Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 19

PEMANFAATAN KULIT PISANG SEBAGAI ADSORBEN UNTUK

MENURUNKAN KADAR BESI (FE) DENGAN ACTIVATOR ZNCL2


PADA AIR SUMUR GALI PADA KELURAHAN BABAU KECAMATAN
KUPANG TIMUR KABUPATEN KUPANG

Oleh :

Puteri Serlinda Nenotek

1506070063

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Air merupakan sumber kehidupan bagi makhluk hidup tidak hanya
manusia tetapi hewan ,tumbuhan dan lain sebagainya. Air merupakan suatu
yang tidak akan lepas dari kehidupan manusia dan mahkluk hidup lainnya. Air
sumur mungkin terkesan sederhana, namun semua orang tahu bahwa betapa
pentingnya air untuk kelangsungan hidup sehingga, biar pun sederhana dapat
membantu mahkluk hidup untuk bertahan hidup.
Air yang berasal dari sumur gali pada saat ini banyak yang
digunakan oleh sebagian masyarakat dimana pada air sumur gali masih
terkandung kadar logam yang bisa berbahaya bagi kesehatan masyarakat bila
menggunakan dalam jangka yang panjang dan dengan jumlah tanpa batas.
Logam berat yang sering kali ditemukan yaitu logam berat Fe dan Mn karena
diduga air sumur itu mengalami kesadahan yang berarti airnya mengandung
zat-zat mineral dalam konsentrasi tinggi sehingga akibatnya ketika digunakan
air sadah untuk mencuci , sabun tidak akan berbusa dan bila diendapkan akan
terbentuk endapan semacam kerak.
Salah satu cara untuk menurunkan kadar besi (Fe) pada air adalah
dengan memanfaatkan karbon aktif sebagai adsorben. Karbon aktif
merupakan salah satu bahan alternative yang digunakan untuk menurunkan
kadar besi (Fe) dan mangan pada air. menurut Prabarini (2013), karbon aktif
atau sering juga disebut sebagai arang aktif adalah suatu jenis karbon yang
memiliki luas permukaan yang sangat besar. Hal ini bisa dicapai dengan
mengaktifkan karbon atau arang tersebut. Biasanya pengaktifan hanya
bertujuan untuk memperbesar luas permukaannya saja, namun beberapa
usaha juga berkaitan dengan meningkatkan kemampuan adsorbsi karbon aktif
itu sendiri sehingga mampu menyerap sejumlah pengotor dalam air.
Bioadsorpsi merupakan teknologi tepat guna yang sudah banyak
digunakan untuk menurunkan konsentrasi Fe pada air sumur. Media yang
biasa digunakan adalah arang aktif berbahan baku kulit singkong ,tempurung
kelapa,tempurung biji jarak,tempurung kemiri, tongkol jagung dan lain-lain.
Kulit singkong memiliki kandungan karbon (C) tinggi. Kulit singkong
memiliki kandungan karbon sebesar 59,31 % (Mazia, 2009). Penelitian
mengenai penggunaan kulit singkong sebagai bioadsorben telah dilakukan
sebelumnya oleh Ikawati (2010) yang menerangkan bahwa arang kulit
singkong dapat menurunkan kadar besi (Fe) sebesar 90,2 %. Hal ini
didukung dengan penelitian yang dilakukan Jusmanizah (2011) Dan Faisal
Abrani Siregar (2013) bahwa kulit singkong dapat menurunkan konsentrasi
besi (Fe) pada air sumur dan air limbah industri pertambangan sebesar 96,4
% dan 84,5% namun permasalahan utama penggunaan bioadsorben adalah
life timenya yang pendek yaitu rata-rata 24 jam masa pakai
(Eckenfelder,2000).
Besi dalam air tanah terbentuk Fe (II) dan Fe (III). Besi (II) dan
logam besi pada air minum dapat larut dan dapat bergabung dengan zat
organic membentuk senyawa kompleks. Keberadaan besi pada air minum
maksimal 0.3 ppm (Kep.Menkes RI, 2002). Keberadaan logam besi pada
konsentrasi 1-2 ppm dapat menyebabkan air berwarna kuning, terasa pahit
serta akan meninggalkan noda pada pakaian dan peralatan rumah tangga
(Rahayu & Adhitiyawarman, 2014).
Ada beberapa bagian langkah yang dipakai untuk menurunkan logam
berat seperti Fe yaitu diantaranya adsorbsi, pengendapan dan filtrasi serta
dengan cara penyerapan bahan pencemar. Dari beberapa langkah diatas yang
paling gampang dilakukan yaitu adsorbsi karena lebih mudah ,murah dan
bahan yang dapat digunakan adalah berupa limbah kulit pisang yang
mengandung banyak selulosa yang cukup tinggi sehingga dapat digunakan
sebagai adsorben.
Berdasarkan survey pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti
Dikelurahan Babau Kecamatan Kupang Timur Kabupaten Kupang, hampir
seluruh rumah menggunakan air sumur gali sebagai sumber air bersih yang
mempunyai ciri fisik yang sama. Air berwarna keruh, berbau dan kotor
sehingga diduga mengandung Fe. Selama ini masyarakat menggunakan air
dengan cara disaring lalu digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.
Berdasarkan penelitian sebelumnya ini sehingga peneliti ingin
memanfaatkan kulit pisang sebagai adsorben untuk menurunkan kadar besi
(Fe) dengan activator ZnCl2 pada air sumur gali pada Kelurahan Babau
Kecamatan Kupang Timur Kabupaten Kupang.

1.2 Perumusan masalah


berdasarkan latar belakang yang ada, maka dapat dirumuskan permasalahan
yaitu :
1. Mengetahui bagaimana pengaruh activator ZnCl2 dari karbon aktif ?
2. Mengetahui karbon aktif yang digunakan efektif untuk menurunkan
kadar Fe pada air sumur ?
3. Apakah suhu dan waktu aktivasi dapat berpengaruh pada kualitas arang
aktif kulit pisang ?
1.3 Tujuan
2. Untuk mengetahui pengaruh activator ZnCl2 dari karbon aktif.
3. Untuk menentukan karbon aktif yang digunakan efektif menurunkan
kadar Fe pada air sumur.

1.4 Manfaat

1. Dapat memanfaatkan limbah kulit pisang untuk menurunkan Fe pada air


sumur
2. Dapat Mengurangi limbah buangan dari kulit pisang
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kulit Pisang (musa paradisiaca)

Pisang merupakan suatu komoditi yang paling banyak digemari oleh


masyarakat Indonesia. Yang menjadi alas an digemari buah berwarna
kuning ini adalah harganya yang cukup terjangkau dan juga memiliki
kandungan gizi serta Vitamin yang cukup untuk menyehatkan badan.
Pisang tidak sulit untuk dibudidayakan. Sebab tanaman ini dalam
perawatannya tidak menggunakan terlalu banyak pupuk. Secara umum,
pisang dapat hidup didaerah yang tinggi maupun rendah. Artinya dalam
membudidayakan pisang tidak perlu repot-repot untuk mencari daratan
yang bagus dari segi permukaan namun akan lebih baik lagi jika ditanam
ditempat berketinggian 100 meter di atas permukaan laut dengan tanah
sedikit lembab dan terbuka. kandungan kulit pisang terbesar adalah air dan
karbohidrat. Karbohidrat dalam limbah kulit pisang dapat digunakan
sebagai nutrisi pakan ternak.dengan berkembangnya iptek, kini kulit pisang
dapat difermentasi menjadi bioetanol dengan bantuan Saccharomyces
cereviceae. Kandungan senyawa dalam kulit pisang ditunjukkan pada Tabel
1.

Table 1. kandungan senyawa dalam kulit pisang

No Komponen Jumlah
1 Air 69,80 %
2 Karbohidrat 18,50%
3 Lemak 2,11%
4 Protein 0,32%
5 Kalsium 715mg/100gr
6 Pospor 117mg/100gr
7 Besi 0,6mg/100gr
8 Vitamin B 0,12mg/100gr
9 Vitamin C 17,5mg/100gr
Sumber : Anonim,1978

Berdasarkan data diatas kandungan dari karbohidrat dengan jumlah


18,50% sehingga membuat limbah kulit pisang dapat dimanfaatkan sebagai
arang aktif. Kulit pisang juga digunakan untuk pembuatan bahan baku
etanol, biogas, wax lantai, dan semir lantai dan sebagai arang aktif.

Berikut adalah klasifikasi dan morfologi (ciri fisik) tumbuhan pisang :

Kingdom : Plantae (tumbuhan)

Sub kingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Infra kingdom : Streptophyta (Tumbuhan darat)

Super divisi : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Liliopsida

Sub kelas : Commelinidae

Ordo : Zingiberales

Family : Musaceae

Genus : Musa
Spesies : Musa paradisiacal

2.2 Arang aktif


Arang aktif atau sering disebut sebagai karbon aktif adalah suatu jenis
karbon yang memiliki luas permukaan yang sangat besar. Hal ini bisa dicapai
dengan mengaktifkan karbon atau arang tersebut. Hanya dengan satu gram dari
karbon aktif ,akan didapatkan suatu material yang memiliki luas permukaan
kira-kira sebesar 500 m2 (didapat dari pengukuran adsorpsi gas nitrogen).
Biasanya pengaktifan hanya bertujuan untuk memperbesar luas permukaannya
saja, namun beberapa usaha juga berkaitan dengan meningkatkan kemampuan
adsorpsi karbon aktif itu sendiri. Arang aktif adalah padatan amorf yang
mempunyai luas permukaan dan jumlah pori yang sangat banyak.
a. Besi (Fe)
Besi adalah salah satu elemen kimiawi yang dapat ditemui pada
hampir setiap tempat tempat di bumi,pada semua lapisan geologis dan
semua badan air. Pada umumnya,besi yang ada di dalam air bersifat:
1) Terlarut sebagai Fe2+ (fero) dan Fe3+ (feri)
2) Tersuspensi sebagai butir koloidal (diameter < 1 µm) atau lebih
besar,seperti Fe2O3,FeO,FeOOH,Fe(OH)3 dan sebagainya.
3) Tergabung dengan zat organis atau zat padat yang inorganis
(seperti tanah liat).
Pada air permukaan jarang ditemui kadar Fe lebih besar dari 1
mg/l,tetapi di dalam air tanah kadar Fe dapat jauh lebih tinggi.
a. Kandungan Besi (Fe) Dalam Air
Fe dalam tanah dan batuan sebagai ferioksida (Fe2O3) dan
ferihidroksida (Fe(OH)3). Dalam air,besi berbentuk ferobikarbonat
(Fe(HCO3)2),ferohidroksida (Fe(OH)2),ferosulfat (FeSO4), dan besi
organik kompleks. Air tanah mengandung betuk besi terlarut
berbentuk ferro (Fe2+). Jika air tanah dipompakan keluar dan kontak
dengan udara (oksigen) maka besi (Fe2+) akan teroksidasi menjadi
ferihidroksida (Fe(OH)3). Ferihoksida dapat mengendap dan berwarna
kuning kecoklatan. Hal ini dapat menodai peralatan porselen dan
cucian. Bakteri besi (Crenothrix dan Gallionella) memanfaatkan besi
fero (Fe2+) sebagai sumber energy untuk pertumbuhannya dan
mengendapkan ferrihidroksida. Pertumbuhan bakteri besi yang terlalu
cepat (karena adanya besi ferro) menyebabkan diameter pipa
berkurang dan lama kelamaan pipa akan tersumbat.
Air tanah yang mengandung CO2 tinggi dan O2 yang terlalu
sedikit, dapat mempercepat proses pelarutan besi (dari bentuk tidak
terlarut menjadi terlarut). Sedangkan air tanah yang alkalinitasnya
tinggi,biasanya memiliki konsentrasi besi yang rendah,karena besi
teroksidasi dan mengendap pada pH tinggi. Air tanah yang
mengandung besi dan organik yang tinggi akan membentuk ikatan
kompleks yang sulit mengendap dengan aerasi. Kandungan besi yang
tinggi akan merugikan, karena dapat menyebabkan air teh menjadi
hitam,sayuran yang direbus berwarna gelap,menimbulkan rasa
besi/logam,astringent atau obat dan merugikan jika diproduksi.
Tubuh memerlukan besi sebesar 14 mg/hr, kekurangan besi dapat
menyebabkan anemia, namum pemenuhan besi dalam air minum
sedikit sekali karena kandungan besi dalam air tanah yang melebihi
0,3 mg/l dapat menyebabkan gangguan kesehatan
(Anonymous,2010).
b. Dampak Besi (Fe) Terhadap Kesehatan
Senyawa besi dalam jumlah kecil di dalam tubuh manusia
berfungsi sebagai pembentuk sel-sel darah merah, dimana tubuh
memerlukan 7-35 mg/hari yang sebagian diperoleh dari air. Tetapi zat
Fe yang melebihi dosis yang diperlukan oleh tubuh dapat
menimbulkan masalah kesehatan. Depkes RI menetapkan kadar
maksimun unsur besi terdapat dalm air minum adalah 0,3 mg/l
(Sutrisno dan Suciastuti,1987).
Besi (Fe) dibutuhkan dalam bentuk dalam pembentukan
hemoglobin. Banyaknya besi dalm tubuh dikendalikan oleh fase
adsorpsi. Tubuh manusia tidak dapat mengsekresi Fe, sehingga bagi
mereka yang sering mendapat tranfusi darah warna kulitnya menjadi
hitam karena akumulasi Fe. Air minum yang mengandung besi
cenderung menimbulkan rasa mual apabila dikonsumsi. Selain itu
dalam dosis besar dapat merusak dinding usus. Kematian sering kali
disebabkan oleh rusaknya dinding usus ini. Kadar Fe yang lebih dari 1
mg/l akan menyebabkan terjadinya iritasi pada mata dan kulit.
Apabila kelarutan besi dalam air melebihi 10 mg/l akan menyebabkan
air berbau seperti telur busuk. Debu Fe juga dapat diakumulasi dalam
alveoli dan menyebabkan berkurangnya fungsi paru-paru
(Slamet,2004).
Gangguan fisik yang ditimbulkan oleh adanya besi terlarut dalam
air adalah timbulnya warna, bau, rasa. Air akan terasa tidak enak bila
konsentrasi besi terfarutnya > 1,0 mg/l.

2.2.1 Proses
Arang aktif dapat dibuat dari tumbuhan ,hewan dan bahan tambang yang
mengandung karbon. Bahan-bahan tersebut berupa zeolit,tawas,serbuk
kayu,eceng gondok ,kulit kacang tanah, tulang hewan, sekam padi ,tempurung
kelapa, dan lain sebagainya. Secara umum proses pembuatan karbon aktif
terdiri dari beberapa tahap, yaitu : dehidrasi, karbonisasi, dan aktivasi.

a. Tahap dehidrasi, tahap ini dilakukan dengan memanaskan bahan baku


sampai 105 °C dengan tujuan untuk menghilangkan kadar air. Tahap ini
dilakukan dengan memanaskan bahan baku sampai suhu 105°C dengan
tujuan untuk menghilangkan kadar air.
b. Tahap karbonisasi merupakan proses pirolisis yaitu proses dekomposisi
thermal pada suhu 600-1100°C. selama proses ini, unsur- unsure selain
karbon seperti hydrogen dan oksigen dibebaskan dalam bentuk gas. Proses
karbonisasi akan menghasilkan 3 komponen utama, yaitu karbon
(arang),tar, dan gas (CO2,CO,CH4,H2, dan lain-lain). Karbonisasi adalah
pemecahan bahan-bahan organic menjadi karbon. Suhu diatas 170°C akan
menghasilkan CO,CO2 dan asam asetat. Pada suhu 275°C, dekomposisi
menghasilkan “ter”, methanol dan hasil samping lainnya. Pembentukan
karbon terjadi pada temperature 400-600°C.
c. Tahap aktivasi, aktivasi adalah suatu perubahan fisika dimana luas
permukaan karbon menjadi lebih besar karena hidrokarbon yang
menyumbat pori-pori terbebaskan. Ada 2 cara untuk melakukan proses
aktivasi karbon yaitu aktivasi kimia dan aktivasi fisika.
a. Proses kimia

Bahan baku dicampur dengan bahan-bahan kimia tertentu, kemudian


dibuat padat. Selanjutnya padatan tersebut dibentuk menjadi batangan yang
dikeringkan serta dipotong-potong. Aktivasi dilakukan pada temperatur 100
ºC. Arang aktif yang dihasilkan, dicuci dengan air selanjutnya dikeringkan
pada temperatur 300 ºC. dengan proses kimia, bahan baku dapat
dikarbonisasi terlebih dahulu, kemudian dicampur dengan bahan-bahan
kimia.

b. Proses fisika

Bahan baku terlebih dahulu dibuat arang. Selanjutnya arang tersebut


digiling, diayak untuk selanjutnya diaktivasi dengan cara pemanasan pada
temperatur 1000 ºC yang disertai dengan pengaliran uap. Proses fisika
banyak digunakan dalam aktivasi arang antara lain :

1) Proses Briket yaitu bahan baku atau arang terlebih dahulu dibuat
briket, dengan cara mencampurkan bahan baku atau arang halus dengan
ter. Kemudian, briket yang dihasilkan dikeringkan pada 550 ºC untuk
selanjutnya diaktivasi dengan uap.

2) Destilasi kering yaitu merupakan suatu proses penguraian suatu


bahan akibat adanya pemanasan pada temperatur tinggi dalam keadaan
sedikit maupun tanpa udara. Hasil yang diperoleh berupa residu yaitu
arang dan destilat yang terdiri dari campuran methanol dan asam asetat

Sifat arang aktif yang paling penting adalah daya serap. Dalam hal ini,
ada beberapa faktor yang mempengaruhi daya serap adsorpsi, yaitu :

a) Sifat Adsorben

Arang aktif yang merupakan adsorben adalah suatu padatan


berpori, yang sebagian besar terdiri dari unsur karbon bebas dan
masing-masing berkaitan secara kovalen. Dengan demikian,
permukaan arang aktif bersifat non polar. Selain komposisi dan
polaritas, struktur pori juga merupakan faktor yang penting
diperhatikan. Struktur pori berhubungan dengan luas permukaan,
semakin kecil pori-pori arang aktif mengakibatkan semakin luas
besar.
Dengan demikian kecepatan adsorbsi bertambah. Untuk
meningkatkan kecepatan adsorbsi, dianjurkan agar menggunakan
arang aktif yang telah dihaluskan. Jumlah atau dosis arang aktif
yang digunakan juga harus diperhatikan.
b) Sifat serapan

Banyak senyawa yang dapat diadsorpsi oleh arang aktif, tetapi


kemampuannya untuk mengadsorpsi berbeda untuk masing-
masing senyawa. Adsorbsi akan bertambah besar sesuai dengan
bertambahnya ukuran molekul serapan dari struktur yang sama,
seperti deret homolog. Adsorbsi juga dipengaruhi oleh gugus
fungsi, posisi gugus fungsi, ikatan rangkap, struktur rantai dari
senyawa serapan.
c) Temperatur

Dalam pemakaian arang aktif dianjurkan untuk mengamati


temperatur pada saat berlangsungnya proses. Faktor yang
mempengaruhi temperatur proses adsorbsi adalah viskositas dan
stabilitas termal senyawa serapan. Jika pemanasan tidak
mempengaruhi sifat-sifat senyawa serapan, seperti terjadi
perubahan warna maupun dekomposisi, maka perlakuan dilakukan
pada titik didihnya. Untuk senyawa volatile, adsorbsi dilakukan
pada temperatur kamar atau bila memungkinkan pada temperatur
yang lebih rendah.
d) pH (Derajat keasaman)

Untuk asam-asam organik, adsorbsi akan meningkat bila pH


diturunkan, yaitu dengan penambahan asam-asam mineral. Ini
disebabkan karena kemampuan asam mineral untuk mengurangi
ionisasi asam organik tersebut. Sebaliknya bila pH asam organik
dinaikkan yaitu dengan menambahkan alkali, adsorbsi akan
berkurang sebagai akibat terbentuknya garam.
e) Waktu kontak

Semakin lama waktu kontak dapat memungkinkan proses difusi


dan penempelan molekul adsorbat berlangsung lebih baik.
Konsentrasi zat-zat organik dan logam dalam air akan turun
apabila kontaknya cukup. Waktu kontak biasanya sekitar 10-15
menit.

2.2.2 Manfaat

Menurut fungsinya, ada dua jenis arang aktif yang dibedakan yaitu :

a. Arang Penyerap Gas (Gas Adsorbent Carbon) , karbon aktif ini biasanya
berbentuk granular atau pellet yang sangat keras dengan diameter pori
lebih kecil. Karbon aktif penyerap uap berfungsi untuk memperoleh
kembali pelarut,katalis,pemisahan dan pemurnian gas. Karbon aktif
jenis ini dibuat dari tempurung kelapa,tulang,batu bata atau bahan baku
yang mempunyai struktur keras.
b. Arang fasa cair (Liquid-Phase Carbon) , karbon aktif ini biasanya
berbentuk powder atau bubuk yang sangat halus dengan diameter pori
lebih besar. Karbon aktif ini biasa disebut karbon aktif pemucat
berfungsi untuk memindahkan zat-zat pengganggu dan kegunaan lain
yaitu pada industri kimia dan industri baju. Karbon aktif jenis ini dibuat
dari serbuk-serbuk gergaji,ampas pembuatan kertas atau dari bahan baku
yang mempunyai densitas kecil dan mempunyai struktur lemah.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di laboratorium kimia universitas nusa cendana


selama 5 bulan dengan metode karbonisasi dan aktivasi kimia.

3.2 Bahan Dan Alat

3.2.1 Bahan

1. Kulit buah pisang

2. ZnCl2

3. Aquadest

3.2.2 Alat

1. Tanur

2. Gelas Beaker 500 ml

3. Cawan Porselen

4. Mortar

5. Ph meter

3.3 Metode Penelitian


Proses pembuatan arang aktif terdiri dari beberapa tahap, yaitu :
1. Preparasi bahan baku
1.1 kulit pisang dipotong kecil-kecil
1.2 dikeringkan dibawah sinar matahari selama 3 hari.
1.3 Bahan yang sudah kering, siap untuk diarangkan dalam tanur.
1.4 Suhu pembakaran disetting 400°C selama 30 menit.
1.5 Setelah 30 menit arang didiamkan dalam tanur hingga suhu
mencapai 50°C.
2. Aktivasi
2.1 dibuat larutan ZnCl2 dengan konsentrasi 2N.
2.2 Arang diaktivasi pada larutan ZnCl2 2N Selama 6,10,14,18 jam
2.3 Pada saat diaktivasi dilakukan pemanasan dengan heater sambil
dilakukan pengadukan dengan suhu 40°,60°,80°,100°C.
2.4 Kemudian disaring dan dikeringkan dalam oven pada suhu 110°C.
2.5 Arang dibakar kembali dalam tanur dengan suhu 400°C.
2.6 Hasil dianalisa, dengan menganalisis kadar air,kadar abu,kadar zat
terbang,kadar karbon terikat,daya serap iod,daya serap terhadap
sampel air yang mengandung logam Fe.
DAFTAR PUSTAKA

Chandra,Budiman.Dr.,2005.Pengantar Kesehatan Lingkungan.Jakarta:Buku


Kedokteran EGC

Eckenfelder, W.W. (2000). Industrial water pollution control.singapore:McGraw


Hill Book Company.

Ikawati, I., & Melati, M. (2010). Pembuatan karbon aktif dari limbah kulit
singkong UKM tapioca kabupaten pati. Semarang: universitas diponegoro

Indah, S., &Rohaniah. (2011). Studi regenerasi kulit jagung (Zea Mays L.) Untuk
Menyisihkan Logam Besi (Fe) Dan Mangan (Mn) Dari Air Tanah.Padang:
universitas andalas .

Jannati, D., & Mazia , s. (2009). Karbon aktif sebagai filter air. Koran Jakarta,4.

Jusmanizah. (2011). Efektivitas karbon aktif kulit singkong dalam menurunkan


kadar besi (Fe) dan Mangan (Mn) air sumur gali. Medan: universitas: sumatera
utara.

Kaharuddin,Andi.2010.Kemampuan Arang Tempurung Kemiri Dengan Variasi


Ketebalan Untuk Menurunkan Kadar Besi Pada Air Sumur Gali.Tidak diterbitkan

Olakia,Prasatya f,Fransiskus.2012.Efesiensi Arang Batok Kelapa Dalam


Menurunkan Kadar Zat Besi Pada Air Sumur Gali.Tidak diterbitkan

Penentuan kadar besi dan mangan dalam air minum isi ulang
http://www.erlindaadonara.blogspot.com/2013/01/23

Peraturan menteri kesehatan republic Indonesia no 416/MENKES/PER/IX/1990.


(n.d.). syarat-syarat dan pengawasan kualitas air
Prabarini N. dan Okayadnya D.G (2013). Penyisihan Logam besi (Fe) pada air
sumur dengan karbon aktif dari tempurung kemiri, Universitas Pembangunan
Nasional “veteran”, jawa timur.

You might also like