Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 79

PERATURAN INTERNASIONAL MENCEGAH

TUBRUKAN OI LAUT,1972
(INTERNATIONAL REGULATIONS FOR
PREVENTING COLLISIONS AT SEA, 1972)
(Sesuai Amendement Resolutions A626( 15),
A678(16), A736(18), A910(22) dan A1004(25)
dilengkapi dengan Studi Kasus dan Soal Ujian)
Disusun oleh:
Silvester Simau, A.Pi, S.Pi, M.Si
vestersiI60@yahoo.co.id
Kata Penga nta r
Upaya melengkapi bahan ajar dalam proses pembelajaran di Sekolah Usaha Perikanan
Menengah, Akademi Perikanan, Sekolah Tinggi Perikanan, dan pelatihan di Balai Diklat
Perikanan perlu dilakukan oleh setiap tenaga fungsional dalam menyusun materi bahan
ajar. Para guru, dosen, instruktur maupun widyaiswara yang tugas pokoknya melakukan
kegiatan pendidikan dan pelatihan bagi masyarakat yang ada di lingkup Kementerian
Kelautan dan Perikanan perlu melakukannya untuk meningkatkan profesionalismenya.
Upaya yang dilakukan dapat melalui karya tulis maupun penelitian. Lewat tulisan materi
PeraturanInternasional MencegahTubrukan di Laut, 1972 dengan berbagai perubahan yang
terakhir sesuai ketentuan IMO (International Maritime Organization) yang telah dituangkan
dalam beberapa resolusi sebagai amendemen (perubahan) International Regulations For
Preventing Collision at Sea, 1972 diharapkan dapat membantu para pengajarjpelatih untuk
menyajikan materi yang lebih up to date bagi para tarunajsiswa maupun peserta pelatihan.
Materi yang disusun dalam buku ini merupakan rangkuman dari berbagai buku referensi
dan resolusi ketentuan IMO yang terkait dengan Peraturan Internasional Mencegah
Tubrukan di Laut, 1972. Ketentuan dalam peraturan ini memuat tentang aturan-aturan
yang perlu dipahami oleh para pelaut dan peserta diklat sehingga dapat diterapkan dalam
tugasnya sebagai perwira kapal. Dalam tulisan ini telah diupayakan dengan berbagai
gambar ilustrasi, foto, sketsa, contoh simulasi penerapan aturan-aturan, maupun
penyelesaian soal-soal ujian yang dapat membantu untuk memahami penerapan setiap
------~- ....at'CIralrr<:nTg_(trffn:.lclt'1:fc!iI'<:nflf~~·c..twcll~~'imBy1n~'1Otidl''''"t'f@i'lcegan--
TOOrul<anCli[alit,1972
beserta arrterrdernennya.
Semoga bahan ajar tentang Peraturan Internasional MencegahTubrukan di Laut 1972
yang dituangkan dalamtulisan ini dapat bermanfaat bagi para peserta diklat.
Ambon, 11 Mei 2012
Penyusun,
Silvester Simau, A.Pi, S.Pi, M.Si
DAFTAR 151
KATAPENGANTAR .
DAFTAR151...................................................................................................................................................... ii
Sejarah Peraturan Internasional Mencegah Tubrukan di Laut, 1972................................................... 1
strukur Peraturan Internasional Mencegah Tubrukan di Laut, 1972................................................... 10
Bagian A/PART A - UMUM/ GENERAL................................................................................................ 11
Aturan 1: Penerapan 12
Aturan 2 : Tanggung jawab........................................................................................................................ 13
Aturan 3 : Definisi umum 16
Bagian B : Aturan Mengemudikan dan Melayarkan Kapal
SEKSII - Sikap kapal Dalam Setiap Kondisi Penglihatan
Aturan 4 : Penerapan.................................................................................................................................. 19
Aturan 5 : Pengamatan 19
Aturan 6 : Lajuaman................................................................................................................................... 25
Aturan 7 : Resiko Tubrukan....................................................................................................................... 29
Aturan 8 : Tindakan Mencegah Tubrukan....................................................................................... 37
Aturan 9 : Alur Pelayaran sempit.............................................................................................................. 40
Aturan 10 : Bagan Pemisah lalulintas. 44
SEKSIII - Tindakan Kapal Dalam Keadaan Saling Melihat
Aturan 11 : Penerapan.................................................................................................................... . 49
Aturan 12 : Kapal Layar................................................................................................................................. 49
Aturan 13 : Saling Menyusul...................................................................................................................... 54
Aturan 14 : Situasi Berhadapan................................................................................................................ 59
Aturan 15 : Situasi silang...................................................................................................................... 63
Aturan 16 : Tindakan Kapal Yang Menyimpang............................................................................... 67
Aturan 17 : Tindakan Kapal Yang Bertahan............................................................................................... 67
Aturan 18 : Tanggung Jawab Antar Kapal.................................................................................................. 72
SEKSIIil - Tindakan Kapal Dalam Pandangan Terbatas
Aturan 19: Tindakan Kapal Dalam Pandangan Terbatas 73
BAGIAN C - PENERANGAN DAN SOSOKBENDA
Aturan 20 : Penerapan 74
Aturan 21 : Definisi 76
Aturan 22 : Daya Tampak Penerangan.............................................................................................. 81
Aturan 23 : Kapal tenaga Yang sedang Berlayar..................................................................................... 81
Aturan 24 : Menunda dan Mendorong................................................................................................... 88
Aturan 25 : Kapal Layar Yang sedang Berlayara dan Kapal Yang sedang DidayunG......................... 95
Aturan 26 : Kapal Yang sedang Menangkap Ikan 98
Aturan 27 : Kapal Yang tidak Dapat dikendalikan atau Kapal Yang Terbatas kemampuan Olah
Geraknya...... 103
Aturan 28 : Kapal Yang Terkungkung Oleh saratnya............................................................................. 109
Aturan 29 : Kapal Pandu............................................................................................................................. 111
Aturan 30 : Kapal Yang Berlabuh Jangkar dan Kapal kandas............................................................ 114
Aturan 31 : Pesawat Terbang Laut.............................................................................................................. 119
BAGIAN D - Isyarat Bunyi dan Isyarat Cahaya
Aturan 32 : Definisi...................................................................................................................................... 119
Aturan 33 : Peralatan Untuk Isyarat Bunyi............................................................................................... 120
Aturan 34 : Isyarat Olah Gerak dan Perhatian......................................................................................... 121
ii
Aturan 35 : Isyarat Bunyi dalam Jarak Pandang Terbatas .
Aturan 36 : Isyarat enarik Perhatian .
Aturan 37 : Isyarat 8ahaya .
BAGIAN E - PEMBEBASAN
Aturan 38 : Pembebasan .
KETENTUAN TAMBAHAN 1 ..
KETENTUAN TAM BAHAN 11 ..
KETENTUAN TAM BAHAN 111 .
KETENTUAN TAMBAHAN IV .
KEMAMPUAN DAN KETERBATASAN BEBERAPA TYPE KAPAL LAINNYA ..
Daftar pustaka .
Study kasus .
Soal-soal ujian .
iii
122
123
123
123
125
137
139
141
143
152
153
170
PERATURAN INTERNASIONAl MENCEGAH TUBRUKAN DI lAUT I 1972
INTERNATIONAL REGULATIONSFOR PREVENTINGCOLLISIONS AT SEA, 1972.
SEJARAHPERATURAN INTERNASIONAl MENCEGAH TUBRUKAN DI LAUT I 1972
1863 Dewan Perdagangan Inggris bersama Pemerintah Perancis. Peraturan tersebut berlaku bagi 30 negara
maritim (Amerika, Jerman dll) pada akhir tahun 1864. BURDENEDvessels (kapal yang menyimpang kapal lain,
dalam PIMTL) dan PRIVILEGEDvessels (kapal yang mempertahan haluan & kecepatan)
Bila sedang memotong sehingga dapat menimbulkan resiko tubrukan, maka kapal yang di sebelah sisi
kanannya ada kapallain, diharuskan menghindari kapallain tersebut.
Kapal uap yang sedang berhadapan atau mendekati situasi berhadapan diharuskan merubah haluannya ke
kanan.
Setiap kapal yang sedang menyusul kapallain harus menghindar jalannya kapal yang sedang disusul.
Bilamana oleh karena suatu aturan. sebuah kapal yang sedang menghindar, maka kapal lain diharuskan
untuk mempertahankan haluannya.
1889 Washington. International Maritime Conference. Diberlakukan penuh pada tahun 1897.
Kapal yang sedang bertahan harus mempertahankan haluan dan kecepatannya.
- Kapal yang memberi jalan harus menghindari untuk menyilang di depan kapallain tersebut.
- Sebuah penerangan putih kedua tiang depan.
1910 Brussels. International Maritime Conference. Membahas beberapa perbedaan kecil dari Aturan tahun
1889.
1929 london. International Conference on Safety of Life at Sea (SOLAS). Tidak meratifikasi, tetapi ada
rekomendasi yang disepakati :
Juru mudi dan perintah kemudi (steering order) harus diberikan secara langsung. Mulai
diberlakukan pada tahun 1933
1940 london. Gedung Trinitas (Trinity House) membuat suatu aturan yang diberlakukan Parlemen pada
tahun 1946.
Beberapa diantaranya ialah : Di alur pelayaran sempit sebuah kapal uap yang sedang melewati kapallain harus
membiarkan kapal tersebut pada sisi sebelah kanannya.
- Bila situasi memotong yang dapat menimbulkan resiko tubrukan, kapal harus merubah haluan ke kanan agar
saling melewati masing-masing kapal pada sisi kirinya
- Aturan tentang kapallayar
1948 International Conference on SOLAS. Merevisi aturan tahun 1910 dan mulai diberlakukan penuh tahun
1954.
1960 london. International Conference on SOLAS. Inter-governmental Maritime Consultative Organization
(IMCO)
Merekomendasikan hal-hal yang terkait dengan penggunaan radar yang diatur dalam lampiran aturan
tersebut. (mulai berlaku penuh pada tahun 1965)
1972 london. Konferensi internasional untuk merevisi aturan-aturan yang ada.
Format dirobah. Rincian teknis yang terkait dengan isyarat penerangan, sosok benda, bunyi dipindahkan
dalam lampiran.
1
Aturan-aturan baru diperkenalkan : peralatan untuk pengamatan (panjarwala), kecepatan aman, resiko
tubrukan dan bagan pemisah lalu lintas.
1982. International Maritime Organization (lMO)
"Beberapa tambahan dan petunjuk untuk Penerapan yang sama untuk Aturan-aturan Tertentu (mulai
berlaku penuh tahun 1983)
1987 . International Maritime Organization (IMO)
Petunjuk penggunaan ditambahkan dalam aturan dan ada beberapa aturan tambahan. (mulai diberlakukan
penuh pada bulan November 1989) Perubahan aturan tambahan ini dituangkan dalam Resolusi A.678 (16)
seperti berikut ini :
RESOLUTION A.678(16}
Adopted on 19 October 1989
Agenda item 15
THEASSEMBLY,
AMENDMENT TO THE INTERNATIONAL REGULATIONS
FOR PREVENTING COLLISIONS AT SEA, 1972
Recalling article VI of the Convention on the International Regulations for Preventing Collisions
at Sea, 1972 on amendments to the Regulations.
HAVINGCONSIDEREDthe amendment to the International Regulations for Preventing Collisions
at Sea, 1972, adopted by the Maritime Safety Committee at its fifty-seventh session and
communicated to all Contracting Parties in accordance with paragraph 2 of article VI of the
Convention and also the recommendations of the Maritime Safety Committee concerning entry
into force of this amendment,
1. ADOPTS,in accordance with paragraph 3 of article VI of the Convention, the amendment set
out in the Annex to the present resolution;
2. DECIDES,in accordance with paragraph 4 article VI of the Convention, that he amendment shall
enter into force on 19 April 1991 unless by 19 April 1990 more than one third of the Contracting
Parties have notified their objection to the amendment;
3. REQUESTSthe Secretary-General, in conformity with paragraph 3 of article VI, to communicate
this resolution to all Contracting Parties to the Convention for acceptance, together with copies
to all Members of the Organization;
4. INVITESContracting Parties to submit any objections to the amendment not later than 19 April
1990, whereafter the amendment will be deemed to have entered into force as determined in
the present resolution.
2
ANNEX
AMENDMENTTO THE INTERNATIONAL REGULATIONS FOR
PREVENTING COLLISIONS AT SEA, 1972
Rule 10- Traficc separation schemes
The existing text of paragraph (d) is replaced by the following:
U(d}(i) A vessel shall not use an inshore traffic zone when she can safely use the appropriate traffic
lane
within the adjacent traffic separation scheme. However, vessels of less than 20 metres in length,
sailing vessels and vessels engaged in fishing may use the insore traffic zone.
(ii) Notwithstanding subparagraph (d}(i), a vessel may use an inshore traffic zone when en route to
or from a port, offshore installation or structure, pilot station or any other place situated within
the inshore traffic zone, or to avoid immediate danger."
1993. International Maritime Organization (IMO)
Petunjuk penggunaanditambahkan dalam aturan dan ada beberapa aturan tambahan. (mulai
diberlakukan
penuh pada bulan November 1996).Perubahanaturan tambahan ini dituangkan dalam ResolusiA. 736
(18)
seperti berikut ini :
THEASSEMBLY,
Resolution A.736 (18)
Adopted on 4 November 1993
(Agenda item 16)
AMENDMENT TO THE INTERNATIONAL REGULATIONS
FOR PREVENTING COLLISIONS AT SEA, 1972
Recalling article VI of the Convention on the International Regulations for Preventing
Collisions at Sea, 1972 on amendments to the Regulations.
HAVING CONSIDEREDthe amendment to the International Regulations for Preventing
Collisions at Sea, 1972, adopted by the Maritime Safety Committee at its fifty-seventh session and
communicated to all Contracting Parties in accordance with paragraph 2 of article VI of that
Convention and also the recommendations of the Maritime Safety Committee concerning entry
into force of this amendment,
1. ADOPTS, in accordance with paragraph 3 of article VI of the Convention, the amendment set
out in the Annex to the present resolution;
2. DECIDES,in accordance with paragraph 4 article VI of the Convention, that the amendment
shall enter into force on 4 November 1995 unless by 4 May 1994 more than one third of the
Contracting Parties have notified their objection to the amendment;
3
3. REQUESTSthe Secretary-General, in conformity with paragraph 3 of article VI, to communicate
this resolution to all Contracting Parties to the Convention for acceptance;
4. INVITES Contracting Parties to notify any objections to the amendment not later than 4 May
1994, whereafter the amendment will be deemed to have entered into force as determined in
the present resolution.
ANNEX
AMENDMENT TO THE INTERNATIONAL REGULATIONS FOR
PREVENTINGCOLLISIONSAT SEA} 1972
1. Rule 26(b)(i) : Delete the words "a vessel of less than 20 metres in length may instead of this
shape exhibit a basket".
2. Rule 26(c)(i) : Delete the words a vessel of less than 20 metres in length may instead of this
U

shape exhibit a basket".


3. Rule 26(d) : is amended in read asfollows:
"(d) The additional signals described in Annex II to these Regulations apply to a vessel engaged
in fishing in close proximity to other vesselsengaged in fishing".
4. Annex I, section 3 - Horizontal postioning and spacing of lights: a new paragraph (d) is added as
follows:
"(d) When only one masthead light is prescribed for a power-driven vessel, this light shall be
exhibited forward of amidships; except that a vessel of less than 20 metres in length need
not exhibit this light forward of amidships but shall exhibit it as far forward as is
practicable."
5. Annex I, section 9 - Horizontal sectors:
- the existing paragraph "(b) is renumbered to read U(b}(i)".
- a new subparagraph (b}(ii) added as follows:
U(b}(ii} If it is impracticable to comply with paragraph (b}(i) of this section by
exhibiting only one all-round light, two all-round lights shall be used suitably
positioned or screened so that they appear, as far as practicable, as one light
at a distance of one mile."
6. Annex I, section 13 - Approval: Amend to read "14. Approval "; and insert a new section 13 as
follows:
U13. High-speed craft
The masthead light of high-speed craft with a length to breadth ratio of less than 3.0 may
be placed at a height related to the breadth of the craft lower than prescribed in paragraph
2 (a}(i) of this Annex, provided that the base angle of the isosceles triangles formed by the
sidelights and masthead light, when seen in end elevation, is not less than 27"."
4
7. Annex II, section 2-Signals for trawlers:
the lead-in sentence of paragraph (a) is amended to read:
"(a) Vessel of 20 metres or more in length when engaged in trawling, whether using
demersal or pelagic gear, shall exhibit: "
the lead-in sentence of paragraph (b) is amended to read:
"(b) Each vessel of 20 metres or more in length engaged in pair trawling shall exhibit:"
a new paragraph (c) is added as follows:
"(c) A vessel of less than 20 metres in length engaged in trawling, whether using
demersal or pelagic gear or engaged in pair trawling, may exhibit the lights
prescribed in paragraphs (a) or (b) of this section, as appropriate."
8. Annex IV, subparagraph 1 (o). Amend to read:
"l(o} approved signals transmitted by radiocommunication systems, including survival craft
radar transponders."
2001 International Maritime Organization (IMO)
Petunjuk penggunaanditambahkan dalam aturan dan ada beberapa aturan tambahan. (mulai
diberlakukan
penuh pada bulan November 2003). Tambahan aturan ini dituangkan dalam Resolusi A.9l0 (22)
seperti
berikut ini :

INTERNATIONAL MARITIME ORGANIZATION E


ASSEMBLY
22nd session
Agenda item 14
THEASSEMBLY,
IMO
Resolution A.910 (22)
Adopted on 29 November 2001
(Agenda item 14)
AMENDMENTS TO THE INTERNATIONAL REGULATIONS
FOR PREVENTING COLLISIONSAT SEAl 1972
A 22/Res.910
22 January 2002
Original: ENGLISH
RECALLINGArticle VI of the Convention on the International Regulations for Preventing Collisions at
Sea, 1972 (hereinafter referred to as "the Convention"), on amendments to the Regulations,
HAVING CONSIDEREDthe amendments to the International Regulations for Preventing Collisions at
Sea, 1972, adopted by the Maritime Safety Committee at its seventy-third session and communicated
5
to all Contracting Parties in accordance with paragraph 2 of Article VI of the Convention; and also the
recommendations of the Maritime Safety Committee concerning the entry into force of these
amendments,
1. ADOPTS, in accordance with paragraph 3 of Article VI of the Convention, the amendments set out in
the Annex to the present resolution;
2. DECIDES, in accordance with paragraph 4 of Article VI of the Convention, that the amendments shall
enter into force on 29 November 2003 unless by 29 May 2002 more than one third of the
Contracting Parties have notified their objection to the amendments;
3. REQUESTSthe Secretary-General, in conformity with paragraph 3 of Article VI of the Convention, to
communicate this resolution to all Contracting Parties to the Convention for acceptance;
4. INVITES Contracting Parties to submit any objections to the amendments not later than 29 May 2002
whereafter the amendments will be deemed to have been accepted to enter into force as
determined in the present resolution.
ANNEX
AMENDMENTS TO THE INTERNATIONAL REGULATIONS FOR
PREVENTING COLLISIONSAT SEA} 1972
1 Rule 3: Paragraph (a) is amended to read as follows:
"(a) The word "vessel" includes every description of water craft, including non-displacement
craft, WIG craft and seaplanes, used or capable of being used as a means of transportation on
water".
A new paragraph (m) is added as follows:
"(m) The term "Wing-In-Ground (WIG) craft" means a multimodal craft which, in its main
operational mode, flies in close proximity to the surface by utilizing surface-effect action."
2 Rule 8: Paragraph (a) is amended to read as follows:
"(a) Any action to avoid collision shall be taken in accordance with the Rulesof this Part and shall,
if the circumstances of the case admit, be positive, made in ample time and with due regard
to the observance of good seamanship."
3 Rule 18: A new paragraph (f) is added as follows:
"(f) (i) A WIG craft shall, when taking off, landing and in flight near the surface, keep well clear of all
other vesselsand avoid impeding their navigation;
(ii) a WIG craft operating on the water surface shall comply with the Rules of this Part as a
power-driven vessel."
4 Rule 23: A new paragraph (c) is added, as follows, and the following paragraph renumbered
accordingly:
6
"(c) A WIG craft only when taking off, landing and in flight near the surface shall, in addition to
the lights prescribed in paragraph (a) of this Rule, exhibit a high intensity all-round flashing
red light."
5 Rule 31 is amended to read asfollows:
"Where it is impracticable for a seaplane or a WIG craft to exhibit lights and shapes of the
characteristics or in the positions prescribed in the Rules of this Part she shall exhibit lights and
shapes asclosely similar in characteristics and position as is possible."
6 Rule 33: Paragraph (a) is amended to read as follows:
"(a) A vessel of 12 metres or more in length shall be provided with a whistle, a vessel of 20 metres
or more in length shall be provided with a bell in addition to a whistle, and a vessel of 100
metres or more in length shall, in addition, be provided with a gong, the tone and sound of
which cannot be confused with that of the bell. The whistle, bell and gong shall comply with the
specification in Annex III to these Regulations. The bell or gong or both may be replaced by
other equipment having the same respective sound characteristics, provided that manual
sounding of the required signals shall always be possible."
7 Rule 35: A new paragraph (i) is added as follows, and the following paragraphs renumbered
accordingly:
"(i) A vessel of 12 metres or more but less than 20 metres in length shall not be obliged to give the
bell signals prescribed in paragraphs (g) and (h) of this Rule. However, if she does not, she shall
make some other efficient sound signal at intervals of not more than 2 minutes."
8 ANNEX I, section 13 is amended to read asfollows:
"13. High-speed craft*
(a) The masthead light of high-speed craft may be placed at a height related to the breadth of the
craft lower than that prescribed in paragraph 2(a)(i) of this annex, provided that the base angle
of the isosceles triangles formed by the sidelights and masthead light, when seen in end
elevation, is not less than 27'2.
(b) On high-speed craft of 50 metres or more in length, the vertical separation between foremast
and mainmast light of 4.5 metres required by paragraph 2(a)(ii) of this annex may be modified
provided that such distance shall not be less than the value determined by the following
formula:
=(a+17!f/)+2
y 1000
where: y is the height of the mainmast light above the fore mast light in metres;
a is the height of the foremast light above the water surface in service condition in metres;
lfJ is the trim in service condition in degrees;
C is the horizontal separation of masthead lights in metres."
7
9 ANNEX III
Section 1 - Whistles: Paragraph (a) is amended to read as follows:
"(a) Frequencies and range of audibility
The fundamental frequency of the signal shall lie within the range 70-700Hz. The range
of audibility of the signal from a whistle shall be determined by those frequencies,
which may include the fundamental and/or one or more higher frequencies, which lie
within the range 180-700Hz (+/-1%) for a vessel of 20 metres or more in length, or 1802100Hz
(+/-1%) for a vessel of less than 20 metres in length and which provide the
sound pressure levels specified in paragraph l(c} below."
Paragraph (c) is amended to read as follows:
"(c) Sound signal intensity and range of audibilit
A whistle fitted in a vessel shall provide, in the direction of maximum intensity of the
whistle and at a distance of 1 metre from it, a sound pressure level in at least one 1/3rd-
octave band within the ra nge of fre quencies 180-700 Hz (+/-1 %) for a vessel of 20 metres
or more in length, or 180-2100Hz (+/-1%) for a vessel of less than 20 metres in length, of
not less than the appropriate figure given in the table below.
Lengthof vesselin metres
1/3rd-octave band level at 1 metre Audibility range
in dB referred to 2xlO-5N/m2 in nautical miles
200 or more 1432 143 2
75 but lessthan 200 138 1.5
20 but lessthan 75 130 1
120'1
Lessthan 20
'1 When the measuredfrequencies lie within the range 180-4S0Hz
'2 When the measuredfrequencies lie within the range4S0-800Hz
'3 When the measurefrequencies lie within the range800-2100Hz
115'2
0.5
11(3
Section 2 - Bell or gong: Paragraph (b) is amended to read as follows:
"(b) Construction
Bells and gongs shall be made of corrosion-resistant material and designed to give a clear
tone. The diameter of the mouth of the bell shall be not less= than 300 mm for vessels of 20
metres or more in length. Where practicable, a power-driven bell striker is recommended to
ensure constant force but manual operation shall be possible. The mass of the striker shall
be not less than 3 per cent of the mass of the bell."
2009 International Maritime Organization (lMO)
Petunjuk penggunaanditambahkan dalam aturan dan ada beberapa aturan tambahan (mulai
diberlakukan
penuh mulai 1 Desember 2009). Tambahan aturan ini dituangkan dalam Resolusi A.1004(2S)seperti
pada
tabel berikut ini :
8
Amendment Table for COLREG 72(Res.A.l004(25))
Convention and Legislation Service Team, KR
Before 1 December 2009 On or after 1 December 2009 Remark
ANNEX IV DISTRESS SIGNALS ANNEX IV DISTRESS SIGNALS
1. The following signals, used or 1. The following signals, used or exhibited either
exhibited either together or together or separately, indicate distress and
separately, indicate distress and need of assistance:
need of assistance:
(d) a signal made by radiotelegraphy (d) a signal made by any signalling method
or by any other signaling method consisting of the group ... --- ... (50S) in the
consisting of the group ... --- ...
(50S) in the Morse Code
(I) the radiotelegraph alarm signal;
(m) the radiotelephone alarm signal;
Morse Code;
(I) a distress alert by means of digital selective
calling (DSC)transmitted on:
(i) VHFchannel 70, or
(ii) MF/HF on the frequencies 2187.5 kHz,
8414.5 kHz, 4207.5 kHz, 6312 kHz, 12577 kHz
or 16804.5 kHz;
(m) a ship-to-shore distress alert transmitted by
the ship's Inmarsat or other mobile satellite
service provider ship earth station;
9
Subparagraphs Ltd),
(I) and (m) of Annex
IV was amended.
STRUKTUR PERATURAN INTERNASIONAl MENCEGAH TUBRUKAN DllAUT, 1972
5 Bagian
38 Aturan
4 Ketentuan Tambahan
Bagian A: UMUM
Bagian B: Aturan Mengemudikan dan Melayarkan Kapal
Bagian C: Penerangan dan Sasak Benda
Bagian D : Isyarat Bunyi dan Isyarat Cahaya
Bagian E: Pembebasan
Bagian A: UMUM
ATURAN 1 : Penerapan
ATURAN 2 : Tanggung jawab
ATURAN 3 : Definisi umum
Bagian B: Aturan Mengemudikan dan Melayarkan Kapal
SEKSII - Sikap kapal Dalam Setiap Kondisi Penglihatan
Aturan 4 : Penerapan
Aturan 5 : Pengamatan
Aturan 6 : Laju aman
Aturan 7 : Resika Tubrukan
Aturan 8 : Tindakan Mencegah Tubrukan
Aturan 9 : Alur Pelayaran Sempit
Aturan 10: Bagan Pemisah lalulintas
SEKSIII - Sikap Kapal Dalam Keadaan Saling Melihat
Aturan 11 : Penerapan
Aturan 12 : Kapal Layar.
Aturan 13 : Saling Menyusul.
Aturan 14 : Situasi Berhadapan
Aturan 15 : Situasi Silang
Aturan 16 : Tindakan Kapal Yang Menyimpang
Aturan 17: Tindakan Kapal Yang Bertahann
Aturan 18 : Tanggung Jawab Antar Kapal
SEKSIIII- Tindakan Kapal Dalam Pandangan Terbatas
Aturan 19jRuie 19: Tindakan Kapal Dalam Pandangan Terbatas
BAG IAN C- PENERANGAN DAN SOSOK BENDA
Aturan 20 : Penerapan
Aturan 21 : Definisi
Aturan 22 : Daya Tampak Penerangan
Aturan 23 : Kapal tenaga Yang Sedang Berlayar
Aturan 24 : Menunda dan Mendarong
Aturan 25 : Kapal Layar Yang Sedang Berlayara dan Kapal Yang sedang Didayung
Aturan 26 : Kapal Yang Sedang Menangkap Ikan
Aturan 27 : Kapal Yang tidak Dapat dikendalikan atau Kapal Yang Terbatas kemampuan Olah Geraknya
Aturan 28 : Kapal Yang Terkungkung Oleh saratnya
Aturan 29 : Kapal Pandu
Aturan 30 : Kapal Yang Berlabuh Jangkar dan Kapal kandas
Aturan 31 : Pesawat Terbang Laut
10
BAGIAN D: Isyarat Bunyi dan Isyarat Cahaya
Aturan 32 : Definisi
Aturan 33 : Peralatan Untuk Isyarat Bunyi
Aturan 34 : Isyarat Olah Gerak dan Perhatian
Aturan 35: Isyarat Bunyi dalam Jarak Pandang Terbatas
Aturan 36 : Isyarat enarik Perhatian
Aturan 37 : Isyarat Bahaya
BAGIAN E : PEMBEBASAN
Aturan 38 : Pembebasan
KETENTUAN TAM BAHAN I
Rincian teknis dan pasisi penerangan dan sasak benda
KETENTUAN TAM BAHAN II
Isyarat tambahan untuk kapal nelayan yang sedang menangkap ikan berdekatan
KETENTUAN TAM BAHAN III
Perincian teknis alat isyarat bunyi
KETENTUAN TAM BAHAN IV
Isyarat Bahaya
11
Aturan 1- Penerapan (Terdiri dari 5 item)
(a) Aturan ini berlaku bagi semua kapal di laut bebas (High seas) dan di semua perairan yang berhubungan
dengan laut yang dapat dilayari aleh kapal-kapal
(b) Aturan ini tidak menghalangi berlakunya Aturan-aturan khusus yang dibuat aleh pihak yang berwenang,
untuk pelabuhan, bandar, sungai, danau atau perairan pedalaman yang berhubungan dengan laut bebas
dan dapat dilayari kapal-kapallaut. Aturan-aturan khusus demikian harus semirip mungkin dengan Aturan-
aturan ini.
(e) Aturan-aturan ini tidak akan menghalangi berlakunya Aturan-aturan khusus yang dibuat aleh Pemerintah
setiap Negara, sehubungan dengan tambahan kedudukan atau isyarat penerangan, sasak benda atau isyarat
suling tambahan untuk kapal perang atau kapal-kapal yang berlayar dalam konvoi, atau sehubungan dengan
kedudukan isyarat penerangan, sasak benda atau isyarat suling tambahan untuk kapal penangkap ikan yang
sedang menangkap ikan dalam satuan armada. Kedudukan atau isyarat penerangan atau sasak benda atau
isyarat bunyi tambahan tersebut, sedapat mungkin harus sedemikian rupa sehingga tidak dapat dikelirukan
dengan tiap penerangan, sasak benda atau isyarat apapun yang ditetapkan dalam Aturan-aturan ini.
(d) Bagan pemisah lalu lintas dapat disyahkan aleh Organisasi untuk maksud aturan-aturan ini.
(e) Apabila pemerintah yang bersangkutan memutuskan bahwa kapal dengan kanstruksi khusus atau kegunaan
khusus tidak dapat sepenuhnya memenuhi ketentuan dari aturan-aturan ini sehubungan dengan jumlah,
tempat dan jarak atau busur tampak penerangan atau sasak benda maupun penempatan dan eiri-eiri alat
isyarat bunyi tanpa menghalangi pekerjaan khusus kapal-kapal itu, maka kapal demikian itu harus
memenuhi ketentuan-ketentuan lain yang berkenaan dengan jumlah, tempat, jarak atau busur tampak
penerangan ataupun sasak benda maupun yang berkenaan dengan penempatan dan eiri-eiri alat isyarat
bunyi, sebagaimana ditentukan aleh Pemerintahnya yang semirip mungkin dengan Aturan-aturan ini, bagi
kapal yang bersangkutan.
Penerapan Aturan I
a. Laut bebas (High Seas) : banyak negara beranggapan bahwa semua perairan diluar perairan teritarial adalah
laut bebas.
Semua perairan yang berhubung dengannya (All waters connected therewith) : Peraturan Internasianal
Meneegah Tubrukan di laut selalu diterapkan keeuali bila ada aturan lakal yang sesuai dengan Aturan pada
huruf b.
Kapal laut (sea going vessel) : hal ini harus diartikan seeara sungguh-sungguh. Semua kapal, tanpa peduli
ukurannya yang berlayar di laut.
b. Aturan khusus dibuat aleh suatu badan berwenang yang sesuai :
Bila mempersiapkan suatu pelayaran, harus memberikan perhatian khusus untuk mengeeek daerah
sekitarnya dengan Aturan tambahan atau berbagai aturan yang ada. Buku panduan harus menjadi aeuan
untuk pemberlakuan aturan. Jika ada pandu di atas kapal, dapat diberikan kesempatan padanya untuk
menjelaskan dan menerapkan aturan tersebut, atau anda dapat menerapkan sendiri aturan tsb dengan
pengetahuan dan pengalaman anda. Perwira Jaga (DOW = Ojjicer on the Watch) berada dalam tanggung
jawabnya terhadap kapal, sekalipun kapal berada dalam kendali pandu. Kawasan perairan : berlabu jangkar
diluar pelabuhan dan kadang-kadang berada di kawasan terlindung
- Kedudukan penerangan, isyarat penerangan, sasak benda dan isyarat suling tambahan hanya diterapkan
antara kapal-kapal yang berada dalam lalulintas dan bukan untuk maksud kapallain yang ada diluar lalulintas.
- Bila suatu bagan pemisah lalulintas tidak harus diadapsi aleh IMO, tetapi coeak dikembangkan aleh pihak
yang berwenang, maka aturan untuk bagan pemisah lalulintas tidak diterapkan. Pihak yang berwenang dapat
saja memberlakukan seeara tegas dengan mengikuti penggunaan aturan bagan pemisah lalulintas atau
aturan perairan dalam yang coeak dari pada yang disyaratkan aleh IMO.
12
Subseksi ini dimaksudkan untuk kapal yang tidak dapat mengikuti aturan-aturan yang sesuai dengan
penempatan penerangan navigasi. Contoh pada :
Kapal-kapal untuk melakukan kegiatan tertentu
Kapal untuk mengangkut muatan berat
Kapal untuk mengangkut pesawat terbang
Kapal selam
Gambar 1: Aturan PIMTL berlaku pada semua jenis kapal
Perwira jaga jOOW (Officer of the Watch)
Perwira jaga adalah seseorang yang sedang bertugas dan memiliki tanggung jawab dalam navigasi di anjungan.
Ini bukan berarti bahwa orang lain yang melaksanakan tugas tertentu dalam perintah perwira jaga, tidak
memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya. Orang-orang tersebut juga memiliki kewajiban untuk
memberikan peringatan kepada Perwira jaga dalam situasi mendekati resiko bahaya.
Aturan 2 - Pertanggung Jawaban (Terdiri dari 2 item)
(a) Tidak ada suatupun dalam aturan-aturan ini akan membebaskan tiap kapal atau pemiliknya. nakhoda atau
awak kapalnya dari pertanggung jawaban atas kelalaian apapun untuk memenuhi Aturan-aturan ini atau
kelalalan terhadap tlap tindakan tugas jaga (watch keeping) yang dipandang perlu menurut kebiasaan
seorang pelaut, atau terhadap keadaan-keadaan khusus dimana kapal berada.
(b) Dalam mengartikan dan memenuhi aturan-aturan ini, harus memperhatikan semua bahaya navigasi dan
bahaya tubrukan serta keadaan khusus, termasuk keterbatasan kapal yang bersangkutan, yang dapat
memaksa menyimpang dari aturan inl, guna menghindari bahaya yang mendadak.
13
Penerapan Aturan 2
Aturan ini berlaku bagi semua kasus dlmana penerapan aturan lain akan mengakibatkan bahava tubrukan.
a. Pelaut menafsirkan : keblasaan yang dilakukan oleh pelaut merupakan suatu keblasaan yang wajar/normal
dalarn suatu keadaan nyata. Peraturan Internasional Mencegah Tubrukan di taut menentukan hal-hal yang
prinsip untuk semua keadaan dan baglan ini menyatakan bahwa tidak ada hal yang rnembebaskan pelaut
dari akibat yang terjadi yang tidak sesuai dengan aturan tsb, atau hasil dari tidak memperhatikan hal-hal
yang disvaratkan oleh keblasaan yang lazim dilakukan oleh pelaut atau keadaan khusus dari suatu kasus.
Pengalaman, pengetahuan dan penafsiran memegang peranan besar didalarn proses tsb. Yang disebut oleh
legislator "adalah keblasaan pelaut".
b. Mempertimbangkan praktek yang blasa dilakukan oleh pelaut mensvaratkan bahwa semua keadaan khusus
yang blasa terjadi harus diperhatikan. Sekalipun sebuah kapal secara ketat mengikuti aturan, seorang
perwira jaga dapat saia berbuat salah atas kelalaian yang blasa dilakukan oleh pel aut. Sesuai dengan Aturan
2b, penyimpangan atas aturan yang ada dapat dilakukan.
c. Pengalaman, pengetahuan dan pemaharnan yang kurang memadai dalarn banyak kasus menyebabkan
kegagalan dalarn mengambil tindakan yang harus menjadi perhatlan sebelumnya, dlrnana harus dilengkapi
dengan pelatlhan ECDIS (Electronic Chart Display and Information System), AIS (Automatic Identification
System) da n ARPA(Automatic Radar Platting Aid) bi la petalata n ya ng di maksud ada di atas kapal.
Beberapa contoh kelalalan yang perlu dihindari :
Jangkar kurang slap untuk digunakan blla berada di perairan ramal, alur pelavaran sempit, peralran
dangkal atau hendak sandar derrnaga.
Tidak ada atau tldak lengkapnya perintah dalarn dinas jaga darl Nakhoda.
Terlalu banvak, atau sedikit orang yang bertugas di anjungan
Nakhoda memberikan rasa tenang kepada perwiranya, berhubung kurang rasa percaya, sehingga tldak
menyebabkan hilangnya rasa percaya diri .
Memperlihatkan atau tidak memperlihatkan penerangan atau sosok benda secara benar, misalnya :
1. Kapal tldak dapat diolah gerak (dua penerangan rnerah atau dua bola hitam)
2. Kapal yang terkungkung oleh saratnva (tlga penerangan merah atau sebuah selinder)
3. Kapal sedang rnenangkap ikan (penerangan hijau dan putih atau merah dan putih atau dua buah
kerucut yang puncaknya berhimpit, bersusun tegak lurus).
Tldak meminta untuk diinformasikan oleh pandu apa yang direncanakan sesuai dengan route
pelayarannya.
Tidak perlu sinar dari penerangan kerja atau penerangan dek yang lebih terang blla penerangan [alan
cukup terang.
Tidak cukup lstirahat sebelum anda melakukan tugas jaga
Gambar 2: Keadaan selama berlayar di perairan es,kadang-kadang anda harus memberi jalan, suatu cara yang
tidak dijelaskan dalam bagian II aturan 2a.
14

..
,.Ji;.~1.: -;I-t- ... ~ :., •••••:- ur
,_~ e ,u'"i jJ14r _
W

J'"J ~ _ (( .;, j". , ........:.,.

.:;:.~ ~~..,.. .
ql ~ ....._ ...... _ t--" ..,.
.-,1
·~
Gambar 3: Keadaan Ini blsa menjadi sebuah kasus dimana salah satu kapal mendekati kapal-kapal lainnya.
Keadaan rumit ini mendesak untuk harus menyimpang dari aturan 2b.
b. Keadaan (circum tan ces), mensyaratkan suatu penyimpangan dari aturan untuk menghindari bahava
rnendadak, merupakan suatu yang perlu dipahami. Aturan 2 (b) tidak bermaksud bahwa anda bebas
menyimpang dari aturan segera setelah ada bahava tubrukan. Hal ini hanya dapat diijinkan blla hanya
dalarn keadaan khusus dan ada bahava mendadak.
Catatan untuk menjadi Perhatian :
Aturan 2a menyatakan bahwa tindakan ekstra harus dllakukan disamping Itu, atau pengecualian,
tindakan yang disyaratkan oleh aturan-aturan lainnya.
Aturan 2b menyatakan bahwa aturan ini wajib dllakukan untuk mengalihkan tindakan sebagairnana
diatur dalarn aturan terse but.
Keadaan tertentu membutuhkan penerapan dari kedua baglan dalam aturan 2. Dalam kedaan seperti
itu kedua baglan tsb tidak d dilihat se n secara keseluruhan
Gambar 4: Contoh memasuki pelabuhan dalarn kondisi cuaca yang buruk. Keadaan seperti ini Aturan 2a atau
2b
harus dlterapkan
15
Gambar 5: Kapal penangkap ikan ini memperlihatkan sosok benda ( dua buah kerucut saling bertemu
puncaknya, tegak lurus berada di sebelah tiang belakang) untuk kapal yang sedang menangkap ikan dan
penerangan lambung yang masih menyala, dimana kapal sedang sandar dermaga. Ini adalah contoh yang salah
dalam menerapkan penggunaan penerangan dan sosok benda.
Aturan 3 - Definisi Umum (terdiri dari 13 item)
(a) Kata "kapal" mencakup setiap jenis kendaraan air, termasuk kapal tanpa berat benam, WIG craft dan
pesawat terbang laut, yang digunakan atau dapat digunakan sebagai sarana pengangkutan di air.
(b) Istilah "kapal tenaga" berati tiap kapal yang digerakkan dengan mesin
(c) Istilah "kapal layar" berarti tiap kapal yang digerakkan dengan layar dengan ketentuan bahwa mesin
penggeraknya tidak digunakan apabila dilengkapi.
(d) Istilah "kapal yang menangkap ikan" berarti tiap kapal yang menangkap ikan dengan jaring, tali, pukat atau
alat penangkap ikan lainnya, yang membatasi kemampuan olah geraknya, tetapi tidak termasuk kapal yang
menangkap ikan dengan tali pancing atau alat penangkap ikan lain yang tidak membatasi kemampuan olah
geraknya.
(e) Kata "pesawat terbang laut" mencakup tiap pesawat terbang yang dirancang untuk dapat diolah gerak di
air.
(f) Istilah "kapal yang tidak dapat diolah gerak" berarti kapal yang oleh sesuatu keadaan istimewa tidak
mampu berolah gerak sebagaimana yang ditetapkan oleh aturan-aturan ini dan oleh karenanya tidak
mampu menyimpangi kapallain
(g) Istilah " kapal yang terbatas kemampuan olah geraknya" berarti kapal yang dari sifat
pekerjaannya,mengakibatkan terbatas kemampuannya untuk mengola h gerak sebagaimana yang
ditetapkan oleh aturan-aturan ini dan oleh karenanya tidak mampu menyimpang kapal lain.
Kapal-kapal yang terbatas kemampuan olah geraknya meliputi, tetapi tidak terbatas pada :
i. Kapal yang memasang, merawat atau mengangkat merkah navigasi, kabel atau saluran pipa laut.
ii. Kapal yang melakukan kegiatan pengerukan , penelitian atau kegiatan dibawah air.
iii. Kapal yang mengisi atau memindahkan orang-orang, perbekalan atau muatan pada waktu sedang
berlayar
iv. Kapal yang meluncurkan atau mendaratkan kembali pesawatterbang.
v. Kapal yang melakukan kegiatan membebaskan ranjau
16
vi. Kapal yang menunda sedemikian rupa, sehingga tidak mampu untuk menyimpang dari haluannya.
(h) Istila h "ka pal yang terkeka ng oleh syaratnya" berarti kapa I te naga ya ng oleh ka rena saratnya, seh u bu
nga n
dengan kedalaman air dan lebar yang ada, sangat terbatas kemampuannya untuk menyimpang dari haluan
yang sedang dikemudikan.
(i) Kata "sedang berlayar" berarti bahwa kapal tidak berlabuh jangkar. atau tidak terikat pada daratan. atau
tidak kandas.
0) Kata "panjang" dan "Iebar" kapal berarti panjang seluruhnya dan lebar terbesar
(k) Kapal harus dlartikan sebagai "saling melihat satu sama lain" hanya apablla kapal yang satu dapat diamati
secara visual oleh kapal yang lain.
(I) Istilah "penglihatan terbatas" berarti setiap keadaan yang mengakibatkan penglihatan terbatas oleh karena
kabut, halimun, hujan salju, hujan badai, badai pasir atau keadaan lain yang serupa.
(m) Istilah "Pesawat WIG (Wing in Ground)" berarti pesawat dengan cara ganda, dimana cara
pengoperasiannnya de kat dengan permukaan air laut dan memanfaatkan efek hubungan permukaan laut.
Gambar 6: Contoh sebuah pesawat terbang WIG
Penerapan aturan 3
a. Pesawat terbang terdiri dari pesawattanpa berat benaman dan pesawatterbang laut.
yang termasuk diantaranya latah :
- Hydrofoil
- Hovercraft
- Pesawat WIG
(Pesawat WIG adalah pesawat terbang ukuran keel I yang terbang dengan ketinggian yang sangat
rendah, kurang dari 100m. Pesawat terse but dilengkapi dengan peralatan sehingga mendapatkan efek
hubungan yang diperoleh dari tekanan udara yang dimampatkan antara sayapnya dengan permukaan
bumi/laut).
b. Sebuah kapal yang sedang berlayar tetapi tidak menggunakan mesin pada saat sedang berlayar harus
dikatakan sebagai sebuah kapal tenaga dan harus menunjukkan penerangan bagi sebuah kapal tenaga
sesuai dengan Aturan 23.
Tiga kategori kapal yang tidak dinyatakan sebagai kapal tenaga sekalipun digerakkan dengan tenaga
mesin. yaitu :
- Kapal yang tidak dapat diolah gerak, pada saat tidak melaju di air
- Kapal yang terbatas kemampuan olah geraknya, pada saat tidak melaju di air
17
- Kapal yang sedang menangkap ikan yang terbatas kemampuan olah geraknya, pada saat tidak melaju
di air.
Kapal-kapal tersebut tidak perlu memperlihatkan penerangan sesuai dengan Aturan 23, tetapi harus
memperlihatkan penerangan atau sosok benda yang berbeda atau tambahan agar kapal tersebut dapat
dikenali. Aturan 18 membedakan antara kapal tenaga dan kapallainnya yang masuk dalam kategori bila
kapal-kapal tersebut digerakkan dengan tenaga mesin atau tidak.
d. Sebuah kapal yang sedang menangkap ikan harus sedang menggunakan suatu cara penangkapan yang
secara nyata membatasi kemampuan olah geraknya. Ada cara penangkapan ikan seperti penangkapan
dengan tali pancing, tidak membatasi kemampuan olah geraknya. Kapal yang menggunakan cara tersebut
tidak dapat dianggap sebagai kapal yang sedang menangkap ikan. Akhirnya perwira jaga yang menentukan
apakah kapal tersebut sedang menangkap ikan atau tidak sedang menangkap ikan.
e. Sebuah kapal yang tidak dapat diolah gerak, adalah bila dalam beberapa keadaan, kapal tersebut tidak
mampu berolah gerak sebagaimana yang disyaratkan oleh aturan dan untuk itu tidak mampu
menyimpangi jalur kapallain. Keadaan istimewa tersebut meliputi :
- Kapal yang mengalami kerusakan mesin sehingga tidak dapat diolah gerak atau dikemudikan.
- Kapal yang sedang memindahkan muatan yang membahayakan kapal tsb.
Penyebab dari keadaan istimewa tsb dapat berasal dari kapal itu sendiri atau dari luar kapal. Perwira jaga
yang memutuskan jika kapal tsb dalam keadaan tidak dapat diolah gerak.
g. Perwira jaga adalah orang yang memutuskan jika kapal tsb dalam keadaan terbatas kemampuan olah
geraknya, dan kapal tsb tidak dapat diolah gerak, ia senantiasa mempertahan keputusannya. Berlawanan
dengan keadaan tsb, bila sebuah kapal tidak dapat diolah gerak karena terbatas kemampuan olah
geraknya, sehubungan dengan sifat/keadaan pekerjaannya yang semakin meningkat. Aturan
mensyaratkan beberapa situasi yang secara pasti menyebabkan terbatas kemampuan olah geraknya tetapi
bukan disebabkan oleh pekerjaan lain yang mengakibatkan sampai terjadi terbatas kemampuan olah
geraknya.
h. Sebuah kapal hanya dianggap sebagai kapal yang terkekang oleh saratnya, bila sebuah kapal tenaga yang
dengan sangat terbatas dalam kemampuan olah geraknya untuk menyimpang dari garis haluannya, seperti
pada kapal dengan keadaan sebagai berikut :
- Sarat kapal terhadap kedalaman air yang dilayarinya
- Lebar perairan yang dilayarinya.
Kedua kondisi ini yang harus dipahami sebagai keadaan kapal yang terkekang oleh saratnya
i. Sebuah kapal yang sedang berlabuh jangkar, adalah kapal yang sedang menurunkan jangkar.
Sedang melaju di air dan sedang berlayar adalah dua pengertian yang digunakan dalam bagian C
(penerangan dan sosok benda) dari aturan ini dalam hubungannya dengan penerangan dan sosok benda
yang harus diperlihatkan (Aturan 26 dan 27). Bila sebuah kapal sedang melaju di air, kapal tsb senantiasa
berlayar. Hal ini tidak harus sama dengan melaju kapal lain disekitarnya. Sebuah kapal yang sedang
berlayar dapat dihentikan di perairan.
j. Mengartikan penglihatan adalah sesuatu yang sulit. Suatu alasan yang dimengerti dapat diperoleh
dengan memahami jarak dari gema radar yang ada di layar radar bila objek/target dapat dilihat dengan
mata telanjang. Penglihatan dapat berobah dengan cepat walaupun demikian tidak selalu dapat diperiksa
melalui radar.
18
BAGIAN B Aturan Mengemudi dan Aturan Berlayar
SEKSI 1-Sikap kapal Dalam Setiap Kondisi Penglihatan
Aturan 4 : Penerapan Aturan-aturan dalam seksi ini berlaku dalam setiap kondisi penglihatan
Aturan 5 - Pengamatan (terdiri dari 1item)
Setiap kapal harus selalu melakukan pengamatan yang cermat dengan penglihatan dan pendengaran maupun
dengan menggunakan semua sarana yang tersedia dalam suasana dan keadaan yang ada saat itu, sehingga
dapat membuat penilaian sepenuhnya terhadap situasi dan bahaya tubrukan
Penerapan Aturan 5
Keadaan umum :
Aturan 5 merupakan aturan singkat yang kelihatannya sangat mudah dilakukan. Maksud aturan ini kelihatannya
mudah untuk dimengerti. Dalam kenyataannya walaupun demikian, tetapi sebenarnya dimaksudkan untuk
mempertahankan pengamatan yang sebaik-baiknya. Banyak sekali kasus tabrakan dan kandasnya kapal, lebih
disebabkan oleh salah penafsiran terhadap aturan ini atau karena tidak menerapkan aturan secara keseluruhan.
Banyak kapal yang kandas berhubungan dengan tidak memperhatikan aturan ini, yang artinya bahwa salah
satunya adalah tidak melakukan pengamatan atau kondisi pengamatan yang tidak dijaga dengan baik walaupun
dilengkapi dengan peralatan.
Kapal dalam hubungannya dengan situasi.
Walaupun perwira jaga selalu dapat menafsirkan situasinya secara benar, hal tersebut akan menimbulkan suatu
kesulitan untuk mengenali keadaan kapal lain. Kondisi pekerjaan dapat menjadikan perbedaan yang komplit
terhadap kapal lain. Cara yang baik melakukan pengamatan terus menerus akan dipengaruhi oleh situasi tugas
perwira jaga
- Perwira jaga di kapal tanker dengan akibat dari angin pada kekuatan 7 akan menjadi susuatu yang tidak
berarti, sementara bagi seorang perwira jag a di kapal penangkap ikan, akan menjadikan sesuatu yang
menyenangkan berada dalam kekuatan angin yang sama.
- Sudut pandang dari sebuah kapal kontainer akan berbeda dengan sudut pandang dari sebuah kapal layar
dalam hubungannya dengan keadaan sekitarnya.
- Sebuah kapal penumpang modern akan memiliki peralatan yang lengkap, tetapi sebuah perahu layar yang
berlayar di perairan sekitarnya yang dekat dengan sebuah kapal kontainer hanya mendapatkan angin dan
matahari.
- Situasi seperti tersebut diatas dan kemungkinan situasi lainnya harus tidak terpengaruh dengan cara
pengamatan yang sesuai. Setiap perwira jaga akan memiliki maksud untuk selalu melakukan pengamatan
yang sesuai agar mencegah bahaya tubrukan yang tiba-tiba terjadi yang dapat menyebabkan resiko
terhadap kapal, muatan atau keselamatan penumpang dan anak buah kapal. Dalam kenyataan yang
demikian, semua yang tersedia, dan keadaan serta kondisi yang sering terjadi akan menyebabkan cara
pendekatan yang berbeda dalam pengertian pengamatan yang sesuai.
- Jarak pandang Perwira jaga pada sebuah kapallayar, perahu atau pada sebuah kapal penangkap ikan yang
berukuran kecil atau besar, akan terasa lebih siap dari pada seorang perwira jaga di kapal dengan ukuran
besar. Kemampuan dalam kaitannya dengan melakukan pengamatan terus menerus melalui penglihatan
dan pendengaran kemungkinan berbeda pada kapal-kapal tersebut.
- Dalam fakta bahwa Peraturan Internasional Mencegah Tubrukan di Laut diperuntukan bagi semua kapal
harus selalu dijaga secara tegas dalam ingatan. Banyak kapal di seluruh dunia yang berada dilaut yang tidak
memiliki semua teknologi yang memadai di atas kapal, saat ini harus dilengkapi.
19
Gambar 7: Kapal kandas. Walaupun dilengkapi dengan peralatan (semua tersedia), kapal bisa saja
kandas. Seringkali berkaitan dengan pengamatan yang kurang baik atau tidak melakukan pengamatan.
Kelalaian melakukan pengamatan.
Beberapa perwira jaga berpikir bahwa mereka dapat menilai situasi dan kemudian mengabaikan
pengamatan selama waktu mereka bertugas.Hal itu seharusnya tidak demikian. Keadaan dan kondisi di luar
kapal dapat saja berubah demikian cepat yang diabaikan dapat menjadi suatu yang tidak bisa dipercaya.
Dalam banyak kasus musibah disebabkan oleh salah satu dari penyebab berikut ini :
Untuk sementara waktu anjungan dibiarkan kosong.
Mengantuk
Melakukan kegiatan lain di anjungan
Gangguan yang disebabkan oleh computer, radio atau televisi
Gangguan ya ng disebabka n 01eh i nteraksi denga nora ng lai n di anju ngan, misal nya berca kap sambil
melakukan pengamatan
Terlalu percaya dengan bunyi alarm radar
Terlampau ti ndan

.
01

Gambar 8: Situasi kapal yang seperti ini akan berpengaruh terhadap cara melakukan pengamatan/panjarwala
dan tetap mempertahankannya. Contoh kasus ini pada kapal yang mengalami cuaca buruk
20
Hubungan antara cara berjaga di anjungan dan melakukan tugas pengamatan yang sesuai.
Jumlah orang yang diwajlbkan di anjungan untuk menangani tugas pengarnatan yang sesual dapat bervariasi.
Dalam banyak sltuasl satu orang akan mencukupi, rnisalnva selarna kapal melewati sarnudera, tetapl kadang-
kadang lebih banyak orang boleh diwajibkan. Kadang-kadang ruang yang tersedla untuk bernavlgasl di anjungan
ditentukan berdasarkan hal-hal tertentu. Jlka hanya ada satu orang dalarn tugas pengamatan, lnl benar-benar
dlperlukan untuk mengaktifkan alarm tugas jaga. Hal ini tldak boleh dilupakan untuk suatu alasan seperti :
Jenjang pangkat orang di kapal
Siang atau malarn
"Saya tldak pernah mengantuk"
" lnl menggangu perhatian"
"Terlal u banyak ada alarm dl anjungan yang slap dlgunakan"
Perwira jaga bertanggung jawab untuk rnemastlkan bahwa pengarnatan yang sesual telah dllakukan. Tugas
lain dl anjungan harus tidak dlcarnpurl dengan tugas pengarnatan dan jlka mereka menginginkan, rnaka harus
dilakukan bersarna orang lain juga. Jlka mereka ada hubungannya dengan orang yang menangani pengamatan,
orang yang melakukan tugas dengan mereka harus dengan tepat dlberitahu apa yang dllakukannva. Tugas yang
dlperlukan dapat rneliputi tugas-tugas seperti melakukan kontak dengan menggunakan VHF atau menghimpun
berlta pelayaran. Tidak rnasalah siapa yang melaksanakan tugas lain tersebut atau menyediakan lnforrnasi
tarnbahan yang penting perwira jaga selalu dlberi tanggung jawab.
Informasi dapat disedlakan rnelalui :
Kelasi
Nakhoda
Petugas ekstra panjarwala dalarn tarnbahan bagl orang yang sudah ada di anjungan.
Pandu
VTS (Vessel Traffic Services)
Informasi tsb harus secara langsung berhubungan dengan tugas pengarnatan saat itu.
Maksud melakukan pengamatan secara terus menerus.
Ada perbedaan dalarn cara rnelakukan pengarnatan/ panjarwala dl kapal valtu A. kapal tldak dllengkapi dengan
radar, B. kapal dilengkapl dengan radar.
A. Bila kapal tidak dilengkapi dengan radar, pengarnatan secara visual harus dilakukan terus menerus. Hal
lni dapat dllakukan oleh satu orang, tetapi jlka perlu harus dllakukan lebih banyak pengamat untuk
mevakinkan suatu pengamatan kellling yang lebih jelas. Oleh karena ltu blla ada rintangan seperti tiang-
tlang kapal atau rintangan lainnva, suatu pengarnatan ekstra harus dllakukan. Pada kapal-kapal tsb
melakukan tugas pengamatan secara terus menerus melalul pendengaran juga harus memegang
peranan yang besar.
Gambar 9 : Bila ada rlntangan sepertl tiang-tlang kapal atau rintangan lainnya,
maka suasana ekstra harus dilakukan
21
Dibawah dek pada kapal lavar, getaran mesin darl sebuah kapal tenaga sering dapat didengar secara
jelas. Di baglan lain di perairan sarnudera, sebuah kapal tenaga sering didengar sebel um sebuah kapal
lavar melihatnya.
Bila ada angin kencang, biarpun angin bertiup di tiang dapat membuat begitu banyak keributan yang
mengurangi pendengaran.
B. Bila sebuah kapal dilengkapi dengan radar, pengarnatan harus cerrnat termasuk suatu interaksi yang
tetap darl (1) pengarnatan dengan rnata dan (2) pengarnatan yang diperoleh melalui radar.
(1) Segera setelah anda melihat suatu objek secara visual, anda harus memeriksa jika la memantulkan
gema di lavar radar. Jlka suatu objek terlihat secara visual berulang-ulang tidak memperlihatkan sebuah
gema pada lavar radar, pengaturan radar harus diperiksa kembali.
(2) Bila sebuah gema terlihat di lavar radar, ini harus dibandingkan dengan informasi yang diperoleh secara
visual.
Gambar 10: Sikap seorang Jurumudi yang kurang slap dalarn melakukan tugas
Keahlian melaku kan tugas jaga memberikan hasil yang berlipatganda:
Anda secara tetap dan teratur selalu mengecek tampllan/keadaan radar anda
Anda selalu sem k kemam
Gambar 11: Radar tidak dapat mendeteksi asap, asap hanya dapat dilihat dengan rnata telanjang
22
Gambar 12 Gambar 13
Gambar 12 : Pandangan lurus kedepan dari anjungan sebuah kapal super tanker akan terdapat sector buta.
Gambar 13 : Ada rnuatan di dek kapal yang menghalangi pandangan. Sebuah staslun pengarnatan untuk
Catatan penting :
paniarwala ditempatkan di baglan depan kapal agar pengarnatan lebih jelas.
Banyak radar dilengkapi alarm yang berdering blla sebuah gema mengenai sebuah titik tertentu yang lebih
awal memberikan tanda.
DCPA;;;Distance to the Closest Point of Approach = Iarak Titikjumpa terdekat
TCPA;;; Time to reach the Closest point of approach= Waktu Titikjumpa terdekat
Zone (guard zone)
Visual look-out (pengamatan secara visual) adalah suatu pengarnatan yang dllakukan dengan rnata
telanjang, dengan menggunakan kaca ray ben, dengan menggunakan teropong atau dengan
menggunakan kedua-duanva.
Perlengkapan di kapal harus dibuat sedemikian rupa untuk meyakinkan pandangan sebesar 360 derajat,
bila ada rintangan yang menghalanginya. Hal tersebut termasuk suatu pengarnatan tarnbahan dan atau
sebuah radar tarnbahan
Selalu ada keragu-raguan untuk suatu pengarnatan, jangan membuat kesimpulan dengan berdasarkan
pada satu atau hanya pada pengarnatan yang kurang. Ini merupakan informasi yang kurang.
Radar mendeteksi banyak target, tetapi banyak keadaan darurat hanya dapat dideteksi secara visual.
Misalnya asap, kebakaran, orang jatuh ke laut (dengan atau tanpa alat pengapung), isyarat cahava atau
isyarat asap
Radar akan selalu memberikan informasi tentang hal uan dan kecepatan kapal lain sebelum anda dapat
melihatnya sendiri.
Perwira jaga harus memiliki pengetahuan secara menyeluruh tentang kemampuan olah gerak dari
kapalnva, termasuk lingkaran putar dan jarak henti
Berhati-hatilah dengan keterbatasan orang mengenai pengarnatan terhadap sesuatu, anda tidak dapat
memperhatika nnya.
23
Gambar 14 Gambar 15
Gambar 14 : Sebuah kapal penangkap ikan dilihat darl kapal tanker
Gambar 15: Sebuah kapal tanker dilihat darl kapal penangkap lkan
Gambar 16: Cuaca yang sangat buruk tidak hanva dapat mengurangi pandangan tetapi juga akan membuat
upaya yang lebih besar darl petugas jaga untuk tetap berdiri tegak
Gambar 17 Gambar 18
Gambar 17: Sebuah tim anjungan diperlukan saat sedang sandar derrnaga
Gambar 18: Pengamatan di kapal ini dilakukan dengan teropong, radar monitor dan kompas baring
24
Aturan 6- Laju Aman (terdiri dari 2 item)
Setiap kapal harus selalu bergerak dengan laju aman, sehingga dapat mengambil tindakan yang tepat dan
efektif untuk menghindari tubrukan serta dapat diberhentikan dalam jarak yang sesuai dengan suasana dan
keadaan yang ada.
Faktor-faktor yang harus diperhitungkan pada kecepatan aman adalah :
(a) Oleh semua kapal :
i. Tingkat penglihatan (jarak pandang)
ii. Kepadatan lalulintas, termasuk konsentrasi kapal-kapal nelayan atau kapallainnya.
iii. Kemampuan olah gerak kapal, khususnya berhubungan dengan jarak henti dan kemampuan berputar
dalam kondisi yang ada.
iv. Pada malam hari, adanya cahaya latar belakang misalnya dari lampu-Iampu di darat atau dari pantulan
cahaya lampunya sendiri.
v. Keadaan angin, laut dan arus serta bahaya navigasi yang ada di dekatnya.
vi. Sarat kapal, sehubungan dengan kedalaman air yang ada.
(b) Oleh kapal-kapal dengan radar yang bekerja :
i. Ciri-ciri, efisiensi dan keterbatasan pesawat radar.
ii. Setiap pembatasan yang disebabkan oleh skala jarak radar yang digunakan.
iii. Pengaruh keadaan laut, cuaca dan sumber-sumber interfensi lain pada deteksi radar.
iv. Kemungkinan bahwa kapal-kapal kecil, es dan benda-benda terapung lainnya tidak dapat dideteksi oleh
radar pada jarak yang cukup.
v. Jumlah, tempat letak dan gerakan kapal-kapal yang dideteksi oleh radar.
vi. Penilaian penglihatan yang lebih pasti yang mungkin didapat, bilamana radar digunakan untuk
menentukan jarak kapal-kapal atau benda-bend a lain disekitarnya.
Gambar 19: Berbagai macam merek Radar dan peralatan electronic lainnya yang digunakan di kapal
25
Gambar 20: Tampilan layar RadardengansystemARPA(Automatic Radar Plotting Aid)
Penerapan aturan 6
Apakah kecepatan penuh juga merupakan kecepatan aman?
Kecepatan penuh bisa juga merupakan kecepatan arnan. sekalipun dengan penglihatan terbatas,
apabila
berlayar di laut lepas, di sebagianbesar jalur pemisah lalu lintas dan di alur pelayaran yang
secaraprinsip sangat
memperhatikan keamanan. Menghadapi kondisi tersebut sebuah kapal yang sedang menggunakan
radar dan
AIS (Automatic Identification System) dengan cara yang benar dapat menjadi suatu kecepatan dalam
kondisi
yang paling aman. Seorangperwira jaga harus selalu dalam keadaanyang khusus, misalnya dengan
penglihatan
terbatas, memperhatikan " kecepatan penuh dalamolah geraksebagai suatu "kecepatan penuh".
Kecepatanolah gerak adalah kecepatan yang diperbolehkan sebuah kapal untuk melakukan olah
geraknya
yang diperlukan untuk mencegahtubrukan.
Beberapacontoh tindakan yang terkait denganpencegahantubrukan yang perlu dirubah
dalamkecepatanolah
gerak adalah :
1. Gunakanpengoperasiantombol mesin bantu melalui panellistrik
2. Putuskanhubungan denganshaft mesin bantu
3. Selaluada orang di ruang mesin
4. Gunakan mesin kemudi tambahan
5. Kurangi RPMmesin induk denganmemperhatikan temperatur mesin untuk mengurangi ketegangan
bahan
6. Atur gasbuang bahan bakar untuk memelihara penguapanyang cukup bagi pemanasandan system
lainnya
7. Atur turbo blower
Sebuah kapal tenaga diwajibkan untuk memiliki mesin yang selalu siap untuk mengolah gerak selama
penglihatan terbatas. Aturan 6 mengingatkan beberapa faktor yang berpengaruh pada definisi "
kecepatan
arnarr". Aturan pada ayat 6a dan 6b tidak boleh diabaikan.
Ciri-ciri olah gerak
Perwira jaga harus berada memperhatikan secara seksama terhadap ciri-ciri olah gerak kapalnya.
Ciri-ciri
tersebut adalah bagian dari pengetahuan yang membantu dia untuk mengambil keputusan apakah ini
aman
untuk mempertahan kecepatan penuh. Secarakhususterkait dengan lingkaran putar dan jarak henti
memegang
peranan penting dalammengambil keputusan.
Secaraterpisah sebuah kapal dengan jarak henti yang panjang akan diperhitungan bila memutuskan
untuk
mendapatkan sebuah kecepatan aman. Sebuahkapal tangker yang besaratau sebuah kapal curah
memiliki jarak
henti sampai dengan 4 nautical mile sedangkan sebuah kapal katamaran membutuhkan hanya
beberapa
26
panjang kapalnya saja untuk berhenti. Ini tidak berarti bahwa sebuah kapal katarnaran dapat berlavar pada
kecepatan 40 knot di semua perairan yang ada disekitarnya.
Sebuah kapal lkan dengan alat tangkap trawl juga memiliki jarak henti yang pendek.
Catatan : 1 NM ;;; 1852 m, 1 kabel ;;; 185,2 m (0,1 NM)
Knots: adalah kecepatan dalarn nautical mile per jam
Penggunaan Radar dengan memperhatikan kecepatan aman
Anda dapat mempertahankan haluan secara praktis terhadap semua kapal dan objek lain disekitarnya
dengan menggunakan satu atau beberapa radar yang telah disetel dengan balk, Banyak terjadi kasus
karena kapal kandas atau tubrukan yang disebabkan oleh cara penggunaan radar yang kurang balk
dan/atau salah perklraan dari pengarnatan dengan radar. Satu hal yang paling banyak diperdebatkan
yaitu keterbatasan di pesawat radar adalah perwira jaga. Bila anda menyadari hal tersebut, anda harus
mengatur kecepatan arnan terhadap informasi ini.
Bila perwira jaga memperhatikan keterbatasan darl radar, yang mana beberapa hal menjadi perhatlan
dalarn aturan 6b, rnaka la dapat memperhitungkannya. Jika la tldak dapat mengatasi keterbatasan
tersebut, rnaka ia harus mempertimbangkannya blla la memutuskan untuk berada pada kecepatan
arnan.
Halangan-halangan seperti crane, tiang kapal, cerobong asap atau rnuatan di deck dapat menghalangi
pandangan keliling radar tersebut. Ini yang dlnarnakan dengan sektor buta (blind arc/sector) yang
rnerupakan suatu keterbatasan dalarn penggunaan radar. Suatu diagram darl sektor buta harus
rnerupakan tempat yang penting didekat radar. Perwira jaga dapat memperhatikan hal-hal sbb :
Hidupkan radar yang kedua dengan sektor buta yang berbeda atau tldak sarna sekali.
Roba h lah hal ua n secara teratu r. Ha lin i da pat menye ba bka n kebi ngu nga n terhadap trafik lain nya dan
tidak ada pilihan untuk kapal ukuran besar. Hal ini juga memiliki efek yang negatif terhadap navigasi
yang aman.
Ada tarnbahan pengarnatan keliling
Gambar 21: Ukuran llngkaran putar kapal rnerupakan salah satu sifat
olah gerak kapal yang mempengaruhi kecepatan arnan kapal
Beberapa hal tambahan yang menjadi perhatian pada radar.
Karakteristik : radar 3 cm atau 10 cm
Efisiensi : apakah radar sudah dlatur dengan benar?
Skala jarak yang digunakan : apakah ada hubungan dengan kecepatan kapal?
Radar yang digunakan pada navigasi di laut adalah Radar 3 cm atau Radar X-Band. Radar 3 cm artinya
Radar yang bekerja dengan menggunakan panjang gelombang sekltar 3 cm dengan frequency kerja antara 9,2 -
27
9,7 GHz. Radar 10 em atau Radar S-Band. Artinya radar yang bekerja dengan menggunakan panjang
gelombang
sekitar 10em dengan frekuensi kerja antara 2 - 4 GHz.
Contoh:
Dengan kecepatan 5 -10 knot, ini berarti skala [arak yang digunakan 6 nm
Dengan kecepatan 10 - 20 knot, ini berarti skala jarak 12 nm
Dengan kecepatan 20 knot atau lebih, berati skala jarak 12 atau 24 nm.
Gema dari salju, hujan atau air laut dapat menghalangi gema dari kapal yang berukuran kecll,
khususnya kapa I dari fiber
Antena radar yang ditempatkan pada tempat tinggi akan menerima lebih banyak gema dari air laut
dibanding dengan antena radar yang letaknya lebih rendah. Pada kapal penumpang ukuran besar,
kadang-kadang mereka menempatkan antena radar lebih rendah di bagian depan kapal untuk
meneegah gerna dari air laut. Juga letak antena yang rendah memberikan radar untuk menampilkan
target-target yang jarak dekat, yang berada dibawah dari berkas sinar gelombang radar yang
letaknya lebih tinggi.
o
1';- '-0
5 -:-
Gambar 22: Contoh penggunaan beberapa buah radar dalarn sebuah kapal,
Keterangan : 1. Ante na rada r denga n panja ng frekuensi gelom bang 3 em; 2. Antena radar denga n panja ng
frekuensi gelombang 10em; 3. Sebuah antenna radar lainnya dengan panjang frekuensi gelombang 3 em,
ditem patka n Iebih renda h di baglan depan hal uan kapaI, untuk mengura ngi gangguan gema paIsu da ri air
laut
dan digunakan juga bila berlayar di daerah yang ruang olahgeraknya terbatas/sernpit
Suatu situasi dapat berkembang sangat eepat, bila anda berada dalam jalur pelayaran dengan kecepatan 10
knot atau lebih. Kesulitan dapat dengan cepat menumpuk. Akibatnya meminta suatu evaluasi yang cepat untuk
situasi dan tindakan yang eepat. Perasaan takut akan bahaya dapat timbul dan ini dapat terjadi dan
berhubungan dengan pikiran yang ada. Keputusan yang salah yang biasanya tidak terjadi akan terjadi pada
kondisi ini.
Perwira jaga harus memusatkan pikirannya bahwa ia harus mempunyai pertimbangan dengan kecepatan
kapalnva, diantara hal-hal lain setelah suatu kecelakaan terjadi. Tekanan dari nakhoda, pemilik kapal atau
slapapun untuk mempertahan kecepatan tinggi dapat juga haluan dipertahankan. Akibatnya, walaupun akan
berku ra ng Perwi ra jaga selal u mem perhitu ngkan kecepata n.
28
I.e

....
Gambar 23: Kecepatan aman kapal juga tergantung pada pandangan darl kapal dan sector buta pada radar
Gambar 24: Kepadatan lalullntas merupakan suatu factor yang perlu
diperhitungkan dalarn keputusan menentukan kecepatan arnan
Aturan 7 - 8ahaya Tubrukan (Terdiri dari 4 item)
(a) Setiap kapal harus menggunakan semua sarana yang tersedla sesual dengan keadaannya dan suasana
yang
ada untuk menentukan adanya bahaya tubrukan . Bila timbul keragu-raguan rnaka bahaya harus dianggap
ada.
(b) Jlka dipasang dan bekerja dengan balk, rnaka penggunaan radar harus dllakukan dengan cermat, termasuk
penggunaan skala jarak untuk mendapatkan peringatan dini akan adanya bahaya tubrukan dan
penggunaan radar plotting atau pengarnatan secara cermat atas benda yang terdeteksi
(c) Perkiraan tldak boleh dlbuat berdasarkan informasi yang kurang, khususnya pengamatan radar yang
kurang jelas.
(d) Dalam memperkirakan apakah ada bahaya tubrukan, rnaka pertlmbangan berikut lnl harus diperhitungkan :
i. Bahaya yang dernlklan harus dianggap ada, jlka baringan pedoman kapal yang sedang mendekat tldak
mengalami perubahan yang berartl
ii. Bahaya yang dernlklan Itu kadang akan terjadl.sekallpun perubahan baringan yang begitu jelas, terutama
bila mendekati kaDal yang sangat besar. atau gandengan atau sedang mendekati kaDal Dada jarak yang
sangat dekat.
29
Mendekati (1) kapld yang besar atau (2) sebuahnmdwm
Gambar 25: Ilustrasi terjadi bahaya tubrukan akibat tidak diterapkan Aturan 7
PenerapanAturan 7
a. Semua sarana yang tersedia dapat bermacam-macam, mulai dari sebuah kompas yang sederhana pada
kapal yang berukuran kecil sampai pada beberapa sarana di sebuah kapal yang modern. Sarana tersebut
dapat berupa bukan sebuah kompas selain radar, yaitu :
AIS (Automatic Identification System)
Electronics charts (ECDIS=Electronic Chart Display and Information System))
Teropong
Kacamata rayben
VHF
Azimuth instrument (peralatan baring)
Penggunaan alat-alat tersebut tergantung dari keadaan dan suasana yang ada.
- Kacamata rayben tidak boleh ditambahkan pada waktu gelap
- Memanggil kapal ikan yang ada dengan menggunakan VHFakan tidak memberikan hasil yang baik.
Resiko tubrukan itu ada:
bila jalur dua buah kapal dalam situasi berpotongan dan keduanya menandakan akan
berpotongan pada waktu yang sama.
bila dua buah kapal saling mendekat satu terhadap lainnya atau pada haluan yang hampir
berdekatan, pada haluan yang searah atau berada pada haluan yang sama, dan keduanya
menandakan kearah tubrukan satu dengan lainnya atau bergerak terlalu dekat satu dengan
lainnya.
Resiko tubruka n ada bila (baringan) kompas (pada kapal yang saling mendekat) tidak mengalami
perobahan yang berarti. Ini harus ditentukan dengan beberapa cara :
- dengan sebuah baringan pedoman
- dengan radar
- dengan pengamatan
Risiko tubrukan harus diperkirakan dalam waktu yang baik oleh semua kapal baik ukuran besar maupun kedl.
Apa yang dimaksud dengan "dalarn waktu yang balk" tergantung dari keadaan di sekelilingnya. Jenis
kapal dan sifat olah geraknya yang terkait dengan alur pelayaran merupakan hal penting yang sangat
berperan.
Contoh, yang konkrit :
30
Dua buah kapal eurah pada jalur berpotongan yang saling mendekat satu sama lain di al ur perlayaran
terbuka dan dalarn keadaan resiko bertubrukan jika keduanya mempertahankan haluan masing-masing. Jika
jarak antara kedua kapal tsb berada antara 3 sid 6 mil, rnaka aturan ini harus diterapkan.
Dua buah kapal ukuran kecll, rnaka jarak antara keduanya yang memiliki resiko tubrukan dapat diperkedl.
Gambar 26 (albIc): Perwira jaga di kapal kontainer melihat penerangan lambung warna hijau dan merah di kapal
ikan yang sedang merubah haluan. Untuk menentukan resiko tubrukan la harus menerapkan aturan 7a yang
menyatakan : "dalam keadaan ragu-ragu ia harus menganggap bahaya itu ada". Dalam situasi ini, dengan radar
ploting dapat memberikan jawaban dari pada dengan melakukan pengamatan seeara visual
b). Penggunaan radar seeara eermat jika ditempatkan dan dapat dioperasikan di kapal (lihat juga penerapan
Aturan 5 dan 6). Bila anda menggunakan peralatan radar, anda harus selalu memahami seeara eermat hasil
yang akurat dari skala jarak yang dipilih. Perwira jaga harus mampu mempertimbangkan hasil pilihan skala
jaraknya. Beberapa kemungkinan pertanyaan adalah :
mengapa anda memilih trail relative bukannya trail sejati?
mengapa anda menggunakan analog supresi bukannya digital atau kombinasi kedua-duanya?
Mengapa anda menggunakan tombol "auto sea" bukannya manual "sea clutter"?
Apa yang menjadi alasan untuk memilih skala jarak 6 mil, mengapa bukan 12 mil?
Mengapa anda menggunakan radar 10 em atau mengapa anda menggunakan radar 3 em?
e). Beberapa informasi bisa menunjukkan kekurangan dalarn melihat kembali kejadian yang lalu dimana anda
tidak memikirkannya pada waktu itu. Ini tentunya merupakan persoalan dimana tubrukan terjadi setelah
menyimpulkan bahwa hal tersebut tidak memiliki resiko tubrukan. Misal nya informasi dari peralatan (kompas
baring, garis baringan, radar ploting, dll) perlu dikoreksi tetapi kesimpulannya bahwa dengan segera tidak ada
resiko tubrukan yang dilalui
Kesimpulan : menjaga haluan dari suatu kapal sampai benar-benar melewati dan jauh dari kapal anda.
Keuntungan "True trail" dibandingkan dengan "Relative trail"
Suatu trail menunjukkan gerakan sebuah gema pantulan di layar radar pada waktu itu. Suatu asumsi untuk
lintasan yang akan datang.
31
Kapal suplay dilihat dr anjungan Kapal tanker dilihat dari anjungan
ka kapal suplay
Kapal suplay dilihat dr anjungan Kapal tanker dilihat dari anjungan
ka kapal suplay
Kapal suplay dilihat dr anjungan Kapal tanker dilihat dari anjungan
kapal tanker. kapal suplay
Gambar 27 : Ilustrasi Aturan 7 d(i). Dua kapal dalam situasi berpotongan, baringan kompas tidak mengalami
perubahan yang nyata. Sesuai Aturan 15, Kapal tanker harus memberi jalan
32
Kapal perang dilihat dr anjungan
kapal layar.
Kapal perang dilihat dr anjungan
ka
Kapal perang dilihat dr anjungan
kapal layar.
Kapallayar dilihat dari anjungan
kapal perang
Kapallayar dilihat dari anjungan
Kapallayar dilihat dari anjungan
kapal perang
Gambar 28: Ilustrasi Aturan 7 d (i). Dua kapal dalam situasi berpotongan, baringan kompas tidak mengalami
peruba han ya ng nyata, sekal i pun kapal laya r sudah sangat dekat terhadap haluan kapaI perang pada ta hap
awa I
perkembangan situasi. Penyebab : Kecepatan kapal perang bisa 4 sid 5 kali kecepatan kapallayar
33
Kapal kontener dilihat dr anjungan
ka I keruk.
Kapal kontener dilihat dr anjungan
kapal keruk.
Kapal kontener dilihat dr anjungan
kapal keruk.
Kapal keruk dilihat dari anjungan
kapal kontener
Kapal keruk dilihat dari anjungan
kapal kontener
Kapal keruk dilihat dari anjungan
kapal kontener
Gambar 29 : Ilustrasi Aturan 7d (ii). Dua kapal dalarn sltuasl berpotongan, baringan kornpas mengalami
perubahan, bahava tubrukan tidak ada karena bertambahnya kecepatan kapal kontener berkurang
34
Kapal B dilihat dari kapal A, Kapal B dilihat dari kapal A, ada
ada bahava tubrukan bahava tubrukan
Gambar 30: IIustrasi Aturan 7; Bila anda melihat penerangan lambung warna merah (diantara benda lainnya)
dari sebuah kapal yang ada di sisi kanan anda, berarti ada bahava tubrukan. Bila anda melihat
penerangan lambung warna hijau (dlantara benda lainnva) dari sebuah kapal yang ada di sisi kanan
anda dan tldak ada perubahan, berarti tidak ada bahava tubrukan.
Kapal A dilihat dari kapal B, Kapal A dilihat dari kapal B, tak ada
tak ada bahava tubrukan bahava tubrukan
Gambar 31: Ilustrasi Aturan 7; Bila anda melihat penerangan lambung warna merah (diantara benda lainnya)
dari sebuah kapal yang ada di sisi kanan anda berarti ada bahava tubrukan. Bila anda melihat
penerangan lambung warna hijau (diantara benda lainnya) dari sebuah kapal yang ada di sisi kanan
anda dan tidak ada perubahan, berarti tidak ada bahava tubrukan
Marine Guidance Note
MGN 324 (M + F)
Radio: Pedoman operasional pada penggunaan Radio VHF dan AIS di laut
Catatan untuk semua pemilik, Nakhoda, para perwira, pandu kapal niaga, pemilik dan nakhoda kapal
ikan, dan pemilik kapal lavar serta kapal peslar.
Catatan ini dikeluarkan oleh Nota Petunjuk Kepelautan MGN 22, 167 & 227.
Ringkasan:
Jumlah korban kecelakaan yang terjadi secara terus menerus yang diaklbatkan oleh penyalah gunaan radio
VHF,
diupavakan untuk dikurangi, rnerupakan faktor pendukung yang diputuskan untuk disampaikan kembali ke Nota
Pedoman Operasional Badan Pengawas Pantai dan Kepelautan/MCA ;;; Maritime Coastguard Agency dalarn
penggunaan radio VHF. Hal ini juga diputuskan untuk dimasukkan dalarn Nota Pedoman Operasional untuk
peralatan AIS (Automatic Identification System) yang ada di kapal, yang dahulunya dimuat dalarn Catatan
Pedoman Kelautan nomor 277.
Hal-hal tersebut meliputi :
Penggunaan peralatan VHF untuk kelautan harus sesuai dengan Peraturan Radio dalarn ITU
(International Tel ecom municati on Union)
35
Walaupun penggunaan radio VHF dapat dibenarkan dengan alasan sebagai suatu peralatan pencegahan
tubrukan, Peraturan Pencegahan Tubrukan harus menjadi dokumen yang paling utama ditempatkan di
kapal.
Tidak ada satu aturan yang tersedia dalam Peraturan Pencegahan Tubrukan untuk penggunaan
informasi AIS,untuk itu keputusan yang diambil diutamakan berdasarkan pada informasi pengamatan
dan/atau informasi radar.
Pedoman IMO pada Cara telekomunikasi dengan VHFdiberikan pada lampiran 1
Jarak jangkauan khusus VHF dan Tabel Frekuensi Transmisi pada gelombang 156 - 174 MHz untuk
Pelayanan stasiun bergerak di taut, ditunjukkan pada lampiran II
Pedoman IMO untuk pengoperasian AIS yang digunakan di kapal perang, ditunjukkan pada lampiran III
Pedoman MCA pada penggunaan AIS dalam navigasi bersama dengan daftar AIS MCA didasarkan pada
stasiun, ditunjukkan pada lampiran IV.
1. IMO telah memperhatikan dengan saksama mengenai penyalahgunaan saluran radio VHF di laut yang telah
menyebar ke berbagai tempat khususnya untuk marabahaya, keselamatan dan panggilan menggunakan
Saluran 16 (156,8 MHz) dan Saluran 70 (156,525 MHz) serta saluran-saluran yang digunakan untuk operasi
di pelabuhan, layanan dalam pelayaran kapal dan system pelaporan. Walaupun VHF di laut merupakan
suatu peran yang penting untuk keselamatan pelayaran, namun penyalahgunaannya menyebabkan suatu
pengaruh yang serius dan menjadikan suatu yang berbahaya dalam keselamatan pelayaran di laut. IMO
meminta agar Negara-negara anggota memastikan bahwa saluran VHF digunakan secara benar.
2. Semua pengguna VHF di laut di kapal-kapal Kerajaan Inggris, dan semua kapallainnya di perairan Teritorial
Kerajaan Inggris dan di pelabuhan juga diingatkan untuk memperhatikannya dan memastikan sesuai
dengan peraturan Internasional dan nasional, bahwa semua peralatan VHF di kapal hanya dapat digunakan
jika sesuai dengan Peraturan Radio berdasarkan International Telecommunications Union's ( ITU). Secara
khusus Peraturan terse but dapat dijelaskan sebagai berikut :
(a) Saluran 16 hanya digunakan untuk berita marabahaya, berita penting dan komunikasi keselamatan
yang sangat singkat dan panggilan untuk menetapkan komunikasi lainnya yang harus disimpulkan
selanjutnya pada suatu saluran kerja yang layak.
(b) Saluran 70 hanya dapat digunakan untuk DSC(Digital Selective Calling) bukan untuk komunikasi dengan
suara.
(c) Pada saluran VHF yang ditempatkan untuk operasi pelabuhan atau pelayanan pergerakan kapal seperti
VTS, hanya pesan-pesan terbatas yang diijinkan yang ada hubungannya dengan operasi penanganan
kapal, pergerakan dan keselamatan kapal dan keselamatan orang-orangnya.
(d) Semua isyarat harus diawali dengan suatu identifikasi berupa nama kapal atau nama panggilan (call
sign)
(e) Pelayana n setiap stasion radio telephone VHF harus dikendalikan oleh seorang operator ya ng
mempunyai sertifikat yang dikeluarkan atau diakui oleh administrasi stasion pengawas. Hal ini
dilakukan oleh Negara yang mendaftarkan jika kapal tersebut sudah didaftarkan. Tindakan stasion
selanjutnya diawasi oleh orang yang disamping memiliki sertifikat juga dapat menggunakan peralatan.
3. Lampiran Tambahan I catatan ini terdiri dari Petunjuk IMO tentang penggunaan VHF di laut. Nakhoda kapal
besar, kapal kecil dan pemilik kapal harus memastikan bahwa saluran VHF digunakan sesuai dengan
petunjuk ini
4. Lampiran Tambahan II catatan ini menggambarkan secara khusus jangkauan VHF dan sebuah tabel
frekuensi pancaran pada gelombang 156 - 174 MHz untuk stasion pada MMS (Maritime Mobile Service),
perubahan yang tidak sesuai aturan telah disetujui melalui Konferensi Radio Dunia tahun 1997.
5. Saluran 6, 8, 72 dan 77 telah diupayakan untuk digunakan di perairan Inggris, untuk komunikasi rutin dari
kapal ke kapal, Nakhoda kapal besar, kapal kecil dan pemilik kapal didesak untuk memastikan bahwa semua
komunikasi dari kapal ke kapal yang sedang dilaksanakan di perairan tersebut dibatasi pada saluran
tersebut, pemilihan saluran harus sesuai dengan waktu dan kondisi di tempat tersebut.
36
6. Saluran 13 diraneang untuk digunaka n dengan berbasis pada suatu saluran komunikasi kesela matan
pelayaran seeara luas, terutama untuk komunikasi keselamatan pelayanan antara kapal . Saluran ini juga
boleh digunakan untuk pergerakan kapal atau pelayanana di pelabuhan.
PenggunaanVHFsebagaialat bantu pencegahantubrukan.
7. Bahwa telah terjadi seeara meneolok jumlah tubrukan kapal dimana investigasi yang ada telah menemukan
bahwa pada beberapa tahapan sebelum tubrukan , salah satu atau kedua belah pihak sedang
menggunakan radio VHF dalam upaya menghindari bahaya tubrukan. Penggunaan radio VHF dalam kondisi
sekelilingnya tidak selalu membantu dan dapat menimbulkan bahaya.
8. Pada malam hari, dengan pandangan yang terbatas atau di tempat tersebut terdapat lebih dari dua buah
kapal saling meIihat, sangat penting diperlukan indentifikasi yang positip tetapi jarang menjadi jaminan.
Ketidakpastian dapat saja timbul lewat identifikasi kapal dan salah duga menerima pesan. Walaupun
identifikasi sudah seeara positip diperoleh, namun masih ada kemungkinan terjadi kesalahpahaman terkait
dengan kesulitan bahasan walaupun kedua pihak fasih memperhatikan bahsa yang digunakan. Pesan yang
disampaikan tidak tepat atau tidakjelas dapat memberikan konsekunsi yang serius.
Aturan 8 - Tindakan Untuk menghindari Tubrukan (terdiri dari 6 items)
(a) Setiap tindakan yang diambil untuk menghindari tubrukan, harus dilakukan sesuai dengan aturan ini, jika
keadaan mengizinkan harus dilaksanakan dengan tegas, dilakukan dalam waktu yang eukup dan benar-
benar memperhatikan dengan seksama akan syarat-syarat kepelautan yang baik
(b) Setiap perubahan haluan dan atau keeepatan untuk menghindari tubrukan, jika keadaan mengizinkan harus
jelas dan nyata terhadap kapal lain yang sedang melakukan pengamatan dengan penglihatan atau dengan
radar,sedangkan perubahan-perubahan keeil dari haluan dan/atau keeepatan harus dihindari
(e) Jika ada ruang gerak yang cukup, perubahan haluan kapal mungkin merupakan tindakan yang paling tepat
guna menghindari situasi saling mendekat dengan ketentuan dalam waktu yang eukup balk, tepat dan tidak
mengakibatkan terjadinya situasi saling mendekat berikutnya.
(d) Tindakan yang dilakukan untuk menghindari tubrukan dengan kapal lain harus sedemikian rupa sehingga
dapat dilewati pada jarak yang aman. Ketepatan dari tindakan itu harus dikaji dengan seksama sampai
kapal yang lain dapat terlewati dengan bebas dan aman.
(e) Jika diperlukan untuk menghindari tubrukan atau untuk memberikan lebih banyak waktu dalam menilai
(f)
keadaan, kapal harus mengurangi keeepatannya atau menghilangkan seluruh keeepatannya dengan
memberhentikan atau meletakkan mesinnya dalam kedudukan mundur.
i. Kapal yang oleh aturan ini diwajibkan untuk tidak boleh merintangi alur pelayaran atau jalur yang
aman bagi kapallainnya, bila keadaan mengijinkan harus mengambil tindakan sedini mungkin untuk
memberikan ruang gerak yang eukup bagi lintasan yang aman.
ii. Kapal yang diwajibkan untuk tidak merintangi alur atau lintasan yang aman bagi kapal lain tidak
dibebaskan dari kewajibannya jika mendekati kapal lain yang mengakibatkan terjadinya bahaya
tubrukan dan apabila akan mengambil tindakan terse but, harus memperhatikan sepenuhnya
tindakan yang diwajibkan oleh aturan-aturan dalam bagian ini.
iii. Kapal yang jalannya tidak boleh dirintangi harus senantiasa melaksanakan Aturan-aturan dalam
bagian ini, bilamana kedua kapal tersebut saling mendekat satu sama lainnya yang mengakibatkan
terjadinya bahaya tubrukan.
Penerapan Aturan 8
a) Aturan 8 berhubungan dengan tindakan yang harus dilakukan bila bahaya tubrukan tersebut ditemukan
dan ada. Bila memungkinkan, harus bertindak :
positip
dilakukan dalam waktu yang eukup
37
dengan memperhatikan pengamatan yang memadai dan kepelautan yang baik.
Tindakan yang diarnbil harus sesuai dengan aturan dalam bagian ini, misalnya pada bagian B.
Penerapannya leblh tepat khususnya pada aturan 14 tentang situasi berhadapan.
Bila Aturan tersebut diterapkan, kedua kapal harus merubah haluannya ke kanan dengan
memperhitungkan pencegahan tubrukan.
Maksud "posistlp" : perobahan haluan harus nyata dan efektif.
Keadaannya berdasarkan kepelautan yang balk, perobahan kecepatan merupakan suatu keputusan,
Merobah kecepatan tidak mudah dilihat oleh kapal Iain tetapl akan lebih bermanfaat
Suatu tindakan yang diarnbil dalam waktu tepat bila ada waktu yang dapat dlarnbil oleh kapal lain untuk
bertindak merobah haluan atau kecepatannya.
b) Perobahan haluan atau kecepatan harus cukup jelas dan dapat dilihat oleh kapallain.
c) Tindakan positip maksudnya: harus dilakukan dengan member! pengaruh positip terhadap jarak kapal
yang sedang lewat, sehingga dapat bertlndak dengan balk. lni dapat dilakukan dengan cara
memperbesar jarak terhadap kapal yang anda lewati atau melewati bagian buritannya bukan bagian
haluannya. Hal Ini juga menyatakan bahwa perubahan haluan harus mudah dillhat oleh kapal lain
selama anda melakukannya. Maksudnya bahwa kapal lain melihatnya dengan jelas aspek yang ada di
kapal anda, atau melalui penerangan navigasi, atau rnelalui baringan lewat radar.
d) Tindakan positip disini sama nilalnva dengan yang terdapat dalam aturan 8c. Di alur pelayaran sempit
jarak antara kapal yang saling melewati diperlukan paling kurang 0,1 millaut.
e) Bagian dari aturan ini menyatakan bahwa anda harus mengurangi kecepatan atau berhenti jika ini
diperlukan untuk menghindari tubrukan atau mengambil waktu le bih banyak untuk mempertimbangkan
situasi.
f) Aturan ini menjelaskan bagaimana untuk tidak menghalangi lintasan kapallain. Walupun dernikian tidak
memberikan suatu pengertian yang jelas. Ada banyak kedaan dan situasi menghalangi seperti ini yang
sulit,
Gambar 32 : Kapal dalam situasi berpotongan / silang
38
Gambar 33: Ilustrasi Aturan 8a, pada waktu yang cukup, jika baringan antar dua kapal tidak berubah, kapal
kontene r harus mem beri jal an dan kapal tan ker harus mem pertaha nkan hal uan dan kecepatan nva
(Aturan 15). Tidak ada pengaturan keadaan pada kewajiban ini. Perwira jaga di masing-masing harus
memutuska n untuk keadaan kapal mereka masing-rnasl ng dan wa ktu nya yang tersedia. Sampai tlba
waktunya mereka harus berada diluar aturanini dan kewajibannva untuk member jalan atau
mempertahankan haluan dan kecepatan.
Situasi diatas terlihat dari anjungan kapal tanker Situasi diatas terlihat dari anjungan kapal kontener
Gambar 34: IIustrasl sudut pandang antara kedua kapal
memotong di al ur pelava ran sem pit

Selama dalam pelavaran rnasuk pelabuhan, tldak
selalu memungkinkan untuk mematuhi sesuai waktu
va ng tersedia dan melewati suatu ja rak vang aman
Gambar 35: IIustrasi kapaI ya ng sedang da lam situasi berpotongan di alur pelavara n sempit
39
Aturan 9 - Alur Pelayaran Sempit (terdiri dari 7 item)
(a) Kapal harus yang berlayar mengikuti arah alur pelayaran atau air pelayaran sempit harus berlayar
sedekat mungkin dengan batas luar alur pelayaran atau air pelayaran yang terletak di sisi kanannya
selama masih aman dan dapat dilaksanakan.
4- - .. ...

GiiiiiiI~ - - - _
----- ...
... _ ... _-- ..... ._.
- ...

...
......
""
...
'\

"
....
...
\

"
...
,
\
\

,
\
\
\

..
\
\
Gambar 36: Ilustrasi kapal yang melewati alur pelayaran sempit dan memberi isyarat bunyi

,
(b) Kapal tenaga yang panjangnya < 20 m atau kapal layar tidak boleh menghalangi jalannya kapal yang
hanya dapat berlayar dengan aman hanya di dalam alur pelayaran sempit atau alur pelayaran
(c) Kapal yang sedang menangkap ikan dilarang merintangi jalannya kapal lain yang sedang berlayar hanya
di alur pelayaran sempit atau alur pelayaran
(d) Kapal tidak boleh memotong alur pelayaran atau air pelayaran sempit, jika pemotongan itu merintangi
penyeberangan kapal yang hanya dapat berlayar dengan aman dalam alur pelayaran atau air pelayaran
sempit. Kapal yang disebut terakhir boleh menggunakan isyarat bunyi yang diisyaratkan dalam aturan 34
(d) jika ragu-ragu mengenai maksud kapal yang sedang memotong tsb.
Gambar 37: Ilustrasi untuk kapal yang berlayar sesuai dengan Aturan 8 d
.~-
(e) (i) Didalam alur pelayaran sempit, bilamana penyusulan dapat dilakukan hanya jika kapal yang disusul itu
melakukan tindakan untuk memungkinkan penyusulan dengan aman, maka kapal yang hendak menyusul itu
harus menyatakan maksudnya dengan membunyikan isyarat sesuai yang ditetapkan dalam Aturan 34 (c) (i).
40
Kapal yang akan disusul itu, jika telah setuju, harus membunyikan isyarat sesuai yang ditetapkan dalam
Aturan 34 (c) (ii) dan mengambillangkah-Iangka untuk memungkinkan penyusulan aman. Jika ragu-ragu, ia
boleh membunyikan isyarat sesuai yang ditetapkan dalam Aturan 34 (d)
Bunyl - - ••

---_ ... ."

-----..

-.
,,----.
....... _
SetuJu
- - - - - - Ragu-ragu
R!nyusuJan dapat dilalr~ biIzI.IatpaJ yiiM1g diriu&ulll1&Wrrtlran ~
untuk penyusutan deoJ:/i1n amaD
Gambar 38: lIustrasi kapalyang berlayar menyusul kapallain padaalur pelayaransempit, dan
memperdengarkan isyarat bunyi
Bila ragu-ragu kapal yang dekat boleh mengisyaratkan
•••••
... --------_.:as
tl----
Tidak boleh memotong bila
yang lain lebih dekat sisi alur

""--
Gambar 39: lIustrasi kapalyang berlayar di alur pelayaran sempit, bila ragu-ragumaka
memperdengarkan isyarat bunyi 5 xtiup pendek

.- .
(f) Kapalyang sedangmendekati tikungan atau daerah alur pelayaran sempit atau air pelayaran
sempit dimana
kapallain dapat terhalang oleh rintangannya yang terletak diantaranya, harus berlayar dengan
kewaspadaan
khususdan hati-hati dan harus membunyikan isyaratyang sesuai dengan isyarat dalam Aturan 34 (e)
(g)Setiap kapal jika keadaan mengizinkan, harus selalu menghindar dari berlabuh jangkar di alur
pelayaran
sempit.
Penerapan Aturan 9
a) Alur pelayaran sempit termasuk alur pelayaran tidak mudah untuk dijelaskan. Faktor penting untuk
menyatakanjika sebuahalur pelayarandalam kenyataannyaadalahsebuahalur pelayaransempit bila :
lebar alur pelayaran dapat dilayari ( dapat dilayari merupakan konsep yang berbeda untuk setiap
jenis kapaI)
ukuran kedalamankapal dan kemampuan olah gerak kapaljuga merupakan hal penting yang terkait
denganalur pelayaran.
Sebuahjalur pemisah lalu lintas bukan merupakan sebuah alur pelayaransempit dan berhubungan
Aturan
10. Perwira jagayang memutuskan jika ia berlayar di alur pelayaransempit atau tidak.
41
Gambar 40: Kerap kali anda dapat memutuskan apakah anda berada dalarn alur pelavaran sempit
berdasarkan system pelampung
b) Kapal lavar dan kapal dengan ukuran kurang darl 20 m harus menyadari keadaan di sekltar alur
pelavaran. Ini penting bagl mereka untuk mempertimbangkan jlka sedang merintang untuk melewati
alur pelavaran terse but. Jlka ragu-ragu mereka harus memperhatikan agar berada pada jarak yang
jelas dengan kapal laln yang mungkin tldak mampu untuk berlavar di luar alur pelavaran.
c) Kapal penangkap lkan boleh melakukan penangkapan ikan di alur pelavaran sempit. Mereka harus
menjauh sesegera mungkin jlka terlihat akan menghalangi kapal lain yang sedang lewat.
Gambar41: Kapal penangkap lkan boleh melakukan penangkapan lkan di alur pelavaran sempit
42
Gambar42: Kapal dengan ukuran kurang darl 20 meter harus rnernperhatlkan
dan menyadari keadaan dl sekltar alur pelavaran
d) Sebuah kapal yang sedang berlavar dl alur pelavaran sernplt blla ada kapal lain disebelah kanannva
harus menunjukkan :
Bahwa ia tldak mampu untu k mengh i nda r dari aIur pelava ran nya karena uku ra n lunas kapa Inya.
Bahwa la tldak dapat memperlambat kecepatannya. lni hanya untuk sernentara waktu blla ia
sedang menyusul atau jika la berada pada arus yang kencang;
e) Pada alur pelavaran sernpit, sebuah kapal yang sedang menyusul harus memberi [alan kepada kapal
yang sedang dlsusul nya, bila tidak ada kemungkinan lain.
Gambar43: Di alur pelavaran sempit anda harus bertahan sedekat mungkin ke sisi lambung kanan alur
tersebut yang merupakan slsl yang arnan untuk dllakukan pelavaran
43
Aturan 10: BAGAN PEMISAH LALU LlNTAS (Traffic Separation Schemes (TSS)
( Aturan 10 Terdiri dari 12 item)
(a) Aturan ini berlaku untuk bagan pemisah lalu lintas yang disyahkan oleh Organisasi dan tidak membebaskan
setiap kapal dari kewajibannya untuk melaksanakan aturan ini.
(b) Kapal yang meggunakan bagan pemisah lalu lintas harus :
i. Berlayar dalam jalur lalu lintas yang sesuai dengan arah arus lalu lintas umum untuk jalur itu
ii. Sepanjang dapat dilaksanakan tetap bebas dari jalur pemisah atau daerah pemisah.
iii. Umumnya memasuki atau meninggalkan jalur lalu lintas pada ujung jalur. tetapi bilamana sedang
memasuki atau meninggalkan dari salah satu sisi, harus sedemikia n rupa sehingga membentuk
sudut yang sekeeil-keeilnya terhadap arah arus lalu lintas umum.
(e) Sejauh dapat dilaksanakan, kapal harus menghindari memotong jalur lalu lintas, tetapi jika terpaksa
melakukannya, harus memotong dengan haluan sedapat mungkin tegak lurus terhadap arah lalu lintas
umum
(d)
i. Kapal yang berada di sekitar bagan pemisah lalu lintas, tidak boleh,menggunakan daerah lalu lintas
dekat pantai selama masih dapat menggunakan jalur lalu lintas dengan aman. Walaupun demikian kapal
yang panjangnya kurang dari 20 rn, kapal layar dan kapal yang sedang menangkap ikan dapat
menggunakan jalur lalulintas dekat pantai.
ii. Lepas dari sub ayat d (i), kapal boleh menggunakan daerah lalu lintas dekat pantai apabila sedang
berlayar menuju atau keluar dari sebuah pelabuhan, instalasi atau bangunan lepas pantai, stasiun pandu
atau setiap tempat yang berlokasi dalam daerah lalu lintas dekat pantai, atau untuk menghindari bahaya
yang timbul seeara mendadak.
(e) Kapal, selain kapal yang sedang memotong atau kapal yang memasuki atau meninggalkan jalur lalu lintas
pada umumnya, tidak boleh memasuki daerah pemisah atau memotong garis pemisah keeuali :
i. Dalam keadaan darurat, untuk menghindari bahaya yang mendadak.
ii. Sedang menangkap ikan di daerah pemisah.
(f) Kapal yang sedang berlayar di daerah dekat ujung-ujung bagan pemisah lalu lintas harus berlayar dengan
hati-hati.
(g) Sepanjang dapat dilaksanakan, kapal harus menghindari berlabuh di dalam bagan pemisah lalu lintas atau
dalam daerah dekan ujung-ujungnya.
(h) Kapal yang tida k menggunakan bagan pemisah lalu lintas, harus menghindarinya sejauh-jauhnya ya ng
dapat dilaksanakan.
(i) Kapal yang sedang menangkap ikan tidak boleh merintangi pelayaran setiap kapal yang sedang mengikuti
suatu jalur pemisah lalu lintas.
(j) Kapal yang panjangnya kurang dari 20 meter atau kapallayar, tidak boleh merintangi pelayaran aman dari
kapal tenaga yang sedang mengikuti suatu jalur lalu lintas.
(k) Kapal yang terbatas kemampuan olah geraknya, apabila sedang dalam tugas untuk memelihara
keselamatan pelayaran/navigasi di dalam bagan pemisah lalu lintas, dibebaskan mengikuti peraturan ini
sejauh yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya.
(I) Kapal yang terbatas kemampuan olah geraknya, apabila sedang dalam tugas memasang, merawat, atau
mengangkat kabel laut dalam bagan pemisah lalu lintas, dibebaskan mengikuti peraturan ini sejauh yang
diperlukan untuk melaksanakan tugasnya.
44
Penerapan Aturan 10
(a) Bagan Pemisah Lalu Lintas adalah suatu ketentuan untuk membagi jalur lalu lintas yang berseberangan.
Seeara terpisah berada dalam satu daerah lalu lintas yang ramai dan dalam daerah dimana ada pertemuan
_J,
R

lalulintas dalam satu titik misalnya pada stasiun pandu.


Suatu bagan pemisah lalu lintas bukanlah suatu jalur lalulintas utama. Dalam hal terjadi resiko tubrukan
semua kapal harus bertindak sesuai dengan Aturan pada bagian B.
Aturan untuk Bagan pemisah lalulintas juga dapat diterapkan bila tidak ada jalur lalu lintas lain di sekitar
bagan pemisah lalu lintas tersebut.
(b) iii) Memasuki atau meninggalkan Bagan pemisah lalu lintas, harus dilakukan pada sudut yang sekeeil
mungkin dengan sudut paling besar 150• Dalam persiapan untuk meninggalkan bagan pemisah lalu lintas
anda harus bergerak seeara perlahan ke arah jalur untuk menghindari perobahan sudut haluan yang besar
dalam pergerakan terakhir di jalur lalu lintas.
(e) Haluan kapal selama memotong jalur, harus sedekat mungkin membelok dengan sudut tegak lurus (900),
terhadap arah jalur lalu lintas umum sedapat mungkin mengikuti jalur terse but. Arus dan ombak bukan
merupakan alasan untuk menyimpang dari aturan ini.
(d) Jika perwira jaga memutuskan untuk berlayar pada jalur lalulintas dengan suatu aneaman misalnya
menghadapi ornbak, ia dapat saja memutuskan (untuk sementara waktu) menggunakan jalur lalu lintas
dekat pantai. Dalam hal ini disarankan untuk melapor kepada pihak yang bertanggung jawab di daerah
tersebut. Tanggung jawab selama berlayar di jalur lalu lintas dekat pantai selalu berada pada perwira jaga.
Pada umumnya melewati jalur tersebut harus menghindar dari daerah lalu lintas dekat pantai. Paragrap d(i)
45
-55
------:;::;~---
li'D
~-
dan (ii) menyatakan siapa saja boleh menggunakan daerah lalulintas dekat pantai bila hal tsb
memungkinkan untuk digunakan.
1. Deepwater route, up to a draught of 19 meter
2. Traffic Lane
.'0.
3. Separation Zone
4. Some strategies to enter or leave a Traffic Separation Scheme.
The maximum angle of entering or leaving the Traffic Separation.
,.,
-.::.\ .:..- <So
1,,~'611
;;.Wk _
Scheme with respect to the direction of the traffic flow in the
Traffic Lane is in general 20°.
5. The traffic Lanes should be crossed on a heading at right angles
(SOO)to the direction of the traffic flow. A small deviation of about
10" is usually permitted.

Gambar 45 Contoh PetaTSSdi perairan Eropa


(i) Kapal penangkap ikan boleh menangkapikan di daerah BaganPemisahlalu lintas, tetapi tidak
diperbolehkan
untuk menghalangi kapal yang sedang berlayar melewati jalur lalu lintas tersebut. Contoh
menghalangi
lalulintas : kapal yang sedang menangkap ikan dengan jaring trawl (trawl ganda) di jalur tersebut
sehingga
menghalangi kapallain yang sedangberlayar di jalur lalu lintas tersebut.
46
'"
Kapal penangkap ikan dilihat dari
ka
Kapal penangkap lkan dilihat dari
kapal kontener
Kapal kontener dilihat dari
kapal penangkap ikan
Kapal kontener dilihat dari
kapal penangkapikan
Gambar46 : Ilustrasi Aturan 10 I, Kapal kontainer sedang menyusul kapal penangkap ikan di daerah hagan
pernisah lalu lintas. Perobahan haluan yang keeil kearah kanan, diperbolehkan untuk melewati kapal lkan dalarn
jarak eukup
47
(j) Aturan 10 juga diterapkan untuk kapal lavar dan kapal-kapal dengan panjang kurang dari 20 m. Kapal-kapal
tsb tidak boleh menghalangi pelayaran yang aman bagi kapal laln yang melewati jalur tersebut.

--.
Disarankan untuk kapal yang berukuran keell, menggunakan jalur pelayaran dekat pantai bilamana jalur lalu
lintas tersebut padat.
Kapal layar dilihat dari
kapal barang
Kapallayar dilihat dari
kapal barang
Kapal barang dilihat dari
ka
Kapal barang dilihat dari
ka
Kapal layar dilihat dari Kapal barang dilihat dari
kapal barang kapal lavar
Gambar 47 : Ilustrasi Aturan 10 j , Haluan kapal layar memotong hal uan kapal tenaga yang sedang berlayar.
Baringan tidak berubah secara nyata. Lintasan kapal tenaga dihalangi. Jika ada bahava tubrukan, sesuai dengan
Aturan 10 f (iii) kapal tenaga harus memberi [alan sesuai dengan Aturan 18a. Perubahan haluan ke arah kanan
untuk memberi jalan bagi kapal lavar pada jarak yang cukup.
48
Beberapa definisi tentang Rute kapal :
"Satua n rute"
Suatu cara untuk membagi jalur lalu lintas
Atau menentukan rute untuk menghindari situasi yang tidak aman
Atau menunjukkan suatu area dimana semua kapal atau kapal dengan kategori tertentu harus
menghindar untuk melewati.
"Bagan Pemisah Lalu Lintas"
Satu satuan rute yang dirancang untuk membagi arah jalur lalulintas yang berlawanan sesuai dengan
aturan dan menetapkan aturan-aturan ja lur lalulintas.
"Traffic Lane/Jalur lalulintas"
Daerah lalulintas satu arah, yang didalamnya ditentukan garis-garis batas. Penghalang alami yang ada
didalamnya yang membentuk daerah pemisah, dapat ditandai dengan suatu garis batas.
"Zona Pemisah atau Garis Pemisah"
Suatu daerah atau suatu garis yang memisahkan :
Dua jalur lalulintas yang memiliki arah yang berbeda
Sebuah jalur lalulintas yang berbatasan dengan wilayah laut
Jalur lalulintas yang dimaksudkan untuk membedakan jenis-jenis kapal yang melewatinya dalam arah
yang sama.
"Wilayah Jalur Lalulintas Dekat Pantai"
Suatu area tertentu yang berada diantara garis batas dari Zona Pemisah Lalulintas ke sisi arah daratan
yang dekat dengan pantai. Daerah ini dalam penggunaannya harus menerapkan aturan 10 (d) dari P2TL
yang telah direvisi.
Seksi II - Sikap Kapal Dalam Keadaan Saling Melihat
Aturan 11 : Penerapan
Aturan dalam Seksi ini diterapkan untuk kapal-kapal dalam keadaan saling me Iihat
Aturan 12 : Kapal layar (terdiri dari 2 item)
(a) Bila dua kapal layar saling mendekat, sehingga mengakibatkan bahaya tubrukan,satu diantaranya harus
menghindari yang lain sbb :
(i) Bila masing-masing mendapat angin pada lambung yang berlainan, maka kapal yang mendapat angin
pada lambung kiri harus menghindari kapal yang lain.
(ii) Bilamana keduanya mendapat angin dari lambung yang sarna, maka kapal yang berada diatas angin
harus menghindari kapal yang berada di bawah angin.
(iii) Jika kapal yang mendapat angin pada lambung kiri melihat kapal berada di atas angin dan tidak dapat
memastikan apakah kapal lain itu mendapat angin dari lambung kiri atau kanannya, ia harus
menghindari kapal yang lain itu.
(b) Untuk mengartikan aturan ini, sisi di atas angin ialah sisi yang berlawanan dengan sisi dimana layar utama
berada atau dalam hal kapal dengan layar persegi, sisi yang berlawanan dengan sisi dimana layar muka
belakang yang terbesar dipasang.
49
Cwlndward side::>
Gambar 48 : Ini menunjukkan kapal lavar dengan sisi arah angin bertiup/diatas angin
indward dan sisi di bawah an leeward side
Gambar 49 : Kapal lava r va ng sedang berhenti karena tidak ada angi n
50
Gambar 50 : Jenis kain layar; 1. Layar segi empat dan layar penyanggah
Penerapan Aturan 12
Dua kapallayar yang saling mendekat sehingga akan beresiko bahaya tubrukan
- -__:=--
Gambar 51 : Angin dari lambung yang berbeda, kapal yang mendapat angin dari kiri harus menhindar

- --
-_--..._-

/
Gambar 52 : Ilustrasi angin dari lambung yang sama, kapal yang diatas angin harus menghindar
51

-
-__.

-
Gambar 53: Kapal yang mendapat angin dari lambung kiri tetapi tidak dapat menentukan dengan pasti apakah
kapallain mendapat angin dari angin dari lambung kiri, untuk itu kapal tersebut harus menghlndar

---
/

---
Gambar 54 : Uustrasi aturan 12 (b): Untuk maksud aturan ini, sisi di atas angin ialah sisi yang berlawanan
dengan sisi dimana layar utama berada atau dalam hal kapal dengan layar persegi, sisi yang berlawanan dengan
sisi dimana layar muka belakang yang terbesar dipasang.
52

?

Gambar45: Ilustrasi Aturan 12 a (i), dua kapal lavar yang sedang berlayar pada dua [alur yang berbeda. Aturan
12 a kan bahwa kapal A harus memberi jalan untu kapal B
Gambar 56: Ilustrasi Aturan 12 a (il), dua kapal lavar yang sedang berlayar pada jalur yang sarna. Aturan 12
a(il)
kan bahwa ka in harus memberi Ian ke kapal yang berada dibawah angin
Gambar 57: Ilustrasi Atran 12 a (iii), kapal lavar A berada pada jalur sebelah kanan. la tidak dapat menentukan
dengan pastl kapal B mendapat angin dari sisi mana. Aturan 12 a (iii)menyatakan bahwa kapal A harus memberi
Ian.
Gambar 58: Bila bahava tubrukan anatara dua kapal lavar akan terjadi. Kapal yang berada dlatas angin (kapal
dengan lavar putih) harus memberi [alan
53
Aturan 13 - Saling menyusul (Terdiri dari 4 Item)
(a) Lepas dari apapun yang tereantum dalam Aturan-aturan Bagian B, Seksi I dan II, setiap kapal yang sedang
menyusul kapallain, harus menyimpang jalannya kapal yang sedang disusul tsb.
(b) Kapal dianggap sedang menyusul, bilamana mendekati kapallain dari arah lebih dari 22,5° ke belakang dari
arah melintang, dalam posisi yang sedemikan rupa sehingga terhadap kapal yang disusul itu pada malam
hari hanya tampak penerangan buritan kapallain tsb, tetapi tidak satupun penerangan lambungnya.
(e) Jika sebuah kapal ragu-ragu, apakah ia sedang menyusul kapal lain, ia harus menganggap bahwa keadaan
yang demikian itu ada dan bertindak sesuai dengan ketentuan.
(d) Setiap perubahan baringan yang terjadi antara kedua kapal itu tidak akan mengakibatkan kapal yang
sedang menyusul sebagai kapal yang menyilang, dalam pengertian aturan ini, atau membebaskannya dari
kewajibannya untuk tetap menjauhi kapal yang sedang disusul itu sampai melewatinya dan bebas sama
sekali.
Penerapan Aturan 13
a) Setiap kapal harus memberi jalan kepada kapallain yang sedang menyusul. Ini dimaksudkan bahwa sebuah
kapal yang tidak dapat diolah gerak, sebuah kapal yang terbatas kemampuan olah geraknya, sebuah kapal
penangkap ikan, sebuah kapallayar, dll, harus memberi jalan kepada sebuah kapal yang sedang menyusul.
Tentunya keadaan ini tidak memungkinkan untuk memberi jalan dengan maksud merubah haluan untuk
disusul dengan melakukan perubahan keeepatan. Kapal tidak diijinkan untuk menghalangi sebuah lintasan
yang aman bagi kapal lain juga tidak diijinkan untuk melakukan hal yang sama bila sedang disusul. Ini
dimaksudkan bahwa untuk kapal trawl yang sedang melakukan penangkapan dengan sepasang jaring trawl
( pada keeepatan kira-kira 5 knot) harus benar-benar jauh dari kapal yang sedang menyusul.
b) Hanya bila anda sedang mendekati kapallain dalam batas sektor penerangan buritan, misalnya di jalur yang
hanya penerangan buritan kapal lain dapat dilihat, maka anda berada pada jalur sedang menyusul. Bila
penerangan buritan terlihat sama denga n salah satu penerangan lambung atau hanya salah satu
penerangan lambung yang terlihat, berarti anda berada dalam situasi berpotongan.
e) Bila mendekati sebuah kapal keeil dalam euaea bergelombang ini dapat menimbulkan keragu-raguan.
Penerangan berikut ini dari kapal yang merewang dapat terlihat seeara bergantian :
- Penerangan buritan
- Penerangan buritan, penerangan lambung, dan kemungkinan penerangan tiang
- Penerangan lambung dan penerangan tiang.
Dalam kasus ini anda harus memperhatikan bahwa anda sedang dalam situasi menyusul
d) Tidak ada definisi yang khusus mengenai kapan sedang menyusul kapal seeara pasti. Dalam kasus haluan
yang sedang berpotongan antara kapal yang disusul dan kapal yang sedang menyusul, dalam keadaan
sedang berpotongan harus diperhatikan momennya bila kapal yang disusul merupakan suatu yang benar-
benar sedang menyusul. Di lain pihak ini harus dinyatakan bahwa dalam kasus ini keadaan yang paling
aman untuk memotong adalah melewati bagian buritan kapal bukan melewati bagian haluan kapal .
Catatan : Selalu menjaga jarak yang eukup antara kapal anda dan kapal yang sedang anda susul untuk
meyakinkan bahwa tidak terjadi saling pengaruh antara kedua kapal tersebut. Ini juga diterapkan untuk
kapal yang berada dijalur pelayaran sempit. Terjadinya saling pengaruh dapat saja ada terutama bila :
- Kedalaman air tersebut keeil
- Perbedaan keeepatan antara kedua kapal tersebut keeil
Berhati-hatilah untuk selalu berada ditempat penjagaan selama melakukan penyusulan. Anda tidak pernah
yakin bahwa kapal yang sedang anda susul tidak ingin merubah haluannya seeara tiba-tiba. Jagalah jarak
yang eukup agar dapat mempunyai kesempatan untuk bertindak bila diperlukan. Bersiaplah untuk
kemungkinan bila mesin atau kemudi mengalami kesulitan dari salah satu kapalnya.
54
settap lcapal yang mendeKati kapallaln dan Wdut,. 72,5 a
dibelakang dianggap manyus.1.I1(di waldu malam hari hanya
pe~ buritan kapel "'"Il kelihllbm, penerangan lamlwng
1idaklca~_
.... -~- ....~,-....-..
"""~-'-~----
~~-------:.-:::: ..;:..~
/,/' __,_. ...---
,#/# .; .... _~4#"-
C ,/ »->:
-' _,-:---
-~- .;

-,,-
Gambar 59: lIustrasi Aturan 13; Setiap kapal yang menyusul kapallain harus menghindari kapal yang disusul.
Kapalyang ragu-ragu, apakah dia sedang menyusul harustetap beranggapan sedang menyusul
I
Gambar 60: Baringan kompas dari kedua kapal tidak mengalami perobahan yang berarti
- Jika kapal 1 menganggap dirinya sedang menyusul kapal 2, ia harus memberi jalan dan
mengharapkan kapal2 untuk mempertahankan haluan dan kecepatannva.
- Jika kapall menganggap dirinya akan memotong haluan kapal 2, ia harus mempertahan haluan dan
kecepatannya dan ia mengharapkan kapal2 akan memberikan jalan baginya
- Jika kapal 2 menganggap dirinya akan disusul oleh kapall, ia harus mempertahankan haluan dan
kecepatannya dan ia mengharapkan kapall akan memberikan jalan baginya.
- Jika kapal2 menganggap dirinya akan dipotong haluannya oleh kapall, ia harus memberi jalan dan
mengharapkan kapall untuk mempertahankan haluan dan kecepatan.
- Situasi diatas menunjukkan bahwa alasan untuk mengantisipasi suatu kemungkinan terjadi bahaya
tubrukan.
- Mengambil tindakan sesuai waktunya untuk menentukan secara jelas dapat mencegah keadaan tsb.
Bila terjadi keragu-raguan pada kapall, walaupun ia menganggap bahwa sedang dalam situasi silang
atau sedang disusul kapal 2 selanjutnya kapal 1 harus menganggap dirinya sedang disusul dan ia
harus memberi jalan.
55
Gambar 61: Kapal penangkap ikan ukuran besar disusul oleh kapal yang keelI dan berada tepat dibelakangnya
Kapal A dilihat dari kapal B Kapal B dilihat dari kapal A
Gambar 62: Ilustrasi Aturan 13 a, Kapal A sedang menyusul kapal B. Kapal A harus member [alan dan
merubah
haluannva ke kanan
56
Kapallayar dilihat dari
ka
Kapallayar dilihat dari
ka
Kapallayar dilihat dari
kapal kontener
Kapal kontener dilihat
dari ka
Kapal kontener dilihat
dari kapallayar
Kapal kontener dilihat
dari kapallayar
Gambar 63 : Ilustrasi Aturan 13 a, Kapal container sedang menyusul kapallayar. Kapal kotainer harus
member jalan dan merubah haluannya ke kiri
57
Kapal B dilihat dari kapal A Kapal A dilihat dari kapal B
Kapal B dilihat dari kapal A Kapal A dilihat dari kapal B
Gambar 64 : IIustrasi Atura n 13 a. Kapal yang terbatas kema mpuan ola h gera knya (ka pal A) sedang
menyusu I
kapal tenaga (kapal B). Kapal A harus member jalan dan merubah haluannya ke kanan
58
Kapal A dilihat dari kapal B
Kapal B dllihat darl kapal A Kapal A dan B dilihat darl kapal C
Gambar65: llustrasl untukAturan 13 b
Aturan 13 b:
Kapal C sedang menyusul kapal A dan B dan melihat penerangan buritan darl kedua kapal tersebut.
Kapal C harus memberi jalan kepada kedua kapal tersebut. Baringan antara kapal A dan B merubah
secara nvata. Mereka saling mendekat satu dengan lainnya secara perlahan-lahan. Kapal B melihat
penerangan buritan sarna dengan penerangan tiang dan sebuah penerangan lam bung darl kapal A.
Aturan 13 b menyatakan bahwa Kapal B harus menganggap dirinya sedang berpotongan haluan dengan
kapal A dan selanjutnya harus mempertahan haluan dan kecepatannya. Kapal A harus menganggap
dirinya wajib memberi [alan kepada kapal B, jika mereka dalarn sltuasi berpotongan
Aturan 14 - Situasi Berhadapan (Terdiri dari 3 item)
(a) Bilamana dua buah kapal tenaga yang sedang bertemu dengan haluan berhadapan atau hampir berhadapan,
sehingga mengakibatkan bahaya tubrukan, masing-masing kapal harus merubah haluannya ke kanan,
sehingga saling berpapasan pada lambung kirinya.
(b) Situasi demikian ltu dianggap ada, bllarnana sebuah kapal melihat kapal lain tepat atau hampir tepat
didepannya. dan pada rnalarn harl ia dapat melihat penerangan tiang kapal lain segaris atau hampir segaris
dan/atau kedua penerangan lam bung dan pada siang harl dengan memperlihatkan penyesuaian sudut
pandangan dari kapal lain.
(c) Bilamana sebuah kapal ragu-ragu, apakah situasi dem ikia n itu ada, la harus menga nggap demi kian hal nya
dan bertindak sesual dengan ketentuan yang berlaku.
Pen era pan Aturan 14
a) Berbeda dengan aturan lain, Aturan 14 dan 15 rnenerapkan semata-rnata terhadap dua kapal tenaga.
Bilamana contoh dua buah kapal yang sedang rnelakukan penangkapan lkan berlavar dalarn haluan
berhadapan, keduanya berimbang dalarn rnenerapkan aturan dan harus bertindak sesuai dengan ketentuan.
Berlawanan dengan aturan-aturan lainnya yang berhubungan dengan tetap berada pada [alannva, Aturan 14
memberlakukan kewajiban terhadap kedua kapal tersebut. Aturan ini juga mewajibkan cara untuk
memberikan [alan, yaitu merubah haluan kapal ke kanan sehingga setlap kapal berpapasan pada lambung
kirinya.
59
,
I
I
I
I
I
I
\
\
\.

'"
" Du. kaplll tenaga bertIImu dengan haluan
'. Berlawanan stall hampir berlawllnlln.
I
I
I
I
I
I
\.
\.
.aalng-masing harutJ melUbah haIu""
1{eIr"""" (saW 5Vli1lfl pwrdeIf.J
Gambar 66: Ilustrasi Aturan 14, Situasi berhadapan
c) Jika ragu-ragu merubah haluan ke kanan:
Ukuran efektif Aturan 14 lebih besar dari aturan lainnya sesuai dengan akibat dari saling mendekati antara
dua kapal yang saling berhadapan. Perhatian lebih awal untuk merubah haluan ke kiri pada jarak yang jauh
harus dianggap sebagai suatu perubahan haluan yang biasa, yang tidak termasuk dalam penerapan Aturan
14 (Iihat Aturan 8a). Hal ini merupakan suatu kemungkinan yang sangat berbahaya. Perhatian harus
diutamakan pada perbedaan antara haluan yang dikemudikan dengan haluan sejati, terutama harus
memperhatikan hasil pengamatan lewat radar.
Gambar 67: Dua buah kapal yang berpapasan satu sama lain dalam
situasi berhadapan, pada jarak pandang saat memasuki pelabuhan
60
Kapal A dilihat darl kapal B Kapal B dilihat darl kapal A
Gambar 68: llustrasl Aturan 14 a. Kapal Suplay A dan kapal tanker B dalarn sltuasl berhadapan . Kedua kapal
merubah haluannva ke kanan sehingga berpapasan pada lambung kirinya.
61
Kapal A dilihat dad kapal B Kapal B dllihat dari kapal A
Gambar 69: llustrasl Aturan 14 c. Kapal A (hovercraft) dalarn situasi yang tldak jelas. la tidak tahu bahwa [lka
kapal B dalarn situasi berhadapan atau tidak. Dalam keadaan ragu-ragu ia harus menganggap bahwa situasl
dernlklan itu ada dan ia merubah haluan ke kanan.
62
Sector in which two vessels can
meet orrreclprocal courses
(sektor dimana 2 kapal bertemu pa a halu n yang saling berhadapan)
Overtaking sector
sektor menyusul
Crossing sector
saling berpotongan)
Gambar 70: Sektor penerangan tiang dan lambung saat dua kapal berpapasan
Aturan 15: Situasi Berpotongan (Hanya terdiri dari 1 item)
Bilamana dua buah kapal tenaga bersilangan sedemikian rupa, sehingga mengakibatkan bahaya tubrukan,
rnaka
kapal yang disebelah kanannya terdapat kapal lain harus menyimpang dan jika keadaan mengijinkan
menghindari memotong di depan kapallain.
Penera pan Aturan 15
Aturan 15 menyebutkan menyimpang dari jalurnya dan tidak melakukan olah gerak apapun selain dari pada
memperhatikan kapal dalam situasi berpotongan. Beberapa kemungkinan yang ada:
1. Merubah haluan ke kanan, dengan mudah dan cepat diketahui oleh kapallain.
2. Mesin maju perlahan atau berhenti. Hal ini tidak mudah diamati dan memerlukan waktu yang lama
untuk mendapatka n hasil nya. Ini dila kukan untu k memberika n anda lebih banyak waktu untu k
mem perh itu ngkan situasi da n lebih muda h untu k teta p berada pada jal ur sesuai situasi, agar anda tida k
menyimpang dari rute anda.
3. Merubah haluan ke kiri. Ini tidak boleh dilakukan. Memotongan haluan kapal lain di depannya, sedapat
mungkin harus dihindari. Ini dimaksudkan bahwa anda harus yakin untuk berada pada jarak yang cukup
jika anda mengambil keputusan untuk memotong haluan kapallain.
63
~ \ -

...... -- ....
-...._

._
Gambar 71: Kapal yang dengan kapal lain berada pada sisi kanannya, harus menghindar (dan menghindari
memotong haluan kapal laln, serta menjaga haluan dan kecepatannva).
Gambar 72 : Kapal yang kecil memotong di depan haluan kapal container dalarn jarak yang dekat. Persoalan
tarnbahan adalah sector buta darl kapal container. Terdapat area di bagian depan kapal container yang tidak
dapat melihat darl anjungan karena terhalang oleh rnuatan di dek
Gambar 73: kapal jet foil terlihat ingin memotong di depan kapal container dalarn jarak yang dekat . Walupun
demikian jaraknva dianggap aman. Ini akibat darl kapal jet foil yang mempunyai kecepatan yang tinggi
64
Gambar 74: Kapal cepat ferry sedang memotong diantara dua kapal container
Gambar 75 : Kapal yang berusaha untuk memotong haluan, kesalahan yang dilakukan.
Gambar 76: llustrasl Aturan 15, Baringan antara kapal A dan Ctidak mengalami perobahan secara nvata. Kapal
Charus memberi jalan dan mengurangi kecepatannya. Kapal A memotong di depan haluan kapal Bdan C
65
Gambar 77 : llustrasl Aturan 15, Baringan antara kapal A dan Btldak mengalami perobahan secara nyata. Kapal
A memutuskan untuk merobah haluan ke kirl dan menambah kecepatannya. Maksud tsb dapat timbul untuk
memberi [alan bagl kapal A agar menghindari memotong haluan kapal B [ika memungkinkan.
Kapal B dilihat dari kapal A Kapal A dlllhat dari kapal B
Gambar 78 : llustrasl Aturan 15 .Baringan antara kapal A dan Btldak mengalami perobahan secara nyata. Kapal
A merobah haluan ke kanan dan menunjukkan aspek yang berbeda darl penerangan navlgasi. Kapal B
selanjutnya terlihat secara nyata perobahannya
Kapal B dillhat darl kapal A Kapal A dlllhat darl kapal B
Gambar 79 : llustrasl Aturan 15, Baringan antara kapal A dan Btldak mengalami perobahan secara nyata. Kapal
A merobah haluan ke kanan dan menunjukkan aspek yang berbeda darl penerangan navlgasl. Kapal B
selanjutnya terlihat secara nyata perobahannya
66
Aturan 16 : Tindakan kapal yang menyimpang (Hanya memuat 1 item)
Setiap kapal yang diwajibkan menyimpangi kapal lain, sepanjang keadaan memungkinkan, harus mengambil
tindakan dengan segera dan nyata untuk tetap bebas.
Aturan 17: Tindakan kapal yang bertahan(Terdiri dari 4 item)
(a) (i). Apabila salah satu dari kedua kapal diharuskan menyimpang, maka kapal yang lain harus
mempertahankan haluan dan keeepatannya.
(ii).Bagaimanapun juga kapal yang disebut terakhir In! boleh bertindak untuk menghindari
tubrukan dengan olah geraknya sendiri, segera setelah jelas baginya bahwa kapal yang diwajibkan
menyimpang itu tidak mengambil tindakan yang sesuai dalam memenuhi Aturan- aturan ini.
(b) Bilamana oleh sebab apapun, kapal yang diwajibkan mempertahankan haluan dan keeepatannya
mengetahui
dirinya berada terlalu dekat, sehingga tubrukan tidak dapat dihindari dengan tindakan oleh kapal yang
menyimpang itu saja, ia harus mengambil tindakan sedemikian rupa, sehingga merupakan bantuan yang
sebaik-baiknya untuk menghindari tubrukan.
(e) Kapal tenaga yang bertindak dalam situasi bersilangan sesuai dengan sub paragraf (a) (ii) aturan ini, untuk
menghindari tubrukan dengan kapal tenaga yang lain, jika keadaan mengijinkan, tidak boleh merubah
haluan ke kiri untuk kapal yang berada di lambung kirinya.
(d) Aturan ini tidak membebaskan kapal yang menyimpang dari kewajibannya untuk menghindari jalannya kapal
lain
Penerapan Aturan 17
a) (i) Bagian dari aturan ini menyatakan kewajiban dari kapal yang tidak memberi jalan (kapal yang bertahan)
untuk mempertahankan haluan dan keeepatannya. Hal ini muneul dalam aturan-aturan berikut ini :
Aturan 12 : dua kapallayar
Aturan 13 : menyusul,kapal yang akan disusul harus mempertahankan haluan dan keeepatannya.
Aturan 15 : kapal yang berpotongan, kapal yang kapallain berada di sebelah kirinya harus
mempertahankan haluan dan keeepatannya.
Aturan 18: Tanggungjawab antara kapal.
(ii) Jika kapal yang bertahan, mendapatkan bahwa kapal yang memberi jalan tidak mengambil tindakan
untuk menghindari bahaya tubrukan, ia diperbolehkan untuk bertindak. Hal ini sulit untuk ditentukan bila
saatnya tiba untuk dilakukan.
Beberapa faktor yang perlu diperhitungkan untuk bertindak adalah :
keeepatan saat mendekati, keeepatan ini biasanya lebih tinggi antara saat berpotongan
dibandingkan dengan saat sedang menyusul.
Bila mendekati sebuah pelabuhan anda akan ragu-ragu terhadap maksud kapallain di
saat-saat terakhir, bila dibandingkan dengan saat berlayar di laut lepas.
Kemampuan olah gerak dari kapal anda sendiri dan memperkirakan kemampuan olah
gerak dari kapallain.
b) Kapal yang berada terlalu dekat, yang mana kedua kapal terse but harus bertindak untuk menghindari bahaya
tubrukan. Kedua kapal tersebut harus bertindak hati-hati untuk masuk dalam situasi tersebut dan keduanya
dapat mempertahankan dengan penuh perhitungan untuk keadaan yang mereka hadapi. Keduanya kurang
memperhatikan untuk bertindak yang sesuai dan tepat waktunya. Pada saat tersebut tidak ada pembatasan
pada tindakan yang harus diambil untuk menghindari baya tubrukan.
Hal ini sering disarankan untuk beralih ke dalam situasi berhadapan
b) Rekomendasi untuk tindakan yang harus dilakukan jika sebuah kapal dalam situasi berpotongan di
e)
lambung kiri anda tidak boleh bertindak sesuai dengan aturan ini. Dalam situasi ini anda harus
menghindari untuk merubah haluan ke kiri.
67
Kemungkinan tindakan yang dilakukan adalah :
- Mengemudikan kapal dengan membelok ke kanan supaya sama dengan haluan kapallainnya.
Awasi kapallainnya dan jika ia tetap bertahan pada haluannya, kemungkinan tinggal
menurunkan kecepatan atau membuat kemudi cikar.
- Lakukan kemudi cikar kanan. Kapal dengan lingkaran putar yang kecil dapat
mempertimbangkan hentinya kapal seperti yang dapat diperoleh dengan akibat yang sama
kalau merubah haluan ke kanan.
Kapal yang diwajibkan untuk memberi jalan (kapal yang memberi jalan) harus diamati dengan ekstra hati-
hati, jika anda akan berhenti, perlambat kecepatan atau membuat lingkaran putar yang kecil. Seharusnya kapal
tsb dalam keadaan perlahan memutuskan untuk merobah haluan ke kanan, ia kemungkinan besar akan
mendekat dengan cepat. Sebelum mengambil tindakan anda harusnya memberi tahu lewat radio VHF bahwa
and a akan memberi jalan. Menghindar dari tindakan ini hanya merupakan suatu yang membuang-buang waktu.
Jika kedua kapal dilengkapi dengan AIS (Automatic Information System), ini akan menghemat waktu misalnya
nama dan ciri khas kapallainnya dapat diketahui. Untuk mencapai suatu pemahaman yang timbal balik biasanya
memerlukan waktu yang banyak dan beresiko.
dan kecepatan
Kapal yang bertahan
Pertahankan haluan
I$yarat peringatan
Mangambil tindaken
Untuk menghindari
tubrukan
Bila kapal yang bertahan mendekati
tubrukan tidak dapat dihindari, karen. upal
yang menghindar lambat mengambil
lindaken dia harus segera bertindak.

.
.
.
'.
'.
'.
....

.
.
I
\

.
.
,
I,

\
\

'\
\

~ Kemungkinan terjadi tubrukan


'.
'.
...
..
... Masing-masing kapal mem'.
berikan i_yarat yang diperlukan
\ untuk menunjukan suatu olah
\, gerak (&turan 34)
..
...
.
,
...
"
...
,
,
,
,
\.
..
I

.
,
Kapalyang
Menghindari diwa-
Jibkan keluar dr
jalanny.
Gambar 80: Tindakan kapal-kapal dalam situasi berpotongan sesuai aturan 17 a (ii)
68
Gambar 81: Kapal tunda dengan tundaannya merobah haluannva ke kiri, dengan
maksud me hindari bah tubrukan, suatu tlndakan akhir yang memungkinkan.
Gambar 82: Ilustrasi Aturan 17 a + c Kapal A menyimpulkan bahwa kapal Btidak melakukan tindakan yang
sesuai aturan Kapal A sekarang berwenang untuk mengambil tindakan tetapi harus menghindar untuk belok ke
kiri Kapal A rnelakukan clkar kanan
69
Gambar 83 : lIustrasi Aturan 17 b :
Kapal A dan B berada sangat dekat yang tidak memungkinkan kapal B (kapal yang memberi jalan) sendirian
mencegah tubrukan.Kapal A sekarang juga harus mengambil tindakan. la melakukannya dengan merubah
haluan ke kanan dan menyimpang haluannya dari kapal B
Gambar 84: lIustrasi Aturan 17 b,
KapaI A dan B berada sangat dekat yang tidak mem ungki nkan kapa I B (kapa I yang mem beri jal an) sendi ria
n
mencega h tu bru kan. KapaI A sekara ng juga harus menga mbi I ti ndaka n. la mela kukannya denga n meruba
h
haluan ke kanan tetapi sudah terlalu terlambat dan terlihat rnenvenggol kapal kontainer
Gambar 85: lIustrasi Aturan 17 b,
KapaI A dan B berada sangat dekat vang tidak mem ungki nkan kapa I B (kapa I va ng mem beri jal an) sendi ria
n
mencega h tu bru kan. KapaI A sekara ng juga harus menga mbil ti ndaka n. la mela kukannva denga n
memperla mbat
kecepata nnva
70
Gambar 86: lIustrasi Aturan 17 b:
KapaI A dan B berada sangat dekat yang tidak mem ungki nkan kapa I B (kapa I ya ng mem beri jal an) sendi ria
n
mencegah tubrukan. Kapal A sekarang juga harus mengambil tindakan. la memperlambat kecepatannya tetapi
terlambat untuk mencegah tubrukan.
Gambar 87: lIustrasi Aturan 17 b,
Kapal A dan B berada sangat dekat yang mana sebuah tubrukan tidak dapat dihindari oleh kapal B, kapal yang
memberi jalan. Kapal A sekarang harus mengambil tindakan sebaik mungkin. Kapal A melakukan perubahan
haluan yang besar ke arah kanan. Tindakan lebih lanjut adalah bahwa persoalan harus segera diselesaikan.
Kelemahannya adalah kapal kontainer terlambat untuk merubah haluan ke kanan. Ini dapat menjadi
konsekuensi yang serius bagi kapal A
Gambar 88 : lIustrasi Aturan 17 b,
Kapal A dan B berada sangat dekat yang mana sebuah tubrukan tidak dapat dihindari oleh kapal B, kapal yang
memberi jalan.Kapal A sekarang harus mengambil tindakan sebaik mungkin. Kapal A melakukan perubahan
haluan yang kecil ke arah kiri atau kanan. Tindakan lebih baik adalah :
Jika kapal tidak bertindak secara penuh,ia akan berpapasan dengan kapal pada jarak yang de kat.
Kapal juga harus merubah haluan dan a). menambah jarak untuk berpapasan b).Tabrakan tidak dapat
dihindari tetapi lokasi untuk berbenturan (di buritan) tidak dapat terhindar
71
Aturan 18 : Tanggung Jawab antar kapal (Terdiri dari 6 item)
Kecuali dalam Aturan 9,10 dan 13 disyaratkan lain:
(a) Kapal tenaga yang sedang berlayar harus menghindari jalannya :
(i) Kapal yang tidak dapat dikendalika n
(ii) Kapal yang terbatas kemampuan olah geraknya.
(iii) Kapal yang sedang menangkap ikan
(iv) Kapal layar
(b) Kapallayar yang sedang berlayar harus menghindari jalannya :
(i) Kapal yang tidak dapat dikendalika n
(ii) Kapal yang terbatas kemampuan olah geraknya
(iii) Kapal yang sedang menangkap ikan.
(c) Kapal yang sedang menangkap ikan sedang berlayar. sedapat mungkin harus menghindari jalannya :
(i) Kapal yang tidak dapat dikendalika n
(ii) Kapal yang terbatas kemampuan olah geraknya.
(d) (i) Setiap kapal, selai n kapaI ya ng dapat dikendal ikan ata u kapaI yang terbatas kema mpuan ola h
geraknya, jika keadaan mengijinkan, harus menghindari merintangi pelayaran aman dari kapal
yang terkeka ng oleh saratnya ya ng sedang mem perli hatkan isyarat-isya rat di atu ran 28.
(ii) Kapal yang terkekang oleh saratnya harus berlayar dengan waspada sehubungan dengan
keadaan khususnya.
(e) Pesawatterbang laut di air, pada umumnya harus membebaskan diri dari semua kapal, dan
menghindari untuk merintangi pelayaran mereka. Bagaimanapun juga dalam keadaan bilamana
terjadi bahaya tubrukan, ia harus memenuhi aturan-aturan dalam bagian ini.
(f) (i) Sebuah pesawat terbang WIG, bila sedang tinggal landas, mendarat atau terbang dekat
permukaan laut, harus tetap benar-benar jauh dari kapal-kapal laln dan menghindar untuk
merintangi navigasi kapallain.
(ii) Sebuah pesawat WIG yang sedang beroperasi di permukaan air harus mematuhi aturan dalam
bagian ini sebagai sebuah kapal tenaga
Penerapan Aturan 18
Gambar 89: Kapal Tenaga yang sedang berlayar harus
memberikan jalan bagi kapal yang terbatas kemampuan olah geraknya
72
Gambar 90: Kapal Tenaga (kapal keruk) harus memberi [alan kepada kapal lavar
Kapal keruk yang sedang mengeruk harus memperlihatkan penerangan dan sosok benda yang sesual aturan.
Kapallayar harus diberi [alan.
Seksi III
Aturan 19: Sikap Kapal Dalam Keadaan Tampak Terbatas (Terdiri dari 5 item)
(a) Atura n i ni berla ku bagl kapal-ka pal yang tidak saling melihat satu denga n yang Ial n blla mana sedang
berlayar di dalam atau di dekat daerah tampak terbatas.
(b) Setiap kapal harus bergerak dengan kecepatan arnan dlsesualkan dengan keadaan dan kondisi tarnpak
terbatas yang ada.Sebuah kapal tenaga harus mempersiapkan mesinnya untuk segera berolah gerak.
(c) Setiap kapal harus memperhatikan dengan cermat keadaan dan kondisi tampak terbatas yang ada, bllarnana
memenuhi aturan seksi I darl baglan ini.
(d) Kapal yang sedang mendeteksi adanva kapal lain dengan radar saja, harus menentukan apakah timbul
keadaan terlalu dekat dan/atau ada bahava tubrukan. Jlka demikian la harus mengambil tindakan untuk
menghindar dalarn waktu yang cukup dengan ketentuan bahwa bllarnana tindakan demikian terdiri darl
suatu perubahan haluan, rnaka sejauh mungkin harus dihindari:
(i) Perubahan haluan ke kiri. untuk kapal yang berada di muka arah melintang. selain kapal yang
sedang disusul.
(ii) Perubahan hal uan ke arah kapal di arah melintang atau di belakang arah melintang.
(e) Kecuali blla ditentukan bahwa bahava tubrukan tidak ada, rnaka setlap kapal yang mendengar lsvarat kabut
kapal lain berada di mujka arah melintangnya, atau tidak dapat menghindari keadaan terlalu dekat dengan
kapal lain yang berada di muka arah melintangnya, harus mengurangi kecepatan sarnpal serendah-
rendahnya dirnana dengan kecepatan ini ia masih dapat mempertahankan haluannva. Jika perlu, ia harus
menghilangkan kecepatannya sama sekali dan apapun yang terjadi harus berlayar dengan waspada dan hati-
hati sampai bahaya tubrukan berlalu.
73

~>""'I
I
~" "00: ... 240 ..
about 3 mile : .' ...., 3
: :' 0'"

'·2 ':, .... a whitelight was seen,

-. 2.5min ""'k~,,...../ hard to starboar2 min. before collision


"'" before collision ./
visbility was . . .' I' I
seeing the red and green IgltS,
reducing to less (han'··.. " altering course to port
3 miles (raining) ···.,.3 ~
seemg green light of"E"
and it disappeared in the rain soon
t
radar echo on the
starboard, about Smiles off
George 15kn
echo of "E"6° on starb. bow
Ercole
13 kn
echo or'b"on port bow
echo o(<:;"lost in the clutter of radar
alteration of 10 to starboard
0

Gambar 91: Contoh kasus kecelakaan antara kapal ERCOLdan kapal George
Penera pan Aturan 19
a) Sebuah kapal yang berada dekat daerah tampak terbatas harus juga mengikuti persvaratan yang diterapkan
untuk situasl tarnpak terbatas, sesual dengan aturan yang ada.
Oi daerah tarnpak terbatas, Perwira jaga harus memperhatikan hal-hal berikut ini :
- lsvarat bunyi
- Memberi tahu Nakhoda mengenai sltuasl yang terkait dengan dava tampak terbatas
- Menyesuaikan kecepatan arnan terhadap perubahan sltuasl
- Menghidupkan sebuah mesin kemudi ekstra [lka diperlukan
- Minta tarnbahan ABK untuk melakukan tugas tarnbahan. Salah satu tugas tarnbahan tersebut yaitu
mengoperasikan radar kedua.
b) Pengaturan kecepatan tergantung dari :
Tingkat dava tampak terbatas
Kecepatan kapal
Sifat olah gerak kapal
Kepadatan lalu llntas
Bahaya navigasi yang ada dalarn route pelavaran
BAGIAN C : PENERANGANDAN SOSOKBENDA
Aturan 20: Pemberlakuan (Terdiri dari 5 item)
(a) Aturan dalarn bagian ini harus dltaatl dalarn semua keadaan.
(b) Aturan-aturan mengenai penerangan harus dltaatl mulai dari mataharl terbenam sampal mataharl terbit,
dan selarna waktu tersebut tidak boleh diperllhatkan penerangan lain, kecuall penerangan yang demikian itu
tidak menimbulkan kekellruan dengan penerangan-penerangan yang dirinci dalarn aturan-aturan ini atau
tidak melemahkan dava tarnpaknva atau bertentangan karakternva atau merintangi terlaksananva
pengarnatan kelilingyang lavak.
74
(e) Penerangan yang ditetapkan dalam aturan ini jika dlpasang, juga diperlihatkan mulai dari matahari terbit
sarnpal rnataharl terbenam dalarn keadaan tampak terbatas dan boleh diperlihatkan dalarn semua keadaan
lain bila dianggap perlu.
(d) Aturan mengenai sosok benda harus dipenuhi pada siang hari
(e) Penerangan dan sosok benda yang diperlihatkan dalam aturan ini, harus memenuhi ketentuan Tambahan
pada aturan ini.
Penerapan Aturan 20
b) Lampu kerja yang terlalu terang dapat mengelabui penerangan yang ditetapkan.
e) Banyak kapal akan mematikan penerangan navigasinya sepanjang hari. Sebuah alarm dibunyikan bila
penerangan yang ditetapkan tidak dinyalakan.
d) Warna sosok benda biasanya hitam
Gambar 92: Kapal pandu sedang mengawal kapal yang sedang menunda
Gambar 93 : Tiang kapal, dipasang beberapa penerangan, bendera kapal, bendera pandu dan dua buah antena
radar (3 em dan 10 am)
75
Aturan 21: Definisi-definisi (Terdiri dari 6 item)
(a) "Penerangan tiang" berarti sebuah penerangan putih yang ditempatkan diatas sumbu muka belakang
kapal, memperlihatkan cahaya yang tidak terputus-putus meliputi busur cakrawala 225° dan dipasang
sedemikian rupa sehingga memperlihatkan cahaya dari lurus ke depan sampai 22,5° di belakang arah
melintang pada setiap sisi kapal.
(b) "Penerangan lam bung" berarti sebuah penerangan hijau di lambung kanan dan sebuah penerangan
merah di lam bung kiri, masing-masing memperlihatkan cahaya yang tidak terputus-putus meliputi busur
cakrawala 112,5° dan dipasang sedemikian rupa sehingga memperlihatkan cahaya dari lurus ke depan
sampai 22,5° di belakang arah melintang pada sisi yang bersangkutan.
Di kapal yang panjangnya kurang dari 20 m penerangan-penerangan lambung boleh digabung dalam
satu lentera, dipasang di atas sumbu muka belakang kapal.
(c)"Penerangan buritan" berarti sebuah penerangan putih yang ditempatkan sedapat mungkin yang dapat
dilaksanakan di buritan memperlihatkan cahaya yang tidak terputus-putus meliputi busur cakrawala
135° dan dipasang sedemikian rupa, sehingga memperlihatkan cahaya 67,5° dari lurus ke belakang pada
setiap sisi kapal.
(d) "Penerangan tunda" berarti sebuah penerangan kuning yang mempunyai ciri-ciri yang sama dengan
"penerangan buritan" yang didefinisikan dalam paragraphlc) Aturan ini.
Penerangan tiang warna putih, 2250
WhiteMasthead light, 225°
Jaraktampak6 mile
Penerangan hijau lam bung kanan, 112,5°
GreenSide light, 112,5°
Jaraktampak3 mile
Penerangan Merah lam bung kiri, 112,5°
RedSiclelight,112,5°
Jaraktampak3 mile
Penerang an lam bung
Digabung dalam satu lentera
Gambar 94: Berbagai ukuran penerangan tiang dan penerangan lambung
76
Penerangan buritan wama
putih,135°
,white Stem light, 1350
Jaraktampak3 mile
Penerangan buritan wama
putih,1350
,white Stern light, 1350
Jaraktampak3 mile
Penerangan tunda wama
kuning, 1350
lYellow towing light, 1350
Jaraktampak 3 mile
Gambar 95: Berbagai ukuran penerangan buritan dan penerangan tunda
(e) "Penerangan keliling" berarti penerangan yang memperlihatkan cahaya yang tidak terputus-putus meliputi
busur cakrawala 3600
(f) "Penerangan cerlang" berarti penerangan berkedap kedip dengan selang beraturan pada frekuensi 120
kedipan atau lebih setiap menit.
Penera ngan mera h keliling, 3600
Red allround3600
Jaraktampak3 mile
Peneranganputihkefllmg, 3600
White allround3600
Jaraktampak 2 mile
Penera ngan hija u keliling, 3600
Greenallround3600
Jaraktampak3 mile

IIiiit
Penerangan kuning keliling, 3600
Yellow a IIround 3600
Jaraktampak 3 mile
Gambar 96: Berbagai bentuk, ukuran dan warna penerangan keliling
77
Gambar 97 : Busur tarnpak penerangan dalam aturan 21
Gambar 98 : Dalam keadaan penglihatan terbatas, penerangan harus diperlihatkan sejak matahari terbit sampai
matahari terbenam
78
-

.
-

L
,.",.. ,.,.".,_ s.... allIIIIIId.. Qr..,SllfeIJlflt.112,f'
.... k1lnpll3 RIle ........... SIIIIe .......... 3...
Gambar 99: Ukuran dan jenis penerangan yang disertifikasi untuk digunakan di kapal yang panjangnya > 20
meter(single lens) product by PERKO
._..I",l_ •
RIItI .. __, .._... ... .. RJVlf!IILI!IIN;. ,..
............ 31111e paIIl3-.11e
Gambar 100: Ukuran dan bentuk berbagai penerangan yang disertifikasi untuk digunakan di kapal yang
panjangnya 20> meter (double lens), Product by PERKO
79
- - - ---- -
Gambar 101 : Berbagai jenis dan ukuran penerangan yang disertifikasi untuk digunakan di kapal yang
panjangnya 20 sId 50 meter. Product by PERKO
Penerapan Aturan 21
Seringkali berkas sinar penerangan terlihat lebih besar dari busur sinar yang ditentukan. Manfaatnya
sebagai berikut :
Menghindari sektor buta (blind sector)
Dapat memungkinkan untuk dapat dilihat kedua sisi penerangan lambung bila berada pada situasi saling
berhadapan (head-on situation). Lihat Aturan tambahan Seksi 9.
Pedoman (surat pedoman)
Navigator sering menggunakan istilah arah pedoman atau surat pedoman. Mawar pedoman dibagi dalam
32 surat. Ini maksudnya bahwa setiap surat nilainya adalah 360°/32 = 11y,;°. Sebuah penerangan lambung
bersinar kearah horisontal sebesar 112)12°,ini sama denga n 10 surat (112)12/11y,;0).
Sudut sebesar 90° sama dengan 8 surat dan itu maksudnya bahwa penerangan lambung bersinar lebih dari
busur sinar horisontal yang ditentukan yaitu sampai dengan 2 surat ke arah belakang kapal.
Gambar 102 : Penerangan tiang depan sebuah kapal penumpang.
Banyak kapal memiliki penerangan navigasi ganda
80
Aturan 22 : Daya tampak Penerangan (Terdiri dari 4 item)
Penerangan yang ditetapkan dalam Aturan ini harus mempunyai intensitas seperti yang diperinei dalam Seksi
8 dari Ketentuan Tambahan I sehingga kelihatan pada jarakjangkauan minimum sebagai berikut:
(a) Oi kapal-kapal yang panjangnya 50 m atau lebih :
- Penerangan tiang, 6 mil
- Penerangan lambung, 3 mil
- Penerangan buritan, 3 mil
- Penerangan tunda, 3 mil
- Penerangan keliling warna putih, merah, hijau atau
kuning, 3 mil.
(b) Oi kapal-kapal yang panjangnya 12 m atau lebih tetapi kurang dari 50 m :
- Penerangan tiang, 5 mil, keeuali apabila
panjang kapal kurang dari 20 rn, 3 mil
- Penerangan larnbung, 2 mil
- Penerangan buritan, 2 mil
- Penerangan tunda, 2 mil
- Penerangan keliling warna putih, merah, hijau atau kuning keliling, 2 mil.
(e) Oikapal-kapal yang panjangnya kurang dari 12 m :
- Penerangan tiang, 2 mil
- Penerangan lambung, 1 mil
- Penerangan buritan, 2 mil
- Penerangan tunda, 2 mil
- Penerangan keliling warna putih, merah, hijau atau kuning, 2 mil.
(d) Oi kapal-kapal ataupun benda-benda lainnya yang sebagian badannya tenggelam sehingga tidak jelas
ujudnya, yang sedang ditunda :
- penerangan keliling putih, 3 mil
Penerapan Aturan 22
Jenis Penerangan Warna Penempatan Oaya Arah lebih
tampak maximum
Penerangan
Putih
Pada garis tengah
2,3,6 atau 6
50, setiap sisi
tiang
mil
Penerangan lambung Hijau atau merah
Pada /dekat sisi l,2,atau 3
50 arah belakang, 30
masing2 mil arah depan
Penerangan buritan Putih Sedekat mungkin 2 atau 3 mil
50 Setiap sisinya
di bagian buritan
Penerangan tunda Kuning Oi bagian buritan
2 atau 3 mil
50 Setiap sisinya
Penerangan keliling Putih, merah, Oi tempat yang 2 atau 3 mil
-
hijau atau Kuning terlihat jelas
Aturan 23 : Kapal Tenaga Yang Sedang Berlayar (Terdiri dari 4 item)
(a) Kapal tenaga yang sedang berlayar harus memperlihatkan:
i. penerangan tiang depan ;
ii. penerangan tiang kedua belakang (warna putih) dan lebih tinggi dari penerangan tiang depan,
keeuali kapal yang panjang kurang dari 50 m tidak diwajibkan tapi boleh memperlihatkan;
iii. penerangan lambung ;
81
iv, penerangan buritan (warna putih)
Power-driven vessel, under way.
--- ~~12' /
225d~ g
,
\

//
r\\

\ \\
" « ••
~ .. ~
)
Gambar 103: Berkas sinar penerangan yang disyaratkan dipasang di kapal sesuai aturan 23 a dan 24 a
Power-driven vessel, less than 50 metres in length, under way.
Gambar 104: Penerangan yang dipasang pada kapal tenaga yang sedang berlayar, panjang kapal <50 m
(b) Kapal denga n banta Ian udara jika bertugas ta npa berat benaman, disa mping penera ngan yang telah
disebutkan dalam Paragraf (a) Aturan ini, harus memperlihatkan juga penerangan cerlang keliling warna
kuning
Gambar 105 : Kapal tanpa berat benaman yang sedang berlayar
82
(c) Sebuah kapal WIG, hanya saat sedang tinggal landas, rnendarat dan sedang terbang dekat perrnukaan air,
disamping penerangan yang disebutkan dalarn Paragraf (a) Aturan ini harus memperlihatkan juga
penera ngan cerlang merah kelil ing dengan i ntensitas ya ng ti nggi.
(d) i) kapal tenaga, panjang kurang dari 12 m sebagal pengganti penerangan sesuai Paragraf(a) Aturan ini
boleh memperlihatkan penerangan putih keliling dan penerangan lambung
ii) kapal tenaga, panjang kurang darl 7 m kecepatan < 7 knot sebagal pengganti
penerangan sesuai Paragraf (a) Aturan ini boleh memperlihatkan penerangan putih keliling dan
penerangan lambung
iii) Penerangan tiang depan atau penerangan putih keliling pada sebuah kapal tenaga yang panjangnya kurang
dari 12 m, boleh diperlihatkan di tengah arah rnuka-belakang kapal, apablla penerangan pada garis
tengah ini tldak dapat dilakukan, dengan ketentuan bahwa penerangan lambung yang digabung dalarn
satu lentera kombinasi yang ditempatkan pada garls tengah rnuka-belakang kapal atau ditempatkan
sedekat mungkin dapat dllakukan, pada garis rnuka-belakang kapal sebagal penerangan tiang depat
atau penerangan putih keliling.
Pen era pan Aturan 23
a) Kapal tenaga dengan panjang kapal kurang dari 50 meter sebaiknya menempatkan sebuah penerangan tiang
tarnbahan. Ini lebih arnan darl pada hanya memiliki satu penerangan tiang depan, karena :
- Hal ini akan lebih mudah kapal Ialn untuk menentukan aspeknva.
- Kapallain dapat menentukan lebih cepat perubahan aspek tersebut.
b) Haluan sejati sebuah kapal dengan bantalan udara dapat dibedakan secara nvata darl haluannva,
teristimewa bila kapal terse but mengalami rintangan angin yang kuat. Ini dapat berarti bahwa penerangan
navigasi men unju kkan haluan yang tlda k berada pada haIuan sejati. Untu k mengi ngatka n fenomena in i
rnaka
sebuah kapal dengan banta Ian udara harus memperlihatkan sebuah penerangan cerlang kuning.
Gambar 106: Kapal tenaga yang sedang berlayar
83
Gambar 107: Kapal tenaga yang sedang berlayar
DlUhat dari ~
Dilihat dari buritan
Gambar 108: Ilustrasi Aturan 23 a, sebuah kapal tenaga, panjang kapal kurang dr SOm,
perlihatkan penerangan tiang ke 2
84
Dilihat dari arah depan sisi kanan
Dilihat dari arah sisi kanan
Dilihat dari arah depan
Dilihat dari arah dua surat ke belakang sisi kiri
Dilihat dari arah sisi kiri
Dllihat dari arah buritan
Gambar 109 : Ilustrasi Aturan 23 a, sebuah kapal tenaga, panjang kapallebih dr SOm, pelihatkan penerangan
tiang ke 2
85
Dilihat dari araI'T lambung kanan
Dilihat dari arah dua surat sebelah kiri dari buritan
Dilihal dari linlh depart Dllihat din arah belilkilng
Gambar 110: lIustrasi Aturan 23 b, Kapal dengan bantalan udara. Memperlihatkan penerangan cerlang kuning
keliling, dan penerangan navigasi lainnya
86
Gambar 111 : Ilustrasi Aturan 23 d(i), sebuah kapal tenaga, panjang kapal kurang dari 20m,
memperlihatkan penerangan putih keliling, pengganti penerangan tiang depan
87
Aturan 24 : Menunda dan Mendorong (Terdiri dari 9 item)
(a) Kapal Tenaga, bila sedang menunda harus memperlihatkan :
i. sebagai pengganti penerangan yang diatur dalam Aturan 23 (a),(i) atau (a).(ii) dua penerangan tiang
bersusun tegak, bilamana panjang tundaan diukur dari buritan kapal yang menunda sampai buritan
kapal yang ditunda lebih dari 200 meter, tiga penerangan tiang bersusun tegak.
ii. penerangan lambung
iii. penerangan buritan
iv. penerangan tunda, tegak diatas penerangan buritan
v. Bilamana panjang tundaan lebih dari 200 m, sasak benda berbentuk belah ketupat, di tempat yang
kelihatan sejelas-jelasnya
(b) Bila kapal yang mendarong dan kapal yang didarong ke depan dihubungkan seeara kuat dalam satu
rangkaian tetap maka keduanya dianggap sebagai sebuah kapal tenaga dan harus memperlihatkan
penerangan-penerangan sesuai dengan Aturan 23.
(e) Kapal tenaga bila mendarong ke muka atau menggandeng samping keeuali dalam rangkaian tetap, harus
memperlihatkan :
i. Sebagai pengganti penerangan yang diatur dalam Aturan 23, ali) atau a(ii),dua penerangan tiang
depan bersusun tegak.
ii. penerangan lambung
III. sebuah penerangan buritan
Kapal tenaga yang sedang menunda atau mendarong dimuka, sehubungan dengan panjang kapalnya juga
harus memperlihatkan penerangan tiang belakang.
(d) Kapal tenaga yang diberlakukan ketentuan paragraf (a) atau (e) juga harus memenuhi Aturan 23(a). (ii).
(e) Kapal atau benda yang ditunda keeuali yang tersebut dalam paragraf (g) Aturan ini harus memperlihatkan:
i. Penerangan lambung
ii. Penerangan buritan
iii. Bilamana panjang tundaan lebih dari 200 m, di tempat yang dapat kelihatan sebaik-baiknya, sebuah
sasak benda yang berbentuk belah ketupat.
(f) Dengan ketentuan berapapun jumlah kapal- kapal yang didarong di depan atau digandeng samping dalam
kelampak, harus diberi penerangan sebagai satu kapal :
i. Kapal yang didarang di depan, bukan kegiatan dari rangkaian tetap, harus memperlihatkan
penerangan-penerangan lambung di ujung depan
ii. Kapal yang digandeng samping, harus memperlihatkan penerangan buritan dan penerangan lambung
di ujung depan
88
Pandangan pada lambung kanan depar Pandangan pada 2 surat lambung kiri belakang
Dilihat ke lambung kanan Dilihat ke lambung kiri
Dilihat pada haluan/depan Dilihat pada buritan
Gambar 112: Ilustrasi Aturan 24 a, Sebuah kapal tunda dengan tundaannya. Panjang kapal tunda kurang dari
50 m dan panjang tundaan kurang dari 200 m
89
Pandangan pada lambung kanan depan
Pandangan pada lambung kanan
Pandangan pada haluan
Pandangan pada 2 surat lambung kiri belakang
Pandangan pada lambung kiri
Pandangan pada buritan
Gambar 113 : lIuatrasi Aturan 24a, Sebuah kapal tunda dengan tundaannya. Panjang kapal tunda lebih dari 50
m dan panjang tundaan lebih dari 200 m
90
Pandangan pada lambung kanan depar Pandangan pada 2 surat lambung kiri belakang
Pandangan pada lambung kanan
Pandangan pada haluan
Pandangan pada lambung kin
Pandangan pada buritan
Gambar 114: Ilustrasi Aturan 24 c dan 24 f, Kapal yang sedang mendorong
91
Pandanaan pada lambuna kanan deoan ancanaan pada 2 surat lambunq kiri belakanq
Pandangan pada haluan
Gambar 115: Ilustrasi Aturan 24 c dan 24 f, Kapal yang sedang menggandeng
92
(g) Kapal atau benda lainnya yang sebagian tenggelam di air sehingga tidak nyata ujud rupanya, atau gabungan
kapal-kapal ataupun benda yang demikian yang sedang ditunda, harus memperlihatkan :
i. jika lebar kurang dari 25 rn, satu penerangan keliling warna putih pada atau di dekat ujung haluan/muka
dan satu penerangan keliling putih lagi pada atau di dekat ujung buritan/belakang, kecuali bahwa
bentuk itu tidak mungkin memperlihatkan penerangan pada atau di dekat ujung haluan/muka.
ii. Jika lebarnya 25 m atau lebih, dua penerangan keliling putih tambahan pada atau dekat ujung-ujung
lebarnya.
iii. Apabila panjangnya lebih dari 100 m, tambahan penerangan keliling putih diantara penerangan yang
diisya ratkan dalam Sub Paragraph (i) dan (ii) diletakkan sedemikian rupa sehingga jarak antara
penerangan tadi tidak melebihi 100 m.
iv. Sasak benda berupa belah ketupat pada atau di dekat ujung buritan/belakang kapal atau benda yang
ditunda yang paling belakang, dan bila panjang tundaan lebih dari 200 m, sasak benda berupa belah
ketupat tambahan di tempatkan pada tempat yang paling jelas kelihatan serta sejauh mungkin di depan
yang dapat dilaksanakan.
(h) Dimana aleh sebab apapun yang cukup beralasan, kapal atau suatu benda yang sedang ditunda tidak dapat
melaksanakan pemasangan penerangan-penerangan ataupun sasak benda yang diatur dalam paragraph (e)
atau (g), dari aturan ini, semua usaha harus dilaksanakan untuk memberi berpenerangan pada kapal atau
sesuatu benda yang sedang ditunda itu, atau setidak-tidaknya menunjukkan akan adanya kapal atau sesuatu
benda yang demikian itu.
Pandanqan pada lambung kanan depan Pandangan pada 2 surat lambung kiri belakang
93
Pandangan pada haluan Pandangan pad a buritan
Gambar 116: Ilustrasi Aturan 24 g, Kapal tunda dengan tundaan yang tidak jelas ujudnya
Panja ng kapaI tunda kura ng dari 50 m dan panja ng tundaan lebih dari 200 m
Gambar 117: Kapal tunda dengan tundaan lebih dari 200 m
Kapal yang menunda dan kapal yang ditunda (pada siang hari) memperlihatkan
sosok belah ketupat sesuai aturan 24 a (v) dan aturan 24e (iii)
94
(i) Dimana oleh sebab yang cukup beralasan, tidak dapat dilaksanakan bagi kapal yang tidak biasa melakukan
tugas penundaan untuk memperlihatkan penerangan sesuai yang disyaratkan dalam paragraph (a) atau (c)
dari Aturan ini, kapal yang demikian tidak diwajibkan memperlihatkan penerangan tersebut bila melakukan
penundaan terhadap kapal lain yang dalam bahaya atau kapal lain yang memerlukan pertolongan. Semua
usaha yang mungkin harus dilakuka n untuk menunjukkan adanya keterhubungan antara kapal ya ng
menunda dan kapal yang ditunda sebagaimana ditentukan oleh Aturan 36, terutama dengan memberi
penerangan pada tali tundanya.
Penerapan Aturan 24
b) Panjang tundaan : adalah jarak antara buritan kapal yang menunda dengan buritan kapal terakhir yang
ditunda.
Jumlah penerangan tiang yang diperlihatkan ada satu dibawah dari penerangan tiang lainnya
merupakan indikasi panjang tundaan.
Pada kenyataan bahwa kapal tunda memperlihatkan dua atau tiga penerangan tiang tidak mengartikan
bahwa kapal tunda dan kapal yang ditunda tidak dapat dikendalikan atau kemampuan olah geraknya
terbatas.
Dengan memperhatikan kapal yang memberi jalan, sebuah kapal tunda dan tundaannya, harus
bertindak sebagai sebuah kapal tenaga lainnya.
Penerangan tunda adalah sebuah penerangan kuning yang sifatnya sama dengan penerangan buritan,
memberikan peringatan bagi kapallain yang berlayar mendekati tundaan dari arah belakang. Kecuali
ini memungkinkan bahwa kapal tersebut tidak dapat dikenal.Hal ini terjadi bahwa sebuah tundaan
seolah-olah sebuah kapallayar. Selama berlayar di laut Iepas, panjang tali tundaan dapat berkisar antara
1200 sid 1400 meter.
e) Bila panjang tundaan lebih dari 200 rn, maka kedua-duanya, kapal yang menunda dan kapal yang ditunda
harus memperlihatkan sosok benda belah ketupat selama siang hari dan dapat dilihat dengan jelas.
g) Kapal yang disebutkan disini adalah sejenis tongkang yang khusus dibuat untuk mengangkut zat cairo
Aturan 25 : Kapallayar yang sedang berlayar dan kapal yang digerakkan dengan dayung
(Terdiri dari 5 item)
(a) Kapallayar yang sedang berlayar harus memperlihatkan :
i. penerangan lambung
ii. penerangan buritan
(b) Pada kapal layar yang panjangnya kurang dari 20 rn, penerangan yang diatur dalam paragraph (a) boleh
digabung dalam sebuah lantera, dipasang pada atau di dekat puncak tiang dimana dapat dilihat dengan
jelas.
(c) Kapal layar yang sedang berlayar, sebagai tambahan penerangan di dalam paragraph (a) boleh
memperlihatkan di puncak atau di dekat puncak di tempat yang sebaik-baiknya, dua penerangan keliling
(d)
bersusun tegak, di atas berwarna merah dan dibawah hijau, tetapi penerangan ini tidak boleh diperlihatkan
bersama-sama dengan lentera kombinasi yang diperbolehkan dalam paragraph (b)
i. Kapallayar yang panjangnya kurang dari 7 m, jika dapat dilaksanakan harus memperlihatkan penerangan
yang diatur dalam paragraph (a) atau (b), tetapi jika tidak, ia harus memperlihatkan lampu senter atau
lentera yang menyala dengan cahaya putih yang harus diperlihatkan dalam waktu yang cukup untuk
mencegah tubrukan.
ii. kapal yang digerakkan dengan dayung boleh memperlihatkan penerangan yang diatur dalam aturan ini
untuk kapal lavar, tetapi jika tidak, ia harus menyiapkan lampu senter atau lentera yang menyala dengan
cahaya putih yang harus diperlihatkan dalam waktu yang cukup untuk mencegah tubrukan
95
(e) Kapal layar bila sedang berlayar juga digerakkan dengan tenaga mesin, harus memperlihatkan di depan,
dimana sasak benda terse but dapat terlihat dengan sebaik-baiknya, berupa sebuah sasak benda kerucut
ke bawah.
Pandangan pada lambung kanan depai Pandangan pada 2 surat lambung kiri belakang
Pandangan pada haluan Pandangan pada buritan
Gambar 118: Ilustrasi Aturan 25 b, Kapallayar yang sedang berlayar memperlihatkan lampu lantera
kambinasi (penerangan lambung dan buritan dalam satu lantera)
96
Pandangan pacta lambung kanan
Fandangan pada lambLIng kiri
Gambar 119: Ilustrasi Aturan 25 c, Kapallayar yang sedang berlayar boleh memperlihatkan dua penerangan
keliling bersusun tegak. Penerangan merah diatas penerangan hijau
97
Aturan 26 : Kapal Penangkap Ikan (Terdiri dari 5 item)
(a) Kapal yang sedang menangkap ikan, balk yang sedang berlayar maupun berlabuh jangkar, harus
memperlihatkan hanya penerangan dan sosok benda yang diatur dalam Aturan ini.
(b) Kapal yang sedang mendogol, berartl menggaruk pukat tarlk atau alat tangkap lainnya dalam air yang
digunakan untuk menangkap Ikan, harus memperlihatkan :
i. Dua penerangan kellling bersusun tegak, diatas hijau dan dibawah putih, atau sosok benda terdiri darl
dua buah kerucut bersusun tegak dengan puncak sallng bertumpu.
ii. Sebuah penerangan tiang dl belakang dan lebih tinggi dari penerangan keliling hijau, kapal yang
panjangnya kurang darl 50 m, tldak diwajibkan memperlihatkan penerangan ini, tetapl boleh
memperlihatka nnya.
iii. Bila mempunyai laju terhadap air, sebagal tarnbahan penerangan yang diatur dalam paragraph ini,
memasang penerangan lambung dan penerangan buritan
Gambar 121: Kapal penangkap lkan yang memperlihatkan sosok benda sesual dengan
aturan 26 c (i) dan 26 c (ii)
98
(e) Kapal yang sedang menangkap ikan, selain mendogol harus memperlihatkan :
i. Dua penerangan keliling bersusun tegak, diatas merah dan dibawah putih, atau dua buah kerueut dengan
puneak saling bertumpu bersusun tegak.
ii. Bila alat penangkap ikannya menjulur mendatar lebih dari 150 meter dari kapal, sebuah penerangan
keliling putih atau sebuah kerueut dengan puneak ke atas ke arah alat penangkap itu.
III. Bila mempunyai laju terhadap air, sebagai tambahan penerangan yang diatur dalam paragraph ini
memasang penerangan lambung dan penerangan buritan.
(d) Kapal yang sedang menangkap ikan berdekatan dengan kapal penangkap ikan lainnya, boleh
memperlihatkan
isyarat-isyarat tambahan yang diatur dalam Ketentuan Tambahan II dalam Peraturan ini.
Gambar 122 : Ilustrasi Aturan 26 b. Kapal penangkap ikan dengan panjang kurang dari 50 m sedang
menangkap
ikan dengan jaring trawl, melaju di air.
99
Pandangan pada lambung kanan depar Pandangan pada 2 surat lambung kiri belakang
Pandangan pada lambung kanan Pandangan pada lambung kiri
Pandangan pada haluan
Gambar 123 : Ilustrasi Aturan 26 b. Kapal penangkap ikan dengan panjang lebih dari 50 m sedang menangkap
ikan dengan jaring trawl, melaju di air.
100
Pandangan pada lambung kanan depan Pandangan pada 2 surat lambung kiri belakang
Pandangan pada haluan Pandangan pada buritan
Gambar 124 : Ilustrasi Aturan 26c, Kapal penangkap ikan sedang menangkap ikan bukan dengan jaring trawl,
alat tangkap menjulur keluar sepanjang 150 meter
101
Pandangan pada lambung kanan depan
Pandangan pada 2 surat lambung kiri belakang
Pandangan pada haluan Pandangan pada buritan
Gambar 125: lustrasi Aturan 26c, Kapal penangkap ikan sedang menangkap ikan bukan dengan jaring trawl,
alat tangkap menjulur keluar sepanjang 150 meter. Kapal sedang melaju dia air
102
(e) Kapal bilamana tidak sedang menangkap ikan tidak baleh memperlihatkan penerangan atau sasak benda
yang diatur dim Aturan ini, tetapi hanya penerangan dan sasak benda yang diatur bagi kapal-kapal sesuai
dengan panjangnya.
Penerapan Aturan 26
(a) Sebuah kapal dikatakan sedang menangkap ikan bila eara penangkapan ikan termasuk menggunakan alat
tangkap yang menyebabkan kemampuan olah geraknya terbatas. Sejauh kapal tersebut mampu melakukan
olah geraknya maka kapal tersebut tidak termasuk dalam kapal yang sedang menangkap ikan.
(b) + (e) dua aturan ini pertama-tama menyatakan "melaju di air". Untuk lebih jelasnya kita pegang penerapan
Aturan 3 dan pada tabel dalam penerapan Aturan 27.
(e) Lampiran II seeara garis besar merupakan penerangan tambahan yang digunakan kapal trawl yang sedang
menangkap ikan seeara bergandengan. Sesuai dengan Peraturan Internasianal Meneegah Tubrukan di Laut,
penerangan tersebut tidak menjadi pertimbangan.
Aturan 27: Kapal yang tidak dapat diolah gerak dan kapal yang terbatas kemampuan olah
geraknya
(Terdiri dari 8 item)
(a) Kapal yang tidak dapat dikendalikan harus memperlihatkan :
i. Dua penerangan merah keliling bersusun tegak di tempatkan yang kelihatan sebaik-baiknya.
ii. Dua bola atau sasak benda berbentuk bola bersusun tegak di tempat yang kelihatan sebaik-baiknya.
iii. Bilamana sedang melaju terhadap air, sebagai tambahan penerangan yang diatur dalam paragraph ini,
dipasangjuga penerangan lambung dan penerangan buritan.
(b) Kapal yang terbatas kemampuan olah geraknya, keeuali kapal yang sedang melakukan kegiatan
pembersihan ranjau, harus memperlihatkan :
i. Tiga buah penerangan keliling bersusun tegak di tempat yang kelihatan sebaik-baiknya.
Penerangan yang teratas dan yang terbawah merah dan yang di tengah putih.
ii. Tiga buah sasak benda bersusun tegak di tempat yang kelihatan sebaik-baiknya. Sasak benda yang
teratas dan yang terbawah berbentuk bola dan yang di tengah belah ketupat.
iii. Bilamana mempunyai laju terhadap air, sebagai tambahan penerangan sub paragraph (i) di atas,
penerangan tiang depan atau penerangan tiang, penerangan lambung dan penerangan buritan
iv. Bilamana berlabuh jangkar, sebagai tambahan penerangan dan sasak benda sub paragraph (i) dan (ii],
penerangan atau sasak benda yang diatur dalam Aturan 30.
(e) Kapal tenaga yang melaksanakan kegiatan penundaan sedemikian rupa sehingga membuat sangat terbatas
baginya dan bagi tundaannya untuk menyimpang dari haluannya, sebagai tambahan pada penerangan atau
sasak benda yang diatur dalam Aturan 24 (al, harus memperlihatkan penerangan atau sasak benda yang
diatur dalam sub paragraph (b) (i) dan (ii) Aturan ini.
(d) Kapal yang sedang mengeruk atau melakukan kegiatan dalam air, bilamana terbatas kemampuan olah
geraknya, harus memperlihatkan penerangan dan sasak benda yang diatur dalam sub paragraph (b) (i), (ii),
(iii) Aturan ini dan bilamana ada rintangan sebagai tambahan harus menunjukan :
i. Dua penerangan keliling merah atau dua buah bola bersusun tegak untuk menunjukan sisi yang
te rda pat ri nta ngan.
ii. Dua penerangan keliling hijau atau dua buah belah ketupat bersusun tegak dimana kapal lain baleh
lewat.
iii. Bila sedang berlabuh jangkar harus memperlihatkan penerangan atau sasak benda yang diatur dalam
paragraph ini, sebagai pengganti penerangan dan sasak benda yang diatur dalam Aturan 30.
(e) Apabila ukuran kapal yang sedang melaksanakan kegiatan penyelaman membuat tidak mungkin
memperlihatkan semua penerangan dan sasak benda yang diatur dalam paragraph (d) dari Aturan ini, harus
memperlihatkan yang berikut ini :
103
i. Tiga penerangan keliling yang disusun secara tegak dan ditempatkan pada tempat yang dapat kelihatan
sejelas-jelasnya. Penerangan teratas dan terbawah berwarna merah dan yang di tengah berwarna
hijau.
ii. Sebuah duplikat bendera "A"dari Kade Isyarat Internasianal yang tingginya tidak kurang dari 1 meter.
Diusahakan agar tampak dari segala arah secara meyakinkan.
(f) Kapal yang melakukan kegiatan pembersihan ranjau, sebagai tambahan pada penerangan untuk kapal
tenaga yang diatur dalam Aturan 23, atau penerangan atau sasak benda yang diatur bagi kapal yang sedang
berlabuh jangkar sesuai Aturan 30, harus memperlihatkan tiga penerangan keliling hijau atau tiga buah bola.
Satu dari penerangan atau sasak benda ini diperlihatkan di atas didekat puncak tiang depan dan satu di
masing-masing ujung dari andang-andang depan. Penerangan atau sasak benda ini, menunjukkan bahwa itu
berbahaya bagi kapal lain yang mendekatinya dalam jarak kurang dari 1000 m dari kapal yang sedang
melakukan kegiatan pembersihan ranjau.
(g) Kapal yang panjangnya kurang dari 12 m, kecuali yang sedang melakukan penyelaman, tidak diwajibkan
memasang penerangan yang diatur dalam aturan ini.
(h) Isyarat-isyarat yang diatur dalam aturan ini bukanlah isyarat kapal yang dalam bahaya dan memerlukan
pertalangan. Isyarat- isyarat yang demikian tercantum dalam Ketentuan Tambahan IV dari Aturan ini.
Gambar 126: Ilustrasi Aturan 27b, Kapal yang kemampuan alah geraknya terbatas, melaju di air
104
Pandangan pada lambung kanan depar Pandangan pada 2 surat lambung kiri belakang
Gambar 127: Ilustrasi Aturan 27d, Kapal yang sedang mengeruk, kemampuan olah geraknya terbatas dengan
rintangan yang ada pada sisi lambung kiri
105
-
Pandangan pada buritan
Gambar 128 : Ilustrasi Aturan 27f, Kapal yang sedang membersihkan ranjau
Penerapan Aturan 27
a) Jika sebuah kapal sedang melaju di air pada malam hari, dan seketika kapal tersebut tidak dapat
dikendalikan/hanyut (misalnya disebabkan karena lampu padam atau mesin induk rusak), kapal tersebut
harus melakukan hal-hal sebagai berikut :
- Matikan penerangan tiang depan
- Nyalahkan dua penerangan merah keliling saling tegak lurus.
- Secepatnya kapal berhenti melaju di air, dan harus :
- Matikan penerangan lambung dan penerangan buritan.
106
Jenis Kapal Melaju Hanyut Berlabu jangkar
(Underway) (Making way) (At anchor)
Kapal tenaga Penerangan tiang + Penerangan tiang + Penerangan putlh atau
penerangan lam bung penerangan lam bung penerangan putih dan putih dan
dan buritan dan buritan larnpu kerja
Kapaltrawl
Penerangan hijauPenerangan
melaju + Penerangan putih atau
putih, bila panjang penerangan lam bung penerangan putih dan putih dan
kapal > 50 m + dan buritan lampu kerja
penerangan tiang
Kapal Penerangan merah - Penerangan melaju + Penerangan rnerah -putih, blla
penangkapikan putih, bila panjang penerangan lam bung kapal > 50 m, penerangan putih
selain trawl kapal > 50 m, dan buritan
penerangan putih
Kapalyang
Penerangan rnerahPenerangan
melaju + Penerangan putih atau
tidak dpt merah penerangan lam bung penerangan putih dan putih dan
dikendalikan dan buritan lampu ker]a
Kapalyang Penerangan rnerah- Penerangan melaju + Penerangan merah-putlh-rnerah
terbatas
putih-merah
penerangan tiang, + peneranga putih atau putih
kemampuan penerangan lam bung dan putih, penerangan kerja
olah geraknya dan burtan
Kapalyang
Penerangan rnerahPenerangan
melaju +
Penerangan merah-putlh-rnerah
sibuk pekerjaan
putih-merah
penerangan,
Merah-merah
dalam air
Merah-merah
penerangan
Hijau-hijau
Hijau-h ija u
lam bung dan buritan
Gambar 129: Ilustrasi sosok benda waktu siang hari pada Kapal yang sedang mengeruk, terbatas kemampuan
olahgeraknva, dilihat darl arah buritan pada lambung kiri, dua buah bola hitam bersusun tegak menunjukkan
sisi kapal yang ada rintangan dan dua bua belah ketupat bersusun tegak menunjukkan sisi yang kapal lain
boleh lewat
107
Gambar 130: Ilustrasi sosok benda waktu siang hari pada Kapal yang terbatas kemampuan olahgeraknya, dilihat
dari arah haluan pada lambung kanan sedang melaju di air
Gambar 131: Ilustrasi sosok benda waktu siang hari pada Kapal yang sedang mengeruk, terbatas kemampuan
olahgeraknya, dilihat dari arah haluan pada lambung kiri, dua buah bola hitam bersusun tegak menunjukkan
sisi kapal yang ada rintangan dan dua bua belah ketupat bersusun tegak menunjukkan sisi yang kapallain
boleh lewat
108
Gambar 132: Ilustrasi sosok benda waktu siang hari pada kapal yang sedang melakukan pembersihan ranjau
Aturan 28: Kapal Yang Terkekang Oleh Saratnya (Hanya 1 item)
Kapal yang terkekang oleh saratnva, sebagai tambahan dari penerangan yang diatur untuk kapal tenaga dalarn
Aturan 23, boleh memperlihatkan tiga buah penerangan keliling merah bersusun tegak atau sebuah selinder, di
tempat yang kelihatan dengan sejelas-jelasnya.
Gambar 133: Kapal yangterkungkung oleh saratnva
109
Gambar 134: Kapal yang terkungkung aleh saratnya dengan isyarat sosok benda sesuai aturan 28
Dilihat pada haluan/depan
Gambar 135 : Ilustrasi Aturan 28, Kapal yang terkekang aleh saratnya dengan isyarat pada malam hari
110
Gambar 136: Kapal dengan berat benarnan yang dalarn
Penerapan Aturan 28
Tlga buah penerangan merah dapat diperlihatkan. Perwira jaga memutuskan untuk keluar dari keadaan
kapal yang terkekang oleh sarat.
Dapat dipertimbangkan untuk memperlihatkan penerangan dan sosok benda dari sebuah kapal yang
terkekang oleh sarat blla llngkaran putar kapal lebih besar dari lebar alur pelavaran yang dilewati.
Kapal yang terkekang oleh sarat tldak boleh dlhalang oleh kapal lain yang ada dalarn jarak pandangnya,
tetapl tidak membebaskan dari tanggung jawabnya sebagai sebuah kapal tenaga, jika memiliki resiko
tubrukan.
Aturan 29 : Kapal Pandu (Terdiri dari 2 item)
(a) Kapal yang sedang memandu harus memperlihatkan :
i. Di dekat atau di puncak tiang, dua buah penerangan keliling bersusun tegak, diatas berwarna putih
dan dibawah berwarna merah.
Ii. Bilamana sedang berlayar, sebagal tarnbahan harus mernasang penerangan lambung dan penerangan
buritan.
iii. Bilamana sedang berlabuh jangkar, sebagal tarnbahan pada penerangan yang diatur dalarn sub
paragraph (i), penerangan-penerangan atau sosok benda yang diatur dalarn Aturan 30 bagi kapal yang
sedang berlabuh jangkar.
(b) Kapal pandu bllarnana tldak sedang memandu harus memasang penerangan atau sosok benda untuk kapal
yang sesual panjangnya.
111
Pandangan pada lam bung kanan depan Pandangan pada 2 sural lambung kiri belakang
Dilihat pada haluan/depan Dilihat pada buritan
Gambar 137 : Ilustrasi Aturan 29 a (iii) dan aturan 30 a, sebuah kapal pandu dengan panjang > 50, sedang
berlabuh jangkar
112
Pand2ngarT paca lamtlung kanan depan PanCiangan paca 2 surallambur'lg 1Mbelakang
Dilihat ke lambung kanan Dilihat ke lambung kiri
Dilihat pada haluan/depan Dilihat pada buritan
Gambar 138: Ilustrasi Aturan 29 a (i) dan aturan 29a(ii), sebuah kapal pandu dengan panjang <50, sedang
melakukan tugas pandu
113
Gambar 139: Berbagai macarn tangga pandu yang digunakan untuk naik ke kapal
Aturan 30: Kapal yang berlabuh jangkar dan kapal yang kandas (Terdiri dari 6 item)
(a) Kapal yang sedang berlabuh jangkar harus memperlihatkan ditempat yang kelihatan sejelas-jelasnva:
i. Dibagian depan, sebuah penerangan keliling putih atau sebuah bola.
ii. Di dekat atau di buritan, sebuah penerangan keliling putih, lebih rendah dari penerangan yang diatur
dalarn sub paragra

~~--~---------------------------
---------------~
Gambar 140 : Kapal yang sedang berlabujangkar memperlihatkan sosok benda sesuai aturan 30a (i)
114
(b) Kapal yang panjangnya kurang dari 50 meter boleh memperlihatkan penerangan keliling putih di tempat
yang kelihatan sejelas-jelasnya, sebagai pengganti penerangan yang diatur dalarn paragraph (a) Aturan ini.
(c) Kapal yang sedang berlabuh jangkar dan kapal dengan panjang 100 m atau lebih harus juga
mempergunakan penerangan ker]a atau penerangan yang serupa untuk menerangi geladaknya.
Isyarat kobut- Aturan 35 (/)
Membunyikan genta dengan cepat selama kurang lebih 5 detik dengan selang waktu tidak lebih dari 1
menit.
Dikapal yang panjangnya 100m atau lebih, genta dibunyikan di bagian depan dan segera setelah bunyi genta,
gong dibunyikan dengan cepat selama kurang lebih 5detik di buritan.
Sebagai tambahan boleh memberikan isyarat perhatian berupa satu tiup pendek, satu tiup panjang dan satu
tiup pendek.
(d) Kapal yang kandas harus memperlihatkan penerangan-penerangan yang diatur dalarn paragraph (a) atau (b)
Aturan ini dan sebagai tambahan di tempat yang kelihatan sejelas-jelasnva.
i. Dua penerangan keliling merah bersusun tegak
Ii. Tiga buah bola bersusun tegak.
Isyarat kobut- aturan 35 (g).
Harus membunyikan isyarat kabut bagi kapal yang sedang berlabuh dan sebagai tambahan memberikkan tiga
ketuk terpisah dan jelas pada genta segera sebelum dan sesudah bunyi genta dengan cepat.
Gambar 141: Kapal yang sedang kandas memperlihatkan sosok benda sesuai aturan 30d (il)
115
Gambar 142: Kapal dengan panjang lebih dari 50 m harus memperlihatkan
penerangan di dek, pada saat berlabuh jangkar
Gambar 143: Kapal yang sedang kandas, Bagian C Seksi III Aturan 30
116
Pandangan pada lambung kanan depan Pandangan pada 2 sural lambung kiri belakang
Dilihal pada haluan/depan
Gambar 144: Ilustrasi Aturan 30a dan c, Kapal berlabu jangkar
(e) Kapal yang panjangnya kurang dari 7 meter, bilamana berlabuh jangkar tidak di dalam atau di dekat
perairan sernpit, alur pelayaran atau tempat berlabuh jangkar, atau di tempat dimana kapal-kapal lain
biasanya berlayar, tidak diwajibkan memperlihatkan penerangan atau sasak benda yang diatur dalam
paragraph (a) dan (b) dari Aturan ini.
(f) Kapal yang panjangnya kurang dari 12 meter, apabila kandas, tidak diwajibkan memperlihatkan penerangan-
penerangan atau sasak benda yang diatur dalam sub paragraph (d) (i) dan (ii) dari Aturan ini.
117
Pandangan pada lambung kanan depan Pandangan pada 2 surat lambung kiri belakang
Dilihat ke lambung kanan
Dilihat ke lambung kiri
Dilihat pada haluan/depan Dilihat pada buritan
Gambar 145 : Ilustrasi Aturan 30d, Kapal kandas
118
Aturan 31 : Pesawat Terbang Laut (Hanya 1 item)
Pesawat terbang laut apabila tidak dapat melaksanakan pemasangan penerangan atau sosok benda yang eiri-
eiri
atau kedudukannya seperti yang diatur dalam Aturan-aturan bagian ini harus memperlihatkan penerangan dan
sosok benda yang semirip mungkin baik eiri-eiri dan kedudukannya.
Gambar 146 :Pesawat terbang laut yang sedang melakukan alah gerak di sekitar beberapa kapal
penumpang. Disebelah kirinya ada pesawat terbang laut sedang ditambat
Gambar 147: Pesawat terbang laut
BAGIAN D : ISYARATBUNYI DAN ISYARATCAHAYA
ATURAN 32 : Definisi (Terdiri dari 3 item)
(a) Kata "suling" berati setiap alat isyarat bunyi yang menghasilkan tiupan-tiupan yang diatur dan memenuhi
perineian dalam Ketentuan Tambahan III Peraturan ini.
(b) Istilah "tiup pendek" berarti tiupan yang lamanya kurang lebih satu detik.
(e) Istilah "tiup panjang" berarti tiupan yang lamanya empat sampai enam detik.
119
Aturan 33 : Perlengkapan Isyarat-isyarat Bunyi
(Aturan 33 terdiri dari 2 item)
(a) Kapal yang panjangnya 12 meter atau lebih, harus dilengkapi dengan suling dan genta. Dikapal
yang panjangnya 100 meter atau lebih sebagai tambahan harus dilengkapi dengan gong yang
nadanya dan bunyinya tidak dapat menimbulkan kekeliruan dengan genta. Suling, genta dan gong
harus memenuhi perincian-perincian dalam Ketentuan Tambahan _11_1 Peraturan ini. Genta atau
gong atau kedua-duanya boleh diganti dengan alat lain yang menghasilkan bunyi yang ciri-cirinya
sama dengan Ketentuan bahwa alat tersebut harus selalu mungkin dibunyikan dengan tangan.
(b) Kapal yang panjangnya kurang dari 12 meter tidak diwajibkan memasang alat-alat isyarat bunyi
yang diatur dalam paragraph (a) aturan ini, tetapi jika tidak ia harus dilengkapi dengan alat lain
yang menghasilkan bunyi yang efisien.
Aturan 34 : Isyarat Olah Gerak dan Isyarat Peringatan (Aturan 34 terdiri dari 6 item)
(a) Bilamana kapal dalam keadaan saling melihat, kapal tenaga sedang berlayar, bilamana berolah
gerak sebagaimana diperbolehkan atau diwajibkan oleh Aturan ini, harus menunjukkan olah
geraknya dengan isyarat-isyarat pada suling sebagai berikut :
- Satu tiup pendek berarti : "saya sedang merubah haluan saya ke kanan"
- Dua tiup pendek berarti : "saya sedang merubah haluan saya ke kiri"
- Tiga tiup pendek berarti :"saya sedang menggerakan mesin mundur"
(b) Setiap kapal boleh menambah isyarat suling yang diatur dalam paragraph (a) Aturan ini dengan
isyarat-isyarat cahaya, berulang-ulang seperlunya, sementara olah gerak itu dilaksanakan:
i. Isyarat-isyarat cahaya ini mempunyai pengertian berikut :
- Satu cerlang berarti : " saya sedang merobah haluan saya ke kanan"
- Dua cerlang berarti : "saya sedang merubah haluan saya ke kiri"
- Tiga cerlang berarti : "saya sedang menggerakan mesin mundur"
ii. Lamanyawaktu setiap eerlangkira-kira satu detik, selangwaktu antara eerlang itu kira-kira satu detik
dan
selangwaktu antara isyarat-isyarat yang berurutan kurang dari 10detik.
iii. Peneranganyang dipergunakan untuk isyarat ini, jika dipasang harus berupa penerangan putih
keliling,
dapat kelihatan pada jarak paling sedikit 5 mil dan memenuhi Ketentuan-Ketentuan dari Ketentuan
tambahan I dari peraturan ini.
(e) Bilamanasaling melihat dalam perairan sempit atau alur pelayaran :
i. Kapal yang bermaksud menyusul kapal lain, dalam memenuhi Aturan 9 (e), (i), harus menunjukkan
maksudnyadenganisyarat-isyarat berikut dengansuling :
- Duatiup panjang diikuti dengan satu tiup pendek berarti :"saya bermaksud menyusul melewati
lambung
kanan anda"
- Dua tiup panjang diikuti dua tiup pendek berarti :" saya bermaksud menyusul melewati lambung kiri
anda".
ii. Kapal yang akan disusul bilamana bertindak sesuai dengan Aturan 9 (e), (il, harus menunjukkan
persetujuannya dengan isyarat berikut ini dengansuling :
- satu tiup panjang, satu tiup pendek, satu tiup panjang,satu tiup pendek, menurut keperluan itu.
(d) Bilamana kapal saling melihat sedangmendekati satu sama lain, dan oleh alasan apapun,
salahsatu kapal
tidak mengerti maksud atau tindakan kapal kapal lain, atau ragu-ragu apakah tindakan yang
dilaksanakan
kapallain eukup untuk menghindari tubrukan, kapal yang ragu-raguitu harus segeramenunjukkan
keragu-
raguannyadengan memberikan isyarat sekurang-kurangnyalima tiup pendek seearaeepat dengan
suling.
Isyarat demikian boleh ditambah dengan isyarat eahaya yang terdiri dari sekurang-kurangnya 5
eerlangpendekdan eepat.
120
(e) Kapal yang sedang mendekati tikungan atau daerah alur pelayaran sernpit, dimana kapal-kapal lain mungkin
oleh rintangan, harus membunyikan satu tlup panjang. Isyarat demikian harus dijawab dengan tiup panjang
oleh setiap kapal yang sedang mendekati yang mungkin berada dalarn jarak pendengaran di sekitar
tikungan atau di belakang rintangan.
(t) Jlka suling-suling di kapal dipasang dengan jarak antara lebih dari 100 meter, rnaka hanya satu suling saja
yang dipergunakan untuk memberikan isyarat oleh gerak dan isyarat peringatan.
Penerapan Aturan 34
a) Isyarat olah gerak dan isyarat peringatan hanya blsa dibunyika apablla kapal berada dalam sltuasl saling
melihata antara satu dengan yang lain
b) Isyarat cahava dapat ditambahkan secara penuh dengan isyarat bunyi. Sebuah kapal yang memberikan
isyarat bunyi dapat lebih mudah dikenal bila kapal tersebut dilengkapi dengan lampu isyarat cahaya.
Durasi waktu isyarat bunyi :
___ (satu tlup panjang) dalam waktu 4 sId 6 detik
• (satu tiup pendek) dalarn waktu klra-kira 1 detik
Selang waktu antar tiupan kira-klra 1 detik
rat olah
Gambar 148: Jika pandangan disekitarnya ada belokan yang tidak jelas (terhalang), kapal yang
mendekati belokan tersebut harus memberi isyarat dengan satu tiup panjang.
121
ATURAN 35: Isyarat Bunyi dalam Keadaan Tampak Terbatas
(Aturan 35 terdiri dari 10 item)
Di dalam atau di dekat daerah tampak terbatas baik pada waktu siang atau malam hari, isayarat yang diatur
dalam aturan ini harus digunakan sebagai berikut :
(a) Kapal tenaga yang laju terhadap air, harus mendengarkan satu tiup panjang dengan selang waktu tidak lebih
dari 2 menit.
(b) Kapal tenaga yang sedang berlayar tetapi berhenti dan tidak laju terhadap air, harus memperdengarkan du
tiup panjangseeara beruntun dengan selang waktu tidak lebih dari dua menit dengan waktu antara tiup-tiup
terse but kira-kira 2 detik.
(e) Kapal yang tidak dapat dikendalikan, kapal yang terbatas kemampuan olahgeraknya, kapal yang terkungkung
oleh saratnya, kapal lavar, kapal yang sedang menangkap ikan dan kapal yang sedang menunda atau
mendorong kapal lain, sebagai pengganti isyarat-isyarat yang diatur dalam paragraph (a) atau [b). harus
memperdengarkan tiga tiup seeara beruntun, ialah satu tiup panjang diikuti dua tiup pendek dengan selang
waktu tidak lebih dari dua menit.
(d) Kapal yang sedang menangkap ikan, bilamana berlabuh jangkar, dan kapal yang terbatas kemampuan olah
geraknya bila sedang melaksanakan kegiatannya dan berlabuh jangkar, sebagai pengganti dari pada isyarat-
isyarat yang diatur dalam paragraph (g) dari aturan ini, harus memperdengarkan bunyi atau isyarat yang
diatur dalam paragraph (e) aturan ini.
(e) Kapal yang ditundaatau jika kapal yang ditunda lebih dari satu, kapal yang paling belakang dalam tundaan
itu, jika diawaki, memperdengarkan empat tiup seeara beruntun, yakni satu tiup panjang diikuti tiga tiup
pendek dengan selang waktu tidak lebih dari 2 menit. Bilamana dapat dilaksanakan, isyarat ini
diperdengarkan segera setelah isyarat yang diperdengarkan oleh kapal yang menunda itu.
(f) Bilamana kapal yang mendorong dan kapal yang didorong dimuka dihubungkan dengan kuat dalam satu
rangkaian tetap, kapal-kapal itu harus dianggap sebagai sebuah kapal tenaga dan memperdengarkan isyarat-
isyaratyang diatur dalam paragraph (a) atau (b) aturan ini.
(g) Kapal yang sedang berlabuh jangkar harus membunyikan genta dengan eepat selama kurang lebih 5 detik
dengan selang waktu tidak lebih dari satu menit. Di kapal yang panjangnya 100 meter atau lebih, genta itu
dibunyikan di bagian depan kapal dan segera setelah bunyi genta itu, gong dibunyikan dengan eepat selama
kurang lebih 5 detik di bagian belakang kapal. Kapal yang sedang berlabuh jangkar, sebagai tambahan boleh
memperdengarkan tiga tiup seeara beruntun, yakni satu tiup pendek, satu tiup panjang dan satu tiup
pendek, guna memperingatkan kapal yang mendekat dan kemungkinan akan bertubrukan.
(h) Kapal yang kandasharus memberikan isyarat genta dan jika disyaratkan, isyarat gong yang diatur dalam
paragraph (g) dan sebagai tambahan, harus memberikan tiga ketuk yang terpisahkan dan jelas pada genta
sesaat sebelum dan segera sesudah dibunyikan genta dengan eepat itu. Kapal yang kandas sebagai
tambahan, boleh memperdengarkan isyarat suling yang sesuai.
(i) Kapal yang panjangnya kurang dari 12 meter tidak diwajibkan meperdengarkan isyarat-isyarat sebagaimana
dinyatakan diatas, tetapi jika tidak, harus memperdengarkan suatu isyarat bunyi lain yang efisien dengan
selang waktu tidak lebih dari 2 menit.
(j) Kapal pandu bilamana sedang memandu, sebagai tambahan pada isyarat-isyarat yang diatur dalam
paragraph (a), (b) atau (g) dari Aturan ini boleh memperdengarkan isyarat pengenal yang terdiri dari empat
tiup pendek.
122
Ringkasan isyarat bunyi dalam jarak pandang terbatas
Keadaan kapal Isyarat bunyi
Paling kurang
setiap
Kapal tenaga sedang melaju di air
2
menit
Kapal tenaga, berhenti tidak melaju di air
-2
menit
Kapal yang tidak terkendali

- ..
2 menit
Kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas

- ..
2 menit

- ..
2 menit
Kapallayar

- ..
2 menit
Kapal yang sedang menangkap ikan

- ..
2 menit
Kapal sedang menunda atau mendorong

- ..
2 menit

- ...
2 menit
dibunyikan setelah diisyaratkan kapal tunda
Kapal terakhir dim tundaan,
jika
memungkinkan,
Isyarat tambahan untuk kapal tunda
••••
(setelah isyarat
kabut) 2 menit
Kapal sedang berlabuh jangkar, panjang < 100m Bell, (5")
1 menit
Kapal sedang berlabuh jangkar, panjang > 100 m Bell (5") + Gong (5")
1 menit
Kapal yang sedang berlabuh jangkar, yang didekati

.-.
Tidak terbatas
oleh kapallain
Kapal yang sedang kandas, panjang kapal < 100 m Bell (3 x pkl - 5" - 3 x 1 menit
pkl)
Kapal yang sedang kandas, panjang kapal > 100 m Sama denga diatas, dan 1 menit
gong (5")
Kapal yang sedang kandas atau sebuah tongkang yang

.. -
Tidak terbatas
berada terlalu dekat dengan kapallain
Aturan 36 :Isyarat Perhatian (Aturan 36 hanya 1 item)
Jika dianggap perlu untuk menarik perhatian kapal lain, setiap kapal boleh memperlihatkan isyarat-isyarat
eahaya atau memperdengarkan isyarat bunyi yang tidak menimbulkan kekeliruan dengan isyarat apapun yang
ditetapkan dalam Aturan ini, atau boleh mengarahkan sinar lampu sorotnya kejurusan bahaya, sedemikian rupa
sehingga tidak akan membingungkan kapallain.
Aturan 37: Isyarat bahaya (Aturan 37 hanya 1 item)
Bilamana kapal dalam bahaya dan memerlukan pertolongan, ia harus mempergunakan atau memperlihatkan
isyarat-isyarat yang diatur dalam Ketentuan Tambahan IV peraturan ini.
BAGIAN E: PEMBEBASAN
Aturan 38 : Pembebasan (Aturan 38 terdiri dari 8 item)
Setiap kapal (atau kelas-kelas kapal) dengan ketentuan bahwa apabila ia memenuhi persyaratan Peraturan
Internasional untuk Meneegah Tubrukan di laut 1960, yang lunasnya di letakkan atau dalam tahap
pembangunan sebelum peraturan ini berlaku, dapat dibebaskan dari kewajiban untuk memenuhi Peraturan ini
sbb:
(a) Instalasi penerangan dengan jarak tampak yang diatur dalam Aturan 22, sampai empat tahun setelah
tanggal mulai berlakunya peraturan ini.
(b) Instalasi penerangan dengan jarak tampak yang diatur dalam Seksi 7 Ketentuan Tambahan I. sampai empat
tahun setelah tanggal mulai berlakunya Peraturan ini.
(e) Pengaturan kembali kedudukan penerangan sebagai akibat perubahan satuan imperal ke metrik dan
pembulatan angka-angka ukura n dibebaskan selama-Iamanya.
123
(d) i. Pengaturan kembali kedudukan penerangan tiang di kapal yang panjangnya kurang dari 150 meter,
sebagai akibat pengaturan seksi (3) (a)Ketentuan Tambahan I pada peraturan ini
dibebaskan untuk selama-Iamanya.
ii. Pengaturan kembali kedudukan penerangan tiang di kapal yang panjangnya 150 meter atau lebih,
sebagai akibat dari pengaturan seksi (3) (b) Ketentuan Tambahan I, sampai sembilan tahun setelah
tanggal mulai berlakunya peraturan ini.
(e) Pengaturan kembali kedudukan penerangan tiang sebagai akibat dari pengaturan Seksi (2) (b) Ketentuan
Tambahan I pada peraturan ini, sampai sembilan tahun setelah tanggal mulai berlakunya peraturan ini.
(f) Pengaturan kembali kedudukan penerangan lambung sebagai akibat dari pengaturan seksi (3) (b) Ketentuan
Tambahan I pada peraturan ini, sampai sembilan tahun setelah tanggal berlakunya peraturan ini.
(g) Persyaratan alat isyarat bunyi yang diatur dalam Ketentuan Tambaha n III peraturan ini, sampai sembila n
tahun setelah tanggal berlakunya peraturan ini.
(h) Pengaturan kembali kedudukan penerangan keliling sebagai akibat dari pengaturan seksi 9 (b) Ketentuan
Tambahan I pada peraturan ini, merupakan pembebasan tetap.
Gambar 149 : KapaI yang sedang dalam bahaya dapat menera pkan aturan 36 dan 37 jika
dipandang perlu
124
KETENTUAN TAMBAHAN I :
PENEMPATAN DAN PERINCIAN TEKNIS PENERANGAN DAN SOSOK BENDA
1. Definisi:
Istilah "tinggi diatas bahara" berarti ketinggian diatas geladak jalan terus paling atas. Ketinggian ini harus
diukur dari tempat yang berada tepat tegak lurus dibawah kedudukan penerangan
2. Kedudukan dan jarak tegak dari penerangan
(a) Di kapal tenaga yang panjangnya 20 meter atau lebih, penerangan tiang di tempatkan sebagai berikut:
i. Penerangan tiang depan, atau jika hanya satu penerangan yang dipasang, maka penerangan tersebut
pada ketinggian tidak kurang dari 6 meter diatas bahara, dan jika lebar kapal lebih dari 6 meter, maka
ketinggiannya tidak kurang dari lebartersebut, tetapi bagaimanapun juga tidak perlu lebih dari 12 meter
ii. Bilamana dipasang dua penerangan tiang, maka penerangan tiang belakang sekurang-kurangnya 4,5 m
tegak lurus diatas penerangan tiang depan.
Panjang kapal = 20 m atau lebih
Kedudukan tegak penerangan tiang
'n'tidak kurang dan 6 meter, jikS lebar lebih dan 6 meter
ii'= lebar, Ieta!li 'h' tidak perIu lebih dari 12 meter
Gambar 150: lIustrasi sesuai Ketentuan Tambahan I pada angka 2 (a) (ii)
(b) Pemisahan tegak penerangan tiang di kapal tenaga, diatur sedemikian rupa sehingga keadaan trim normal
penerangan di belakang kelihatan diatas dan terpisah dari penerangan di depan pada jarak 1000 m dari
linggi depan, bilamana dilihat dari permukaan laut.
penerangan belakang kelihatan lerpisah
dan diatas penerangan depan
1000 meter dIpermu'kllan
Gambar 151: lIustrasi sesuai Ketentuan Tambahan I pada angka 2 (b)
( c) Penerangan tiang kapal tenaga yang panjangnya 12 meter atau lebih tetapi kurang dari 20 meter
ditempatkan pada ketinggian 2,5 m diatas tutup tajuk.
125
Panjang kapal 12 m atau lebih, tetapi kurang dari 20 m
Gambar 152: Ilustrasi sesuai Ketentuan Tambahan I pada angka 2 (e)
(d) Kapal tenaga yang panjangnya kurang dari 12 m boleh memasang penerangan yang tertinggi pada
ketinggian kurang dari 2,5 meter di at as tutup tajuk. Bagaimanapun juga bilamana penerangan tiang
dipasang sebagai tambahan penerangan lambung dan buritan atau penerangan keliling yang diatur
dalam Aturan 23 (e) (i) ditempatkan sebagai tambahan penerangan lambung, penerangan tiang atau
penerangan keliling tersebut, harus dipasang sekurang-kurangnya 1 meter lebih tinggi di at as
penerangan lambung.
Panjangkapal kurang 12 m
Gambar 153: Ilustrasi sesuai Ketentuan Tambahan I pada angka 2 (d)
(e) Satu dari dua atau tiga penerangan yang diatur bagi kapal tenaga bilamana sedang menunda atau
(f)
mendorong kapal lain, harus ditempatkan pada kedudukan yang sama dengan penerangan tiang depan,
ataupun penerangan tiang belakang, dengan Ketentuan bahwa apabila dipasang pada tiang belakang, maka
penerangan yang terbawah dari tiang belakang harus berjarak tegak paling kurang 4,5 meter lebih tinggi
dari penerangan tiang depan.
i. Penerangan tiang atau penerangan-penerangan yang diatur dalam Aturan 23 (a) harus ditempatkan
sedemikian rupa sehingga tidak terhalang oleh semua penerangan atau rintangan keeuali sesuai dengan
yang diatur dalam sub paragraf (ii)
ii. Bila tidak mungkin dilaksanakan bagi penempatan penerangan keliling sesuai yang disyaratkan dalam
Aturan 27 (b) (i) atau Aturan 28, yakni dibawah penerangan tiang, penerangan tersebut boleh
ditempatkan diatas penerangan tiang belakang atau seeara tegak lurus diantara penerangan tiang depan
dan penerangan tiang belakang, dengan syarat bahwa apabila dilaksanakan sesuai dengan Ketentuan dari
Seksi 3 ( e) Ketentuan Tambahan harus dipenuhi
126

dari "h
l1dakleblb
Kedudukan tegak penerangan lambung
Gambar 154: Ilustrasi sesuai Ketentuan Tambahan I pada angka 2 (f)
(g) Penerangan lambung dari sebuah kapal tenaga harus ditempatkan pada sebuah ketinggian diatas bahara
tidak lebih dari % dari penerangan tiang depan. Penerangan tersebut tidak boleh terlalu rendah dan
terganggu dengan penerangan geladak.
(h) Penerangan lambung, bila dikombinasikan dengan sebuah lantera dan ditempatkan pada kapal tenaga yang
panjangnya kurang dari 20 meter, harus ditempatkan tidak kurang dari 1 meter dibawah penerangan tiang
depan.
(i) Bilamana peraturan-peraturan mengharuskan memasang dua atau tiga penerangan bersusun tegak,
penerangan-penerangan itu harus dipisahkan sebagai berikut :
i. Di kapal yang panjangnya 20 meter atau lebih, penerangan-penerangan terse but harus dipisahkan tidak
kurang dari 2 meter, dan penerangan yang terbawah kecuali penerangan tunda, harus dipasang pad a
ketinggian tidak kurang dari 4 meter di at as bahara.
ii. Di kapal yang panjangnya kurang dari 20 meter, penerangan-penerangan itu harus dipisahkan tidak
kurang dari 1 meter, dan penerangan terbawah kecuali penerangan tunda, harus dipasang pad a
ketingian tidak kurang dari 2 meter diatas bahara.
iii. Bilamana memasang tiga penerangan, penerangan tersebut harus dipisahkan pada jarak yang sama.
lidak kurang dM 4 meter
Pemisahan penerangan yang dipasang bersusun tegak, utk kapal yang
~njang > 20 m (atas) dan untuk kaRal yang Rajnjang < 20 m (bawah)
Gambar 155: Ilustrasi sesuai Ketentuan Tambahan I pada angka 2 (i) i dan ii
127
(j) Penerangan yang lebih rendah dari dua penerangan keliling yang diharuskan bagi kapal penangkap ikan bila
sedang menangkap ikan, harus dipasang diatas penerangan lambung pada ketinggian tidak kurang dari dua
kali jarak dari dua penerangan tegak itu.
Gambar 156: Ilustrasi sesuai Ketentuan Tambahan I pada angka 2 (j )
(k) Penerangan labuh depan, sesuai yang disyaratkan pada Aturan 30 (a) (il bilamana dipasang dua
penerangan, harus dipasang tidak kurang dari 4,5 meter di atas penerangan labuh belakang. Di kapal yang
panjangnya 50 meter atau lebih penerangan labuh depan harus dipasang pada ketinggian tidak kurang dari
6 meter di atas bahara
Tidal!. Iwrang <8i 6 m

o
()~----------~--
Pemisahan penerangan labuh, utk kapal yang panjang > 50 m (kiri) dan untuk
kapal yang sesuai aturan 30 a (i) dan (ii) (kanan)
Gambar 157: Ilustrasi sesuai Ketentuan Tambahan I pada angka 2 (k)

[
3. Kedudukan dan jarak mendatar penerangan-penerangan
(a) Apabila kapal tenaga menu rut peraturan disyaratkan memasang dua penerangan tiang, maka jarak
mendatar antara kedua penerangan itu tidak kurang dari setengah panjang kapal, tetapi tidak perlu lebih
dari 100 meter. Penerangan yang di depan ditempatkan tidak lebih dari seperempat panjang kapal diukur
dari linggi depan
Gambar 158: lIustrasi sesuai Ketentuan Tambahan I pada angka 3 (a)
(b) Di kapal tenaga yang panjangnya 20 m atau lebih, penerangan lambung tidak boleh ditempatkan di depan
penerangan tiang depan. Penerangan-penerangan itu ditempatkan di lambung atau di dekat lambung kapal.
128
Tidak IebitT kedepan
dari penerangan
tiIng
Bila panjang kapal 20 atau lebih
Gambar 159: Ilustrasi sesuai Ketentuan Tambahan I pada angka 3 (b)
(c ) Apabila penerangan-penerangan yang diatur dalam Aturan 27 (b) (i) atau Aturan 28 ditempatkan secara
tegak lurus diantara penerangan-penerangan tiang depan dengan penerangan tiang belakang, maka
penerangan keliling ini harus ditempatkan pada jarak mendatar tidak kurang dari 2 meter melintang dari
garis tengah muka belakang kapal.
(d) Bilamana hanya ada sebuah penerangan tiang yang disyaratkan untuk sebuah kapal tenaga, penerangan tsb
harus dipasang pada bagian depan tengah kapal, kecuali bahwa kapal tersebut panjangnya < 20 m tidak
perlu memperlihatkan penerangan depan kapal, tetapi harus memperlihatkannya jika memungkinkan.
4. Perincian tentang kedudukan penerangan pengenal untuk kapal-kapal penangkap ikan, kapal keruk dan
kapal yang melakukan kegiatan dalam air.
(a) Penerangan yang menunjukkan arah menjulurkan alat penangkap ikan dari kapal yang sedang menangkap
ikan seperti diatur dalam Aturan 26 (c) (iil. harus ditempatkan dengan jarak mendatar tidak kurang dari 2
meter dan tidak lebih dari 6 meter jaraknya dari dua penerangan keliling merah dan putih. Penerangan ini
harus ditempatkan tidak lebih tinggi dari penerangan keliling putih yang diatur dalam Aturan 26 (c) ( i) dan
tidak lebih rendah dari penerangan lambung.
Tidak Iwrang dan 2 m dan tida.k
lebih dari 6 m
I
0-
Tdalc.lebih tinggi dar! penerangan puftt
Kefifing dan tidak lebih rendah dari
PeneranQan lam bung
Kedudukan penerangan yang menunjukkan arah jaring bagi kapal-kapal nelayan
Gambar 160: Ilustrasi sesuai Ketentuan Tambahan I pada angka 4 (a )
(b) Penerangan dan sosok benda di kapal yang sedang mengeruk atau melakukan kegiatan dalam air, untuk
menunjukkan sisi yang terhalang dan/ atau sisi yang bebas dilewati seperti diatur dalam Aturan 27 (d) (i) dan
lli1 harus ditempatkan pada jarak mendatar yang maksimum, tetapi bagaimanapun juga tidak kurang dari 2
meter dari penerangan-penerangan dan sosok benda yang diatur dalam Aturan 27 (b) (i) dan (ii).
Bagaimanapun juga penerangan atau sosok benda yang teratas tidak lebih tinggi dari pada tiga penerangan
yang terbawah atau sosok benda yang d iatur dala m Atu ran 27 (b)(il dan (ii).
129
JerK rnaksimum yang
Memungkinkan tapj lidak
~<2Meter ~

dali. +
• lidllk lebih linggi

Petleranp! liang
Mmbdh • __ ~_~
+
Kedudukan penerangan dan sosok benda untuk kapal yang sedang mengeruk
Gambar 161: Ilustrasi sesuai Ketentuan Tarnbahan I pada angka 4 (b )
5. Tedeng untuk penerangan lambung
Penerangan lambung bagi kapal-kapal yang panjangnya 20 meter atau lebih, harus dilengkapi dengan tedeng
di bagian sebelah dalarn kapal yang dicat dengan warna hitam pekat dan harus sesuai dengan persyaratan
Seksi
9 Ketentuan Tambahan ini. Bagi kapal yang panjangnya kurang dari 20 meter, penerangan lambungnya, jika
perlu untuk memenuhi persyaratan Seksi 9 Ketentuan Tambahan ini, harus dilengkapi dengan ted eng di sebelah
dalam kapal dengan warna hitam pekat. Apabila menggunakan sebuah lantera kambinasi dengan kawat pijar
tunggal, dan penyekat yang sempit antara bagian hijau dan merah, tidak perlu lagi memasang tedeng bagian
luar.
6. Sosok benda
(a) Sosok benda harus berwarna hitam dengan ukuran-ukuran sebagai berikut :
i. Bala harus mempunyai garis tengah tidak dari 0,6 mtr
ii. Kerucut harus mempunyai alas dengan garis tengah tidak kurang dari 0,6 meter dan tingginya sarna
dengan garis tengahnya.
iii. Silinder harus mempunyai garis tengah sekurang-kurangnya 0,6 mtr dan tingginya 2 x garis tengahnya.
iv. Belah ketupat harus terdiri dari dua buah kerucut seperti ditentukan dalam (ii) di atas dengan bidang
alasnya berimpit.
(b) Jarak tegak antara sosok benda minimall,S meter
(c) Di kapal yang panjangnya kurang dari 20 mtr baleh mempergunakan sosok benda dengan
ukuran yang lebih kecil tetapi sebanding dengan ukuran kapalnya, dan juga jarak diantaranya baleh
dikurangi.
n1tdak I<Ul'8tTli
cariD.6 mIT
112 1iclal<; kuratTSi
dari2d
d tidal< kuranu
dar! 0.11 mtr

.-
-.-
Gambar 162: Bentuk dan ukuran diameter, serta jarak tegak sosok benda
130
~ClaIC ICW'BtIQ
dar;' % mlr
7. Perincian Warna Penerangan
Kromatisitas dari semua penerangan navigasi harus sesuai dengan standar berikut ini, yang terletak di
dalam batas-batas daerah dari diagram yang diperinci oleh Komisi Internasional mengenai iluminasi untuk
masing-masing warna.
Batas-batas area untuk masing-masing warna d iberikan dengan menunjukkan sudut koordinat sebagai beriikut :
(i) Putih
0.385 0.723 0.511 0.356
(iv) Kuning

f 10.61210.61810.575 10.575
fFFFF
8. Intensitas Penerangan
Dimana:

PIO.68O 10.660 10.735 0.721

fFFFo.m
(a) Kekuatan cahaya minimum dari penerangan harus dihitung dengan formula:
3,43 X 106 x T X x
K -D J
I : kekuatan cahaya dalam lilin keadaan menyala
T: Faktor rambat 2 x 10-7 lux
D : Jarak nampak (jarak pijar) penerangan dalam mil laut
K: Hantaran atmosfir
Untuk penerangan yang disyaratkan nilai K seyogyanya 0,8 sesuai dengan daya tampak meteorologis
sebesar....:t,
13 mi laut
131
(b) Penentuan bilangan yang dijabarkan dari formula tsb tercantum dalam daftar berikut:

IJarak
narnpak/Jarak pijar penerangan dalam millaut I Kekuatan pijar penerangan dalam Iii in K= 0,8
DI
1 0.9
2 4.3
3 12
4 27
5 52
~
6
94
Catatan : Kekuatan cahaya maksimum penerangan navigasi harus dibatasi untuk menghindari kesilauan yang
tidak diinginkan. Hal ini tidak boleh dilakukan dengan pengontrolan yang berubah-ubah terhadap intensitas
cahaya.
9. Sektor mendatar /Horizontal sectors
(a) i. Ke arah depan penerangan lambung yang dipasang di kapal harus memperlihatkan kekuatan cahaya
minimum yang disyaratkan. Kekuatan cahaya harus berkurang sampai praktis lenyap antara 1° dan 3° di
luar sektor yang disyaratkan.
ii. Untuk penerangan buritan dan penerangan tiang dan pada 22,5° ke belakang arah melintang penerangan
lambung, kekuatan cahaya minimum yang disyaratkan seyogyanya dipertahankan meliputi busur hingga
5° di dalam batas-batas sektor yang diatur dalam Aturan 21.
Penerapan Aturan 9 (a) (i) dan (ii)
Dari 5° dalam sektoryang disyaratkan, kekuatan cahaya boleh berkurang sebesar 50% hingga batas-batas
yang disyaratkan, kekuatan cahaya tersebut berkurang secara beraturan sampai praktis lenyap pada busurtidak
lebih 5° di luar sektor-sektor yang disyaratkan.
kekuala.ncahaya mnimun htJgga tilk ini
8atas yang ditetapkan 112.50
Ia!IIcuaIan cahaya minimuml'IiftQOa litik ini
H~a 5" darisektor yanQdisyaraLkan.
Kekuatancahaya boleh bernuranj;j
88baIr~
Gambar 163: Ilustrasi Sektor mendatar penerangan listrik pada penerangan lambung
132
Balas yang ditetapkan 225°
tidak lebih dai SO
praktis lenyap
T= kelwa1Bn cahll)'a minimum yang diayaratkan
kekuatan cahsya
minimum hirwa titik ini
Batas yang ditetapkan 1350
Hingga 5° dari sektor yang disyaratkan, kekuatan cahaya boleh Berkurang sebesar 50%
Gambar 164: Ilustrasi Sektor mendatar penerangan listrik untuk penerangan tiang & buritan
(b) i. Penerangan keliling harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak terhalang oleh tiang-tiang, puncak
tiang atau bangunan dalam sektor cahaya yang besarnya lebih dari 6°, kecuali penerangan labuh sesuai
persyaratan pad a Aturan 30 yang tidak perlu ditempatkan pada ketinggian yang tidak mungkin
dilaksanakan diatas tinggi bahara.
ii. Jika tidak mungkin dilaksanakan untuk memenuhi Ketentuan sesuai paragrap (b) (i) dari bagian ini dengan
memperlihatkan hanya satu buah penerangan keliling, maka dua buah penerangan keliling harus
digunakan pada posisi yang sesuai atau diberi ted eng.
Penerangan keliling

OrF(.~~Gi~'~~==--;;~ngan maksirnumtidak lebihdari 6"


--------..,.
Gambar 165: Ilustrasi Rintangan maksimum yang diijinkan untuk penerangan keliling
10. Sektor tegak
(a). Sektor tegak dari penerangan listrik yang dipasang, kecuali penerangan pada kapal layar, harus menjamin
bahwa:
i. Sekurang-kurangnya cahaya minimum yang disyaratkan, dipertahankan pada semua sudut 5° diatas dan
5° dibawah arah mendatar.
ii. Sekurang-kurangnya 60% kekuatan cahaya minimum yang disyaratkan dipertahankan dari 7,5° diatas
sampai 7,5° dibawah arah mendatar.
133
SO
Paling Iwrang dari ~ Idi busur ini
Minimum 1di busur ini
Paling kurang dari 6m& I di busur ini
SO
Sektor tegak untuk penerangan listrik
Gambar 166: Ilustrasi Sektor tegak untuk penerangan listrik
(b) Pada kapallayar, sektor tegak penerangan listrik yang dipasang harus menjamin bahwa :
i. Sekurang-kurangnya kekuatan cahaya minimum dipertahankan pada semua sudut dari 5° di atas sampai
5° dibawah bidang datar.
ii. Sekurang-kurangnya 50% kekuatan cahaya minimum yang disyaratkan, dipertahankan dari 25° diatas dan
25° dibawah arah mendatar.
(c) Dalam hal penerangan selain penerangan listrik, perincian penerangannya seyogyanya dibuat semirip
mungkin
Minimum50% I di buaur ini
Minimum 504J61di buSur ini
Minimum 50% I II bulur ini
Gambar 167: Ilustrasi Sektor tegak untuk penerangan listrik bagi kapallayar
11. Kekuatan cahaya penerangan yang bukan listrik
Penerangan yang bukan listrik, sepanjang dapat dilaksanakan, harus memenuhi kekuatan cahaya minimum
seperti yang diperinci dalam daftar Seksi 8 dari Aturan Tambahan ini.
12. Penerangan olah gerak
Terlepas dari Ketentuan paragrap 2 (f) dari Aturan Tambahan ini, penerangan olah gerak yang diatur dalam
Aturan 34 (b) harusditempatkan dibidang tegak yang melalui penerangan tiang atau penerangan tiang depan
dan belakang dan bilamana dapat dilaksanakan, pada ketinggian minimum 2 meter tegak di atas atau di bawah
penerangan tiang belakang. Pada kapal yang hanya memasang satu penerangan tiang jika memasang
134
penerangan olah gerak tersebut, ditempatkan di tempat yang terlihat dengan jelas dan terpisah tegak di atas
penerangan tiang pada jarak tidak kurang dari 2 meter.
13. Kapal cepat *
Pada lcapaldangan 2 pen_ .. iQJiI"I
1i-.g.tillSlllli POtid8k k~ di;ai 2
meter d'MaSpenerangandang
Jig kul'W1g darl 2 meter dari
penerangantian\l 'l)e'akan~dipasang
2~ diata$ pellet ... ¥iI' liang
balakang

liang. ti,. PO tidak lu'ang dari 2


motor diabs penerangan tiang
PadIIlaIpeI~ 1pen_P1
Gambar 168: lIustrasi Penempatan penerangan olah gerak (PO)

r
(a). Penerangan tiang pada kapal cepat dapat ditempatkan pada ketinggian yang terkait dengan lebar bagian
bawah sebagaimana yang dijelaskan pad a paragraph 2 (a)(i) dari Aturan Tambahan ini, dengan Ketentuan
bahwa sudut alas dari segitiga sama kaki yang dibentuk antara penerangan lambung dan penerangan
tiang, dimana terlihat pada sudut kemiringan tidak kurang dari 27°.
(b). Pada sebuah kapal cepat dengan panjang 50 meter atau lebih, jarak vertikal antara penerangan tiang depan
dan penerangan tiang utama sebesar 4,5 meter sebagaimana ditentukan dalam paragraph 2 (a)(i) dalam
Aturan Tambahan ini dapat dimodifikasi dengan Ketentuan bahwa setiap jarak harus tidak kurang dari nilai
yang ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
y:;: ( a + 1741) C + 2
1000
Dimana : y = tinggi penerangan tiang utama diatas penerangan tiang depan dalam satuan meter
a = tinggi penerangan tiang depan diatas permukaan air pada situasi pelayaran dalam satuan meter
l.jJ =
trim kapal saat berlayar dalam satuan derajat
C = Pemisahan secara datar penerangan tiang dalam satuan meter
*= Berdasarkan Tatalaksana Internasional untuk Keselamatan kapal cepat, 1994 dan tahun 2000
14. Pengesaha n
Konstruksi penerangan dan sosok benda serta instalasi penerangan di kapal harus mendapat
pengesahan dari pejabat yang berwenang dari Negara dimana hak atas pengibaran benderanya
diijinkan.
Penerapan Aturan Tambahan I
Ada beberapa kemungkinan untuk penempatan penerangan lambung dan penerangan tiang. Foto-foto
berikut ini menunjukkan perbedaan penempatan posisi penerangan pada perbandingan beberapa kapal yang
merupakan kelebihan atau kekurangan. Lingkaran putih menunjukkan posisi penerangan lambung.
Penerangan lambung yang ada pada atau didekat anjungan kapal (pada gambar 163 berikut ini, lihat lingkaran
putih)
Dengan posisi penerangan lambung yang lebih rendah, maka penerangan tiang depan dapat ditempatkan lebih
rendah lagi.
Kelebihannya:
135
Pandangan terhadap penerangan lambung tidak terhalang oleh rnuatan di dek
Penerangan tiang depan dapat lebih pendek.
Kekurangannya :
- Penerangan akan lebih mudah rusak karena pengaruh percikan air laut
Gambar 169 : Penerangan lambung (lingkaran putih) terletak dekat bangunan depan kapal
Penerangan lam bung ditempatkan pada baglan sayap anjungan kapal (lihat gam bar berikut ini)
Penerangan lam bung ditempatkan pada sudut baglan savap anjungan. Penerangan tersebut harus ditempatkan
pada ketinggian max. % dari tinggi penerangan tiang depan. Oleh karena itu tinggi tiang depan sangat
diperlukan. Bilamana penerangan lambung ditempatkan pada ketinggian 12 meter di atas bahara, rnaka
penerangan tiang depan harus berada paling kurang 16 meter dlatas bahara.
Kelebihannya:
Penerangan lambung dan penerangan tiang depan lebih awet/tidak mudah rusak
Kekurangannya:
Pandangan terhadap penerangan lambung dapat dipengaruhi oleh muatan di dek.
Tinggi tiang depan harus diikat kuat atau harus kokoh untuk menghindari olengan.
Gambar 170 : Penerangan lam bung (lingkaran puth) ditempatkan pada sayap anjungan kapal
136
KETENTUAN TAMBAHAN II :
Isyarat Tambahan Untuk Kapal Nelayan Yang Sedang Menangkap Ikan Berdekatan
1. Umum
Penerangan yang disebutkan dibawah ini, jika diperlihatkan mengikuti Aturan 26 (d), ditempatkan di tempat
yang dapat terlihat dengan sejelas-jelasnya. Penerangan-penerangan tersebut berjarak antara, sekurang-
kurangnya 0,9 meter tetapi lebih rendah dari penerangan yang diatur dalam Aturan 26 (b) (i) dan ( c ) (i).
Penerangan harus kelihatan keliling cakrawala pada jarak sekurang-kurangnya 1 mil, tetapi pada jarak yang lebih
kecil dari pada penerangan yang diatur untuk kapal-kapal nelayan.
2. Isyarat untuk Kapal Trawl
(a) Kapal yang panjangnya 20 meter atau lebih, sedang mendogol, baik memakai alat tangkap untuk
pertengahan atau permukaan air, harus memperlihatkan :
i. Bila sedang menurunkan jaringnya, dua penerangan putih bersusun tegak
ii. Bila sedang manarikjaringnya; sebuah penerangan putih diatas sebuah penerangan merah bersusun
tegak.
iii. Bilajaringnya tersangkut pada suatu rintangan, dua buah penerangan merah bersusun tegak

o

Sedang menurunkan jaringnya c::...u..... 'k" i~ tefUnglwt pada
menan ~ngnya rintangan
'WV .... ..,

Gambar 171 : Ilustrasi sesuai dengan Ketentuan Tambahan II 2 (a)



(b) Setiap kapal yang panjangnya 20 meter atau lebih, sedang mendogol berpasangan, harus memperlihatkan :
i. Pada malam hari, sebuah penerangan sorot diarahkan ke depan ke arah kapal pasangannya.
ii. Bila sedang menurunkan jaring atau menaikkan jaring, atau jaringnya tersangkut pada rintangan,
penerangannya seperti pada 2 (a) dlatas
Kapal sedang mendogol berpasangan. sedang
menurunkan jaring dan menggunakan lampu seret
Gambar 172: Ilustrasi Kapal sedang mendogol berpasangan, sedang menurunkan jaring dan menggunakan
lampu sorot
137
Kapal sedang mendogol berpasangan, sedang menarik jaring dan
mengglJl'lakan lampu $Oro!
Gambar 173: Ilustrasi Kapal sedang mendogol berpasangan, sedang menarikjaring dan menggunakan lampu
sorot
Kapal sedang mendogol berpasangan. jaringnya tersangkut pada
rintangan dan menggunakan lampu aorot
Gambar 174: lIustrasi Kapal sedang mendogol berpasangan, jaringnya tersangkut pada rintangan dan
menggunakan lampu sorat
(c) Sebuah kapal yang panjangnya kurang dari 20 meter, sedang mendogol dengan alat tangkap pada
pertengahan atau permukaan air, atau sedang mendogol berpasangan, sedapat mungkin boleh
memperlihatkan penerangan sebagaimana yang disyaratkan dalam paragraf ( a) atau (b) dalam Seksi ini,
3. Isyarat untuk kapal Pukat Lingkar
Kapal yang sedang menangkap ikan dengan pukat lingkar (purse seine) boleh memperlihatkan dua penerangan
kuning bersusun tegak. Penerangan tersebut harus bersinar cerlang bergantian setiap detik dengan periode
terang dan gelap yang sama. Penerangan tersebut hanya boleh diperlihatkan bilamana olah gerak kapal nya
terhalang oleh alat tangkapnya.
Catfaro bergantisn setiap CJefik
.-~\

;.~.)
Purse seiner mempunyal lalu, Purse seiner tidal( melaju di air,
iaringnya merintangi olah geraknya. jaringnya merinlangi oIah geraknya
Gambar 17S: lIustrasi Isyarat kapal purse seine sesuai Ketentuan tambahan 113.
138
KETENTUAN TAMBAHAN III : PERINCIAN TEKNIS ALAT ISYARAT BUNYI
1.Suling
(a) Frekuensi danjarak pendengaran
Frekuensi dasar isyarat harus berada diantara 70 - 700 Hz. Jarak pendengaran dari isyarat suling
ditentukan oleh frekuensi-frekuensi tersebut yang mungkin mencakup frekuensi-frekuensi dasar dan/atau
satu atau lebih frekuensi yang lebih tinggi, yang berada dalam jarak batas frekuensi antara 180 - 700 Hz
(n 1 per cent) dan yang menghasilkan tingkat tekanan bunyi yang diperinci dalam Paragrap I (c) dibawah
ini.
(b) Batasfrekuensi dasar
Untuk menjamin perbedaan yang jelas karakteristik suling, limit frekuensi dasar harus berada diantara
batas-batas berikuti ini :
i. 70 - 200 Hz, untuk kapal yang panjanganya 200 mter atau lebih;
ii. 130 - 350 Hz, untuk kapal yang panjangnya 75 meter tetapi kurang dari 200 meter;
iii. 250 - 700 Hz, untuk kapal yang panjangnya kurang 75 meter.
(c) Kekuatan dan jarak pendengaran isyarat bunyi.
Sebuah suling yang ditempatkan di kapal harus menghasilkan kekuatan bunyi maksimum pada arah
suling dan pada jarak 1 meter, suatu tingkat tekanan bunyi pada sekurang-kurangnya satu gelombang 1/3
oktaf dalam jarak jangkauan frekuensi 180 - 1700 Hz ( .:!: 1 per cent) dan tidak kurang dari bilangan-
bilangan dalam tabel berikut dibawah ini.
Panjang kapal dalam
1/3 jalur oktaf pada level
Jangkauan bunyi yang
meter
1 meter dalam dB merujuk pada 2 (10.5 N/m2)
didengar dalam millaut
200 atau lebih 143 2
75 tetapi kurang dari 200
138 1.5
20 tetapi kurang dari 75
130 1
120*1
Kurang dari 20
115*2
~
0.5
111*3

=== ===
'1 Bila frekuensi yang diukur terletak diantara 180 - 450 Hz
'2 Bila frekuensi yang diukur terletak diantara 450 - 800 Hz
'3 Bila frekuensi yang diukur terletak diantara 800 - 2100 Hz
Jarak pendengaran pada tabel diatas merupakan informasi dan jarak kira-kira yang ada pada jarak itu suling
dapat didengar di sumbu depan dengan kemungkinan 90 persen dalam keadaan cuaca tenang di kapal yang
mempunyai tingkat kebisingan rata-rata di tempat pendengar (diperkirakan sebesar 68 dB dalam gelombang
oktaf terpusat pada 250 Hzdan 63 dB dalam gelombang terpusat pada 500 HZ).
Dalam prakteknya jarak pendengaran sebuah suling sangat berbeda-beda dan sangat tergantung pada
keadaan cuaca, nilai-nilai yang tertera di atas dapat dianggap nilai-nilai khusus tetapi dalam keadaan angin
kencang atau tingkat kebisingan di tempat pendengar yang tinggi, jarak pendengran mungkin sangat berkurang.
(d) Arah suling yang disyaratkan
Tingkat tekanan bunyi dari arah sebuah suling tidak lebih dari 4 dB dibawah tingkat tekanan bunyi yang
disyaratkan di sumbuh pada setiap arah dalam bidang datar dengan sudut 45° dari sumbuh itu. Tingkat
tekanan bunyi pada setiap arah lainnya pada bidang datar tidak lebih besar dari 10 dB dibawah tingkat
tekanan bunyi yang disyaratkan di sumbu itu., sehingga jarak pendengaran pada setiap arah lainnya
sekurang-kurangnya setengah jarak di sumbu depan. Tingkat tekanan bunyi harus diukur dalam gelombang
1/3 oktaf untuk menentukan jarak pendengaran.
139
(e) Penempatan suling
Bilamana suling yang terarah dipakai sebagai satu-satunya suling di kapal, maka dipasang dengan dengan
kekuatan bunyi maksimumnya diarahkan ke depan. Suling harus ditempatkan sedapat mungkin di tempat
yang setinggi-tingginya untuk mengurangi gangguan bunyi yang dipancarkan oleh rintangan-rintangan dan
juga untuk mengurangi resiko kerusakan pendengaran para personil.
Tingkat tekanan bunyi isyarat kapal itu send iri pada posisi pendengar tidak melebihi 110 dB (A) dan sejauh
dapat dilaksanakan tidak melebihi 100 dB(A)
(f) Penempatan suling lebih dari satu buah
Jika suling-suling dipasang terpisah pada jarak lebih dari 100 meter, maka penempatannya harus diatur
sedemikian rupa untuk tidak dibunyikan secara serentak
(g) System suling kombinasi
Jika disebabkan oleh adanya rintangan, medan bunyi suling tunggal atau satu dari suling yang disebut dalam
paragraph I (f) diatas, mungkin berada di daerah yang tingkat isyaratnya berkurang sekali, dianjurkan
memasang suling kombinasi. Untuk memenuhi Aturan ini, system suling kombinasi harus dianggap sebagai
suling tunggal. Suling-suling dari system kombinasi harus ditempatkan terpisah pada jarak tidak lebih dari
100 meter dan diatur agar berbunyi secara serempak. Frekuensi bunyi dari setiap suling harus dibedakan
antara satu dengan lainnya sekurang- kurangnya 10 Hz.
2. Genta atau gong
(a) Kekuatan isyarat
Genta atau gong, atau peralatan bunyi lainnya yang serupa sifatnya harus menghasilkan tingkat tekanan
bunyi yang tidak kurang dari 110 dB pada jarak 1 meter dari alat tersebut
(b) Konstruksi
Genta atau gong harus dibuat dari bahan yang tahan karat dan dirancang agar menghasilkan nada yang
nyaring. Diameter ambang genta tidak kurang dari 300 mm untuk kapal yang panjangnya 20 meter atau
lebih, dan tidak kurang dari 200 mm untuk kapal yang panjangnya 12 meter atau lebih tetapi kurang 20
meter. Bilamana dapat dilaksanakan untuk menjamin kekuatan pukulan yang tetap, dianjurkan
menggunakan bandul tenaga, tetapi harus juga dapat dibunyikan dengan tangan. Masa bandul tenaga tidak
kurang dari 3 persent masa jenis genta.
3. Pengesahan
Konstruksi peralatan bunyi, penempatan dan serta instalasinya di kapal harus mendapat pengesahan dari
pejabat yang berwenang dari Negara dimana hak atas pengibaran benderanya diijinkan.
Gambar 176: Contoh sebuah suling dan panel control
140
KETENTUAN TAMBAHAN IV: ISYARAT BAHAYA
1. Berikut ini isyarat-isyarat yang digunakan atau diperlihatkan seeara bersama-sama atau terpisah, yang
menunjukan kedaan bahaya dan meminta bantuan :
(a) Ledakan senjata atau isyarat ledak lain, yang diledakan dengan selang waktu kira-kira satu menit.
(b) Bunyi terus menerus mempergunakan alat isyarat kabut
(e) Roket atau peluru eahaya, yang memberikan warna merah, ditembakkan satu persatu dengan selang
waktu yang pendek.
(d) Isyarat yang dibuat mempergunakan radiotelegraphi atau alat isyarat lainnya yang terdiri dari
kelompok ...- - - ... (S0 S) dalam kode morse.
(e) Isyarat yang dibuat mempergunakan radio telephoni terdiri dari kata "MAYDAY".
(f) Isyarat bahaya dari International Code of signal dinyatakan dengan NC
(g) Isyarat yang terdiri dari sebuah bendera segi empat dengan diatas atau dibawahnya sebuah bola atau
sesuatu yang berbentuk bola
(h) Nyala api di kapal (seperti dari tong ter, tong minyak yang dibakar).
(i)
Ul
(k)
(I)
(m)
(n)
(0)
Cerawat payung atau eerawat tangan yang menunjukkan warna eerah.
Isyarat asap memberikan asap berwarna jingga (orange).
Menaik-turunkan tangan yang terentang ke tiap sisi seeara perlahan-Iahan dan berulang-ulang.
Isyarat alarm radiotelegraphi.
Isyarat alarm radio telephoni.
Isyarat yang dipanearkan oleh EPIRB (Emergency Position Indicating Radio Beacon)
Isyarat ya nearkan oleh system komunikasi radio termasuk menggunakan SART.
a
c
d
e
fgh
Gambar 177 : Contoh beberapa peralatan isyarat bahaya : a. EPIRB (Emergency Position Indicating Radio
Beacon), b. Cerawat tangan (red hand flare), e. isyarat asap apung (buoyant smoke signal),
d. isyarat asap apung otomatis (self activating smoke signal), e. isyarat apung untuk skoci penolong (lifeboat
smoke signal), f. eerawat payung (parachute signal), g. eerawat payung roket (parachute rocket signal), h.
isyarat asap dan eahaya (light and smoke signa/), isyarat pad a pelampung penolong (life buoy light), j. SART
(Search and Rescue (Radar) Transponder)
Gambar 178 : Cerawat tangan berupa eahaya atau eahaya dan asap warna jingga
141
Gambar 179: EPIRBdan kotak penyimpanannya, serta GPIRB[Gabungan antara GPSdan EPIRB)
2. Menggunakan atau memperlihatkan setiap isyarat sesuai keperluannya diperuntukan sebagai fungsi untuk
menandakan isyarat bahaya dan keperluan untuk permintaan bantuan serta dilarang menggunakan isyarat
lainnya yang mungkin akan membingungkan selain isyarat yang disebutkan diatas
3. Isyarat perhatian diperagakan sesuai dengan Seksi Tatacara Isyarat Internasional, sesuai Buku petunjuk
Pencarian dan Penyelamatan pada kapal niaga dan isyaratnya sebagai berikut :
(a) Sehelai kain warna jingga dengan sebuah bujur sangkar warna hitam dan sebuah lingkaran atau
tanda lainnya yang sesuai (untuk ditandai dari udara)
(b) Sebuah tanda warna
142
KEMAMPUAN DAN KETERBATASAN BEBERAPA TYPE KAPAL LAINNYA
1. KAPALKERUK(DREDGER)
1.1. Pendahuluan
Jalur kapal lain sering kall harus memberikan [alan bagi kapal keruk yang dalarn keadaan terbatas
kemampuan olah geraknya karena diaklbatkan oleh sifat pekerjaannya. Jenis kapal keruk dan lama
waktu berlangsungnya pengerukan dlkatakan sebagai keterbatasan.
Dibawah ini dljelaskan tentang pekerjaan mengeruk yang dllakukan oleh kapal keruk yang
menggunakan penyedot dan kapal keruk yang melakukan pengerukkan dengan alat potong.
1.2. Kapal Keruk Menggunakan penyedot yang ditarik (Trailing Suction Dredger)
Kapal keruk yang menggunakan alat penyedot dilengkapi dengan dua buah plpa penyedot. Pada saat
kapal sedang rnelakukan pengerukan rnaka moncong plpa diseretkan di perrnukaan dasar laut.
Pompa isap dlpasang di kapal atau pada plpa penyedot yang digunakan untuk mengisap air atau
tanah ke atas. Material tersebut kemudian dipompa ke dalarn gerobak atau bak. Bagian tanah yang
keras ditempatkan di dalarn bak dan airnya dialirkan kembali ke laut.
Sebuah kapal keruk dapat dioperasikan melalui tahapan sebagai berikut :
Menghisap ke atas baglan tanah/kotoran (mengeruk)
Berlayar dengan rnuatan ( penuh rnuatan)
Membongkar
Berlayar tanpa muatan (kosong)
1.2.1. Mengeruk
Gambar 180 : Kapal keruk (dredger)
Mengeruk blasanva mengambil tempat di suatu area yang terbuka. Kegiatan ini dapat
dilakukan dengan beberapa fungsi :
- Untuk rnendapatkan bahan inti tertentu
- Untuk memindahkan tanah yang terkena polusi
- Untuk mem perdala m suatu pela buha nata u al ur laIuIintas
143
Selama kegiatan pengerukan dilakukan, kapal belavar dengan kecepatan 1 - 2 knot. Pipa-pipa
yang dipakal tidak menyebabkan suatu rintangan sesuai maksud Aturan 27 d. Jika tidak
demikian rnaka penerangan (rnerah-rnerah dan hijau-hijau) dan sebuah sosok benda (bola-bola
dan kerucut-kerucut) tldak perlu diperlihatkan.
Kapal dlkatakan terbatas kemampuan olah geraknya selama rnelakukan pengerukan, karena :
- Satu atau dua ujung plpa penyedot berada di dasar perairan. Pipa tersebut tidak dapat
digerakkan ke arah samping di perrnukaan dasar laut, sehingga gerakan yang bebas dari
kapal keruk terbatas.
- Kadang-kadang ujung plpa penyedot naik keatas dan menaikkan kecepatan.
- Sampah seperti kawat baja, kain, tali kapal, jaring ikan dan lain-lain dapat tersedot pada
ujung plpa sedot. Barang-barang tersebut harus disingkirkan sebelum kapal dilayarkan
karena sarnpah-sarnpah tidak boleh dibiarkan membelit pada propeller. Oleh karena itu
mengapa kapal keruk tidak boleh dilayarkan sebelum ujung plpa berada di atas perrnukaan
air dan awak kapal harus dipastikan bahwa mereka bebas dari harnbatan.
1.2.2. Berlayar dengan muatan
Bila kapal keruk dilayarkan dengan muatan penuh rnaka kemampuan olah geraknya balk.
Dalam situasi ini, kapal tersebut dianggap sebagai kapal tenaga blasa.
1.2.3. Menurunkan muatan
Ada beberapa cara untuk menurunkan penyedot kapal keruk :
- Melalui plpa pengantar apung (pengiriman ke parrtai]
- Melalui nozzle di bagian haluan (disemprotkan)
- Dengan cara melalui bagian bawah kapal (hopper)
1.2.4. Bongkarmuatan di tepi pantai
Selama prosedur ini berlangsung, kapal keruk biasanya lego jangkar dengan menggunakan satu
atau beberapa jangkar, atau menggunakan posisi dinamis (Dynamic positioning) agar tetap
bertahan pada tempatnya. Pipa yang digunakan untuk membongkar rnuatan tidak dapat
menahan kapal pada posisinya. Meskipun sesual dengan aturan, bahwa kapal yang hanya
terbatas kemampuan olahgeraknya (dari sifat pekerjaannya) kapal tersebut tidak dapat
memberikan jalan bagi kapal lain. Maksud Dynamic Positioning (DP) lalah bahwa kapal secara
otomatis mempertahankan posisinya karena ada beberapa arah kekuatan propeller dari
haluan, buritan dan arah melinta
Gambar 181: Shore delivery
1.2.5. Berlayar tanpa muatan (kapal kosong)
Dalam tahapan ini kapal dapat diolahgerakkan secara penuh dan kapal tersebut diketegorikan
sebagai kapal tenaga biasa.
144
1.2.6. Rainbowing
Selama presedur ini berlangsung haluan kapal keruk menghadap ke arah dermaga, bendungan
atau daratan dan kapal tersebut menuangkan campuran kotoran dan air melalui nosel145ea
rah sasaran. Kapal dapat diolahgerakkan seperlunya tetapi harus menghentikan lebih dahulu
pembon

,..;:-----
Gambar 182: Rainbowing
1.3. Hoppering
Kegiatan ini dilakukan dengan beberapa cara menggunakan peralatan berupa pintu, geser atau katup.
Bagian lunas dari alat keruk yang dapat membelah berada dalarn dua bagian yang diberi engsel. Bagian alas
dari hopper yang terbelah tersebut dibiarkan agar muatan keluar.Dalam situasi ini kapal dikatakan
kemampuan olah geraknya terbatas, karena :
- Kapal tidak dapat mencapai kecepatan normal. Kecepatannya dapat bervariasi dari 0 - 6 knot selarna
muatan dibongkar.
- Bagian dasar kapal bisa terbuka. Pada saat bongkar muatan berlangsung kira-klra 10 menit untuk bahan
paslr, kerikil serta kerang-kerangan dan bisa sarnpal 60 menit untuk tanah liat.
- Pencucian palka menggunakan tenaga listrik yang tidak disediakan saat olah gerak. Pompa-pompa
membutuhkan banyak tenaga listrik yang juga disediakan untuk mesin pendorong.
Gambar 183: Hopper dredger
145
1.4. Kapal Keruk Pemotong (Cutter dredger)
Kapal keruk tersebut tidak hanya berlayar bebas tetapl dihubungkan dengan plpa pengantar (dlivery pipe).
Pada saat kapal tersebut dihubungkan dengan plpa, bisa saja kapal dalarn keadaan mengeruk atau blsa juga
dalarn keadaan tldak mengeruk.
1.4.1. Berlayar bebas.
Bila kapal keruk pemotong sedang berlayar rnaka kapal ini berolah gerak dengan sepenuhnya. Ini
maksudnya bahwa kapal tersebut merupakan kapal tenaga yang sedang berlayar. Ada beberapa
kapal keruk pemotong tidak memiliki system pendorong sendiri dan ditunda kea rah posisinya. Kapal
tersebut tldak dapat dibedakan dari cara tunda kapallainnya dilihat dari segi olah geraknya.
Gambar 184: Kapal Keruk Pemotong (Cutter dredger)
146
1.4.2. Mengeruk
Sebuah tangkai pengungkit pada salah satu ujung pengeruk ditempatkan di permukaan dasar
perairan dan mempertahankan ujung pengungkit tersebut pada tempatnya selama kapal sedang
mengeruk. Ujung pengeruk yang lain bergerak mengayun disekitar tangkai tersebut dan bagian
ujung pemotong dapat bekerja disekitar lengkungan area kerjanya. Pada ujung lengkungan tangkai
pengungkit yang lain yang ada di kapal ditempatkan pada permukaan dasar perairan dan ujung yang
pertama diangkat. Pada saat diayunkan selanjutnya akan lebih ringan diulang pada lokasi tersebut.
Jika kedalaman air terlalu besar untuk tangkai pengungkit, maka kapal akan ditahan dengan
menggunakan beberapa jangkar. Tanah/kotoran biasanya dibongkar langsung melewati pipa
pengantar. Sesuai dengan Aturan, sebuah kapal keruk pemotong, hanya merupakan sebuah kapal
yang terbatas kemampuan olah geraknya, tetapi dalam kenyataan kapal tersebut sebenarnya tidak
mampu bergerak dalam posisinya, dan oleh karena itu kapal tidak dapat memberikan jalan bagi
kapallainnya.
Tidak seperti kapal keruk pengisap, kapal keruk pemotong hampir selalu dihubungkan dengan pipa
penganta r pada saat sedang mengeruk. Pipa pengeruk selalu lebih fleksibel, terbagi dala m
beberapa bagian, mengapung agar tangkai pengungkit cukup bebas untuk mengayunkan tangkainya.
Untuk mencapai jangkauan sepenuhnya, harus menggunakan penghubung pipa yang dapat dilepas
atau dihubungkan kembali dengan sebuah sambungan yang baru.
2. KAPAL PENANGKAP IKAN (FISHING VESSEL)
2.1. Pendahuluan
Agar supaya Aturan ini dapat diaplikasinkan dengan sepenuhnya, maka penting untuk dipahami alas an-
alasan untuk mengolahgerakkan kapal penangkap ikan pada saat kapal melakukan penangkapan ikan.
Hal ini juga penting untuk mengetahui sisi mana jarring penangkap ikan diturunkan dan menyebabkan
rintangan. Berikut ini dikemukakan beberapa pemahaman penting pada saat kapal penangkap ikan
sedang melakukan penangkapan ikan. Aturan 26 (b) membedakan antara kapal yang sedang
menangkap ikan dengan jaring trawl dan kapal yang melakukan penangkapan ikan dengan bukan jaring
trawl. Sebuah kapal trawl yang sedang menyeret jaring di perairan dan sebuah kapal bukan trawl
dengan alat tangkap tali atau jaring yang tidak tersambung diseret lewat perairan.
Berikut ini diuraikan cara penangkapn ikan dengan jarring trawl:
- Trawl buritan (stern trawl)
- Trawl berpasangan (trawl in pairs)
- Beam trawl
Ada dua cara mengoperasikan jarring trawl di dalam air, dan Aturan tidak membedakan kedua cara
tersebut. Perbedaannya hanya pada posisi vertical jaring trawl tersebut dalam air, tidak hanya didasar
perairan (trawl permukaan dasar perairan) atau trawl pertengahan ( trawl ikan pelagis).
Berikut ini cara pengoperasian jaring bukan trawl:
- Jaring Dogol (Denish Seine)
- Jaring kantong (purse seine)
- Jaring insang (gill net)
- Rawai (long line)
147
Gambar 186 : Pukat Hela Berpalang (Beam Trawl)
2.2. Pukat Hela (Trawl)
Pemikiran orang akan selalu mengurangi kecepatan pada saat sedang menyeret jaring trawl
seyogyanya tidak perlu dilakukan. Berbahaya jika kapal mundur karena selalu mengalami resiko tali
atau jaring terbelit pada propell er.
Kebiasaan yang tidak diperhitungkan
Kapal trawl akan cenderung berbelok arahnya yang lebih lebar pada saat mencapai ujung fishing
ground bila akan berbalik haluan melalu arah semula. Juga nelayan biasanya menggunakan peta yang
menunjukkan banyak rintangan yang tidak sesuai dengan permukaan. Untuk mempertahankan arah
jaringnya kapal harus melalui sekitar rintangan tersebut. Olah gerak seperti itu biasanya tidak
diperhitungkan oleh kapal yang bukan sedang menangkap ikan, sebagai kapal yang yang sedang
menangkap ikan sebaiknya menganggap sebagai kapal yang sedang menangkap ikan dan berada pada
situasi berpotongan untuk mempertahankan haluan dan kecepatannya. Ini maksudnya bahwa bukan
hanya sifat pekerjaanya menyebabkan kapal penangkap ikan terbatas kemampuan olah geraknya. la
juga tidak memperhitungkan perubahan haluan untuk memberikan alas an bahwa tidak ada halangan
terhadap kapallain, Sebuah kapal penangkap ikan yang sedang melaju di air bila ia sedang menurunkan
jaring. Bila kapal sedang menarikjaringnya ia harus mengurangi kecepatan dan tetap pada haluannya.
2.2.1. Pukat Hela Buritan (Stern Trawler)
Sebuah kapal trawl buritan menurunkan janngnva melalui buritan kapal. Pemberat dan
pelampung digunakan untuk membuka jaring secara vertical dan otter board dipakai untuk
membuka jaring secara horizontal. Jaring dapat diulurkan pada kedua sisinya sampai 0,1 mile
dari buritan kapal. Panjang dari alat tangkap jarang lebih dari 0.75 mil dar! buritan kapal. Jarak
aman yang dipakai sekitar 1 mil di belakang kapal jika jaring berada di dasar perairan (untuk trawl
dasar) atau dekat dengan permukaan dasar perairan (untuk kapal trawl pelagis). Tidak ada cara
untuk melihatjaringtrawl berada dalam air.
148
2.2.2. Pukat Hela berpasangan (Pair Trawl)
Jaring pada kapal trawl berpasangan sama ukurannya dengan jaring pada trawl buritan, tetapi
dua buah kapal yang membuat jaring terbuka secara horizontal dimana masing-masing kapal
diikatkan salah satu sisi jaring tersebut. Kedua kapal tersebut dilayarkan sejajar secara terpisah
dengan jarak antara kedua kapal tersebut kira-kira 0,3 mil. IKatan sebuah tali antara haluan
kedua kapal tersebut untuk memastikan agar jarak kedua kapal dapat dipertahankan. Kedua
kapal tersebut saling mendekat satu sama lainnya bila kapal menurunkan dan menyeret jaring
tersebut. Jaring harus selalu berada di belakang dan diantara kedua kapal tersebut. Ukuran dan
posisi vertical jaring saat berada dalam air sama dengan jaring pada trawl buritan.
2.2.3. Pukat Hela Berpalang (Beam Trawl)
Jenis alat ini merupakan salah sebuah alat penangkap ikan berupa trawl yang dipasang dengan
alat pembuka berupa palang yang dilengkapi dengan alas berupa sepatu pada kedua ujungnya.
Sepatu tersebut ditarik diatas permukaan dasar perairan. Kapal tersebut biasanya mempunyai
dua buah jaring trawl yang ditarik dengan jarak tertentu antara keduanya. Dua buah batang
pemuat (boom) berada pada kedua sisi kapal, yang diarahkan ke luar dan tali bajanya diulurkan
dari batang pemuat ke arah jaring. Hampir tidak ada resiko jaring tersebut gagal mengembang
pada saat kapal mengurangi kecepatannya. Sebuah kapal pukat hela berpalang (beam trawl) akan
lebih baik diolahgerakkan dibandingkan dengan jenis kapal trawl lainnya tetapi tidak dapat
dibelokkan dengan cara cikar.
Lebar secara keseluruhan dari kapal trawl dan alat tangkapnya saat berada dalam air sebanding
dengan jarak antara ujung batang pemuat yang ditambahkan dengan lebar dari sebuah jaring.
Panjang secara keseluruhan dari alat tangkap kira-kira 3 sampai 4 kali lebar dari jaring tetapi
jarang lebih dari 0,3 mil. Jarak yang aman dari buritan kapal pukat hela berpalang kira-kira 0,2 mil
karena jaring trawl dari kapal pukat hela berpalang selalu berada diatas permukaan dasar
perairan. Kecepatan kapal pukat hela berpalang selama melakukan penangkapan bervariasi
antara 4 dan 8 knot. Kecepatan ini juga perlu dipertahankan bila kapal trawl menurunkan
ja . kece n harus diku
Gambar 187: Pukat Hela Berpalang (Beam Trawl)
149
Gambar 188: Pukat Hela buritan dengan jaring ganda
2.3. Kapal Yang Menangkap Ikan Bukan Dengan Trawl (Pukat Hela)
2.3.1. Menangkap ikan dengan Jaring Dogol (Danish Seine)
Cara penangkapan dengan alat ini menggunakan reaksi alami dari ikan sebelah (flatfish) melarikan
diri saat tali pemberat didekati. Ikan diarahkan ke dalam jaring dengan cara memajukan tali
pemberat. Kita dapat membedakan antara cara aktif dan tidak aktif dalam cara menarik jaring.
2.3.1.1. Jaring Dogol Pasive
Tali pemberat dihubungkan dengan sebuah jangkar yang ditandai dengan pelampung. Saat
jangkar diturunkan bersama tali pemberat, jaring dan ujung tali pemberat lainnya dimasukan ke
dalam air. Kedua ujung tali pemberat membentuk lingkaran dengan diameter kira-kira 500
sampai 2000 meter. Kapal akan mengangkat ujung tali pemberat satunya kemudian
jangkarnya.Sementara jangkar ditarik, kapal secara perlahan menarik kedua ujung tali pemberat
dan terakhir jaringnya. Kapal dalam keadaan olah gerak terbatas bila meletakkan jaringnya dalam
air dan olah geraknya lebih sulit secara keseluruhan bila kapal sedang menarik jaring.
2.3.1.2. Jaring dogol active
Perbedaan dari jaring dogol passive dalam penngkapan adalah kapal tidak menggunakan
jangkar, bila sedang menarik jaring. Kapal dalam keadaan melaju di air dengan kecepatan kira-
kira 2 knot dengan melawan arus. Kapal dalam keadaan terbatas kemampuan olah geraknya
selama dalam tahapan penangkapan. Melewati pada jarak yang cukup kea rah pelampung atau
kapal.
2.3.2. Menangkap ikan Dengan Jaring Lingkar
Jaring lingkar yang mengapung yang digunakan dalam penangkapan ini. Jaringnya dilepas keluar di
sekitar area yang ada gerombolan ikan yang telah ditentukan. Pelampung yang mengapung
menandakan ujung awal dari alat tangkap. Jaring dilepas ke air dalam bentuk lingkaran ke arah
berlawanan dengan pelampung. Diameter lingkaran kira-kira 400 sampai 1000 meter. Untuk
menarik jaring dimulai dari mengangkat jaring, selanjutnya bagian dasar ditarik lebih dekat, dan
ikan disedot dengan pornpa ke atas kapal. Selama kegiatan tersebut berlangsung kapal berhenti
da n kema mpua n olah geraknya terbatas. Ja ring ada dala m air ditarik keatas kapal.
150
Gambar 189: Pukat Lingkar (Purse seine)
2.3.3. Menangkap dengan jaring insang
Jenis penangkapan ini menggunakan jaring hanyut yang kadang-kadang juga tenggelam sarnpal di
dasar perairan. Jaring dilepas ke laut lewat buritan kapal sambil mengikuti arus atau mengikuti
angin blla tidak ada arus. Jaring ditarik lewat haluan kapal sambil kapal dilavarkan dengan
kecepatan perlahan dan melawan arus, atau melawan angin untuk mempertahankan haluannya.
Jaring biasanva hanyut searah arus atau berlawanan dengan arah angin.
2.3.4. Menangkap dengan rawai (long line)
Sebuah tali yang ditandai pada ujungnya dengan pelampung atau radar reflector, diulurkan ke
dalarn air laut dengan kedalkarnan 50 - 800 meter. Pemberat mempertahan agar alat tetap pada
tempatnya. Tali dipasang sangat panjang, kadang-kadang sarnpai 10 mil dengan 50.000 rnata
pancing, dan sering ditandai pada jarak-jarak tertentu dengan pelampung yang menggunakan radar
reflector. Jarak-jarak tertentu itu blsa 200 sarnpal 300 meter. Tali dilepas ke laut melalui buritan
kapal sambil mengikuti arus atau mengikuti angin bila tldak ada arus.Tall ditarik lewat haluan kapal
sambil kapal dllavarkan dengan perla han dan melawan arus atau melawan angin blla tidak ada arus
untuk mempertahankan haluannya. Berlayar mengikuti arus atau blla tidak ada arus
menghanyutkan kapal agar kapal selalu [elas melihat pelampung .
. .. ~.
Gambar 190: Rawai tuna (Tuna Long Line)
151
DAFTAR PUSTAKA
BBPPI, 2009, Katalog Alat Penangkapan Ikan Indonesia (Edisi Revisi Pertama, Direktorat Jenderal Perikanan
Tangkap,
Departemen Kelautan dan Perikanan, Jakarta, 358 hal.
Captain A.J. Swift FNI, 2002, Bridge Team Management 2nd Edition, London, 210 pp
Dokkum van Klaas, 2003, Ship Knowledge, a Modern Encyclopedia, Dokmar 1600 AJ Enkhuizen, The
Netherlands,
341 pp
Dokkum van Klaas, 2005, Ship Sailing Rules, Dokmar 1600 AJ Enkhuizen, The Netherlands, 191 pp
Dokkum van Klaas, 2007, The COLREGSGuide, a Fully Illustrated Textbook, 2nd Edition Dokmar 1600 AJ
Enkhuizen,
The Netherlands, 192 pp
IMO, 1986, International Regulation for Preventing Collisions at Sea, amended to 1st October 1989, Brown, Son &
Ferguson Ltd, Glasgow G41- 25 D,32 pp
IMO, 1989, Resolution A.678 (16) Amendments to The International Regulation for Preventing Collisions at Sea,
1972
IMO, 1993, Resolution A.736 (18) Amendments to The International Regulation for Preventing Collisions at Sea,
1972
IMO, 2001, Resolution A.910 (22) Amendments to The International Regulation for Preventing Collisions at Sea,
1972
IMO, 2009, Resolution A.1004 (25) Amendments to The International Regulation for Preventing Collisions at Sea,
1972
Manikome E.W. 2002, Tugas Jaga (Watch Keeping), CV. Aries & Co, Jakarta, 298 hal.
MTC, 2003, International Regulations and Conventions, Marine Technical College Ashiya, Japan, 29 pp,
MTC, 2003, International Maritime Convention and Disasters I, Marine TechnicalColiege Ashiya, Japan, 19
pp,
Soebekti S.H.R. Capt. 1994. Peraturan Pencegahan Tubrukan di Laut (P2TL 1972) Tubrukan air Pedalaman
(RI) Bandar 1925, Yayasan Pendidikan Pelayaran "Djadajat 1963/1 Jakarta, 118 hal.
Tim BPLP Semarang, 1986, Peraturan Internasional Mencegah Tubrukan di Laut 1972 (Penjelasan
Penerangan dan Sosok Benda), Balai Pendidikan dan Pelatihan Pelayaran Semarang, 154 hal
152

STUDI KASUS
153
PETUNJUK MENGERJAKAN STUDI KASUS
1. Taruna/Peserta dibagi dalam kelompok, dengan jumlah anggota kelompok 4 - 5 orang
2. Setiap anggota kelompok berperan (Roll play) sebagai Nakhoda (Master), Mualim I (Chief Officer), Iuru
mudi (Helms man), Radar operator, dan panjarwala (observer) pada setiap Kapal (Kapal A dan Kapal B)
3. Setiap kelompok diberi kesempatan (15 - 20 menit) untuk mempelajari kronologis terjadinya peristiwa
tabrakan kapal, dan berdiskusi antara anggota masing-masing kelompok (aturan-aturan PIMTL 1972
yang diterapkan) untuk menyampaikan argumentasi pada saat diskusi dalam kelompok (kapal A dan
Kapal B), sambil mengisi lembar ketja yang disediakan (tindakan positip yang dilakukan dan tindakan
yang perlu diperbaiki)
4. Masing-masing peserta yang berperan di kapal sebagai nakhoda, mualim I, radar operator, juru mudi
dan panjarwala setiap kapal akan menyampaikan pendapatnya pada saat berdiskusi antar kelompok,
berdasarkan aturan-aturan PIMTL 1972 yang diterapkan pada saat sebelum terjadi tabrakan (sesuai
dengan tindakan positip yang telah dilakukan dan tindakan yang perlu diperbaiki)
5. Tindakan-tindakan yang positip dan yang harus diperbaiki akan dapat menjawab pertanyaan yang
disodorkan dalam lembar kerja ini. Proporsi kesalahan diungkapkan dalam nilai persentase yang nilainya
sangat relatip tergantung dari keahlian menilai.
6. Dosen/Guru/Pelatih yang membimbing dalam diskusi kelompok memberikan solusi atau simpulan dari
hasil diskusi antara kelompok.
7. Selamat berdiskusi.
154
Kapal A (600 t).
Kasus 1
Waktu Kejadian
17.42
Pada saat kapal sedang masuk mendekati selat C, kapal dikemudikan dengan haluan 323°
dan kecepatan penuh 9,3 knot.
Setelah kapal A melihat 2 penerangan putih, sebuah penerangan merah dan sebuah
penerangan hijau kapal B pada saat jarak kira-kira 2,3 mil pada baringan 3° sebelah kiri
holuannva, kapal A merobah haluan kearah 308°.
Pada saat ia mengingatkan bahwa kapal B sangat dekat pada haluan konannva, ia
merobah haluan ke kiri (cikar kiri) dengan tiba-tiba, tetapi ia bertabrakan dengan kapal B
17.47
17.54,45"
KapalB
........
'...
<,
...,
.... ,
pada pkl. 17.55.
17.38
, ''..\
'.
\
\
~
\

-,
.............

~\ ~- '\ ~ )
( ./ ..
t / ...
.',
" ..'~\

(
50
155
47
,~
,
,~
,-,"
17.42
KapalA
Kapal B (200 ton)
Waktu
Kejadian
17.38
17.48
17.50
17.52
17.52.30"
17.54.15"
Pertanyaan :
Pada saat kapal B sedang masuk mendekati selat C, kapal dikemudikan dengan haluan
1400dan kecepatan penuh 9,0 knot.
Kapal B melihat 2 penerangan putih, sebuoh penerangan hijau kapal A pada saat
pertama jarok kira-kira 2,1 mil pada sebelah kanan haluannya. la mengetahui lewat
lampu jolon kapal A bahwa kapal A sedang melewati selat dari arah kanan ke kiri
setelah kapal A merubah haluannya kearah kiri dari sebelah kanan selat.
Pada saat ia melihat 2 penerangan putih dan sebuah penerangan hijau kapal A pada
jarak kira 1,4 mil pada baringan 50 sebelah kanan haluan kapalnya, ia mengisyaratkan
satu kali lampu sorot ke arah haluan kapal A karena ia menduga bahwa kapal A sesaat
akan merubah haluan ke kanan lalu pada saat yang sama ia merubah haluan ke arah
1500
Pada saat ia melihat 2 penerangan putih dan sebuah penerangan hijau kapal A pada
jarak kira-kira 0,8 mil dari arah haluan sebelah kanon, ia merobah haluan ke arah 1700
kemudian ia memberi isyarat satu kali lampu sorot karena ia mengira kapal A akan
merubah haluan ke arah kanan.
la mengurangi kecepatan jadi 7knot (mesin maju setengah)
Pada saat ia mendekati kapal A pada jarak 350 meter pada baringan 210pada arah kiri
haluan, ia merubah haluan ke kanan dengan tiba-tiba, memberi isyarat ke arah depan
dengan lampu sorot, menghentikan mesin dan kapal mundur penuh, tetapi ia
bertabrakan dengan kapal A pada pkI15.55.
1. Aturan mana yang harus digunakan dalam kasus ini ?
2. Apa penyebab utama dalam tabrakan kapal ini ?
3. Bagaimana mereka harus melakukan tindakan untuk pencegahan tubrukan ?
4. Bagaimana pendapat anda tentang proporsi kesalahan antara kapal A dan kapal B ?
156
KapalA
Tindakan Positif
KapalB
Lembar Kerja:
Tindakan yang harus diperbaiki (to be improved)
Tindakan Positif Tindakan yang harus diperbaiki (to be improved)
157
Kapal X ( 430 t).
Kasus 2
Haluannya 054°, kapal mengurangi sampai 8,5 knot. Kapal berlayar sepanjang sisi kanan sebagaimana yang
dianjurkan dalam peta lout.
Waktu
Kejadian
22.47
23.02
23.04
23.05
23.09
Kapal Y (199t)
Pada soot kapal tiba di titik A, 10 melihat duo penerangan tiang warna putih dan sebuah
penerangan lambung (hijau) dari kapal Yyang sedang menuju ke timur, sebuah penerangan
buritan dari Z yang berada sekitar 300 m pada baringan 3ft sebelah kanan haluannya dan
beberapa penerangan hijau dari kapal-kapal yang sedang menangkap ikon pada sebelah
utara dari pelampung no 2.
10 paham bahwa ia sedang mendekati kapal Z dalam situasi sedang menyusul yang
kecepatannya tidak jauh bebrbeda antara kapal X dan Z.
Pada soot ia tiba di titik B, ia mulai merobah haluannya ke 087 setelah kapal Z merobah
haluannya ke arah kanan.
10 berhenti merobah haluan karena ia mendekati kapal Z pada titik C dan kemudian ia
mempertahankan haluannya pada 073°
Pada soot ia melihat penerangan hijau kapal Y yang berada kira-kira 410 meter darinya
pada baringan 11° sebelah kiri kearah buritan, ia salah mengira bahwa sebuah penerangan
hijau adalah penerangan hijau dari kapal yang sedang menangkap ikon.
Pada soot ia memperhatikan bahwa penerangan hijau adalah penerangan lambung kapal Y,
ia cikar kemudi ke kiri secara tiba-tiba dengan mesin mundur penuh, tetapi ia bertubrukan
dengan kapal Ypada pkl, 2310.
fa sedang berlayar dengan haluan 110° dengan kecepatan penuh 9,3 knot.
Waktu
Kejadian
22.47
la melihat dua penerangan putih dari tiang kapal X dan sebuah penerangan lambung
(merah) dan penerangan dari kapal Z kira-kira pada jarak 2 mil darinya pada baringan 47°
dari haluan ke arah kanan.
22.53 Setelah ia melihat sebuah penerangan pada pelampung no. 2 kira-kira pada baringan 5
atau 6 derajat pada sebelah kiri haluan, ia merobah haluannya ke arah 086° dengan auto
pilot. Pada soot itu kapal X berada pada jarak 2100 m darinya pada baringan 67° dari arah
sebelah kanan haluan.
fa mendekati kapal X, tetapi ia tidak memperhatikan bahwa baringan pedoman pada kapal
X tidak berubah karena ia telah memberikan peringatan pada situasi berhadapan dan ada
kapal-kapal yang sedang menangkap ikon di lambung sebelah kirinya.
fa mempertahan
haluan dan kecepatannya. fa bertabrakan dengan kapal X pada pkl. 2310.
158
Kapal Y
Pertanyaan:
KapalX
F22.53
A .'
(/
KapalZ
.'
,.
.'
(No.2)
1. Pada kasus tabrakan ini, berikan pendapat anda tindakan yang di/akukan oleh kapa/ X dan Y?
2. Aturan manakah yang harus diterapkan da/am kasus ini >?
3. Apa penyebab utama yang terjadi da/am kasus ini.
4. Apa pendapat anda mengenai porsi kesa/ahan yang di/aukan oieh kapa/ X dan Y.
159
23.10
Kapal X
Tindakan Positif
KapalY
Lembar Kerja :
Tindakan yang harus diperbaiki (to be improved)
Tindakan Positif
Tindakan yang harus diperbaiki (to be improved)
160
Kapal A (SOOton).
Kasus 3
Haluan kapal 020 derajat, berlayar dengan kecepatan penuh 10 knot. Kapal mengurangi kecepatan menjadi 9
knot karena penglihatan terbatas dengan jorok 3 mil. Pada jorok penglihatan terbatas hanya 100 meter, kapal
masih mempertahankan kecepatannya.
Waktu
Kejadian
04.53 Kapal mendeteksi gema dari kapal B pada layar radornvo, pada soot pertamadan
mendapatkan kapal B pada jorok 12mil kira-kira pada baringan 2 atau 3 derajat pada
sebelah kiri haluannya.
05.13 Pada soot 10 memperhatikan gema dari kapal B pada jarak 5mil darinya dengan baringan
11 derajat dari sebelah kiri haluannva, ia merubah haluan ke arah 030 derajat.
05.23
Setelah ia memperhatikan bahwa gema dari kapal B berada pada jarak 1,4
mil pada
baringan 28 derajat sebelah kiri haluannva, ia mengurangi kecepatan menjadi 7knot dan
merubah haluannya menjadi 045 derajat.
05.2774
Pada soot ia melihat kapal B berada didepannva, ia merubah haluan dengan cikar kanan
secora tiba-tiba dan sesaat kemudian merubah haluan dengan cikar kiri dan langsung
bertabrakan dengan kapal B pada pkl. 05.28.
Kapal B (4000 ton)
Berlayar dengan haluan 198 derajat, kecepatan penuh 19 knot, juru mudi diberi tugas sebagai panjarwaio
karena jorok pandang menjadi 3 mil. Pada soot jorok pandang hanya 100 meter, ia mulai memberikan isyarat
kabut.
Waktu Kejadian
05.00 Pertama kali 10 mendeteksi gema dari kapal A pada layar radar berada pada jarak 10 mil
pada baringan kira-kira 2 atau 3 derajat sebelah kiri haluannya.
05.16
Pada soot ia memperhatikan gema kapal A pada jorok kira-kira 4 mil darinya dengan
baringan kira-kira pada
12 derajat sebelah kiri haluan, ia merubah haluan kearah 180
derajot.
05.20 Setelah ia memperhatikan bahwa gema dari kapal A berada pada 2,4 mil dari arah depan
haluannva, ia merobah haluannya ke arah 160 derajat.
05.2774
Pada soot ia melihat bahwa gema dari kapal A berada sangat dekat pada arah sebelah
kanan holuonnya, ia merobah haluan dengan cikar kiri, tetapi ia
bertabrakan dengan kapal
A pada pkl. 05.28.
Pertanyaan :
1. Aturan mana yang horus diterapkan dalam aturan ini ?
2. Apa penyebab utama dalam kasus ini ?
3. Apa yang horus mereka lakukan untuk mencegah tubrukan ini ?
4. Apa pendapat anda mengenai porsi kesalahan yang dilaukan oleh kapal A dan B.
161
w
--
N
3
2
0516
20
162

B
KapalA
Tindakan Positif
KapalB
Lembar Kerja:
Tindakan yang harus diperbaiki (to be improved)
Tindakan Positif
Tindakan yang harus diperbaiki (to be improved)
163
Kapal A (12.000 t)
Kasus 4
Berlayar dengan haluan 190°, kecepatan 13knot (kecepatan penuh)
Waktu Kejadian
0728
0738
0742
0750
0752
0753
la memperlihatkan penerangan sesuai aturan
la merobah haluan ke 200°, setelah ia melihat sekelompok armada kapal penangkap ikan yang
berada di depannya.
la melihat penerangan tiang kapal B yang berada 2,9 mil darinya pada baringan 34° sebelah kiri
haluannya. Pada waktu yang soma, ia mengurangi kecepatannya menjadi 7,5 knot karen a ia
melihat 3 buah kapal besar yang sedang melaju memasuki traffic route. Setelah itu ia
memperhatikan bahwa baringan dengan kompas terhadap kapal B tidak berubah.
Pada saat ia mendekati kapal B pada jarak 1.700 m, ia memberikan 5x isyarat lampu sebanyak
3 kali berturut-turut, karen a ia melihat kapal B tidak menanggapi isyaratnya.
la menghentikan mesinnya pada saat kapal B berada pada jarok kira-kira 850m
la menjaiankan mesin mundur penuh pada saat ia berada sangat dekat dengan kapal B kira-kira
300 m darinya, tetapi akhimya ia bertabrakan dengan kapal B pada pkl. 0754.
KapalB (470t)
Waktu
Kejadian
0731 la sedang measuki traffic route dengan kecepatan 8,5knot
Haluannya 314° dan ia memperlihatkan penerangan sesuai aturan.
0747
la merobah haluannya ke arah 30r dan berlayar dengan memperhatikan sekelompok armada
kapal penangkap ikan kapal yang saling berhadapan.
07530/4
Setelah ia memperhatikan pertama kalinya bahwa kapal A yang datang mendekatinya ke arah
kanan haluannya, ia menjalonkan mesin mundur penuh secara tiba-tiba dan ia bermaksud
merobah haluan dengan cikar kanan, tapi ia bertabrakan dengan kapal A pada pkl. 0754.
164

0728
0

K-Lsland
0

c:::>
0')
~

38
42
0754
Pertonyoon :
1. Aturan monakoh yang horus dipako! tioiam kosus in 7
2. Apa peoyebob utoma daiom kasos in 7
3. 8agaimana mereko horus bertindak untuk mencegah tubrukan 7

A
42

t#
4. 8agaimana meaorut oada tentang proporsi kesaioha« antaro kopo! A dan kapo! 87
165
N

-,
-
KapalA
Tindakan Positif
KapalB
Lembar Kerja:
Tindakan yang harus diperbaiki (to be improved)
Tindakan Positif
Tindakan yang harus diperbaiki (to be improved)
166
Kapal A ( SOOt).
Kasus 5
Waktu
Kejadian
15.00
Kapal sedang berlayar dengan haluan 225° dengan kemudi otomatis pada kecepatan penuh
10,4 knot
Kapal merewang ke arah sala satu sisi sebesar fl, karena mendapat angin dari sebelah
tenggara dengan kekuatan 3skala Beaufort.
15.18 Pada saat ia melihat kapal B untuk pertama kalinvo, ia memperkirakan bahwa kapal
tersebut akan melewatinya pada samping kanannya karena ia melihat kapal B kira-kira fl
berada disamping kanan haluannya.
15.21
la mempertahan haluan dan kecepatannya.
15.25
la merubah haluannya ke kiri pada 21fl
15.30
la bertabrakan dengan kapal B
Kapal B (500t)
Ja sedang berlayar dengan haluan 039° dengan kemudi otomatis pada kecepatan penuh 9,8 knot. Halaun
kapalnya merewang fl kearah salah satu sisinya karena angin tenggara.
Waktu Kejadian
15.18
15.21
15.25
15.29%
Ja memperhatikan pada layar radarnya gema dari kapal A pada saat pertama kalinya
sejauh 4 mil, kira-kira 2° - 3° disebelah kanan haluannya. la memperkirakan bahwa kapal A
dalam situasi berhadapan dengannya.
Pada saat ia melihat secara visual Kapal A kira-kira berada 3 mil dari nya pada arah yang
soma, ia meperkirakan bahwa kapal A akan berpapasan di sebelah kanannya dengan jorok
kira-kira 60 meter .satu sama lainnya. Jamempertahankan haluan dan kecepatannya
Jatidak memperhatikan bahwa kapal A merobah sedikit haluannya ke kiri.
Pada saat ia melihat bahwa kapal A berada makin dekat dengannya , ia tiba-tiba merubah
haluannya dengan cikar kiri dan mesin stop. Tetapi ia bertabrakan dengan kapal A pada
jam 1530.
167
i
Pertanyaan:
j
,
l
r
I

.
!

o
1518
25 2'1
1530
mi 1 e
23
r

1
1------1----1---+---1'
1, Pada kasus tabrakan ini, berikan pendapat anda tindakan yang di/akukan o/eh kapa/ A dan B ?
2, Aturan manakah yang harus diterapkan da/am kasus ini >?
3, Apa penyebab utama yang terjadi da/am kasus ini.
4. Apa pendapat anda mengenai porsi kesa/ahan yang di/aukan o/eh kapa/ X dan Y.
168
Kapa/ A
Tindakan Positif
KapalB
Lembar Kerja :
Tindakan yang harus diperbaiki (to be improved)
Tindakan Positif
Tindakan yang harus diperbaiki (to be improved)
169
SOAL-SOAL UJIAN
170

Ii
UJIAN AKHIR SEMESTERV (LIMA)
Mata Kuhah Dinasjaga/Peraturan Internasional Mencegah Tubrukan
di Laut
Hari/Tanggal
Program Studi
Waktu
Petunjuk cara menjawab soal
1 Semuajawaban ditulis di kertas jawaban yang tersedia
TPI
(90menit)
2. Untuk soal pilihan cukup memberi tanda silang (x)/menulis huruf jawaban yang paling benar.
3. Untuk soal uraian (essay) dijawab dengan uraian yang jelas.
A. SOAl PILIHAN GAN (NllAI TIAP SOAl: 2)
1. Aturan 24 P2TLmengatur tentang :
a. Kapaltenaga yang sedang berlayar b. Kapal penangkap ikan
c. Kapalyang sedang menunda dan mendorong d. Kapalyang terkekang oleh saratnya
2. Aturan 23 P2TLmengatur tentang kapal tenaga yang sedang berlayar. Penerangan tiang yang disyaratkan
dalam aturan ini harus memenuhi persyaratan bahwa sektor sinarnya sebesar :
a. 1250 b. 2250 c. 1350 d. 112,50
3. Sektor penerangan buritan sebesar :
a. 2250 b. 112,50
4. Penerangan tunda bagi kapal tunda yang panjangnya < 50 meter dan panjang tundaan < 200 meter selain
memperlihatkan sebuah penerangan tunda warna kuning diatas penerangan buritan, sebagai pengganti
penerangan tiang, harus memperlihatkan
a. Tiga buah penerangan putih b. Dua buah penerangan putih
c. Empat buah penerangan putih d. Jawaban a, b dan c benar
5. Sebuah kapal tunda yang panjangnya 50 meter atau lebih sedang menunda dengan panjang tundaan lebih
dari 200 meter, jika dilihat pada haluan kapal tunda tersebut, akan tampak penerangan sebagai berikut : :
a. Dua buah penerangan putih dan penerangan lambung warna hijau/merah
b. Tiga buah penerangan putiih dan penerangan lambung warna hijau/merah
c. Empat buah penerangan putih dan penerangan lambung warna hijau/merah
d. Empat buah penerangan putih, penerangan tunda ( kuning) dan penerangan lambung merah/hijau
6. Kapal yang sedang menunda, berlayar di alur pelayaran dengan jarak tampak terbatas, isyarat bunyi yang
diperdengarkan adalah :
a. Tiga tiup secara berurutan, terdiri dari satu tiup panjang disusul dengan dua tiup pendek, dengan selang
waktu tidak lebih dari dua menit.
b. Tiga tiup secara berurutan terdiri dari satu tiup pendek disusul dengan dua tiup panjang.
c. Dua tiup secara berurutan terdiri dari satu tiup panjang dan satu tiup pendek
d. Dua tiup secara berurutan terdiri dari satu tiup pendek dan satu tiup panajng
7. Sosok benda untuk sebuah kapal yang sedang menunda, dengan panjang tundaan 200 meter atau lebih,
harus
memperlihat :
a. Sebuah selinder. b. Dua buah bola hitam
c. Sebuah belah ketupat. d. Sebuah kerucut dengan puncak ke atas
171

I
8. Tanda sebuah kapal yang sedang menunda kalau dilihat dari buritan pada malam hari, penerangannya
terlihat sebagai berikut :
a. Sebuah penerangan merah di atas penerangan putih keliling
b. Sebuah penerangan keliling warna kuning diatas penerangan buritan
c. Sebuah penerangan warna kuning, diatas penerangan buritan
d. Sebuah penerangan cerlang warna kuning diatas penerangan buritan
9. Panjang tundaan dihitung dari :
a. Buritan kapal yang menunda sampai haluan kapal yang ditunda terakhir
h. Buritan kapal yang ditunda sampai buritan kapal yang ditunda terakhir
c. Buritan kapal menunda sampai buritan kapal berikutnya.
d. Buritan kapal yang menunda sampai buritan kapal yang ditunda terakhir.
10.Sebuah kapal layar yang sedang berlayar, panjang kapal lebih dari 20 meter, jika pada malam hari
memperlihatkan penerangan, maka penerangan yang dilihat dari haluan sebagai berikut :
a. Penerangan hijau di sisi kanan, penerangan merah di sisi kiri, perangan tiang diatas warna merah
dibawah marna hijau, dan penerangan tiang warna putih.
h. Penerangan hijau di sisi kanan, penerangan merah di sisi kiri, perangan tiang diatas warna merah
dibawah marna hijau.
c. Penerangan hijau di sisi kanan, penerangan merah di sisi kiri dan penerangan putih
d. Penerangan hijau di sisi kanan, penerangan merah di sisi kiri, dan penerangan tiang warna hijau dan
merah dalam kombinasi lentera.
l1.Pada siang hari sebuah kapallayar yang panjangnya lebih dari 20 rn, sedang berlayar harus memperlihatkan:
a. Sebuah kerucut yang puncaknya menghadap ke bawah
h. Sebuah belah ketupat dan sebuah bola
c. Sebuah kerucut yang puncaknya menghadap ke atas
d. Sebuah selinder
12. Dalam aturan 26 mengatur tentang kapal penangkap ikan, bagi kapal yang sedang mendogol pada malam
hari ciri khas kapal tersebut harus memperlihatkan :
a. Dua penerangan keliling bersusun tegak, yang di atas berwarna merah dan yang di bawah berwarna
hijau.
h. Dua buah penerangan keliling bersusun tegak, yang di atas berwana hijau dan yang di bawah berwarna
merah.
c. Dua buah penerangan keliling bersusun tegak yang di atas berwarna putih dan yang di bawah berwarna
hijau
d. Dua buah penerangan keliling bersusun tegak, yang di atas berwarna hijau dan yang di bawah berwarna
putih.
13. Kapal ikan sedang mendogol, panjang kapal kurang dari 50 meter, pada malam hari sedang melaju di air,
dilihat dari depan, maka penerangan yang terlihat adalah sebagai berikut :
a. Penerangan lambung hijau di sisi kanan, merah di sisi kiri, penerangan keliling bersusun tegak, di atas
warna hijau di bawah warna merah
b. Penerangan lambung hijau di sisi kanan, merah di sisi kiri, penerangan keliling bersusun tegak, di atas
warna merah di bawah warna putih
c. Penerangan lambung hijau di sisi kanan, merah di sisi kiri, penerangan keliling bersusun tegak, di atas
warna hijau di bawah warna putih
d. Penerangan lambung hijau di sisi kanan, merah di sisi kiri, penerangan keliling bersusun tegak, di atas
warna putih di bawah warna merah, dan sebuah penerangan tiang warna putih.
14. Sebuah kapal yang sedang menangkap ikan dengan trawl, panjang kapallebih dari 50 meter, sedang melaju
di air, penerangan yang terlihat dari depan adalah sebagai berikut :
a. Penerangan lambung hijau di sisi kanan, merah di sisi kiri, penerangan keliling bersusun tegak, di atas
warna hijau di bawah warna putih
172
b. Penerangan lambung hijau di sisi kanan, merah di sisi kiri, tiga penerangan bersusun tegak, di atas warna
putih, di tengah warna hijau di bawah warna merah
c. Penerangan lambung hijau di sisi kanan, merah di sisi kiri, tiga penerangan bersusun tegak, di atas warna
putih, di tengah warna putih, di bawah warna hijau
d. Penerangan lambung hijau di sisi kanan, merah di sisi kiri, tiga penerangan bersusun tegak, di atas warna
putih di tengan warna hijau di bawah warna putih.
15. Sebuah kapal yang sedang menangkap ikan dengan long line, sedang melaju di air, panjang alat yang
menjulur ke luar lebih dari 150 meter, pada malam hari penerangan yang terlihat dari buritan sebagai
berikut:
a. Dua penerangan bersusun tegak merah di atas putih di bawah
b. Tiga penerangan bersusun tegak, merah di atas, putih di tengah dan putih di bawah
c. Empat penerangan bersusun tegak, merah di atas dan tiga buah penerangan putih di bawahnya
d. Tiga penerangan bersusun tegak, putih di atas, merah di tengah dan putih di bawahnya.
16. Sebuah kapal yang sedang menangkap ikan, alat tangkapnya menjulur ke luar sepanjang 150 meter, sosok
benda yang harus diperlihatkan pada siang hari sebagai berikut :
a. Sebuah belah ketupat dan sebuah kerucut ke arah alat yang diturunkan
b. Dua buah kerucut yang puncaknya saling bertemu dan sebuah kerucut yang puncak menghadap ke
bawah dekat alat yang diluncurkan.
c. Dua buah kerucut yang puncaknya menghadap ke atas dan kebawah, dan sebuah kerucut yang
puncaknya menghadap ke atas dekat alat yang diluncurkan.
d. Dua buah kerucut yang puncaknya saling bertemu dan sebuah kerucut yang puncak menghadap ke atas
dekat alat yang diluncurkan
17. Sebuah kapal yang tidak dapat dikendalikan, penerangan yang terlihat pada malam hari dari arah haluan
kapal tersebut sebagai berikut :
a. Dua buah penerangan keliling warna merah bersusun tegak, dan penerangan lambung.
b. Dua buah penerangan keliling bersusun tegak, di atas warna merah di bawah warna hijau
c. Dua buah penerangan keliling warna putih bersusun tegak dan penerangan lambung
d. Jawaban a, b dan c salah
18. Sebuah kapal yang terbatas kemampuan olah geraknya,dan melaju di air harus memperlihatkan penerangan
pada malam hari, panjang kapal lebih dari 50 meter, jika dilihat dari lambung kanan penerangannya akan
tampak sebagai berikut :.
a. Tiga buah penerangan keliling warna merah, penerangan lambung warna hijau, dua buah penerangan
tiang warna putih.
b. Tiga buah penerangan keliling warna merah bersusun tegak, penerangan lambung warna merah, dua
buah penerangan tiang warna putih, penerangan tiang belakang lebih tinggi dari penerangan tiang
depan
c. Tiga buah penerangan keliling bersusun tegak penerangan teratas dan terbawah warna hijau yang di
tengah warna putih, penerangan lambung warna hijau, dua buah penerangan tiang warna putih
penerangan tiang belakang lebih tinggi dari penerangan tiang depan
d. Tiga buah penerangan keliling bersusun tegak, penerangan teratas dan terbawah warna merah dan
yang di tengah warna putih, penerangan lambung warna hijau, dua buah penerangan tiang warna putih,
penerangan tiang belakang lebih tinggi dari penerangan tiang depan.
19. Sebuah kapal yang terbatas kemampuan olah geraknya, pada siang hari harus memperlihatkan sosok benda
di tempat yang terlihat jelas, berupa:
a. Tiga buah sosok benda bersusun tegak, sosok benda teratas dan terbawah berbentuk kerucut dan yang
ditengah berbentuk bola
b. Tiga buah sosok benda bersusun tegak, sosok benda teratas dan terbawah berbentuk belah ketupat dan
yang ditengah berbentuk bola
c. Dua buah sosok benda bersusun tegak berupa bola hitam
173
d. Tiga buah sosok benda bersusun tegak, sosok benda teratas dan terbawah berbentuk bola dan yang di
tengah berbentuk belah ketupat.
20. Aturan 28 mengatur tentang kapal yang terkekang oleh saratnya. Jika sebuah kapal yang demikian dengan
panjang kapallebih dari 50 meter, sedang melaju di air, maka pada malam hari jika terlihat dari arah buritan
maka akan tampak penerangan sebagai berikut :
a. Tiga buah penerangan bersusun tegak wana merah dan sebuah penerangan di bawahnya berwarna
putih
b. Tiga buah penerangan bersusun tegak berwarna putih dan sebuah penerangan berwarna merah
c. Lima buah penerangan bersusun tegak, dua diatasnya berwarna putih dan tiga buah di bawahnya
berwarna merah
d. Semuajawaban, a, b dan c salah.
21. Kapal yang sedang mengeruk, kemampuan olah geraknya terbatas dengan rintangan yang ada pada sisi
lambung kiri, panjang kapal lebih dari 50 meter, dilihat dari lambung kanan, pada malam hari penerangan
yang dilihat sebagai berikut:
a. Tiga buah penerangan keliling bersusun tegak diatas dan dibawah berwarna merah dan ditengah warna
putih, dua buah penerangan keliling warna hijau bersusun tegak, dua buah penerangan keliling warna
merah bersusun tegak, penerangan lambung warna hijau, penerangan tiang depan warna putih lebih
rendah dari penerangan tiang belakang
b. Tiga buah penerangan keliling bersusun tegak diatas dan dibawah berwarna hijau dan ditengah warna
putih, dua buah penerangan keliling warna hijau bersusun tegak, dua buah penerangan keliling warna
merah bersusun tegak, penerangan lambung warna hijau, penerangan tiang depan warna putih lebih
rendah dari penerangan tiang belakang
c. Tiga buah penerangan keliling bersusun tegak diatas dan dibawah berwarna hijau dan ditengah warna
putih, dua buah penerangan keliling warna hijau bersusun tegak, dua buah penerangan keliling warna
merah bersusun tegak, penerangan lambung warna merah, penerangan tiang depan warna putih lebih
rendah dari penerangan tiang belakang
d. Tiga buah penerangan keliling bersusun tegak diatas dan dibawah berwarna hijau dan ditengah warna
putih, dua buah penerangan keliling warna hijau bersusun tegak, dua buah penerangan keliling warna
merah bersusun tegak, penerangan lambung warna merah, penerangan tiang depan warna putih lebih
tinggi dari penerangan tiang belakang
22. Kapal yang sedang membersihkan ranjau, panjang kapal < 50 meter, pada malam hari dilihat dari lambung
kiri, penerangan yang terlihat sebagai berikut :
a. Tiga buah penerangan keliling warna hijau bersusun tegak, penerangan tiang dan penerangan lambung
warna merah.
b. Dua buah penerangan keliling warna hijau, bersusun tegak, penerangan tiang dan penerangan lambung
warna hijau
c. Dua buah penerangan keliling warna hijau bersusun tegak, penerangan tiang dan penerangan lambung
warna merah
d. Tiga buah penerangan keliling warna merah bersusun tegak, penerangan tiang dan penerangan lambung
warna hijau
23. Pada siang hari sebuah kapal yang terkekang oleh saratnya, pada siang hari memperlihatkan sosok benda
berupa:
a. Tiga buah bola hitam bersusun tegak
b. Dua buah kerucut dan sebuah bolah hitam bersusun tegak
c. Sebuah selinder
d. Sebuah bola hitam
24. Sebuah kapal pandu panjang > 50 meter, sedang berlabuh jangkar, jika dilihat dari lambung kiri pada malam
hari maka penerangannya terlihat sebagai berikut :
a. Dua buah penerangan keliling bersusun tegak, di atas warna putih dibawah warna merah, dua buah
penerangan labuh warna putih keliling, penerangan depan lebih rendah dari belakang.
174
b. Dua buah penerangan keliling bersusun tegak diatas warna merah di bawah warna putih, dua buah
penerangan labuh warna putih keliling, penerangan depan lebih tinggi dari penerangan belakang
c. Dua buah penerangan keliling bersusun tegak diatas warna hijau di bawah warna putih, dua buah
penerangan labuh warna putih keliling, penerangan depan lebih rendah dari penerangan belakang.
d. Jawaban a, b dan c salah
25. Kapal yang sedang berlabuh jangkar pada siang hari memperlihatkan sosok benda berupa :
a. Dua buah bolah hitam bersusun tegak
b. Tiga buah bola hitam bersusun tegak
c. Sebuah bola hitam
d. Sebuah kerucut dengan puncak menghadap ke bawah
26. Kapal yang ingin menyusul kapal lain pada sisi lambung kanan kapal lain, harus memperdengarkan isyarat
bunyi sebagai berikut:
a. Dua tiup panjang diikuti dua tiup pendek
b. Dua tiup panjang diikuti satu tiup pendek
c. Dua tiup pendek diikuti satu tiup panjang
d. Dua tiup pendek diikuti dua tiup panjang
27. Kapal yang sedang mendekati tikungan atau daerah alur pelayaran sempit, dimana kapal-kapallain mungkin
terhalang oleh rintangan, harus membunyikan isyarat :
a. Satu tiup pendek c. Satu tiup panjang
b. Lima kali tiup pendek d. Lima kali tiup panjang
28. Isyarat olah gerak untuk kapal yang sedang merubah haluan ke kanan sebagai berikut
a. Satu tiup panjang b. Dua tiup pendek
c. Satu tiup pendek d. Dua tiup panjang
29. Kedudukan tegak penerangan tiang depan dan tiang belakang menurut Aturan Tambahan layat 1 (a) harus
terpisah sebesar :
a. 4,5 meter b. 6 meter c. 5 meter d. 2,5 meter
30. Kedudukan tegak dari penerangan atau sosok benda pada kapal yang sedang mengeruk atau melakukan
kegiatan dalam air, sesuai ketentuan harus berjarak minimal:
a. 4,5 meter b. 6 meter c. 1, 5 meter d. 2 meter
B. ESSAY(kerjakan di balik kertas jawaban pilihan ganda)
(Nilai 10). 1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan (nilai 10) :
a. Satu tiupan pendek
b. Satu tiupan panjang
(Nilai 10) 2. Apakah yang dimaksud dengan :
a. Panjang tundaan?
b. Penerangan tunda ?
(Nilai 20) 3. Jelaskan bagaimana caranya memberikan isyarat untuk menyusul pada lambung kiri atau lambung
kanan kapal yang disusul. Bagaimana cara menanggapi isyarat yang diberikn oleh kapal yang akan
disusul. Jika setuju danjika ragu-ragu., isyarat apa yang harus dibunyikan?
------------- Se larnat Menger j ak an ------------------
175
ANKAPIN I 90 menit
Mata Ujian: Dinas Jaga/Peraturan Internasional Mencegah Tubrukan di Laut
A. Pilihan Ganda
1. Dalam melakukan tugas sebagai perwira jaga atau bawahan dalam 24 jam, perlu diperhatikan hal-hal
sbb:
a. Semua orang yang bertugas harus istirahat paling sedikit 10 jam, yang terbagi dalam 2 periode
dan salah satu periodenya paling sedikit 6 jam
b. Semua orang bertugas, kecuali perwira jaga harus istirahat paling sedikit 10 jam yang terbagi
dalam 2 periode da n salah satu periodenya paling sedikit 6 ja m.
c. Semua perwira yang bertugas harus istirahat paling sedikit 10 jam yang terbagi dalam 3 periode
dan salah satu periodenya paling sedikit 3 jam
d. Semua pernyataan a, b, dan c benar.
2. Pembagian tugasjaga dibebankan kepada Mualim I adalah pada :
a. Jam 08.00 sid 12.00 dan jam 20.00 sid 24.00
b. Jam 04.00 s/d 08.00 dan jam 16.00 sid 20.00
c. Jam 12.00 sid 16.00 dan jam 00.00 sid 04.00
d. Jam 16.00 s/d 20.00 dan jam 20.00 sid 04.00
3. Pembagia n tugas jaga di bagian mesin, yang dibebankan kepada Masinis II adalah :
a. Jam 04.00 sid 08.00 dan jam16.00 sid 20.00
b. Jam 08.00 sid 12.00 dan jam 20.00 sid 24.00
c. Jam 12.00 sid 16.00 dan jam 00.00 s/d 04.00
d. Jam 16.00 s/d 20.00 dan jam 08.00 sid 12.00
4. Perwira jaga harus memberi tahu Nakhoda (Calling the Master) bila keadaan sebagai berikut:
a. Jika daya tampak terbatas dihadapi atau diperkirakan serta keadaan lalu lintas atau pergerakan
kapallain menyebabkan permasalahan
b. Jika dengan tidak terduga, daratan atau alat-alat bantu navigasi terlihat meragukan atau ada
perubahan pada hasil perum gema
c. Pada saat kerusakan mesin, mesin kemudi, atau setiap peralatan navigasi yang sangat
diperlukan, rusak/tidak berfungsi
d. Semua pernyataan diatas benar.
5. - Kewaspadaan yang tetap dan terus menerus, selama penjagaan secara visual
- Kewajiban mempelajari perubahan-perubaha n cuaca termasuk jarak pandang
- Keharusan untuk mengidentifikasi gerakan dan baringan dari kapal-kapal yang mendekat
- Keharusan untuk mengamati dengan radar dan pengamatan terhadap kedalaman laut dengan
perum gema
Pernyataan diatas merupakan hal-hal yang harus diperhatikan dalam :
a. Organisasi jaga di anjungan
b. Pengamatan yang baik
c. Teknik pengamatan
d. Tugas dan tanggung jawab perwira jaga
6. Salah satu tindakan yang harus dilakukan dalam pengamatan (look out) adalah menjaga kewaspadaan
terus menerus dengan penglihatan, pendengaran dan juga dengan sarana lain yang ada, sehubungan
dengan setiap perubahan penting dalam hal suasana pengoperasian. Hal ini diatur dalam P2TL 1972 :
a. Aturan 14
b. Aturan 15
c. Aturan 16
d. Aturan 17
176
9.
7. Setiap tindakan yang diambil untuk menghindari bahaya tubrukan, jika keadaan mengijinkan, harus
dilaksanakan dengan tegas, dilakukan dalam waktu yang cukup dan benar-benar memperhatikan
8.
dengan seksama akan syarat-syarat kecakapan pelaut yang baik. Hal ini diatur dalam P2TL1972 :
a. Aturan 7
b. Aturan 8
c. Aturan 9
d. Aturan 10
Padagambar ilustrasi diatas menunjukkan kapal :
a. Kapal menangkap ikan dengan jaring selain dogol mempunyai laju terhadap air, tampak dari depan
dan tampak dari lambung kiri
b. Kapal menangkap ikan dengan jaring dogol mempunyai laju terhadap air, tampak dari depan dan
tampak dari lambung kanan
c. Kapal menangkap ikan dengan jaring selain dogol mempunyai laju terhadap air, tampak dari depan
dan tampak dari lambung kanan
d. Kapal menangkap ikan dengan jaring selain dogol tidak mempunyai laju terhadap air, tampak dari
depan dan tampak dari lambung kiri
Padagambar ilustrasi diatas menunjukkan kapal :
~

I
a. Kapal menangkap ikan dengan jaring selain dogol mempunyai laju terhadap air, tampak dari
depan dan tampak dari lambung kiri
b. Kapal menangkap ikan dengan jaring selain trawl (dogol) jaring menjulur lebih dari 150 m tidak
melaju terhadap air
c. Kapal menangkap ikan dengan jaring (dogol) jaring menjulur lebih dari 150 m tidak melaju
terhadap air
d. Kapal menangkap ikan dengan jaring selain dogol tidak mempunyai laju terhadap air, tampak dari
depan dan tampak dari lambung kiri.
177
10.
dan kecepatan
Kapal yang bertahan
Isyarat peringatan
Mengambiltindakan
Untuk menghindari
tubrukan
Bila kapal yang bertahanmendekati
tubrukan tidak dapat dihindari, karena kapal
yang menghindarlambat mengambil
tindakandia harus segera bertindak.
\\
~ Kemungkinanterjadi tubrukan
\'\\.
\. Masing-masingkapal memberikan
isyarat yang diperlukan
ektor Kepala
.... untuk menunjukansuatu olah
\ ...gerak (aturan 34)
\"\,

\\
Tindakan yang harus diambil dalam gambar ilustrasi diatas adalah harus sesuai
dengan aturan :
a. Aturan 15
b. Aturan 16
c. Aturan 17
d. Aturan 18
"\\,
\\ Kapalyang
Menghindari diwa-
ibkan keluar dr
jalannya
11. Untuk menghindari bahaya tubrukan di laut yang harus dilakukan adalah ...kecuali :
a. Tindakan harus dilakukan dalam waktu yang cukup lapang dengan memperhatikan syarat-syarat
kepelautan yang baik
b. Setiap perubahan haluan dan atau kecepatan harus jelas dan nyata terhadap kapal lain.
Penggantian dari perubahan-perubahan kecil harus dihindari
c. Perubahan haluan secara perlahan-Iahan merupakan tindakan yang tepat
d. Kepadatan lalulintas, termasuk pemusatan kapal-kapal nelayan atau setiap kapallain.
12. Hal-hal yang yang harus dilakukan pada saatjaga di pelabuhan adalah kecuali :
a. Pengaturan untuk melaksanakan tugas jaga dek ketika kapal berada di pelabuhan harus selalu
memadai untuk menjamin keselamatan jiwa, kapal, pelabuhan dan lingkungan serta
memperhatikan aturan yang ada.
b. Nakhoda harus memutuskan komposisi dan lama tugas jaga dek, tergantung pada posisi sandar,
jenis kapal da n sifat tugas
c. Mempertimbangkan kebutuhan perwira dalam menggunakan waktu di darat.
d. Mempertimbangkan seorang perwira yang memenuhi syarat harus bertanggung jawab dalam
tugas jaga dek.
13. Beberapa prosedur dibawah ini harus dilakukan pada saat kapal berlabuh jangkar, kecuali :
a. Menentukan dan memplot posisi kapal pada peta yang baik secara cepat dan tepat
b. Menjamin perondaan keliling kapal dilakukan secara baik
c. Amati keadaan meterologi dan pasang surut, juga keadaan laut.
d. Lakukan tindakan secepatnya bila nakhoda berhalangan, setelah itu beritahu nakhoda.
178
14. Pada gambar ilustrasi dibawah ini adalah
a. Kapal tenaga yang terkekang oleh saratnya, tampak dari lambung kiri
b. Kapal tenaga yang terkekang oleh saratnya, tampak dari lambung kanan
c. Kapal pandu sedang memandu dan berlabuh jangkar, panjang kapal
50 meter atau lebih
d. Kapal pandu sedang memandu dan berlabuh jangkar, panjang kapal
kurang dari 50 meter
15. Pada gambar ilustrasi dibawah ini adalah :
a. Kapal tenaga yang terkekang oleh saratnya, tampak dari lambung kiri
b. Kapal tenaga yang terkekang oleh saratnya, tampak dari lambung kanan
c. Kapal yang panjangnya kurang dari 50 meter sedang berlabuh jangkar, pada malam hari
d. Kapal pandu sedang memandu dan berlabuh jangkar, panjang kapal kurang dari 50 meter
16. Ketika daya tampak terbatas dihadapi atau diperkirakan, tanggung jawab pertama dari perwira jaga
adalah mematuhi peraturan yang berlaku. Sebagai tambahan ia harus melakukan tindakan-tindakan
sebagai berikut, kecuali :
a. Memberi tahu nakhoda ( calling the Master)
b. Melakukan pengawasan yang tepat dan apabila berada diperairan ramal, beralih ke kemudi tangan
c. Mengoperasikan dan menggunakan radar.
d. Melakukan tindakan untuk merobah haluan
179

17. Kapal apa yang memperlihatkan sosok benda ini X?


a. Kapal menangkap ikan dengan dogol atau selain dogol.
b. Kapal tenaga yang terkungkung oleh saratnya.
c. Kapallayar yang juga digerakan dengan mesin
d. Kapal yang tidak dapat diolah gerak
18. - Dua penerangan keliling merah bersusun tegak di tempatkan yang kelihatan sebaik-
baiknya.(pada malam hari)
- Dua bola atau sosok benda berbentuk bola bersusun tegak di tempat yang kelihatan sebaik-
baiknya.(pada siang hari)
- Bilamana mempunyai laju terhadap air, sebagai tambahan penerangan yang diatur dalam paragraph
ini memasang penerangan lambung dan penerangan buritan.(pada malam hari )
Pernyataan diatas menunjukkan :
a. Kapal yang terbatas kemampuan olah geraknya
b. Kapal yang sedang melakukan pembersihan ranjau
c. Kapal yang sedang berlabuh jangkar
d. Kapal tenaga yang terkungkung oleh saratnya.
19. Sosok benda ini adalah sosok benda untuk :
a. Kapal menangkap ikan dengan dogol atau selain dogol.
b. Kapal tenaga yang terkungkung oleh saratnya.
c. Kapallayar yang juga digerakan dengan mesin
d. Kapal yang tidak dapat diolah gerak
20. Sosok benda. adalah sosok benda untuk
a. KapaI berlabuh jangkar.
b. Kapal tunda, panjang tundaan lebih besar dari 150 m
c. Kapal kandas
d. Kapal yang tidak dapat diolah gerak
180
B. Menjodoh kan
Carilah arti dari pernyataan dibawah ini dengan mengisi kolom jawaban sesuai kunci jawaban yang ada pada
lajur kanan (Diisi dengan notasi huru] a sid z)
No. Pernyataan Jawaban No Kunci Jawaban
1 Jaga larut malam ............. a Aturan 8
2 Forenoon watch ............. b Midship
3
Jaga jam 20.00 - 24.00
............. c Aturan 16
4
Daya tampak penerangan lambung pada kapal yang
panjangnya 12 m atau lebih, tapi kurang dari 50 m
.............
d
Saya menyusul
pada lambung kiri
5 Tindakan untuk menghindari tubrukan, aturan .... ............. e Awas
6 Bahaya tubrukan, terdapat dalam atauran .... ............. f Dog watch
7 Kapal tidak berlabuh jangkar atau tidak diikat pada Saya menyusul
daratan atau tidak kandas
............. g
lambung kanan
8 Penerangan kuning yang mempunyai ciri-ciri yang sama
h Waspada
dengan penerangan buritan
.............
9 Maksud Isyarat 2 tiup panjang diikuti 2 tiup pendek ............. i 2mil
10
Suatu keadaan sangat siaga dan siap untuk bertindak
mengatasi apapun yang terjadi
.............
11
Tindakan kapal yang menyimpang, aturan .....
............. k ETD
12
Kapal tenaga yang sedang berlayar harus menghindari
I
Jaga pagi hari
jalannya kapal... ....
.............
13
Kemudi tengah-tenga h
............. m Lookout
14
Sebuah penerangan yang memperlihatkan cahaya yang
tidak terputus-putus meliputi busur cakrawala 3600
.............
j
Kapal yang sedang
menangkap ikan
n
Kapal penangkap
ikan
15 Pengamatan ............. 0 Voyage planning
16 Perencanaan pelayaran ............. p Aturan 7
17 Aturan 26 P2TL 1972 tentang ....... ............. q Night watch
18
Isyarat bunyi terdapat dalam aturan ......
............. r
Penerangan keliling
19
Sektor cahaya penerangan tiang belakang
............. s 1mil
20 Perkiraan waktu tiba ............. t Sedang berlayar
181
u Morning watch
v Penerangan tunda
w Aturan 35
x 2250
Y
ETA
z Steady
B. Essay
1. a. Pada aturan berapakah ditegaskan tentang kebiasaan searang pelaut yang bertanggung
jawab atas kebiasaannya melakukan tugas jaga 7
b. Apakah yang dianjurkan jdisyaratkan bagi searang petugas jag a menurut STew. 7
2. a. Dalam tugas jaga laut saat kapal berlayar apa yang dimaksudkan dengan "penglihatan
terbatas" dan "pengamatan yang balk" 7
b. Jelaskan tindakan-tindakan dalam keadaan penglihatan tersebut dalam mencegah
terjadinya bahaya tubrukan 7
3. Apakah definisi yang dimaksud aleh aturan P2TL 1972 dibawah ini 7
b. Kapal
c. Kapal sedang menangkap ikan
d. Kapal tenaga
e. Kapal yang terbatas kemampuan alah geraknya
4. a. Aturan 2, Ketentuan penerangan apa bagi kapal-kapal ikan yang sedang menangkap ikan dengan pukat,
jika berlayar pada malam hari 7
b.Dan sasak benda yang baigaimana yang harus diperlihatkan pada siang hari. (buat dengan gambar)
5. a. Apakah ketentuan bagi kapal penangkap ikan yang berada di alur pelayaran sempit (aturan 9)7
b. Apa penilaian anda saat bertugas jaga melihat suatu baringan terhadap kapal tersebut tidak berubah7
c. Dalam mencegah bahaya tubrukan aturan 7, sebagaimana dianjurkan untuk menilai
terhadap adanya bahaya tubrukan, jelaskan !
------------- Se lamot Menger j ok an ------------------
182
RIWAYAT PENULIS
Berkeinginan untuk menjadi seorang guru, maka setelah menyelesaikan pendidikan
Diploma III di Akademi Usaha Perikanan Jakarta ia memulai karier sebagai Guru Magang di
SUPM Negeri Bitung, pada tahun 1983. Itulah Silvester Simau, A.Pi, S.Pi, M.Si. Setelah
menjadi Pegawai Negeri Sipil pada tahun 1985, ia selalu ingin belajar sehingga
melanjutkan pendidikan Diploma IV di Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta pada tahun 1987.
Upaya untuk memperdalam ilmu pendidikan selalu menjadi harapannya sehingga pada
tahun 1991 mendapat kesempatan untuk mengikuti pendidikan AKTA IV di IKIP Bandung
sambil menyelesaikan Pendidikan Guru/Widyaiswara Pertanian (PGWP)di Ciawi - Bogor.
Dengan pengalamannya sebagai job training cadet di KM Samudera 22 (long liner) milik PT. Perikanan
Samudera Besar, sebagai instruktur bagi para taruna pada kapallatih KM. Jalajana 01 dan KM. Coelacant serta
instructor job training di TS. Kaigi Maru (Japan), komitmennya terhadap bidang pendidikan perikanan dan
kepelautan terus digelutinya hingga kini. Setelah pindah tugas ke Balai Pendidikan dan Pelatihan Perikanan
Ambon pada tahun 2011, ia melepaskan tugasnya sebagai Dosen Tetap pada matakuliah kepelautan dan
perikanan di Akademi Perikanan Bitung dengan jabatan sebagai Lektor Kepala. Selain Dosen, Silvester Simau
mendapat tugas tambahan sebagai Pembantu Direktur Bidang Akademik dari tahun 2002 s/d 2010, sebagai
Instruktur Basic Safety Training (BST)bagi pelaut kapal niaga dan perikanan (2006 - sekarang), sebagai anggota
tetap Team Penguji Keahlian Pelaut Kapal Penangkap ikan untuk Sertifikasi ANKAPIN I dan II dari tahun 1988
sampai sekarang. Usai lulus Diploma IV STPJakarta, bapak dua anak kelahiran Sikka/Flores, 11 Mei 1960 ini
melanjutkan pendidikan Sl di Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi-Manado (2005) kemudian program
Pascasarjana pada program studi Ilmu Perairan di Universitas yang sama dan menyelesaikan pendidikannya
pada tahun 2008.
Sambil bekerja, suami dari Ir. Jenny Manengkey, M.Si ini mendapat kesempatan untuk mengikuti berbagai
pelatihan teknis di bidang kepelautan, perikanan dan manajemen pendidikan, baik di dalam maupun di luar
negeri. Pelatihan yang pernah dikuti meliputi: Basic Safety Training (BST) di Pusdik PERLAdan Pertamina
Jakarta (2001), TOT Simulator Navigasi dan Penangkapan Ikan di Pusdiklat Perikanan (2001), IMO Model
Course
6.09, Training For Instructors di Direktorat Jenderal Perhubungan Laut (2002), JICA Training Course in
Maritime
Education of Advanced Information Technology (Navigation) di Marine Technical Col/ege-Ashiya-Japan
(2003)
dengan memperoleh sertifikat meliputi : Radar /ARPA Simulator Certificate, Deck Work Management
Certificate, GMDSS Simulator Training Course Certificate, Oil Tanker Simulator Certificate, Ship Handling
and
Simulator Certificate, Standard Training for Maritime Officers Aboard Oil Tankers, Chemical Tankers and
Liquid
Gas Tankers Certificate dan General Japanese Language Course Certificate. Tahun 2004 mengikuti
DIKLATPIM
Tkt. III di LAN-Jakarta, Training Course For Instructor for Crew Resources and Bridge Team Management di
Sinar
Poseidon Gupita (2004), Fisheries Training Simulator Equipment (2004), Internal Auditor, ISO 19011-2002 di
PT.
Java Mitra Mandiri-Jakarta (2005), External Auditor QSS and QMS, ISO 19011-2002 (2005), IMO Model Course
3.12 (Assessment Examination and Certification of Seafarers) di PUSDIKLATPerhubungan Laut-Jakarta (2006),
Integrated Skills Course di English Language Training Center di UNSRAT-Manado (2007), Training on Effective
Capacity Building for Senior Public Officials from Selected OICMember State II di INPUMA-U niversity of
Malaya-
Kualalumpur (2009), GMDSS Simulator in Site Training oleh TELVENT-Spanyoldi Akademi Perikanan Bitung
(2010), Pertemuan Sosialisasi Kebijakan Penanaman Modal bagi Para Pejabat Fungsi Ekonomi Perwakilan
Sewilayah Asia Tenggara, Tengah dan Selatan, di Kota Ho Chi Minh - Viet Nam (2011). Mengikuti Pelatihan
Management of Training (MOT) di PUSDIKLATKKP(2011).
Di sela kesibukannya, Silvester Simau masih menyisihkan waktu untuk menulis artikel tentang kepelautan
dan perikanan serta kegiatan sosiallainnya yaitu sebagai Pengurus Persatuan Alumni Jepang
(PERSADA)Cabang
Manado, Pengurus Ikatan Alumni Pasca Sarjana UNSRAT-Manado, Wakil Ketua Rukun Keluarga Besar NIT
"FLOBAMORA" Kota Bitung, Ketua Badan Pimpinan Sidang Gereja, KGPM (Kerapatan Gereja Protestan
Minahasa) "SILOAM" Tandurusa, Sekretaris Badan Pimpinan Wilayah VII KGPMBitung, Anggota
POKJAKawasan
Minapolitan Wilayah Ambon, dan Penasehat HIMAPIKANI Wilayah VII Maluku.
183

You might also like