Download as rtf, pdf, or txt
Download as rtf, pdf, or txt
You are on page 1of 11

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan menjadi perhatian


khusus dalam pemilihan makanan. Produk unggas, daging dan telur merupakan
sumber protein hewani yang diminati masyarakat, khususnya di Indonesia. Hal ini
dikarenakan harga yang terjangkau oleh masyarakat dibandingkan sumber protein
hewani yang lain. Untuk memenuhi kebutuhan ini diperlukan inovasi agar ayam
mampu tumbuh cepat dan sehat. Salah satu parameter yang menentukan pertumbuhan
adalah pakan. Dimana kualitas pakan ditentukan oleh kelengkapan nutrisi beserta
tingkat kecernaannya.

Selain dari kecukupan nutrisi, pemberian Antibiotic Growth Promotor (AGP)


dinilai mampu meningkatkatkan pertumbuhan dan efisiensi pakan. Begitu pula
penggunaan raptopamine dalam pakan dinilai mampu meningkatkan performa broiler
(Anonim, 2017). Selain meningkatkan performa, penggunaan AGP memiliki dampak
negatif yaitu terjadinya residu pada produk yang dihasilkan. Hal ini menjadi masalah
serius jika produk tersebut dikonsumsi oleh manusia. Karena residu tidak bisa
dihilangkan dengan proses pengolahan.

Setelah waktu permohonan perpanjangan penggunaan AGP oleh ketua umum


gabungan perusahaan makanan ternak (GPMT) Indonesia 2017 silam, maka per
tanggal 1 januari 2018 penggunaan AGP dalam pakan ternak resmi dilarang.
Pelarangan penggunaan AGP di atur dalam UU Nomor 18 tahun 2009 juncto UU
Nomor 41 tahun 2014 tentang peternakan dan kesehatan hewan, menyebutkan pada
pasal 22 ayat 4c: setiap orang dilarang menggunakan pakan yang dicampur hormon
tertentu dan atau antibiotic imbuhan pakan. Pemberhentiaan penggunaan AGP ini
memberi dampak negative dari segi produksi, dimana produksi unggas mengalami
penurunan. Di Kabupaten Blitar, sesuai yang disampaikan Detik News pada tanggal
26 Januari 2018 peternak ayam mengalami penyakit 90 – 40 (penyakit penurunan
produksi dari 90 % menjadi 40 %) pasca diberhentikannya pemakaian AGP dalam
pakan.

Hasil diskusi kebijakan pengendalian penggunaan AGP dan Ractopamine


dalam mendukung keamanan pangan nasional (2017) memberikan alternatif sebagai
pengganti AGP dalam pakan dengan enzyme, asam organic, bioaktif tanaman atau
herbal, probiotik, prebiotic, simbiotik dan peptide antimikroba (Antimicrobial
peptides). Salah satu prinsip kerja AGP adalah dengan mempertahankan
keseimbangan mikroflora dalam saluran pencernaan, sehingga absorbsi nutrisi pakan
maksimal. Astuningsih, C., dkk. (2014) menerangkan bahwa isolat katekin dari daun
teh mampu membunuh bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923. Dan
penambahan tepung daun teh dalam ransum mampu menurunkan kolesterol LDL
pada darah (Hrncar, C. dan J. Bujko, 2017). Hal ini sesuai penelitian Djaelani, M.A.
dan S. Tana (2015) bahwa Pemberian teh kombucha pada air minum broiler mampu
menurunkan kadar kolesterol LDL di dalam darah. Dalam hal ini dapat disimpulkan
bahwa senyawa katekin mampu digunaan sebagai feed additive pengganti AGP.

Provinsi Sumatera Barat merupakan pusat penghasil gambir (Uncaria roxb


gambir) di Indonesia. BPS (2016) menjelaskan bahwa luas Provinsi Sumatera Barat
sekitar 42,2 ribu Km2 dengan luas lahan tanaman gambir 31,791 Ha dan produksi
gambir 17,036.03 ton. Gambir merupakan hasil dari ekstrak daun dan ranting dengan
air panas, yang kemudian di endapkan, ditiriskan, dicetak dan dikeringkan. Proses
pengempaan dilakukan dengan cara tradisional maupun menggunakan alat kempa
hidrolik (Kasim, 2011). Dalam proses pengendapan dan penirisan didapatkan cairan
dan pasta, dimana pasta yang akan diteruskan menjadi gambir dan cairan akan
diambil sebagai limbah cair (di Payakumbuh disebut ‘kalincuang’ dan di pesisir
selatan disebut ‘aia pilang baliak’). Limbah cair yang didapatkan dari proses
pembuatan gambir kurang lebih 4 % dari gambir yang dihasilkan (Sofyan, dkk .
2015), sehingga pada tahun 2016 didapatkan limbah cair (Kalincuang) sekitar
681,441.2 liter.
Gambir oleh masyarakat sekitar digunakan sebagai obat sakit perut dan
campuran menyirih. Di India selaku pengimpor utama gambir dari Indonesia,
memanfaatkannya sebagai penyegar mulut. Kandungan senyawa kimia dalam gambir
terdiri dari: air 7,63 – 23,16 %, Tanin 12,24 – 24,16 %, Katekin 14,76 – 86,71 %,
Abu 1,43 – 25,24 % dan Zat tidak larut air 5,58 – 46,28 % (Rahmawati, dkk., 2012;
Isnawati, dkk., 2012; Kasim, dkk., 2015). Dalam penelitian yang sudah ada, gambir
digunakan sebagai: pewarna kain sutera dan katun (Sofyan, dkk., 2015), bahan
penyamak kulit (Kasim, dkk., 2013), Bahan perekat papan partikel (Fathanah dan
Sofyana, 2013), sediaan farmasi dan kosmetik (Rahmawati, dkk., 2012), antibakteri
(Pambayun, dkk., 2007), menurunkan kolesterol pada tikus (Yunarto, dkk., 2015).

Katekin merupakan senyawa kimia yang mendominasi dalam gambir,


sehingga mampu digunakan sebagai pengganti AGP. Sebagaimana penelitian Ohno,
dkk., (2013) yang menjelaskan bahwa pemberian katekin dari isolasi daun teh
Camellia sinensis dalam pakan mampu memberikan performa pada ternak
sebagaimana pakan yang diberi AGP (Anntibiotic growth promotor). Dan pemberian
tepung gambir 0,5 – 1,0 % dari pakan mampu memberikan konversi ransum (FCR)
broiler hingga 1,58 + 0,10 (Rosmiati, dkk., 2017). Selain sebagai pengganti AGP
dalam pakan, pemberian katekin hasil ektrak menggunakan etil asetat mampu
menurunkan kolesterol pada tikus (Yunarto, dkk., 2015).

Penelitian penggunaan gambir dalam pakan ternak masih sedikit dilakukan.


Hal ini dikarenakan penggunaan gambir dalam pakan bersaing dengan kebutuhan
gambir pada bidang farmasi yang memiliki harga jual lebih tinggi, sehingga dinilai
tidak solutif dalam permasalahan ini. Selain gambir, produk sampingannya berupa
cairan sisa penirisan atau pengendapan (kalincuang) diduga memiliki kandungan
senyawa yang tidak jauh berbeda dengan gambir. Hal ini dikarenakan senyawa-
senyawa fenol yang terkandung dalam tanaman gambir terlarut pada proses
pemasakan maupun pengempaan.
‘Kalincuang’ di masyarakat sekitar digunakan sebagai tambahan air perebusan
kembali dan disiramkan pada gambir yang telah dicetak. Pengggunaan kalincuang
untuk melakukan perebusan kembali menjadi salah satu penyebab rendahnya kualitas
gambir yang dihasilkan (Kasim, 2011). Penelitian tentang pemanfaatan kalincuang
telah dilakukan oleh Muchtar (2013) sebagai zat pewarna alami tekstil, Antidiabetes
dan antidislipidemia pada Mencit putih (Effendi, 2013), penurunan kadar gula darah
Mencit putih (Sandika, 2014), penurunan kadar kolesterol darah Mencit putih (Sari,
2014).

Ekstrak kalincuang yang didapatkan sebesar 1,74%, dengan kadar fenolik


74,888% dan proantosianidin 17,4 mg Eq. katekin/ ml ekstrak kalincuang (Effendi,
2013). Pada tahun 2016 terdapat ekstrak kalincuang kurang lebih 11.857 kg yang
belum termanfaatkan secara maksimal. Hal ini merupakan kesempatan untuk
memanfaatkan ekstrak kalincuang sebagai feed additive pengganti AGP dan untuk
menghasilkan produk unggas rendah kolesterol. Karena faktor persaingan dengan
kebutuhan manusia maka pencarian feed additive dari berbagai limbah terus
dilakukan guna untuk mencukupi kebutuhan feed additive dalam pakan ternak. Belum
adanya penelitian tentang dosis dan efektifitas ekstrak kalincuang pada unggas,
menjadikan penelitian dengan judul ‘Efektifitas pemanfaatan ekstrak kalincuang
sebagai feed additive pengganti AGP dan penurunan kolesterol pada produk unggas’
ini perlu dilakukan. Guna mengetahui efektifitas dan dosis ekstrak kalincuang sebagai
feed additive pada unggas.

B. Rumusan Masalah

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini yaitu:

a) Bagaimanakah aktifitas antioksidan ekstrak kalincuang?


b) Berapa lama ‘kalincuang’ mampu disimpan untuk menjaga aktititas
antioksidan?
c) Bagaimanakah effektifitas ekstrak kalincuang sebagai feed additive
pengganti AGP pada Broiler?
d) Berapakah dosis terbaik ekstrak kalincuan yang dapat digunakan
sebagai feed additive pada broiler?
e) Bagaimanakah effektifitas ekstrak kalincuang sebagai feed additive
pengganti AGP pada Layer?
f) Berapakah dosis terbaik ekstrak kalincuan yang dapat digunakan
sebagai feed additive pada Layer?
C. Tujuan Penelitian:

Tujuan penelitian ini yaitu :

a) Untuk mengetahui aktifitas antioksidan ekstrak kalincuang,


b) Untuk mengetahui kemampuan kalincuang disimpan sebagai sediaan
ekstrak kalincuang,
c) Untuk mengetahui effektifitas ekstrak kalincuang sebagai feed additive
pengganti AGP pada Broiler,
d) Untuk mendapatkan dosis terbaik ekstrak kalincuan yang dapat
digunakan sebagai feed additive pada broiler,
e) Untuk mengetahui effektifitas ekstrak kalincuang sebagai feed additive
pengganti AGP pada Layer, dan
f) Untuk mendapatkan dosis terbaik ekstrak kalincuan yang dapat
digunakan sebagai feed additive pada broiler.
D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:


a) Didapatkan standarisasi aktifitas antioksidan ekstrak kalincuan,
b) Didapatkan informasi untuk penanganan kalincuang sebelum
diekstrak,
c) Didapatkan informasi effektifitas ekstrak kalincuang sebagai feed
additive pengganti AGP pada Broiler,
d) Didapatkan dosis terbaik ekstrak kalincuang sebagai feed additive
pada Broiler,
e) Didapatkan informasi effektifitas ekstrak kalincuang sebagai feed
additive pengganti AGP pada Layer,
f) Didapatkan dosis terbaik ekstrak kalincuang sebagai feed additive
pada Layer,
g) Merekomendasikan penggunaan ekstrak kalincuang sebagai feed
additive untuk Broiler dan Layer kepada masyarakat.
E. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

a) Terdapat aktifitas antioksidan pada ekstrak ‘kalincuang’,


b) ‘Kalincuang’ mampu disimpan hingga beberapa hari pada tempat
kedap udara,
c) ‘Kalincuang’ mampu digunakan sebagai feed additive pengganti AGP
dalam pakan dan mampu menurunkan kolesterol pada produk yang
dihasilkan,
d) Pada dosis tertentu ekstrak kalincuang dapat bekerja maksimal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Potensi Limbah Perasan Gambir Sebagai Feed Additive

Provinsi Sumatera Barat merupakan provinsi yang terletak di pulau Sumatera


dengan luas wilayah sekitar 42,2 ribu Km2. Terletak antara 0054’ Lintang Utara dan
3030’ Lintang Selatan dan 98036’ – 101053 Bujur Timur dan dilalui garis katulistiwa
pada garis lintang 00. Dengan batas sebelah Utara Provinsi Sumatera Utara dan Riau;
Selatan dan Baratdengan Samudera Hindia; dan Timur dengan Provinsi Jambi dan
Bengkulu (Anonim, 2017).

Luas lahan kering pada tahun 2016 adalah 2.134.421,0 Ha dengan luas lahan
tanaman gambir 31,791 Ha yang terpusat pada kabupaten 50 kota (16.199 Ha) dan
pesisir selatan (14.303 ha), selebihnya tersebar di Padang pariaman 57 Ha; Agam 976
Ha; Pasaman 64 Ha; Pasaman Barat 146 Ha; dan kota Padang 46 Ha. Gambir
merupakan salah satu tanaman unggulan Provinsi Sumatera Barat sebagai komoditi
ekspor. Pada tahun 2016 produksi gambir mencapai 17,036.03 ton (Anonim, 2017).
Dengan jumlah eksport 95 % (16.184,23 ton) (Hosen, 2017).

Tanaman gambir (Uncaria gambir (Hunter) Roxb) merupakan tanaman semak


dengan klasifikasi sebagai berikut:

Famili : Rubiaceae

Sinonim :

Gambir
BPS, 2016. Provinsi Sumatera Barat dalam Angka 2017. Badan Pusat Statistik
Provinsi Sumatera Barat

Kasim, Anwar. 2011.Proses Produksi dan Industri Hilir Gambir. Universitas Andalas
Press. Padang

Sofyan dan Falisnur dan Salmariza, S., 2015. Pengaruh Perlakuan Limbah dan Jenis
Mordan Kapur, Tawas, dan Tunjung Terhadap Mutu Pewarnaan Kain Sutra dan
Katun Menggunakan Limbah Cair Gambir (Uncaria Gambir Roxb). Jurnal
Litbang Industri Vol. 5 No. 2

Kasim, A., A. Asben dan S. Mutiar, 2015. Kajian Kualitas Gambir dan Hubungannya
dengan Karakteristik Kulit Tersamak. Majalah kulit, Karet, dan Plastik Vol. 31
No. 1 Juni Tahun 2015: 55-56

Rahmawati,N., A. Baktiar, D. P. Putra. 2012. Isolasi Katekin dari Gambir (Uncaria


gambir (Hunter). Roxb) untuk Sediaan Farmasi dan Kosmetik. Jurnal
Penelitian Farmasi Indonesia 1(1), September 2012: 6-10
Isnawati, A., M. Raini, O. D. Sampurno, D. Mutiatikum, L. Widowati, dan R.
Gitawati, 2012. Karakterisasi Tiga Jenis Ekstrak Gambir (Uncaria gambir
Roxb) dari Sumatera Barat. Bul. Penelit. Kesehat, Vol. 40, No. 4, 2012: 201 –
208

Pambayun, R., M. Gardjito, S. Sudarmadji, dan K. R. Kuswanto, 2007. Kandungan


Fenol dan Sifat Antibakteri dari berbagai jenis ekstrak produk gambir (Uncaria
gambir roxb). Majalah Farmasi Indonesia, 18(3), 141 – 146, 2007

Fathanah, U. dan Sofyana, 2013. Pembuatan Papan Partikel (Particle Board) dari
Tandan Kosong Sawit dengan Perekat Kulit Akasia dan Gambir. Jurnal
Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 9, No. 3, Hlm. 138 - 143, Juni 2013

Ohno, A., S. Kataoka, Y. Ishii, T. Terasaki. M. Kiso, M. Okubo, K. Yamaguchi, dan


K. Tateda. 2013. Evaluation of Camellia sinensis Catechins as a Swine
Antimicrobial Feed Additive that does not Cause Antibiotic Resistance.
Microbes Environ. Vol. 28, No. 1, 81–86, 2013

Muchtar, Hendri. 2013. Pengaruh Penambahan Garam Natrium dalam Proses


Pengendapan Limbah Pengolahan Gambir terhadap Rendemen Tanin. Jurnal
Litbang Industri, Vol.3 No.1, Juni 2013: 59-65

Anonim. 2017. Kebijakan Pengendalian Penggunaan Antibiotik Growth Promotors


dan Ractopamine dalam Mendukung Keamanan Pangan Nasional. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor

Astuningsih C., W. Setyani, dan H. Hidratna. 2014. Uji Daya Antibakteri dan
Identifikasi Isolat Senyawa Katekin dari Daun The (Camellia sinensisL. var
Assamica). Jurnal Farmasi Sains Dan Komunitas, November 2014, hlm. 50-57
Vol. 11 No. 2

Hrncar, C. dan J. Bujko. 2017. Effect of Different Levels of Green Tea (Camellia
Sinensis) On Productive Performance, Carcass Characteristics. Potravinarstvo
Slovak Journal of Food Sciences vol. 11, 2017, no. 1, p. 623-628
Rosmiati, W. O., N. Sandiah, dan R. Aka. 2017. Penampilan Produksi Ayam Broiler
Yang Diberi Tepung Gambir (Uncaria Gambir Roxb) Sebagai Feed Additive
Dalam Pakan. JITRO VOL.4 NO.1 Januari 2017

Yunarto, N., B. Elya, dan L. Konadi. 2015. Potensi Fraksi Etil Asetat Ekstrak Daun
Gambir (Uncaria gambir Roxb.) sebagai Antihiperlipidemia. Jurnal
Kefarmasian Indonesia. Vol.5 No.1-Feb. 2015:1-10

Effendi, Hastria. 2013. Uji Aktifitas Antidiabetes dan Antidislipidemia “Kalincuang”


pada Mencit Putih Jantan Diabetes Dislipidemia. Tesis. Pascasarjana
Universitas Andalas. Padang

Sari, M. Purnama. 2014. Efek Ekstraks Limbah Produksi Gambir (Uncaria Gambir
(Hunter) Roxb) dari Pesisir Selatan dan Lima Puluh Kota terhadap Kadar
Kolesterol Darah Mencit Deabetes Hipercholesteraemia yang Diinduksi
dengan Aloksan dan Makanan Lemak Tinggi. Skripsi. Fakultas Farmasi.
Universitas Andalas. Padang

Djaelani, M. A. dan S. Tana. 2015. Pemberian Teh Kombuncha pada Air Minum
terhadap Nilai LDL Kolesterol dan HDL Kolesterol Darah Ayam Broiler
(Gallus sp). Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume XXIII, Nomor 2, Oktober
2015

Sandika, Nurlaila. 2014. Efek Kalincuang dari Sentra Produksi Gambir Sumatera
Barat terhadap Kadar Gula Darah Mencit Putih Jantan Diabetes Dislipidemia.
Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Andalas. Padang

Detik News. 28 Januari 2018. https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-


3834256/pakan-ternak-agp-dilarang-ayam-di-blitar-diserang-penyakit

Hosen, Nasrul. 2017. Profil Sistem Usaha Pertanian Gambir di Sumatera Barat.
Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol.17 (2): 124-131

You might also like