The document discusses the history and development of the resource mobilization theory of social movements. Some key points:
1. Resource mobilization theory emerged in the 1960s to help explain new social movements, like student protests, that couldn't be understood by previous theories. It focuses on how social movement organizations mobilize resources to achieve their goals.
2. Experts like Canel, Jenkins, and McAdam define resource mobilization theory as analyzing the processes by which grievances are organized into social movements through mobilizing material and non-material resources.
3. Developing a resource mobilization strategy involves identifying needed resources, potential partners, and how to approach and collaborate with partners to obtain resources for a project
The document discusses the history and development of the resource mobilization theory of social movements. Some key points:
1. Resource mobilization theory emerged in the 1960s to help explain new social movements, like student protests, that couldn't be understood by previous theories. It focuses on how social movement organizations mobilize resources to achieve their goals.
2. Experts like Canel, Jenkins, and McAdam define resource mobilization theory as analyzing the processes by which grievances are organized into social movements through mobilizing material and non-material resources.
3. Developing a resource mobilization strategy involves identifying needed resources, potential partners, and how to approach and collaborate with partners to obtain resources for a project
The document discusses the history and development of the resource mobilization theory of social movements. Some key points:
1. Resource mobilization theory emerged in the 1960s to help explain new social movements, like student protests, that couldn't be understood by previous theories. It focuses on how social movement organizations mobilize resources to achieve their goals.
2. Experts like Canel, Jenkins, and McAdam define resource mobilization theory as analyzing the processes by which grievances are organized into social movements through mobilizing material and non-material resources.
3. Developing a resource mobilization strategy involves identifying needed resources, potential partners, and how to approach and collaborate with partners to obtain resources for a project
1. Sejarah Perkembangan Teori Mobilisasi Sumber Daya
Teori mobilisasi sumber daya merupakan kerangka teoritik yang cukup dominan dalam menganalisis gerakan sosial dan tindakan kolektif. Teori ini berasumsi bahwa dalam suatu masyarakat dimana muncul ketidakpuasan maka cukup memungkinkan untuk memunculkan sebuah gerakan sosial. Faktor organisasi dan kepemimpinan merupakan faktor yang dapat mendorong atau menghambat suatu gerakan sosial. Teori mobilisasi sumber daya muncul tidaklah serta merta, melainkan kemunculannya disebabkan ada beberapa masalah yang tidak mampu dijawab teori perilaku kolektif, terutama ketika munculnya berbagai gerakan mahasiswa pada tahun 1960-an di Eropa dan Amerika. Kemunculan gerakan mahasiswa yang menuntut pembaruan ini tak mampu dijelaskan oleh teori perilaku kolektif. Karena itu gelombang gerakan mahasiswa tersebut telah mendorong para ahli untuk merumuskan kembali asumsi-asumsi teoretis yang ada sebelumnya. Sebagaimana dikemukakan Snow dan Oliver, pendekatan sumber daya merupakan reaksi baik kekurangan dari pendekatan teori perilaku kolektif maupun protes mahasiswa yang terjadi pada tahun 1960-an. Jelas bahwa di samping kelemahan teori perilaku kolektif dalam menjawab protes-protes yang dilakukan mahasiswa pada tahun 1960-an, juga teori perilaku kolektif yang memandang gerakan sebagai bentuk “perilaku irrasional” mulai ditinggalkan, dan para teoretisi gerakan sosial mulai memfokuskan perhatiannya pada perilaku rasional dari aktor-aktor gerakan. Perubahan ini pada gilirannya, menurut McCarty dan Zald, memunculkan teori mobilisasi sumber daya. Teori ini memperjelas adanya pergeseran dari sosialpsikologi ke arah sosiologi politik dan ekonomi. Teori ini menolak keluhan (grievance) dan ideologi sebagai penjelasan mengenai munculnya gerakan, sebab keluhan dan ideologi bukanlah secara otomatis menciptakan gerakan sosial atau partai politik, melainkan dikarenakan adanya proses mobilisasi yang berjalan dengan baik. Teori Mobilisasi sumber daya menekankan pada pentingnya faktor- faktor struktural, seperti ketersediaan sumberdaya untuk kolektivitas dan posisi individu dalam jaringan sosial, serta menekankan rasionalitas tentang partisipasi dalam suatu gerakan sosial. Sumber daya dapat berupa barang atau jasa yang diberikan untuk melaksanakan sebuah strategi, rencana, program, proyek, atau aktivitas. Strategi mobilisasi sumber daya ialah rencana yang menjelaskan bagaimana sebuah organisasi menyiapkan sumber daya untuk melaksanakan sebuah proyek dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan pada waktunya. Pengembangan strategi mobilisasi sumber daya biasanya merupakan salah satu langkah awal dalam menyusun proposal pendanaan. Jika sumber pendanaan dan sumber daya lainnya tidak dapat diidentifikasi, maka mungkin kegiatan atau proyek yang diajukan tidak dapat dilanjutkan. Strategi mobilisasi sumber daya dapat berada di level strategi, rencana, dan kegiatan nasional; rencana dan strategi sektoral; atau organisasi atau proyek individual.
2. Definisi Menurut Pata Ahli
Canel Menurut Canel dalam Triwibowo (2006), pendekatan Resource Mobilization Theory (RMT) memusatkan analisisnya pada seperangkat proses kontekstual (keputusan mengenai pengelolaan sumberdaya, dinamika organisasi, serta perubahan politik) yang menciptakan gerakan sosial untuk mengoptimalkan potensi-potensi struktural yang dimiliki guna mencapai tujuannya. Pendekatan ini menganalisis bagaimana para aktor gerakan sosial mengembangkan strategi dan berinteraksi dengan lingkungannya untuk memperjuangkan kepentingan-kepentingan mereka. Munculnya gerakan sosial dan capaian dari aktivisme mereka dipandang sebagai hasil dari proses yang terbuka dan dipengaruhi oleh serangkaian taktik, strategi dan keputusan tertentu yang dipilih oleh para aktor dalam konteks relasi kuasa dan interaksi konfliktual yang ada. Jenkins dan McAdaml Menurut Jenkins dan McAdam, kemunculan gerakan sosial bukan semata-mata disebabkan peningkatan pada ketersediaan sumber daya di dalam populasi yang merasa dikecewakan. Organisasi gerakan merupakan sarana untuk mencapai tujuan. Ketiadaan organisasi berkelanjutan, gerakan tidak akan bertahan lama. Foweraker Menurut Foweraker, teori mobilisasi sumber daya ini bertolak dari premis bahwa ketidakpuasan sosial (social discontent) adalah universal, sedangkan aksi kolektif tidaklah universal. Kesulitan mengorganisasi gerakan telah menjadi sifat dan problem utama dalam memobilisasi sumber daya untuk mempertahankan atau memperluas gerakan. Meskipun demikian, dapat dirumuskan secara sederhana bahwa mobilisasi sumber daya ini bertolak dari gagasan mengenai keberhasilan gerakan untuk mendapatkan sumber daya dan kemampuan memperoleh keuntungan dalam pertukaran hubungan dengan kelompok-kelompok lain seperti keberhasilan yang menjadi tujuan dari gerakan. Karena itu, organisasi dan kepemimpinan menjadi sangat penting atau dibutuhkan bagi gerakan yang berorientasi tujuan. Selain itu, haruslah memiliki kemampuan membuat pilihan yang strategis guna meraih tujuan gerakan. Pada penelitian Mancul Olson (1965), Zald dan Ash (1966), McCarthy and Zald (1977), Anthony Oberschall (1973, 1978), Charles Tilly (1978), dapat disimpulkan pada dasarnya mereka memiliki pandangan bahwa ketidakpuasan tidak selalu melahirkan protes karena individu merupakan aktor rasional (mempertimbangkan cost and benefit). Gerakan sosial akan terjadi dan mampu bertahan dengan mobiliasi sumber daya (material dan nonmaterial) yang ada di dalam organisasi. Di sektor swasta, strategi mobilisasi sumber daya ialah bagian dari rencana bisnis dan sifatnya berorientasi laba. Di sektor publik, strategi mobilisasi sumber daya diarahkan untuk menjamin kesinambungan proyek. Strategi mobilisasi sumber daya tidak selalu masuk dalam rencana proyek. Terkadang dimasukkan dalam bab seperti rencana finansial, atau bahkan tidak muncul sama sekali dalam rencana proyek apabila pendanaan telah diperoleh. Namun, ini adalah langkah penting dalam siklus proyek. Mobilisasi sumber daya adalah salah satu pertimbangan awal yang perlu dipikirkan dalam menyusun proyek. Langkah-langkah dalam menyusun strategi mobilisasi sumber daya ialah : 1. Mengidentifikasi dan menghitung sumber daya yang diperlukan dan menjelaskan mengapa mereka dibutuhkan. Sebuah anggaran mungkin cukup, bersama dengan narasi tentang butir-butir di dalam anggaran serta pentingnya dalam pelaksanaan. 2. Menjelaskan bagaimana sumber daya akan diperoleh. Mengidentifikasi mitra potensial atau kolaborator yang akan menyediakan sumber daya. 3. Menjelaskan bagaimana mitra atau kolaborator akan berkontribusi terhadap proyek. Justifikasi pemilihan mitra atau kolaborator serta peran dan kontribusi mereka. 4. Mengidentifikasi bagaimana mitra akan didekati dan bagaimana komunikasi dengan mereka akan dibangun. 5. Mendiskusikan dan meninjau berbagai opsi. Mengkaji dan menjustifikasi pilihan. 6. Menyusun rekomendasi. 7. Mendekati mitra-mitra potensial, menyusun proposal, dan menilai minat mereka. 8. Negosiasi perjanjian dan menyesuaikan proposal proyek. 9. Menyetujui dan menandatangani perjanjian untuk melaksanakan proyek.
Sumber daya yang digunakan dalam kegiatan program secara
umum meliputi alam, fisik, keuangan, manusia, dan sumber daya sosial seperti penyediaan ruang kantor, staf yang diperbantukan, atau partisipasi partner di rapat dewan. Mobilisasi sumberdaya juga merupakan proses dimana sumber daya diminta oleh program dan disediakan oleh donor dan mitra. Kebanyakan program sektor publik, yang biasanya menyediakan barang dan jasa (termasuk sumber daya keuangan) kepada penerima manfaat pada hibah atau dalam bentuk dasar. Proses memobilisasi sumber daya dimulai dengan formulasi strategi mobilisasi sumber daya, yang mungkin termasuk strategi terpisah untuk memobilisasi sumber daya keuangan dan dalam bentuk barang. Melakukan strategi mobilisasi sumber daya keuangan meliputi berikut ini langkah: mengidentifikasi potensi sumber dana, secara aktif meminta Janji, menindaklanjuti janji untuk mendapatkan dana, deposito ini dana, dan merekam transaksi dan pembatasan pada mereka gunakan. Proses ini biasanya diatur oleh perjanjian hukum