Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

Vol.

1, 2003 MODUL ISSN 0853 2877

PENEKANAN DESAIN RIVERFRONT PARK PADA PERANCANGAN


PENATAAN BANTARAN KALI BANJIR KANAL BARAT, KOTA
SEMARANG
Djoko Indrosaptono *)

Kota-kota di wilayah Pantura (pantai Utara Pulau Jawa) merupakan kota-kota tepian air (waterfront
cities) yang sarat dengan potensi dan masalah penyelesaian pengaliran air dari wilayah di daerah
pegunungan ke arah laut. Semarang sebagai salah satu kota tepian air memiliki beberapa sungai / kali
besar baik alami maupun buatan / rekayasa yang potensi dan masalah menarik untuk dikaji penataannya
dalam lingkup perancangan kota / kawasan. Salah satu dari dua kanal / kali yang pada awalnya dirancang
untuk mengatasi masalah banjir di kota Semarang adalah Banjir Kanal Barat. Kali Banjir Kanal Barat
merupakan kelanjutan dari ruas kali Garang yang mengalir dari gunung Ungaran ke Utara pada
pertemuan 2 cabang utama, yaitu sungai Kripik dan sungai Kreo, masing-masing kurang lebih 12 km dan
10 km dihitung dari hulu ke mulut sungai. Satuan Wilayah Sungai (SWS) kali Banjir Kanal Barat
Semarang meliputi wilayah seluas ± 11.946,26 Ha. Pada pembahasan kajian penataan kawasan tepian
Kali Banjir Kanal Barat ini menggunakan konsep pengembangan taman. Konsep pengembangan taman ini
adalah menyediakan pelebaran jalan masuk publik riverfront yang berkualitas tinggi sebagai bagian dari
pengembangan fungsi baru yang utama di jantung barat kota Semarang. Konsep Riverfront Park
digunakan sebagai penekanan desain pada kawasan ini yang merupakan fasilitas umum. Taman ini
merupakan bagian dari perkembangan fungsi gabungan yang luas di tepi cabang utama sungai Banjir
Kanal Barat. Riverfront Park merupakan hasil kolaborasi desain ruang luar dari bantaran sungai Banjir
Kanal Barat dengan unit-unit bangunan penunjang di antaranya restoran dan kefetaria outdoor yang
merupakan pemandangan indah bagi pejalan kaki yang melewati taman ini.

Kata kunci : bantaran, kanal, riverfront

Latar Belakang masing-masing kurang lebih 12 km dan 10


Kota Semarang seperti halnya kota-kota di km dihitung dari hulu ke mulut sungai.
wilayah Pantura (pantai Utara Pulau Jawa) Keseluruhan area tangkapan kira-kira 204
merupakan kota-kota tepian air (waterfront km², yang termasuk area tangkapan 70 km²
cities) yang sarat dengan potensi dan untuk sungai Kreo (panjang sungai berkisar
masalah penyelesaian pengaliran air dari 12 km) dan 34 km² untuk sungai Kripik
wilayah di daerah pegunungan ke arah laut. (panjang sungai berkisar 8 km). Satuan
Semarang sebagai salah satu kota tepian air Wilayah Sungai (SWS) kali Banjir Kanal
memiliki beberapa sungai / kali besar baik Barat Semarang seluas ± 11.946,26 Ha.
alami maupun buatan / rekayasa yang Konsep pengembangan taman ini adalah
potensi dan masalah menarik untuk dikaji menyediakan pelebaran jalan masuk publik
penataannya dalam lingkup perancangan riverfront yang berkualitas tinggi sebagai
kota / kawasan. Salah satu dari dua kanal / bagian dari pengembangan fungsi baru yang
kali yang pada awalnya dirancang untuk utama di jantung kota Chicago. Riverfront
mengatasi masalah banjir di kota Semarang Park merupakan fasilitas umum seluas 10
adalah Banjir Kanal Barat. Kali Banjir Kanal acre, taman ini merupakan bagian dari
Barat merupakan kelanjutan dari ruas kali perkembangan fungsi gabungan yang luas di
Garang yang mengalir dari gunung Ungaran tepi cabang utama sungai Chicago.
ke Utara pada pertemuan 2 cabang utama, Riverfront Park merupakan hasil kolaborasi
yaitu sungai Kripik dan sungai Kreo, desain ruang luar dari Quaker Tower dan

*)Ir. (UNDIP), MT (UGM) Staf Pengajar Jur. Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Semarang
20
Penekanan Desain Riverfront Park…

Nikko Hotel. Dengan restoran dan kefetaria lingkungan di sekitar bantaran sungai.
outdoor yang merupakan pemandangan Kondisi ini dapat dijumpai dari kebiasaan
indah bagi pejalan kaki yang melewati masyarakat setempat yang menjadikan
taman ini sebagian bantaran sebagai tempat
pembuangan sampah akhir, pemanfaatan
Tinjauan Bantaran Kali Banjir Kanal bantaran sungai yang mengabaikan fungsi
Barat dan Lingkungan Sekitar kanal sebagai penahan banjir. Oleh karena
itu perlu adanya pengaturan yang baik dari
A. Tinjauan Kali Banjir Kanal Barat seluruh kegiatan yang menggunakan
terhadap kota Semarang bantaran kali Banjir Kanal Barat sebagai
medianya.
1. FISIK
Kali Banjir Kanal Barat merupakan B. Bantaran Kali Banjir Kanal Barat
kelanjutan dari ruas kali Garang yang Semarang
mengalir dari gunung Ungaran ke Utara 1. DEFINISI BANTARAN SUNGAI
pada pertemuan 2 cabang utama, yaitu Menurut Peraturan Pemerintah
sungai Kripik dan sungai Kreo, masing- Republik Indonesia No. 36 tahun 1991
masing kuran lebih 12 km dan 10 km tentang sungai, pada pasal 1 menyebutkan
dihitung dari hulu ke mulut sungai. tentang definisi-definisi sebagai berikut :
Keseluruhan area tangkapan kira-kira 204 a) Sungai adalah tempat-tempat dan
km², yang termasuk area tangkapan 70 km² wadah-wadah serta jaringan
untuk sungai Kreo (panjang sungai berkisar pengaliran mulai dari mata air
12 km) dan 34 km² untuk sungai Kripik sampai muara dengan dibatasi kanan
(panjang sungai berkisar 8 km). Satuan dan kirinya serta sepanjang
Wilayah Sungai (SWS) kali Banjir Kanal pengalirannya oleh garis sempadan.
Barat Semarang seluas ± 11.946,26 Ha. b) Bantaran sungai adalah lahan pada
Bendungan Simongan, berlokasi kedua sisi sepanjang palung sungai
kira-kira 5,3 km dihitung dari hulu ke mulut dihitung dari tepi sampai dengan
sungai, adalah struktur sungai Mayor dari kaki tanggul sebelah dalam.
Kali Banjir Kanal Barat / kali Garang dan
aliran di bawah kanal inilah yang disebut 2. KONDISI FISIK BANTARAN KALI
sebagai kali Banjir Kanal Barat yang BANJIR KANAL BARAT SEMARANG
langsung menuju ke Laut Jawa. Saat ini Bantaran kali Banjir Kanal Barat
Banjir Kanal Barat berfungsi sebagai saluran terjadi sebagai akibat dari endapan
pembuangan air (drainase) utama kota bagi sedimentasi yang merupakan lanjutan erosi
kota Semarang yang akan meneruskan yang dibawa aliran Kali Garang.
pembuangan air ke Laut Utara (Laut Jawa). Pengerasan sedimentasi ini juga terlihat pada
Kali Banjir Kanal Barat memiliki lebar yang tepi-tepi sungai, mengakibatkan
cukup besar, kurang lebih 50 m, dengan penyempitan pada badan sungai.
aliran air yang cukup tenang karena dasar Pada daerah bantaran sungai,
sungainya yang landai. terdapat 2 area bantaran, yaitu bantaran
sungai sebelah Barat dan Timur.
2. NON FISIK  Bantaran Sungai Bagian Barat
Pemanfaatan ruang yang tidak Bantaran sungai bagian Barat
teratur di sekitar bantaran kali Banjir Kanal merupakan bagian lahan yang sering
Barat mengakibatkan turunnya kualitas dimanfaatkan warga setempat sebagai

21
Vol. 1, 2003 MODUL ISSN 0853 2877

sarana olahraga, tetapi semakin ke arah kegiatan, maupun dalam perkembangan fisik
Utara pemanfaatan bantaran sebagai kota. Kota Semarang dilintasi jalan arteri
sarana olahraga semakin kurang hal ini primer yang menghubungkan kota Jakarta
disebabkan karena lebar bantaran yang dan Surabaya, serta kearah Selatan
mkin menyempit. Dari segi dihubungkan dengan kota Surakarta dan
pemanfaatan, bantaran bagian Barat Yogyakarta. Dengan disukung struktur jalan
dekat dengan konsentrasi penduduk. tersebut, serta daerah belakang propinsi
Perbedaan ketinggian dengan tanggul Jawa Tengah maka perkembangan kota-kota
berkisar antara 3.00 – 1.00 m, semakin besar di propinsi lain akan mendorong
ke Utara perbedaan ketinggian terhadap pertumbuhan kota Semarang. Dari segi
tanggul semakin kecil. Lebar bantaran kedudukan lokasional, kota Semarang
sungai bagian Barat yang efektif mempunyai kesempatan memanfaatkan
dipergunakan selebar sekitar 10.00 – keuntungan-keuntungan lokasi untuk
70.00 m. pertumbuhan dan perkembangannya.
 Bantaran Sungai Bagian Timur Kondisi tersebut sangat
Bantaran bagian Timur mempunyai memungkinkan kota Semarang akan
lebar antara 20.00 – 85.00 m, semakin berkembang pesat di bidang ekonomi
ke Utara semakin lebar. Pada bantaran menuju kota industri. Untuk menjaga
Timur ini sebagian dimanfaatkan warga keseimbangan pertumbuhan psiko-logi
untuk berdagang kaki lima (sekitar masyarakat kota Semarang, perlu
jembatan Karangayu) dan sebagian diperhatikan pula kebutuhan masyarakat
dimanfaatkan warga sebagai sarana olah Semarang terhadap ruang-ruang publik yang
raga (sekitar jalan Kokrosono s.d. bersifat rekreatif. Berdasarkan data yang
Tanah Mas). Perbedaan ketinggian diperoleh dari Statistik Arus wisatawan Jawa
tanggul berkisar antara 3.00 – 1.00 m. Tengah 1997 yang dikeluarkan oleh Dinas
Kelebihan bantaran bagian Barat Pariwisata Propinsi Daerah Tingkat I Jawa
dibandingkan dengan sebelah Timur Tengah, menyebutkan bahwa jumlah
adalah pada beberapa tempat terdapat pengunjung pada214 obyek wisata di Jawa
lebih banyak lahan kosong dengan lebar Tengah pada tahun 1997 mencapai jumlah
efektif yang potensial untuk 14.266.188 orang, sehingga diperkirakan
dikembangkan sebagai kawasan rata-rata tiap obyeknya dikunjungi 66.664
rekreasi. Selain itu area pencapaian ke orang.
arah kawasan rekreasi yang akan Penyelenggaraan kegiatan paket
direncanakan tersebut juga lebih optimal wisata ke Jawa Tengah tahun 1997 mencapai
untuk diolah. 158 buah yang terdiri dari agen perjalanan
dan lembaga swadaya masyarakat.
Analisa Potensi Bantarann Kali Banjir Sedangkan 10 besar daerah yang
Kanal Barat Semarang Sebagai Kawasan paling banyak disinggahi paket wisata
Rekreasi Kota berturut-turut menurut ranking kunjungan
adalah :
 Kabupaten Magelang : 2. 459.013
A. Kawasan Rekreasi sebagai Kebutuhan orang ( 7 obyek wisata )
bagi Kota Semarang  Kabupaten Klaten : 1.400.208 orang
Kota Semarang yang berada di ( 12 obyek wisata )
bagian Utara propinsi Jawa Tengah  Kabupaten Demak : 1.301.301
mempunyai karakter tersendiri dalam orang ( 2 obyek wisata )

22
Penekanan Desain Riverfront Park…

 Kodia Semarang : 905.952 orang  Kabupaten Kudus : 542.951 orang


(19 objek wisata) (10 objek wisata)
 Kodia Surakarta : 708.705 orang Dari angka tersebut dapat diketahui
(9 objek wisata) bahwa Kotamadia Semarang termasuk
 Kabupaten Sragen : 698.978 orang dalam empat besar daerah yang paling
(4 objek wisata) banyak disinggahi paket wisata
 Kabupaten Kebumen : 573.313 orang Di wilayah Kodia Dati II Kota
(7 objek wisata) Semarang pada akhir tahun 1996 terdapat 19
 Kodia Magelang : 549.513 orang objek dan daya tarik wisata alam, enam buah
(5 objek wisata) objek dan daya tarik wisata/budaya sejarah
 Kabupaten Jepara : 543.793 orang dan sepuluh buah objek dan daya tarik
(12 objek wisata) wisata buatan. Secara terinci dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel Penyebaran Objek dan Daya Tarik Wisata Di Kodia Dati II Semarang

No Objek dan Daya Tarik Lokasi Jenis Keterangan


.. Wisata
1 2 3 4 5
1 Taman Lele Semarang barat Buatan Bersifat alam
2 Taman Budaya Raden Saleh Semarang Selatan -Barat Budaya Sejarah
3 Marga Raya Tinjomoyo Semarang Selatan - Barat Buatan Bersifat alam
4 Museum Jamu Ny. Meneer Semarang Utara Budaya/Sejarah
5 Museum Jawa Tengah Semarang Barat Budaya/Sejarah
6 Museum Mandala Bhakti Semarang Utara-Tengah Budaya/Sejarah
7 Museum Jamu Jago (MURI) Semarang Selatan-Barat Budaya/Sejarah
8 Wisata Alam Gua Kreo Semarang Barat Alam
9 Taman Maerakaca Semarang Utara-Tengah Buatan
10 Taman Rekreasi Majapahit Semarang Timur-Selatan Alam
11 OASIS Swimming Pool Semarang Selatan-Tengah Buatan
12 Pondok Sehat Club Semarang Barat Buatan
13 Pantai Marina Semarang Utara-Tengah Buatan
14 Kolam Renang Stadion Semarang Tengah Buatan Telah dibuatkan
di Semarang
Timur-selatan
(Gelanggang
Remaja
Majapahit)
15 KR. Tirta Indah Semarang Barat Buatan
16 ISC Semarang Tengah Buatan
17 KR. Villa Bukit Mas Semarang Selatan-Barat Buatan Bersifat Alam
18 Gelanggang Remaja Semarang Timur-Selatan Buatan
Majapahit
Sumber : Data Statistik Arus Pariwisata Jawa Tengah
Dari data di atas dapat terlihat alam atau menghadirkan nuansa alam
bahwa objek dan daya tarik wisata buatan sebagai daya tarik utamanya.
menempati jumlah terbanyak tetapi ternyata Keberhasilan suatu penyelenggaraan
objek buatan tersebut cenderung meniru kegiatan wisata antara lain ditunjukkan oleh
semakin banyaknya jumlah

23
Vol. 1, 2003 MODUL ISSN 0853 2877

pengunjung/wisatawan dari waktu ke waktu. B. Potensi Bantaran Kali Banjir Kanal Barat
Hal ini terjadi juga di wilayah Kodia dan Lingkungan Sekitar
Semarang. Pada tahun 1995 jumlsh Sesuai dengan tujuan pembahasan
pengunjung ke seluruh objek dari daya tarik adalah mengadakan penyusunan data dan
wisata adalah 457.504 orang, Pada tahun penganalisaan segala permasalahan dan
1996 jumlah pengunjung mencapai 496.088 potensi yang terkait dengan penataan kali
orang, pada tahun 1997 terjadi penurunan Banjir Kanal Barat dan lingkungan sekitar
menjadi 296.562 orang Bila ditelaah lebih sebagai kawasan rekreasi kota, maka pada
lanjut, hal ini disebabkan antara lain dengan kajian ini diutamakan pada analisa potensi
ditutupnya objek rekreasi Pantai Tanjung kepariwisataan.
Mas yang pada tahun-tehun sebelumnya Kali Banjir Kanal Barat dengan
telah memberikan kontribusi yang besar panjang ± 5.3 km dan lebar bentangan 160
sebagai objek wisata yang potensial. Selain m merupakan ruang kota dengan view yang
itu ditinjaumdari minat kunjungan, temoat bisa dioptimalkan sebagai ruang rekreasi
rekreasi bersifat alam, baik pada objek alami bagi kota Semarang. Pemandangan terhadap
maupun buatan, merupakan prioritas utama. ruang yang lapang dengan aliran air yang
Dengan demikian dapat diketahui bahwa stabil di tengah kota merupakan suasana lain
pengunjung sebenarnya lebih tertarik untuk yang berbeda dari pemandangan yang ada di
mengunjungi objek-objek rekreasi yang kota Semarang.
bernuansa alam. Tuntutan ini seiring dengan Berdasarkan Studi Master Plan dan
fakta makin surutnya kuantitas dan kualitas Studi Kelayakan Banjir Kanal Barat yang
objek-objek wisata di Semarang yang dilakukan oleh Japan International
bernuansa alam (misalnya tidak Cooperation Agency (JICA) pada tahun
berfungsinya Pantai Tanjung Mas dan 1993 menyebutkan bahwa debit air kali
perubahan fungsi Tman Tabanas di Banjir Kanal Barat untuk periode 100
Gombel). tahunan adalah sebesar 980 m³/detik. Hal
Dengan jumlah penduduk kota ini merupakan potensi alami yang menjamin
Semarang yang terus meningkat, kestabilan arus sungai tiap tahun. Debit
diproyeksikan pada tahun 2005 sebesar sungai yang besar ini dapat dimanfaatkan
1.450.133 jiwa (sumver : RDTRK Kodia oleh warga untuk melakukan kegiatan
Semarang 1995-2005), sebagai rekreasi air, seperti dayung, becak air.
konsekuensinya adalah masih dibutuhkan Letak kali Banjir Kanal Barat berada
peningkatan kuantitas dan kualitas kawasan di jalur utama transportasi kota Semarang
rekreasi dengan nuansa alami. Rencana yang memungkinkan lokasi kali Banjir
kebutuhan ruang untuk fasilitas olahraga dan Kanal Barat mudah dicapai dari berbagai
rekreasi yang disediakan oleh Pmerintah jurusan. Sarana transportasi yang menuju
Daerah Tingkat II Semarang pada tahun keli Bajir Kanal Barat relatif memadai dan
2005 adalah ± 6.491 Ha. memiliki waktu pelayanan yang panjang.
Sifat kegiatan pariwisata Regional di Selain itu dengan loasi yang strategis ini,
kawasan Semarang, diarahkan untuk pemandangan di sekitar kali Banjir Kanal
maksud-maksud pendekatan di samping Barat dapat dinikmati oleh warga kota yang
kebutuhan-kebutuhan relaksasi, antara lain melalui jalan-jalan di sekitar kali.
akan dikembangkan kegiatan pariwisata Sesuai dengan Rencana Induk dari
yang berorientasi kepada kegiatan samudera JICA (1993), kali Banjir Kanal Barat
dan pegunungan dan mempunyai kriteria- direncanakan sebagai saluran drainase kota,
kriteria yang bersifat aktif maupun pasif. bukan semata-mata sebagai banjir kanal

24
Penekanan Desain Riverfront Park…

(floodways). Bantaran sungai yang pemanfaatan bantaran dan ketentuan tentang


terbentuk dari proses pengendapan lumpur struktur bangunan. Hal ini tebtu harus
(sedimentasi) akibat banjir merupakan lahan diperhatikan secara seksama karena akan
yang dapat dioptimalkan untuk diolah menyangkut penyesuaian aturan dan perlu
sebagai kawasan rekreasi kota. Bantaran terobosan khusus dalam pelaksanaannya.
tersebut dapat dikembangkan sebagai taman
kota, open space atau ruang olahraga bagi 2. PERMASALAHAN SOSIAL
warga, sementara lingkungan di sekitar EKONOMI
bbantaran dapat dikembangkan menjadi Permaslahan sosial ekonomi yang
sarana pendukung bagi pengembangan ada di sekitar bantaran kali Banjir Kanal
bantaran sebagai kawasan rekreasi. Barat adalah tumbuhnya sektor ekonomi non
formal di tepi bantaran. Pertumbuhan ini
C. Permasalahan Bantaran Kali Banjir merupakan gejala alami dan bersifat non
Kanal Barat dan Lingkungan Sekitar permanen. Bila tidak dikendalikan lebih
Beberapa permasalahan yang saat lanjut, kondisi ini akan mempengaruhi
ini yang ada di kali Banjir Kanal Barat kualitas ruang dan pemandangan bagi warga
Semarang kaitannya dengan rencana setempat.
penataan bantaran kali sebagai kawasan Permasalahan lain adlah kentalnya
rekreasi kota di antaranya : nuansa pemukiman padat dengan fungsi
1. PERMASALAHAN FISIK campuran di sepanjang bantaran kali Banjir
Permasalahan utama bagi Kanal Barat Semarang. Dengan adanya
pemanfaatan bantaran kali Banjir Kanal rencana penataan sebagai kawasan rekreasi
Barat adalah penanganan teknis terhadap kota, kondisi ini perlu dipertimbangkan
bahaya banjir. Pemanfaatan lahan yang dengan menggunakan pendekatan-
melanggar batas pengelolaan sungai dan pendekatan yang dapat diterima masyarakat
sedimentasi merupakan penyebab bahaya setempat.
banjir yang melanda kali Garang dan Banjir
Kanal Barat Semarang pada tahun 1990. 3. PERMASALAHAN KEBIJAKSANAAN
Besarnya sedimentasi yang terjadi, bila tidak PENGELOLAAN
ditangani sevara khusus dan menyeluruh Pengelolaan operasional kali Banjir
akan menyebabkan saluran semakin Kanal Barat saat ini dilakukan oleh Dinas
menyempit dengan arah aliran yang semakin PU Pengairan Propinsi Dati I Jawa Tengah.
tidak teratur. Untuk pemanfaatan lebih lanjut sebagai
Banyaknya limbah, terutama limbah kawasan rekreasi kota diperlukan adanya
industri hulu yang dibuang melalui kali penyesuaian kewenangnan pengelolaan,
Garang dan kali Banjir Kanal Barat terutama pada fasilitas rekreasi. Diperlukan
membuat kualitas air sungai lambat laun adanya pembagian kewenangan yang jelas
menurun. Hal ini mempengaruhi potensi air sehingga tidak terjadi tumpang tindih
sungai untuk dioptimalkan sebagai potensi tanggung jawab.
rekreasi, karena kebersihan merupakan
faktor utama menarik tidaknya suatu fasilitas 3. SISTEM JARINGAN UTILITAS
rekreasi. Secara umum, sistem jaringan utilitas di tiga
Peremasalahan fisik lain yang zona telah merata dalam hal penyediaan
berkenaan dengan tata aturan pemanfaatan fasilitasnya, secara lengkap dapat diuraikan
sungai adalah ketentuan tentang jarak seperti di bawah ini :
bangunan dari sungai, ketentuan  Jaringan Listrik

25
Vol. 1, 2003 MODUL ISSN 0853 2877

Ketiga zona dilalui oleh Jaringan Bantaran di sebelah Timur memiliki


Tegangan Ekstra Tinggi dan Jaringan lebar yang lebih besar dibandingkan
Menengah. sebelah Barat. Bantaran sebelah Barat
 Jaringan Air Bersih memiliki lebar ± 70 m dan sebelah Barat
Ketiga zona dilalui oleh jaringan memiliki lebar ± 10 m. Bantaran di
sekunder zona 3 sebelah Timur dapat
 Jaringan Telekomunikasi dimanfaatkan sebagai kawasan rekreasi
Ketiga zona dilalui oleh jaringan tersier. kota dan termasuk dalam kategori
 Jaringan Sampah sedang.
Kecuali di kelurahan Tawang Mas dan
Bendungan, ketiga zona dilalui oleh rute Gambar 4.6 Lebar Bantaran di Zona 3
angkutan container sampah dan masing- Lebar bantaran di sebelah Timur (± 70
masing zona telah ditetapkan sebagai m) lebih lebar dibandingkan sebelah
lokasi transfer depo kntainer sampah. Barat (± 10 m) (sumber : dokumentasi)
Analisa :
Untuk pengembangan lebih lanjut sebagai Analisa :
kawasan rekreasi, zona 2 memiliki potensi Berdasarkan analisa terhadap lebar
yang besar dlihat dari segi kelengkapan pemanfaatan bantaran sungai, bantaran
jaringan utilitas kota yang melayani zona ini. di zona 2 lebih berpotensi untuk
dikembangkan sebagai kawasan rekreasi
4. LEBAR BANTARAN kota karena memiliki lebar bantaran
 Zona 1 yang cukup besar, yaitu ± 85 m.
Bantaran di sebelah Timur dan Barat
dapat dimanfaatkan untuk diolah lebih 5. KEGIATAN KAWASAN
lanjut dengan lebar masing-masing ± 25  Zona 1
m. Untuk rencana pengeembangan, Kegiatan yang menonjol di kawasan ini
lebar bantaran di zona 1 ini masih adalah PKL (informal) di ruas jalan
termasuk dalam kategori kecil. Basudewo dan beberapa lokasi di jalan
 Zona 2 Bojong Salaman s.d. jalan Simongan.
Bantaran di sebelah Timur memiliki Intensitas kegiatan yang berlangsung
lebar yang lebih besar dibandingkan termasuk dalam kategori sedang.
sebelah Barat. Bantaran di sebelah  Zona 2
Timur memiliki lebar ± 85 m dan Kegiatan yang menonjol di kawasan ini
sebelah Barat memiliki lebar ± 10 m. adalah PKL Kokrosono, baik yang sudah
Bantaran di zona 2 sebelah Timur lebih ditata dalam kios maupun yang tumbuh di
berpotensi untuk dikembangkan sebagai pinggir jalan Kokrosono, PKL Kokrosono
kawasan rekreasi dan termasuk dalam memiliki karakter yang khas, seperti PKL
kategori besar. yang telah eksis di Semarang, yaitu PKL
Barito. Intensitas kegiatan yang
Lebar bantaran di sebelah Timur (± 85 berlangsung termasuk dalam kategori
m) lebih lebar dibandingkan sebelah tinggi. Kegiatan PKL Kokrosono
Barat (± 10 m). Bantaran sebelah Timur merupakan potensi bagi embrio kegiatan
memiliki potensi untuk dikembangkan yang akan dikembangkan di kawasan
sebagai kawasan rekreasi (sumber : rekreasi yang akan direncanakan, seperti
dokumentasi) pasar rakyat, festival market place.
 Zona 3

26
Penekanan Desain Riverfront Park…

 Zona 3 untuk dikembangkan sebagai kawasan


Kegiatan yang menonjol di zona 3 adalah rekreasi.
kegiatan permukiman, perkantoran
pemerintah dan industri. Analisa Program Perencanaan dan
Analisa : Perancangan Arsitektur
Berdasarkan pada pertimbangan
bahwa kegiatan yang telah ada merupakan A. Dasar Analisa
embrio yang akan dikembangkan pada 1. SISTEM DAN SIFAT PENGOLAHAN
kawasan rekreasi ini, maka kegiatan yang Mengingat pengelolaan suatu
ada di zona 2 (PKL Kokrosono) merupakan kawasan rekreasi sangat menentukan
potensi yang besar untuk dikembangkan kesuksesan operasional kawasan rekreasi
sebagai kegiatan pendukung kawasan tersebut, oleh karena itu diperlukan adanya
rekreasi Banjir Kanal Barat. sistem pengelolaan yang profesional
sehingga dapat berhasil dengan baik.
6. VIEW Sistem pengelolaan kawasan
 Zona 1 rekreasi di bantaran kali Banjir Kanal Barat
 View yang bisa dinikmati dari zona 1 dilakukan secara bersama oleh beberapa
adalah bendungan Simongan dengan pihak, yaitu Pemerintah Daerah Tingkat II
panorama airnya. Sementara itu, aliran Semarang sebagai pemilik, instansi/dinas
sungai di sekitar bendungan tidak bisa terkait (Dinas PU Pengairan dan Dinas
dinikmati karena pada badan sungai terjadi Pariwisata) sebagai pendamping dan pihak
pengendapan yang menyebabkan arus swasta sebagai pengelola operasional dan
sungai tidak bisa dinikmati sebagai investor. Untuk lebih jelasnya, sistem
pemandangan. Aliran sungai mulai bisa pengelolaan tersebut dapat digambarkan
dinikmati setelah dari jembatan Simongan. pada skema berikut ini :
 Zona 2 Sifat pengelolaan kawasan rekreasi
 View yang bisa dinikmati berupa aliran ini bersifat low profit oriented dan subsidi
sungai yang stabil dan pemandangan silang. Dengan sifat low profit oriented,
sepanjang bantara yang cukup rata. Dari akan memberikan kesempatan seluas-
zona 2 dapat dinikmati kontinuitas luasnya bagi masyarakat di segala lapisan
pemandangan dari gunung Ungaran yang untuk dapat menikmati kawasan rekreasi ini,
terlihat pada saat cuaca cerah. baik sebagai pengunjung maupun penyewa.
 Zona 3 Mengingat keterbatasan pendanaan serta
masih kurangnya minat awal dari investor,
 View yang dapat dinikmati dari zona 3
maka diusulkan agar pendanaaan kawasan
adalah aliran sungai yang stabil, bantaran
rekreasi ini dilakukan secara campuran,
yang rata dan fasade yang atraktif dari
artinya didanai oleh berbagai pihak (dalam
ruko perumahan Semarang Indah yang ada
hal ini masing-masing pihak akan
di sebelah Barat sungai.
memperoleh keuntungan baik material
Analisa :
maupu non material). Untuk pembangunan
Salah satu atraksi rekreasi air yang
fasilitas penunjang bagi masyarakat
akan dikembangkan adalah berupa
dilakukan dengan cara subsidi silang.
perjalanan wisata sungai, maka potensi view
Subsidi silang ini dapat dilakukan dengan
yang bisa dinikmati di sepanjang bantaran
cara pihak yang membangun fasilitas profit
menjadi penekanan khusus. Zona 2 dan
oriented diharuskan juga membangun
zona 3 memiliki potensi view yang optimal
fasilitas penunjang bagi masyarakat.

27
Vol. 1, 2003 MODUL ISSN 0853 2877

2. FUNGSI yang akan direncanakan, dilakukan melalui


Seperti telah disebutkan pada bab studi terhadap kegiatan yang dilakukan
sebelumnya, fungsi dari kawasan rekreasi terhadap ruang yang akan dibutuhkan.
kota yang akan direncanakan di sepanjang 3. ORIENTASI BANGUNAN
bantaran kali Banjir Kanal Barat Semarang Bangunan-bangunan penunjang
dan Lingkungan sekitar ini adalah sebagai yang direncanakan berorientasi pada
taman rekreasi bagi warga kota yang pemandangan alam/vista, tumbuhan dan
bernuansa sungai (air). Fungsi ini pepohonan yang direncanakan, topografi,
dilengkapi juga dengan keberadaan fasilitas dan iklim pada tapak. Elemen-elemen
penunjang yang mampu mewadahi aktivitas lingkungan dan elemen-elemen buatan yang
yang sudah ada maupun yang merupakan direncanakan akan berpengaruh terhadap
wahana baru. orientasi bangunan. Mengingat kali Banjir
Kanal Barat memiliki peran yang sentral
B. Analisa Arsitektur Kota maka sebagian besar orientasi bangunan
1. DESAIN KAWASAN yang direncanakan akan mengarah pada alur
Desain yang ditekankan adalah sungai, sekalipun tidak menutup
perencanaan alur kegiatan dan sirkulasi yang kemungkinan terdapat orientasi baru yang
mampu memberikan kenyamanan terhadap sengaja dibuat untuk meningkatkan kualitas
pelayanan yang dilakukan di kawasan ruang.
rekreasi yang direncanakan. Hal tersebut 4. PENAMPILAN BANGUNAN
didukung pula dengan kelengkapan fasilitas Penampilan bangunan-bangunan
dan utilitas bangunan yang memadai. penunjang pada kawasan rekreasi di
Perencanaan ruang luar dan lansekap yang sepanjang bantaran kali Banir Kanal Barat
direncanakan diupayakan mampu akan menentukan citra kawasan sebagai
memberikan kontribusi bagi arsitektur kota sarana hiburan dan rekreasi sebagai
Semarang. penekanan utama. Hal ini tersebut
Penataan bantaran kali Banjir Kanal ditentukan dari berbagai konsep gaya serta
Barat dan diakukan dengan cara karakter arsitektur yang atraktif dan dinamis
mengembangkan kegiatan yang sudah ada tanpa meninggalkan konsep arsitektur tropis.
sebagai penggerak awal dan didukung Dalam perencanaan terhadap
dengan kegiatan rekreasi lain yang penampilan bangunan, digunakan dua
diarahkan sesuai perencanaan sebagai macam pendekatan, yaitu :
kawasan rekreasi kota. Kawasan rekreasi 4.1. Pendekatan Kontekstual
yang akan direncanakan merupakan katalis Penampilan bangunan diupayakan
bagi lingkungansekitarnya. menyesuaikan terhadap kondisi dan konteks
lingungan dan manusia yang ada pada tapak.
2. ANALISA DESAIN Pendekatan terhadap penampilan bangunan
Pendekatan desain dilakukan diupayakan mampu memenuhi faktor
terhadap dua aspek, yaitu tata ruang luar kenyamanan, keamanan, kekuatan, dan
(lansekap) dan bangunan penunjang. kekokohan bangunan, pemenuhan
Pendekatan terhadap penataan ruang luar perencanaan di daerah konservasi serta
(lansekap) dilakukan dengan studi tampak bangunan yang ada dalam wilayah
komparasi yang telah dilakukan, dengan perencanaan serta tema/konsep kawasan
tema kawasan rekreasi kota di tepi sungai rekreasi.
(river park) sedangkan pendekatan terhadap Skala bangunan disesuaikan dengan
perencanaan bangunan-bangunan penunjang skala manusia kecuali bangunan tengeran

28
Penekanan Desain Riverfront Park…

(landmark building). Dengan skala di luar adalah penting pada lingkungan yang
manusia untuk bangunan tengeran, akan memilki keragaman gaya bangunan.
menarik dan bangunan mudah Dengan ciri-ciri komulatifnya, yang
dikenali/diingat. Dengan skala manusia, menimbulkan kejenuhan dan monoton,
pengguna akan merasa akrab dengan perlu diberikan atribut-atribut khusus
fasilitas rekreasi. pada bangunan yang penting. Hal ini
Menurut Richard Headman dalam untuk memberikan kesatuan dan
Fundamentals of Urban Design (1984), ada sensitifitas yang lebih baik dari
lima kategori yangdapat memberikan lingkungan tersebut.
gagasan untuk menentukan penampilan e) Replikasi. Hal ini menyangkut
bangunan yang kontekstual terhadap rancangan pada lingkungan yang
lingkungan, yaitu : membutuhkan replikasi bangunan
a) Bebas Pilihan. Untuk lingkungan eksisiting atau yanng pernah ada dengan
dengan keragaman visual yang masih kecermatan dan ketelitian. Bangunan-
sederhana, samar-samar, dapat secara bangunan eksisting tersebut
bebas memilih kualitas yang bermanfaat, dipertimbangkan atas dasar alasan-
yang dapat membantu pembangunan alasan historis, atribut kota, seperti
baru, sebagai buah “benchmark”. Hal gerbang masuk, kekuatan aksis dan lain-
ini dapat mendukung community sense lain. Ketelitian dibutuhkan dalam
yang ada, sehingga lingkungan tersebut menetapkan detail, penampilan
mempunyai identitas dan kontinuitas bangunan secara arsitektural mewakili
visual. replikasi tersebut, terutama dalam studi
b) Gabungan Pilihan. Untuk lingkungan dokumen dan pelaksanaannya.
dengan keragaman visual begitu rumit, 4.2. Pendekatan Kontras
menyolok dan saling bertentangan, Bentuk-bentuk yang paling baik dari
pendekatan secara kolektif sangat suatu objek sering dapat diperkuat melalui
diperlukan. Elemen atau unsur-unsur kontras, dilakukan dengan mendramatisir
rupa yang teridentifikasi dapat diperkuat nilai-nilai yang paling kuat dari masing-
atau hanya dengan sentuhan lunak dan masing unsur lansekap dan bangunan
seragam pada satu sisi, dapat penunjang.
menurunkan kerumitan visual dan Kontras sebagai suatu hakekat
mengakitkan kesatuan visualnya. merancang sebuah lingkungan kota,
c) Adaptasi Lunak. Kebebasan yang lebih memerlukan kehati-hatian. Karena kalau
luas dalam menanggapi rancangan tidak hati-hati, akibat kesalahan, kelebihan,
memungkinkan pada lingkungan yang kekurangan dalam memilih dan memutuskan
memiliki keragaman gaya bangunan. dapat menjadikan lingkungan kota kacau
Dengan ciri-ciri komulatifnya, yang dan tidak menarik. Menurut Richard
menjadi kunci rancangan yang sesuai Headman (1984), kunci untuk membuat
dan mengikat, adalah memberi rasa keselarasan lingkungan fisik kota adalah
lebih akan kesatuan dan keselarasan. pengertian tentang sifat-sifat dan batas-batas
Elemen-elemen atau unsur baru dapat kontras. Keberhasilan penggunaan secara
diberikan dalam lingkungan tersebut positif kontras, ditentukan oleh aturan-aturan
dengan diikuti oleh ikatan rancangan dasar ukuran dan perletakan bangunan.
yang kuat. Sebuah bangunan kontras tidak pernah
d) Adaptasi Kuat. Ketelitian yang lebih dicoba hanya sebagai bangunan yanng
cermat dalam menanggapi rancangan berbeda terhadap sifat, kebutuhan, dan

29
Vol. 1, 2003 MODUL ISSN 0853 2877

settingnya. Bangunan yang mempunyai orang akan berpikir untuk memilih metoda
energi yang kuat di unngkapkan dalam lain.
sebuah kerangka bangunan secara berurutan, b) Kenyamanan. Kenyamanan orang untuk
lebih sebagai semi abstrak tampil pada posisi berjalan kaki dipengaruhi oleh faktor
terbaik dalam settingnya. Bangunan- cuaca dan jenis kegiatan. Di Indonesia
bangunan kontras yang menjadi satu dalam (termasuk kota Semarang), dengan cuaca
rancangan kawasan diperileh melalui yang sangat panas akan mempengaruhi
bentuk-bentuk clusternya. Ada beberapa kenyamanan orang berjalan kaki di
nilai yang diberikan oleh kontras, yanng Indinesia ± 400 meter (Kompas 4 April
dapat diterapkan dalam bentuk : 1989), sedang untuk kegiatan berbelanja
 Mendekatkan kepentingan dari membawa barang, berjalan kaki
penggunaan secara komunitas penting diharapkan tidak lebih dari 300 meter.
 Memberikan sebuah fokus sentral ke Untuk kegiatan berbelanja sambil rekreasi,
sebuah ruangan terbuka. maka faktor kenyamanan berjalan sangat
 Memberikan kebutuhan aksen ke area berpengaruh terhadap lamanya melakukan
yang kurang menarik, atau perjalanan.
 Memperkenalkan sebuah urutan yang c) Ketersediaan Kendaraan Bermotor.
lebih besar ke cityscape untuk Kesinambungan penyediaan angkutan
membantu penentuan suatu lingkungan kendaraan bermotor baik umummaupun
dan membantu kejelasan secara visual pribadi sebagai moda penghantar sebelum
komunitas. atau sesudah berjalan kaki sangat
mempengaruhi jarak tempuh orang
7. POLA PEDESTRIAN berjalan kaki. Ketersediaan fasilitas
Perencanaan pola pedestrian pada kendaraan angkutan umum yang memadai
kawasan rekreasi di bantaran kali Banjir dalam hal penempatan penyediaannya
Kanal Barat dan lingkungan sekitar akan mendorong orang untuk berjalan
merupakan teori-teori penunjang bagi jalur lebih jauh dibanding dengan apabila tidak
pejalan kaki : tersedianya fasilitas ini secara merata.
7.1. Jarak Berjalan Kaki Termasuk juga penyediaan fasilitas
Menurut Unterman (1984), ada transportasi lainnya seperti jaringan jalan
empat faktor penting yang mempengaruhi yang baik, kemudahan parkir, dan lokasi
panjang/jarak orang untuk berjalan kaki, penyebaran serta pola penggunaan lahan
yaitu : campuran ( mix use) dan sebagainya.
a) Waktu. Berjalan kaki pada waktu-waktu d) Pola Tata Guna Lahan. Pada daerah
tertentu mempengaruhi panjang/jarak dengan penggunaan lahan campuran (mix
berjalan yang mampu ditempuh. Misalnya use) seperti yang banyak ditemui di pusat
berjalan kaki pada waktu rekreasi kota, perjalanan dengan berjalan kaki
mempunyai jarak yang relatif dapat dilakukan lebih cepat dibanding
dibandingkan waktu berbelanja. Di perjalanan dengan kendaraan bermotor
Amerika, orang berjalan kaki pada waktu karena dengan kendaraan bermotor sulit
makan siang panjang/jarak biasanya untuk berhenti setiap saat. Sebagai
dilakukan tidak terlalu jauh dari tempat gambaran orang Eropa lebih terdorong
kerjanya, panjang/jarak tempuh berjalan untuk berjalan kaki dengan jangkauan
kaki masih dianggap menyenangkan jarak yang lebih jauh dibandingkan dengan
sampai jarak 500 yard (455 m), menurut orang Amerika karena kecenderungan
mereka lebih panjang 500 yard maka kota-kota di Eropa dengan penggunaan

30
Penekanan Desain Riverfront Park…

lahan campuran (Unterman, 1984 : 24). Dengan mempertimbangkan


Berjalan kaki di pusat kota terasa lenih keberadaan PKL yang telah ada, diperlukan
menyenangkan dengan jarak 500 meter, sistem shopping street yang memperhatikan
lebih dari jarak ini diperlukan fasilitas lain kenyamanan dan keamanan pejalan kaki.
yang dapat mengurangi perasaan lelah
orang berjalan kaki (misal : adanya tempat 7.4. Perbaikan Citra Fisik Ruang Jalan
duduk, kios/kafetaria dan sebagainya). Dengan cara pengaturan street
Selain itu adanya kegiatan lain seperti furniture, penggunaan elemen pengaturan
rekreasi, keberadaan fasilitas kendaraan, pencahayaan dengan suasana khas pejalan
kenyamanan fasilitas pejalan kaki dan kaki, perencanaan lansekap, akan
adanya kegiatan campuran (mix use) akan meningkatkan nilai fisik ruang kawasan.
menarik orang untuk berjalan kaki. Kondisi fisik ruang dapat diperbaiki
dengan tata hijau yang berfungsi
7.2. Sistem Pengaturan Lalu Lintas memberikan skala manusiawi dan
Lalu lintas jalan di sekitar bantaran mengurangi tingkat polusi kendaraan
sungai yang cukup padat membutuhkan bermotor.
penanganan berupa penyediaan jalur pejalan
kaki yang terbebas dati beban ruang parkir. 8. PENATAAN JALAN SETAPAK
Penataan kawasan meliputi penyediaan area Beberapa hal yang perlu
PKL di dalam kawasan, sehingga dapat diperhatikan dalam penataan jalan setapak
dilakukan pengendalian terhadap adalah sebagai berikut :
perkembangan PKL di sepanjang jalur  Penggunaan material yang menyatu
pejalan kaki. dengan alam
Perlu disediakan kantong parkir begi  Konstruksi yang sesuai dengan
kegiatan kawasan sebagai konsekuensi konservasi alam
solusi masalah kepadatan lalu-lintas. Area  Pola-pola dapat dibedakan menurut
parkir direncanakan pada zone tersendiri fungsinya.
agar tidak terjadi crossing dengan  Untuk pergerakan pola-pola yang
sirkulasipejalan kaki di dalam kawasan berkesan mengalir dan mengarahkan
bantaran Kali Banjir Kanal Barat. pengunjung diberi ciri-ciri tertentu.
Dugunakan sistem parkir bersama antar  Pada tempat-tempat untuk berhenti
beberapa kegiatan yang memungkinkan (point of interest) dan beristirahat, pola-
dalam satu kawasan tersebut, yaitu : polanya cenderung lebih detail karena
- kegiatan rekreasi dan hiburan pengunjung berhenti untuk beberapa
- kegiatan perdagangan, retail dan saat dan dengan adanya kesempatan
pertokoan untuk mengamati objek yang lebih lama
- kegiatan penunjang memungkinkan pengunjung
memperhatikan kepada hal-hal yang
7.3. Menghidupkan Nilai ekonomi Kawasan lebih bersifat desain detail.
Penyediaan jalur pejalan kaki di  Jalan setapak yang menghubungkan
sepanjang jalan membawa konsekuensi ruang-ruang utama dan ruang-ruang
penataan terhadap pedagang informal (PKL) yang lebih kecil dimana pengunjung
di sepanjang jalan itu, sehingga mampu didistribusikan tanpa merasa terlalu
menunjang fungsi kawasan, yaitu sebagai diarahkan dan dipaksa menuju ke objek
shopping street/festival market place. tertentu.

31
Vol. 1, 2003 MODUL ISSN 0853 2877

9. POLA TATA BANGUNAN potensial dapat ditingkatkan sementara


ketinggian bangunan tetap terpelihara dan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam setback dapat mengurangi pengaruh angin
penataan pola bangunan adalah : turbulence, karena angin terbagi adanya
 Pengolahan massa bangunan yang bidang-bidang yang maju mundur sebelum
dinamis, dengan memperhatikan mencapai jalan-jalan atau ruang-ruang
potensi view, arah matahari, dan terbuka di bawahnya.
angin.
 Pengelompokan massa bangunan c Ketinggian yang Kondisional
yang sejenis pada zone-zone tertentu Atas dasar pertimbangan kondisional,
untuk memudahkan hubungan ketinggian bangunan dapat ditambah.
kegiatan. Dengan catatan, bahwa tambahan
 Pengelolaan massa bangunan ketinggian tersebut tidak menambah
hendaknya memperhatikan bentuk bayangan pada sisi jalan. Penambahan
topografi lingkungan, dengan upaya ketinggian bangunan untuk
sekecil mungkin merusak kondisi mempertemukan kriteria khusus bagi
alamiahnya. pencapaian keragaman, perlengkapan
parkir, citra khusus penampilan bangunan.
Beberapa pengendalian cahaya matahari
dan angin dapat dikombinasikan dan d Sudut Matahari
dimodifikasi secara kreatif untuk mencapai, Sudut matahari dirancang untuk menjamin
tidak hanya sesuai persyaratan tujuan, tetapi cahaya matahai masuk ke area jalan-jalan
juga untuk memberikan surprise pada bentuk dan ruang-ruang terbuka pada jam-jam
kota, di antaranya (Danisworo, 1991) : tertentu. Perolehan akses tanpa
memikirkan konsekuensi bentuk,
a Batas Ketinggian kebutuhan sudut matahari dapat
Batas ketinggian bangunan adalah menghasilkan ruang kota yang ganjil.
mekanisme yang paling dasar bagi
jaminan masuknya cahaya matahari dan e Sudut Pandang
angin ke ruang-ruang yang terbuka dan Sudut pandang adalah perhatan yang
jalan-jalan. Ketinggian tidak saja dapat utama untuk memelihara skala visual yang
diambil dari sudut matahari yang tidak diharapkan. Dari intensitas
diinginkan, tetapi sudut matahari dapat pembangunan dibelakang fasade dan
menghasilkan ketinggian dinding jalan ketinggian yang melampaui ketinggian
yang diinginkan. Metoda ini tidak selalu fasade dihindari dari pedestrian. Sudut
cocok untuk perbedaan-perbedaan lintang pandang bekerja sama seperti sudut
utara-selatan dan timur-barat jalan. matahari, tetapi biasanya lebih terbatas
menurut ketinggian fasade yang dipilih.
b Setback Keduanya sangat penting bagi
Melengkapi setback dari ketinggian pembangunan bangunan baru, karena
bangunan, bila terdapat sepasang keduanya membentuk rasa dan skala
ketinggian bangunan yang mendekati lingkungan.
batas ketinggian yang ditentukan.
Menetapkan sudut matahari sama dengan
batas ketinggian itu. Pengaturan ini
memberikan dua jalan : pembangunan

32
Penekanan Desain Riverfront Park…

DAFTAR PUSTAKA

1. Breen, Ann and Rigby, Dick; 1993 ;


Waterfronts, Cities Reclaim Their Edges;
Van Nostrand Reinhold Co, New York.
2. Charles A Chaney; 1974; Marinas, National
Association of Engine and Boat
Manufacturers; New York.
3. De Chiara, Joseph, Callender, John
Hancock; 1973; Time Saver Standarts for
Building Types; Mc Graw-Hill Book
Company Inc.
4. Haryono, Wing, drs. M.Ed; 1978; Pariwisata
Rekreasi dan Entertainmen; Ilmu Publiher,
Bandung.
5. Japan Internatioanal Cooperation Agency
(JICA); 1993; The Master Plan on Water
Resources Development and Feasibility
Study for Urgent Flood Control and Urban
Drainage in Semarang City and Suburb
(Final Report).
6. Jeanne, M. Davern; 1976; Places for People;
McGraw-Hill Book Company Inc.
7. Mahasiswa S2 Program Studi Perancangan
Arsitektur Fakultas Pasca Sarjana ITB;
1990/1991; Teori Perancangan Urban;
Editor : Dr. Ir. M. Danisworo, M.Arch, M.
Up, Institut Teknologi Bandung.
8. Mars, M. William; 1983; Lanscape Planning
Environmental Applications; Addison-
Wesley Publishing Inc.
9. Neufert, Ernst/ Amril, Sjamsu; 1987; Data
Arsitek; Erlangga.
10. Rutledge, Albert J; 1981; Visual Approach
to Park Desagn; John Willey and Sons, New
York.
11. Shirvani, Hamid; 1985; The Urban Design
Procces; Van Nostrand Reinhold Co, New
York.
12. Simond, John; 1978; Earthscape, A Manual
of Environmental Planning; McGraw-Haill
Book Company Inc.
13. Snyder, Catanese, Sangkoyo (ed); 1984;
Pengantar Arsitektur; Penerbit Erlangga
14. Weinstein, Richard, Editor; 1994;
Morphosis, Building and Projects 1989-
1992; Rizzoli International Publications.
15. Zneider, Eberhard. H; 1983; Multi Use
Architecture in The Urban Context; Van
Nostrand Reinhold Company.

33

You might also like