Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 7

41

Konsentrasi VFA rumen merupakan salah satu tolok ukur untuk menilai fermentabilitas
pakan dan erat kaitannya dengan aktivitas dan populasi mikrobial rumen. Mikrobial
rumen mengkonversi karbohidrat pakan menjadi VFA, karbondioksida dan methan. Energi
yang dihasilkan dari konversi karbohidrat pakan tersebut, digunakan untuk pertumbuhan
mikrobial rumen.

Tabel 10 Pengaruh waktu inkubasi dan macam Casrea terhadap konsentrasi VFA
(mM).

Macam Waktu Inkubasi (jam)


CASREA 2 4 6 Rataan
Casrea1 150.67±8.96 176.00±7.94 178.00±2.65 168.22a±15.20
Casrea2 135.33±3.21 160.67±4.51 164.33±3.79 153.44b±15.80
Casrea3 132.00±11.0 159.33±6.51 163.00±4.00 151.44b±16.90
Casrea4 131.33±9.29 158.00±5.29 162.00±4.58 150.44b±16.70
Rataan 137.33a±9.10 163.50b±8.40 166.83b±7.50
Angka dengan huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama berbeda nyata (p<0.05).

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa macam Casrea nyata (p<0.05)


pengaruhnya terhadap konsentrasi VFA rumen (Tabel 10). Casrea1 menghasilkan
konsentrasi VFA rumen lebih tinggi (p<0.05) dibandingkan ke tiga Casrea lainnya
(Casrea2, Casrea3, dan Casrea4). Dengan demikian, Casrea dengan bahan yang
diekstrusi sebelumnya mengakibatkan penurunan konsentrasi VFA. Penurunan
konsentrasi VFA ini akibat terjadinya kompleks ubi kayu-urea pada proses ekstrusi,
sehingga fermentabilitas Casrea menurun. Namun demikian, nilai penurunan VFA
ini masih berada pada kisaran VFA yang dibutuhkan untuk pertumbuhan mikrobial
rumen yang optimal yaitu 80 -160 mM (Van Soest 1982). Oleh karena itu,
konsentrasi VFA pada Casrea dengan bahan terekstrusi masih mampu menyediakan
sumber energi dan kerangka karbon untuk sintesis mikrobial rumen. Berbeda
dengan penelitian sebelumnya, bahwa proses pengukusan pada ubi jalar yang
kemudian baru ditambahkan urea, justru mengakibatkan peningkatan konsentrasi
VFA rumen (Prasetiyono 1992), karena pada proses pengukusan tersebut tidak
dihasilkan senyawa kompleks pati-urea. Disisi lain, Casrea2, Casrea3, dan Casrea4
tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, walaupun komposisi urea dalam Casrea
ditingkatkan dari 22 sampai 32%. Fenomena ini mencerminkan bahwa ketersediaan
VFA untuk sintesis mikrobial rumen mulai stabil pada Casrea2 (komposisi urea
22%). Fermentabilitas pakan erat kaitannya dengan aktivitas dan populasi mikrobial
rumen. Bersama-sama
42

dengan ammonia, VFA merupakan bahan utama pembentukan protein mikrobial


yang berguna bagi hewan induk semang (Preston & Leng 1987).
Pengaruh waktu inkubasi terhadap konsentrasi VFA tersaji pada Tabel 10.
Waktu inkubasi berpengaruh nyata (p<0.05) terhadap konsentrasi VFA. Namun
demikian, waktu inkubasi 4 dan 6 jam tidak menunjukkan perbedaan yang nyata,
ini menunjukkan bahwa konsentrasi VFA mulai stabil pada waktu inkubasi 4 jam.
Pada waktu inkubasi 4 jam penggunaan VFA oleh mikrobial rumen mulai optimal,
sehingga pada inkubasi berikutnya (6 jam) tidak terjadi peningkatan produksi VFA
yang nyata.

Konsentrasi NH3 Rumen


Konsentrasi NH3 rumen juga merupakan salah satu tolok ukur untuk menilai
fermentabilitas pakan dan erat kaitannya dengan aktivitas dan populasi mikrobial
rumen. Selain itu, konsentrasi ammonia rumen merupakan kunci bagi sintesis
mikrobial rumen. Apabila kandungan protein pakan rendah atau protein pakan tahan
degradasi, maka konsentrasi ammonia rumen akan rendah dan sintesis mikrobial
rumen terhambat yang pada akhirnya pemecahan karbohidrat menjadi lambat.
Sebaliknya apabila konsentrasi ammonia yang dilepas dari sumber nitrogen bukan
protein (misalnya: urea) terlalu cepat dan melebihi kecepatan penggunaannya oleh
mikrobial rumen, maka ammonia akan terakumulasi dalam darah sehingga dapat
mengakibatkan racun (toxic) bagi ternak.
Tabel 11 menunjukkan bahwa konsentrasi NH3 pada Casrea2, Casrea3 dan
Casrea 4 lebih rendah (p<0.05) dibandingkan Casrea1. Dengan demikian, proses
ekstrusi pada bahan Casrea mampu menurunkan konsentrasi ammonia rumen. Hasil
ini disebabkan menurunnya fermentabilitas bahan akibat pembentukan kompleks
ubi kayu-urea pada proses ekstrusi. Namun demikian, Konsentrasi NH3 pada
Casrea2, Casrea3, dan Casrea4 tidak menunjukkan peningkatan yang nyata,
walaupun komposisi urea ditingkatkan yaitu pada pembuatan Casrea2, Casrea3 dan
Casrea4 masing-masing 22%, 27% dan 32%. Fenomena ini menunjukkan bahwa
ekstrusi mampu meredam laju pelepasan NH3 (SRA) dari kompleks ubi kayu-urea,
sehingga pasokan NH3 dalam rumen dapat terkendali. Hasil penelitian Helmer et al.
(1970), yang menggunakan jagung-urea terekstrusi mampu
43

memperlambat laju pelepasan N-amonia dan meningkatkan protein bakteri rumen


dibandingkan jagung-urea yang tidak terekstrusi.

Tabel 11 Pengaruh waktu inkubasi dan macam Casrea terhadap konsentrasi NH3
(mM).

Macam Waktu Inkubasi (jam)


CASREA 2 4 6 Rataan
Casrea1 34.14±1.56 47.61±1.56 48.51±2.70 43.42a±8.10
Casrea2 26.95±0.00 30.54±1.56 31.44±1.56 29.65b±2.40
Casrea3 27.85±1.56 31.44±1.56 32.34±2.70 30.54b±2.40
Casrea4 28.75±1.56 32.34±2.70 33.24±1.56 31.44b±2.40
Rataan 29.42a±3.20 35.48b±8.10 36.38b±8.10
Angka dengan huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama berbeda nyata (p<0.05).

Guna menerangkan pembentukan kompleks ubi kayu-urea, maka pada


percobaan ini juga dilakukan analisis bilangan gelombang gugus fungsi pada
Casrea1 (tanpa ekstrusi) dan Casrea2 (ekstrusi) yang mewakili CASREA terbaik,
melalui rekaman spectra inframerah dengan alat Spectrophotometry Infra Red,
seperti yang tersaji pada Gambar 3.
Berdasarkan Gambar tersebut tampak adanya perbedaan pola spektra pada
bilangan gelombang 1640-1720 cm-1 dan 3000-3600 cm-1 antara perlakuan tanpa
ektrusi (spectra a) dengan perlakuan ekstrusi (spectra b). Pada bilangan gelombang
1640-1720 cm-1 merupakan pola spektra dari gugus fungsi CONH2 (amida) yang
berasal dari urea sedangkan pada bilangan gelombang 3000-3600 cm-1 merupakan
pola spektra gugus fungsi OH (hidroksil) yang berasal dari pati ubi kayu. Secara
detail, berdasarkan rekaman analisis spectra kedua SPN (Casrea1 vs. Casrea2),
maka bilangan gelombang gugus fungsi OH pada Casrea2 meningkat 100 cm -1
yakni dari 3000 cm-1 (Casrea1) berubah menjadi 3100 cm-1 (Casrea2). Sedangkan
bilangan gelombang gugus fungsi CONH2 pada Casrea2 meningkat 20 cm-1 yakni
dari 1640 cm-1 (Casrea1) berubah menjadi 1660 cm-1 (Casrea2). Berdasarkan rumus
E= h.v, dimana E= energi radiasi electromagnet, h=konstanta Planck (6.63 x 10-34),
dan v= bilangan gelombang (Skoog et al. 1992), maka meningkatnya bilangan
gelombang ini mengindikasikan bahwa energi ikat pada persenyawaan kompleks
ubi kayu-urea melalui ikatan antara NH2 (asal urea) dengan atom karbon nomer 6
dari unit polisakarida (pati ubi kayu)
44

Gambar 3 Spektrum infra merah pada Casrea1 (a) dan Casrea2 (b).

semakin besar, dan ikatan ini sangat sulit dipecah kecuali dengan bantuan
biocatalyst berupa enzim-enzim yang ada dalam rumen.
Percobaan ini juga dikuatkan dari hasil penelitian yang dilakukan Galo et al.
(2003) yang mana urea yang dilapisi polimer (polymer-coated urea) mampu
memperlambat hidrolisis menjadi ammonia dari pada urea yang tidak dilapisi, dan
ammonia dapat digunakan lebih efisien oleh mikrobial rumen. Huntington et al.
(2006) juga menguatkan hasil penelitian ini, bahwa produk Slow Release Urea
(SRU) mampu efektif mengurangi laju pelepasan N ammonia rumen dibandingkan
dengan penggunaan suplemen urea dalam ransum sapi jantan kebiri.
Tabel 11 menunjukkan bahwa waktu inkubasi berpengaruh nyata terhadap
konsentrasi NH3 (p<0.05). Waktu inkubasi 2 jam menghasilkan NH3 lebih rendah
dibandingkan waktu inkubasi 4 dan 6 jam. Namun demikian, waktu inkubasi 4 dan
6 jam tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, ini menunjukkan bahwa
konsentrasi NH3 mulai stabil pada waktu inkubasi 4 jam sampai 6 jam. Pada waktu
mulai inkubasi 4 jam penggunaan NH3 oleh mikrobial rumen mulai
45

optimal, sehingga pada inkubasi berikutnya (6 jam) tidak terjadi peningkatan NH3
yang nyata.

Bobot Protein Endapan


Peubah bobot protein endapan mencerminkan besarnya sumbangan protein
pasca rumen. Protein endapan ini merupakan protein pakan yang lolos dari
degradasi mikrobial rumen yang tercampur dengan protein mikrobial. Protein
mikrobial disintesis dari ammonia sebagai sumber N dan VFA sebagai kerangka
karbon.
Tabel 12 menunjukkan bahwa perlakuan CASREA nyata mempengaruhi
produksi protein endapan (p<0.05). Bobot protein endapan pada Casrea2, Casrea3,
dan Casrea4 lebih tinggi (p<0.05) dibandingkan Casrea1. Fenomena ini
menunjukkan bahwa proses ekstrusi bahan Casrea mampu meningkatkan sintesis
mikrobial rumen sebagaimana yang diharapkan. Namun demikian, peningkatan
komposisi urea dari 22% sampai dengan 32% dalam bahan Casrea yang diekstrusi
tidak mampu meningkatkan sintesis mikrobial rumen. Fenomena ini membuktikan
bahwa penggunaan urea 22% dalam bahan Casrea2 sudah cukup stabil untuk
meningkatkan sintesis mikrobial rumen. Disisi lain, fermentabilitas Casrea2 juga
sangat efektif dalam menyediakan VFA (Tabel 10) sebagai kerangka karbon dan
sumber energi serta mampu mendukung ketersediaan NH3 (Tabel 11) sebagai
sumber N untuk sintesis mikrobial rumen yang optimal. Dengan demikian, Casrea2
mampu menciptakan sinkronisasi antara pelepasan NH3 dari kompleks ubi kayu-
urea dengan ketersediaan kerangka karbon dan energi untuk sintesis protein
mikrobial rumen. Hasil penelitian ini menguatkan temuan Chanjula et al. (2004)
bahwa untuk meningkatkan produksi mikrobial rumen diperlukan sinkronisasi
antara ketersediaan N dengan energi. Walaupun demikian, kondisi ini juga akibat
dukungan mineral dalam formulasi, terutama sulfur. Sulfur sangat penting dalam
pembentukan asam amino oleh mikrobial rumen. Suplementasi sulfur sangat
penting dalam ransum dengan kandungan non-protein yang tinggi terutama urea.
Rendahnya intake sulfur dapat menyebabkan defisiensi protein (Carneiro et al.
2000).
46

Tabel 12 Pengaruh waktu inkubasi dan macam Casrea terhadap bobot protein
endapan (mg).

Macam Waktu Inkubasi (jam)


CASREA 2 4 6 Rataan
Casrea1 15.95±2.88 21.44±0.95 25.90±4.27 21.10a±5.00
Casrea2 26.10±0.74 30.8±3.27 30.22±1.04 29.04b±2.60
Casrea3 25.03±6.45 28.09±1.18 29.20±1.28 27.44b±2.20
Casrea4 24.03±0.48 27.59±1.33 28.23±10.02 26.62b±2.30
Rataan 22.78a±4.60 26.98b±4.00 28.39b±1.80
Angka dengan huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama berbeda nyata (p<0.05).

Tabel 12 menunjukkan bahwa, waktu inkubasi berpengaruh nyata terhadap


bobot protein endapan (p<0.05). Waktu inkubasi konsisten meningkatkan sintesis
mikrobial rumen, namun demikian waktu inkubasi 4 jam dan 6 jam tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata, ini menunjukkan bahwa sintesis mikrobial
rumen mulai stabil pada waktu inkubasi 4 jam. Data konsentrasi NH3 dan VFA
mendukung fenomena ini, pada waktu mulai inkubasi 4 jam penggunaan NH3 dan
VFA oleh mikrobial rumen mulai optimal.

Kecernaan Protein
Kecernaan protein mencerminkan mutu protein yang masuk ke dalam usus
halus setelah melalui rumen, baik yang berupa protein mikrobial maupun protein
pakan. Gambar 4 menunjukkan bahwa kecernaan protein pada Casrea1 lebih rendah
(p<0.05) dibandingkan ke tiga Casrea lainnya (Casrea2, Casrea3, dan Casrea 4).
Fenomena ini menunjukkan bahwa proses ekstrusi mampu meningkatkan mutu
protein yang masuk ke usus halus. Kecernaan protein pada Casrea1, Casrea2,
Casrea3, dan Casrea4 masing-masing adalah 53.95, 76.16,
72.18 dan 69.07%. Casrea2 memiliki kecernaan protein tertinggi dibandingkan
Casrea1 (54%), Casrea3 (72%) dan Casrea4 (69%). Tingginya kecernaan protein
pada perlakuan Casrea2 disebabkan produksi protein mikrobial pada perlakuan ini
menunjukkan angka yang lebih besar (29.04 mg) diantara perlakuan lainnya. Hasil
ini membuktikan bahwa protein mikrobial rumen mempunyai kualitas yang baik
dan kecernaan yang tinggi serta sangat besar artinya untuk peningkatan pasokan
protein bagi ternak. Menurut Stern et al. (2006) karena protein mikrobial memiliki
kualitas yang tinggi, maka sangat penting untuk memaksimalkan sintesis protein
4
7

mikrobial dalam rumen. Disebutkan pula bahwa sintesis protein


mikrobial dalam rumen memiliki kontribusi yang besar terhadap
pasokan protein ke dalam usus halus ruminansia yaitu antara 50 –
80% dari total protein yang diabsorbsi. Jumlah total protein
mikrobial yang masuk dalam usus halus tergantung pada
ketersediaan nutrien dan efisiensi penggunaan nutrien-nutrien
tersebut oleh mikrobial rumen. CASREA selain mampu
menyediakan suplai NH3 yang efisien juga mampu bertindak
sebagai sumber energi dan kerangka karbon bagi pertumbuhan
mikrobial rumen.

b b b
80
a
70
60
50
40
30
20
10
0
Casrea1 Casrea2 Casrea3 Casrea4

Macam Casrea

Kecernaan Protein (%)

Gambar 4 Pengaruh macam CASREA terhadap kecernaan protein.

You might also like