Sinusitis

You might also like

Download as rtf, pdf, or txt
Download as rtf, pdf, or txt
You are on page 1of 50

MAKALAH

SINUSITIS

OLEH

WARLINSON NAINGGOLAN S.KEP


BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Sinusitis merupakan penyakit yang sering ditemukan dalam praktek dokter sehari-hari, bahkan
dianggap sebagai salah satu penyebab gangguan tersering di seluruh dunia (Soetjipto, 2010).
Sinusitis didefinisikan sebagai inflamasi mukosa sinus paranasal. Penyebab utamanya ialah
selesma (common cold) yang merupakan infeksi virus, yang selanjutnya dapat diikuti oleh
infeksi bakteri (Soetjipto, 2010).

Di Amerika Serikat, 1 dari 7 orang dewasa terkena sinusitis dengan lebih dari 30 juta
penderita didiagnosa setiap tahunnya. Di sana, sinusitis sering terjadi pada awal musim gugur
hingga awal musim semi. Berdasarkan data National Ambulatory Medical Care Survey
(NAMCS), kira-kira 14 persen orang dewasa dilaporkan memiliki episode rinosinusitis setiap
tahunnya dan didiagnosis ke-5 terbanyak berdasarkan peresepan antibiotik, serta 0,4%
didiagnosa rawat jalan (Brook, 2012).

European Position Paper on Rinosinusitis on Nasal Polyps atau EP30S (2007) memaparkan
pada studi perbandingan di Skotlandia Utara dan di Kepulauan Karibia bahwa jumlah
populasi rinosinusitis kronis kurang lebih sama, dengan persentase 9,6% dan 9,3%
(Dalimunthe, 2012). Di Indonesia, prevalensi rinosinusitis termasuk tinggi. Hal ini dapat
diketahui berdasarkan data DEPKES RI tahun 2003 yang menyebutkan bahwa penyakit
tersebut berada pada urutan ke-25 dari 50 pola penyakit peringkat utama (Soetjipto, 2006). Di
Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL FK Universitas Hasanuddin Makassar, jumlah kasus rinologi
periode tahun 2003 sampai dengan tahun 2007 yaitu penderita rawat jalan sebanyak 12.557
kasus dan penderita rawat inap sebanyak 1.092 kasus dengan perbandingan antara pria dan
wanita hampir sama (46% : 54%). Kasus rawat inap yang terbanyak yaitu rinosinusitis
(41,5%) dan kasus pada kelompok umur 30 – 39 tahun sebanyak 23,3% (Sujuthi dan Punagi,
2008). Pada penelitian di poliklinik THT-KL RS Hasan Sadikin Bandung periode Januari
2007 sampai dengan Desember 2007 didapatkan 168 pasien rinosinusitis (64,29%) dari
seluruh pasien rinologi (Lasminingrum, 2008). Dibagian THT-KL Fakultas Kedokteran
UGM/RS Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2006 – 2007 didapatkan 118 penderita rinosinusitis
kronis (42%) dari seluruh pasien rinologi (Dewanti, 2008). Penyakit rinosinusitis pada tahun
2011 di RSUP H. Adam Malik Medan ada sebanyak 1073 kunjungan pasien. Menurut
Soejipto (2006) dalam tulisan Multazar (2008), data dari Divisi Rinologi Departemen THT
RSCM Januari–Agustus 2005 menyebutkan
jumlah pasien rinologi pada kurun waktu tersebut adalah 435 pasien, 69%nya (300

pasien) adalah rinosinusitis kronis.

Rinosinusitis akut yang tidak ditangani dengan baik dapat berlanjut menjadi rinosinusitis kronik.
Rinosinusitis kronis dapat mengakibatkan gangguan kualitas hidup akibat gejala lokal seperti sakit
kepala, hidung tersumbat, gangguan penciuman, gangguan tidur dan gejala pilek yang persisten
sehingga dapat menurunkan produktifitas dan menyebabkan kehilangan hari kerja. 8 Rinosinusitis
kronik dapat menjadi berbahaya karena menyebabkan komplikasi ke orbita dan intrakranial.

Sinusitis khususnya sinusitis maksilaris adalah penyakit yang sering sekali terjadi di
masyarakat, sehingga perlu sekali bagi mahasiswa kedokteran untuk mempelajari penyakit ini
sehingga dapat menjadi bekal dalam melakukan praktek sebagai general practitioner.

Tujuan Pembahasan

Tujuan Umum

Untuk mengetahui dan menganalisis tentang penyakit Sinusitis dan asuhan keperawatan pada
klien dengan keluhan Sinusitis

Tujuan Khusus

Untuk memahami tentang arti Sinusitis

Untuk memahami etiologi pada penyakit Sinusitis

Untuk mengetahui klasifikasi penyakit Sinusitis

Untuk memahami tanda dan gejala Sinusitis


Untuk memahami patologis penyakit Sinusitis

Untuk mengetahui komplikasi dari Sinusitis

Untuk mengetahui penatalaksanaan medis pada penyakit Sinusitis

Untuk memahami bentuk dan strukstur konsep askep pada klient penderita Sinusitis
BAB II

LANDASAN TEORI

Anatomi/Fisiologi

Manusia mempunyai beberapa rongga di sepanjang atap dan bagian lateral rongga

hidung. Rongga rongga ini diberi nama sinus yang kemudian diberi nama sesuai dengan

letaknya, yaitu meliputi:

Sinus maxillaris

Merupaka sinus paranasalis yang terbesar, berada pada dinding lateral hidung korpus
maksilaris bermuara di hiatus maksilaris ke rongga hidung hiatus semilunaris media. Sinus ini
sudah ada sejak lahir dan mencapai ukuran maksimum ( + 15 ml ) pada saat dewasa. Dari segi
klinis yang perlu diperhatikan dari anatomi sinus maxilla adalah :

Dasar sinus maxillaris berhubungan dengan gigi P1, P2, M1, dan M2

Ostium sinus maxillaris lebih tinggi dari dasarnya

Sinus Frontalis

Sinus ini berada di dalam infundibulum meatus nasi media dan mulai berkembang dari sinus
ethmoidalis anterior pada usia 8 tahun dan mncapai ukuran maksimal pada usia 20 tahun.
Sinus Ethmoidalis

Sinus yang berada di pars labirintus oss etmoidalis ini, merupakan kelompok dari sel
ethmoidalis anterior dan posterior yang saling berhubungan dan kemudian bermuara dalam
ronga hidung. Sinus ini sudah ada sejak anak lahir. Sinus ini dianggap paling penting karena
dapat menjadi fokus infeksi bagi sinus paranasalis yang lainnya.

Sinus Sphenoidalis

Berada di belakang kranial hidung dalam korpus spenoidalis bermuara ke rongga hidung
bagian belakang. Pneumatisasi sinus sphenoidalis dimulai pada usia 8-10 tahun.

Sinus paranasalis ini mepunyai fungsi

Pengatur kondisi udara

Thermal insulators

Membantu keseimbangan kepala

Membantu resonansi suara

Peredam perubahan tekanan udara

Membantu produksi mukus


Definisi

Sinusitis adalah merupakan radang penyakit infeksi sinus yang disebabkan oleh kuman atau
virus.

Sinusitis adalah radang mukosa sinus paranasal sesuai anatomi sinus yang terkena,dapat
dibagi menjadi sinusitis maksila,sinusitis etmoid,sinusitis frontal,dan sinusitis
sfenoid(Soepardi 2001).

Sinusitis adalah radang pada rongga hidung(A.K Muda Ahmad.2003). Sinusitis adalah radang
sinus yang ada disekitar hidung,dapat berupa sinusitis

maksilaris atau frontalis sinusitis dapat berlangsung akut maupun kronik.dapat mengenai anak
yang sudah besar.pada sinusitis paranasal sudah berkembang pada anak umur 6-11tahun
(Ngstiya 1997)

Sinusitis merupakan penyakit infeksi sinus yang disebabkan oleh kuman,virus dan
mikroorganisme lainnya. http://askep-askeb-kita.blogspot.com/2010/01/asuhan-keperawatan-
sinusitis.html?m=1X

diakses pada 30-09-2013


Klasifikasi

Berdasarkan durasi lamanya pajanan serangan, sinusitis dibedakan menjadi:

Sinusitis Akut

Serangan terjadi dalam kurun waktu kurang dari 3 minggu dan biasanya dikarenakan rinitis
akut, faringitis, tonsilitis akut dan lain-lain. Untuuk menegakkan diagnosa sinusitis akut, harus
mengetahui penyakit banding seperti commond cold, neuralgia trigeminal, rhinovirus, polip
dan ISNA.

Sinusitis Sub Akut

Terjadi selama dalam kurun waktu kurang lebih 1-3 bulan

Sinusitis Kronis

Serangan sinusitis ini terjadi lebih dari 3 bulan tanpa ada periode sembuh (ada sumber lain
yang menyebutkan lebih dari 60 hari), timbul akhibat dari gangguan drainase nasal,

perubahan mukosa, dan pengobatan yang tidak tepat

Sedangkan berdasarkan tempat terjadinya, sinusitis dibedakan menjadi:

Sinusitis Maksillaris, terasa sakit di pipi


Penyebab tersering dari Sinusitis maksilaris adalah infeksi saluran nafas atas karena virus, seperti
rinitis akut, campak, dan batuk rejan dan FCR (fatality Case Rate) sekitar 75% dari semua kasus
sinusitis. Hanya 10% diakibatkan oleh radang pada gigi molar atau premolar.

Penyebab lain yang jarang adalah karena menyelam dan fraktur tulang maksila dan tulang frontal.
Sinusitis yang terjadi karena menyelam disebabkan menyelam dengan kaki yang masuk air
terlebih dahulu tanpa menjepit hidung.

Sinusitis Ethmoidalis, terasa sakit di kedua mata

Sinusitis ethmoidalis dapat terjadi apabila terdapat gangguan pengaliran udara dari dan ke
rongga sinus serta adanya gangguan pengeluaran cairan mukus. FCR pada semua kasus
sinusitis yang masuk dalam kategori ini sebesar 15%.

Sinusitis Sphenoidalis, terasa sakit di belakang dahi

Memiliki gejalanya tidak khas karena memiliki gejala yang sama dengan kasus sinusitis
lainnya, namun nyeri terasa hebat di vertex kranium atau di retroorbital dan parietoorbital.
FCR kasus ini <10%, dan sisanya mengalami jenis sinusitis frontalis pada sebagian kecil
kasus.

Sinusitis Frontalis, terasa sakit di bagian dahi


Hampir selalu bersamaan dengan infeksi sinus ethmoidalis anterior. Penyakit ini terutama
ditemukan pada orang dewasa. Terjadi infeksi dan nyeri yang terasa di area alis mata dan
biasanya memburuk pada pagi hari menjelang tengah hari kemudian perlahan mereda ketika
menjelang malam.

Etiologi

Rinogen

Obstruksi dari ostium Sinus (maksilaris/paranasalis) yang disebabkan oleh :

Rinitis Akut (influenza)

Polip, septum deviasi

Dentogen

Penjalaran infeksidari gigi geraham atas

Bakteri dan virus

Streptococcus pneumoniae

Merupakan bakteri gram positif, catalase negatif, anaerobic cocci dimana 20-43% dari
sinusitis akut yang menyerang orang dewasa

Hamophilus influenza

Merupakan bakteri gram negatif, anaerobic bacili dan menjadi predisposisi utama terjadinya
meningitis dengan awitan sinusitis.
Staphylococcus aureus

Steptococcus viridans

Branchamella catarhatis

Streptococcus group A

Neisseria

Klebsiella

Basil gram Negatif

Pseudomonas.

Jamur

Aspergillus

Mucormycosis

Faktor predisposisi

Obstruksi mekanis

Seperti kasus deviasi septum, corpus alienum, polip, tumor, hipertrofi konka
Infeksi
Rhinitis kronis dan rhinitis alergi yang menyebabkan obstruksi ostium sinus serta

menghasilkan banyak lendir yang merupakan media yang baik untuk pertumbuhan

kuman

Lingkungan berpolusi, udara dingan dan kering yang dapat merubah mukosa dan merusak
silia

Manifestasi klinis (Gejala dan Tanda)

Berdasarkan durasinya pajanan penyakit, tanda gejala yang timbul antara lain:

a. Sinusitis Akut

Pada pasien sinusitis biasanya mengalami

Febris, pilek dengan sekret yang keluar kental, berbau, bisa bercampur darah

Nyeri :

Pipi : biasanya unilateral

Kepala : biasanya homolateral, terutama pada sorehari Gigi (geraham atas) homolateral.

c. Hidung untu homolateral dan suara bindeng.

Sinusitis Kronis
Postnasal drip

Rasa tidak nyaman dan gatal di tenggorok

Pendengaran terganggu karena oklusi tuba eustachii Nyeri atau sakit kepala

Infeksi pada mata yang menjalar dari duktus nasolakrimalis Gastroenteritis ringan pada anak
akibat mukopus yang tertelan

Sedangkan berdasarkan tempat yang keluhkan meliputi:

Sinusitis maksillaris

Demam, malaise

Nyeri kepala yang tak jelas yang biasanya reda dengan pemberian aspirin. Sakit dirasa mulai
dari pipi ( di bawah kelopak mata ) dan menjalar ke dahi atau gigi. Sakit bertambah saat
menunduk.

Wajah terasa bengkak dan penuh

Nyeri pipi yang khas : tumpul dan menusuk, serta sakit pada palpasi dan perkusi. Kadang ada
batuk iritatif non-produktif

Sekret mukopurulen yang dapat keluar dari hidung dan kadang berbau busuk

Adanya pus atau sekret mukopurulen di dalam hidung, yang berasal dari metus media, dan
nasofaring.
Sinusitis ethmoidalis

Sering bersama dengan sinusitis maksillaris dan sinusitis frontalis

Nyeri dan nyeri tekan di antara kedua mata dan di atas jembatan hidung menjalar ke arah
temporal.

Nyeri sering dirasakan di belakang bola mata dan bertambah apabila mata digerakkan
Sumbatan pada hidung

Pada anak sering bermanifestasi sebagai selulitis orbita karena lamina papiracea anak
seringkali merekah

Mukosa hidung hiperemis dan udem

Adanya pus dalam rongga hidung yang berasal dari meatus media

Sinusitis Sphenoidalis

Nyeri kepala dan retro orbita yang menjalar ke verteks atau oksipital

Sinusitis Frontalis

Hampir selalu bersamaan dengan sinusitis ethmoidalis anterior

Nyeri kepala yang khas di atas alis mata. Nyeri biasanya pada pagi hari, memburuk pada
tengah hari dan berangsur angsur hilang pada malam hari.

Pembengkakan derah supraorbita


Nyeri hebat pada palpasi atau perkusi daerah sinus yang terinfeksi

Patofisiologi

Infeksi virus akan menyebabkan terjadinya udem pada dinding hidung dan sinus

sehingga menyebabkan terjadinya penyempitan pada ostium sinus, dan berpengaruh pada
mekanisme drainase di dalam sinus. Virus tersebut juga memproduksi enzim dan
neuraminidase yang mengendurkan mukosa sinus dan mempercepat difusi virus pada lapisan
mukosilia. Hal ini menyebabkan silia menjadi kurang aktif dan sekret yang diproduksi sinus
menjadi lebih kental, yang merupakan media yang sangat baik untuk berkembangnya bakteri
patogen.

Adanya bakteri dan lapisan mukosilia yang abnormal meningkatkan kemungkinan terjadinya
reinfeksi atau reinokulasi dari virus.

Konsumsi oksigen oleh bakteri akan menyebabkan keadaan hipoksia di dalam sinus dan akan
memberikan media yang menguntungkan untuk berkembangnya bakteri anaerob. Penurunan
jumlah oksigen juga akan mempengaruhi pergerakan silia dan aktiviitas leukosit.

Sinusitis kronis dapat disebabkan oleh fungsi lapisan mukosilia yang tidak adekuat , obstruksi
sehingga drainase sekret terganggu, dan terdapatnya beberapa bakteri patogen.
Pathway
Infeksi Kuman

Iritasi

eksudat Purulen

pilek bau

Kuman menyebar ke
Tekanan pada sinus meningkat

saluran pernafasan

Batuk batuk

Nyeri
Pemeriksaan Diagnostik

Adapun beberapa pemeriksaan yang dilakukan untuku menegakkan diagnosa sinusitits antara
lain:

Transiluminasi

Transiluminasi menggunakan angka sebagai parameternya. Transiluminasi menunjukkan


angka 0 atau 1 apabila terjadi sinusitis (sinus penuh dengan cairan)

Rontgen sinus paranasalis

Sinusitis akan menunjukkan gambaran berupa

Penebalan mukosa,

Opasifikasi sinus ( berkurangnya pneumatisasi)


Gambaran air fluid level yang khas akibat akumulasi pus yang dapat dilihat pada foto waters.

Sinoscopy

Sinoscopy merupakan satu satunya cara yang memberikan informasi akurat tentang perubahan
mukosa sinus, jumlah sekret yang ada di dalam sinus, dan letak dan keadaan dari ostium
sinus. Yang menjadi masalah adalah pemeriksaan sinoscopy memberikan suatu keadaan yang
tidak menyenangkan buat pasien. Bagaimanapun juga, harus diingat bahwa foto SPN 3 posisi
ini memiliki kekurangan dimana kadang kadang bayangan bibir dapat dikacaukan dengan
penebalan mukosa sinus.

CT Scan

CT Scan adalah pemeriksaan yang dapat memberikan gambaran yang paling baik akan adanya
kelainan pada mukosa dan variasi antominya yang relevan untuk mendiagnosis sinusitis
kronis maupun akut. Walaupun demikian, harus diingat bahwa CT Scan menggunakan dosis
radiasi yang sangat besar yang berbahaya bagi mata.

Pemeriksaan mikrobiologi

Biakan yang berasal fari hidung bagian posterior dan nasofaring biasanya lebih akurat
dibandingkan dengan biakan yang berasal dari hidung bagian anterior. Namun demikian,
pengambilan biakan hidung posterior juga lebih sulit. Biakan bakteri spesifik pada sinusitis
dilakukan dengan menagspirasi pus dari inus yang terkena.
Seringkali diberikan suatu antibiotik yang sesuai untuk membasmi mikroorganisme

yang lebih umum untuk penyakit ini.

Penatalaksanaan Medis

Medikamentosa

Analgetik

Rasa sakit yang disebabkan oleh sinusitis dapat hilang dengan pemberian aspirin atau preparat
codein. Kompres hangat pada wajah juga dapat menbantu untuk mengjilangkan rasa sakit
tersebut

Drainage

Dekongestan lokal : efedrin 1%(dewasa) ½%(anak)

Dekongestan oral :Psedo efedrin 3 X 60 mg

Antibiotik diberikan dalam 5-7 hari (untk akut) yaitu :

Ampisilin 4 X 500 mg
Amoksilin 3 x 500 mg

Sulfametaksol=TMP (800/60) 2 x 1 tablet

Diksisiklin 100 mg/hari.

Simtomatik

Parasetamol., metampiron 3 x 500 mg.

Pembedahan

Pembedahan dilakukan apabila pengobatan dengan medikamentosa sudah gagal. Pembedahan


radikal dilakukan dengan mengankat mukosa yang patologik dan membuat drainase dari sinus
yang terkena. Untuk sinus maksila dilakukan operasi Caldwell – Luc, sedangkan untuk sinus
ethmoid dilakukan etmoidektomi. Pembedahan tidak radikal yang akhir akhir ini sedang
dikembangkan adalah menggunakan endoskopi yang disebut Bedah Sinus Endoskopi
Fungsional.Prisnsipnya adalah membuka daerah osteomeatal kompleks yang menjadi sumber
penyumbatan dan infeksi sehingga ventilasi dan drainase sinus dapat lancar kembali melaui
ostium alami.
Penatalakasanaan Keperawatan

Prinsip utama penanganan sinusitis adalah

Mengenali faktor penyebab dan mengatasinya

Mengembalikan integritas dari mukosa yang udem

Pengembalian ventilasi sinus dan koreksi mukosa akan mengembalikan fungsi lapisan
mukosilia. Tindakan yang bisa dilakukan antara lain:

Mukolitik

Sinusitis kronis biasanya menghasilkan sekret yang kental. Terapi dengan mukolitik ini
biasanya diberikan pada penderita rinosinusitis. Sekret yang encer akan lebih mudah
dikeluarkan dibandingkan dengan sekret yang kental.

Nasal toilet
Pembersihan hidung dan sinus dari sekret yang kental dapat dilakukan dengan saline

sprays atau irigasi.

Cara yang efektif dan murah adalah dengan menggunakan canula dan Higgison’s

syringe

Komplikasi

Komplikasi sinusitis telah menurun nyata sejak diberikannya antibiotik. Komplikasi yang

mungkin terjadi adalah:

Kelainan pada orbita

Terutama disebabkan oleh sinusitis ethmoidalis karena letaknya yang berdekatan dengan mata
.

Penyebaran infeksi melalui tromboflebitis dan perkontinuitatum

Edema palpebra Selulitis orbita

Kelainan intrakranial

Abses extradural, subdural, dan intracerebral Meningitis

Encephalitis
Trombosis sinus cavernosus atau sagital

Kelainan pada paru Bronkitis kronik Bronkhiektasis

Otitis media

Toxic shock syndrome

Mucocele , pyococele

2.10. Konsep Askep

Pengkajian

Biodata Klien

Nama,umur,jenis kelamin,suku bangsa,pendidikan,pekerjaan,alamat, tanggal masuk RS dan


nomor registrasi.

Biodata Penanggungjawab

Nama,umur,jenis kelamin,suku bangsa,pendidikan,pekerjaan,alamat, dan hubungan dengan


klien.

Riwayat Kesehatan

Keluhan Utama

Biasanya pasien mengeluh nyeri pada kepala sinus dan tenggorokan


Riwayat Penyakit Sekarang Tanyakan pada klien 5 unsur PQRST

Riwayat Penyakit Dahulu

Klarifikasi klien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung, trauma di hidung,
riwayat penyakit THT atau menderita sakit gigi geraham.

Riwayat Penyakit Keluarga

Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang lalu yang mungkin ada hubungan
dengan penyakit klien sekarang?atau penyakit lain seperti hipertensi, Diabetes Millitus.

Pola aktivitas Sehari-hari

Nama Aktivitas
Sebelum MRS
Saat MRS

Berladang

Naik tangga

Bersepeda

Merawat diri

e. Pola Nutrisi

Nama Aktivitas
Sebelum MRS
Saat MRS

Makan

Minum

Jenis makanan

Pola makanan

f. Pola Eleminasi

Nama Aktivitas
Sebelum MRS
Saat MRS

BAB

BAK

Frekuensi BAB

Frekuensi BAK

g. Personal higyne
Nama Aktivitas
Sebelum MRS
Saat MRS

Mandi

Keramas

Gosok gigi

h. Pola Psikososial

Nama Aktivitas
Sebelum MRS
Saat MRS

Diskusi di masyarakat

Menghadiri hajatan

Kerja bakti lingkungan

i. Pola Spiritual

Nama Aktivitas
Sebelum MRS
Saat MRS

Ibadah (sholat) rutin


Pergi ke tempat ibadah

Acara keagamaan

Membaca kitab suci (Alqur’an)

Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum

Hasil pemeriksaan keadaan umum dengan GCS pada klien sinusitis biasanya 456,
dengan kriteria jumlah nilai GCS:
·
15 s/d 12
=
composmentis
·
11 s/d 8
=
somnolen
·
7 s/d 4
=
apatis
·
3
=
coma

b) Tanda-Tand Vital
TD
:
mmHg

RR
:
kali/menit

N
:
kali /menit
T
:

0C
c) Pemeriksaan Kepalal dan Leher

Periksa kesimetrisan kepala, terutama di area hidung, perubahan warna muka

akhibat infeksi sinus, kaji nyeri yang dirasakan.

d)
Sistem Kardiovaskular

Biasanya bunyi jantung normal, pola nadi normal, tidak ada suara tambahan.
e)
Sistem Respirasi
·
Inspeksi
:
Amati, jika
ada pembengkakan
di
daerah sekitar mata-

mata

·
Palpasi
:

Pada sinusitis frontal rasa nyeri terlokalisasi di dahi atau dirasakan nyeri di seluruh kepala.

Rasa nyeri pada sinusitis sfenoid di verteks,oksipital, di belakang bola mata dan di daerah
mastoid.

Adanya gejala telinga, berupa pendengaran terganggu oleh karena tersumbatnya tuba
Eustachius
Adanya nyeri/ sakit kepala pada pagi hari dan akan berkurang di siang hari

Gejala saluran napas berupa batuk dan kadang-kadang terdapat komplikasi di paru berupa
asma bronkial sehingga terjadi penyakit sinobronkitis kadang-kadang gejala sangat ringan
hanya terdapat sekret di nasofaring yang menganggu.

Sistem Muskulokeletal

Pergerakan sendi dan tulang dapat digerakkan secara normal.

Inspeksi (pada bagian luar)

Perhatikan bentuk tulang hidung

Amati jika ada perubahan warna dan bengkak


Palpasi

Terdapat nyeri dan nyeri tekan saat pemeriksaan atau tidak

Terdapat krepitasi pada tulang hidung os lakrimal atau tidak

Sistem Gastrointestinal

Adanya gejala pada saluran cerna, oleh karena mukopus yang tertelan dapat
menyebabkan gastroenteritis, sering terjadi pada anak

h) Sistem Perkemihan

Tidak adanya perubahan pada warna urine,tidak terdapat Albumin dalam kemih
(protein yang terdapat pada jaringan tubuh).

Sistem Neurosensory

Gerakan reflek tubuh normal dengan GCS 456

Sedangkan pada sistem syaraf (nervus) dipengaruhi oleh saraf penghidu nervus I,
offaktorius jika terjadi kelainan pada sistem penghidu

Sistem Reproduksi

Tidak adanya penyakit kelamin, scrotum normal (laki-laki).


Pemeriksaan Penunjang

Transiluminasi

Transiluminasi menggunakan angka sebagai parameternya. Transiluminasi


menunjukkan angka 0 atau 1 apabila terjadi sinusitis (sinus penuh dengan cairan)

Rontgen sinus paranasalis

Sinusitis akan menunjukkan gambaran berupa

Penebalan mukosa,

Opasifikasi sinus ( berkurangnya pneumatisasi)

Gambaran air fluid level yang khas akibat akumulasi pus yang dapat dilihat pada foto
waters.

CT Scan

CT Scan adalah pemeriksaan yang dapat memberikan gambaran yang paling baik
akan adanya kelainan pada mukosa dan variasi antominya yang relevan untuk
mendiagnosis sinusitis kronis maupun akut. Walaupun demikian, harus diingat bahwa
CT Scan menggunakan dosis radiasi yang sangat besar yang berbahaya bagi mata.
Pemeriksaan mikrobiologi

Biakan yang berasal dari hidung bagian posterior dan nasofaring biasanya lebih akurat
dibandingkan dengan biakan yang berasal dari hidung bagian anterior. Namun demikian,
pengambilan biakan hidung posterior juga lebih sulit. Biakan bakteri spesifik pada sinusitis
dilakukan dengan mengaspirasi pus dari inus yang terkena.

Diagnosa Keperawatan

Bersihan jalan nafas tidak efektif

Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi

Hyperthermy b/d agen biologi

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan yang tidak adekuat.

Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan berhubungan dengan


keterbatasan kognitif, kurang pemajanan, atau kesalahan interprestasi informasi

Intervensi

Diagnosa:

Bersihan jalan napas tak efektif b/d sekresi mukus yang kental, hemoptisis, kelemahan, upaya
batuk buruk, edema trakeal/faringeal.
Tujuan:

Pertukaran gas O2 dan CO2 alveolar untuk mempertahankan konsentrasi gas darah arteri

Pergerakan udara keluar dan masuk paru

Tindakan seseorang unutk meminimalkan perubahan sampingan yang didapat pada fungsi
fisik dan emosi

Kriteria Hasil:

Pasien akan mempunyai jalan nafas yang paten

Pasien akan mengeluarkan sekret secara efektif

Pasien mempunyai irama dan frekuensi pernafasan dalam rentang normal

Intervensi:

Kaji fungsi pernapasan (bunyi napas, kecepatan, irama, kedalaman dan penggunaan otot
asesori)

Kaji kemampuan mengeluarkan sekresi, catat karakter, volume sputum dan adanya
hemoptisis.
Berikan posisi semi/fowler tinggi dan bantu pasien latihan napas dalam dan batuk yang
efektif.

Pertahankan asupan cairan sedikitnya 2500 ml/hari kecuali tidak diindikasikan.

Bersihkan sekret dari mulut dan trakea, bila perlu lakukan penghisapan (suction)

Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi seperti agen mukolitik, bronkodilator dan
kortikosteroid.

Diagnosa

Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi

Tujuan:

Comfort Level

Pain level

Pain Control

Pain Management

Kriteria Hasil:
Mampu mengontrol Nyeri

Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan pain management

Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)

Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.

Tanda-tanda vital dalam rentang normal.

Intervensi:

Kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0 - 10)

Monitor dan catat adanya rasa nyeri, lokasi, durasi dan faktor pencetus serta penghilang
nyeri.

Observasi tanda-tanda non verbal nyeri (gelisah, kening mengkerut, peningkatan tekanan
darah dan denyut nadi)

Beri ompres hangat pada abdomen terutama perut bagian bawah.

Anjurkan pasien untuk menghindari stimulan (kopi, teh, merokok, abdomen tegang)

Atur posisi pasien senyaman mungkin, ajarkan teknik relaksasi

Lakukan perawatan aseptik terapeutik


Laporkan pada dokter jika nyeri meningkat.
Diagnosa

Hyperthermy b/d agen biologi

Tujuan

Pasien akan menunjukkan termogulasi : penigkatan suhu kulit, hipertermia, dehidrasi


mengantuk

Menjelaskan tindakan untuk mencegah dan meminimalkan peningkatan suhu tubuh

Melaporkan tanda dan gejala dini hiprtermia


Kriteria Hasil

Termogulasi : keseimbangan antara produksi panas peningkatan panas dan kehilangan


panas

TTV dalam rentan normal

Intervensi

Pantau aktivitas kejang

Pantau hidrasi

Pantau minimal setiap dua jam, pantau warna kulit dan suhu

Ajarkan keluarga cara mengukur suhu untuk mengenali secara dini hypertermia

Berikan obat antipeuretik jika perlu

Diagnosa

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan yang tidak adekuat.

Tujuan:

Tingkat gizi yang tersedia cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik


Keadekuatan zat gizi yang dikonsumsi tubuh

Kriteria Hasil:

Pasien akan mempertahankan berat badan

Nilai hasil pemeriksaan laboratorium akan dalam rentang normal


Intervensi:

Kaji status nutrisi klien, turgor kulit, berat badan, dan derajat penurunan berat badan,
integritas mukosa oral, kemampuan menelan, riwayat mual/muntah dan diare.

Pantau asupan dan haluaran, timbang berat badan secara periodik (sekali seminggu).

Lakukan dan ajarkan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan serta sebelum dan
sesudah intervensi/pemeriksaan peroral.

Fasilitasi pemberian diet TKTP, berikan dalam porsi kecil tapi sering.

Kolaborasi dengan ahli diet untuk menetapkan komposisi dan jenis diet yang tepat.

Kolaborasi untuk pemeriksaan laboratorium BUN, protein serum dan albumin.

Diagnosa

Gangguan Istirahat dan tidur berhubungan dengan hidung buntu, nyeri sekunder dari
proses peradangan

Tujuan:

a. klien dapat istirahat dan tidur dengan nyaman

Kriteria hasil :

a. Klien tidur 6-8 jam sehari


Interrvensi

Kaji kebutuhan tidur klien

Ciptakan suasana yang nyaman

Anjurkan klien bernafas lewat mulut

Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat

Diagnosa

Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan berhubungan dengan


keterbatasan kognitif, kurang pemajanan, atau kesalahan interprestasi informasi

Tujuan

Knowledge : disease process

Knowledge : health behavior

Kriteria Hasil

Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan
program pengobatan

Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
Pasien dan keluarga mampu meenjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat atau tim
kesehatan lainnya

Intervensi

Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik

Jelaskan patofiologi dari penyakit da bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan
fisiologi dengan cara yang tepat

Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang benar

Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Sinusitis merupakan penyakit berupa infeksi yang menyerang pada rongga paranasal. Sinusitis
paling banyak menyerang pada bagian sinus maksilaris. Walaupun tingkat keampuhan kasus
kasus (FCR) yang ada tidak begitu menakutkan, namun kasus penyakit ini tetap harus
ditangani secara tepat agar tidak menimbulkan penyakit infeksi lain yang lebih parah dan
mengancam jiwa.

Saran
Sebagai tenaga medis, perawat seharusnya mampu mencegah terjadinya penyakit sinusitis dan
menjadi role model di kalanagan masyarakat luas. Hal ini bertujuan sebagai langkah awal
mengurangi epidemiologi kasus yang tinggi terutamma di negara berkembang dengan kondisi
lingkungan kumuh.
DAFTAR PUSTAKA

Cody, D. Thane R. (1991). Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan. EGC: Jakarta.

Mansjoer, Arief. (2000). Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid I. FKUI : Jakarta.
Soepardi, Efiaty Arsyad. (2001). Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala, Leher. FKUI:
Jakarta.

http://askep-askeb-kita.blogspot.com/2010/01/asuhan-keperawatan-sinusitis.html?m=1
diakses pada 30-09-2013 X

You might also like