Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 15

PEDOMAN

PROGRAM KESEHATAN JIWA


UKM

PEMERINTAH KOTA SURABAYA


DINAS KESEHATAN KOTA
UPTD PUSKESMAS TANAH KALIKEDINDING
KATA PENGANTAR

Pedoman pelayanan kesehatan iwa di fasilitas kesehatan umum, telah


diterbitkan tahun 1995 oleh Ditjen Pelayanan medik kemudian direvisi menjadi
Pedoman pelayanan kesehatan jiwa dasar di Puskesmas tahun 2004 oleh Direktorat
Kesehatan Jiwa Masyarakat, Ditjen Binkesmas.
Dalam meningkatkan kualitas SDM di pelayanan kesehatan dasar agar mereka
mampu melakukan deteksi dini dan penatalaksanaan masalah kesehatan jiwa pada
pasien yang datang berobat ke pelayanan kesehatan dasar, telah dilakukan berbagai
upaya untuk meningkatkan kemampuan tenaga baik dokter maupun perawat lewat
pelatihan-pelatihan bagi dokter dan perawat yang bertugas di fasilitas pelayanan
kesehatan dasar tersebut.
Namun belum semua petugas di fasilitasi tersebut mendapat kesempatan
mengikuti pelatihan dimaksud, selain masih adanya berbagai kendala yang dihadapi
oleh petugas dalam memberikan pelayanan kesehatan jiwa. Oleh karena itu untuk
mengatasi keadaan ini diperlukan buku pedoman pelayanan kesehatan jiwa yang dapat
dipergunakan di fasilitas pelayanan kesehatan dasar.
Dengan adanya peluang ini, dalam dinamika perubahan yang juga begitu cepat,
maka perhatian terhadap kesehatan jiwa menjadi besar.
Untuk itu kita perlu menyesuaikan dengan pelaporan di negara lain sehingga dapat
melakukan perbandingan.
Semoga buku pedoman ini dapat bermanfaat dalam pelayanan kesehatan jiwa,
khususnya bagi petugas kesehatan yang berada di fasilitas kesehatan dasar.

Surabaya, 16 Januari 2016


Kepala UPTD
Puskesmas Tanah Kalikedinding

drg. Rias Ari Mukti, M. Kes


Pembina Tk 1
NIP. 19571025 198403 2 002
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………… i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………... ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang……………………………………………………. 1
B. Tujuan…………………………………………………………….. 1
BAB II. RUANG LINGKUP
A. Pengertian.................................................................................. 2
B. Ruang Lingkup……………………………………………………. 2
C. Pokok Kegiatan......................................................................... 2
D. Sasaran……………………………………………………………. 5
E. Pelaksana.................……………………………………………… 5
BAB III. TATALAKSANA PELAYANAN
A. Anti Psikotropika………………………………………………….. 6
B. Anti Depresan…………………………………………………….. 6
C. Anti Ansietas……………………………………………………… 6
BAB IV. DOKUMENTASI
A. Pencatatan.........…………………………………………………. 7
B. Pelaporan.......……………………………………………………. 7
BAB V. PENUTUP.....……………………………………………………….. 8
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. iii
LAMPIRAN............................................................................................... iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan umumnya dan kesehatan jiwa
pada khususnya harus mendapat perhatian yang serius. Rumah sakit jiwa
sebagai salah satu tempat pelayanan kesehatan masyarakat harus mempunyai
wawasan yang berorientasi pada masyarakat serta tanggung jawab kepada
masyarakat yang dilayani, juga hhhaaarus dapat bekerja dengan 3pilep-sektor
lainnya terutama yang erat hubungannya dengan masalah kesehatan jiwa.
Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan, khususnya melayani masyarakat
dengan status ekonomi menengah kebawah, maka puskesmas seharusnya
member pelayanan prima yang optimal baik didalam gedung maupun di luar
gedung yang pelaksaannya akan di tunjang oleh Rumah Sakit Jiwa.

B. Tujuan
Tujuan Umum :
Tertanganinya kasus kesehatan jiwa pada pasien yang datang berobat ke
pelayanan kesehatan dasar.

Tujuan Khusus :
Buku pedoman ini sebagai pegangan bagi tenaga kesehatan agar mereka
mampu :
1. Mendeteksi secara dini kasus kesehatan jiwa yang datang ke pelayanan
kesehatan dasar.
2. Menangani kasus kesehatan jiwa yang datang ke pelayanan kesehatan dasar
sesuai dengan kompetisi masing-masing tenaga kesehatan
3. Melakukan rujukan pada saat yang tepat bila diperlukan
C. Sasaran
Sasaran dari buku pedoman ini adalah dokter, perawat, bidan dan tenaga
kesehatan lainnya yang bekerja di pelayanan kesehatan dasar.

D. Ruang Lingkup
Masalah kesehatan jiwa meliputi :
- Masalah perkembangan manusia yang harmonis dan peningkatan kualitas
hidup, yaitu masalah kesehatan jiwa yang berkaitan dengan siklus kehidupan,
mulai dari anak dalam kandungan sampai usia lanjut.
- Masalah psikososial yaitu setiap perubahan dalam kehidupan individu baik
yang bersifat psikologis ataupun social yang mempunyai pengaruh timbale
balik dan dianggap berpotensi cukup besar sebagai factor penyebab
terjadinya gannguan jiwa (atau gangguan kesehatan) secara nyata, atau
sebaiknya masalah kesehatan jiwa yang berdampak pada lingkungan social ,
misalnya: tawuran, kenakalan remaja, penyalahgunaan NAPZA, masalah
seksual, tindak kekerasan, stress pasca trauma; pengungsian/migrasi, usia
lanjut yang terisolir, masalah kesehatan jiwa di tempat kerja, penurunan
produktivitas; gelandangan psikotik, pemasungan, anak jalanan.
- Gangguan jiwa yaitu suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan
adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada
individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran social.

E. Batasan Operasional
Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi mental sejahtera yang memungkinkan
hidup harmonis dan produktif sebagai bagian yang utuh dari kualitas hidup
seseorang dengan memperhatikan semua segi kehidupan manusia. Orang yang
sehat jiwa mempunyai cirri :
- Menyadari sepenuhnya kemampuan dirinya
- Mampu menghadapi stress kehidupan yang wajar
- Mampu bekerja produktif dan memenuhi kebutuhan hidupnya
- Dapat berperan serta dalam lingkungan hidup
- Menerima baik dengan apa yang ada pada dirinya
- Merasa nyaman bersama dengan orang lain
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
Dokter, perawat, bidan dan tenaga kesehatan lainnya yang bekerja di pelayanan
kesehatan dasar dan yang sudah mendapat pelatihan dan sertifikat kesehatan
jiwa
BAB III
DIAGNOSIS GANGGUAN JIWA
A. Gangguan mental organic
1. Dementia : gangguan daya ingat dengan stressor organobiologik seperti
usia lanjut, degenerasi, gangguan cerebrovascular.
2. Delirium : penurunan kesadaran/kesadaran berkabut disertai kemampuan
mengarahkan, memusatkan, mempertahankan dan mengalihkan
perhatian yang berkurang.
B. Gangguan Penyalahgunaan NAPZA :
1. Gangguan penggunaan alcohol
2. Gangguan penggunaan zat psikoaktif
3. Gangguan penggunaan tembakau
C. Skizofrenia : gejala psikotik yang berlangsung lebih dari satu bulan
D. Gangguan psikotik akut : gejala psikotik yang berlangsung kurang dari satu
bulan
E. Gangguan bipolar : gejala mania dengan dengan/atau tanpa gejala depresi.
F. Gangguan depresi : gejala depresi.
G. Gangguan 6pilepsy, terdiri dari :
1. Gangguan fobik : gejala fobia terhadap sesuatu atau situasi.
2. Gangguan 6pile : gejala anxietas yang memuncak.
3. Gangguan ansietas menyeluruh : gejala utama cemas
4. Gangguan campuran anxietas dan depresi : gejala campuran cemas dan
depresi.
5. Gangguan obsesi kompulsif : ada gejala obsesif yaitu pikiran yang terpaku
dan perilaku yang harus dilakukan berulang-ulang.
6. Gangguan penyesuaian : gejala ansietas dan atau depresi karena
perubahan situasi atau lingkungan.
7. Gangguan somatoform : gejala fisik tanpa kelainan structural yang
dilatarbelakangi oleh gejala ansietas atau depresi.
H. Gangguan seksual
I. Retardasi mental : gejala kecerdasan yang kurang disertai kemampuan
adaptasi yang kurang pada anak di bawah usia 18 tahun.
J. Gangguan kesehatan jiwa anak dan remaja, terdiri dari :
1. Gangguan perkembangan pervasife (6pilep pada anak) : gejala psikotik
pada anak.
2. Gangguan epilepsy dan gangguan pemusatan perhatian
3. Gangguan tingkah laku pada anak dan remaja : kenakalan remaja
4. Enuresis fungsional : gejala mengompol pada anak di atas 5 tahun.
K. Epilepsi : gejala kejang/tanpa kejang, penurunan kesadaran/perubahan
kesadaran/ bengong yang berulang.
L. Gangguan disfungsi seksual.
BAB IV
TATA LAKSANA
A. Persiapan
Prosedur ini akan lebih berhasil apabila dilakukan persiapan sebelumnya
sebagai berikut:
1. Atur jadwal pemeriksaan dan membiasakan budaya antre pada masyarakat.
Caranya disesuaikan dengan kondisi puskesmas dan masyarakat.
2. Aturlah arus pasien yang akan diperiksa, sehingga pelayanan berjalan
dengan lancer dan pasien tidak bergerombol. Hal ini membantu
meningkatkan kerahasiaan pasien.
3. Aturlah ruangan dan tata letak meja/kursi/tempat tidur periksa, agar cara
pemeriksaan dapat dilakukan menurut urutan yang benar.
4. Hendaklah para petugas kesehatan di puskesmas merupakan satu tim kerja
yang baik
5. Tingkatkan kenyamanan suasana dan lingkungan, agar pasien merasa betah.
6. Petugas yang ramah dan memperhatikan kebutuhan pasien secara
menyeluruh, akan mempermudah hubungan yang terbuka dan lancer antara
pasien dengan petugas.
7. Apabila diperlukan wawancara yang lebih lama, ditentukan waktu tersendiri
agar pasien tidak terlalu lama menunggu (misalnya buat perjanjian setelah
selesai pemeriksaan pasien dipoliklinik)

B. Prosedur
1. Gunakan kartu status yang biasa dipakai di puskesmas.
2. Anamnesis dilakukan pada semua pasien (anak/dewasa;baru/lama) oleh
perawat/orang yang bertugas melakukan anamnesis pertama (intake worker)
dan atau dokter
3. Pasien dipersilahkan duduk dikursi yang disediakan di samping meja
petugas.
4. Pada pasien dewasa ( 18 tahun ke atas) dan usia lanjut :
a. Tanyakan keluhan utama pasien, catat pada status dengan menggunakan
bahasa pasien.
b. Golongan keluhan tersebut apakah termasuk : keluhan fisik murni (F1);
keluhan fisik disertai keluhan mental emotional(F2); keluhan Psiko-
Somatik (PS); atau keluhan Mental-Emotional (ME), dan beri kode.
c. Bila keluhan utama termasuk PS atau ME, lanjutan dengan pertanyaan
(aktif).
d. Beri paraf di bawahnya dan lanjutkan dengan pemeriksaan rutin.
5. Pada pasien anak dan remaja (di bawah 18 tahun) :
a. Tanyakan keluhan utama pada anak/ pengantar, catat pada status.
b. Keluhan fisik murni (F1); keluhan fisik disertai keluhan mental emotional
(F2); keluhan Psiko-Somatik (PS); atau keluhan Mental-Emotional (ME),
dan beri kode di sampingnya.
c. Selalu ditanyakan adanya keluhan Mental-Emotional dan status
perkembangan anak.
d. Lanjutkan dengan pertanyaan nomor 3 (dari pertanyaan aktif)
e. Beri paraf di bawahnya.
6. Dokter memeriksa kembali hasil anamnesis dengan melihat keadaan pasien
secara menyeluruh dan menanyakan kembali hal-hal yang meragukan, atau
menanyakan hal-hal yang lainnya.
7. Setelah pemeriksaan fisik dan mental, lalu tetapkan diagnosis baik fisik
maupun mental serta cantumkan kode diagnosisnya.
8. Pada kolom terapi cantumkan resep obat yang diberikan dan beri paraf.
9. Setelah selesai, pasien dengan gangguan mental dapat ditindaklanjuti pada
hari lainnya secara khusus.
10. Pada kunjungan berikutnya, ikuti prosedur yang sama seperti diatas.
11. Jika telah memahami prosedur diatas, petunjuk anamnesis dan pemeriksaan
ini (skema) dapat diletakkan di atas meja periksa.

C. ANAMNESIS
Anamnesis dapat dilakukan pada pasien (autoanamnesis) atau pada yang
menemani pasien (alloanamnesis).
Keluhan utama yang dikemukakan secara spontan oleh pasien atau
pengantarnya merupakan alas an berobat ke puskesmas. Keluhan utama dapat
berupa :
a. Keluhan fisik (F1) yaitu keluhan yang bersifat fisik murni dan tidak jelas
berlatar belakang mental mental emotional, biasanya membutuhkan terapi
farmakologik. Contoh : panas, batuk, pilek, mencret, muntah, borok, luka,
perdarahan.
b. Keluhan fisik (F2) yaitu keluhan fisik murni disertai dengan keluhan mental
emotional. Contoh : luka karena kecelakaan disertai dengan kecanduan
alcohol, keluhan batuk kronis disertai dengan keluhan cemas atau puus asa
karena tak kunjung sembuh.
c. Keluhan paikosomatik (PS) yaitu keluhan fisik/jasmani yang diduga berkaitan
dengan masalah kejiwaan (mental emotional). Contoh : berdebar-debar
tengkuk pegal tekanan darah tinggi (gejala kardiovascular), ulu hati perih,
kembung, gangguan percernaan (gejala gastrointestinal), sesak nafas, mengi
(gejala respiratorius), gatal, eksem (gejala dermatologi), encok,pegal-pegal,
kejang, sakit kepala (gejala 10pilepsy10eletal), gangguan haid, keringat
dingin disertai berdebar-debar (gejala hormona –endokrin), migren, sering
lupa (pikun), kesemutan, kram, kelumpuhan anggota gerak, gangguan
kesadaran (gejala cerebrovascular).
d. Keluhan mental emosional (ME) yaitu keluhan yang berkaitan dengan
masalah kejiwaan (alam perasaan, pikiran dan perilaku). Contoh :
mengamuk, bicara kacau, mendengar bisikan, melihat bayangan iblis,
telanjang didepan umum (gejala psikotik), cemas/ takut tanpa sebab yang
jelas gelisah, panic, pikiran dan/atau perilakku yang berulang, gagap (gejala
neurotic dengan efek cemas), murung, tak bergairah, putus asa, ide kematian
(gejala depresi), penyalahgunaan atau ketergantungan terhadap alcohol,
rokok, NAPZA (gejala gangguan pengguna zat psikoaktif), ayan, bengong,
kejang-kejang (gejala gangguan epilepsy), gejala pada anak-anak dan remaja
seperti kesulitan belajar, tidak bisa mengikuti pelajaran disekolah, ganguan
fungsi social (gejala gangguan retardasi mental), gangguan perkembangan,
gejala psikotik pada anak, gejala gangguan pemusatan perhatian dan
hiperaktivitas, enuresis.

Keluhan PS dan keluhan ME yang disertai dengan stress (penderitaan pada


pasien dan/atau keluarga/lingkungan), dan/atau gangguan pada fungsi
pekerjaan/akademik, fungsi social, fungsi sehari-hari (disabilitas) merupakan
petunjuk bahwa yang bersangkutan memang menderita gangguan jiwa.
BAB V
PEMBERIAN PSIKOTROPIKA
A. ANTIPSIKOTROPIKA
Antipsikotik digunakan untuk mengatasi gejala psikotik (misalnya gaduh gelisah,
agresif, sulit tidur, halusinasi, waham, proses piker kacau).
Pasien psikotik yang agitatif, mengancam dan cenderung merusak dirinya atau
orang lain (biasanya pasien skizofrenia, maniak tau penyalahgunaan napza)
membutuhkan terapi yang efektif, aman dan mempunyai efek yang cepat
(segera). Biasanya dilakukan tranquilisasi cepat atau rapid tranquilisation (RT),
yaitu pemberian sejumlah antipsikotik dgn interval waktu yang pendek untuk
segera mengatasikeadaannya. Obat diberikan secara parenteral, umumnya IM.
1. Pemilihan obat tranquilisasi cepat :
- Chlorpromazine 25-50 mg diberikan IM yang dalam, setiap 6-8 jam sampai
keadaan akut teratasi, kemudian segera ganti dengan obat oral. Untuk usia
lanjut 25 mg setiap 8 jam.
- Haloperidol 5 mg IM, dapat diulangi 5 mg lagi setelah 6 jam.
- Kombinasi haloperidol 5 mg, kemudian Diazepam 10 mg IM dengan interval
waktu 1-2 menit. Dengan kombinasi ini jarang dibutuhkan suntikan kedua.
2. Antipsikotik oral yang ada di ndonesia
3. Antipsikotik tipikal : antipsikotik generasi pertama yang memperbaiki gejala
positif dari skizofrenia, namun pada umunya tidak memperbaiki gejala
negative.
4. Antipsikotik atipikal : obat antipsikotik generasi kedua yang mempunyai
rumus kimia yang berbeda dengan antispikotik tipikal.
B. ANTIDEPRESAN
Antidepresan efektif untuk gangguan depresi dan berbagai jenis gangguan
cemas. Antidepresan dapat digolongkan menjadi :
- Antiepresan trisiklik (Amitriptilin,Imipramin,Klomipramin)
- Antidepresan tetrasiklik (Mianserin, Maproptilin)
- SSRI atau Selective Serotonin Reuptake Inhibitor
(Paroxetin, Fluovaxamin, Sentralin)
- Golongan lainnya (Mirtazapin, Tarzodon, Stablon)
C. ANTI ANSIETAS (BENZODIAZEPIN)
Benzodiasepin mempunyai efek anxiolitik, hipnotik, relaksasi otot dan
antikonvulsan. Indikasi utama adalah untuk mengurangi anxietas (cemas) dan
insomnia.
BAB VI
PENUTUPAN

Pencatatan dan pelaporan pelayanan kesehatan jiwa dipuskesmas masih


menggunakan system yang beragam. Diantaranya ada yang masihmenggunakan
SP2TP yaitu suatu system pencatatan dan pelaporan terpadu di puskesmas yang
tadinya seragam untuk seluruh Puskesmas di Indonesia, namun tidak sedikit yang
menggunakan ICD X.
Pada umumnya gangguan kesehatan jiwa dapat dilayani di sarana pelayanan
kesehatan dasar. Pada kasusu yang berat ( yang membahayakan pasien atau orang
lain) yang membutuhkan perawatan di rumah sakit, dapat dirujuk kesarana pelayanan
rawat inap. Begitu juga pasien yang sudah diberikan terapi secara optimal namun
belum ada kemajuan, atau pasien yang membutuhkan terapi yang lebih mendalam
(psikoterapi) dapat dirujuk kepada dokter spesialis kedokteran jiwa (psikiater), psikolog
atau pedagog.
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementrian Kesehatan R.I: Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Jiwa di


Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dasar, 2010.
LAMPIRAN

1. Struktur Organisasi Program Kesehatan Jiwa

You might also like