Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 16

LAPORAN PENDAHULUAN HERNIA PADA ANAK

A. PENGERTIAN
Dalam pengertian ini ada beberapa pendapat antara lain :
1. Hernia adalah penonjolan abnormal dan jaringan atau organ intra abdominal sebagian
atau seluruhnya melalui lubang atau defek dinding abdoman (lab/UPF Ilmu Bedah
RSUD Dr. Soetomo, 1994 : 83)
2. Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dari tempatnya yang
normal melalui defek kongenital atau yang didapat (Long Barbara C, 1996 : 246)
3. Hernia adalah suatu keadaan menonjolnya isi usus suatu rongga melalui lubang
(Oswari, 2000 : 216).
4. Hernia inguinalis adalah hernia isi perut yang tampak di daerah sela paha (regio
inguinalis). (Oswari, 2000 : 216)

B. ETIOLOGI
Hernia dapat terjadi karena ada sebagian dinding rongga lemah. Lemahnya
dinding ini mungkin merupakan cacat bawaan atau keadaan yang didapat sesudah lahir,
contoh hernia bawaan adalah hernia omphalokel yang terjadi karena sewaktu bayi lahir
tali pusatnya tidak segera berobliterasi (menutup) dan masih terbuka.
Demikian pula hernia diafragmatika. Hernia dapat diawasi pada anggota keluarga
misalnya bila ayah menderita hernia bawaan, sering terjadi pula pada anaknya. Pada
manusia umur lanjut jaringan penyangga makin melemah, manusia umur lanjut lebih
cenderung menderita hernia inguinal direkta. Pekerjaan angkat berat yang dilakukan
dalam jangka lama juga dapat melemahkan dinding perut (Oswari. 2000 : 217).
Menurut Sabston David C. 1994 : 229 peningkatan tekanan intra abdomen akibat
dari berbagai sebab antara lain :
a) Pengejanan mendadak (pada waktu buang air besar)
b) Gerakan badan yang terlalu aktif
c) Obesitas
d) Batuk menahun
e) Asites
f) Kehamilan dan adanya abdomen yang besar

C. KLASIFIKASI HERNIA
Menurut Sabiston, 1994 : 229 dan Long Barbara C, 1996 : 46)
1. Menurut lokasinya dibagi menjadi :
a) Hernia inguinalis yaitu suatu penonjolan bisa lateralis atau medialis. Pada
lateralis anatominya regio menggambarkan 9 lapisan aspek antero alteral
dinding abdomen, sedang medial anatominya terletak medial terhadap
pembuluh-pembuluh darah epigrastika provunda.
b) Hernia umbikalis yaitu suatu cacat konginetal atau akuisitas pada bayi dan
anak kecil. Pada umbikalis anak kecil cenderung menutup secara spontan
dalam dua tahun pertama.
c) Hernia femoralis yaitu merupakan tingginya, maka seharusnya dioperasi bila
kondisi pasien memungkinkan agar kantong hernia secara lengkap di ekuisi
cukup tinggi supaya putung kantong terektrasi baik diatas ligamentum
inguinale.
2. Menurut isinya, terbagi atas :
a) Hernia usus halus yaitu suatu penonjolan baik lateral maupun medial dimana
organ yang turun berupa usus halus atau kolon.
b) Hernia omentum yaitu suatu penonjolan baik alteral atau medial dimana organ
yang turun berupa omentum.
3. Menurut terlihat atau tidaknya, terbagi atas :
a) Hernia interna yaitu hernia yang tidak terlihat, tetapi terjadi lubang alami.
Contoh : Hernia diafrakmatika, hernia di fomen Winslow, incaserasi
dirasakan sebagai ilius, hernia diliganentum treuz dan hernia di foramen
obduratria.
b) Hernia eksterna yaitu penonjolan yang terlihat dari luar yang terus
membesar disebabkan karena batuk kronis.
Contoh : Hernia inguinalis lateralis, hernia femoralis, hernia umbilicalis,
hernia epigastricalis dan hernia prienalis.
4. Menurut kausanya, terbagi atas :
a) Hernia konginetal yaitu hernia yang disebabkan oleh kegagalan penutupan
prosesus vaginalis (kantong hernia) sewaktu turun kedalam skortum.
b) Hernia traumatic yaitu hernia yang tidak mutlak diperlukan pembedahan dan
bila diperlukan pembedahan terjadi trauma misal : pada hernia umbikalis.
c) Hernia incisional yaitu hernia dimana timbul karena terjadi setelah diinsisi
dan biasanya terjadi karena kurang kuatnya organ yang telah diinsisi.
5. Menurut keadaannya, terbagi atas :
a) Hernia reponibilis yaitu suatu hernia yang dapat keluar masuk cavum
abdomen.
b) Hernia irreponibilis yaitu suatu hernia yang tidak dapat masu cavum
abdomen, tetapi tetap di kantongnya.
c) Hernia incarserata yaitu hernia yang tidak dapat direposisi ke dalam
kavitas abdominalis.
d) Hernia stragulasta yaitu berawalan dari hernia incarserata karena
pembengkakan progresif isi incarserata bisa timbul sebagai hasil obstruksi
vena dan pembuluh limfe di leher kantong.
6. Beberapa hernia lainnya :
a) Hernia pantolen yaitu hernia inguinalis dan hernia femoralis yang terjadi
pada suatu sisi dan dibatasi oleh vaso epigastrika inferior.
b) Hernia scrotalis adalah hernia inguinalis yang isinya masuk scotum secara
lengkap.
c) Hernia littre yaitu hernia yang isinya diverticulum meckeli.
Dari jenis hernia yang paling umum di derita oleh anak. Hernia yang
sering menyerang pada anak yakni hernia inguinalis dan hernia umbilikalis.

D. TANDA DAN GEJALA


- Benjolan di lipatan paha.
Biasanya akan timbul bila berdiri, batuk, bersin, mengejan atau mengangkat
barang-barang berat. Benjolan itu akan hilang bila penderita berbaring. Tidak ada
keluhan nyeri. Nyeri akan terasa bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia yang
mengakibatkan pembuluh darah disekitarnya terjepit. Pada anak-anak, terjepitnya isi
hernia lebih sering terjadi pada usia kurang dari 2 tahun.

- Anak menangis dan gelisah


Si kecil akan mudah menangis dan terus menerus terlihat gelisah. Benjolan di
lipatan paha tersebut juga akan terlihat hilang timbul ketika si kecil menangis.
- Terasa nyeri
Bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia, maka akan terasa nyeri. Apalagi
bila akhirnya terjadi infeksi, penderita akan merasakan nyeri yang hebat, dan infeksi
tersebut akhirnya menjalar kemana-mana serta meracuni seluruh tubuh. Jika sudah
terjadi keadaan seperti ini, maka disebut gawat darurat yang harus segera ditangani,
karena dapat mengancam nyawa penderita.

E. PATOFISIOLOGI
Menurut Lab/UPF Ilmu Bedah RSUD Dr. Soetomo, 1994 : 83 dan Long Barbara
C, 1996 : 246 faktor penunjang yang menyebabkan terjadinya hernia inguinalis lateralis
adalah :
a) Faktor bawaan (faktor interna)
Terdapat hubungan antara cavum abdomen dengan scrotum (timbulnya
lubang alami) disebabkan canalis inguinalis terbuka terus karena proses
vaginalis tidak berobliterasi.
b) Faktor didapat (faktor eksterna)
Fasia abdomen terkoyak akibat mengejan, batuk kronis, mengangkat
barang berat, menangis terus pada anak kecil.

Hernia yang disebabkan oleh faktor bawaan akan timbul hernia inguinalis
kongiteral, sedangkan yang menyebabkan tekanan intra abdomen meningkat, yang dapat
menyebabkan vasia abdomen terkoyak akan menyebabkan hernia inguinalis lateralis
akuistika.
Hernia inguinalis lateralis konginetal dan skuistika bila hernianya dapat keluar
dari anulus internus melalui canalis inguinalis dan masuk ke dalam scrotum disebut
hernia inguinalis completa (hernia scrotalis) sedangkan bila benjolan hanya sampai pada
anulus interna disebut hernia inguinalis lateralis incopleta.
Hernia scotalis dapat bersifat reponibilis (hernia dapat keluar masuk caviun
abdomen) clan bersifat peponibilis (hernia tidak dapat masuk kembali ke dalam cavum
abdomen tetapi berada di kantongnya).
Penekanan pada hernia ring (anulus anternus) dapat menimbulkan beberapa akibat
antara lain :
1. Akibat lokal
a) Oedema karena saluran limphe terbendung.
b) Pada suatu saat tekanan daerah oedema sama dengan tekanan arteri sehingga
arteri terbendung akibatnya suplei darah berhenti sehingga timbul nekrosis dari
usus yang terjepit tadi.
c) Kemudian terjadi infeksi serta timbul abses yang berakibat fatal bagi klien.
2. Akibat umum
a) Pasien tidak dapat minum dan muntah sehingga klien kekurangan cairan dan
elektrolit.
b) Selain muntah dan sekresi dari usus yang melebar sehingga memebratkan
dehidrasi yang sudah terjadi.
c) Terjaid absorbsi bahan-bahan toksit dari usus ke dalam tubuh.
d) Terjadi ischema pada usus yang akhirnya timbul paralise.
F. PATHWAY

G. MANIFESTASI KLINIS
1) Tampak benjolan di lipat paha.
2) Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan sakit di tempat itu disertai perasaan
mual.
3) Bila terjadi hernia inguinalis stragulata perasaan sakit akan bertambah hebat serta
kulit di atasnya menjadi merah dan panas.
4) Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga
menimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai hematuria (kencing darah)
disamping benjolan di bawah sela paha.
5) Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit di daerah perut disertai sasak
nafas.
6) Bila pasien mengejan atas batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar.
(Oswari, 2000 : 218)
H. PENATALAKSANAAN
a. Dengan resposisi secara manual.
b. Dengan memakai sabuk hernia untuk penderita yang tidak memerlukan tindakan
bedah.
c. Herniografi (bedah perbaikan hernia) Adalah di seksi dari kantung hernia dan di
kembalikan pada susunan semua pada cavum abdomen.
d. Hernioplash adalah perbaikan pada jaringan yang lemah sehingga menguatkan
dengan kawat jalinan baju / tascia.
e. Pemberian analgesik pada hernia yang menyebabkan nyeri.

I. KOMPLIKASI
1. Terjadi perlengketan antara isi hernia dan dinding kantung hernia sehingga isi
hernia tidak dapat di masukkan kembali.
2. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat banyak unsur yang masuk.

J. PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN


1. Operasi
Sebelum anak mencapai usia satu tahun, biasanya belum dilakukan tindakan
operasi. Diharapkan, lubang yang berupa saluran itu akan menutup sendiri
mengikuti pertumbuhannya. Namun, jika setelah berusia satu tahun, lubang masih
terbuka, dokter akan menganjurkan operasi. Tindakan ini ditujukan untuk menutup
lubang. Bila dibiarkan begitu saja, maka lubang tersebut dapat bertambah besar.
Ketika anak mulai berjalan dan beraktivitas, lubang tadi dapat terus membesar
akibat dorongan terus-menerus. Akibatnya, tidak hanya cairan yang keluar, usus
pun dapat keluar, sehingga berlanjut menjadi hernia.
2. Menggunakan Korset/penyangga
Tidak semua hernia harus dioperasi. Bila masih dapat dimasukkan
kembali, maka tindakan yang bisa dilakukan adalah menggunakan penyangga/
penunjang/ korset untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Pada
anak-anak atau bayi, reposisi spontan dapat terjadi karena cincin hernia pada anak
lebih elastis. Bila sudah tidak dapat direposisi, maka satu-satunya tindakan yang
harus dilakukan adalah dengan operasi.
3. Hindari hal-hal yang memicu tekanan di dalam rongga perut
Untuk mencegah terjadinya kekambuhan, hindarkan anak dari hal-hal yang
memicu tekanan di dalam rongga perut, misalnya batuk dan bersin yang kuat,
konstipasi (sembelit), mengejan, serta mengangkat barang berat. Usahakan anak
tidak mengejan kuat ketika buang air kecil atau besar. Jelaskan pada anak mengenai
risiko batuk dan mengejan. Anda pun bisa menggunakan kondisi ini sebagai alasan
agar anak menghindar terlalu banyak permen (menghindari batuk), makan banyak
buah agar buang air besarnya mudah.

K. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
a. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/ obstruksi usus.
b. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi
(peningkatan hemotokrit), peningkatan sel darah putih dan ketidak seimbangan
elektrolit.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
DENGAN HERNIA

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien :
Hernia bisa terjadi pada anak, dewasa yang melakukan aktifitas berlebihan ,
melakukan pengangkatan benda berat, yang terjadi pada anak usia 2-5 tahun.
2. Keluhan utama :
Nyeri dan ada benjolan di inguinal.
3. Riwayat penyakit sekarang :
Klien mengeluh nyeri, ada benjolan ,mual muntah.
4. Riwayat penyakit sebelumnya :
Wawancara di tunjukan untuk mengetahui penyakit yang di derita klien.
5. Riwayat psiko,sosio, dan spiritual :
Klien masih berhubungan dengan temannya dan bermain seperti biasanya, klien
masih dapat berkomunikasi dengan orang tuanya. Bagaimana dukungan keluarga
dalam keperawatan agar membantu dalam proses penyembuhan.
6. Riwayat tumbuh kembang :
a) Prenatal : Ditanyakan apakah ibu menderita infeksi atau penyakit kronik lain.
b) Antenatal : Ditanyakan Siapa penolong persalinan karena data ini akan membantu
membedakan persalinan yang bersih / higienis atau tidak. Alat pemotong tali
pusat, tempat persalinan.
c) Postnatal : Ditanyakan apakah setelah lahir langsung diberikan imunisasi apa
tidak.
d) Riwayat imunisasi
Tanyakan pada keluarga apakah anak mendapat imunisasi lengkap.
Usia <7 hari anak mendapat imunisasi hepatitis B
Usia 1 bulan anak mendapat imunisasi BCG dan Polio I
Usia 2 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB I dan Polio 2
Usia 3 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB II dan Polio 3
Usia 4 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB III dan Polio 4
Usia 9 bulan anak mendapat imunisasi campak

7. ADL (Activity Daily Living)


- Nutrisi
Klien mengalami mual muntah.
- Aktivitas/istirahat
Gejala :
Sebelum MRS:
 Pasien sering melakukan aktivitas yang berlebihan, sering melompat,
ataupun terjatuh dari ketinggian.
Sesudah MRS:
 Membutuhkan papan/matras yang keras saat tidur.
 Penurunan rentang gerak dan ekstremitas pada salah satu bagian
tubuh.
 Tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan.
Tanda :
 Atrofi otot pada bagian tubuh yang terkena.
 Gangguan dalam berjalan.

- Eliminasi.
Gejala :
 Konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi
 Adanya retensi urine.
- Istirahat tidur.
Penurunan kualitas tidur.
- Personal Higiane
Penurunan kebersihan diri , ketergantungan.
- Integritas Ego
Gejala : ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas, masalah pekerjaan
finansial keluarga
Tanda : tampak cemas, depresi, menghindar dari keluarga/orang terdekat
- Kenyamanan
Gejala : nyeri seperti tertusuk pisau, yang akan semakin memburuk
dengan adanya batuk, bersin, defekasi, nyeri yang tidak ada hentinya, nyeri
yang menjalar ke kaki, bokong, bahu/lengan, kaku pada leher.(Doenges, 1999
: 320-321)
8. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Lemah.
TTV = TD : Normal / hipertensi (n: 120/80 mmHg).
Suhu : Hipotermi (n: 36 o C- 37 o C).
Nadi : Tachicardi (n: 80-120 x/mnt.
RR : Normal / meningkat (n: 30-60 x/mnt).
a) Kepala dan leher
Inspeksi : Ekspansi wajah menyeringai, merintih, menahan sakit
Rambut : Lurus/keriting, distribusi merata/tidak, warna, Ketombe, kerontokan
Mata : Simetris / tidak, pupil isokhor, skelara merah muda, konjunctiva tdk
anemis
Hidung : Terdapat mukus / tidak, pernafasan cuping hidung
Telinga : Simetris, terdapat mukus / tidak,
Bibir : Lembab,tidak ada stomatitis.
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan limfe pada leher.
b) Dada :
Inspeksi : Simetris,tidak terdapat tarikan otot bantu pernafasan
Palpasi : Denyutan jantung teraba cepat, badan terasa panas, nyeri tekan(-)
Perkusi : Jantung : Dullness
Auskultasi : Suara nafas normal.
c) Abdomen
Inspeksi : terdapat benjolan ingunalis
Palpasi : Teraba massa, terdapat nyeri tekan pada daerah - - -
inguinalis - + -
Perkusi : dullnes + + +
Auskultasi : Terdengar bising usus.(n= <5 per menit)
d) Ekstremitas
+ +
Atas : simetris, tidak ada odem
+ +
Bawah : simetris, tidak ada odem
e) Pemeriksaan penunjang :
a. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/
obstruksi usus.
b. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan
hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit), peningkatan sel darah putih dan
ketidak seimbangan elektrolit.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Mobilitas fisik berhubungan dengan paralise.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah.
3. Nyeri berhubungan dengan terputusnya integritas jaringan.
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
1. Mobilitas fisik berhubungan dengan paralise.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan
mobilitas pasien membaik atau sembuh.
Kriteria hasil :
K : Pasien dapat melakukan aktifitas dengan baik.
A : Mendemonstrasikan teknik/perilaku yang mungkin.
P : Mengungkapkan pemahaman tentang situasi/faktor resiko dan aturan
pengobatan individual.
P : Mempertahankan/meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang sakit
dan kompensasi, klien bisa melakukan aktifitas tanpa bantuan, bisa melakukan
perawatan diri, kekuatan otot:
Intervensi :
1. Catat respon-respon emosi/perilaku pada imobilisasi.
2. Berikan tindakan pengamanan sesuai indikasi dengan situasi yang spesifik.
3. Berikan/bantu pasien untuk melakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif.
4. Bantu pasien dalam melakukan aktivitas ambulasi progresif.
5. Anjurkan pasien untuk melatih kaki bagian bawah/lutut.
6. Berikan obat untuk menghilangkan nyeri kira-kira 30 menit sebelum
memindahkan/melakukan ambulasi pasien.
Rasional :
1. Imobilisasi yang dipaksakan dapat memperbesar kegelisahan, peka
rangsang.
2. Tergantung pada bagian tubuh yang terkena/jenis prosedur, aktivitas yang
kurang berhati-hati akan meningkatkan kerusakan spinal.
3. Memperkuat otot abdomen dan fleksor tulang belakang, memperbaiki
mekanika tubuh.
4. Keterbatasan aktivitas bergantung pada kondisi yang khusus tetapi
biasanya berkembang dengan lambat sesuai toleransi.
5. Stimulasi sirkulasi vena/arus balik vena menurunkan keadaan vena yang
statis dan kemungkinan terbentuknya trombus.
Antisipasi terhadap nyeri dapat meningkatkan ketegangan otot. Obat dapat
merelaksasikan pasien, meningkatkan rasa nyaman dan kerjasama pasien selama
melakukan aktivitas.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan
nutrisi pasien terpenuhi.
Kriteria hasil :
K : Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan lengkap.
A : Mendemonstrasikan pemeliharaan/kemajuan peningkatan berat badan
sesuai tujuan.
P : Menyatakan kondisi tubuh membaik.
P : Tidak mengalami tanda-tanda malnutrisi, dengan nilai laboratorium dalam
rentang normal, berat badan meningkat, albumin (n:11.000-16.000gr/dl), turgor
kulit (n:<2 detik).
Intervensi :
1. Kaji kemampuan pasien untuk mengunyah, menelan, batuk, dan
mengatasi sekresi.
2. Timbang berat badan sesuai indikasi.
3. Jaga keamanan saat memberikan makan pada pasien.
4. Berikan makan dalam jumlah kecil dan dalam waktu yang sering dengan
teratur.
5. Tingkatkan kenyamanan, lingkungan yang santai termasuk sosialisasi
saat makan. Anjurkan orang terdekat untuk membawa makanan yang disukai
pasien.
6. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian nutrisi terhadap pasien.
Rasional :
1. Faktor ini menentukan pemilihan terhadap jenis makanan sehingga
pasien harus terlindung dari aspirasi.
2. Mengevaluasi keefektifan atau kebutuhan mengubah pemberian nutrisi.
3. Menurunkan resiko regurgitasi dan terjadinya aspirasi.
4. Meningkatkan proses pencernaan dan toleransi pasien terhadap nutisi
yang diberikan dan dapat meningkatkan kerjasama pasien saat makan.
5. Meskipun proses pemulihan pasien memerlukan bantuan makan dan
menggunakan alat bantu, sosialisasi waktu makan dengan orang terdekat atau
teman dapat meningkatkan pemasukan dan menormalkan fungsi makan.
6. Merupakan sumber yang efektif untuk mengidentifikasi kebutuhan
kalori/nutrisi tergantung pada usia, berat badan, ukuran tubuh, keadaan
penyakit sekarang.
3. Nyeri berhubungan dengan terputusnya intergitas jaringan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan
nyeri berkurang atau hilang.
Kriteria Hasil :
K : Dapat mengetahui tentang penyebab nyeri.
A : Berpartisipasi dalam aktivitas/perilaku mengurangi nyeri.
P : Menyatakan nyeri hilang/ terkontrol.
P : Nyeri berkurang skala 1-2, menunjukkan dengan menurunnya ketegangan
dan rileks, TTV (n:160/80 mmHg),
Intervensi :
1. Identifikasi karakteristik, lokasi, lama nyeri (dengan skala 0-10).
2. Anjurkan klien istirahat ditempat tidur.
3. Atur posisi pasien senyaman mungkin.
4. Ajarkan teknik relaksasi dan napas dalam.
5. Kolaborasi untuk pemberian analgetik.
Rasional :
1. Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor yang berhubungan penting
untuk memilih intervensi yang efektif.
2. Istirahat untuk mengurangi intesitas nyeri.
3. Posisi yang tepat mengurangi penekanan dan mencegah ketegangan otot
serta mengurangi nyeri.
4. Relaksasi mengurangi ketegangan dan membuat perasaan lebih nyaman.
5. Analgetik berguna untuk mengurangi nyeri sehingga pasien menjadi
lebih nyaman.
DAFTAR PUSTAKA

- Barbara Engran (1999) , Rencana Asuhan Kepera3watan Medical Bedah Volum 1 , EGC,
Jakarta.
- Doengoes ME (2000), Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3, EGC , Jakarta.
- Ester, M., 2001, Keperawatan Medikal Bedah, EGC. Jakarta.
- http://zaa23.wordpress.com/2009/05/13/hernia-inguinalis-pada-anak/
- http://adydech.blogspot.com/2010/12/asuhan-keperawatan-anak-pada-pasien.html
- Long, B.C. 1999, Perawatan Medikal Bedah, Volume 3, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan padjajaran Bandung.
- Nettina, S.M, 2001, Pedoman Praktik Keperawatan, EGC. Jakarta Oswari, E. 2000, Bedah
dan Perawatannya, FKUI. Jakarta.
- Purnawan Djunaidi dkk (1999) , Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3, Media Ausculapius
FKUI , jakarta.

You might also like