Refarat Defense Mechanisms

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 19

BAGIAN PSIKIATRI Desember 2017

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

REFERAT : DEFENSE MECHANISM

Disusun Oleh:
Abidatun Amanah
111 2016 2065

Residen Pembimbing:
dr. A. Tenri Padad

Supervisor Pembimbing:
dr. Erlyn Limoa, Sp.KJ

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2017
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa

Nama : Abidatun Amanah

NIM : 111 2016 2065

Universitas : Universitas Muslim Indonesia

Judul Refarat : Defense Mechanisms

Judul Laporan Kasus : Skizofrenia Paranoid (F20.0)

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian


Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.

Makassar, Desember 2017

Mengetahui,

Supervisor Pembimbing Residen Pembimbing

dr. Erlyn Limoa, Sp.KJ dr. A. Tenri Padad


BAB 1
PENDAHULUAN

Tiap makhluk dalam evolusinya akan mengembangkan dirinya dengan berbagai


cara dan mekanisme dalam upaya menyesuaikan diri terhadap kondisi kehidupan
yang mungkin akan mengancamnya. Penyesuaian diri atau adaptasi sangat penting
bagi kehidupan manusia sebagai makhluk tertinggi tingkat perkembangannya.
Manusia telah mengadakan evolusi dalam penyeuaian anatomis yang bermaksud
untuk melindiunginya secara struktural maupun fisiologis. Hal ini untuk membantu
kebutuhan bagi afeksi, keamanan pribadi, maka pribadi dan pertahanan terhadap efek
yang mungkin akan menganggu.1
Melalui proses perkembangan seseorang memerlukan berbagai teknik psikologis
guna mempertahankan dirinya. Seseorang membangun rencana pertahanan untuk
menangani baik anxietas, agresif, permusuhan, kebencian maupun frustasi. Dengan
demikian mekanisme mental berfungsi untuk melindungi seseorang terhadap bahaya
yang berasal dari impuls atau afeknya.2
Mekanisme pertahanan Ego adalah istilah yang diciptakan oleh Freud dalam
teori kepribadian psikoanalitiknya. Istilah ini berarti proses mental yang dipraktikkan
oleh individu untuk melindungi mereka dari mengalami kecemasan akibat ancaman
tekanan internal atau eksternal yang dirasakan untuk menjaga harga diri yang
mencegah tingkat efek negatif yang berlebihan. Dengan kata sederhana mekanisme
pertahanan bisa dipahami sebagai proses tak sadar yang mana memodifikasi atau
mendistorsi kenyataan untuk melindungi seseorang dari kesadaran akan pikiran
mereka sendiri yang tidak dapat diterima, Impuls atau keinginan menghasilkan
kecemasan. Perasaan bersalah, malu dan malu sering menyertai perasaan cemas.
Kecemasan dirasakan sebagai peningkatan ketegangan mental dan memberi sinyal
bahwa organisme bereaksi untuk mengambil tindakan defensif terkait bahaya yang
dirasakan. Menurut Freud, A. (1966) ketika kecemasan menjadi terlalu tak
tertahankan, maka pergantian ego individu untuk menggunakan mekanisme
pertahanan untuk melindungi diri dari pikiran, dorongan atau keinginan yang tidak
dapat diterima.3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II. 1 DEFINISI MEKANISME PERTAHANAN

Menurut Sigmund Freud, Mekanisme Pertahanan Ego (MPE) bersumber dari


bawah sadar (unconscious) yang digunakan ego untuk mengurangi konflik antara
dunia internal seseorang dengan realitas eksternal. Fungsi pertama dan utama
defense mechanism adalah untuk mempertahankan diri dalam menghadapi realitas
eksternal yang penuh tantangan. Bila realitas eksternal menuntut terlalu banyak,
melebihi kapasitas diri untuk mengatasinya, maka kepribadian akan mengaktifkan
defense mechanism. Begitu pula sebaliknya, bila hasrat dan dorongan dari dalam
diri terlalu kuat, dan bila dorongan itu akan mengancam keharmonisan relasi
individu dengan realitas eksternal, maka defense mechanism akan diaktifkan untuk
meredamnya. 4

Freud menggunakan istilah mekanisme pertahanan ego untuk menunjukkan


proses tak sadar yang melindungi individu dari kecemasan melalui pemutarbalikan
kenyataan. Pada dasarnya strategi-strategi ini tidak mengubah kondisi objektif
bahaya. MPE hanya mengubah cara individu mempersepsi atau memikirkan
masalah itu. Dalam teori psikoanalitik yang dikemukakan Freud, istilah
mekanisme pertahanan ego cenderung dikonotasikan negatif. Mekanisme ini
dianggap maladaptif dan patologis. Namun, setelah berkembangnya ego
psychology, konsepsi mengenai MPE telah berubah. Menurut teori ini, ego defense
merupakan mekanisme psikis yang kita perlukan untuk adaptif dengan realitas
eksternal. Bila individu menggunakan defense mechanism secara efektif dan sesuai
dengan tahapan perkembangannya, maka dikatakan individu tersebut
menggunakan defense mechanism yang matang. Bila individu menggunakan
defense mechanism yang tidak efektif dan tidak sesuai dengan tahapan
perkembangannya, dikatakan individu tersebut menggunakan defense mechanism
yang tidak matang, atau bahkan archaic (primitif). Seperti yang telah
dikemukakan di atas, defense mechanism adalah mekanisme pertahanan yang
diperankan oleh Ego.4

II.2. WILAYAH PIKIRAN


Bagi Freud, bagian yang paling primitif dari pikiran adalah id, bagian kedua
adalah ego, dan bagian terakhir adalah superego.
 Id adalah struktur kepribadian yang orisinil, bersifat impulsif dan paling
primitif. Pada mulanya, yang ada adalah Id. Id terletak di ketidaksadaran,
sehingga tidak bersentuhan langsung dengan realitas. Oleh karena itu, Id
dikenal dengan istilah pleasure principal. Pleasure principal berprinsip pada
kesenangan dan berusaha menghindari rasa sakit. Id-lah yang memunculkan
berbagai hasrat dan dorongan dasar yang kemudian menggerakkan tingkah
laku. Dua dorongan dasar yang utama adalah dorongan seksual dan dorongan
agresi. Ada kesan bahwa Id berisi segala sesuatu yang buruk dalam diri
manusia. Sesungguhnya tidak demikian. Dorongan dan hasrat dari Id, yakni
seksualitas dan agresivitas menjadi baik atau buruk, tergantung dari pengarahan
yang dilakukan. Struktur kepribadian yang bertugas mengarahkan berbagai
dorongan Id agar tidak bertentangan dengan realitas eksternal adalah Ego.
 Ego merupakan komponen kepribadian yang bertugas sebagai eksekutor.
Sistem kerjanya memakai prinsip realistic karena struktur keperibadian ini
memang bersentuhan langsung dengan realitas eksternal. Ego mengatur
interaksi dan transaksi antara dunia internal individu dengan realitas eksternal.
Untuk melaksanakan tugas itu. Ego memiliki tiga fungsi, yaitu reality testing,
identify dan defense mechanism. Reality testing adalah kemampuan utama Ego,
yaitu untuk mempersepsi realitas. Kemudian Ego akan menyesuaikan diri
sedemikian rupa agar dapat menguasai realitas tersebut. Identify adalah fondasi
kepribadian. Identitas terbentuk sejak awal kehidupan, mengalami krisis di
masa remaja, dan terus berkembang dalam perjalanan hidupnya. Pembentukan
identitas terjadi melalui interaksi individu dengan orang-orang yang penting
dalam kehidupannya.
 Superego merupakan kekuatan moral dan etik dari kepribadian. Superego
merupakan struktur kepribadian (bagian dari dunia internal) yang mewakili
nilai-nilai realitas eksternal. Superego memakai prinsip idealistic (idealistic
principle), yakni mengejar hal- hal yang bersifat moralitas. Superego
mendorong individu untuk mematuhi nilai-nilai yang berlaku di realitas
eksternal. Hal ini dilakukan untuk menghindari konflik antara individu dengan
realitas eksternal. Superego diibaratkan sebagai “polisi internal” yang
mendorong kita untuk tidak melanggar nilai dan norma yang berlaku dalam
realitas eksternal, dengan atau tanpa orang lain yang mengawasi.3,4

II.3. PENGGUNAAN EGO SEBAGAI MEKANISME PERTAHANAN


Energi id akan meningkat karena rangsangan sehingga akan menimbulkan
kecemasan atau pengalaman tidak menyenangkan dan menguasai ego agar
bertindak secara konkrit dalam memenuhi rangsangan tersebut sesegera mungkin.
Di sisi lain super ego berusaha untuk menentang dan menguasai ego agar tidak
memenuhi hasrat dari id karena tidak sesuai dengan konsep ideal. Ego berusaha
sekuat mungkin menjaga kestabilan hubungannya dengan id dan superego namun
ketika kecemasan begitu menguasai, ego harus berusaha mempertahankan diri.
Secara tidak sadar orang akan bertahan dengan cara memblokir seluruh dorongan-
dorongan tersebut menjadi wujud yang lebih dapat diterima dan tidak terlalu
mengancam.4
II.4. FUNGSI MEKANISME PERTAHANAN
Mekanisme pertahanan digunakan sebagai pertahanan diri dalam menghadapi
realitas eksterna yang penuh tantangan. Jika relitas ekterna menuntut terlalu
banyak, melebihi kapasitas untuk mengatasinya maka kepribadian akan
mengaktifkan defense mechanism. Begitu pula sebaliknya, bila hasrat dan
dorongan dari dalam diri terlalu kuat dan bila dorongan itu mengancam
keharmonisan relasi individu dengan realitas eksterna, maka defense mechanism
akan diaktifkan untuk meredamnya.4

II.5. KLASIFIKASI MEKANISME DEFENSI

Dalam menjalani kehidupannya seorang individu biasanya berusaha sedapat


mungkin untuk memenuhi kebutuhanny, dengan segala kemampuan fisik dan
intelektual yang ada, di lingkungan tempat iaberada. Hal ini senantiasa
menghadapkan individu tersebut masalah, oleh karena kemampuan fisik dan
intelektualnya pada saat tertentu berada dalam batas tertentu, dan lingkungannya
tidak dengan sendirinya bekerjasama dengannya, menyediakan hal-hal yang
dibutuhkan, bahkan kadang sebaliknya, justru melawan kebutuhan tersebut. Jadi
dalam upaya memenuhi kebutuhannya, individu menghadapi kemungkinan bahwa
bahwa kebutuhannya tidak dipenuhi, atau tidak terpenuhi dengan memuaskan atau
dengan kata lain terancam kegagalan.5

Dalam upaya pemenuhan kebutuhannya, individu selalu atau senantiasa


melakukan perbuatan dan berperilaku sedemikian rupademi tercapainya tujuan
tersebut dan setidaknya menghindarkan atau meminimalkan kegagalan. Untuk hal
tersebut, manusia memiliki kemampuan yang besar karena bila seseorang kurang
berhasil mencapai pemuasan kebutuhannya dalam realitas dan kurang berhasil
menghindarkan ancaman kegagalan dalam realitas dan kurang berhasil
menghindarkan ancaman kegagalan dalam realitas, ia dapat “bergeser” (atau
menggunakan) ke fantasinya.5

Untuk menghadapi masalah tersebut, individu memiliki seperangkat cara atau


metode atau teknik yang dapat dikerahkan dan akan digunakan bila diperkirakan
efektif untuk menanggulangi masalah yang sedang dihadapi. Cara-cara ini disebut
mekanisme pertahanan atau defense.5

Mekanisme pertahanan dapat ditinjau dalam arti luas dan dalam arti sempit.
Dalam arti luas, yaitu semua cara penanggulangan masalah, baik yang rasional
maupun yang irasional yang sadar maupun nirsadar, yang realistic maupun yang
fantastic. Dalam arti sempit, ialah mekanisme yang dipakai ego untuk menyingkirkan
ansietas dan yang mengandung potensi pathogen (potensi untuk membentuk gejala
psikopatologik), yaitu mekanisme yang berlangsung dengan pemindahan (shift) ke
fantasi dan pengolahan fantasi itu dilakukan dengan berbagai cara yang tidak disadari
dan tidak rasional; dalam kepustakaan psikiatri istilah ini lazim dipakai dalam arti
sempit.5

Lalu, apa yang dilakukan oleh individu bila menghadapi masalah ? biasanya
ia akan:5

a. Mengadakan perubahan terhadap situasi yang dihadapi, mungkin memang itu


pernah dialaminya dan ia tahu cara mengatasinya; mungkin juga situasi itu
baru sehingga ia harus bereksperimen terlebih dahulu sebelum menemukan
cara yang tuntas.
b. Menghindar dan menjauhkan diri dari situasi yang dihadapi. Dari kedua
macam cara ini kemungkinannya akan berhasil sehingga ia merasa aman dan
puas atau bila kurang berhasil tetap ada sisa ketidakamanan dan
ketidakpuasan.
c. Berusaha dan belajar untuk hidup dengan ketidakamanan dan ketidakpuasan.
Dalam hal ini, individu menggunakan mekanisme defense untuk menghadapi
dan mengatasi masalah-masalah kehidupan tersebut. Tidak ada seorang pun dari
kita yang tidak menggunakan mekanisme defense ini. Semua mekanisme defense
dilakukan oleh ego, melawan tuntutan instinktual dari id. Mekanisme defense
diklasifikasikan dari yang paling imatur atau patologik hingga yang matur
(merupakan suatu kontinum).5

Beberapa mekanisme defense yang tergolong matur (Vaillant) yaitu :5


1. Supresi : membuang pikiran-pikiran dan perasaan yang tidak dapat
diterima secara sadar.
2. Alturisme : menangguhkan atau menganggap tidak penting kebutuhan
atau minat pribadi dibandingkan orang lain.
3. Sublimasi : mengganti dorongan-dorongan atau harapan-harapan (secara
nirsadar) yang tidak dapat diterima oleh alam sadar dengan alternative lain
yang dapat diterima secara social.
4. Humor : kemampuan membuat hal-hal yang lucu untuk diri sendiri atau
pada situasi tempat individu berada yang merupakan bagian dari jiwa yang
sehat.

Beberapa mekanisme defense yang lain (yang potensial patologik) yaitu : 5

1. Penyangkalan (denial)
Yaitu menganggap tidak ada sensasi-sensasi nyeri atau antisipasi suatu
peristiwa yang tidak menyenangkan. Mungkin inilah mekanisme yang
paling sederhana. Cara ini lazim digunakan untuk meringankan ansietas.
Contohnya antara lain anak kecil yang “tidak merasa sakit” ketika
disuntik, orang dewasa yang meyakini diri sendiri bahwa perkawinan, atau
perceraian, atau penggantian pekerjaan akan membereskan segala
persoalan.
2. Represi :
Perasaan-perasaan dan impuls yang nyeri tidak dapat diterima
(memalukan, membangkitkan rasa bersalah, membahayakan) didorong
keluar kesadaran, tidak diingat, “dilupakan itu mencari penyaluran dalam
fungsi-fungsi system badaniah tertentu (misalnya dalam sindrom hysteria),
atau terjadi “lowongan” dalam pola ingatan. Hal-hal uang direpresikan
dapat juga bermanifestasi dalam ide-ide atau perasaan-perasaanyang
dipegang teguh dan kaku tanpa alasan yang masuk akal.
3. Proyeksi :
Kegagalan diri sendiri dipersalahkan kepada orang lain atau pada
“situasi”, misalnya kalah dalam pertandingan karena wasitnya curang,
tidak lulus ujian karena dosennya sentiment, usaha merosot karena situasi
umum. Cara ini dapat meringankan kecemasan, rasa bersalah dan rasa
gagal. Proyeksi dapat meningkat sampai taraf ekstrim yang disertai
penyimpangan persepsi lingkungan, yaitu berupa waham kejaran dan
halusinasi.
4. Introyeksi
arti harafiahnya yaitu “memasukkan ke dalam diri”. Individu dapat
menyingkirkan ketakutan terhadap seseorang dan impuls-impuls
permusuhan terhadapnya dengan cara mengambil alih (memasukkan ke
dalam diri) sifat-sifat orang tersebut. Hal ini dapat menjadi gejala
psikopatologik bila ia kemudian merasa “terancam dari dalam” yang
menjelma dalam kecenderungan untuk “menghukum diri” dan perasaan
bersalah irasional yang tidak dapat dikuasai.
5. Pembentukan reaksi (reaction formation)
Mekanisme ini mempunyai hubungan dengan represi sebagai jalan untuk
mengolah atau menyalurkan materi yang direpresi. Terhadap impuls-
impuls dalam dirinya yang dirasakannya sebagai ancaman, individu
menyurun sikap reaktif terhadapnya; dengan demikian ia akan merasa
aman dan percaya bahsa impuls-impuls tersebut tidak ada. Namun, sikap
reaktif ini sering bersifat kaku dan seperti berlebihan, dand apat
membentuk gejala obsesi dan kompulsi. Contohnya, seseorang yang
merasa terancam misalnya oleh impuls agresif atau seksual yang tercela
(dari dalam dirinya), dapat menjadi seorang dengan fanatisme religious
yang kaku dan menentang segala bentuk kesenangan bagi dirinya sendiri.
6. Peniadaan (undoing)
Mekanisme ini biasanya berkaitan dengan reaction formation. Terdiri atas
perbuatan-perbuatan ritualistic yang mempunyai arti simbolik untuk
meniadakan, menghapus, melupakan suatu kejadian, pemikiran atau
impuls. Individu tidak mengetahui (tidak menyadari) hal yang
“ditiadakan” olehnya; ia hanya mengalami suatu dorongan yang kuat
untuk melakukan suatu perbuatan tertentu, yang biasanya berulang kali.
Contoh, seseorang kadang-kadang berkumur untuk “menghapus”
perkataan yang baru dikatakannya namun disesalkan karena terdengar
memalukan.
7. Isoalasi
Mekanisme ini memisahkan ingatan tentang peristiwa traumatic (peristiwa
yang membangkitkan ansietas) dari penghayatan emosinya. Pasien dapat
mengingat dan menceritakan peristiwa asalnya, tanpa menghayati emosi
yang berkaitan dengan peristiwa itu; emosi itu disalurkan pada obyek-
obyek lain yang tampaknya tidak relevan.
8. Penghalangan (blocking)
Digunakan bila sesorang tidak dapat mengatasi emosinya dengan
penyangkalan dan represi; dengan demikian suatu fungsinya dihentikan,
dihadang. Mekanisme ini praktis selalu bersifat patologik, misalnya
rigiditas sebagai mekanisme defense terhadap hal-ihwal seksual, pasivitas
yang ekstrim pada orang yang sebenarnya sangat hostil (bermusuhan) atau
sangat takut. Emosi yang “dihadang” demikian dapat disalurkan terhadap
obyek atau situasi lain yang tampaknya tak bersangkut paut.
9. Regresi
Mundur kembali pada jenis adaptasi yang lebih dini. Digunakan dalam
usaha untuk mengatasi atau menyesuaikan diri dengan situasi yang amat
sukar atau situasi buntu. Tingkat regresi memainkan peran penting dalam
penentuan sifat reaksi, apakah neurotic atau psikotik, yang dipertunjukkan
seseorang bila situasinya tidak dapat dihadapi secara konstruktif.
10. Splitting
Merupakan mekanisme defense yang primitif, yang bermanifestasi secara
klinis dalam bentuk :
a. Ekspresi perasaan dan perilaku yang berubah-ubah secara cepat
b. Kemampuan pengendalian impuls berkurang secara selektif
c. Memisahkan orang-orang dilingkungannya menjadi dua macam, yaitu
yang baik dan yang buruk
d. Representasi self yang berubah-ubah secara bergantian dari hari ke
hari bahkan dari jam ke jam. Banyak dijumpai pada pasien dengan
gangguan kepribadian ambang
11. Identifikasi proyektif
Merupakan sarana masuknya splitting intrapsikik kedalam splitting
interpersonal. Terdiri atas tiga tahap yaitu :
a. Pasien memproyeksikan representasi self dan obyek kepada terapis
b. Terapis secara nirsadar mengidentifikasi hal-hal yang diproyeksikan
itu dan mulai berperilaku sesuai atau seperti yang diproyeksikan
sebagai respons terhadap tekanan interpersonal dari pasien
c. Materi yang diproyeksikan diolah secara psikologik dan dimodifikasi
oleh terapis dan kemudian dikembalkan kepada pasien (re-introyeksi).
Materi yang dikembalikan itu akan mengubah representasi self dan
obyek dalam pola hubungan interpersonal.
Pengetahuan tentang psikodinamik (termasuk pengertian tentang mekanisme
defensi) berguna dalam upaya pemahaman fenomena-fenomena jiwa yang ada dalam
diri seorang pasien (mis. gangguan fungsi tubuh, gejala-gejala klinis pasikiatris),
yang akan berguna dalam menentukan tatalaksana yang tepat dalam praktik sehari-
hari.5

Mendekati masalah mekanisme pertahanan psikologis dari perspektif strategi


yang berkembang, memusatkan perhatian pada ekspresi normal berbeda dengan
penekanan umum pada neurotik atau patologis. Mengingat bahwa sebagian besar sifat
berevolusi menunjukkan berbagai ekspresi, perspektif ini juga kompatibel dengan
konsep mekanisme pertahanan sychological yang terjadi dalam spektrum dari yang
ringan hingga yang parah. Spektrum ini harus didasarkan pada beberapa template
pemersatu, seperti juga sistem kekebalan tubuh dengan strategi pertahanan humoral
dan seluler. Diusulkan bahwa, untuk sebagian besar, mekanisme pertahanan
psikologis disusun ke dalam dua spektrum disosiasi dan distorsi kognitif yang
tumpang tindih. Entitas-entitas psikologis ini sering dipahami sebagai patologis,
namun perspektif ini berkonsentrasi pada varian yang lebih parah yang meremehkan
manifestasi yang jauh lebih umum dan fungsional. Seperti yang akan diuraikan,
sebagian besar mekanisme pertahanan klasik, seperti intelektualisasi, rasionalisasi,
isolasi, dan penyangkalan, sebenarnya berasal dari distorsi kognitif, dan pada tingkat
yang lebih rendah, template disosiasi.6,10

II.6. DEFENSE MECHANISM DAN COPING


Dalam banyak penelitian tentang reaksi manusia terhadap stres, diasumsikan
bahwa adaptasi terjadi sebagai hasil proses penanggulangan. Pada artikelnya Phebe
Cramer, menganggap proses kedua digunakan untuk adaptasi: mekanisme
pertahanan. Setelah meninjau singkat sejarah mekanisme pertahanan dalam psikologi
akademis, Phebe Cramer membahas minat dan temuan terkini mengenai pertahanan
di bidang psikologi kognitif, perkembangan, sosial, dan kepribadian. Bagian terakhir
berfokus pada pentingnya mekanisme pertahanan untuk masalah klinis, termasuk
ketidakpatuhan terapeutik, diagnosis, dan demonstrasi pengobatan positif. hasil.7
Meski mungkin ada titik tumpang tindih antara mekanisme coping dan
pertahanan, ada juga teori yang jelas perbedaan, seperti yang diuraikan pada Tabel 1.
Mekanisme coping dan pertahanan dapat dibedakan atas dasar status mereka sebagai
proses sadar atau tidak sadar dan atas dasar operasi yang disengaja atau tidak
disengaja. Dua karakteristik lain terkadang berpikir untuk membedakan antara
mekanisme penanganan dan pertahanan - apakah mereka ditentukan oleh situasi atau
disposisi, dan apakah mereka diatur secara hierarkis - masuk Faktanya lebih
merupakan masalah penekanan daripada perbedaan kritis. 7
Dengan pertahanan dilihat sebagai alternatif strategi adaptasi, akan sangat
penting untuk mempelajarinya saat menyelidiki bagaimana orang menghadapi stres.
Namun, ini jarang terjadi. Mengapa studi tentang mekanisme pertahanan hilang dari
kumpulan akademisi? Pandangan singkat tentang sejarah konsep pertahanan dapat
membantu menjelaskan situasi ini. 7
Dalam kasus jenis stres apa pun, pikiran manusia bereaksi dalam dua cara.
Yang pertama melibatkan meningkatkan upaya pemecahan masalah, yang disebut
langsung coping. Yang kedua melibatkan mekanisme pertahanan. Konsep dan
mekanisme pertahanan Freud adalah taktik yang dikembangkan oleh ego untuk
mengatasi sub kesadaran dan superego. Semua mekanisme pertahanan memiliki dua
karakteristik umum. Sebagai orang pertama, individu tidak menyadari fakta bahwa
dia menggunakan mekanisme ini. Sedangkan untuk yang kedua, ini entah bagaimana
merusak, mengubah atau mengabaikan kenyataan. Akan sangat bermanfaat untuk
mengingat bahwa fungsi mekanisme pertahanan adalah mengubah realitas yang
dirasakan untuk mengurangi ketegangan psikologis yang dialami individu.8
Pertahanan lainnya yang sedang dipelajari di laboratorium selama ini adalah
proyeksi. Sekali lagi, paradigma terutama terdiri dari dua jenis: atribusi karakteristik
pribadi terhadap rangsangan ambigu dan paradigma diri sendiri (atribusi sifat
terhadap diri sendiri dan orang lain). Meski paradigma diri sendiri tampak
menghasilkan hasil yang mendemonstrasikan pertahanan proyeksi, sejumlah kritik
diarahkan pada desain eksperimental dan logika eksperimen ini. Dalam dua ulasan,
Holmes (1968, 1978) menyimpulkan bahwa tidak ada bukti untuk proyeksi tak sadar.
Kita harus jelas di sini bahwa Holmes tidak mengatakan bahwa fenomena proyeksi
tidak ada (lihat Holmes, 1978, hal 678). Sebaliknya, dia percaya bahwa proses yang
sama lebih banyak dilukiskan sebagai atribusi. Studi tentang proses ini, sans
konotasinya sebagai mekanisme pertahanan, diambil oleh psikolog sosial dan
dimasukkan ke dalam teori atribusi. 8
II.8. Konsep Taktik Bertahan (Defense Tactic)
Bentuk lain dari mekanisme pertahanan adalan taktik pertahanan. Secara
umum memiliki tujuan yang sama yaitu menyembunyikan realita dari orang
lain, tetapi keduanya merupakan aktivitas yang berbeda. Mekanisme pertahanan
merupakan aktivitas intrapersonal sedangkan taktik pertahanan merupakan
petahanan yang mengarah pada interpersonal. Beberapa bentuk taktik
pertahanan adalah ;9,10

1. Pedestaling (bertumpuan). Konseli menggunakan taktik ini untuk


mengharapkan konselor sebagai tumpuan dalam hidupnya. Dalam kaitan ini
paling tidak taktik bertahan berfungi untuk ; memposisikan konselor sebagai
orang yang sulit untuk berhadapan langsung dengannya; konseli
memposisikan dirinya sebagai orang yang selalu berada di abawah konselor
sehingga peran social yang dilakukan adalah apa yang disarankan oleh
konselor; karena sejak awal konseli ingin mendapatkan jawaban atas
masalah yang dihadapinya maka konseli tidak ingin dianalisa secara
psikologis.
2. Humor. Walaupun humor secara umum merupakan perilaku yang sehat,
tetapi dalam konseling perilaku ini dapat dijadikan sebagai taktik bertahan.
HUmir dapat dijadikan sebagai perilaku bertahan dalam tiga hal yaitu ;
dijadikan sebagai media untuk mengalihkan topic bahasan ; dijadikan
sebagai cara menyatakan kemarahan kepada konselor dan dapat dijadikan
sebagai alat untuk menyembunyikan ketertarikan.
3. Agreebleness (menyetujui). Konseli yang bertahan dengan caraini ditandai
dengan persetujuan semua yang dikatakan oleh konselor, tanpa
mempertimbangkan apakah yang dikatakan konselor sesuai dengan
keyakinannya atau tidak. Dalam konseling, agreeableness mempunyai
fungsi bertahan untuk menghindari konflik dengan konselor;
menyembunyikan jati diri yang sebenarnya dan untuk menghindarkan diri
dari tanggung jawab atas pengambilan keputusan.
4. Cuteness (bersikap manis). Bersikap manis biasanya ditampakkan oleh
orang dewasa untuk menyelamatkan diri dari perilaku yang tidak tepat.
Bersikap manis biasanya bersifat nonverbal yang meliputi gerakan amta,
mulut, goyangan kepala dan bahasa tubuh. Perilaku ini memilki fungsi ; jika
seseorang mempersepsikan diri sebagai orang yang manis maka persepsi
tersebut akan menyembunyikan perilaku mereka yang merusak. Perilaku
manis terkadang digunakan untuk merayu konselor agar menyukai dan
melindungi konseli. Bersikap manis akan menyembunyikan kecemasan
seseorang akan tanggung jawabnya dalam menyelesaikan masalah.
5. Being confuse (berbuat bingung). Merupakan sebagai cara bertahan dengan
alas an ; kebingungan dapat dijadikan pelindung konseli dalam menghadapi
kenyataan yang tidak menyenangkan. Daripada mengakui adanaya
kecemasan akibat suatu peristiwa, seseorang terkadang mengalihkan
perhatiannya pada perasaan bingung mengapa hal itu terjadi, alasan lain
menampakkan kebingungan adalah adar konselor sulit mengambil tindakan.
Bersikap bingung juga akan membuat konselor menjadi bingung sehingga
proses konseling terselubung oleh perilaku “bingung” sehingga tidak dapat
menyentuh masalah yang sebenarnya. Dengan kebingungan dimungkinkan
akan saling menyalahkan.
6. Acting stupid (bertindak bodoh). Berperilaku bodoh menunjukkan
tanggapan seseorang dimana dia berpura-pura tidak memahami konsekuensi
dari perilakunya yang merusak. Tindakan berpurapura bodoh dapat muncul
karena beberapa alasan yaitu perilaku tersebut dapat melindungi dari
kenyataan yang menimbulkan kecemasan, menghindarkan seseorang dari
tanggung jawab
DAFTAR PUSTAKA

1. Arif I S. Pandangan Topografis dan Pandangan Struktural Tentang


Kepribadian. In:Rose Herlina, Eds. Dinamika Kepribadian. Bandung: Refika
Aditama; 2006:13-24.
2. Arif I S. Defense Mechanism. In:Rose Herlina, Eds. Dinamika Kepribadian.
Bandung: Refika Aditama; 2006:31-44.
3. Dr. Risiphal. Managerial Effectiveness and Defense Mechanism Styles: a
comparison of Different Level of Managers. September-Oktober 2012
4. Kaplan & Sadock’s. Synopsois Of Psychiatry. Behavioral Sciences/Clinical
Psychiatry.2010
5. Sylvia D. Elvira, dkk. Buku Ajar Psikiatri. Edisi Kedua. Jakarta: 2013.
Halaman 42-46.
6. Bowins, Brad. Psychological Defense Mechanisms : A New Perspectives. The
American Journal of Psychoanalysis, Vol. 64, No. 1, March 2004.
7. Cramer, Phebe. Defense Mechanism in Psychology Today. American
Psychologist. Amerika: 2000.
8. Ruchan, Gokdag. Defense Mechanisms Used By University Students To Cope
With Stress. April, 2015
9. Cramer, Phebe. Seven Pillars of Defense Mechanism Theory. at the Annual
Meeting of the Rapaport-Klein Study Group. Juni 2009
10. Negi, Rekha. Defense Mechanisms in Individuals with Brain Injury.
Depertement Psychology University Of Delhi. Oktober 2014

You might also like