Professional Documents
Culture Documents
Proposal Up Revisi 1-5-2018
Proposal Up Revisi 1-5-2018
Oleh:
Chandy Hermawan
D1A141018
Pembimbing II : ( )
BAB I
PENDAHULUAN
khusus dalam meningkatkan efisiensi atau penggunaan dana secara lebih rasional
(Yusrizal, 2013).
beberapa dekade terakhir, dan kecenderungan ini tampaknya akan terus berlanjut.
Hal ini antara lain disebabkan populasi pasien usia lanjut yang semakin banyak
lebih mahal dan perubahan pola pengobatan. Di sisi lain, sumber daya yang dapat
digunakan terbatas sehingga harus dicari cara agar pelayanan kesehatan menjadi
efisien dan ekonomis. Tidak hanya meneliti penggunaan dan efek obat dalam hal
khasiat dan keamanan saja, tetapi juga menganalisis dari segi ekonominya. Studi
Salah satu metode yang digunakan adalah analisis efektivitas biaya (Putera, 2008).
merupakan salah satu cara untuk menilai dan memilih program terbaik bila
terdapat beberapa program berbeda dengan tujuan yang sama untuk dipilih.
Kriteria penilaian program mana yang akan dipilih adalah berdasarkan total biaya
biaya terendahlah yang akan dipilih oleh para analis / pengambil keputusan,
Efektivitas antibiotik dapat dilihat berdasarkan lama hari rawat inap pasien
di rumah sakit dan untuk menjamin efektivitasnya maka pemberian obat harus
rasional, yang berarti perlu dilakukan diagnosis yang akurat, memilih obat yang
tepat dengan dosis, cara pemberian, interval, serta lama pemberian yang tepat.
(Hamu 2015)
antibiotik lini pertama dalam pengobatan demam tifoid, bila pemberian salah satu
antibiotik lini pertama dinilai tidak efektif, dapat diganti dengan antibiotik yang
lain atau dipilih antibiotik lini kedua. Obat yang termasuk ke dalam antibiotik lini
oleh Salmonella typhi. Demam tifoid dijumpai secara luas di berbagai negara
berkembang yang terutama terletak di daerah tropis dan subtropis. Data World
kasus demam tifoid di seluruh dunia dengan insidensi 600.000 kasus kematian
tiap tahun. Di Indonesia diperkirakan antara 800 – 100 ribu orang terkena
penyakit demam tifoid sepanjang tahun. Diperkirakan angka kejadian ini adalah
300 – 810 kasus per 100.000 penduduk per tahun (Puspitasari, 2011). Berdasarkan
informasi dari Bagian Rekam Medik Rumah Sakit PTPN VIII Subang diperoleh
data bahwa demam tifoid termasuk dalam 10 penyakit terbanyak. Pada tahun 2015
terdapat sebanyak 690 pasien, pada tahun 2016 terdapat sebanyak 485 pasien,
sedangkan pada tahun 2017 mengalami peningkatan lagi sebanyak pasien 690
pengobatan pasien tifoid yang lebih cost effective antara pasien yang
1. Kriteria Alternatif
3. Outcome
4. Perspektif
5. Komponen Biaya
Kriteria Inklusi:
a. Pasien umum demam tifoid yang dirawat inap Rumah Sakit PTPN VIII Subang
Kriteria Eksklusi
dan ciprofloxacin.
d. Data status pasien yang tidak lengkap, hilang, tidak jelas terbaca.
3.3 Outcome
ini adalah lama perawatan atau Length Of Stay (LOS). Ditinjau dari hari pertama
pasien dirawat sampai diperbolehkan pulang oleh dokter penanggung jawab
pasien.
3.4 Perspektif
perspektif yang dipilih akan menentukan komponen biaya yang harus disertakan.
Komponen biaya yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah perspektif
pasien, yaitu biaya antibiotik, biaya rawat inap, biaya tindakan medis, biaya
faktor klinis (efektivitas pengobatan) dan faktor ekonomi (biaya) yang dapat
yang harus diambil sesuai dengan kemampuan pasien. Pada penelitian ini
rasio antara total biaya (cost) yang dikeluarkan dengan outcome (hasil terapi)
pengobatan.
Pada AEB, biaya intervensi kesehatan diukur dalam unit moneter (rupiah)
dan hasil dari intervensi tersebut dalam unit alamiah atau indikator kesehatan baik
Cefixim
Penentuan Kriteria Obat
Ciprofloxacin
Kriteria Inklusi
Penentuan Kriteria Pasien
Kriteri Eksklusi
Analisis Farmakoekonomi
1. REB
2. Analisis Statistik
3. Tabel Efektivitas Biaya
4. RIEB
DAFTAR PUSTAKA