Professional Documents
Culture Documents
Tinjauan Teori Tonsilektomi Fixzzzz!!!
Tinjauan Teori Tonsilektomi Fixzzzz!!!
Tinjauan Teori Tonsilektomi Fixzzzz!!!
POST TONSILEKTOMI
DISUSUN OLEH :
ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALI
TAHUN AJARAN 2016/2017
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
B. ETIOLOGI
Menurut Adams George (1999), tonsilitis akut paling sering disebabkan oleh
streptokokus beta hemolitikus grup A.
1. Pneumococcus
2. Staphilococcus
3. Haemalphilus influenza
2. Streptococcus viridens
3. Streptococcus pyogenes
4. Staphilococcus
5. Pneumococcus
Sedangkan virus yang berperan menyebabkan penyakit ini adalah Golongan Para
influenza Virus, Adenovirus dan Herpes simplex.
C. PATOFISIOLOGI
Streptococcus
hemolitikus tipe A
Virus hemolitikus
influenza
Epitel terkikis
Inflamasi tonsil
Tindakan
Suhu Tubuh Nyeri Tonsilektomi
Resiko Kurang
Nutrisi
Hipertermi Cemas
inflamas
Penumpukan secret Operasi invasive Bekas luka operasi Kesulitan menelan Kurang
penyebaran kuman pemahaman
tubuh n
D. TANDA DAN GEJALA TONSILITIS
Tentu tidak semua keluhan dan tanda di atas diborong oleh satu orang
penderita. Hal ini karena keluhan bersifat individual dan kebanyakan para orang tua
atau penderita akan ke dokter ketika mengalami keluhan demam dan nyeri telan.
E. PENCEGAHAN
Tak ada cara khusus untuk mencegah infeksi tonsil (amandel). Secara umum
disebutkan bahwa pencegahan ditujukan untuk mencegah tertularnya infeksi rongga
mulut dan tenggorokan yang dapat memicu terjadinya infeksi tonsil. Namun setidaknya
upaya yang dapat dilakukan adalah:
F. PENATALAKSANAAN
Pada penderita tonsillitis, terlebih dahulu harus diperhatikan pernafasan dan status
nutrisinya. Jika perbesaran tonsil menutupi jalan nafas, maka perlu dilakukan
tonsilektomi, demikian juga jika pembesaran tonsil menyebabkan kesulitan menelan dan
nyeri saat menelan, menyebabkan penurunan nafsu makan / anoreksia. Pada penderita
tonsillitis yang tidak memerlukan tindakan operatif (tonsilektomi), perlu dilakukan oral
hygiene untuk menghindari perluasan infeksi, sedangkan untuk mengubahnya dapat
diberikan antibiotic, obat kumur dan vitamin C dan B.
Pemantauan pada penderita pasca tonsilektomi secara kontinu diperlukan karena
resiko komplikasi hemorraghi. Posisi yang paling memberikan kenyamanan adalah
kepala dipalingkan kesamping untuk memungkinkan drainage dari mulut dan faring
untuk mencegah aspirasi. Jalan nafas oral tidak dilepaskan sampai pasien menunjukkan
reflek menelanya telah pulih.
Jika pasien memuntahkan banyak darah dengan warna yang berubah atau berwarna
merah terang pada interval yang sering, atau bila frekuensi nadi dan pernafasan
meningkat dan pasien gelisah, segera beritahu dokter bedah. Perawat harus mempunyai
alat yang disiapkan untuk memeriksa temapt operasi terhadap perdarahan, sumber
cahaya, cermin, kasa, nemostat lengkung dan basin pembuang. Jika perlu dilakukan
tugas, maka pasien dibawa ke ruang operasi, dilakukan anastesi umur untukmenjahit
pembuluh yang berdarah. Jika tidak terjadi perdarahan berlanjut beri pasien air dan
sesapan es. Pasien diinstruksikan untuk menghindari banyak bicara dan bentuk karena
hal ini akan menyebabkan nyeri tengkorak.
Setelah dilakukan tonsilektomi, membilas mulut dengan alkalin dan larutan normal
salin hangat sangat berguna dalam mengatasi lender yang kental yang mungkin ada. Diet
cairan atau semi cair diberikan selama beberapa hari serbet dan gelatin adalah makanan
yang dapat diberikan. Makanan pedas, panas, dingin, asam atau mentah harus dihindari.
Susu dan produk lunak (es krim) mungkin dibatasi karena makanan ini cenderung
meningkatkan jumlah mucus yang terbentuk.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Berdasarkan hasil kajian HTA Indonesia 2003 tentang persiapan rutin prabedah
elektif, maka pemeriksaan penunjang yang direkomendasikan untuk tonsilektomi adalah
sebagai berikut:
2. Cara diseksi
Cara ini diperkenalkan pertama kali oleh Waugh (1909). Cara ini digunakan
pada pembedahan tonsil orang dewasa, baik dalam anestesi umum maupun lokal.
Tehniknya adalah sbb :
1. Bila menggunakan anestesi umum, posisi pasien terlentang dengan kepala sedikit
ekstensi. Posisi operator di proksimal pasien.
2. Dipasang alat pembuka mulut Boyle-Davis gag.
3. Tonsil dijepit dengan cunam tonsil dan ditarik ke medial
4. Dengan menggunakan respatorium/enukleator tonsil, tonsil dilepaskan dari fosanya
secara tumpul sampai kutub bawah dan selanjutnya dengan menggunakan jerat
tonsil, tonsil diangkat. Perdarahan dirawat.
3. Cryogenic tonsilectomy
4. Teknik elektrokauter
5. Radiofrekuensi
6. Skapel harmonik
Skapel harmonik menggunakan teknologi ultrasonik untuk memotong dan
mengkoagulasi jaringan dengan kerusakan jaringan minimal.
7. Teknik Coblation
Coblation atau cold ablation merupakan suatu modalitas yang unuk karena
dapat memanfaatkan plasma atau molekul sodium yang terionisasi untuk mengikis
jaringan.
9. Laser (CO2-KTP)
Laser tonsil ablation (LTA) menggunakan CO2 atau KTP (Potassium Titanyl
Phosphat) untuk menguapkan dan mengangkat jaringan tonsil. Tehnik ini mengurangi
volume tonsil dan menghilangkan recesses pada tonsil yang menyebabkan infeksi
kronik dan rekuren.
I. KOMPLIKASI
1. Komplikasi anestesi
a. Laringosspasme
b. Gelisah pasca operasi
c. Mual muntah
d. Kematian saat induksi pada pasien dengan hipovolemi
e. Induksi intravena dengan pentotal bisa menyebabkan hipotensi dan henti jantung
f. Hipersensitif terhadap obat anestesi.
2. Komplikasi Bedah
a. Perdarahan
b. Nyeri
Nyeri pasca operasi muncul karena kerusakan mukosa dan serabut saraf
glosofaringeus atau vagal, inflamasi dan spasme otot faringeus yang
menyebabkan iskemia dan siklus nyeri berlanjut sampai otot diliputi kembali oleh
mukosa, biasanya 14-21 hari setelah operasi
Gejala otalgia biasanya merupakan nyeri alih dari fosa tonsil, tetapi kadang-
kadang merupakan gejala otitis media akut karena penjalaran infeksi melalui tuba
Eustachius. Abses parafaring akibat tonsilektomi mungkin terjadi, karena secara
anatomik fosa tonsil berhubungan dengan ruang parafaring. Dengan kemajuan teknik
anestesi, komplikasi paru jarang terjadi dan ini biasanya akibat aspirasi darah atau
potongan jaringan tonsil.
4. Komplikasi lain
TINJAUAN KASUS
A. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. A
Umur : 50 thn
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Alamat : Koto lamo lakitan tangah Kec. Lengayang, Pessel.
C. ALASAN MASUK
Klien mengeluh sakit pada tenggorokan, susah menelan dan demam sejak 3 hari yang
lalu. Nafsu makan klien berkurang. Nyeri bertambah hebat jika klien makan atau
minum. Kemudian keluarga memutuskan untuk membawa klien ke Rs Yos Sudarso
pada tanggal 02 Desember 2016. Dan di anjurkan untuk di operasi
D. RIWAYAT KESEHATAN
HEAD TO TOE
a. Tanda-tanda vital
Nadi : 84 x/menit
Respirasi : 35x/menit
TD : 100/60 mmHg
Suhu : 36,50 C
b. Berat badan : 52 kg
c. Tinggi badan :153 cm
d. Kepala
Bentuk nesochepal,tidak ada udem.
e. Rambut
Rambut pendek dan bersih
f. Mata
Sklera tidak icteric, konjunctiva tidak anemis, pupil isokor, refleks cahaya ada, tidak
memakai alat bantu penglihatan.
g. Hidung
Tidak ada benda asing, tidak ada sekret
h. Telinga
Bersih, simetris kiri dan kanan
i. Kardiovaskuler
Inspeksi : Ictus Cordis terlihat di ICS 5
Palpasi : Ictus Cordis teraba 2 jari di ICS 5
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : Irama jantung tunggal (regular)
j. Abdomen
Asites tidak ada, perut datar
k. Genitalia
Tidak di lakukan pengkajian
l. Extremitas
Tidak ada kelainan
m. Integumen
Keadaan kulit bersih, tonus baik, turgot baik, akral hangat
DATA PSIKOLOGI
Klien terlihat stabil, persepsi terhadap penyakit ia yakin dan optimis akan kesembuhan
penyakitnya.
PEMERIKSAAN PENUJANG
1. Laboratorium
Hb : 13 g/dl ( normal 13 – 16 )
Leukosit : 11.000 mm3 ( normal – 9000-12000/ mm3 )
Trombosit : 340.000 ( 200.000 – 400.000 mel/ darah )
Trombosit : 340.000 ( 200.000 – 400.000 mel/ darah )
Hematokrit : 39 ( normal : P = 40-48, W = 37-43 % )
Eritrosit : 4,47 ( normal : P = 4,5-585, W = 4-5 jt/ul )
LED : 10 ( normal : P = 0-10, W = 0-15 mm/j)
PENATALAKSANAAN MEDIS
DO :
Terlihat adanya luka
insisi.
3 02 Desember Nyeri akut
2016
14.00 WITA
DS : Luka bekas
- Klien mengatakan nyeri operasi
pada bekas operasi
DO :
- Klien tampak menahan
sakit
- Klien meringis
- Klien tampak gelisah
4 02 Desember
- Td : 130/85 Resiko
2016
15.00 WITA ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
DS : kebutuhan tubuh
Klien mengatakan Kesulitan
makan hanya menelan
habis setengah porsi
DO :
5 02 Desember Klien makan bubur Kurang
2016 tanpa pengetahuan
17.00 WITA santan setengah porsi.
DS: Kurang
Klien mengatakan tidak pemahaman
tahu cara untuk
merawat luka bekas
operasi
DO:
Klien tampak gelisah
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan secret ditandai
dengan klien mengatakan di tenggorokannya terasa seperti ada lendir yang kental dan
saat dikeluarkan sedikit bercampur darah, RR: 35 x/mnt, saat mengeluarkan dahak
sedikit bercampur darah yang berwarna merah segar.
b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan operasi invasive, penyebaran kuman ditandai
dengan Klien mengeluh nyeri pada daerah post op, terlihat adanya luka insisi.
c. Nyeri akut berhubungan dengan luka bekas operasi ditandai dengan klien mengatakan
nyeri pada bekas operasi, Klien tampak menahan sakit, klien meringis, klien tampak
gelisah, Td : 130/85.
d. Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan menelan
ditandai dengan klien mengatakan makan hanya habis setengah porsi, klien makan bubur
tanpa santan setengah porsi.
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pemahaman ditandai dengan klien
mengatakan tidak tahu cara untuk merawat luka bekas operasi klien tampak gelisah.
RENCANA KEPERAWATAN
Nama pasien : Tn. M
Ruang : Dewi sartika
Tanggal : 02 Desember 2016
No Tanggal/ Diagnosa Tujuan dan Rencana Rasional
. jam Keperawatan Kriteria Hasil Tindakan
1. 02 Bersihan jalan Tujuan: 1.
Desember nafas tidak Mempertahankan 1. Awasi 1. Perubahan
2016 efektif kepatenan jalan frekuensi/ pada
09.30 berhubungan nafas dengan kedalaman pernafasan,
WITA dengan bunyi nafas pernafasan. penggunaan
penumpukan bersih/ jelas Auskultasi otot aksesori
secret ditandai Kriteria hasil: bunyi nafas, pernapasan,
dengan: Mengeluarkan/ selidiki dan adanya
DS: membersihkan kegelisahan. ronki/ mengi
Klien secret dan diduga adanya
bebas aspirasi 2. Dorong retensi secret.
mengatakan
menelan bila Obstruksi jalan
di
Menunjukan pasien nafas(meskipu
tenggorokan
perilaku untuk mampu. n sebagian)
nya terasa
memperbaiki/ dapat
seperti ada 3. Dorong
mempertahank menimbulkan
lendir yang batuk efektif
an jalan nafas tidak
kental dan dan nafas
bersih dalam efektifnya pola
saat di dalam.
tingkat pernafasan dan
keluarkan
kemampuan/ 4. Berikan gangguan
sedikit
situasi humidifikasi pertukaran
bercampur
darah tambahan, gas, contoh:
RR: 35 x/mnt contoh: henti nafas.
tekanan 2. Mencegah
DO:
udara/ pengumpulan
Saat
oksigen secret oral,
mengeluarka
penahan menurunkan
n dahak
leher berupa resiko aspirasi.
sedikit
humidifier Catatan:
bercampur
ruangan, menelan
darah yang
peningkatan terganggu bila
berwarna
masukan epiglottis
merah segar
cairan. diangkat atau
edema pasca
5. Awasi seri operasi
GDA/ nadi bermakna dan
oksimetri, nyeri terjadi.
foto dada. 3. Mobilisasi
secret untuk
membersihkan
jalan napas
dan membantu
mencegah
komplikasi
pernapasan.
4. Fisiologi
normal(hidung
/ jalan
hidung)berarti
menyaring
atau
melembabkan
udara yang
lewat.
Tambahan
kelembaban
menurunkan
mengerasnya
mukosa dan
memudahkan
batuk/
penghisapan
secret melalui
stoma.
5. Pengumpulan
secret/ adanya
atelektasis
dapat
menimbulkan
pneumonia
yang
memerlukan
tindakan terapi
lebih agresif
2. 02 Resiko tinggi Setelah dilakukan 1. Kaji adanya 1. Deteksi dini
Desember infeksi tindakan tanda- tanda terjadinya
2016 berhubungan keperawatan infeksi. infeksi.
11.30 dengan operasi selama 2x24 jam
WITA invasive, diharapkan 2. Mengetahui
penyebaran menunjukkan keadaan umum
2. Observasi klien dan
kuman peningkatan TTV
penyembuhan merupakan
luka tepat waktu 3. Kolaborasi tanda adanya
dengan kriteria dengan infeksi apabila
hasil : dokter terjadi
- Tanda- tanda pemberian peradangan.
infeksi tidak antibiotik.
terjadi 3. Antibiotik
dapat mencegah
sekaligus
membunuh
kuman penyakit
untuk
berkembang
biak.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No Tgl/ jam No. Implementasi Hasil/Respon Paraf
Diagnosa
keperawatan
E.
04 Dx.1 S:
Desember
2016 - Klien mengatakan tidak gelisah.
O:
- RR: 26 x/mnt
- P : Lanjutkan intervensi
04 Dx.2 S:
Desember - Klien mengatakan bahwa tidak merasakan
2016 tanda- tanda terjadi infeksi.
- Klien mengatakan rutin meminum antibiotic
11.45 sesuai jadwal.
WITA O:
- Tidak terlihat tanda- tanda infeksi pada klien
- TD: 120/70 mmHg
- S: 36.5C
- RR: 24x/mnt
N: 80 X/ mnt
A : Masalah teratasi
P: Pertahankan intervensi
04 Dx.3 :
Desember
2016 - Klien mengatakan nyerinya
berkurang(skala:2)
14.15
WITA - Klien mengatakan sudah bisa melakukan
teknik relaksasi napas dalam secara
mandiri
O:
A: Masalah teratasi
P: Pertahankan intervensi
04 Dx.4 S:
Desember - Pasien mengatakan mampu menelan makanan
2016 secara perlahan-lahan
O:
15.15 - BB: 55kg
WITA - TB: 153cm
Pasien menghabiskan 1 porsi
A: Masalah teratasi
P: Pertahankan intervensi
04 Dx.5 S:
Desember - Klien mengatakan sudah paham tentang tonsil
2016 ektomi
- Pasien mengatakan sudah paham tentang
17.15 merawat luka post tonsilektomi
WITA O:
- Klien tampak paham tentang tonsilektomi
- Wajah klien tenang
Klien terlihat mampu merawat luka jika klien
sudah di pulangkan
A: Masalah teratasi
P: Pertahankan intervensi
DAFTAR PUSTAKA
Alimul H, A Aziz. 2006. Pengantar KDM Aplikasi Konsep & Proses Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika
Brunner & Suddart, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Vol.1. Jakarta: EGC
Towarto, Wartonal. 2007. Kebutuhan Dasar & Prose Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : Salemba
Medika
Perry, dkk. 2005. Buku saku: Keterampilan dan Prosedur Dasar. Jakarta: EGC
Asmadi, 2008, Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien,
Jakarta: Salemba Medika
Hidayat, AAA, Uliyah, Musriful. 2008. Konsep Dasar Praktik Klinik untuk Kebidanan Edisi 2.
Jakarta: Salemba Medika
Carpenito, Lynda Juall (2000), Buku Saku Diagnosa Keperawatan . Jakarta : EGC
Doengoes, Marilynn E (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Jakarta : EGC
Kornblut A,Kornblut AD. Tonsillectomy and adenoidectomy. In: Paparella,Gluckman
S,Mayerhoff, eds. Otolaryngology head and neck surgery. Philadelphia, WB Saunders 3rd
edition,1991:2149-56
Tukel DE,Little JP. Pediatric head and neck emergency. In : Eiscle DW and McQuone SJ.
Emergency of the head and neck. Mosby. USA. 2000:324-326