Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 5

PEMBAHASAN

1. Sejarah Perkembangan Teori Mobilisasi Sumber Daya


Teori mobilisasi sumber daya merupakan kerangka teoritik yang cukup
dominan dalam menganalisis gerakan sosial dan tindakan kolektif. Teori ini
berasumsi bahwa dalam suatu masyarakat dimana muncul ketidakpuasan maka
cukup memungkinkan untuk memunculkan sebuah gerakan sosial. Faktor
organisasi dan kepemimpinan merupakan faktor yang dapat mendorong atau
menghambat suatu gerakan sosial.
Teori mobilisasi sumber daya muncul tidaklah serta merta, melainkan
kemunculannya disebabkan ada beberapa masalah yang tidak mampu dijawab
teori perilaku kolektif, terutama ketika munculnya berbagai gerakan mahasiswa
pada tahun 1960-an di Eropa dan Amerika. Kemunculan gerakan mahasiswa
yang menuntut pembaruan ini tak mampu dijelaskan oleh teori perilaku
kolektif. Karena itu gelombang gerakan mahasiswa tersebut telah mendorong
para ahli untuk merumuskan kembali asumsi-asumsi teoretis yang ada
sebelumnya. Sebagaimana dikemukakan Snow dan Oliver, pendekatan sumber
daya merupakan reaksi baik kekurangan dari pendekatan teori perilaku kolektif
maupun protes mahasiswa yang terjadi pada tahun 1960-an.
Jelas bahwa di samping kelemahan teori perilaku kolektif dalam
menjawab protes-protes yang dilakukan mahasiswa pada tahun 1960-an, juga
teori perilaku kolektif yang memandang gerakan sebagai bentuk “perilaku
irrasional” mulai ditinggalkan, dan para teoretisi gerakan sosial mulai
memfokuskan perhatiannya pada perilaku rasional dari aktor-aktor gerakan.
Perubahan ini pada gilirannya, menurut McCarty dan Zald, memunculkan teori
mobilisasi sumber daya. Teori ini memperjelas adanya pergeseran dari
sosialpsikologi ke arah sosiologi politik dan ekonomi. Teori ini menolak
keluhan (grievance) dan ideologi sebagai penjelasan mengenai munculnya
gerakan, sebab keluhan dan ideologi bukanlah secara otomatis menciptakan
gerakan sosial atau partai politik, melainkan dikarenakan adanya proses
mobilisasi yang berjalan dengan baik.
Teori Mobilisasi sumber daya menekankan pada pentingnya faktor-
faktor struktural, seperti ketersediaan sumberdaya untuk kolektivitas dan posisi
individu dalam jaringan sosial, serta menekankan rasionalitas tentang
partisipasi dalam suatu gerakan sosial. Sumber daya dapat berupa barang atau
jasa yang diberikan untuk melaksanakan sebuah strategi, rencana, program,
proyek, atau aktivitas.
Strategi mobilisasi sumber daya ialah rencana yang menjelaskan
bagaimana sebuah organisasi menyiapkan sumber daya untuk melaksanakan
sebuah proyek dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan pada waktunya.
Pengembangan strategi mobilisasi sumber daya biasanya merupakan salah satu
langkah awal dalam menyusun proposal pendanaan.
Jika sumber pendanaan dan sumber daya lainnya tidak dapat
diidentifikasi, maka mungkin kegiatan atau proyek yang diajukan tidak dapat
dilanjutkan. Strategi mobilisasi sumber daya dapat berada di level strategi,
rencana, dan kegiatan nasional; rencana dan strategi sektoral; atau organisasi
atau proyek individual.

2. Definisi Menurut Pata Ahli


 Canel
Menurut Canel dalam Triwibowo (2006), pendekatan Resource
Mobilization Theory (RMT) memusatkan analisisnya pada seperangkat
proses kontekstual (keputusan mengenai pengelolaan sumberdaya,
dinamika organisasi, serta perubahan politik) yang menciptakan gerakan
sosial untuk mengoptimalkan potensi-potensi struktural yang dimiliki guna
mencapai tujuannya. Pendekatan ini menganalisis bagaimana para aktor
gerakan sosial mengembangkan strategi dan berinteraksi dengan
lingkungannya untuk memperjuangkan kepentingan-kepentingan mereka.
Munculnya gerakan sosial dan capaian dari aktivisme mereka dipandang
sebagai hasil dari proses yang terbuka dan dipengaruhi oleh serangkaian
taktik, strategi dan keputusan tertentu yang dipilih oleh para aktor dalam
konteks relasi kuasa dan interaksi konfliktual yang ada.
 Jenkins dan McAdaml
Menurut Jenkins dan McAdam, kemunculan gerakan sosial bukan
semata-mata disebabkan peningkatan pada ketersediaan sumber daya di
dalam populasi yang merasa dikecewakan. Organisasi gerakan merupakan
sarana untuk mencapai tujuan. Ketiadaan organisasi berkelanjutan, gerakan
tidak akan bertahan lama.
 Foweraker
Menurut Foweraker, teori mobilisasi sumber daya ini bertolak dari
premis bahwa ketidakpuasan sosial (social discontent) adalah universal,
sedangkan aksi kolektif tidaklah universal. Kesulitan mengorganisasi
gerakan telah menjadi sifat dan problem utama dalam memobilisasi sumber
daya untuk mempertahankan atau memperluas gerakan. Meskipun
demikian, dapat dirumuskan secara sederhana bahwa mobilisasi sumber
daya ini bertolak dari gagasan mengenai keberhasilan gerakan untuk
mendapatkan sumber daya dan kemampuan memperoleh keuntungan dalam
pertukaran hubungan dengan kelompok-kelompok lain seperti keberhasilan
yang menjadi tujuan dari gerakan. Karena itu, organisasi dan kepemimpinan
menjadi sangat penting atau dibutuhkan bagi gerakan yang berorientasi
tujuan. Selain itu, haruslah memiliki kemampuan membuat pilihan yang
strategis guna meraih tujuan gerakan.
Pada penelitian Mancul Olson (1965), Zald dan Ash (1966),
McCarthy and Zald (1977), Anthony Oberschall (1973, 1978), Charles Tilly
(1978), dapat disimpulkan pada dasarnya mereka memiliki pandangan
bahwa ketidakpuasan tidak selalu melahirkan protes karena individu
merupakan aktor rasional (mempertimbangkan cost and benefit). Gerakan
sosial akan terjadi dan mampu bertahan dengan mobiliasi sumber daya
(material dan nonmaterial) yang ada di dalam organisasi.
Di sektor swasta, strategi mobilisasi sumber daya ialah bagian dari
rencana bisnis dan sifatnya berorientasi laba. Di sektor publik, strategi
mobilisasi sumber daya diarahkan untuk menjamin kesinambungan
proyek. Strategi mobilisasi sumber daya tidak selalu masuk dalam
rencana proyek. Terkadang dimasukkan dalam bab seperti rencana
finansial, atau bahkan tidak muncul sama sekali dalam rencana proyek
apabila pendanaan telah diperoleh. Namun, ini adalah langkah penting
dalam siklus proyek. Mobilisasi sumber daya adalah salah satu
pertimbangan awal yang perlu dipikirkan dalam menyusun proyek.
Langkah-langkah dalam menyusun strategi mobilisasi sumber daya
ialah :
1. Mengidentifikasi dan menghitung sumber daya yang diperlukan
dan menjelaskan mengapa mereka dibutuhkan. Sebuah anggaran
mungkin cukup, bersama dengan narasi tentang butir-butir di dalam
anggaran serta pentingnya dalam pelaksanaan.
2. Menjelaskan bagaimana sumber daya akan diperoleh.
Mengidentifikasi mitra potensial atau kolaborator yang akan
menyediakan sumber daya.
3. Menjelaskan bagaimana mitra atau kolaborator akan
berkontribusi terhadap proyek. Justifikasi pemilihan mitra atau
kolaborator serta peran dan kontribusi mereka.
4. Mengidentifikasi bagaimana mitra akan didekati dan bagaimana
komunikasi dengan mereka akan dibangun.
5. Mendiskusikan dan meninjau berbagai opsi. Mengkaji dan
menjustifikasi pilihan.
6. Menyusun rekomendasi.
7. Mendekati mitra-mitra potensial, menyusun proposal, dan
menilai minat mereka.
8. Negosiasi perjanjian dan menyesuaikan proposal proyek.
9. Menyetujui dan menandatangani perjanjian untuk
melaksanakan proyek.

Sumber daya yang digunakan dalam kegiatan program secara


umum meliputi alam, fisik, keuangan, manusia, dan sumber daya sosial
seperti penyediaan ruang kantor, staf yang diperbantukan, atau
partisipasi partner di rapat dewan. Mobilisasi sumberdaya juga
merupakan proses dimana sumber daya diminta oleh program dan
disediakan oleh donor dan mitra. Kebanyakan program sektor publik,
yang biasanya menyediakan barang dan jasa (termasuk sumber daya
keuangan) kepada penerima manfaat pada hibah atau dalam bentuk
dasar.
Proses memobilisasi sumber daya dimulai dengan formulasi
strategi mobilisasi sumber daya, yang mungkin termasuk strategi
terpisah untuk memobilisasi sumber daya keuangan dan dalam bentuk
barang. Melakukan strategi mobilisasi sumber daya keuangan meliputi
berikut ini langkah: mengidentifikasi potensi sumber dana, secara aktif
meminta Janji, menindaklanjuti janji untuk mendapatkan dana, deposito
ini dana, dan merekam transaksi dan pembatasan pada mereka gunakan.
Proses ini biasanya diatur oleh perjanjian hukum

You might also like