Professional Documents
Culture Documents
Sinusitis
Sinusitis
Sinusitis
SINUSITIS
OLEH
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sinusitis merupakan penyakit yang sering ditemukan dalam praktek dokter sehari-hari, bahkan
dianggap sebagai salah satu penyebab gangguan tersering di seluruh dunia (Soetjipto, 2010).
Sinusitis didefinisikan sebagai inflamasi mukosa sinus paranasal. Penyebab utamanya ialah
selesma (common cold) yang merupakan infeksi virus, yang selanjutnya dapat diikuti oleh
infeksi bakteri (Soetjipto, 2010).
Di Amerika Serikat, 1 dari 7 orang dewasa terkena sinusitis dengan lebih dari 30 juta
penderita didiagnosa setiap tahunnya. Di sana, sinusitis sering terjadi pada awal musim gugur
hingga awal musim semi. Berdasarkan data National Ambulatory Medical Care Survey
(NAMCS), kira-kira 14 persen orang dewasa dilaporkan memiliki episode rinosinusitis setiap
tahunnya dan didiagnosis ke-5 terbanyak berdasarkan peresepan antibiotik, serta 0,4%
didiagnosa rawat jalan (Brook, 2012).
European Position Paper on Rinosinusitis on Nasal Polyps atau EP30S (2007) memaparkan
pada studi perbandingan di Skotlandia Utara dan di Kepulauan Karibia bahwa jumlah
populasi rinosinusitis kronis kurang lebih sama, dengan persentase 9,6% dan 9,3%
(Dalimunthe, 2012). Di Indonesia, prevalensi rinosinusitis termasuk tinggi. Hal ini dapat
diketahui berdasarkan data DEPKES RI tahun 2003 yang menyebutkan bahwa penyakit
tersebut berada pada urutan ke-25 dari 50 pola penyakit peringkat utama (Soetjipto, 2006). Di
Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL FK Universitas Hasanuddin Makassar, jumlah kasus rinologi
periode tahun 2003 sampai dengan tahun 2007 yaitu penderita rawat jalan sebanyak 12.557
kasus dan penderita rawat inap sebanyak 1.092 kasus dengan perbandingan antara pria dan
wanita hampir sama (46% : 54%). Kasus rawat inap yang terbanyak yaitu rinosinusitis
(41,5%) dan kasus pada kelompok umur 30 – 39 tahun sebanyak 23,3% (Sujuthi dan Punagi,
2008). Pada penelitian di poliklinik THT-KL RS Hasan Sadikin Bandung periode Januari
2007 sampai dengan Desember 2007 didapatkan 168 pasien rinosinusitis (64,29%) dari
seluruh pasien rinologi (Lasminingrum, 2008). Dibagian THT-KL Fakultas Kedokteran
UGM/RS Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2006 – 2007 didapatkan 118 penderita rinosinusitis
kronis (42%) dari seluruh pasien rinologi (Dewanti, 2008). Penyakit rinosinusitis pada tahun
2011 di RSUP H. Adam Malik Medan ada sebanyak 1073 kunjungan pasien. Menurut
Soejipto (2006) dalam tulisan Multazar (2008), data dari Divisi Rinologi Departemen THT
RSCM Januari–Agustus 2005 menyebutkan
jumlah pasien rinologi pada kurun waktu tersebut adalah 435 pasien, 69%nya (300
Rinosinusitis akut yang tidak ditangani dengan baik dapat berlanjut menjadi rinosinusitis kronik.
Rinosinusitis kronis dapat mengakibatkan gangguan kualitas hidup akibat gejala lokal seperti sakit
kepala, hidung tersumbat, gangguan penciuman, gangguan tidur dan gejala pilek yang persisten
sehingga dapat menurunkan produktifitas dan menyebabkan kehilangan hari kerja. 8 Rinosinusitis
kronik dapat menjadi berbahaya karena menyebabkan komplikasi ke orbita dan intrakranial.
Sinusitis khususnya sinusitis maksilaris adalah penyakit yang sering sekali terjadi di
masyarakat, sehingga perlu sekali bagi mahasiswa kedokteran untuk mempelajari penyakit ini
sehingga dapat menjadi bekal dalam melakukan praktek sebagai general practitioner.
Tujuan Pembahasan
Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan menganalisis tentang penyakit Sinusitis dan asuhan keperawatan pada
klien dengan keluhan Sinusitis
Tujuan Khusus
Untuk memahami bentuk dan strukstur konsep askep pada klient penderita Sinusitis
BAB II
LANDASAN TEORI
Anatomi/Fisiologi
Manusia mempunyai beberapa rongga di sepanjang atap dan bagian lateral rongga
hidung. Rongga rongga ini diberi nama sinus yang kemudian diberi nama sesuai dengan
Sinus maxillaris
Merupaka sinus paranasalis yang terbesar, berada pada dinding lateral hidung korpus
maksilaris bermuara di hiatus maksilaris ke rongga hidung hiatus semilunaris media. Sinus ini
sudah ada sejak lahir dan mencapai ukuran maksimum ( + 15 ml ) pada saat dewasa. Dari segi
klinis yang perlu diperhatikan dari anatomi sinus maxilla adalah :
Dasar sinus maxillaris berhubungan dengan gigi P1, P2, M1, dan M2
Sinus Frontalis
Sinus ini berada di dalam infundibulum meatus nasi media dan mulai berkembang dari sinus
ethmoidalis anterior pada usia 8 tahun dan mncapai ukuran maksimal pada usia 20 tahun.
Sinus Ethmoidalis
Sinus yang berada di pars labirintus oss etmoidalis ini, merupakan kelompok dari sel
ethmoidalis anterior dan posterior yang saling berhubungan dan kemudian bermuara dalam
ronga hidung. Sinus ini sudah ada sejak anak lahir. Sinus ini dianggap paling penting karena
dapat menjadi fokus infeksi bagi sinus paranasalis yang lainnya.
Sinus Sphenoidalis
Berada di belakang kranial hidung dalam korpus spenoidalis bermuara ke rongga hidung
bagian belakang. Pneumatisasi sinus sphenoidalis dimulai pada usia 8-10 tahun.
Thermal insulators
Sinusitis adalah merupakan radang penyakit infeksi sinus yang disebabkan oleh kuman atau
virus.
Sinusitis adalah radang mukosa sinus paranasal sesuai anatomi sinus yang terkena,dapat
dibagi menjadi sinusitis maksila,sinusitis etmoid,sinusitis frontal,dan sinusitis
sfenoid(Soepardi 2001).
Sinusitis adalah radang pada rongga hidung(A.K Muda Ahmad.2003). Sinusitis adalah radang
sinus yang ada disekitar hidung,dapat berupa sinusitis
maksilaris atau frontalis sinusitis dapat berlangsung akut maupun kronik.dapat mengenai anak
yang sudah besar.pada sinusitis paranasal sudah berkembang pada anak umur 6-11tahun
(Ngstiya 1997)
Sinusitis merupakan penyakit infeksi sinus yang disebabkan oleh kuman,virus dan
mikroorganisme lainnya. http://askep-askeb-kita.blogspot.com/2010/01/asuhan-keperawatan-
sinusitis.html?m=1X
Sinusitis Akut
Serangan terjadi dalam kurun waktu kurang dari 3 minggu dan biasanya dikarenakan rinitis
akut, faringitis, tonsilitis akut dan lain-lain. Untuuk menegakkan diagnosa sinusitis akut, harus
mengetahui penyakit banding seperti commond cold, neuralgia trigeminal, rhinovirus, polip
dan ISNA.
Sinusitis Kronis
Serangan sinusitis ini terjadi lebih dari 3 bulan tanpa ada periode sembuh (ada sumber lain
yang menyebutkan lebih dari 60 hari), timbul akhibat dari gangguan drainase nasal,
Penyebab lain yang jarang adalah karena menyelam dan fraktur tulang maksila dan tulang frontal.
Sinusitis yang terjadi karena menyelam disebabkan menyelam dengan kaki yang masuk air
terlebih dahulu tanpa menjepit hidung.
Sinusitis ethmoidalis dapat terjadi apabila terdapat gangguan pengaliran udara dari dan ke
rongga sinus serta adanya gangguan pengeluaran cairan mukus. FCR pada semua kasus
sinusitis yang masuk dalam kategori ini sebesar 15%.
Memiliki gejalanya tidak khas karena memiliki gejala yang sama dengan kasus sinusitis
lainnya, namun nyeri terasa hebat di vertex kranium atau di retroorbital dan parietoorbital.
FCR kasus ini <10%, dan sisanya mengalami jenis sinusitis frontalis pada sebagian kecil
kasus.
Etiologi
Rinogen
Dentogen
Streptococcus pneumoniae
Merupakan bakteri gram positif, catalase negatif, anaerobic cocci dimana 20-43% dari
sinusitis akut yang menyerang orang dewasa
Hamophilus influenza
Merupakan bakteri gram negatif, anaerobic bacili dan menjadi predisposisi utama terjadinya
meningitis dengan awitan sinusitis.
Staphylococcus aureus
Steptococcus viridans
Branchamella catarhatis
Streptococcus group A
Neisseria
Klebsiella
Pseudomonas.
Jamur
Aspergillus
Mucormycosis
Faktor predisposisi
Obstruksi mekanis
Seperti kasus deviasi septum, corpus alienum, polip, tumor, hipertrofi konka
Infeksi
Rhinitis kronis dan rhinitis alergi yang menyebabkan obstruksi ostium sinus serta
menghasilkan banyak lendir yang merupakan media yang baik untuk pertumbuhan
kuman
Lingkungan berpolusi, udara dingan dan kering yang dapat merubah mukosa dan merusak
silia
Berdasarkan durasinya pajanan penyakit, tanda gejala yang timbul antara lain:
a. Sinusitis Akut
Febris, pilek dengan sekret yang keluar kental, berbau, bisa bercampur darah
Nyeri :
Kepala : biasanya homolateral, terutama pada sorehari Gigi (geraham atas) homolateral.
Sinusitis Kronis
Postnasal drip
Pendengaran terganggu karena oklusi tuba eustachii Nyeri atau sakit kepala
Infeksi pada mata yang menjalar dari duktus nasolakrimalis Gastroenteritis ringan pada anak
akibat mukopus yang tertelan
Sinusitis maksillaris
Demam, malaise
Nyeri kepala yang tak jelas yang biasanya reda dengan pemberian aspirin. Sakit dirasa mulai
dari pipi ( di bawah kelopak mata ) dan menjalar ke dahi atau gigi. Sakit bertambah saat
menunduk.
Nyeri pipi yang khas : tumpul dan menusuk, serta sakit pada palpasi dan perkusi. Kadang ada
batuk iritatif non-produktif
Sekret mukopurulen yang dapat keluar dari hidung dan kadang berbau busuk
Adanya pus atau sekret mukopurulen di dalam hidung, yang berasal dari metus media, dan
nasofaring.
Sinusitis ethmoidalis
Nyeri dan nyeri tekan di antara kedua mata dan di atas jembatan hidung menjalar ke arah
temporal.
Nyeri sering dirasakan di belakang bola mata dan bertambah apabila mata digerakkan
Sumbatan pada hidung
Pada anak sering bermanifestasi sebagai selulitis orbita karena lamina papiracea anak
seringkali merekah
Adanya pus dalam rongga hidung yang berasal dari meatus media
Sinusitis Sphenoidalis
Nyeri kepala dan retro orbita yang menjalar ke verteks atau oksipital
Sinusitis Frontalis
Nyeri kepala yang khas di atas alis mata. Nyeri biasanya pada pagi hari, memburuk pada
tengah hari dan berangsur angsur hilang pada malam hari.
Patofisiologi
Infeksi virus akan menyebabkan terjadinya udem pada dinding hidung dan sinus
sehingga menyebabkan terjadinya penyempitan pada ostium sinus, dan berpengaruh pada
mekanisme drainase di dalam sinus. Virus tersebut juga memproduksi enzim dan
neuraminidase yang mengendurkan mukosa sinus dan mempercepat difusi virus pada lapisan
mukosilia. Hal ini menyebabkan silia menjadi kurang aktif dan sekret yang diproduksi sinus
menjadi lebih kental, yang merupakan media yang sangat baik untuk berkembangnya bakteri
patogen.
Adanya bakteri dan lapisan mukosilia yang abnormal meningkatkan kemungkinan terjadinya
reinfeksi atau reinokulasi dari virus.
Konsumsi oksigen oleh bakteri akan menyebabkan keadaan hipoksia di dalam sinus dan akan
memberikan media yang menguntungkan untuk berkembangnya bakteri anaerob. Penurunan
jumlah oksigen juga akan mempengaruhi pergerakan silia dan aktiviitas leukosit.
Sinusitis kronis dapat disebabkan oleh fungsi lapisan mukosilia yang tidak adekuat , obstruksi
sehingga drainase sekret terganggu, dan terdapatnya beberapa bakteri patogen.
Pathway
Infeksi Kuman
Iritasi
eksudat Purulen
pilek bau
Kuman menyebar ke
Tekanan pada sinus meningkat
saluran pernafasan
Batuk batuk
Nyeri
Pemeriksaan Diagnostik
Adapun beberapa pemeriksaan yang dilakukan untuku menegakkan diagnosa sinusitits antara
lain:
Transiluminasi
Penebalan mukosa,
Sinoscopy
Sinoscopy merupakan satu satunya cara yang memberikan informasi akurat tentang perubahan
mukosa sinus, jumlah sekret yang ada di dalam sinus, dan letak dan keadaan dari ostium
sinus. Yang menjadi masalah adalah pemeriksaan sinoscopy memberikan suatu keadaan yang
tidak menyenangkan buat pasien. Bagaimanapun juga, harus diingat bahwa foto SPN 3 posisi
ini memiliki kekurangan dimana kadang kadang bayangan bibir dapat dikacaukan dengan
penebalan mukosa sinus.
CT Scan
CT Scan adalah pemeriksaan yang dapat memberikan gambaran yang paling baik akan adanya
kelainan pada mukosa dan variasi antominya yang relevan untuk mendiagnosis sinusitis
kronis maupun akut. Walaupun demikian, harus diingat bahwa CT Scan menggunakan dosis
radiasi yang sangat besar yang berbahaya bagi mata.
Pemeriksaan mikrobiologi
Biakan yang berasal fari hidung bagian posterior dan nasofaring biasanya lebih akurat
dibandingkan dengan biakan yang berasal dari hidung bagian anterior. Namun demikian,
pengambilan biakan hidung posterior juga lebih sulit. Biakan bakteri spesifik pada sinusitis
dilakukan dengan menagspirasi pus dari inus yang terkena.
Seringkali diberikan suatu antibiotik yang sesuai untuk membasmi mikroorganisme
Penatalaksanaan Medis
Medikamentosa
Analgetik
Rasa sakit yang disebabkan oleh sinusitis dapat hilang dengan pemberian aspirin atau preparat
codein. Kompres hangat pada wajah juga dapat menbantu untuk mengjilangkan rasa sakit
tersebut
Drainage
Ampisilin 4 X 500 mg
Amoksilin 3 x 500 mg
Simtomatik
Pembedahan
Pengembalian ventilasi sinus dan koreksi mukosa akan mengembalikan fungsi lapisan
mukosilia. Tindakan yang bisa dilakukan antara lain:
Mukolitik
Sinusitis kronis biasanya menghasilkan sekret yang kental. Terapi dengan mukolitik ini
biasanya diberikan pada penderita rinosinusitis. Sekret yang encer akan lebih mudah
dikeluarkan dibandingkan dengan sekret yang kental.
Nasal toilet
Pembersihan hidung dan sinus dari sekret yang kental dapat dilakukan dengan saline
Cara yang efektif dan murah adalah dengan menggunakan canula dan Higgison’s
syringe
Komplikasi
Komplikasi sinusitis telah menurun nyata sejak diberikannya antibiotik. Komplikasi yang
Terutama disebabkan oleh sinusitis ethmoidalis karena letaknya yang berdekatan dengan mata
.
Kelainan intrakranial
Encephalitis
Trombosis sinus cavernosus atau sagital
Otitis media
Mucocele , pyococele
Pengkajian
Biodata Klien
Biodata Penanggungjawab
Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama
Klarifikasi klien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung, trauma di hidung,
riwayat penyakit THT atau menderita sakit gigi geraham.
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang lalu yang mungkin ada hubungan
dengan penyakit klien sekarang?atau penyakit lain seperti hipertensi, Diabetes Millitus.
Nama Aktivitas
Sebelum MRS
Saat MRS
Berladang
Naik tangga
Bersepeda
Merawat diri
e. Pola Nutrisi
Nama Aktivitas
Sebelum MRS
Saat MRS
Makan
Minum
Jenis makanan
Pola makanan
f. Pola Eleminasi
Nama Aktivitas
Sebelum MRS
Saat MRS
BAB
BAK
Frekuensi BAB
Frekuensi BAK
g. Personal higyne
Nama Aktivitas
Sebelum MRS
Saat MRS
Mandi
Keramas
Gosok gigi
h. Pola Psikososial
Nama Aktivitas
Sebelum MRS
Saat MRS
Diskusi di masyarakat
Menghadiri hajatan
i. Pola Spiritual
Nama Aktivitas
Sebelum MRS
Saat MRS
Acara keagamaan
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
Hasil pemeriksaan keadaan umum dengan GCS pada klien sinusitis biasanya 456,
dengan kriteria jumlah nilai GCS:
·
15 s/d 12
=
composmentis
·
11 s/d 8
=
somnolen
·
7 s/d 4
=
apatis
·
3
=
coma
b) Tanda-Tand Vital
TD
:
mmHg
RR
:
kali/menit
N
:
kali /menit
T
:
0C
c) Pemeriksaan Kepalal dan Leher
d)
Sistem Kardiovaskular
Biasanya bunyi jantung normal, pola nadi normal, tidak ada suara tambahan.
e)
Sistem Respirasi
·
Inspeksi
:
Amati, jika
ada pembengkakan
di
daerah sekitar mata-
mata
·
Palpasi
:
Pada sinusitis frontal rasa nyeri terlokalisasi di dahi atau dirasakan nyeri di seluruh kepala.
Rasa nyeri pada sinusitis sfenoid di verteks,oksipital, di belakang bola mata dan di daerah
mastoid.
Adanya gejala telinga, berupa pendengaran terganggu oleh karena tersumbatnya tuba
Eustachius
Adanya nyeri/ sakit kepala pada pagi hari dan akan berkurang di siang hari
Gejala saluran napas berupa batuk dan kadang-kadang terdapat komplikasi di paru berupa
asma bronkial sehingga terjadi penyakit sinobronkitis kadang-kadang gejala sangat ringan
hanya terdapat sekret di nasofaring yang menganggu.
Sistem Muskulokeletal
Sistem Gastrointestinal
Adanya gejala pada saluran cerna, oleh karena mukopus yang tertelan dapat
menyebabkan gastroenteritis, sering terjadi pada anak
h) Sistem Perkemihan
Tidak adanya perubahan pada warna urine,tidak terdapat Albumin dalam kemih
(protein yang terdapat pada jaringan tubuh).
Sistem Neurosensory
Sedangkan pada sistem syaraf (nervus) dipengaruhi oleh saraf penghidu nervus I,
offaktorius jika terjadi kelainan pada sistem penghidu
Sistem Reproduksi
Transiluminasi
Penebalan mukosa,
Gambaran air fluid level yang khas akibat akumulasi pus yang dapat dilihat pada foto
waters.
CT Scan
CT Scan adalah pemeriksaan yang dapat memberikan gambaran yang paling baik
akan adanya kelainan pada mukosa dan variasi antominya yang relevan untuk
mendiagnosis sinusitis kronis maupun akut. Walaupun demikian, harus diingat bahwa
CT Scan menggunakan dosis radiasi yang sangat besar yang berbahaya bagi mata.
Pemeriksaan mikrobiologi
Biakan yang berasal dari hidung bagian posterior dan nasofaring biasanya lebih akurat
dibandingkan dengan biakan yang berasal dari hidung bagian anterior. Namun demikian,
pengambilan biakan hidung posterior juga lebih sulit. Biakan bakteri spesifik pada sinusitis
dilakukan dengan mengaspirasi pus dari inus yang terkena.
Diagnosa Keperawatan
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan yang tidak adekuat.
Intervensi
Diagnosa:
Bersihan jalan napas tak efektif b/d sekresi mukus yang kental, hemoptisis, kelemahan, upaya
batuk buruk, edema trakeal/faringeal.
Tujuan:
Pertukaran gas O2 dan CO2 alveolar untuk mempertahankan konsentrasi gas darah arteri
Tindakan seseorang unutk meminimalkan perubahan sampingan yang didapat pada fungsi
fisik dan emosi
Kriteria Hasil:
Intervensi:
Kaji fungsi pernapasan (bunyi napas, kecepatan, irama, kedalaman dan penggunaan otot
asesori)
Kaji kemampuan mengeluarkan sekresi, catat karakter, volume sputum dan adanya
hemoptisis.
Berikan posisi semi/fowler tinggi dan bantu pasien latihan napas dalam dan batuk yang
efektif.
Bersihkan sekret dari mulut dan trakea, bila perlu lakukan penghisapan (suction)
Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi seperti agen mukolitik, bronkodilator dan
kortikosteroid.
Diagnosa
Tujuan:
Comfort Level
Pain level
Pain Control
Pain Management
Kriteria Hasil:
Mampu mengontrol Nyeri
Intervensi:
Monitor dan catat adanya rasa nyeri, lokasi, durasi dan faktor pencetus serta penghilang
nyeri.
Observasi tanda-tanda non verbal nyeri (gelisah, kening mengkerut, peningkatan tekanan
darah dan denyut nadi)
Anjurkan pasien untuk menghindari stimulan (kopi, teh, merokok, abdomen tegang)
Tujuan
Intervensi
Pantau hidrasi
Pantau minimal setiap dua jam, pantau warna kulit dan suhu
Ajarkan keluarga cara mengukur suhu untuk mengenali secara dini hypertermia
Diagnosa
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan yang tidak adekuat.
Tujuan:
Kriteria Hasil:
Kaji status nutrisi klien, turgor kulit, berat badan, dan derajat penurunan berat badan,
integritas mukosa oral, kemampuan menelan, riwayat mual/muntah dan diare.
Pantau asupan dan haluaran, timbang berat badan secara periodik (sekali seminggu).
Lakukan dan ajarkan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan serta sebelum dan
sesudah intervensi/pemeriksaan peroral.
Fasilitasi pemberian diet TKTP, berikan dalam porsi kecil tapi sering.
Kolaborasi dengan ahli diet untuk menetapkan komposisi dan jenis diet yang tepat.
Diagnosa
Gangguan Istirahat dan tidur berhubungan dengan hidung buntu, nyeri sekunder dari
proses peradangan
Tujuan:
Kriteria hasil :
Diagnosa
Tujuan
Kriteria Hasil
Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan
program pengobatan
Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
Pasien dan keluarga mampu meenjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat atau tim
kesehatan lainnya
Intervensi
Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik
Jelaskan patofiologi dari penyakit da bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan
fisiologi dengan cara yang tepat
Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang benar
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sinusitis merupakan penyakit berupa infeksi yang menyerang pada rongga paranasal. Sinusitis
paling banyak menyerang pada bagian sinus maksilaris. Walaupun tingkat keampuhan kasus
kasus (FCR) yang ada tidak begitu menakutkan, namun kasus penyakit ini tetap harus
ditangani secara tepat agar tidak menimbulkan penyakit infeksi lain yang lebih parah dan
mengancam jiwa.
Saran
Sebagai tenaga medis, perawat seharusnya mampu mencegah terjadinya penyakit sinusitis dan
menjadi role model di kalanagan masyarakat luas. Hal ini bertujuan sebagai langkah awal
mengurangi epidemiologi kasus yang tinggi terutamma di negara berkembang dengan kondisi
lingkungan kumuh.
DAFTAR PUSTAKA
Cody, D. Thane R. (1991). Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan. EGC: Jakarta.
Mansjoer, Arief. (2000). Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid I. FKUI : Jakarta.
Soepardi, Efiaty Arsyad. (2001). Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala, Leher. FKUI:
Jakarta.
http://askep-askeb-kita.blogspot.com/2010/01/asuhan-keperawatan-sinusitis.html?m=1
diakses pada 30-09-2013 X