Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tikus


1. Jenis Tikus dan Cirinya5)
Beberapa jenis tikus yang ada di lingkungan pemukiman daerah tropis
adalah Rattus–rattus tenezumi temminh (tikus atap), Rattus norvegicus (tikus got)
dan Tanezumi (tikus rumah).
a. Rattus-rattus tenezumi temminh (tikus atap)
Disebut tikus atap karena senang hidup dengan membuat sarang di
bawah atap bangunan. Ciri–ciri jenis tikus ini adalah bentuk tubuh ramping,
telinga lebar, mencolok dan tidak berbulu (18–19mm), moncong lancip, ekor
seluruhnya berwarna gelap, dan panjang kaki belakang mencapai 31–39 mm.
b. Rattus norvegicus (tikus got)
Disebut tikus got karena senang membuat sarang dengan cara
menggali lubang pada saluran–saluran air kotor atau di bawah pondasi
bangunan. Ciri–cirinya sebagai berikut: bentuk tubuh besar dibandingkan
jenis lainnya, telinga kecil, moncong tumpul, ekor pendek, badan bagian atas
berwarna coklat kegelapan di bagian bawah berwarna keputih–putihan, dan
panjang kaki belakang 30–45 mm.
c. Rattus Tanezumi (tikus rumah)
Disebut tikus rumah karena banyak dijumpai di rumah–rumah, di
gudang–gudang pelabuhan dan di kapal. Penyebarannya melalui kapal laut,
kapal terbang yang mengadakan pelayaran atau terbang dan pendaratan baik
antar daerah atau domestik maupun antar negara atau internasional. Ciri–
cirinya adalah sebagai berikut: tubuh kecil, telinga dan mata lebar, moncong
lancip, ekor seluruhnya berwarna gelap, kaki belakang panjangnya 14–17 mm.

2. Kebiasaan Hidup Tikus5)


Beberapa kebiasaan dan sifat tikus yang perlu diketahui antara lain adalah
sebagai berikut:
a. Panca Indra
Tikus mempunyai penglihatan yang buruk, tetapi mempunyai panca indra lain
yang baik sekali misalnya dalam hal mencium bau, merasakan sesuatu,
meraba dan mendengar. Dengan kemampuan panca indra inilah tikus dapat
mudah bergerak dengan cepat secara diam–diam.
b. Kumis dan Rambut Panjang
Di waktu keliaran di malam hari gerak gerik tikus dipimpin dan dikendalikan
oleh rambut dan kumis yang panjang yang sangat peka terhadap sesuatu yang
disentuhnya. Tanpa rambut dan kumis seekor tikus akan menabrak benda–
benda yang menghadang di jalannya. Biasanya tikus mencari makanan sejak
matahari terbenam sampai pagi, yang berarti dalam suasana yang gelap.
Tetapi tikus–tikus tersebut mampu bergerak ke sana ke mari karena
mempunyai rambut dan kumis tersebut.
c. Tertarik dengan Bau Harum
Tikus–tikus menyukai bau harum dari kebanyakan makanan yang dimakan
orang–orang.
d. Bahan Makan dan Waktu Makan
Tikus sangat menyukai padi–padian, kacang–kacangan, jagung, sayur-sayuran
dan hampir seluruh makanan yang disimpan di dalam gudang. Kebanyakan
tikus–tikus itu makan dan berkeliaran di waktu malam hari. Untuk seekor
yang dilihat seseorang mungkin ada sebanyak 20–30 ekor tikus yang tidak
tampak. Disamping itu tikus suka mengerat barang–barang keras untuk
mengasah giginya.
e. Kepandaian Memanjat, Melompat dan Berenang
Tikus pandai memanjat dan melompat, sebagian dapat melompat setinggi 2–3
kaki (60–90 cm). Apabila mereka terpojok merekapun dapat memanjat
tembok, pipa, kabel, kawat, batang besi dan permukaan kasar lainnya. Tikus
dapat meloncat sejauh 1,2 m dan menjatuhkan diri dari ketinggian 15 m dan
tidak mati. Tikus adalah perenang yang cekatan. Da-pat menempuh jarak
sejauh 0,5 mil (± 800 m). Tikus sukar untuk dibenamkan ke dalam air.
f. Tempat Kediaman
Tikus tidak meninggalkan sarang terlalu jauh. Tikus rumah berkeliaran di
sekitar rumah kurang lebih 20–40 m untuk mencari makanan dan bahan
pembuat sarang. Apabila makanan sulit diperoleh karena kebakaran, banjir
atau berakhirnya musim cocok tanam maka tikus itu akan berkeliaran lebih
jauh lagi. Biasanya tikus tidak senang di tempat–tempat yang ramai,
melainkan senang hidup di tempat–tempat dimana terdapat makanan atau
sampah sisa makanan manusia dan lingkungan yang kotor.
g. Panjang Umur Hidup dan Masa Pembiakan
Umur hidup seekor tikus rata–rata mencapai satu tahun. Tikus rumah atau
yang hidup di daerah penyimpanan pangan biasanya dapat hidup lebih lama,
karena lebih banyak mendapat perlindungan. Di daerah dimana banyak
terdapat makanan, dan iklimnya tidak banyak berubah sepanjang tahun, maka
tikus dapat beranak dan berbiak setiap tahun.
3. Siklus Hidup 5)
Tikus muda akan mencapai kematangan seksual setelah empat bulan.
Kegiatan seksual dan potensi reproduksi akan berlanjut sampai ajalnya tiba.
Untuk semua jenis tikus rumah rata–rata seekor tikus betina dapat beranak tiga
sampai enam kali atau lebih dalam satu tahun. Rata–rata satu kali beranak
dirampungkan selama 60 hari. Jumlah anak yang dilahirkan setiap kali berkisar
antara 3-12 ekor atau lebih. Kegiatan tikus akan meningkat mulai berumur 2-9
bulan. Rata- rata tikus tidak mampu hidup lebih dari 12 bulan, bahkan beberapa
ahli mengatakan bahwa lama hidupnya sekitar 6 bulan.
4. Tanda – Tanda Keberadaan Tikus 5)
a. Dropping (Kotoran)
Adanya kotoran tikus yang ditemukan di tempat atau ruangan yang diperiksa.
Tinja tikus mudah dikenal dari bentuk dan warna yang khas. Tinja tikus yang
masih baru lebih terang dan mengkilap serta lebih lembut (agak lunak). Makin
lama tinja makin keras.
b. Run Ways (Alur Jalan)
Jalan yang biasa dilalui tikus dari waktu ke waktu di suatu tempat disebut run
ways. Tikus mempunyai kebiasaan melalui jalan yang sama.
c. Gnawing (Bekas Gigitan)
Gnawing merupakan bekas gigitan yang dapat ditemukan. Tikus dalam
aktivitasnya akan melakukan gigitan baik untuk makan maupun membuat
jalan, misalnya membuat lubang pada dinding.
d. Barrow (Lubang Terowongan)
Barrow adalah lubang yang terdapat pada sekitar beradanya tikus, seperti
dinding, lantai, perabotan dan lain–lain.
5. Hubungan Tikus dengan Kehidupan Manusia 1)
Tikus dapat menimbulkan permasalahan dalam kehidupan manusia sehari
– hari, baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun gangguan dan
kerugian yang diakibatkan oleh tikus antara lain:
a. Menimbulkan Kerugian Ekonomi
Tikus memakan bahan makanan manusia padahal bahan makanan tersebut
siap untuk dikonsumsi manusia, untuk memenuhi kebutuhan sehari–hari
manusia memproduksi bahan makanan lagi. Sedangkan untuk memproduksi
bahan makanan kita membutuhkan waktu dan dana. Dana yang tadinya untuk
memenuhi kebutuhan yang lain dialokasikan untuk memproduksi bahan
makanan lagi.
b. Menimbulkan Kerusakan pada Perabot Rumah Tangga
Tikus merupakan binatang pengerat, biasa mengasah giginya dengan
menggigit benda–benda yang keras seperti almari, jendela, pintu dan
sebagainya. Selain itu juga sering merusak barang–barang lainnya seperti
buku, pakaian, dan perabot lainnya.
c. Menimbulkan Masalah Kesehatan
Tikus berperan sebagai tuan rumah perantara untuk beberapa jenis penyakit
yang dikenal sebagai Rodent Borne Disease. Penyakit–penyakit yang
tergolong Rodent Borne Disease antara lain penyakit pes, leptospirosis, scrup
typhus, murine typhus, ratbite fever.
6. Upaya Pengendalian Tikus 1)
Adapun upaya–upaya pengendalian tikus sebagai berikut :
a. Secara Mekanik atau Fisik
Misalnya dengan memasang perangkap tikus, di daerah–daerah yang dicurigai
adanya tikus, misalnya pada tempat tikus lewat, di depan sarang tikus, dan
lain–lain. Umumnya di dalam perangkap tikus dipasang umpan, yakni sesuatu
yang merangsang tikus untuk datang menghampiri.
b. Secara Kimia
Zat kimia yang dipergunakan untuk pengendalian tikus, umumnya bersifat
racun, seperti arsenic, trioxid, barium carbonat, zinc phosphat serta red squil,
atau ada pula yang bersifat antigulan seperti warfarin,dan pival, tikus yang
memakannya dalam waktu antara 4–7 hari akan mati. Pemberian zat kimia
dapat pula dilakukan dalam bentuk asap dan ini disebut fumigasi. Zat kimia
yang biasa dipakai untuk fumigasi adalah Methyl bromida, carbon tetra
chlorida dan HCN. Pengendalian tikus dengan cara fumigasi dipandang amat
berhasil, apabila tikus tidak dapat menghindarkan diri, misalnya dengan jalan
menyemprotkannya ke dalam sarang tikus.
c. Secara Biologi
Yaitu dengan memelihara musuh–musuh tikus, seperti kucing, dan anjing.
Cara ini tentu saja tidak efisien, terutama jika berhadapan dengan jumlah tikus
yang banyak.
d. Secara Kultural
Yaitu berusaha mengubah kebiasaan hidup yang menguntungkan tikus.
Misalnya selalu menjaga kebersihan, tidak membiarkan sisa–sisa makanan
berserakan, membuat rumah yang rapat, sehingga tidak mungkin tikus masuk
(rat proof), atau menghilangkan tempat–tempat yang terlindung dan yang
gelap, karena tempat seperti ini disenangi tikus untuk tempat tinggal atau
bersembunyi.
B Tinjauan Umum Pinjal
1. Morfologi Pinjal6)
Pinjal mempunyai panjang 1,5–4,0 mm, yang jantan biasanya lebih kecil
dari yang betina. Kedua jenis kelamin yang dewasa menghisap darah. Pinjal
mempunyai kitin yang tebal. Kepalanya lekuk tempat antena yang bersegmen
disimpan. Tiga segmen thoraks dikenal sebagai pronotum, mesonotum dan
metanotum (metathoraks). Segmen yang terakhir tersebut berkembang, baik untuk
menunjang kaki belakang yang mendorong pinjal tersebut saat meloncat. Di
belakang pronotum pada beberapa jenis terdapat sebaris duri yang kuat berbentuk
sisir, yaitu ktenedium pronotal. Sedangkan tepat di atas alat mulut pada beberapa
jenis terdapat sebaris duri kuat berbentuk sisir lainnya, yaitu ktenedium genal.
Duri–duri tersebut sangat berguna untuk membedakan jenis pinjal.
Pinjal betina mempunyai sebuah spermateka seperti kantung dekat ujung
posterior abdomen sebagai tempat untuk menyimpan sperma, dan yang jantan
mempunyai alat seperti per melengkung, yaitu aedeagus atau penis berkitin di
lokasi yang sama. Kedua jenis kelamin memiliki struktur seperti jarum kasur yang
terletak di sebelah dorsal, yaitu pigidium pada tergit yang kesembilan. Fungsinya
tidak diketahui, tetapi barang kali sebagai alat sensorik.
2. Ekologi Pinjal 7)
Kehidupan pinjal dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:
a. Suhu dan Kelembaban
Perubahan periodik kondisi cuaca atau iklim biasanya diikuti fluktuasi
suhu dan kelembapan udara. Perkembangan setiap jenis pinjal mempunyai
variasi musiman yang berbeda–beda. Udara yang kering mempunyai pengaruh
yang tidak menguntungkan bagi kelangsungan hidup pinjal. Suhu dalam
sarang tikus lebih tinggi selama musim dingin dan lebih rendah selama musim
panas daripada suhu luar. Suhu di dalam dan di luar sarang memperlihatkan
bahwa suhu di dalam sarang cenderung berbalik dengan suhu luar.
b. Cahaya
Beberapa jenis pinjal menghindari cahaya (fototaksis negatif). Pinjal
jenis ini biasanya tidak mempunyai mata, sebaiknya pinjal yang bersifat
fototaksis positif memiliki mata. Pada sarang tikus yang kedalamannya
dangkal populasi tidak akan ditemukan karena sinar matahari mampu
menembus sampai dasar liang. Sedangkan pada sarang tikus yang
kedalamannya lebih dalam dan mempunyai jalan yang berkelok, sinar
matahari tidak dapat menembus sampai ke dasar liang. Sehingga pada sarang
tikus ini banyak ditemukan pinjal.
c. Parasit
Bakteri Yersinia pestis di dalam tubuh pinjal merupakan parasit pinjal
yang mempengaruhi umur pinjal. Pinjal yang mengandung bakteri pes pada
suhu 10–150 C hanya bertahan hidup selama 50 hari, sedangkan pada suhu 270
C bertahan hidup selama 23 hari. Pada kondisi normal bakteri pes akan
berkembang cepat, kemudian akan menyumbat alat mulut pinjal, sehingga
pinjal tidak bisa menghisap darah dan akhirnya mati.
d. Predator
Predator pinjal alami merupakan faktor penting dalam menekan populasi
pinjal di sarang tikus. Beberapa predator seperti semut dan kumbang kecil
telah diketahui memakan pinjal pradewasa dan pinjal dewasa.
3. Biologi Pinjal
a. Daur Hidup Pinjal 4)
Pinjal termasuk serangga Holometabolaus/ metamorfosis sempurna
karena daur hidupnya melalui 4 stadium yaitu: telur–larva-pupa–dewasa.
Pinjal betina bertelur diantara rambut inang. Jumlah telur yang dikeluarkan
pinjal betina berkisar antara 3–18 butir. Pinjal betina dapat bertelur 2–6 kali
sebanyak 300–400 butir selama hidupnya.
Telur pinjal berukuran 0,4–0,5 mm, bentuk oval, berwarna putih, saat
akan menetas berwarna kuning kecoklatan. Karena telur tersebut kering, maka
mudah jatuh dari inang saat melakukan aktifitasnya seperti sarang, lantai,
karpet dan lain–lain. Telur pinjal akan menetas menjadi larva pada suhu antara
180C–270 C dan kelembaban 75–80 % setelah 2–12 hari. Larva berubah
menjadi kepompong 9–12 hari dan mengalami ganti kulit 2 kali. Larva akan
membungkus dirinya dengan bahan organik yang ada di sekitarnya untuk
membentuk kokon.
Daur hidup pinjal secara normal berkisar antar 2–3 minggu, pada
kondisi yang kurang sesuai seperti suhu tinggi dan kelembaban rendah. Daur
hidup pinjal akan membutuhkan waktu yang lebih lama dan seluruh tahap atau
stadium perkembangannya dapat mencapai 1 tahun atau lebih.
b. Makanan Pinjal 7)
Pinjal pra dewasa mempunyai struktur mulut, organ anatomi dan
fisiologi yang sangat berbeda dengan pinjal dewasa. Sehingga jenis makanan
yang dikonsumsi juga berbeda. Makanan larva pinjal terdiri dari bahan–bahan
organik yang ada di sekitarnya, seperti darah yang dikeluarkan melalui organ
ekskresi pinjal (anus), bahan organik yang kaya akan protein dan vitamin B.
Bila bahan–bahan makanan tersebut terpenuhi, maka larva pinjal akan tumbuh
secara maksimum.
Pinjal, baik jantan maupun betina merupakan serangga penghisap
darah. Bagi pinjal betina darah diperlukan untuk perkembangan telur. Pinjal
akan sering menghisap darah di musim panas daripada di musim penghujan
atau dingin, karena di musim panas pinjal cepat kehilangan air dari tubuhnya.
4. Jenis Pinjal6)
Insekta ini termasuk ordo Siphonapthera. Nama tersebut berarti bahwa
mereka makan dengan menyifon (yaitu menghisap) darah. Pinjal dibagi dalam 6
genus yaitu:
a. Genus Ctenocephalides
Ctenocephalides adalah pinjal yang umum pada anjing dan kucing.
Pinjal ini juga menggigit hewan lain termasuk sapi dan manusia dan sebagai
induk semang antara cacing pita anjing (Dipylidium caninum) dan cacing
filaria anjing (Dipetalonema reconditum).
b. Genus Echidnophaga
Echinophaga adalah pinjal lekat unggas,. Pinjal ini dapat juga
menyerang anjing, kucing, mamalia lain dan bahkan manusia. Pinjal ini
berbeda dari kebanyakan pinjal lain oleh karena pinjal tersebut meloncat bila
diganggu.
c. Genus Pulex
Pulex irritans adalah pinjal manusia. Pinjal ini umum terdapat di
California dan kadang–kadang terdapat di kandang–kandang ayam. Pinjal
tersebut dapat menyerang banyak hewan lain, termasuk babi, anjing, kucing,
dan tikus. Pinjal ini membawa tifus endemik.
d. Genus Nosopsyllus
Nosopsyllus fasciatus adalah pinjal tikus umum di daerah beriklim
sedang. Pinjal tersebut menyerang banyak hewan lain tetapi tidak selalu
menggigit orang.
e. Genus Xenopsylla
Xenopsylla cheopis adalah pinjal tikus tropis. Pada tikus pinjal ini
lebih umum daripada Nosopsyllus fasciatus di negara tropis dan banyak
menyerang orang. Pinjal ini sangat penting karena menularkan pes
(disebabkan kuman Pasteurella pestis) dari tikus kepada manusia. Bakteri
tersebut berkembang biak di dalam proventikulus pinjal sampai dapat
memenuhinya. Kemudian bila pinjal terinfeksi menggigit korban lain, pinjal
tersebut tidak dapat menghisap darah tetapi memuntahkan bakteri ke dalam
luka. Pinjal ini juga menularkan thyphus endemik (disebabkan oleh Rickettsia
typhi) dari tikus kepada manusia. X. cheopis merupakan pinjal kosmopolitan
atau synanthropic murine rodent yang mempunyai ciri–ciri pedikel panjang,
bulu antepidigidal panjang dan kaku, receptakel seminalis besar dan berkitin
dengan sudut ekor meruncing.

f. Genus Tungau
Tungau penetrans adalah pinjal pasir. Pinjal ini merupakan pinjal yang
terdapat di negara–negara tropik dan sub tropik, pinjal ini sering ditemukan
pada orang–orang yang bekerja sebagai penjelajah di negara-negara tropis
terutama di dataran Asia.
5. Interaksi Tikus dan Pinjal8)
Tikus dan pinjal berinteraksi secara ektoparasit obligate sementara. Dalam
interaksi ini pinjal dewasa selalu hidup menempel pada permukaan tubuh inang,
sedangkan stadium pra dewasa tumbuh terlepas dari inangnya. Interaksi ini lebih
bersifat leluasa, tidak seperti kutu (Anoplura) yang menetap selama hidupnya di
tubuh tikus.
Evolusi interaksi pinjal dan inang, tampaknya berhubungan dengan faktor-
faktor lingkungan inang, faktor inang sebagai habitat pinjal (rambut, bulu, dan
macam bulu atau rambut), adaptasi fisiologi dan kemampuan untuk menyebar,
isolasi serta spesifikasi. Beberapa jenis pinjal cenderung mempunyai kesamaan
struktur dengan inangnya. Pinjal yang mempunyai mata dan thoraks mereduksi
dengan kaki yang lebih cocok untuk merangkak daripada melompat, banyak
ditemukan pada kelelawar, sedang pinjal yang matanya berkembang baik pada
umumnya ditemukan pada binatang diurnal seperti bajing tanah dan burung.
Beberapa jenis pinjal lainnya menempel kuat dan lama pada kulit inang sampai
kenyang darah seperti cara makan caplak. Jenis pinjal tertentu menembus kulit
inang sampai lapisan epidemis, sehingga menyebabkan kulit dapat bengkak,
karena berisi pinjal yang kenyang darah.
Istilah inang sejati (true host) sering digunakan untuk menandai suatu
inang tunggal atau inang pilihan yang dianggap paling utama jika seandainya sutu
jenis pinjal menempati beberapa jenis inang. Inang utama yaitu inang yang cocok
atau sesuai untuk kelanjutan reproduksi pinjal dalam jangka waktu yang tidak
terbatas. Istilah ini dipakai untuk mengungkapkan hubungan asal nenek moyang.
Pada umumnya pinjal menyukai mamalia yang hidup di dalam sarang,
lubang dan gua yang terinfeksi pinjal. Mamalia yang membuat sarangnya terbuka
atau tidak terlindung dan terkena sinar matahari tidak disukai oleh pinjal, namun
beberapa jenis pinjal ditemukan hidup parasit pada penguin dan burung laut yang
sarangnya berada di pantai atau di pulau-pulau terpencil tanpa pepohonan.
Pinjal pada umumnya ditemukan pada mamalia ordo Monotremata,
Marsupialia, Insektivora, Chiroptera, Edentata, Pholidota, Lagomarpha,
Rodentia, Carnivora, Hyracoidea dan Astiodaetyla, tetapi jarang ditemukan pada
mamalia ordo Dermoptera, Primatia, Tubii dentata, Proboscidia, atau
Perissodactyla.
6. Indeks Umum Pinjal 8,9)
Kepadatan pinjal pada tubuh tikus biasa disebut dengan Indeks Umum
Pinjal, yaitu untuk mengetahui kepadatan investasi rata–rata dari pinjal yang
ditemukan dibagi jumlah total tikus yang tertangkap. Untuk standart keamanan
indeks, lebih dari 1 merupakan potensi semakin rendah untuk penyakit pes.
Indeks umum pinjal dihitung dengan rumus sebagai berikut:

JP
IUP = -------
JT

Keterangan : IUP : Indeks Umum Pinjal


JP : Jumlah total semua jenis pinjal yang diperoleh dari
tikus
JT : Jumlah total tikus yang tertangkap

C Pasar
1. Definisi Pasar10)
Pasar adalah suatu lahan pada lokasi yang ditentukan oleh Kepala Daerah
tanpa atau dengan bangunan-bangunan dalam batas-batas tertentu dan
dipergunakan para penjual dan pembeli untuk tempat berjual beli dan atau
melakukan pekerjaan jasa secara langsung dan atau tidak langsung dalam suatu
sistem pengelolaan baik oleh Pemerintah Daerah maupun oleh Pihak Ketiga dan
atau kerjasama antara keduanya.

2. Sanitasi Pasar
a. Lokasi Pasar10)
Lokasi pasar merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan
sebuah pasar. Adapun syarat–syarat lokasi pasar sebagai berikut:
1). Jauh dari tempat–tempat pembuangan sampah umum dan air kotor.
2). Tidak di tempat yang rendah atau rawan banjir
3). Tidak langsung pinggir jalan besar yang sangat ramai dan berdebu.
4). Tidak terlalu dekat dengan pemukiman penduduk, tetapi cukup strategis.
5). Tidak di pinggir kuburan.
b. Pembagian Tata Ruang
Untuk menjamin sanitasi Pasar, faktor yang penting adalah pembagian
tata ruang yang sesuai dengan peruntukannya. Hal ini sangat perlu, sebab
tempat berjualan ikan atau daging tidak berdekatan dengan rumah makan atau
warung-warung ataupun kios pakaian. Yang paling menonjol dalam hal
pembagian tata ruang Pasar adalah faktor estetika.
c. Persediaan Air
Air merupakan kebutuhan Pasar yang sangat penting dan umumnya air
digunakan untuk mencuci bahan makanan, mencuci lantai, membersihkan
WC, dan keperluan–keperluan di Warung atau Restoran. Sumber air untuk
masak dapat diperoleh dari air ledeng maupun air sumur dan tidak
diperbolehkan dari air sungai.
d. Pembuangan Sampah dan Air Kotor
Sampah dan air kotor merupakan masalah yang penting bagi pasar dan
kadang–kadang tidak dapat diatasi. Seringkali sampah menumpuk di pasar
menunggu untuk diangkut. Selain itu, juga tidak jarang pasar becek karena
pembuangan air kotor yang tidak memperhatikan dan tidak diatur dengan
semestinya. Pembuangan air dari bangunan–bangunan khusus dan

WC harus dialirkan ke dalam septic tank, sedangkan untuk pembuangan air


dan bangunan–bangunan lainnya dapat dialirkan ke septic tank atau langsung
ke saluran air umum (selokan).
e. Tempat Parkir Kendaraan Bermotor
Tempat parkir berhubungan dengan kesehatan karena asap mobil yang
keluar dari knalpot. Apabila tempat parkir terlalu dekat dengan para pedagang,
maka akan terpapar terus dengan asap yang mengandung bahan–bahan kimia
yang keluar dari knalpot. Misalnya CO, HC, Pb. Bahan kimia tersebut akan
bisa terkumpul di tubuh manusia dan akan menyebabkan gangguan fungsi dari
tubuh manusia.
3. Hubungan Pasar dengan Kesehatan Masyarakat
Pasar mempunyai peranan penting yang berhubungan dengan kesehatan
manusia, yaitu:
a. Pasar dapat menjadi sumber perkembangan vektor–vektor penyakit, terutama
pada pasar yang kebersihannya kurang diperhatikan (pembuangan sampah, air
kotor dan lain- lain).
b. Pasar merupakan tempat yang paling baik untuk penularan penyakit dari orang
ke orang.
c. Pasar yang tidak memperhatikan letaknya, misalnya di daerah rawa, daerah
banjir akan mengakibatkan permukaan tanah senantiasa berair dan becek. Hal
ini dapat menimbulkan berbagai gangguan bagi para penjual dan pengunjung
maupun barang dagangan yang dijual terutama bahan makanan.

D Kerangka Teori

Faktor Lingkungan Faktor Fisk Faktor Biologi


- Sanitasi -Suhu dan kelembaban - Parasit
- Sampah sisa makanan -Cahaya - Predator

Populasi
- Kepadatan pinjal
tikus
- Jumlah pinjal
Indeks Pinjal

Sumber: Adang Iskandar (1985), Ristiyanto (1999) Mukono. (2000)

E Kerangka konsep
Variabel Bebas Variabel Terikat

Lokasi penangkapan tikus


(Pasar Peterongan dan
Pasar Wonodri) - Indeks pinjal pada tikus

You might also like