Professional Documents
Culture Documents
Tugas Final
Tugas Final
Tugas Final
INTERNATIONAL JOURNAL
“OPHTHALMIC”
OLEH
NAMA : NIMBAR ARASTI
NIM : O1A114030
KELAS : A
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
PEMBAHASAN JURNAL
B. Anatomi Mata
Gambar 1. Anatomi Mata
C. Gangguan Ophthalmic
Menurut lokasi penyakit, gangguan okular dikelompokkan sebagai berikut:
a. Periocular
b. Intraokular
1. Gangguan periokular:
a) Blepharitis: Infeksi struktur tertutup (biasanya oleh Staphylococcus
aureus) bersamaan dengan Seborrhoea, rosacea, mata kering dan kelainan
sekresi lipida.
b) Konjungtivitis: Kondisi kemerahan mata dan kehadiran benda asing
dengan sensasi yang nyata. Ada banyak penyebab konjungtivitis namun
sebagian besar akibat infeksi akut atau alergi.
c) Kertitis: Kondisi pasien mengalami penurunan penglihatan, sakit mata,
mata merah, dan seringkali kornea berawan/buram. Hal ini terutama
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan lain-lain.
d) Trachoma: Hal ini disebabkan oleh organisme Chalmydia trachoma;
adalah yang paling umum penyebab kebutaan di Afrika Utara dan Timur
Tengah.
2. Gangguan intraokular:
Sulit untuk mengatur kondisi ini dan termasuk infeksi intraokular:
yaitu infeksi pada mata bagian dalam, termasuk aqueous humor, iris, vitreous
humor dan retina.
a) Glaukoma
Glaukoma adalah sekelompok penyakit mata yang ditandai dengan
kerusakan pada sel ganglion dan saraf optik. Jika tidak diobati, efek ini
dapat menyebabkan berbagai tingkat kehilangan penglihatan dan kebutaan.
Kondisi Mata yang lain dapat meliputi:
a. Katarak: Sebuah kekeruhan dari lensa internal yang dialami mata yang dapat
menyebabkan penglihatan kabur.
b. Chalazion: Kelenjar minyak dihambat dan membengkak menjadi benjolan.
c. Abrasi Kornea: Sebuah goresan yang jelas di bagian depan mata.
d. Diplopia (penglihatan ganda): Melihat ganda dapat disebabkan oleh berbagai
kondisi serius.
e. Retinitis : Peradangan atau infeksi retina. Retinitis merupakan kondisi genetik
jangka panjang atau akibat infeksi.
D. Tes Mata
a) Tonometry: sebuah tes yang mengukur tekanan di mata yang disebut
tekanan intraocular. Tonometry digunakan untuk memeriksa glaukoma.
b) Pemeriksaan slit lamp: pemeriksaan melalui celah vertikal cahaya di mata.
c) Pengujian Funduskopi: dilatasi tetes pertama melebarkan pupil. Dengan
menyinari cahaya terang di bagian belakang mata, pemeriksa bisa melihat
retina.
d) Refraksi: jika visi terganggu, serangkaian lensa ditempatkan di depan mata
untuk tentukan resep lensa korektif yang tepat.
e) Tes ketajaman visual: membaca huruf yang berukuran lebih kecil di
seluruh ruang identifikasi.
f) Fluorescein angiography: sebuah pewarna fluorescent yang digunakan
untuk mengambil urutan gambar retina.
g) pemeriksaan mata dewasa reguler: koleksi tes seperti gerakan mata.
E. Perawatan mata
a) Lensa kontak dan kacamata: Kacamata atau lensa untuk rabun jauh, rabun
dekat, dan astigmatisme.
b) LASIK (Laser Assisted In Situ Keratomileusis): seorang dokter
menciptakan flap tipis di kornea dengan perangkat pemotongan yang tepat
atau laser, mengikuti sebuah bentuk laser excimer kornea, meningkatkan
penglihatan untuk rabun jauh, rabun jauh, dan astigmatisme.
c) Radial keratotomi ( RK): serangkaian sayatan kecil dibuat di kornea untuk
memperbaiki rabun jauh.
d) Photorefractive keratectomy (PRK): Seorang dokter menggosok
permukaan sel-sel dari kornea, kemudian menggunakan laser untuk
memperbaiki rabun jauh.
e) Lasek ( Laser epitel keratomileusis): Mirip dengan PRK, di mana flap
dipotong ke dalam zat kornea, lapisan paling atas dari sel kornea dilepas
setelah itu laser digunakan untuk membentuk kembali kornea.
f) Air mata buatan : obat tetes mata dengan komposisi mirip dengan air mata
alami, digunakan untuk mengobati mata kering.
g) Tetes Mata Siklosporin (Restasis): Mata kering sering dikaitkan dengan
inflamasi mikroskopis, dan anti-inflamasi tetes mata (seperti cyclosporine)
sering dapat membantu.
h) Operasi Katarak : katarak dihilangkan dari lensa dan diganti dengan lensa
buatan manusia.
KESIMPULAN
Bentuk sediaan konvensional untuk pemberian obat okular adalah tugas yang
menantang bagi peneliti. Untuk mengatasi beberapa kekurangan terkait dengan
bentuk sediaan konvensional dikembangkan polimer gel in-situ untuk
memperpanjang pelepasan obat dari formulasi dengan pembentukan gel. Ini
memberikan keuntungan lain dibandingkan bentuk sediaan konvensional seperti
stabilitas yang baik, biokompatibilitas dan penggunaan polimer biodegradabel
membuat sistem gelling in-situ lebih disukai untuk perawatan penyakit mata.