Tinjauan Teori Tonsilektomi Fixzzzz!!!

You might also like

Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 29

LAPORAN PENDAHULUAN & ASUHAN KEPERAWATAN

POST TONSILEKTOMI

DISUSUN OLEH :

1. Ayu Denis Aryaniti (15C11542)


2. Ni Made Bintang Windy Lestari (15C11544)
3. Ni Putu Esthi Saraswati (15C11557)
4. Ni Putu Nova Widiartini (15C11575)
5. Komang Rizki Rahayu Putri.P (15C11586)
6. Ni Luh Putu Wulan Megantari (15C11598)

ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALI
TAHUN AJARAN 2016/2017
TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN

Tonsilitis atau kalangan masyarakat awam menyebut dengan istilah penyakit


Amandel. Tonsillitis adalah infeksi (radang) tonsil (amandel) yang pada umumnya
disebabkan oleh mikro-organisme (bakteri dan virus). Terbanyak dialami oleh anak usia
5-15 tahun. Tonsillitis, berdasarkan waktu berlangsungnya (lamanya) penyakit, terbagi
menjadi 2, yakni Tonsilitis akut dan Tonsilitis kronis.

Dikategorikan Tonsilitis akut jika penyakit (keluhan) berlangsung kurang dari 3


minggu. Sedangkan Tonsilitis kronis jika infeksi terjadi 7 kali atau lebih dalam 1 tahun,
atau 5 kali selama 2 tahun, atau 3 kali dalam 1 tahun secara berturutan selama 3 tahun.
Adakalanya terdapat perbedaan penggolongan kategori Tonsilitis akut dan Tonsilitis
kronis.

Tonsilektomi adalah operasi pengangkatan tonsil/mandel/amandel. Operasi ini


merupakan operasi THT-KL yang paling sering dilakukan pada anak-anak. Para ahli
belum sepenuhnya sependapat tentang indikasi tentang tonsilektomi, namun sebagian
besar membagi alasan (indikasi) tonsilektomi menjadi: Indikasi absolut dan Indikasi
relatif.

Tonsilektomi merupakan pembedahan yang paling banyak dan biasa dilakukan di


bagian THT (Telinga, Hidung dan Tenggorok), oleh karena itu sering dianggap sebagai
pembedahan kecil saja. Tetapi bagaimanapun juga, tonsilektomi adalah suatu
pembedahan yang merupakan tindakan manipulasi yang dapat menimbulkan trauma
dengan risiko kerusakan jaringan. Komplikasi mulai dari yang ringan bahkan sampai
mengancam kematian atau gejala subyektif pada pasien berupa rasa nyeri pasca bedah
dapat saja terjadi.

B. ETIOLOGI

Menurut Adams George (1999), tonsilitis akut paling sering disebabkan oleh
streptokokus beta hemolitikus grup A.

1. Pneumococcus

2. Staphilococcus

3. Haemalphilus influenza

4. Kadang streptococcus non hemoliticus atau streptococcus viridens.

Menurut Iskandar N (1993 Bakteri merupakan penyebab pada 50 % kasus tonsillitis


bakteri yang paling sering adalah:
1. Streptococcus B hemoliticus grup A

2. Streptococcus viridens

3. Streptococcus pyogenes

4. Staphilococcus

5. Pneumococcus

Sedangkan virus yang berperan menyebabkan penyakit ini adalah Golongan Para
influenza Virus, Adenovirus dan Herpes simplex.
C. PATOFISIOLOGI

Streptococcus
hemolitikus tipe A
Virus hemolitikus
influenza

Reaksi antigen dan


antibody dalam tubuh

Antibody dalam tubuh


tidak dapat melawan
antigen kuman

Virus dan bakteri


menginfeksi tonsil

Epitel terkikis

Inflamasi tonsil

Nyeri saat menelan Respon inflamasi Pembengkakan tonsil

Anoreksia Rangsang termoregulasi Sumbatan jalan nafas dan


hipotalamus cerna

Intake tidak adekuat

Tindakan
 Suhu Tubuh Nyeri Tonsilektomi
Resiko Kurang
Nutrisi
Hipertermi Cemas
inflamas
Penumpukan secret Operasi invasive Bekas luka operasi Kesulitan menelan Kurang
penyebaran kuman pemahaman

Bersihan jalan Nyeri akut Perubahan


nafas tidak Resiko tinggi nutrisi kurang Kurang
efektif infeksi dari kebutuhan pengetahua

tubuh n
D. TANDA DAN GEJALA TONSILITIS

Keluhan yang dapat dialami penderita Tonsilllitis, antara lain:

1. Tengorokan terasa kering, atau rasa mengganjal di tenggorokan (leher)


2. Nyeri saat menelan (nelan ludah ataupun makanan dan minuman) sehingga menjadi
malas makan.
3. Nyeri dapat menjalar ke sekitar leher dan telinga.
4. Demam, sakit kepala, kadang menggigil, lemas, nyeri otot.
5. Dapat disertai batuk, pilek, suara serak, mulut berbau, mual, kadang nyeri perut,
pembesaran kelenjar getah bening (kelenjar limfe) di sekitar leher.
6. Adakalanya penderita tonsilitis (kronis) mendengkur saat tidur (terutama jika disertai
pembesaran kelenjar adenoid (kelenjar yang berada di dinding bagian belakang antara
tenggorokan dan rongga hidung).Pada pemeriksaan, dijumpai pembesaran tonsil
(amandel), berwarna merah, kadang dijumpai bercak putih (eksudat) pada permukaan
tonsil, warna merah yang menandakan peradangan di sekitar tonsil dan tenggorokan.

Tentu tidak semua keluhan dan tanda di atas diborong oleh satu orang
penderita. Hal ini karena keluhan bersifat individual dan kebanyakan para orang tua
atau penderita akan ke dokter ketika mengalami keluhan demam dan nyeri telan.

E. PENCEGAHAN

Tak ada cara khusus untuk mencegah infeksi tonsil (amandel). Secara umum
disebutkan bahwa pencegahan ditujukan untuk mencegah tertularnya infeksi rongga
mulut dan tenggorokan yang dapat memicu terjadinya infeksi tonsil. Namun setidaknya
upaya yang dapat dilakukan adalah:

1. Mencuci tangan sesering mungkin untuk mencegah penyebaran mikro-organisme


yang dapat menimbulkan tonsilitis.
2. Menghindari kontak dengan penderita infeksi tanggorokan, setidaknya hingga 24 jam
setelah penderita infeksi tenggorokan (yang disebabkan kuman) mendapatkan
antibiotika.

F. PENATALAKSANAAN

Pada penderita tonsillitis, terlebih dahulu harus diperhatikan pernafasan dan status
nutrisinya. Jika perbesaran tonsil menutupi jalan nafas, maka perlu dilakukan
tonsilektomi, demikian juga jika pembesaran tonsil menyebabkan kesulitan menelan dan
nyeri saat menelan, menyebabkan penurunan nafsu makan / anoreksia. Pada penderita
tonsillitis yang tidak memerlukan tindakan operatif (tonsilektomi), perlu dilakukan oral
hygiene untuk menghindari perluasan infeksi, sedangkan untuk mengubahnya dapat
diberikan antibiotic, obat kumur dan vitamin C dan B.
Pemantauan pada penderita pasca tonsilektomi secara kontinu diperlukan karena
resiko komplikasi hemorraghi. Posisi yang paling memberikan kenyamanan adalah
kepala dipalingkan kesamping untuk memungkinkan drainage dari mulut dan faring
untuk mencegah aspirasi. Jalan nafas oral tidak dilepaskan sampai pasien menunjukkan
reflek menelanya telah pulih.

Jika pasien memuntahkan banyak darah dengan warna yang berubah atau berwarna
merah terang pada interval yang sering, atau bila frekuensi nadi dan pernafasan
meningkat dan pasien gelisah, segera beritahu dokter bedah. Perawat harus mempunyai
alat yang disiapkan untuk memeriksa temapt operasi terhadap perdarahan, sumber
cahaya, cermin, kasa, nemostat lengkung dan basin pembuang. Jika perlu dilakukan
tugas, maka pasien dibawa ke ruang operasi, dilakukan anastesi umur untukmenjahit
pembuluh yang berdarah. Jika tidak terjadi perdarahan berlanjut beri pasien air dan
sesapan es. Pasien diinstruksikan untuk menghindari banyak bicara dan bentuk karena
hal ini akan menyebabkan nyeri tengkorak.

Setelah dilakukan tonsilektomi, membilas mulut dengan alkalin dan larutan normal
salin hangat sangat berguna dalam mengatasi lender yang kental yang mungkin ada. Diet
cairan atau semi cair diberikan selama beberapa hari serbet dan gelatin adalah makanan
yang dapat diberikan. Makanan pedas, panas, dingin, asam atau mentah harus dihindari.
Susu dan produk lunak (es krim) mungkin dibatasi karena makanan ini cenderung
meningkatkan jumlah mucus yang terbentuk.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Berdasarkan hasil kajian HTA Indonesia 2003 tentang persiapan rutin prabedah
elektif, maka pemeriksaan penunjang yang direkomendasikan untuk tonsilektomi adalah
sebagai berikut:

1. Pemeriksaan darah tepi: Hb, Ht, leukosit, hitung jenis, trombosit


2. Pemeriksaan hemostasis: BT/CT, PT/APTT

H. JENIS TEKNIK OPERASI


1. Cara Guillotine

Diperkenalkan pertama kali oleh Philip Physick (1828) dari Philadelphia,


sedangkan cara yang masih digunakan sampai sekarang adalah modifikasi Sluder. Di
negara-negara maju cara ini sudah jarang digunakan dan di Indonesia cara ini hanya
digunakan pada anak-anak dalam anestesi umum. Tehniknya adalah sbb :
a. Posisi pasien telentang dalam anestesi umum. Operator di sisi kanan berhadapan
dengan pasien.
b. Setelah relaksasi sempurna otot faring dan mulut, mulut difiksasi dengan pembuka
mulut. Lidah ditekan dengan spatula.
c. Untuk tonsil kanan, alat guillotine dimasukkan ke dalam mulut melalui sudut kiri.
d. Ujung alat diletakkan diantara tonsil dan pilar posterior, kemudian kutub bawah
tonsil dimasukkan ke dalam Iubang guillotine. Dengan jari telunjuk tangan kiri
pilar anterior ditekan sehingga seluruh jaringan tonsil masuk ke dalam Iubang
guillotine.
e. Picu alat ditekan, pisau akan menutup lubang hingga tonsil terjepit.
f. Setelah diyakini seluruh tonsil masuk dan terjepit dalam lubang guillotine, dengan
bantuan jari, tonsil dilepaskan dari jaringan sekitarnya dan diangkat keluar.
Perdarahan dirawat.

2. Cara diseksi

Cara ini diperkenalkan pertama kali oleh Waugh (1909). Cara ini digunakan
pada pembedahan tonsil orang dewasa, baik dalam anestesi umum maupun lokal.
Tehniknya adalah sbb :

1. Bila menggunakan anestesi umum, posisi pasien terlentang dengan kepala sedikit
ekstensi. Posisi operator di proksimal pasien.
2. Dipasang alat pembuka mulut Boyle-Davis gag.
3. Tonsil dijepit dengan cunam tonsil dan ditarik ke medial
4. Dengan menggunakan respatorium/enukleator tonsil, tonsil dilepaskan dari fosanya
secara tumpul sampai kutub bawah dan selanjutnya dengan menggunakan jerat
tonsil, tonsil diangkat. Perdarahan dirawat.

3. Cryogenic tonsilectomy

Tindakan pembedahan tonsil dapat menggunakan cara cryosurgery yaitu


proses pendinginan jaringan tubuh sehingga terjadi nekrosis. Bahan pendingin yang
dipakai adalah freon dan cairan nitrogen.

4. Teknik elektrokauter

Teknik ini memakai metode membakar seluruh jaringan tonsil disertai


kauterisasi untuk mengontrol perdarahan. Pada bedah listrik transfer energi berupa
radiasi elektromagnetik untuk menghasilkan efek pada jaringan. Frekuensi radio yang
digunakan dalam spektrum elektromagnetik berkisar pada 0,1 hingga 4 Mhz.
Penggunaan gelombang pada frekuensi ini mencegah terjadinya gangguan konduksi
saraf atau jantung.

5. Radiofrekuensi

Pada teknik ini radiofrekuensi elektrode disisipkan langsung kejaringan.


Densitas baru disekitar ujung elektrode cukup tinggi untuk membuka kerusakan
bagian jaringan melalui pembentukan panas. Selama periode 4-6 minggu, daerah
jaringan yang rusak mengecil dan total volume jaringan berkurang.

6. Skapel harmonik
Skapel harmonik menggunakan teknologi ultrasonik untuk memotong dan
mengkoagulasi jaringan dengan kerusakan jaringan minimal.

7. Teknik Coblation

Coblation atau cold ablation merupakan suatu modalitas yang unuk karena
dapat memanfaatkan plasma atau molekul sodium yang terionisasi untuk mengikis
jaringan.

Mekanisme kerja dari coblation ini adalah menggunakan energi dari


radiofrekuensi bipolar untuk mengubah sodium sebagai media perantara yang akan
membentuk kelompok plasma dan terkumpul disekitar elektroda. Kelompok plasma
tersebutakan mengandung suatu partikel yang terionisasi dan kandungan plasma
dengan partikel yang terionisasi yang akan memecah ikatan molekul jaringan tonsil.
Selain memecah ikatan molekuler pada jaringan juga menyebabkan disintegrasi
molekul pada suhu rendah yaitu 40-70%, sehingga dapat meminimalkan kerusakan
jaringan sekitar.

8. Intracapsular partial tonsillectomy


Intracapsular tonsilektomi merupakan tensilektomi parsial yang dilakukan
dengan menggunakan microdebrider endoskopi. Microdebrider endoskopi bukan
merupakan peralatan ideal untuk tindakan tonsilektomi, namun tidak ada alat lain
yang dapat menyamai ketepatan dan ketelitian alat ini dalam membersihkan jaringan
tonsil tanpa melukai kapsulnya.

9. Laser (CO2-KTP)

Laser tonsil ablation (LTA) menggunakan CO2 atau KTP (Potassium Titanyl
Phosphat) untuk menguapkan dan mengangkat jaringan tonsil. Tehnik ini mengurangi
volume tonsil dan menghilangkan recesses pada tonsil yang menyebabkan infeksi
kronik dan rekuren.

Yang penting pada perawatan pasca tonsilektomi adalah :

a. baringkan pasien pada satu sisi tanpa bantal,


b. ukur nadi dan tekanan darah secara teratur,
c. awasi adanya gerakan menelan karena pasien mungkin menelan darah yang
terkumpul di faring dan
d. napas yang berbunyi menunjukkan adanya lendir atau darah di tenggorok. Bila
diduga ada perdarahan, periksa fosa tonsil. Bekuan darah di fosa tonsil diangkat,
karena tindakan ini dapat menyebabkan jaringan berkontraksi dan perdarahan
berhenti spontan. Bila perdarahan belum berhenti, dapat dilakukan penekanan
dengan tampon yang mengandung adrenalin 1:1000. Selanjutnya bila masih gagal
dapat dicoba dengan pemberian hemostatik topikal di fosa tonsil dan hemostatik
parenteral dapat diberikan. Bila dengan cara di atas perdarahan belum berhasil
dihentikan, pasien dibawa ke kamar operasi dan dilakukan perawatan perdarahan
seperti saat operasi.Mengenai hubungan perdarahan primer dengan cara operasi,
laporan di berbagai kepustakaan menunjukkan hasil yang berbeda-beda, tetapi
umumnya perdarahan primer lebih sering dijumpai pada cara guillotine.
Komplikasi yang berhubungan dengan tindakan anestesi segera pasca bedah
umumnya dikaitkan dengan perawatan terhadap jalan napas. Lendir, bekuan darah
atau kadang-kadang tampon yang tertinggal dapat menyebabkan asfiksi.

I. KOMPLIKASI

Tonsilektomi merupakan tindakan bedah yang dilakukan dengan anestesi lokal


maupun umum, sehingga komplikasi yang ditimbulkan merupakan gabungan komplikasi
tindakan bedah dan anestesi.

1. Komplikasi anestesi

Komplikasi anestesi ini terkait dengan keadaan status kesehatan pasien.


Komplikasi yang dapat ditemukan berupa :

a. Laringosspasme
b. Gelisah pasca operasi
c. Mual muntah
d. Kematian saat induksi pada pasien dengan hipovolemi
e. Induksi intravena dengan pentotal bisa menyebabkan hipotensi dan henti jantung
f. Hipersensitif terhadap obat anestesi.
2. Komplikasi Bedah
a. Perdarahan

Merupakan komplikasi tersering (0,1-8,1 % dari jumlah kasus). Perdarahan


dapat terjadi selama operasi,segera sesudah operasi atau dirumah. Kematian
akibat perdarahan terjadi pada 1:35. 000 pasien. sebanyak 1 dari 100 pasien
kembali karena perdarahan dan dalam jumlah yang sama membutuhkan transfusi
darah.

b. Nyeri

Nyeri pasca operasi muncul karena kerusakan mukosa dan serabut saraf
glosofaringeus atau vagal, inflamasi dan spasme otot faringeus yang
menyebabkan iskemia dan siklus nyeri berlanjut sampai otot diliputi kembali oleh
mukosa, biasanya 14-21 hari setelah operasi

3. Komplikasi pasca bedah

Pasca bedah, komplikasi yang terjadi kemudian (intermediate complication)


dapat berupa perdarahan sekunder, hematom dan edem uvula, infeksi, komplikasi
paru dan otalgia. Perdarahan sekunder adalah perdarahan yang terjadi setelah 24 jam
pasca bedah. Umumnya terjadi pada hari ke 5 10. Jarang terjadi dan penyebab
tersering adalah infeksi serta trauma akibat makanan; dapat juga oleh karena ikatan
jahitan yang terlepas, jaringan granulasi yang menutupi fosa tonsil terlalu cepat
terlepas sebelum luka sembuh sehingga pembuluh darah di bawah-nya terbuka dan
terjadi perdarahan. Perdarahan hebat jarang terjadi karena umumnya berasal dari
pembuluh darah permukaan.

Cara penanganannya sama dengan perdarahan primer. Pada pengamatan pasca


tonsilektomi, pada hari ke dua uvula mengalami edem. Nekrosis uvula jarang terjadi,
dan biladijumpai biasanya akibat kerusakan bilateral pembuluh darah yang mendarahi
uvula. Meskipun jarang terjadi, komplikasi infeksi melalui bakteremia dapat
mengenai organ-organ lain seperti ginjal dan sendi atau mungkin dapat terjadi
endokarditis.

Gejala otalgia biasanya merupakan nyeri alih dari fosa tonsil, tetapi kadang-
kadang merupakan gejala otitis media akut karena penjalaran infeksi melalui tuba
Eustachius. Abses parafaring akibat tonsilektomi mungkin terjadi, karena secara
anatomik fosa tonsil berhubungan dengan ruang parafaring. Dengan kemajuan teknik
anestesi, komplikasi paru jarang terjadi dan ini biasanya akibat aspirasi darah atau
potongan jaringan tonsil.

Late complication pasca tonsilektomi dapat berupa jaringan parut di palatum


mole. Bila berat, gerakan palatum terbatas dan menimbulkan ri nolalia. Komplikasi
lain adalah adanya sisa jaringan tonsil. Bila sedikit umumnya tidak menimbulkan
gejala, tetapi bilacukup banyak dapat mengakibatkan tonsilitis akut atau abses
peritonsil.

4. Komplikasi lain

Dehidrasi,demam, kesulitan bernapas,gangguan terhadap suara (1:10.000),


aspirasi, otalgia, pembengkakan uvula, insufisiensi velopharingeal, stenosis faring,
lesi dibibir, lidah, gigi dan pneumonia.

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN POST TONSILEKTOMI

A. IDENTITAS KLIEN

Nama insial : Tn. M


Umur : 18 Tahun
Jenis kelamin : Laki laki
Pendidikan : SMA
Pekerjaan :-
Suku/bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Koto lamo lakitan tangah Kec. Lengayang, Pessel.
No.mr : 58-22-56
Ruang rawat : Dewi sartika
Tanggal masuk : 02 desember 2016
Diagnosa Medik : Tonsilitis
Tindakan : Tonsilektomi
Dr. Operasi : dr. N, Sp THT
Dr. Anastesi : dr. E W, Sp An

B. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB

Nama : Tn. A
Umur : 50 thn
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Alamat : Koto lamo lakitan tangah Kec. Lengayang, Pessel.

C. ALASAN MASUK

Klien mengeluh sakit pada tenggorokan, susah menelan dan demam sejak 3 hari yang
lalu. Nafsu makan klien berkurang. Nyeri bertambah hebat jika klien makan atau
minum. Kemudian keluarga memutuskan untuk membawa klien ke Rs Yos Sudarso
pada tanggal 02 Desember 2016. Dan di anjurkan untuk di operasi

D. RIWAYAT KESEHATAN

1) Riwayat Kesehatan Sekarang


a. Post operatif
Klien masuk keruangan RR pada tanggal 02 Desember 2016 jam 08.00 WITA
klien belum sadar , klien terpasang infus RL dan gudel. Klien tidur masih
dalam posisi supinasi dan di monitoring TTV. Jam 08.30 WITA klien tampak
bangun dan menanyakan apakah operasinya sudah selesai. Namun klien
tampak masih mengantuk kemudian gudel di lepas. Kemudian klien tampak
tidur kembali. Klien juga mengatakan sulit bernafas, serta sulit menelan. Jam
08.45 WITA klien di jemput dan di pindahkan ke ruang rawat inap. Jam 14.00
WITA klien sadar penuh dan mengatakan agak nyeri pada tenggorokan, Klien
mengatakan ditenggorokannya terasa seperti ada lendir yang kental dan saat
dikeluarkan sedikit bercampur darah. Saat makan, klien hanya mengatakan
hanya menghabiskan bubur setengah porsi tanpa makan. Pada jam 17.00
WITA klien mengatakan tidak tahu cara merawat bekas luka post tonsilektomi.

2) Riwayat Kesehatan Dahulu


Tidak ada . klien belum pernah di operasi,

3) Riwayat Kesehatan Keluarga


Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan seperti Diabetes
militus, Hipertensi dll.

HEAD TO TOE
a. Tanda-tanda vital
Nadi : 84 x/menit
Respirasi : 35x/menit
TD : 100/60 mmHg
Suhu : 36,50 C
b. Berat badan : 52 kg
c. Tinggi badan :153 cm
d. Kepala
Bentuk nesochepal,tidak ada udem.
e. Rambut
Rambut pendek dan bersih
f. Mata
Sklera tidak icteric, konjunctiva tidak anemis, pupil isokor, refleks cahaya ada, tidak
memakai alat bantu penglihatan.
g. Hidung
Tidak ada benda asing, tidak ada sekret
h. Telinga
Bersih, simetris kiri dan kanan

i. Mulut dan gigi :


Post op
Tonsil : T0 ( kiri dan kanan )
Tidak ada pembesaran jaringan limfatik di kedua sisi orofaring
Darah yang keluar dari rongga mulut dibersihkan
g. Leher
Tak ada pembesaran kelenjar getah bening, tak ada kaku kuduk
h. Thoraks
Paru-Paru
Inspeksi : Pergerakan dada simetris kiri kanan
Palpasi : Vocal premitus sama kiri kanan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Tidak ada suara tambahan, Vesikuler

i. Kardiovaskuler
Inspeksi : Ictus Cordis terlihat di ICS 5
Palpasi : Ictus Cordis teraba 2 jari di ICS 5
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : Irama jantung tunggal (regular)
j. Abdomen
Asites tidak ada, perut datar
k. Genitalia
Tidak di lakukan pengkajian
l. Extremitas
Tidak ada kelainan
m. Integumen
Keadaan kulit bersih, tonus baik, turgot baik, akral hangat

DATA PSIKOLOGI
Klien terlihat stabil, persepsi terhadap penyakit ia yakin dan optimis akan kesembuhan
penyakitnya.

PEMERIKSAAN PENUJANG

1. Laboratorium
Hb : 13 g/dl ( normal 13 – 16 )
Leukosit : 11.000 mm3 ( normal – 9000-12000/ mm3 )
Trombosit : 340.000 ( 200.000 – 400.000 mel/ darah )
Trombosit : 340.000 ( 200.000 – 400.000 mel/ darah )
Hematokrit : 39 ( normal : P = 40-48, W = 37-43 % )
Eritrosit : 4,47 ( normal : P = 4,5-585, W = 4-5 jt/ul )
LED : 10 ( normal : P = 0-10, W = 0-15 mm/j)

PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Obat obat anestesi umum :


a. Recofol : 60 cc
b. Fentanyl : 1 ampul
c. Midozolam : 1 ampul
d. Isofluren : 30 cc
2. Obat obatan
a. Infus RL : 20 tetes/menit
b. Injeksi Cefotaxin : 2x1 g
c. Ketolorac 30 mg :1 ampul
ANALISA DATA
POST TONSILEKTOMI
No Tanggal/ jam Data Etiologi Masalah
1 02 Desember DS:
2016  Klien mengatakan di Penumpukan Bersihan jalan
09.00 WITA tenggorokannya terasa sekret nafas tidak efektif
seperti ada
lendir yang kental dan
saat di
keluarkan sedikit
bercampur darah
 RR: 35 x/mnt
DO:
 Saat mengeluarkan
dahak
sedikit bercampur darah
yang
berwarna merah segar
2 02 Desember Resiko tinggi
2016 infeksi
Operasi
11.00 WITA DS : invasive,
penyebaran
 Klien mengeluh nyeri
kuman
pada daerah post op

DO :
 Terlihat adanya luka
insisi.
3 02 Desember Nyeri akut
2016
14.00 WITA
DS : Luka bekas
- Klien mengatakan nyeri operasi
pada bekas operasi

DO :
- Klien tampak menahan
sakit
- Klien meringis
- Klien tampak gelisah
4 02 Desember
- Td : 130/85 Resiko
2016
15.00 WITA ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
DS : kebutuhan tubuh
 Klien mengatakan Kesulitan
makan hanya menelan
habis setengah porsi
DO :
5 02 Desember  Klien makan bubur Kurang
2016 tanpa pengetahuan
17.00 WITA santan setengah porsi.

DS: Kurang
 Klien mengatakan tidak pemahaman
tahu cara untuk
merawat luka bekas
operasi
DO:
 Klien tampak gelisah

DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan secret ditandai
dengan klien mengatakan di tenggorokannya terasa seperti ada lendir yang kental dan
saat dikeluarkan sedikit bercampur darah, RR: 35 x/mnt, saat mengeluarkan dahak
sedikit bercampur darah yang berwarna merah segar.
b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan operasi invasive, penyebaran kuman ditandai
dengan Klien mengeluh nyeri pada daerah post op, terlihat adanya luka insisi.
c. Nyeri akut berhubungan dengan luka bekas operasi ditandai dengan klien mengatakan
nyeri pada bekas operasi, Klien tampak menahan sakit, klien meringis, klien tampak
gelisah, Td : 130/85.
d. Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan menelan
ditandai dengan klien mengatakan makan hanya habis setengah porsi, klien makan bubur
tanpa santan setengah porsi.
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pemahaman ditandai dengan klien
mengatakan tidak tahu cara untuk merawat luka bekas operasi klien tampak gelisah.

RENCANA KEPERAWATAN
Nama pasien : Tn. M
Ruang : Dewi sartika
Tanggal : 02 Desember 2016
No Tanggal/ Diagnosa Tujuan dan Rencana Rasional
. jam Keperawatan Kriteria Hasil Tindakan
1. 02 Bersihan jalan Tujuan: 1.
Desember nafas tidak Mempertahankan 1. Awasi 1. Perubahan
2016 efektif kepatenan jalan frekuensi/ pada
09.30 berhubungan nafas dengan kedalaman pernafasan,
WITA dengan bunyi nafas pernafasan. penggunaan
penumpukan bersih/ jelas Auskultasi otot aksesori
secret ditandai Kriteria hasil: bunyi nafas, pernapasan,
dengan:  Mengeluarkan/ selidiki dan adanya
DS: membersihkan kegelisahan. ronki/ mengi
 Klien secret dan diduga adanya
bebas aspirasi 2. Dorong retensi secret.
mengatakan
menelan bila Obstruksi jalan
di
 Menunjukan pasien nafas(meskipu
tenggorokan
perilaku untuk mampu. n sebagian)
nya terasa
memperbaiki/ dapat
seperti ada 3. Dorong
mempertahank menimbulkan
lendir yang batuk efektif
an jalan nafas tidak
kental dan dan nafas
bersih dalam efektifnya pola
saat di dalam.
tingkat pernafasan dan
keluarkan
kemampuan/ 4. Berikan gangguan
sedikit
situasi humidifikasi pertukaran
bercampur
darah tambahan, gas, contoh:
 RR: 35 x/mnt contoh: henti nafas.
tekanan 2. Mencegah
DO:
udara/ pengumpulan
 Saat
oksigen secret oral,
mengeluarka
penahan menurunkan
n dahak
leher berupa resiko aspirasi.
sedikit
humidifier Catatan:
bercampur
ruangan, menelan
darah yang
peningkatan terganggu bila
berwarna
masukan epiglottis
merah segar
cairan. diangkat atau
edema pasca
5. Awasi seri operasi
GDA/ nadi bermakna dan
oksimetri, nyeri terjadi.
foto dada. 3. Mobilisasi
secret untuk
membersihkan
jalan napas
dan membantu
mencegah
komplikasi
pernapasan.
4. Fisiologi
normal(hidung
/ jalan
hidung)berarti
menyaring
atau
melembabkan
udara yang
lewat.
Tambahan
kelembaban
menurunkan
mengerasnya
mukosa dan
memudahkan
batuk/
penghisapan
secret melalui
stoma.
5. Pengumpulan
secret/ adanya
atelektasis
dapat
menimbulkan
pneumonia
yang
memerlukan
tindakan terapi
lebih agresif
2. 02 Resiko tinggi Setelah dilakukan 1. Kaji adanya 1. Deteksi dini
Desember infeksi tindakan tanda- tanda terjadinya
2016 berhubungan keperawatan infeksi. infeksi.
11.30 dengan operasi selama 2x24 jam
WITA invasive, diharapkan 2. Mengetahui
penyebaran menunjukkan keadaan umum
2. Observasi klien dan
kuman peningkatan TTV
penyembuhan merupakan
luka tepat waktu 3. Kolaborasi tanda adanya
dengan kriteria dengan infeksi apabila
hasil : dokter terjadi
- Tanda- tanda pemberian peradangan.
infeksi tidak antibiotik.
terjadi 3. Antibiotik
dapat mencegah
sekaligus
membunuh
kuman penyakit
untuk
berkembang
biak.

3 02 Nyeri akut Tujuan: Setelah 1. Berikan 1.Meningkatkan


Desember berhubungan dilakukan tindakan relaksasi dan
2016 dengan luka tindakan nyaman membantu
14.30 bekas operasi diharapkan nyeri (pijatan klien
WITA ditandai dengan: klien berkurang punggung, memfokuskan
DS : dan perubahan perhatian pada
- Klien pembengkakan posisi) dan sesuatu
mengatakan hilang. aktifitas disamping diri
nyeri pada Kriteria hasil: hiburan. sendiri/
bekas operasi  Melaporkan/ 2. Dorong klien ketidaknyama
menunjukkan untuk nan.
DO : nyeri hilang/ mengeluarka 2. Menelan
- Klien tampak terkontrol n saliva atau menyebabkan
menahan sakit  Melaporkan penghisap aktifitas otot
- Klien meringis bisa istirahat mulut yang dapat
- Klien tampak dengan hati menimbulkan
gelisah hati bila nyeri karena
- Td : 130/85 tidak mampu adanya
menelan edema/reganga
3. Selidiki n jahitan.
perubahan 3. Dapat
karakteristik menunjukkan
nyeri, periksa terjadinya
mulut jahitan komplikasi
atau trauma yang
baru. memerlukan
4. Catat evaluasi lanjut/
indicator non intervensi
verbal dan jaringan yang
respon terinflamasi
automatic dan kongesti,
terhadap dapat dengan
nyeri, mudah
evaluasi efek mengalami
analgesic. trauma dengan
5. Jadwalkan penghisapan
aktifitas kateter, selang
perawatan makanan.
untuk 4. Alat
keseimbanga menentuka
n dengan adanya nyeri,
periode tidur kebutuhan
manajemen terhadap
stress. keefektifan
Contoh: obat.
teknik 5. Mencegah
relaksasi, kelelahan/
bimbingan terlalu lelah
imajinasi. dan dapat
6. Kolaborasi meningkatkan
berikan koping
irigasi oral, terhadap
anestesi sprei stress/
dan kumur- ketidaknyama
kumur. nan.
Anjurkan 6. Memperbaiki
pasien kenyamanan,
melakukan meningkatkan
irigasi penyembuhan
sendiri dan
7. Kolaborasi menurunkan
berikan bau mulut.
analgetik Bahan pencuci
terhadap mulut berisi
stress / alcohol / fenol
ketidaknyam harus dihindari
anan. karena
8. Meningkatka mempunyai
n rasa sehat, efek
tidak Mengeringkan
menurunkan 7. Meningkatkan
kebutuhan rasa sehat,
analgesic dan tidak
meningkatka menurunkan
n kebutuhan
penyembuha analgesic dan
n. meningkatkan
penyembuhan.
8. Derajat nyeri
sehubungan
dengan luas
dan dampak
psikologi
pembedahan
sesuai dengan
kondisi tubuh.
4 02 Perubahan Nutrisi Tujuan: Setelah 1. Pantau 1.Mengidentifikasi
Desember kurang dari di Lakukan masukan defisiensi
2016 kebutuhan tubuh tindakan makanan nutrisi
15.30 berhubungan keperawatan setiap hari 2. Membantu
dalam
WITA dengan kesulitan selama 2 x 24 2. Ukur tinggi
identifikasi
menelan ditandai jam di harapkan badan dan
malnutrisi
dengan: nutrisi terpenuhi berat badan protein dan
 Klien dengan Kriteria 3. Anjurkan kalori
mengatakan Hasil : pasien makan 3. Agar
makan hanya  Makan habis sedikit tapi kebutuhan
habis setengah setengah porsi sering protein dan
porsi bertambah 4. Sajikan kalori klien
 Klien makan menjadi satu makanan terpenuhi
bubur tanpa porsi habis selagi hangat 4. Untuk
santan menambah
setengah porsi. nafsu makan
klien

5 02 Kurang Tujuan : Setelah 1. Kaji ulang 1. Memberikan


Desember pengetahuan dilakukan prosedur dasar
2016 berhubungan tindakan pembedahan pengetahuan
17.30 dengan kurang keperawatan, khusus dan dimana pilihan
WITA pemahaman pasien atau harapan informasi
ditandai dengan: keluarga dapat pascaoperasi. dapat dibuat
DS: memahami 2. Berikan dan tujuan
 Klien penyakit yang di perhatian dapat disusun.
mengatakan derita. tentang
Kriteria Hasil : gangguan 2. Antisipasi
tidak tahu
ukuran/gamb masalah dapat
cara untuk  Pasien atau
aran tubuh. membantu
merawat luka keluarga
3. Kaji ulang dalam
bekas operasi memahami
program menerima
DO: mengenai
pengobatan,d situasi yang
 Klien tampak penyakit yang
osis,dan efek memburuk.
gelisah di derita pasien
samping.
4. Anjurkan 3. Pengetahuan
dapat
menghindari meningkatkan
alkohol. kerja sama
5. Diskusikan dengan
tanggungjaw program terapi
ab untuk dan
perawatan mempertahank
diri dengan an jadwal.
pasien/orang
terdekat. 4. Dapat
6. Dorong mempengaruhi
latihan disfungsi
progresif/kes hati/pankreas.
eimbangan
5. Kerja sama
program
sangat penting
aktivitas
untuk
dengan
keberhasilan
periode
hasil setelah
istirahat
prosedur.
adekuat.
6. Meningkatkan
berat
badan,meningka
tkan tonus otot
dan
meminimalkan
pascaoperasi
yang juga
mencegah
kelemahan yang
tak perlu.

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No Tgl/ jam No. Implementasi Hasil/Respon Paraf
Diagnosa
keperawatan

1 02 Dx.1 1. Mengawasi frekuensi/ S:


Desember kedalaman
2016 pernafasan. - Klien mengatakan tidak
Auskultasi bunyi gelisah.
09.45 WITA nafas, selidiki - Klien mengatakan sudah
kegelisahan. bisa melakukan batuk
efektif dan nafas dalam
2. Dorong menelan bila
pasien mampu. O:

3. Dorong batuk efektif - Wajah klien telihat lebih


dan nafas dalam. tenang

4. Berikan humidifikasi - Terdapat bunyi ronki


tambahan, contoh: saat di auskultasi
tekanan udara/ oksigen
penahan leher berupa - RR: 33 x/mnt
humidifier ruangan, - Klien terlihat menarik
peningkatan masukan napas dalam
cairan.
- Klien terlihat mampu
5. Awasi seri GDA/ nadi melakukan batuk efektif
oksimetri, foto dada.

E.

2 02 Dx.2 1. Mengkaji adanya S:


Desember tanda- tanda infeksi. - Klien mengatakan bahwa
2016 tidak merasakan tanda-
2. Mengobservasi TTV tanda terjadi infeksi.
11.45 - Klien mengatakan rutin
WITA 3. Melakukan kolaborasi
meminum antibiotic sesuai
dengan dokter jadwal.
pemberian antibiotik. O:
- Tidak terlihat tanda- tanda
infeksi pada klien
- TD: 120/70 mmHg
- S: 36.5C
- RR: 28 x/mnt
- N: 80 X/ mnt
3 02 Dx.3 1. Memberikan tindakan S:
Desember nyaman (pijatan
2016 punggung, perubahan - Klien mengatakan
posisi) dan aktifitas nyerinya
14.15 WITA hiburan. berkurang(skala:2)
2. Mendorong klien
- Klien mengatakan sudah
untuk mengeluarkan
bisa melakukan teknik
saliva atau penghisap
relaksasi napas dalam
mulut dengan hati hati
secara mandiri
bila tidak mampu
menelan - Klien mengatakan sudah
mampu mengeluarkan
3. Menyelidiki saliva secara perlahan-
perubahan lahan
karakteristik nyeri,
periksa mulut jahitan - Klien mengatakan sudah
atau trauma baru. bisa menelan secara
4. Mencatat indicator perlahan-lahan
non verbal dan respon
O:
automatic terhadap
nyeri, evaluasi efek - Wajah klien tidak terlihat
analgesic. meringis lagi
5. Menjadwalkan
aktifitas perawatan - Klien terlihat mampu
untuk keseimbangan mengeluarkan saliva
dengan periode tidur secara perlahan-lahan
manajemen stress.
- Klien terlihat mampu
Contoh: teknik
menelan secara perlahan-
relaksasi, bimbingan
lahan
imajinasi.
6. Melakukan kolaborasi
berikan irigasi oral,
anestesi sprei dan F.
kumur-kumur.
Anjurkan pasien
melakukan irigasi
sendiri
7. Melakukan kolaborasi
berikan analgetik
terhadap stress /
ketidaknyamanan.
Meningkatkan rasa
sehat, tidak
menurunkan
kebutuhan analgesic
dan meningkatkan
penyembuhan.
4 02 Dx.4 1. Memantau S:
Desember masukan - Pasien mengatakan mampu
2015 makanan menelan makanan secara
setiap hari perlahan-lahan
15.15 WITA 2. Mengukur tinggi O:
badan dan - BB: 55kg
berat badan - TB: 153cm
3. Memberi tahu klien - Pasien menghabiskan 1
porsi
makan sedikit tapi
sering
4. Menyajikan
makanan
selagi hangat

5 02 Dx.5 1. Mengkaji ulang S:


Desember prosedur pembedahan - Klien mengatakan sudah
2016 khusus dan harapan paham tentang tonsil ektomi
pascaoperasi. - Pasien mengatakan sudah
17.15 WITA 2. Memberikan paham tentang merawat
perhatian tentang luka post tonsilektomi
gangguan O:
ukuran/gambaran - Klien tampak paham
tentang tonsilektomi
tubuh.
3. Mengkaji ulang - Wajah klien tenang
program - Klien terlihat mampu
merawat luka jika klien
pengobatan,dosis,dan
sudah di pulangkan
efek samping
4. Memberi tahu agar
menghindari alkohol
5. Mendiskusikan
tanggungjawab untuk
perawatan diri dengan
pasien/orang terdekat.
6. Dorong latihan
progresif/keseimbang
an program aktivitas
dengan periode
istirahat adekuat.
EVALUASI KEPERAWATAN

Tgl / jam No.Dx Perkembangan Pasien Paraf


Keperawatan Pelaksana

04 Dx.1 S:
Desember
2016 - Klien mengatakan tidak gelisah.

09.45 - Klien mengatakan sudah bisa melakukan


WITA batuk efektif dan nafas dalam

O:

- Wajah klien telihat lebih tenang

- Terdapat bunyi ronki saat di auskultasi

- RR: 26 x/mnt

- Klien terlihat menarik napas dalam

- Klien terlihat mampu melakukan batuk


efektif

A : Masalah teratasi sebagian

- P : Lanjutkan intervensi

04 Dx.2 S:
Desember - Klien mengatakan bahwa tidak merasakan
2016 tanda- tanda terjadi infeksi.
- Klien mengatakan rutin meminum antibiotic
11.45 sesuai jadwal.
WITA O:
- Tidak terlihat tanda- tanda infeksi pada klien
- TD: 120/70 mmHg
- S: 36.5C
- RR: 24x/mnt
N: 80 X/ mnt

A : Masalah teratasi

P: Pertahankan intervensi
04 Dx.3 :
Desember
2016 - Klien mengatakan nyerinya
berkurang(skala:2)
14.15
WITA - Klien mengatakan sudah bisa melakukan
teknik relaksasi napas dalam secara
mandiri

- Klien mengatakan sudah mampu


mengeluarkan saliva secara perlahan-lahan

- Klien mengatakan sudah bisa menelan


secara perlahan-lahan

O:

- Wajah klien tidak terlihat meringis lagi

- Klien terlihat mampu mengeluarkan saliva


secara perlahan-lahan

- Klien terlihat mampu menelan secara


perlahan-lahan

A: Masalah teratasi

P: Pertahankan intervensi

04 Dx.4 S:
Desember - Pasien mengatakan mampu menelan makanan
2016 secara perlahan-lahan
O:
15.15 - BB: 55kg
WITA - TB: 153cm
Pasien menghabiskan 1 porsi

A: Masalah teratasi

P: Pertahankan intervensi

04 Dx.5 S:
Desember - Klien mengatakan sudah paham tentang tonsil
2016 ektomi
- Pasien mengatakan sudah paham tentang
17.15 merawat luka post tonsilektomi
WITA O:
- Klien tampak paham tentang tonsilektomi
- Wajah klien tenang
Klien terlihat mampu merawat luka jika klien
sudah di pulangkan

A: Masalah teratasi

P: Pertahankan intervensi

DAFTAR PUSTAKA

Alimul H, A Aziz. 2006. Pengantar KDM Aplikasi Konsep & Proses Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika

Brunner & Suddart, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Vol.1. Jakarta: EGC
Towarto, Wartonal. 2007. Kebutuhan Dasar & Prose Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : Salemba
Medika
Perry, dkk. 2005. Buku saku: Keterampilan dan Prosedur Dasar. Jakarta: EGC
Asmadi, 2008, Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien,
Jakarta: Salemba Medika
Hidayat, AAA, Uliyah, Musriful. 2008. Konsep Dasar Praktik Klinik untuk Kebidanan Edisi 2.
Jakarta: Salemba Medika
Carpenito, Lynda Juall (2000), Buku Saku Diagnosa Keperawatan . Jakarta : EGC
Doengoes, Marilynn E (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Jakarta : EGC
Kornblut A,Kornblut AD. Tonsillectomy and adenoidectomy. In: Paparella,Gluckman
S,Mayerhoff, eds. Otolaryngology head and neck surgery. Philadelphia, WB Saunders 3rd
edition,1991:2149-56
Tukel DE,Little JP. Pediatric head and neck emergency. In : Eiscle DW and McQuone SJ.
Emergency of the head and neck. Mosby. USA. 2000:324-326

You might also like