Proposal Up Revisi 13-4-2018

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 9

Proposal Usulan Penelitian

ANALISIS EFEKTIFITAS BIAYA PADA PENGOBATAN DEMAM TIFOID DEWASA


DI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PTPN VIII SUBANG

Oleh:

Chandy Hermawan
D1A141018

Pembimbing I : Yulia Wardati, S.Si., Apt.,M.M ( )

Pembimbing II : ( )
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah biaya kesehatan sejak beberapa tahun ini telah banyak menarik
perhatian. Sementara itu sesuai dengan kebijakan pemerintah, tenaga
kesehatan diharapkan dapat lebih mendekatkan pelayanan kesehatan pada
masyarakat. Dalam menjawab berbagai tantangan tersebut diperlukan
pemikiran-pemikiran khusus dalam meningkatkan efisiensi atau penggunaan
dana secara lebih rasional (Yurizal, 2011).
Biaya pelayanan kesehatan khususnya biaya obat telah meningkat tajam
beberapa dekade terakhir, dan kecenderungan ini tampaknya akan terus
berlanjut. Hal ini antara lain disebabkan populasi pasien usia lanjut yang
semakin banyak dengan konsekuensi meningkatnya penggunaan obat, adanya
obat-obat baru yang lebih mahal dan perubahan pola pengobatan. Di sisi lain,
sumber daya yang dapat digunakan terbatas sehingga harus dicari cara agar
pelayanan kesehatan menjadi efisien dan ekonomis. Tidak hanya meneliti
penggunaan dan efek obat dalam hal khasiat dan keamanan saja, tetapi juga
menganalisis dari segi ekonominya. Studi khusus yang mempelajari hal
tersebut dikenal dengan nama farmakoekonomi (Trisna, 2010).
Farmakoekonomi dapat didefinisikan sebagai perhitungan antara biaya
yang dikeluarkan dengan dampaknya pada penyembuhan penyakit. Penerapan
farmakoekonomi dapat dilakukan untuk mengukur kelebihan suatu obat
dibandingkan dengan obat lain berdasarkan metode analisis farmakoekonomi.
Salah satu metode yang digunakan adalah analisis efektivitas biaya (Putera,
2008).
Analisis efektivitas biaya merupakan salah satu cara untuk menilai dan
memilih program terbaik bila terdapat beberapa program berbeda dengan
tujuan yang sama untuk dipilih. Kriteria penilaian program mana yang akan
dipilih adalah berdasarkan total biaya dari masing-masing alternatif program
sehingga program yang mempunyai total biaya terendahlah yang akan dipilih
oleh para analis / pengambil keputusan. Contoh nya pengambilan keputusan
penggunaan suatu obat. (Tjiptoherijanto, 1994).
Penggunaan obat dikatakan rasional bila pasien mendapatkan obat yang
sesuai dengan kebutuhan klinis, sesuai dosis dan durasi pemberian, serta biaya
yang dikeluarkan untuk obat tersebut terbilang rendah bagi pasien. (WHO,
1985).
Penyakit demam tifoid (Typhoid fever) merupakan penyakit yang
disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi terutama menyerang bagian saluran
pencernaan. Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang sering ditemukan
pada masyarakat di Indonesia, mulai dari usia balita, anak-anak dan dewasa
(Yuni, 2010).
Antibiotik memiliki peran penting dalam pengobatan demam tifoid
untuk mencegah terjadinya komplikasi dan mengurangi angka kematian.
Kloramfenikol merupakan antibiotik lini pertama dalam pengobatan demam
tifoid, namun dengan banyaknya informasi mengenai timbulnya strain
Salmonella typhi yang resisten terhadap kloramfenikol sehingga sefalosporin
generasi III (seftriakson, sefotaksim, sefiksim) merupakan antibiotik alternatif
yang merupakan antibiotik lini kedua yang aman untuk dewasa dan anak, dan
membuat demam cepat turun, masa perawatan pendek, dan relaps berkurang.
(Depkes RI, 2006).
Efektivitas antibiotik dapat dilihat berdasarkan lama hari rawat inap
pasien di rumah sakit dan untuk menjamin efektivitasnya maka pemberian
obat harus rasional, yang berarti perlu dilakukan diagnosis yang akurat,
memilih obat yang tepat dengan dosis, cara pemberian, interval, serta lama
pemberian yang tepat. (Gina 2015)
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah kasus demam
tifoid di seluruh dunia mencapai 16 – 33 juta dengan 500 – 600 ribu kematian
tiap tahunnya. Kasus ini diperkuat dengan ditemukannya pada tahun 1989
Salmonella typhi yang resisten terhadap dua atau lebih antibiotik di India,
Pakistan dan Cina serta telah menyebar ke Timur Tengah dan Afrika Selatan.
Juga telah ditemukan di Inggris dan negara Barat lainnya (Mandal, 1995).
Di Indonesia diperkirakan antara 800 – 100 ribu orang terkena penyakit
demam tifoid sepanjang tahun. Diperkirakan angka kejadian ini adalah 300 –
810 kasus per 100.000 penduduk per tahun (Yuni, 2010). Berdasarkan
informasi dari Bagian Rekam Medik Rs PTPN VIII Subang diperoleh data
bahwa demam tifoid termasuk dalam 10 penyakit terbanyak. Pada tahun 2015
terdapat sebanyak 690 pasien, pada tahun 2016 terdapat sebanyak 485 pasien,
sedangkan pada tahun 2017 mengalami peningkatan lagi sebanyak pasien 690
pasien demam tifoid.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang, “Analisis Efektifitas Biaya Pada Pengobatan
Demam Tifoid Dewasa Di Rawat Inap Rumah Sakit PTPN VIII Subang”

1.2 Identifikasi Masalah


Indentifitas Masalah ini adalah:
a. Bagaimana perbedaan efektivitas pengobatan antara pasien yang
menggunakan cefixim, ciprofloxacin dan pasien yang menggunakan
cloramphicol.
b. Bagaimana perbedaan efektivitas biaya antara pasien yang menggunakan
cefixim, ciprofloxacin dan pasien yang menggunakan cloramphicol.

1.3 Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk:
c. Mengetahui perbedaan efektivitas pengobatan antara pasien yang
menggunakan cefixim, ciprofloxacin dan pasien yang menggunakan
cloramphicol.
d. Mengetahui perbedaan efektivitas biaya antara pasien yang menggunakan
cefixim, ciprofloxacin dan pasien yang menggunakan cloramphicol.

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
efektivitas pengobatan pada pasien typoid, dan untuk mengetahui perbandingan
pengobatan pasien typoid yang lebih cost effective antara pasien yang
menggunakan obat cefixim, ciprofloxacin dan pasien yang menggunakan
cloramphicol

1.5 Metode Penelitian


1. Kriteria Alternatif
2. Kriteria Populasi dan Sampel
3. Outcome
4. Perspektif
5. Komponen Biaya
6. Analisis Farmakoekonomi dan Statistik

1.6 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit PTPN VIII Subang pada bulan
Mei sampai Juni 2018
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Kriteria Alternatif
Obat-obatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tablet cefixim
400mg, ciprofloxacin 500mg, dan pasien yang menggunakan cloramphicol
500mg.
3.2 Kriteria Populasi dan Sampel
Kriteria Inklusi:
a. Pasien demam tifoid yang dirawat inap Rumah Sakit PTPN VIII Subang selama
periode Januari – Desember 2017.
b. Pasien demam tifoid yang diberikan cefixim, ciprofloxacin dan cloramphicol.
c. Pasien yang dinyatakan sembuh dari demam tifoid oleh dokter
d. Pasien dengan usia dewasa 26 tahun – 45 tahun (menurut WHO)
Kriteria Eksklusi
a. Pasien demam tifoid dengan penyakit penyerta.
b. Pasien demam tifoid yang diberikan antibiotika lain selain cefixim,
ciprofloxacin dan cloramphicol..
c. Pasien yang dirawat inap dengan diagnosis demam tifoid dan tidak
mendapatkan terapi antibiotik.
d. Pasien demam tifoid yang pulang paksa.
e. Data status pasien yang tidak lengkap, hilang, tidak jelas terbaca.

3.3 Outcome
Outcome yang digunakan untuk melihat efektivitas antibiotik pada penderita
ini adalah lama perawatan atau Length Of Stay (LOS). Ditinjau dari hari pertama
pasien dirawat sampai diperbolehkan pulang oleh dokter penanggung jawab
pasien sesuai penilaian klinis terhadap pasien tersebut.
3.4 Perspektif
Perspektif merupakan kajian penting dalam farmakoekonomi karena
perspektif yang dipilih akan menentukan komponen biaya yang harus disertakan.
Perspektif pada penelitian ini yaitu perspektif pasien.

3.5 Komponen Biaya


Komponen biaya yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah perspektif
pasien, yaitu :
1 Biaya Antibiotik
2 Biaya Rawat Inap
3 Biaya Tindakan Medis
4 Biaya Administrasi
5 Biaya Laboratorium
6 Biaya Obat Lain dan Alat Kesehatan

3.6 Analisis Farmakoekonomi dan Analisis Statistik


Analisis farmakoekonomi merupakan analisis yang mempertimbangkan
faktor klinis (efektivitas pengobatan) dan faktor ekonomi (biaya) yang dapat
membantu para petugas kesehatan untuk menentukan pemilihan strategi terapi
yang harus diambil sesuai dengan kemampuan pasien. Pada penelitian ini
dilakukan Analisis Efektivitas Biaya (AEB) yaitu menghitung rasio antara total
biaya (cost) yang dikeluarkan dengan outcome (hasil terapi) pengobatan. Analisis
Efektivitas Biaya (AEB) digunakan untuk membandingkan dua atau lebih jenis
obat dari kelas terapi yang sama, tetapi memberikan hasil pengobatan yang
berbeda.
Pada AEB, biaya intervensi kesehatan diukur dalam unit moneter (rupiah)
dan hasil dari intervensi tersebut dalam unit alamiah atau indikator kesehatan baik
klinis maupun non klinis (non-moneter). Analisis data dilakukan dengan
melakukan perhitungan Rasio Efektivitas Biaya (REB), analisis statistik, diagram
atau table efektivitas biaya, dan perhitungan Rasio Inkremental Efektivitas Biaya
(RIEB) dengan rumus sebagai berikut :
Biaya Obat A−Biaya Obat B Biaya Biaya Pengobatan
RIEB = REB = Efektivitas =
Outcome A−Outcome B Lama Perawatan

ALUR PENELITIAN

Cefixim

Penentuan Kriteria Obat Ciprofloxacin

Cloramphicol

Kriteria Inklusi
Penentuan Kriteria Pasien
Kriteri Eksklusi

Penentuan Outcome Penentuan Perspektif

Lama Perawatan Komponen Biaya Pasien

Analisis Farmakoekonomi

1. REB
2. Analisis Statistik
3. Tabel Efektivitas Biaya
4. RIEB
DAFTAR PUSTAKA

Yusrizal., Analisis Biaya Kloramfenikol dan seftriakson pada pengobatan


pasien demam tifoid di instalasi rawat inap RSUD. Abdul Meoleok tahun
2011 Jurnal Analisis kesehatam., VOL II., NO 1., Maret 2013

Trisna, Yusrizal. 2010., Aplikasi Farmakoekonomi.,.


http://www.ikatanapotekerindonesia.net/artikel-a-
konten/pharmaupdate/teknologi-kefarmasian/17-perkembangan-farmasi-
nasional/449aplikasi-farmakoekonomi/html (Diakses tanggal 09 April
2018)

Putera., F.R., 2008., Kendalikan Biaya Kesehatan Dengan Farmakoekonomi.

Tjiptoherijanto P, & Soesetyo B. 1994., Ekonomi Kesehatan. Penerbit Rhineka


Cipta. Jakarta

Yuni, S., 2010., Typus, Akibat Kurang Bersihnya Makanan.

Mandal, B.K. 1995., Problem Gastroenterologi Daerah Tropis. Salmonella


typhi dan Salmonella lainnya. Editor: Salim IN. Penerbit Buku Kedokteran
ECG. Jakarta. Hal : 62
World Health Organization. 1985., The Rational Of Drugs. WHO Health
Assembly Resolution WHA 39.27. World Health Organization : Geneva
Gina Hamu, dkk 2015., Analisis Efektivitas Seftriakson dan Sefotaksim pada
Pasien Rawat Inap Demam Tifoid Anak di RSUD Sultan Syarif
Mohamad Alkadrie Kota Pontianak
Depkes RI, 2006, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
364/Menkes/SK/V/2006Tentang Pedoman Pengendalian Demam
Tifoid, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Hal 17– 19

You might also like