM + terkontrol
Pemeriksaan fisik:
Kata kunci:
1. Wanita 60 tahun
2. Mata kanan merah dan nyeri
3. Nyeri 2 hari
4. Berair
5. Pusing, mual, muntah
6. Kotoran (-)
7. Mata kiri tidak ada keluhan
8. DM (+), HT (+)
STEP 1
Identifikasi Kata Sulit :
-
STEP 2
Identifikasi Masalah/Pertanyaan :
1. Apa diagnosis dan diagnosis banding dari mata merah dan nyeri?
2. Apa saja pemeriksaan yang perlu dilakukan?
3. Bagaimana penatalaksanaan yang harus diberikan untuk kasus pada skenario?
STEP 3
Jawaban Pertanyaan STEP 2 :
1. DD: Konjungtivitis, Uveitis, Skleritis, Glaukoma akut, Keratitis, Iritis Akut
2. Pemeriksaan: Visus, Pemeriksaan segmen anterior, Pemeriksaan lapang
pandang, Tonometri palpasi, Tonometri Schiotz
3. Tatalaksana: turunkan TIO dengan obat atau pembedahan
STEP 4
MIND MAPPING
Mata Kemerahan
DM +
HT +
Nyeri
Pusing
Mual, muntah
Diagnosis Banding
Pengobatan
Prognosis
Hipotesis: Wanita tersebut mengalami glukoma akut.
STEP 5
Learning Objectives :
1. Menjelaskan tentang diagnosis dan diagnosis banding.
2. Menjelaskan tentang etiologi dan faktor resiko dari diagnosis.
3. Menjelaskan tentang anatomi mata.
4. Menjelaskan tentang patofisiologi dari diagnosis.
5. Menjelaskan tentang pemeriksaan pada mata.
6. Menjelaskan tentang penatalaksanaan dan edukasi dari diagnosis.
7. Menjelaskan tentang komplikasi dan prognosis dari diagnosis.
8. Menjelaskan tentang pandangan Islam dari kasus pada skenario.
STEP 7
Jawaban Learning Objectives :
1. Diagnosis banding mata merah
Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bagian anterior bola
mata mempunyai kelengkungan yang lebih cembung sehingga terdapat bentuk dengan
dua kelengkungan berbeda (Ilyas, 2009).
Bola mata dibungkus oleh tiga lapisan jaringan, yaitu lapisan sklera yang bagian
terdepannya disebut kornea, lapisan uvea, dan lapisan retina. Di dalam bola mata
terdapat cairan aqueous humor, lensa dan vitreous humor (Ilyas, 2009).
Sumber : http://heni-chan.blogspot.co.id/2016/01/anatomi-mata-dan-
mekanisme-melihat-3.html
Konjungtiva
Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus
permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan
anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva berbatasan dengan kulit pada
tepi palpebral dan dengan epitel kornea di limbus (Riordan, 2007).
Sklera
Sklera merupakan jaringan ikat yang lentur dan memberikan bentuk pada mata.
Jaringan ini merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian terdepan
sklera disebut kornea yang bersifat transparan yang memudahkan sinar masuk ke
dalam bola mata (Ilyas, 2009).
Kornea
Kornea adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya dam
merupakan lapisan jaringan yang menutup bola mata sebelah depan (Ilyas, 2009).
Kornea ini disisipkan ke dalam sklera pada limbus, lekukan melingkar pada
sambungan ini disebut sulcus scleralis. 19 Kornea dewasa rata-rata mempunyai
tebal 550 µm di pusatnya (terdapat variasi menurut ras); diameter horizontalnya
sekitar 11,75 mm dan vertikalnya 10,6 mm.Dari anterior ke posterior kornea
mempunyai lima lapisan, yaitu (Ilyas, 2009) :
1) Epitel Tebal dari epitel ini adalah 50 µm. Epitel kornea mempunyai lima lapis
sel epitel tak bertanduk yang terdiri dari sel basal, sel poligonal, dan sel gepeng.
2) Membran Bowman
Membran Bowman terletak di bawah membran basal epitel kornea yang merupakan
kolagen yang tersususn tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan
stroma.
3) Stroma
Stroma kornea menyusun sekitar 90% ketebalan kornea. Stroma terdiri atas lamel
yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan lainnya. Pada
permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang di bagian perifer serta kolagen ini
bercabang.
4) Membran Descemet
5) Endotel
Endotel berasal dari mesotelium, berlapis satu, berbentuk heksagonal, dan tebalnya
20-40 µm. Lapisan ini berperan dalam mempertahankan deturgesensi stroma
kornea.
Sumber : http://duniamata.blogspot.co.id/2010/05/struktur-bola-mata-kornea.html
Uvea
Uvea adalah lapisan vaskular di dalam bola mata dan dilindungi oleh kornea dan
sklera yang terdiri dari tiga bagian, yaitu (Ilyas, 2009) :
1) Iris
2) Badan siliar
3) Koroid
Koroid merupakan segmen posterior uvea terletak di antara retina dan sklerayang
berisi pembuluh-pembuluh darah dalam jumlah besar, berfungsi untuk memberi
nutrisi pada retina bagian terluar yang terletak di bawahnya.
Lensa
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna, dan hampir
transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Di sebelah
anterior lensa terdapat aqueous humor, di posteriornya terdapat vitreous humor
(Ilyas, 2009).
Kapsul lensa adalah suatu membran semipermeabel yang akan memperbolehkan
air dan elektrolit masuk. Di sebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular.
Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Nukleus dan korteks terbentuk dari
lamela konsentris yang panjang(Ilyas, 2009).
Aqueous Humor
Aqueous humor diproduksi oleh badan siliar. Setelah memasuki bilik mata
belakang, aqueous humor melalui pupil dan masuk ke bilik mata depan, kemudian
ke perifer menuju sudut bilik mata depan (Ilyas, 2009).
Vitreous Humor
Vitreous humor adalah suatu badan gelatin yang jernih dan avaskular yang
membentuk dua pertiga volume dan berat mata. Permukaan luar vitreous humor
normalnya berkontak dengan struktur-struktur berikut: kapsul lensa posterior,
serat-serat zonula, pars plana lapisan epitel, retina, dan caput nervi optici. Basis
vitreous mempertahankan penempelan yang kuat seumur hidup ke lapisan epitel
pars plana dan retina tepat di belakang ora serrata (Ilyas, 2009).
Vitreous humor mengandung air sekitar 99%. Sisa 1% meliputi dua komponen,
kolagen dan asam hialuronat, yang memberi bentuk dan konsistensi mirip gel
karena kemampuannya mengikat banyak air (Ilyas, 2009).
Retina
Retina atau selaput jala, merupakan bagian mata yang mengandung reseptor yang
menerima rangsangan cahaya. Lapisan-lapisan retina mulai dari sisi luar yang
berbatas dengan koroid adalah sebagai berikut (Ilyas, 2009) :
Lapisan ini terdiri dari tubuh sel bipolar, sel horizontal, dan sel Muller serta
didarahi oleh arteri retina sentral.
Lapisan ini merupakan lapisan aselular tempat sinaps sel bipolar dan sel amakrin
dengan sel ganglion.
9) Serabut saraf
Lapisan serabut saraf berupa akson sel ganglion yang menuju ke arah saraf optik.
Di dalam lapisan-lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh darah retina.
Membran limitan interna berupa membran hialin antara retina dan vitreous humor.
4.
4. Patofisiologi
Humor aquos di produksi oleh badan siliaris dan mengalir ke dalam Camera Oculi
Posterior (COP), yang mengalir di antara permukaan iris posterior dan lensa, di sekitar
tepi pupil, dan selanjutnya masuk ke Camera Oculi Anterior (COA). Humor aquos
keluar dari COA pada sudut COA yang dibentuk oleh dasar iris dan kornea perifer,
selanjutnya mengalir melalui trabekulum dan masuk ke kanal Schlemm. Melalui
collector channels, humor aquos masuk ke dalam vena episklera dan bercampur
dengan darah (Dwindra, 2009).
Gambar 4.1 Fisiologi aliran akuos humor (Burt, 2006)
Klasifikasi Glaukoma
1. Glaukoma Primer
a. Glaukoma Sudut Terbuka Primer
Glaukoma sudut terbuka primer terdapat kecenderungan familial yang kuat.
Gambaran patologi utama berupa proses degeneratif trabekular meshwork
sehingga dapat mengakibatkan penurunan drainase humor aquos yang
menyebabkan peningkatan takanan intraokuler. Pada 99% penderita glaukoma
primer sudut terbuka terdapat hambatan pengeluaran humor aquos pada sistem
trabekulum dan kanalis schlemm (Riordan, 2009; Ilyas, 2009).
Gambar 4.2 Aliran humor aquos glaukoma sudut terbuka (Bruce, 2006)
b. Glaukoma Sudut Tertutup Primer
Glaukoma sudut tertutup primer terjadi pada mata dengan predisposisi anatomis
tanpa ada kelainan lainnya. Adanya peningkatan tekanan intraokuler karena
sumbatan aliran keluar humor aquos akibat oklusi trabekular meshwork oleh
iris perifer (Harmen, 2007).
Oftalmoskopi
Pemeriksaan saraf mata (papil saraf optik) apakah mengalami degenerasi/atrofi
serta melihat penggaungan (cupping) papil. Tanda atrofi papil adalah warna pucat,
batas tegas, dan lamina kribosa tampak jelas. Tanda penggaungan: pinggir papil
temporal menipis. Ekskavasi melebar, diameter vertikal lebih lebar daripada
diameter horizontal. Pembuluh darah seolah menggantung di pinggir dan
terdorong ke arah nasal. Jika tekanan cukup tinggi akan terlihat pulsasi arteri.
Oftalmoskopi merupakan pemeriksaan yang paling sensitif untuk saraf mata.
Gonioskopi
Pemeriksaan ini dilakukan untuk memeriksa saluran pembuangan yaitu dengan
memerika sudut bilik mata depan (COA) dengan menggunakan lensa kontak
khusus. Gonioskopi dapat membedakan glaukoma sudut terbuka atau tertutup serta
adanya perlekatan iris bagian perifer (Suhardjo, 2007).
Apendisitis akut seringkali muncul dengan gejala yang khas didasari oleh radan
mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat, disertai maupun tidak
disertai rangsang peritonium lokal. Gejala klasik apendisitis ialah nyeri samar-samar
dan tumpul yang merupakan nyeri viseral di daerah epigastrium di sekitar umbilicus.
Keluhan ini sering disertai mual dan kadang ada muntah. Umumnya nafsu makan akan
menurun. Dalam beberapa jam kemudian nyeri akan berpindah ke kanan bawah ke titik
McBurney. Di sini nyeri akan dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya sehingga
merupakan nyeri somatik setempat. Kadang tidak ada nyeri epigastrium namun
terdapat konstipasi (Sjamsuhidayat, R & Wim de Jong, 2017).
Bila letak apendiks retrosekal retroperitoneal, karena terlindung oleh sekum, tanda
nyeri perut kanan bawah terlindung oleh sekum, tanda nyeri perut kanan bawah tidak
begitu jelas dan tidak ada tanda rangsang peritoneal (Sjamsuhidayat, R & Wim de Jong,
2017).
Apendik yang berada pada rongga pelvis bila meradang dapat menimbulkan gejala
dan tanda rangsangan sigmoid atau rectum sehingga peristaltik meningkat,
pengosongan rectum akan menjadi lebih cepat dan berulang-ulang. Jika apendik
menempel pada kandung kemih, dapat meningkatkan frekuensi kencing, karena
rangsangan dindingnya (Sjamsuhidayat, R & Wim de Jong, 2017).
Dalam pemeriksaan fisik, demam biasanya ringan dengan suhu sekitar 37,5-38,5oC.
Apabila suhu menjadi lebih tinggi maka akan indikasi terjadinya perforasi. Penonjolan
pada perut kanan bawah bisa dilihat pada massa atau abses periapendikular. Nyeri
kanan bawah adalah kunci diagnosis (Sjamsuhidayat, R & Wim de Jong, 2017).
PROGNOSIS
Prognosis sangat tergantung pada penemuan dan pengobatan dini. Bila tidak
mendapat pengobatan yang tepat dan cepat, maka kebutaan akan terjadi dalam waktu
yang singkat. Pengawasn dan pengamatan mata yang tidak mendapat serangan
diperlukan karena dapat memberikan keadaan yang sama seperti mata yang dalam
serangan. Sering diagnoa dibuat pada stadium lanjut, dimana lapang pandang telah
hilang secara progresif, iris menjadi atrofi dan midriasis pupil telah menetap.
Penanganan episode akut yang terlambat akan menyebabkan sinekia sudut tertutup
permanent dan bahkan menyebabkan kebutaan permanent dalam 2-3 hari.4,5
Quo ad vitam umumnya bonam, sedangkan quo ad fungsionam dan sanationamnya
dubia ad malam, tergantung dari ada tidaknya penyakit penyerta serta pengobatan
lanjutannya.
DAFTAR PUSTAKA