Professional Documents
Culture Documents
BAB 1 Metliiittt
BAB 1 Metliiittt
BAB 1 Metliiittt
elastik, rapat massa, kemagnetan, kelistrikan dan lain lain dari hasil pengukuran efeknya
di permukaan bumi atau tempat lain yang dapat dijangkau (lubang bor atau tambang
bawah tanah). Dalam survey geofisika menggunakan metoda elektromagnetik (EM) sifat
fisik yang relevan adalah konduktivitas atau resistivitas (tahanan-jenis) batuan. Beberapa
studi menunjukkan adanya kaitan erat antara tahanan-jenis dengan porositas, kandungan
fluida (air atau gas) dan temperatur formasi batuan. Pengaruh masing-masing faktor
tersebut terhadap tahanan-jenis formasi batuan sangat kompleks karena dapat saling
tumpang-tindih (overlap). Namun secara umum porositas tinggi yang disertai kandungan
gas biasanya dicirikan oleh tahanan-jenis yang relatif lebih tinggi. Sebaliknya jika
fluidanya berupa air dengan temperatur tinggi - seperti dijumpai di daerah prospek
geotermal - maka hal tersebut dapat berasosiasi dengan daerah bertahanan jenis rendah.
Dengan demikian pada taraf tertentu metoda EM dapat digunakan untuk keperluan
eksplorasi sumber daya alam seperti mineral, minyak dan gas bumi, geotermal serta untuk
salah satu metoda eksplorasi geofisika yang memanfaatkan medan elektromagnetik alam.
Medan EM tersebut ditimbulkan oleh berbagai proses fisik yang cukup kompleks
sehingga spektrum frekuensinya sangat lebar (10-5 Hz – 104 Hz). Pada frekuensi yang
cukup rendah (kurang dari 1 Hz), solar wind yang mengandung partikel-partikel
menyebabkan variasi medan EM. Variasi pada jangkah frekuensi audio (audio frequency
band, di atas 1 Hz) terutama disebabkan oleh aktivitas meteorologis berupa petir. Petir
yang terjadi di suatu tempat menimbulkan gelombang EM yang terperangkap antara
menggunakan metoda MT. Hal ini dilakukan dengan mengukur secara simultan variasi
medan listrik (E) dan medan magnet (H) sebagai fungsi waktu. Informasi mengenai
konduktivitas medium yang terkandung dalam data MT dapat diperoleh dari penyelesaian
persamaan Maxwell menggunakan model-model yang relatif sederhana. Pada dekade 50-
an untuk pertama kali hal tersebut dilakukan dan dibahas secara terpisah oleh Tikhonov
(1950), Rikitake (1946), Price (1950), Kato dan Kikuchi (1950), Cagniard (1953) dan
Wait (1954) yang kemudian menjadi dasar metoda MT. Dengan demikian metoda ini
2. Persamaan Maxwell
fenomena listrik - magnet yang didapatkan oleh Faraday, Ampere, Gauss, Coulomb
disamping yang dilakukan oleh Maxwell sendiri. Penggunaan persamaan tersebut dalam
metoda MT telah banyak diuraikan dalam buku-buku pengantar geofisika khususnya yang
Persamaan (1a) diturunkan dari hukum Faraday yang menyatakan bahwa perubahan
fluks magnetik menyebabkan medan listrik dengan gaya gerak listrik berlawanan dengan
menyatakan bahwa medan magnet timbul akibat fluks total arus listrik yang disebabkan
oleh arus konduksi dan arus perpindahan. Persamaan (1c) menyatakan hukum Gauss yaitu
fluks elektrik pada suatu ruang sebanding dengan muatan total yang ada dalam ruang
tersebut. Sedangkan persamaan (1d) yang identik dengan persamaan (1c) berlaku untuk
medan magnet, namun dalam hal ini tidak ada monopol magnetik.
Hubungan antara intensitas medan dengan fluks yang terjadi pada medium dinyatakan
: tahanan-jenis (Ohm.m)
terhadap waktu dan posisi (homogen isotropik). Dengan demikian akumulasi muatan seperti
dinyatakan pada persamaan (1c) tidak terjadi dan persamaan Maxwell dapat dituliskan
Tampak bahwa dalam persamaan Maxwell yang dinyatakan oleh persamaan (3) hanya
terdapat dua variabel yaitu medan listrik E dan medan magnet H. Dengan operasi curl
terhadap persamaan dan (3b) serta mensubstitusikan besaran-besaran yang telah diketahui
pada persamaan (3) akan kita peroleh pemisahan variabel E dan H sehingga,
Dengan memperhatikan identitas vektor Ñ ´ Ñ ´ x = Ñ Ñ × x - Ñ2 x dimana x adalah E
atau H, serta hubungan yang dinyatakan oleh persamaan (3c) dan (3d), maka kita dapatkan
persamaan gelombang (persamaan Helmholtz) untuk medan listrik dan medan magnet
sebagai berikut,
Perlu diingat bahwa pada persamaan tersebut di atas variabel E dan H merupakan
fungsi posisi dan waktu. Jika variasi terhadap waktu dapat direpresentasikan oleh fungsi
magnet, dan w adalah frekuensi gelombang EM. Dengan demikian persamaan (5) menjadi,
Pada kondisi yang umum dijumpai dalam eksplorasi geofisika (frekuensi lebih rendah
dari 104 Hz, medium bumi) suku yang mengandung e (perpindahan listrik) dapat diabaikan
terhadap suku yang mengandung s (konduksi listrik) karena harga wms >> w2me untuk m =
bentuk,
dengan
vertikal ke dalam bumi berapapun sudut jatuhnya terhadap permukaan bumi. Hal ini
diferensial orde 2 cukup kompleks mengingat semua variabel dapat bervariasi terhadap waktu
dan posisi dalam sistem koordinat kartesian (x, y, z). Oleh karena itu akan kita tinjau
permasalahan yang sederhana terlebih dahulu, yaitu untuk kasus medium homogen.
Model bumi yang paling sederhana adalah suatu half-space homogen isotropik
dimana diskontinyuitas tahanan-jenis hanya terdapat pada batas udara dengan bumi. Dalam
hal ini setiap komponen horisontal medan listrik dan medan magnet hanya bervariasi
eksponensial yang mengandung komponen bilangan riil dari k (e z ) menyatakan faktor
atenuasi menurut sumbu z positif atau negatif. Konstanta A dan B ditentukan berdasarkan
syarat batas.
Dapat kita buktikan bahwa persamaan (12) adalah juga solusi persamaan difusi untuk
sumber medan EM bersifat ekstern dan amplitudo medan EM harus menjadi nol pada
kedalaman tak hingga. Dengan kata lain suku dengan koefisien A mengandung faktor
didefinisikan sebagai perbandingan antara komponen medan listrik dan medan magnet yang
saling tegak lurus dapat diperoleh dari persamaan (11) dan (12),
``````````
bilangan skalar kompleks yang merupakan fungsi tahanan-jenis medium dan frekuensi
gelombang EM. Dalam hal ini impedansi yang diperoleh dari dua pasangan komponen medan
listrik dan medan magnet yang berbeda (Ex Hy dan Ey Hx ) secara numerik berharga sama
mengingat simetri radial medium homogen atau medium 1-dimensi yang akan dibahas
kemudian. Untuk selanjutnya impedansi bumi homogen disebut impedansi intrinsik (ZI = Zxy
Impedansi kompleks dapat pula dinyatakan sebagai besaran amplitudo dan fasa.
Dalam praktek besaran tersebut lebih sering dinyatakan dalam bentuk tahanan-jenis dan fasa
sebagai berikut,
Tampak bahwa fasa untuk bumi homogen adalah konstan, yaitu 45° yang merupakan
beda fasa antara medan listrik dan medan magnet. Perbedaan fasa tersebut dapat berupa
bilangan positif atau negatif bergantung pada pemilihan fungsi variasi terhadap waktu pada
Dari solusi medan listrik dan medan magnet yang berlaku untuk bumi homogen
kedalaman. Dengan menggunakan solusi tersebut kita dapat pula menghitung besarnya
Skin depth didefinisikan sebagai kedalaman pada suatu medium homogen dimana
amplitudo gelombang EM telah terreduksi menjadi 1/e dari amplitudonya di permukaan bumi
Besaran skin depth digunakan untuk memperkirakan kedalaman penetrasi atau kedalaman
investigasi gelombang EM. Untuk keperluan praktis digunakan definisi kedalaman efektif
yang lebih kecil dari skin depth yaitu /2. Gambar 1 memperlihatkan kurva-kurva skin depth
dan kedalaman efektif sebagai fungsi dari tahanan-jenis medium dan frekuensi gelombang
EM. Dari persamaan (15) dan gambar 1 tampak bahwa makin besar tahanan-jenis medium
Telah di bahas di atas bahwa impedansi yang dinyatakan sebagai perbandingan antara medan
listrik (E) dan medan magnet (H) bergantung pada tahanan-jenis medium atau batuan.
Dengan demikian, impedansi sebagai fungsi dari perioda memberikan informasi mengenai
tahanan-jenis medium sebagai fungsi dari kedalaman. Berdasarkan hal tersebut metoda
sounding MT dilakukan dengan merekam data berupa variasi medan listrik dan medan
Jika tahanan-jenis hanya bervariasi terhadap kedalaman, maka model yang digunakan
untuk merepresentasikan kondisi ini adalah model 1-dimensi (1-D). Pada umumnya
digunakan model yang terdiri dari beberapa lapisan horisontal dengan masing-masing lapisan
bertahanan-jenis konstan atau homogen dan isotropis (model bumi berlapis horisontal).
Dalam hal ini parameter model adalah tahanan-jenis dan ketebalan tiap lapisan dengan
Gambar 1
Model 1 - dimensi yang terdiri dari n - lapisan horisontal homogen (bumi berlapis
horisontal). Parameter model adalah tahanan-jenis () dan ketebalan (h) tiap lapisan,
horisontal seperti dikemukakan oleh Postendorfer (1975), Kauffman & Keller (1981),
Pedersen & Hermance (1986) serta Ward & Hohmann (1988). Namun secara umum,
impedansi di permukaan dua lapisan yang berurutan. Dari impedansi di permukaan lapisan
terakhir yang berupa medium homogen (persamaan (13)) dapat dihitung impedansi di
Pada bagian ini akan dibahas perumusan yang dikemukakan oleh Pedersen &
Hermance (1986) dengan pertimbangan bahwa rumur rekursif yang dihasilkan lebih
sederhana dan kompak. Disamping itu implementasi numerik perumusan tersebut lebih
mudah dan lebih stabil mengingat adanya perhitungan eksponensial. Berdasarkan persamaan
(11) dan (12), impedansi pada pada kedalaman z1 dalam lapisan ke - j adalah sebagai berikut,
persamaan (13).
pada kedalaman z2 dalam lapisan ke - j dengan cara yang sama seperti pada persamaan (16).
Kemudian kita peroleh harga koefisien Bj Aj sebagai fungsi impedansi pada kedalaman z2
sebagai berikut,
Jika z1 dan z2 masing-masing adalah kedalaman permukaan (top) dan bagian bawah
(bottom) lapisan ke - j maka selisihnya adalah ketebalan lapisan tersebut (hj ). Sebagai
implikasi kontinyuitas komponen tangensial medan listrik dan medan magnet pada batas
lapisan maka impedansi juga kontinyu sehingga diperoleh Z j (z2 ) Z j1(z2 ) . Untuk
selanjutnya impedansi selalu didefinisikan di permukaan lapisan ( Z j1 (z2 ) Z j1 )
lapisan ke - j sebagai fungsi parameter lapisan tersebut (j dan hj) dan impedansi di
permukaan lapisan yang terletak di bawahnya (lapisan ke - j+1). Dengan demikian kita dapat
menghitung impedansi di permukaan bumi (Z1) yang terdiri dari sejumlah n - lapisan jika
analogi dengan persamaan (14) impedansi tersebut dapat dinyatakan sebagai tahanan-jenis
dan fasa,
sebagai fungsi kedalaman adalah kurva tahanan-jenis semu dan fasa sebagai fungsi periode.
Untuk medium dengan tahanan-jenis yang bervariasai secara lateral memerlukan resolusi
merupakan sumber alam. Sehingga pada metode ini peralatan yang digunakan
Alat ini untuk merekam komponen orthogonal medan listrik (Ex dan Ey)
dan medan magnetik (Hx dan Hy) pada jangkauan frekuensi tertentu. Ada
beberapa jenis alat ukur AMT yang sering digunakan, diantaranya adalah
4. GPS
5. Kabel-kabel
sensor.
AMT.
Gambar 2.1. Peralatan MT type MTU 5A buatan Phoenix Geophysics, Ltd Canada
medan magnet (Hx , Hy). Sebagai pelengkap diukur pula komponen vertikal medan
magnet (Hz). Oleh karena itu, alat ukur MT terdiri dari tiga sensor sinyal magnetik
(magnetometer) dan dua pasang sensor sinyal listrik (elektroda) beserta unit penerima yang
magnetometer dan ketiga koil magnetik. Kalibrasi dilakukan dalam kondisi sensor magnetik
belum ditanam ke dalam tanah. Pada titik pusat pengukuran ditentukan empat titik dan dibuat
garis semu dengan memakai patok pada tiap-tiap titik (Gambar 3.1). Garis semu tersebut
menjadi empat kuadran, dimana sumbu x berimpit dengan arah utara dan selatan; sumbu y
Pemasangan sensor medan listrik yaitu dengan menanam 4 buah porouspot di titik
utara, selatan, barat dan timur dari titik pengukuran. Jarak antar tiap porouspot dari
timur ke barat dan dari utara ke selatan biasanya adalah 80-100 meter tergantung
menggali lubang sedalam kurang lebih 30 cm. Porouspot yang digunakan sebagai
sensor medan listrik ini sebaiknya dari jenis nonpolarizable porouspot Cu - CuSO4
lingkungan.
Gambar 3.2. Sensor Medan Listrik (Porouspot)
Sensor medan magnetik berupa koil induksi magnetik ditanam pada kuadran
yang berbeda. Susunan letak sensor magnetik (Hx, Hy, Hz) pada masing-masing
kuadran ditunjukan oleh gambar 2.5. Koil induksi magnetik ini mempunyai panjang
120-150 cm.
Kuadran I terletak pada sumbu garis semu yang berarah timur dan utara.
Kuadran II terletak diantara arah barat dan selatan. Kuadran III terletak diantara arah
selatan dan timur. Pemasangan koil magnetik harus dilakukan secara hati-hati, karena
koil ini sensitif terhadap cuaca, suhu, tekanan, dan benturan. Penanaman koil Hx
umumnya ditanam pada kuadran II dengan posisi horizontal dan bagian yang
tersambung dengan kabel menghadap ke selatan. Koil ini ditanam sedalam 30-50 cm,
Hal yang sama dilakukan pada koil Hy dan Hz tetapi berbeda kuadrannya.
Koil Hy berada pada kuadran IV dengan bagian yang tersambung kabel menghadap
ke barat. Sedangkan untuk koil Hz sedikit berbeda dengan koil yang lainnya, karena
koil ini mngukur komponen vertikal. Koil Hz ditanam dengan posisi vertikal pada
dan GPS disambungkan dengan magnetometer dan laptop. Pengisian parameter data,
dilakukan untuk mengetahui variasi medan EM terhadap waktu, yaitu dengan mengukur
secara simultan komponen horisontal medan listrik (Ex , Ey) dan medan magnet (Hx ,
Hy). Sebagai pelengkap diukur pula komponen vertikal medan magnet (Hz). Oleh karena
itu, alat ukur MT terdiri dari tiga sensor sinyal magnetik (magnetometer) dan dua pasang
sensor sinyal listrik (elektroda) beserta unit penerima yang berfungsi sebagai pengolah
magnetometer dan ketiga koil magnetik. Kalibrasi dilakukan dalam kondisi sensor
magnetik belum ditanam ke dalam tanah. Pada titik pusat pengukuran ditentukan empat
titik dan dibuat garis semu dengan memakai patok pada tiap-tiap titik (Gambar 3.1). Garis
semu tersebut membagi daerah pengukuran menjadi empat kuadran, dimana sumbu x
berimpit dengan arah utara dan selatan; sumbu y berimpit dengan arah barat dan timur.
Gambar
titik utara, selatan, barat dan timur dari titik pengukuran. Jarak antar tiap porouspot
dari timur ke barat dan dari utara ke selatan biasanya adalah 80-100 meter tergantung
menggali lubang sedalam kurang lebih 30 cm. Porouspot yang digunakan sebagai
sensor medan listrik ini sebaiknya dari jenis nonpolarizable porouspot Cu - CuSO4
lingkungan.
Sensor medan magnetik berupa koil induksi magnetik ditanam pada kuadran
yang berbeda. Susunan letak sensor magnetik (Hx, Hy, Hz) pada masing-masing
kuadran ditunjukan oleh gambar 2.5. Koil induksi magnetik ini mempunyai panjang
120-150 cm.
Kuadran I terletak pada sumbu garis semu yang berarah timur dan utara.
Kuadran II terletak diantara arah barat dan selatan. Kuadran III terletak diantara arah
selatan dan timur. Pemasangan koil magnetik harus dilakukan secara hati-hati, karena
koil ini sensitif terhadap cuaca, suhu, tekanan, dan benturan. Penanaman koil Hx
umumnya ditanam pada kuadran II dengan posisi horizontal dan bagian yang
tersambung dengan kabel menghadap ke selatan. Koil ini ditanam sedalam 30-50 cm,
Hal yang sama dilakukan pada koil Hy dan Hz tetapi berbeda kuadrannya.
Koil Hy berada pada kuadran IV dengan bagian yang tersambung kabel menghadap
ke barat. Sedangkan untuk koil Hz sedikit berbeda dengan koil yang lainnya, karena
koil ini mngukur komponen vertikal. Koil Hz ditanam dengan posisi vertikal pada
Setelah instalasi alat selesai, seluruh kabel (sensor magnetik dan sensor medan
parameter data, konfigurasi sistem dan monitoring data selama akuisisi dilakukan
Data magnetotellurik yang didapatkan dari akuisisi di lapangan adalah berupa seri
Pada tahap ini, data mentah yang telah direkam mengalami proses editing dan
demultiplexing untuk menggabungkan data dari setiap kanal yang sama (elektrik atau
magnetik) untuk masing-masing jangkah frekuensi (LF, MF dan HF). Data tersebut
adalah keluaran dari sensor elektrik dan magnetik yang masih berupa harga tegangan
perbesaran atau amplifikasi yang telah digunakan. Disamping itu, pada proses tersebut
harga tegangan listrik terukur dikonversikan kedalam satuan yang biasa digunakan
(mV/km untuk medan listrik dan nano Tesla atau gamma untuk medan magnet).
2. Pengolahan data
Seleksi data dalam domain waktu dapat dilakukan secara manual (seleksi visual)
maupun otomatis dengan menetapkan nilai minimal korelasi data yang dapat diterima.
listrik dan medan magnet yang saling tegak-lurus. Hasilnya dalam bentuk seri waktu
Pada tahap analisa spektral, transformasi seri waktu tiap kanal ke dalam
domain frekuensi menghasilkan spektrum daya dan juga spektrum silang (power- dan
yang dapat pula dinyakan sebagai tahanan-jenis semu dan fasa. Disamping itu, antara
medan magnet horisontal dan medan magnet vertikal terdapat hubungan sebagai
berikut :
parameter yang dikenal sebagai tipper. Dari besaran impedansi dan tipper inilah dapat
3. Analisa tensor
Jika medium homogen atau berlapis horizontal (1-D) maka Zxx = Zyy = 0 dan
horisontal medan listrik dan medan magnet yang saling tegak lurus. Dengan kata
lain, hubungan antara komponen horisontal medan listrik dan medan magnet tidak
lagi dinyatakan oleh suatu tensor melainkan suatu bilangan skalar kompleks.
Untuk medium 2-D dengan sumbu x atau sumbu y searah dengan jurus (strike)
maka Zxx = Zyy = 0, namun Zxy ≠ -Zyx. Secara matematis, kita bisa menghitung
lain melalui rotasi. Hal ini sangat berguna karena arah jurus struktur tidak
Jika sumbu x dalam sistem koordimat pengukuran searah dengan jurus maka
elemen tensor hasil rotasi Zxy dan Zyx merupakan impedansi yang berkaitan
dengan pengukuran medan listrik sejajar jurus atau TE-mode (Transverse
1-D merupakan besaran skalar yang tidak bergantung arah sistem koordinat
struktur secara garis besar jika medium tidak terlalu jauh menyimpang dari
interpretasi yang didasarkan atas hasil pemodelan 1-D dari impedansi atau
diterapkan pada tipper sehingga kita peroleh apa yang disebut sebagai tipper
medium dari keadaan ideal 1-D atau 2-D adalah skew dan elliptisitas impedansi
1. Pemodelan 1-D
Model 1-D merupakan model yang sederhana, dalam hal ini tahanan-jenis
tahanan-jenis dan ketebalan tiap lapisan. Model 1-D direpresentasikan oleh model
berlapis horisontal, yaitu model yang terdiri dari beberapa lapisan dimana
tahanan-jenis pada setiap lapisannya adalah homogen. Hubungan antara data dan
dengan d adalah vektor data, m adalah vektor model dan F(m) adalah fungsi
umum dari forward modeling yang diperoleh dengan metode finite difference
Pemodelan menggunakan model 1-D hanya dapat diterapkan pada data yang
memenuhi kriteria data 1-D. Namun demikian, dengan asumsi tertentu pemodelan
1-D dapat pula diterapkan pada data yang dianggap mewakili kecenderungan lokal
atau struktur secara garis besar, misalnya impedansi invarian dan impedansi dari
atas anggapan bahwa pengukuran medan listrik searah jurus tidak terlalu
model untuk dibandingkan dengan data impedansi (tahanan-jenis semu dan fasa)
pengamatan. Dengan cara coba-coba (trial and error) dapat diperoleh suatu model
yang responsnya paling cocok dengan data, sehingga model tersebut dapat
2. Pemodelan 2-D
Parameter model 2-D adalah nilai tahanan jenis dari tiap blok yang berdimensi
lateral (x) dan dimensi vertikal (z). Algoritma non-linier conjugate gradient
dimana adalah bilangan positif sebagai bobot relatif antara kedua faktor yang
Pemodelan inversi dengan algoritma NLCG yang dijelaskan oleh Rodi dan
Metoda inversi Bostick (Jones, 1983) merupakan cara yang cepat dan mudah
dari kurva sounding tahanan-jenis semu. Metode ini diturunkan dari hubungan
analitik antara tahananjenis, frekuensi dan kedalaman investigasi atau skin depth.
Namun perlu diingat bahwa metoda ini bersifat aproksimatif sehingga hanya dapat
secara iteratif hingga diperoleh model yang responsnya cocok dengan data.
model awal. Oleh karena itu model awal biasanya ditentukan dari hasil pemodelan
ditujukan untuk menentukan satu model saja melainkan sejumlah besar model
berkecepatan tinggi.
TUTORIAL PENGOLAHAN DATA METODE MAGNETOLURIK
MENGGUNAKAN SOFTWARE
Langkah-Langkah :
Buat nama dari survey dan tipenya pada operator serta lokasinya seperti gambar dibawah.
Gambar 3 Edit Nama Survey
gelombang elektromagnetik alami sebagai sumbernya. Saat ini metode ini sudah banyak
dilakukan terutama untuk eksplorasi geothermal, hidrologi, dan lain lain. Berikut adalah
SUMATERA SELATAN)
Abstrak
prinsip fisika, salah satu metode dalam geofisika adalah metode magnetotellurik yang
lapangan tidak lepas dari gangguan noise sehingga perlu dilakukan pengolahan data. Tujuan
penelitian ini adalah melakukan pengolahan data magnetotellurik sehingga diperoleh model
dilakukan pengukuran medan listrik dan medan magnet alami yang berubah-ubah dalam
fungsi waktu. Data akuisisi lapangan diolah dengan menggunakan software SSMT 2000 dan
MT-Editor serta diinversi dengan menggunakan software WinGLink. Hasil pengolahan data
berupa grafik apparent resistivity dan phase dalam fungsi frekuensi. Model resisitivitas
terhadap kedalaman diperoleh dari hasil inversi yang menunjukan struktur berupa lipatan,
pendugaan patahan dan struktur berlapis-lapis dari resisitivitas bawah permukaan daerah
penelitian. Struktur berlapis-lapis disebabkan karena proses pembentukan daerah penelitian
METODE
secara simultan komponen horisontal medan listrik (Ex , Ey) dan medan magnet (Hx, Hy, Hz).
Alat ukur MT terdiri dari tiga sensor sinyal magnetik (magnetometer) dan dua pasang sensor
sinyal listrik (elektroda), PC, dan unit penerima sebagai pengolah sinyal dan perekam data.
bulan Mei 2012 oleh Tim Peneliti Geoteknologi LIPI di daerah Muara Enim yang termasuk
Geologi Cekungan Sumatera Selatan adalah suatu hasil kegiatan tektonik yang
berkaitan erat dengan penunjaman Lempeng Indi-Australia, yang bergerak ke arah utara
hingga timur laut terhadap empeng Eurasia yang relatif diam. Daerah Gunungmerakas Tasim
terdiri dari Formasi Kasai dan Muarenim,serta satuan Gunun api muda. Formasi Muara Enim
memiliki ketebalan 500 m sampai 1000 m, terdiri dari batupasir, batulempung, batulanau dan
batubara. Formasi Muara Enim berumur Miosen Akhir –Pliosen Awal. Formasi Kasai
memiliki ketebalan 850 – 1200 m. Formasi ini terdiri dari batupasir tufan dan tefra riolitik di
bagian bawah. Satuan Gunung api muda terdiri dari batuan breksi gunung api, lava, dan tufa
yang bersifat andesit. Desain survei lokasi pengambilan data MT ditunjukkan dalam Gambar
2. Data magnetotellurik yang diperoleh dari akuisisi di lapangan tidak lepas dari gangguan
noise sehingga perlu dilakukan pengolahaan data (Simpson & Bahr, 2005). Pengolahan data
seleksi crosspower. Kemudian dilakukan inversi 2D. Pengolahan data dari pre-processing
yaitu menggunakan software Phoenix Geophysics SSMT 2000 untuk proses transformasi
Data pengukuran metode magnetotellurik merupakan data time series dari medan
listrik Ex dan Ey serta medan magnet Hx, Hy, dan Hz yang ditampilkan dalam Gambar 3.
Data time series hasil pegukuran lapangan diubah ke dalam domain frekuensi
menggunakan transformasi Fourier pada software SSMT 2000. Nilai crosspower ditentukan
sebelum proses robust. Robust processing adalah prosedur yang baik untuk menghilangkan
outlier atau titik yang sangat menyimpang dari trendline data, prosedur ini dapat mencegah
Prinsip robust processing adalah membagi data time series ke dalam segmensegmen
dengan ukuran sama. Setiap segmen diolah sehingga menghasilkan satu data parsial
(crosspower) dari satu titik data respon fungsi transfer. Pembersihan data dari noise
menggunakan prinsip robust processing dapat dilakukan dengan cara manual, yaitu dengan
seleksi data menggunakan software MT-editor. Hasil proses robust pada software SSMT
2000 ditampilkan dalam software MT-Editor berupa grafik apparent resistivity dan phase,
dimana setiap titik respon fungsi transfer terdiri dari bagian-bagian parsial yang disajikan
dalam grafik crosspower apparent resisitivity dan phase. Perbandingan hasil proses robust
Pola apparent resistivity yang teramati pada trendline adalah cenderung turun pada
frekuensi 10000 Hz sampai 0.1 Hz dan kemudian kembali naik sampai batas frekuensi yang
Gambar 5. Phase Titik B21 Hasil Robust Processing (a) SSMT-2000, (b) Auto MT-Editor,
dimaksudkan agar data yang diperoleh terpengaruh noise sedikit mungkin sehingga pola
grafik apparent resisitivity dan phase menjadi smooth. Robudt processing diterapkan mulai
dari software SSMT 2000 sebelum kita bisa menampilkan data dalam domain frekuensi.
Hasil robust processing pada software SSMT 2000 umumnya diperoleh grafik apparent
resisitivity dan phase dalam domain frekuensi dengan pola masih berantakan dan terpencar-
pencar untuk letak data di frekuensi rendah. Sedangkan pada frekuensi tinggi data sudah
cukup rapi dan hanya membutuhkan sedikit proses membuat grafik lebih smooth. Data hasil
WinGLink. Model yang diperoleh dapat berupa model Maps dimana disajikan dalam kontur
elevasi dan letak titik pengukuran MT. Model Maps titik pengukuran disajikan dalam
Gambar 6.
kedalaman dimana dapat menentukan nilai resistivitas dan ketebalan lapisan dengan mengedit
dan membuat model struktur 1D setiap titik pengukuran. Contoh model Sounding disajikan
dalam Gambar 7.
Model pseudo section merupakan model yang menghubungkan nilai resisitivity dan
phase setiap titik pengukuran. Model pseudo section ada dua jenis yaitu mode TM dan TE
yang disajikan dalam Gambar 8. Kondisi ideal mode TM dan TE berhimpit, tetapi apabila
Model cross section dari data magnetotellurik merupakan model yang menyerupai
data log bor yang menunjukkan nilai resisitivitas terhadap kedalaman pada setiap titik lokasi
yang dikorelasikan untuk semua titik pengukuran. Model cross section ditunjukkan dalam
Gambar 9.
Gambar 10. Model Inversi 2D
Bentuk model seperti lipatan-lipatan diduga karena pada lokasi pengambilan data
dipengaruhi oleh penunjaman lempeng Hindi- Australia ke lempeng Eurasia dan pergerakan
sesar Sumatera. Struktur berlapis-lapis sesuai dengan pembentukan daerah penelitian yang
merupakan daerah cekungan sedimen. Pendugaan patahan terletak di utara titik B12, diantara
titik B14 dan B15, diantara titik B18 dan B19 diantara titik B20 dan B21, serta pendugaan