Professional Documents
Culture Documents
Bahan Tambahan Pangan
Bahan Tambahan Pangan
Daftar Isi
PENDAHULUAN _____________________________________________________ 2
PENGGOLONGAN BTP _________________________ Error! Bookmark not defined.
SIFAT, KEGUNAAN DAN KEAMANAN BTP _____________________________ 14
Pewarna ___________________________________________ Error! Bookmark not defined.
Pemanis Buatan _____________________________________ Error! Bookmark not defined.
Pengawet ___________________________________________ Error! Bookmark not defined.
Penyedap Rasa dan Aroma, Penguat Rasa _______________ Error! Bookmark not defined.
Pengemulsi, Pemantap dan Pengental ___________________ Error! Bookmark not defined.
Antioksidan _________________________________________ Error! Bookmark not defined.
Pengatur Keasaman (Pengasam, Penetral, dan Pendapar) ________________________27
Anti Kempal ______________________________________________________________27
Pemutih dan Pematang Tepung ______________________________________________27
Pengeras _________________________________________________________________27
Sekuestran _______________________________________________________________27
PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENGGUNAAN BTP _____________ 27
Keputusan Menteri Kesehatan RI No.23/MENKES/SK/I/78 tentang Pedoman Cara Produksi
yang Baik untuk Makanan __________________________________________________27
Peraturan Menteri Kesehatan Rl No.239/MENKES/PER/V/85 tentang Zat Warna Tertentu yang
dinyatakan Sebagai Bahan Berbahaya ________________________________________27
Peraturan Menteri Kesehatan No. 722/MENKES/PER/IX/88 tentang Bahan Tambahan Makanan
_________________________________________________________________________27
Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan No. 02240/B/SK/VII/91 tentang
Pedoman Persyaratan Mutu Serta Label dan Periklanan Makanan ________________27
Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan No. 02592/B/SK/VIII/91 tentang
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan ________________________________________27
Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan No. 02593/B/SK/VIII/91 tentang
Tata Cara Pendaftaran Produsen dan Produk Bahan Tambahan Makanan _________27
Produksi dan Peredaran ____________________________________________________27
Label dan Etiket ___________________________________________________________27
PENUTUP __________________________________________________________ 28
SOAL _______________________________________________________________26
PENDAHULUAN
Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang selanjutnya disingkat BTP adalah bahan yang
ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan (Kemenkes,
no 33 2012). BTP merupakan bahan atau campuran bahan yang secara alami bukan
bahan baku dalam pengolahan pangan, tetapi secara sengaja ditambahkan untuk
menghasilkan produk dengan sifat yang diinginkan, seperti pewarna, pengawet, penyedap
rasa, anti gumpal, pemucat, pengental dan sebagainya. BTP bisa saja ditambahkan pada
saat pengolahan, penyiapan, pengepakan, pengemasan, penyimpanan atau transportasi.
BTP yang biasa ditambahkan pada saat pengemasan dan transportasi, contohnya yaitu,
penambahan BTP gas pada kemasan untuk pangan segar seperti buah-buahan. -
BTP sering digunakan pada industri pengolahan pangan baik skala besar maupun
industri rumah tangga, jajanan pasar , jajanan anak sekolah ataupun pedagang makanan
keliling. Namun untuk pangan siap saji yang habis dalam sehari seperti, jajanan pasar,
jajanan anak sekolah, maupun jajanan pedagang keliling tidak dianjurkan menggunakan
BTP pengawet.
Dalam prakteknya masih banyak produsen pangan yang menggunakan bahan
tambahan yang yang dilarang untuk pangan atau berbahaya bagi kesehatan yang
sebenarnya tidak boleh digunakan dalam pangan. Hal ini terutama disebabkan karena
ketidaktahuan produsen tentang bahaya bahan tambahan yang dilarang untuk pangan.
Pengaruh bahan tambahan yang dilarang terhadap kesehatan umumnya tidak langsung
dapat dirasakan atau dilihat, maka produsen seringkali tidak menyadari bahaya
penggunaan bahan tambahan yang dilarang. Produsen juga tidak mengetahui bahwa hal
tersebut tidak sesuai dengan peraturan. Disisi lain produsen juga tidak memahami tentang
BTP,baik mengenai sifat-sifat dan cara pengunaan BTP. Namun, tidak tertutup
kemungkinan adanya produsen pangan yang tidak peduli tentang bahaya penggunaan
bahan tambahan yang dilarang untuk pangan. .
Penyimpangan atau pelanggaran mengenai penggunaan Bahan Tambahan yang
dilarang, yang sering dilakukan oleh produsen pangan, yaitu penggunaan pewarna tekstil
pada pangan atau pengawet mayat pada pangan. . pelanggaran lain yang dilakukan oleh
produsen pangan yaitu, penggunaan BTP yang melebihi batas maksimum yang ditetapkan.
Kedua pelanggaran ini menimbulkan resiko ganguan kesehatan. Oleh karena itu produsen
pangan perlu mengetahui mengenai sifat-sifat,cara penggunaan BTP, serta peraturan-
peraturan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah mengenai penggunaan BTP.
PERATURAN TENTANG
PENGGUNAAN BTP
Pangan secara langsung dapat memberikan pengaruh terhadap kesehatan manusia, baik
pengaruh yang menguntungkan maupun yang merugikan. Oleh karena itu pangan yang
diproduksi dan diedarkan di masyarakat harus memenuhi persyaratan keamanan pangan.
Hal ini dimaksudkan untuk melindungi konsumendari resiko ganguang kesehatan akibat
konsumi pangan yang tidak memenuhi persyaratan keamanan pangan.
3. Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2004 Tentang Keamanan dan Mutu Gizi
Pangan
Setiap orang yang memproduksi pangan untuk diedarkan dilarang menggunakan
bahan apapun yang dinyatakan terlarang sebagai BTP.
Setiap orang yang memproduksi pangan untuk diedarkan dengan menggunakan
BTP wajib menggunakan BTP yang diizinkan.
Jika bahan yang digunakan sebagai BTP belum diketahui dampaknya bagi
kesehatan wajib diperiksa keamanannya terlebih dahulu dan dapat digunakan dalam
proses produksi pangan untuk diedarkan setelah memperoleh persetujuan Kepala
Badan POM.
- Pada permenkes ini juga diatur bahan tambahan yang dilarang digunakan
sebagai BTP yaitu :
Asam borat dan senyawaya (Boric acid)
Rumus kimia boraks adalah (Na2B4O7·10H2O).Boraks (pijer, bleng)
bersifat sebagai anti jamur, bahan pengawet kayu, dan untuk bahan
antiseptik padasediaan obat luar. Boraks juga umum digunakan untuk
mematri logam, pembuatan gelas, enamel, dan pembasmi kecoa.
Asam salisilat dan garamnya (salicylic acid and it salt)
Asam salisilat (asetosal atau aspirin) dilarang digunakan sebagai bahan
pengawet makanan di Indonesia. Pasalnya, asam salisilat memiliki iritasi
kuat ketika terhirup atau tertelan. Bahkan ketika ditambah air, asam
salisilat tetap memberikan gangguan kesehatan pada tubuh karena dapat
menyebabkan nyeri, mual, dan muntah jika tertelan.
Dietilpirokarbonat (Diethylpycarbonate, DEPC)
ermasuk di dalam bahan kimia karsinogenik mengandung unsur kimia
C6H10O5 adalah bahan kimia sintetis yang tidak ditemukan dalam
produk-produk alami dan digunakan sebagai pencegah peragian pada
minuman yang mengandung alkohol maupun minuman yang tidak
beralkohol. DEP sering digunakan untuk susu dan produk susu, bir, jus
jeruk dan minuman buah-buahan lain sehingga minuman ini dapat
bertahan lama. DEP apabila masuk ke dalam tubuh dan terakumulasi
dalam jangka panjang, dapat memicu timbulnya kanker.
Dulsin (dulcin)
Dulsin adalah zat pemanis yang mempunyai tingkat kemanisan 250 kali
lebih manis dari gula. Dulsin bersifat karsinogenik atau menyebabkan
penyakit kanker.
Formalin (Formaldehyde)
Formalin (Formol, Morbicid,Methanal) banyak disalah gunakan untuk
mengawetkan pangan seperti tahu dan mie basah. Formalin
sebenarnya merupakan bahan untuk mengawetkan mayat dan organ
tubuh dan sangat berbahaya bagi kesehatan. Formalin dalam takaran
rendah/jumlah sedikit dapat menyebabkan luka pada lambung, alergi dan
penyebab kanker, sedangkan pada takaran tinggi dapat menyebabkan
kencing darah, kejang-kejang, tidak bisa kencing, muntah-muntah hingga
bisa menyebabkan kematian.
PENGGOLONGAN BTP
Penggolongan BTP sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. 033 tahun 2013 tentang Bahan Tambahan Pangan dan penjabarannya untuk
masing-masing golongan sesuai dengan Peraturan Kepala Badan POM tentang Batas
Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan. Adapun penggolongan BTP
tersebut, yaitu :
1) BTP Pewarna
Penambahan BTP pewarna pada pangan dilakukan untuk beberapa tujuan, yaitu :
a) Memberi kesan menarik bagi konsumen
b) Menyeragamkan warna pangan
c) Menstabilkan warna
d) Memperbaiki warna selama proses pengolahan
e) Mengatasi perubahan warna selama penyimpanan
Penggunaan BTP pewarna yang aman pada pangan telah diatur melalui Peraturan
Kepala Badan POM RI No. 37 Tahun 2013, tentang Batas Maksimum Penggunaan
Bahan Tambahan Pewarna.
Jenis BTP Pewarna : BTP pewarna terdiri dari pewarna alami dan. sintetis
a. Pewarna Alami (Natural food colour) adalah Pewarna yang dibuat melalui proses
ekstraksi, isolasi, atau derivatisasi (sintesis parsial) dari tumbuhan, hewan, mineral
atau sumber alami lain, termasuk Pewarna identik alami.
No Pewarna alami Deskripsi Batas Maksimum (mg/kg)
1 Karamel I Plain Pewarna alami Produk bakeri : CPPB*
(Caramel I-plain) berwarna c oklat Es untuk dimakan termasuk
sherbet dan sorbet : CPPB*
Buah olahan : CPPB*
Kecap Kedelai : CPPB*
Sayur, rumput laut, kacang,
dan biji-bijian kering : CPPB*
Tepung bumbu : CPPB*
Kembang gula/ permen
cokelat : CPPB*
2 Beta Karoten (CI. No Pewarna alami Es untuk dimakan termasuk
75130) berwarna merah- sherbet dan sorbet : 1000
oranye mg/kg
Produk bakeri : CPPB*
Jam, jeli, marmalad : 1000
mg/kg
Buah fermentasi : 200 mg/kg
Kembang gula, permen : 500
mg/kg
3 Klorofil (CI. No Pewarna alami Es untuk dimakan termasuk
75810) berwarna hijau sherbet dan sorbet : 30
mg/kg
Buah olahan : 30 mg/kg
b. Pewarna Sintetis (Synthetic food colour) adalah Pewarna yang diperoleh secara
sintesis kimiawi.
2) BTP Pemanis
Penambahan BTP pemanis pada pangan dilakukan untuk beberapa tujuan, yaitu
1. Membantu mempertajam penerimaan terhadap rasa manis
2. Mengurangi konsumsi kalori, khususnya bagi orang yang sedang menjalani diet dan
penderita diabetes.
Penggunaan BTP pewarna yang aman pada pangan telah diatur melalui Peraturan
Kepala Badan POM RI No. 4 Tahun 2014, tentang Batas Maksimum Penggunaan
Bahan Tambahan Pemanis.
Pemanis terdiri dari :
a. Pemanis alami (Natural sweetener) adalah pemanis yang dapat ditemukan dalam
bahan alam meskipun prosesnya secara sintetik ataupun fermentasi.
No BTP Pemanis Alami Batas Maksimum (mg/kg)
b. Pemanis buatan (Artificial sweetener) adalah pemanis yang diproses secara kimiawi,
dan senyawa tersebut tidak terdapat di alam.
Gambar 3. Daun stevia sebagai sumber pemanis alami yaitu Glikosida Steviol (Sumber :
www.indodiabetes.com)
1 Benzoat (dalam bentuk asam Produk buah untuk isi pastry : 500 mg/kg
atau garam kalium atau Sari buah : 600 mg/kg
natrium benzoat)
2 Propionat (dalam bentuk Bahan pengawet untuk roti : 2 g/kg
asam atau garam kalium atau
natrium propionat)
3 Sorbat (dalam bentuk garam Es untuk dimakan, termasuk sherbet dan
kalium atau kalium sorbat) sorbet : 500 mg/kg
Produk buah untuk isi pastry : 1000 mg/kg
4 Sulfit (dalam bentuk garam Tepung dan pati : 70 mg/kg
kalium atau natrium bisulfit Pasta dan mi pra masak serta produk
atau metabisulfit) sejenis : 20 mg/kg
Masih banyak contoh BTP pengawet yang dapat dilihat pada Peraturan Kepala Badan
POM RI tentang BTP pengawet.
Penggunaan BTP Penguat Rasa yang aman pada pangan telah diatur melalui Peraturan
Kepala Badan POM RI No. 23 Tahun 2013. Berikut adalah beberapa jenis penguat rasa
yang digunakan dalam pangan:
BTP ini biasanya digunakan untuk produk-produk yang harus didaftarakan ke Badan
POM RI dengan nomor BPOM RI MD (produk pangan dalam negeri) dan BPOM RI ML
(produk pangan luar negeri). Berikut adalah beberapa jenis pengemulsi yang
digunakan dalam pangan.
6) BTP Pengemulsi
Penggunaan BTP Pengemulsi yang aman pada pangan telah diatur melalui Peraturan
Kepala Badan POM RI No. 20 Tahun 2013. Berikut adalah beberapa jenis pengemulsi
yang diizinkan penggunaanya dalam pangan.
Penambahan BTP penstabil pada pangan dilakukan untuk beberapa tujuan, yaitu:
1. Menstabilkan sistem dispersi yang homogen pada pangan
2. Menambah tekstur kompak pada produk
Penggunaan BTP Penstabil yang aman pada pangan telah diatur melalui Peraturan
Kepala Badan POM RI No. 24 Tahun 2013. Berikut adalah beberapa jenis BTP
Penstabil yang digunakan dalam pangan.
Penambahan BTP pretensi warna pada pangan dilakukan untuk beberapa tujuan,
yaitu:
1. Untuk mempertahankan kualitas warna
2. Untuk menstabilkan atau memperkuat instesitas warna pangan tanpa menimbulkan
rasa dan bau yang berpengaruh terhadap pangan
Penggunaan BTP Pretensi warna yang aman pada pangan telah diatur melalui
Peraturan Kepala Badan POM RI No. 21 Tahun 2013. Berikut adalah beberapa jenis
pretensi warna yang digunakan dalam pangan.
Penambahan BTP Antibuih pada pangan dilakukan untuk beberapa tujuan, yaitu:
1. Mencegah pembentukan buih
2. Mengurangi pembentukan buih
Penggunaan BTP Antibuih yang aman pada pangan telah diatur melalui Peraturan
Kepala Badan POM RI No. 13 Tahun 2013. Berikut adalah beberapa jenis antibuih
yang digunakan dalam pangan.
Penggunaan BTP Antioksidan yang aman pada pangan telah diatur melalui Peraturan
Kepala Badan POM RI No. 38 Tahun 2013. Berikut adalah beberapa jenis antioksidan
yang digunakan dalam pangan.
Penggunaan BTP Pengkarbonasi yang aman pada pangan telah diatur melalui
Peraturan Kepala Badan POM RI No. 4 Tahun 2013. Berikut adalah beberapa jenis
Pengkarbonasi yang digunakan dalam pangan.
Penggunaan BTP Gas untuk Kemasan yang aman pada pangan telah diatur melalui
Peraturan Kepala Badan POM RI No. 13 Tahun 2013.
Berikut adalah beberapa jenis BTP Gas untuk Kemasan yang digunakan dalam
pangan.
Penggunaan BTP Humektan yang aman pada pangan telah diatur melalui Peraturan
Kepala Badan POM RI No. 5 Tahun 2013. Berikut adalah beberapa jenis humektan
yang digunakan dalam pangan.
No Humektan Penggunaan
Penambahan BTP Pelapis (Glazing Agent) pada pangan dilakukan untuk tujuan, yaitu :
1. Melapisi permukaan pangan
2. Memberikan efek mengkilap pada pangan
3. Melindungi produk pangan dari
Penggunaan BTP Pelapis yang aman pada pangan telah diatur melalui Peraturan
Kepala Badan POM RI No. 12 Tahun 2013. Berikut adalah beberapa jenis pelapis yang
digunakan dalam pangan.
Masih banyak contoh BTP Pelapis yang dapat dilihat pada Peraturan Kepala Badan POM
RI tentang BTP Pelapis.
Penggunaan BTP Pembawa yang aman pada pangan telah diatur melalui Peraturan
Kepala Badan POM RI No. 6 Tahun 2013. Berikut adalah beberapa jenis Pembawa
yang digunakan dalam pangan.
Penggunaan BTP Pembentuk gel yang aman pada pangan telah diatur melalui
Peraturan Kepala BPOM No 19 tahun 2013. Berikut adalah beberapa jenis
Pembentuk gel (Gelling agent) yang diizinkan penggunaanya dalam pangan.
Penggunaan BTP Pengatur Keasaman yang aman pada pangan telah diatur melalui
Peraturan Kepala BPOM No 8 tahun 2013. Berikut adalah beberapa jenis BTP
pengatur keasamanan yang digunakan dalam pangan :
No Pengental Penggunaan
27) Sekuestran
Penambahan BTP Sekuestran pada pangan dilakukan untuk tujuan, yaitu:
1. Mengikat ion logam polivalen untuk membentuk kompleks sehingga
meningkatkan stabilitas dan kualitas pangan
2. Memantapkan wama dan tekstur pangan, atau mencegah perubahan wama
pangan.
Penggunaan BTP Sekuestran yang aman pada pangan telah diatur melalui Peraturan
Kepala BPOM No 18 tahun 2013. Beberapa bahan sekuestran yang digunakan pada
pangan diantaranya:
Keterangan : Batas Maksimum Cara Produksi Pangan yang Baik (CPPB*) atau Good
Manufacturing Practice, selanjutnya disebut Batas Maksimum CPPB*, adalah jumlah BTP
yang diizinkan terdapat pada pangan dalam jumlah secukupnya yang diperlukan untuk
menghasilkan efek yang diinginkan.
5
PENUTUP
BTPadalah bahan atau campuran bahan yang secara alami bukan merupakan bagian dari
bahan baku pangan, tetapi ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau
bentuk pangan.Produsen dan konsumen perlu mengetahui dengan baik jenis BTP yang
diijinkan dan dosis penggunaannya, sehingga dapat terhindar dari bahaya yang
mengancam kesehatan. Peraturan pelabelan khususnya mengenai pelabelan BTP perlu
untuk terus disosialisasikan agar dapat diimplementasikan oleh produsen BTP dengan baik
dan benar.
SOAL-SOAL
1. Saat ini berbagai kondisi menuntut penggunaan bahan tambahan pangan untuk
berbagai tujuan. Urgensi penggunaan Bahan Tambahan Makanan tersebut
diantaranya adalah, kecuali
a. Umur simpan bahan pangan dikehendaki tahan lama
b. Penghematan biaya produksi dalam industri pangan
c. Tuntutan kualitas yang meliputi rasa, aroma, warna, tekstur
d. Agar produk pangan yang dihasilkan memiliki energi dan nilai gizi yang tinggi
6. Untuk pemilihan jenis emulsifier berdasarkan hidrofil lipofil balance (HLB), maka
untuk mengemulsikan bahan-bahan emulsi air dalam minyak (w/o) seperti mentega
dan margarin sebaiknya digunakanlah emulsifier...
a. Berupa campuran yang memiliki nilai HLB yang tinggi dan rendah
b. Memiliki nilai HLB yang sedang atau moderat
Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan,Deputi III--BPOM
29
c. Memiliki nilai HLB yang tinggi (> 15)
d. Memiliki nilai HLB yang rendah (< 10)
8. Bahan pemutih dan pematang tepung dapat meningkatkan kualitas tepung terigu
yaitu dalam hal..
a. warna menjadi lebih putih dan adonan lebih mengembang
b. warna menjadi putih dan adonan menjadi rekas dan kaku
c. warna menjadi cerah dan roti yang dihasilkan gurih
d. tepung terigu menjadi kuning akibat adanya beta karoten dan adonan menjadi
elastis
9. Bahan anti kempal sebelum digunakan harus disiapkan khusus untuk memperoleh
bentuk yang dapat menyerap air, yang dapat dilakukan dengan cara...
a. Merendam dalam larutan eter atau heksana supaya menjadi non polar
b. Mereaksikan dengan garam-garam karbonat
c. Pengovenan agar anti kempal menjadi anhidrat
d. Pendinginan sampai mencapai titik bekunya