Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 53

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke khadirat Allah S.W.T karena berkat
rakhmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Praktikum Kantor
Urusan Agama di Kecamatan Ngrayun ini.
Dengan rasa penuh tanggung jawab maka maka penulis menyusun laporan
ini berdasarkan observasi dan terjun langsung melihat serta melakukan praktek
administrasi maupun yang lainnya Kantor Urusan Agama di Kecamatan Ngrayun.
Dalam penulisan laporan ini tentunya tidak lepas dari kekurangan, baik
aspek kualitas maupun aspek kuantitas dari materi penelitian yang disajikan.
Semua ini didasarkan dari keterbatasan yang dimiliki penulis.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna sehingga
penulis membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan
pendidikan dimasa yang akan datang. selanjutnya dalam penulisan laporan ini
penulis banyak diberi bantuan oleh berbagai pihak. Oleh karana itu penulis ingin
mengucapkan ucapan terimakasih kepada :
1. Bapak Drs. H. Moh. Munir, Lc, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syariah.
2. Bapak Dr. Miftahul Huda, M.Ag. selaku ketua Jurusan Ahwal Syakhsiyah.
3. Kepada kepala KUA yaitu bapak H. Muh. Auliyaussofi, M.A, yang telah
memberi tempat serta mengarahkan kami dalam pratikum di Kantor Urusan
Agama Kecamatan Ngrayun.
4. Kepada staf-staf Kantor Urusan Agama Kecamatan Ngrayun, yang telah
memberi pengetahuan tetang ke KUA an selama praktikum.
5. Bapak Ahmad Syakirin, M.H. selaku dosen pembimbing dalam
pengawasan praktikum di Kantor Urusan Agama Kecamatan Ngrayun
6. Rekan-rekan yang telah memberi dorongan dan berbagi pengalaman pada
proses penyusunan laporan ini.
Semoga laporan prakerin ini dapat memberi manfaat bagi semua pihak,
penyusun pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Ponorogo, 15 Maret 2018

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kantor Urusan Agama merupakan ujung tombak Kementerian Agama
dalam melayani masyarakat di bidang keagamaan.Kantor Urusan Agama
(KUA) adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Bimas Islam
Kementerian Agama RI yang berada di tingkat Kecamatan, satu tingkat
dibawah Kantor Kementerian Agama tingkat Kota/Kabupaten. KUA memiliki
Tugas Pokok dan Fungsi (tupoksi) melaksanakan sebagian tugas Kantor
Kementerian Agama Kota/Kabupaten di bidang urusan agama Islam dan
membantu pembangunan pemerintahan umum di bidang agama di tingkat
kecamatan.
Kantor Urusan Agama (KUA) merupakan kelembagaan yang penting
dalam konteks manajemen pengembangan umat Islam Indonesia. KUA
merupakan lembaga di Kementerian Agama tingkat kecamatan yang
memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat Muslim. Kantor inilah
yang memberikan pelayanan kepada umat Islam dalam urusan perkawinan
dan pembinaan keluarga Muslim agar menjadi keluarga sakinah. Di samping
itu, kantor ini bersama-sama dengan Pengadilan Agama sebagai partner juga
memberikan pelayanan talak, rujuk, dan masalah waris. Bahkan masalah
pembinaan umat secara umum, kantor ini memiliki kewenangan untuk
terlibat, seperti ibadah haji, pendidikan agama dan keagamaan, serta
kerukunan umat beragama. Dilihat dari posisinya yang demikian, dapat
diperkirakan bahwa kedudukan KUA sangat strategis dalam pembinaan
kehidupan sosial keagamaan masyarakat Muslim secara luas.
Dewasa ini jumlah KUA yang tersebar di sejumlah kecamatan di
Indonesia sebanyak 5.035 buah. Jumlah tersebut telah mengalami pemekaran
sejalan dengan pemekaran kecamatan.Seperti diketahui Kementerian Agama
telah melakukan dua kali pemekaran KUA.Pertama, pada tahun 2006
Kementerian Agama membentuk 149 KUA kecamatan.Hal ini sesuai dengan

1
2

Keputusan Menpan Nomor B/1358/PAN/05/2006. Kedua, pada tahun 2007


Kementerian Agama membentuk 175 KUA Kecamatan, dengan persetujuan
Menpan No. B/2143/M.PAN/09/2006. Dengan pemekaran tersebut jumlah
KUA mencapai angka yang telah disebutkan. Sebenarnya, usulan pemekaran
KUA masih banyak.Akan tetapi, sampai sejauh ini hanya 324 yang dapat
dipenuhi.
Latar Belakang Keputusan Menteri Agama No. 517 Tahun 2001
tentang Penataan Organisasi Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan. 1
Tugas KUA adalah melaksanakan sebagian tugas Kantor Departemen Agama
Kabupaten dan Kota di bidang Urusan Agama Islam dalam wilayah
Kecamatan. Dalam melaksanakan tugasnya tersebut, KUA melaksanakan
fungsi: (1) Menyelenggarakan statsistik dan dokumentasi. (2)
Menyelenggarakan surat menyurat, kearsipan, pengetikan dan rumah tangga
KUA Kecamatan. (3) Melaksanakan pencatatan nikah, rujuk, mengurus dan
membina masjid, zakat, wakaf, baitul maal dan ibadah sosial, kependudukan
dan pengembangan keluarga sakinah sesuai dengan kebijaksanaan yang
ditetapkan oleh Direktur Jendral Bimas Islam Dirjen Bimas Islam dan Urusan
Haji Nomor: D/71/ 1999 tentang Juklak Pembinaan Keluarga Sakinah
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. KUA Kecamatan
mempunyai peran sangat strategis dalam upaya pengembangan dan
pembinaan kehidupan keagamaan di masyarakat dalam wilayahnya.
Disamping karena memang letaknya di tingkat kecamatan yang langsung
berhadapan dengan masyarakat.
Himpunan Peraturan Seputar Kepenghuluan, Depertemen Agama RI
2009 melekat pada diri KUA itu sendiri, karenanya masyarakat sangat
mengharapkan kepada apratur yang berada di KUA Kecamatan mampu
memberikan pelayanan secara maksimal sesuai dengan tugas dan fungsinya.
KUA Kecamatan Klojen merupakan salah satu KUA di Kecamatan, yang
terletak di Kota Malang, dan berfungsi dalam berperan sebagaimana
ketentuan dinas (KMA No. 03 Tahun 1999 tentang Gerakan Keluarga Sakinah
dan Keputusan Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji Nomor: D/71/ 1999
3

tentang Juklak Pembinaan Keluarga Sakinah). KUA Ngrayun juga sekaligus


sebagai BP.4 Kecamatan Ngrayun. Maka sebagaimana fungsi BP.4 diataranya
membina bagi setiap calon pengantin (Catin) untuk memahami berbagai jenis
pengetahuan. Selama ini di KUA Kecamatan Ngrayun yang memberikan
pembekalan kepada calon pengantin (Catin) hanya Penghulu dan Pembantu
Penghulu, sementara calon pengantin (Catin) berbagai pengetahuan: Hukum
Munakahat, Undang-undang Perkawinan, Psikologi Keluarga, Kesehatan
Keluarga, Gizi dan Imunisasi dan lainlainnya. Begitupun ruang lingkup
penasehatan, masih terbatas hanya kepada calon pengantin (Catin), belum
menjangkau keluarga dua belah pihak. Hal ini terjadi diduga karena Kepala
Kantor Urusan Agama Kecamatan, Penghulu, Pembantu Penghulu, belum
memahami sepenuhnya ketentuan yang mengatur tentang pembinaan
Keluarga Sakinah.2 Maka di sisi lain dari masing-masing calon pengantin
(Catin) juga harus mempersiapkan berkeluarga dari segi Psikologi dan
Agama, kehidupan berkeluarga atau menempuh kehidupan KMA No. 03
tahun 1999 tentang Gerakan Keluarga Sakinah dan Keputusan Dirjen Bimas
Islam dan Urusan Haji Nomor: D/71/ 1999 tentang Juklak Pembinaan
Keluarga Sakinah, dalam perkawinan adalah harapan dan niat yang wajar dan
sehat bagi setiap calon pasangan pengantin. BP.4 merupakan sebuah lembaga
yang bertujuan untuk mempertinggi mutu perkawinan guna mewujudkan
keluarga yang sejahtera. BP.4 menciptakan keluarga yang kondusif dalam
menasehati keluarga agar semua anggota keluarga menjalankan agama
dengan baik dan benar serta memiliki akhlakul karimah.
KUA sebagai perpanjangan tangan Kementerian Agama memiliki
banyak peran yang sangat krusial. Peran tersebut dapat kita ketahui dari
pelayanan yang diberikan KUA, yaitu: 1) Administrasi (Pendaftaran,
Pengesahan dan Pencatanan Nikah dan Rujuk) 2) Pendaftaran dan Penerbitan
Akta Ikrar Wakaf. 3) Pembinaan Keluarga Sakinah. 4) Pembinaan
Kemasjidan 5) Pembinaan syariah 6) Pembinaan Narkoba. 7) Pembinaan
Zakat 8) Pembinaan wakaf 9) Penyelenggaraan Bimbingan Manasik Haji
4

Dari sekian banyak peran dibidang pembangunan keagamaan tersebut,


fungsi atau peran paling menonjol yang dijalankan KUA saat ini adalah
administrasi pernikahan. Hal ini sesuai dengan amanat UU No.1 tahun1974
Pasal 2 yang diperkuat dengan Instruksi Presiden No.1 tahun 1991 mengenai
Kompilasi Hukum Islam Pasal 5, 6 dan 7. Produk-produk hukum ini
ditunjang dengan peraturan-peraturan di tingkat menteri yang menjabarkan
dengan rinci hal-hal terkait administrasi perkawinan, yang kesemuanya
bermuara pada diperlukannya peran KUA ditingkat kecamatan untuk
melakukan administrasi pencatatan perkawinan.
PMA Nomor 34/2016 menetapkan beberapa prinsip yang harus di
laksanakan berkenaan dengan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi KUA
sebagaiman tersebut diatas, diantaranya :
a. KUA Kecamatan dikoordinasikan oleh Kepala Seksi atau Penyelenggara
yang membidangingi urusan agama Islam di Kantor Kementerian Agama
kabupaten/ Kota.
b. Kepala KUA di jabat oleh penghulu dengan tugas tambahan dan
merupakan bukan jabatan struktural.
c. Dalam pelaksanaan tugasnya, kepala KUA di bantu oleh pertama:
Petugas Tata Usaha yang mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha,
rumah tangga dan pelaporan. kedua; Kelompok Jabatan Fungsional baik
funsional tertentu yaitu penghulu dan penyuluh Agama Islam maupun
fungsional umum lainnya sesuai bidang keahliannya berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
d. Dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya, KUA Kecamatan harus
mempunyai peta proses bisnis yang menggambarkan tata hubungan kerja
yang efektif dan efisien antar unit organisasi di wilayah KUA
Kecamatan.
e. KUA Kecamatan wajib mempunyai dokumen analisis jabatan, peta
jabatan, uraian tugas, dan analisis beban kerja terhadap seluruh jabatan di
lingkungan KUA Kecamatan.
5

f. KUA Kecamatan harus menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan


sinkronisasi baik dalam lingkungan KUA Kecamatan sendiri, maupun
dalam hubungan dengan lembaga lain yang terkait.
g. Kepala KUA Kecamatan bertanggung jawab memimpin dan
mengkoordinasikan bawahan dan memberikan pengarahan serta petunjuk
bagi pelaksanaan tugas sesuai dengan uraian tugas yang telah di tetapkan.
h. KUA Kecamatan wajib mengembangkan tata hubungan dan membangun
kerja sama dengan semua instansi vertikal Kementerian Agama dan
Pemerintah Daerah.
i. Kepala KUA Kecamatan wajib melaksanakan pengendalian internal,
melakukan penilaian kinerja, mematuhi ketentuan perundang undangan,
dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tugasnya kepada atasan
secara berkala.
j. Kepala KUA Kecamatan menyampaikan laporan kepada Kepala Kantor
Kementerian Agama Kabupaten/ Kota yang secara fungsional mempunai
hubungan kerja dengan KUA Kecamatan.
BAB II
DESKRIPSI OBYEKTIF LOKASI PRAKTIKUM

A. Sejarah Singkat Kantor Urusan Agama Di Kecamatan Ngrayun


Pada tahun 1948 KUA Kecamatan Ngrayun Kabupaten Ponorogo
didirikan kantor urusan Agama yang terletak di Jl. Argomulyo Ds. Ngrayun
Kec. Ngrayun Kab. Ponorogo, yang tepatnya di rumah Bpk. Slamet karena
belum ada lahan tanah yang untuk didirikan bangunan kantor KUA.
Pada tahun 60.an kantor kecamatanKUA Kec. Ngrayun berpindah
tempat karena kontraknya sudah habis, dan berpindah tempat di depan Masjid
Nurul Jibal yang pada saat itu dikepalai oleh Bpk. Abdul Mun’im. Yang
sekarang tempat tersebut dijadikan sarana dan prasarana Masjid.
Kemudian pada tahun kurang lebih 1977-1978 kantor berpindah di
kediaman bpk. Ripto yang tanahnya dulu di beli dengan membeli tanah bekas
Gereja dan dialihkan tanah tersebut untuk membeli tanah milik Karyawan
swasta.
Pada tahun 1983 yang dikepalai oleh Bpk. Sukadi diperintahkan oleh
pemerintah untuk mencari lahan yang akan didirikan kantor KUA, dan ahirnya
tanah milik Pak Sukadi yang berada di barat rumahnya yang berjarak kurang
lebih 100 M, dan tanahnya di jual dan digunakan untuk KUA. Dan tanah yang
didirikan kantor KUA sudah bersertifikat milik Pemerintah.
Adapun kepala kepala KUA dari periode taun 1998-2001dikepalai oleh
bapak sutikno, S.Ag pada tahun 2001-2004 dikepalai oleh Drs. I.T.
Taufiqurrohim, pada tahun 2004-2008 dikepalai oleh Muh. Irchamni, BA,
pada tahun 2008-2011 dikepalai oleh Gunawan, S.Sos, pada tahun 2011-2016
dikepalai oleh bapak Triyono, S.Ag, dan pada tahun 2016 sampai sekarang
dikepalai oleh bapak Muhammad Auliaussofi.

6
7

B. Visi dan Misi


1. Visi Kantor Urusan Agama Kecamatan Ngrayun
Terwujudnya masyarakat kecamatan ngrayun yang berakhlak mulia, taat
beragama, cerdas, mandiri, rukun, dan sejahtera
2. Misi Kua Kecamatan Ngrayun
a. Meningkatkan Pelayanan Bidang Organisasi dan Tata Laksana
b. Meningkatkan Kualitas Pelayanan Teknis dan Administrasi Nikah dan
Rujuk Berbasis Informasi dan Teknologi (IT)
c. Meningkatkan Pelayanan Teknis dan Administrasi Kependudukan,
Keluarga Sakinah, Kemitraan Umat dan Produk Halal
d. Meningkatkan Pelayanan Teknis Administrasi Kemasjidan
e. Meningkatkan pelayanan teknis administrasi kemasjidan
f. Menigkatkan kualitas pelayanan informasi haji umroh
g. Meningkatkan peran lembaga keagamaan pelayanan lintas sektoral.
C. Struktur Organisasi
Struktur organisani Kantor Urusan Agama Kecamatan Ngrayun
Kabupaten Ponorogo, dikepalai oleh H. Muh. Auliyaussofi, M.A, bagian
kepenghuluan Misbahul Munir, S. Pd.I, disamping itu bagian kepenyuluhan
agama Katmujianto, S. Pd.I, untuk bagian administrasi Suhardi S.Ag, penjaga
kantor Arif Yudianto dan petugas perawatan kantor Hartono, S.HI.
8

Berikut Bagan Struktur organisani Kantor Urusan Agama Kecamatan Ngrayun


Kabupaten Ponorogo :

STRUKTUR ORGANISASI
KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN NGRAYUN
KABUPATEN PONOROGO
Alamat: Jalan Kendal 03, Dkh. Krajan, Ngrayun, Ponorogo. Telp
(0352) 391022

KEPALA KUA

H. MUH. AULIYAUSSOFI,
MA
NIP.19821208200901100
7

PENYULUH AGAMA PENGHULU


FUNGSIONAL
KATMUJIANTO, S. Pd.I MISBAHUL MUNIR, S.
NIP.1976010220141210 Pd.I
01 NIP.19820726200901
1006

PENGADMINISTRASI

SUHARDI, S. Ag

PENJAGA KANTOR PETUGAS KEBERSIHAN

ARIF YUDIANTO HARTONO, S.HI


9

KETERANGAN :

: Garis Komando
: Garis Koordinasi

Beikut adalah uaraian tugas dalam struktur organisasi KUA di kecamatan


Ngrayun :

1. Kepala KUA
Kepala KUA Kecamata Nrayun, mengacu pada buku administrasi
KUA Kecamatan yang diterbitkan oleh Kantor Wilayah Kementerian Agama
Provinsi Jawa Timur mempunyai tugas sebagai berikut:
a. Melaksanakan sebagian tugas Urusan Agama Islam dalam wilayah
Kecamatan Ngrayun.
b. Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas KUA Kecamatan
Ngrayun.
c. Melaksanakan tugas koordinasi dan lintas sektoral.
d. Sebagai PPN menerima laporan, menghadiri, mengawasi, dan mencatat
peristiwa pernikahan baik di kantor maupun di luar kantor.
e. Menghadiri pernikahan dan bertindak sebagai Wali Hakim.
f. Melaksanakan tugas-tugas sebagai PPAIW.
g. Melaksanakan tugas pengawasan terhadap staf / pegawai.
h. Bertanggung jawab atas penyelenggaraan administrasi NTCR.
i. Bertanggung jawab atas administrasi keuangan KUA Kecamatan
Ngrayun.
j. Melaksanakan Bimbingan dan Pelayanan dibidang Kepenghuluan dan
Penyelenggaraan Ibadah Haji.
k. Melaksanakan tugas sebagai Pengurus DMI, BP.4 dan PHBI.
10

2. Penghulu
Berdasarkan pasal 3 PMA No. 11 Th. 2007 dapat diambil pengertian
bahwa tugas Penghulu dan Pembantu PPN: Mewakili PPN dalam
pemeriksaan persyaratan, pengawasan dan pencatatan peristiwa nikah/rujuk,
pendaftaran cerai talak, cerai gugat, dan melakukan bimbingan perkawinan,
setelah mendapat mandat dari PPN.
Namun terdapat perbedaan yang tegas antara Pembantu PPN di Jawa
dan Luar Jawa dalam pelaksanaan kewenangannya. Pembantu PPN di Jawa
hanya menerima dan memeriksa persyaratan peristiwa Nikah tanpa memiliki
kewenangan untuk mengawasi jalannya peristiwa perkawinan yang menjadi
kewenangan Penghulu. Sedangkan Pembantu PPN di luar Jawa memiliki
kewenangan menerima, memeriksa persyaratan dan mengawasi jalannya
peristiwa perkawinan. Sedangkan tugas penghulu yang lain ada pada uraian
dibawah
a. Menerima pemberitahuan kehendak Nikah.
b. Memeriksa kelengkapan Administrasi kehendak Nikah
c. Menghadiri pernikahan di KUA / di luar Kantor atas perintah PPN.
d. Membuat Laporan NTCR danPerinciannya, Model; L I, L II, F1, F2,
Dukcapil, rekapitulasi setoran biaya NR ke bank dan Penghulu yang
menghadiri nikah luar kantor beserta surat tugasnya.
e. Mewakili melaksanakan kegiatan lintas sektoral.
f. Sebagai Pelaksana Kegiatan, menerima, mengelola, dan
mempertanggungjawabkan dana operasional KUA, Nikah/Rujuk, dan Haji.
g. Membantu Kepala dalam melaksanakan pelayanan dan bimbingan di
bidang Kepenghuluan.
h. Memberikan pelayanan dan bimbingan dibidang pengembangan Keluarga
Sakinah dan pemberdayaan keluarga terbelakang.
11

3. Staf Honorer
Staf honorer berarti pegawai yang tidak (atau belum) diangkat
sebagai pegawai tetap atau yang setiap bulannya menerima honorarium
(bukan gaji), dan tugasnya ada di bawah
a. Menyelenggarakan data-data Majlis Ta'lim ( TPQ dan TPA)
b. Menyelenggarakan data-data Tempat Ibadah.
c. Membantu pelaksanaan tugas-tugas pengadministrasian wakaf.
d. Membantu Kepala dalam memberikan pelayanan dan bimbingan dibidang
wakaf, zakat, infaq dan shodaqoh.
e. Membukukan, melaporkan dan menyimpan stok blangko NTCR.
f. Operator SIWAK
g. Melakukan pelayanan dan bimbingan serta perlindungan konsumen di
bidang produk halal.

4. Penjaga Kantor
Penjaga kantor adalah seseorang yang bertugas menjaga kantor dan
mengatur tatanan kantor dan membantu para pegawai yang lain, dan tugas
yang lain berada dibawah
a. Mengetik dan mencetak pendaftaran nikah, Akta Nikah dan kutipannya.
b. Menerima dan mengadministrasikan surat-surat keluar / masuk untuk
diteruskan kepada Kepala dan menginventarisasi kegiatan lintas sektoral.
c. Mengatur dan menertibkan arsip-arsip sesuai dengan Tahun dan
permasalahannya.
d. Membantu Kepala dalam melaksanakan pelayanan dan bimbingan di
bidang pemberdayaan masyarakat dhuafa dan bantuan sosial keagamaan.
e. Melayani, mengadministrasikan permohonan Duplikat Kutipan Akta
Nikah, Rekomendasi, legalisasi dansurat lainnya.
f. Bertanggung jawab terhadap kerapian, keindahan, dan keamanan Kantor.
12

5. Petugas Kebersihan
Petugas kebersihan adalah seseorang yang bertugas membersihkan
seluruh wilayah kantor kua, Dan tugas yang lain berada di uraian dibawah
a. Menerima dan memberikan informasi kepada tamu/masyarakat.
b. Membantu melayani permohonan Duplikat Kutipan Akta Nikah,
c. Membantu melayani Permohonan Rekomendasi, legalisasi
dansuratlainnya.
d. Menangani pengumuman kehendak Nikah.
e. Bertanggung jawab terhadap kerapian, keindahan, dan kenyamanan
Kantor.
f. Operator SIMKAH

D. Fasilitas dan sarana prasana


Fasilitas dan sarana prasarana Kantor KUA ngrayun meliputi kantor
yang luas tanahnya 750 m2 sudah bersertifikat milik pemerintah, didalam
kantor KUA ngrayun juga terdapat beberapa ruangan diantaranya ruang kepala
KUA, ruang PPAI (penyuluhan pendidikan Agama Islam), ruang staf meliputi
penghulu, penyuluh, perwakafan, pendaftaran nikah dan operator pendaftaran
online.Selain itu juga terdapat beberapa ruangan yaitu ruang balai nikah,
pengarsipan, kamar mandi, dapur umum dan gudang. Di halaman depan juga
terdapat lahan parkir untuk pegawai KUA, dan juga kebun rambutan yang
berada di belakang KUA.
Fasilitas yang ada didalam KUA ngrayun diantaranya, komputer,
printer, internet, CCTV, televisi, motor dinas, meja untuk pendaftaran, meja
administrasi, meja akad, dan fasilitas pendukung yang lain.

E. Statistik Perkara dan Produl KUA


Pada tahun 2017 prosentase NTCR Kantor Urusan Agama Kecamatan
Ngrayun Kabupaten Ponorogo Nikah sebanyak 414, 99%, Talak sebanyak 1
kasus, presentase 0,01%, Perceraian sebanyak 6 kasus, presentase 1%, dan
rujuk tidak ada.
13

Berikut gambaran mengenai NTCR (Nikah, Talak, Cerai, Rujuk)

Jumlah prosentase talak cerai masa usia perkawinan Kantor


Urursan Agama Kecamatan Ngrayun Tahun 2017 mencapai kurang lebih
100% dari keseluruhan pasangan pengantin, diantaranya pada masa usia 1
sampai 5 tahun sekitar 14%, untuk masa usia perkawinan 5 sampai 10
tahun mencapai 57%, dan pada masa usia 10 tahun keatas 29%, sebab
terjadinya talak cerai pada tahun 2017 dikarenakan kematian, ekonomi,
dan istri bekerja sebagai TKW sedangkan sang suami pengangguran
dirumah.
14

Jumlah dan prosentase pernikahan dibawah umur calon pengantin


Kantor Urursan Agama Kecamatan Ngrayun Tahun 2017 keseluruhan
mencapai 100% diantaranya 25% laki-laki, 75% perempuan, sebab berikut
dikarenakan sebagian calon pengantin setelah lulus sekolah menengah
pertama mereka langsung bekerja dan tidak meneruskan sekolah ke
jenjang berikutnya, itu juga karena faktor ekonomi serta jarak SLTA yang
kurang terjangkau serta kondisi geografis.

Berikut grafik nikah tlak cerai tahun 2012-2017 Kantor Urursan


Agama Kecamatan Ngrayun Tahun 2017
BAB III
PRAKTIK KUA

A. Laporan Kegiatan Praktikum


Dari hasil observasi di KUA ada beberapa prosedur dalam pernikahan,
adapun prosedur pernikahan tersebut yaitu:
1. Proses pendaftaran nikah.
Proses pendaftaran nikah berdasarkan Peraturan Menteri Agama
Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2007 tentang pencatatan nikah yang
harus di laksanakan oleh calon pengantin, berikut alurproses pernikahan
di Kantor Urursan Agama Kecamatan Ngrayun :
a. Calon pengantin mengurus surat pengantar nikah kepada RT/RW
untuk dibawa ke kantor kelurahan.
b. Selanjutnya mengurus surat pengantar nikah (N1-N4) yang
berdasarkan Peraturan Menteri Agama No 11 Tahun 2007 BAB III
tentang pemberitahuan kehendak nikah pasal 5 angka 2 huruf a
sampai l.
c. Setelah itu calon pengantin menentukan apakah pelaksanaan akad
nikah di dalam kantor KUA atau diluar kantor KUA.
d. Kemudian calon pengantin mengurus surat pengantar rekomendasi
nikah untuk dibawa ke KUA kecamatan setempat.
e. Dalam pelaksanaan akad nikah dengan pendaftaran calon pengantin
kurang dari 10 hari jam kerja maka meminta surat dispensasi ke
kantor kecamatan dan dibawa ke KUA setempat.
f. setelah mendapatkan surat disapensasi bagi yang pelaksanaan akad
pernikahan kurang dari 10 hari, calon pengantin mendaftarkan nikah
di KUA setempat.
g. Apabila pernikahan diluar kantor KUA maka mebayar di bank,
persepsi yang telah ditentukan dengan biaya Rp.600.000.00 dan
apabila dilakukan di kantor KUA maka keseluruhan gratis.

15
16

Ketentuan tersebut diatur menurut peraturan pemerintah RI nomor


48 tahun 2014 tentang perubahan atas peraturan pemerintah nomor
47 tahun 2004 tentang tarif atas jenis penerimaan negara bukan pajak
yang berlaku pada Departemen Agama
h. Menyerahkan billing pembayaran dikantor KUA bagi yang akadnya
diluar kantor.
i. Pemeriksaaan data nikah calon pengantin dan wali nikah di KUA
tempat akad nikah.
j. Pelaksanaan akad nikah dan penyerahan buku nikah.

2. Persyaratan bagi calon pengantin.


a. Calon pengantin laki laki
1) Model N1 (surat keterangan untuk nikah dari kepala desa/lurah)
2) Model N2(kutipan akta kelahiran)
3) Model N3(persetujuan calon mempelai)
4) Model N4(surat ketyerangan orang tua ibu dan ayah dari kepala
desa)
5) Model N5/ijin P.A(kurang umur/poligami)
6) Model N6/akta cerai
7) Fotocopy akta kelahiran
8) Fotocopy KK
9) Fotocopy KTP
10) Fotocopy KTP saksi akad nikah
11) Pas foto ukuran 2x3 sebanyak 4 lembar(background biru).
12) Surat pemberitahuan kehendak nikah.
13) Ijin nikah jika catin adalah anggota TNI/POLRI.
14) Surat pernyataan jejaka bermatrai Rp.6000(diketahui
saksi/kepala desa/lurah).
15) Surat keterangan sehat.
17

b. Calon pengantin perempuan.


1) Model N7
2) Model N1 (surat krterasnagan untuk nikah dari kepala
desa/lurah)
3) Model N2 (kutipan akta kelahiran)
4) Model N3 (persetujuan calon mempelai)
5) Model N4 (surat keterangan orang tua ibu dan ayah dari kepala
desa)
6) Model N5/ijin P.A (kurang umur/poligami)
7) Model N6/akta cerai
8) Fotocopy akta kelahiran
9) Fotocopy KK
10) Fotocopy ktp
11) Fotocopy ktp saksi akad nikah
12) Pas foto ukuran 2x3 sebanyak 4 lembar(background biru).
13) Surat pemberitahuan kehendak nikah.
14) Ijin nikah anggota TNI/POLRI.
15) Surat pernyataan perawan bermatrai Rp.6000(diketahui
saksi/kepala desa/lurah).
16) Surat keterangan sehat.
17) Surat rekomendasi nikah.
18) Dispensasi kecamatan daftar h-10 hari kerja.
19) Surat keterangan wali.
20) Fotocopy KTP wali dan KK wali.
21) Billing pembayaran nikah.

B. Tata persuratan
1. Surat rekomendasi
2. Surat keterangan pengantar nikah
3. Surat keterangan belum nikah
4. Legalisasi kutipan akat nikah
18

C. Wakaf
1. Prosedur wakaf
Dalam Pasal 1 angka 1 UU No, 41 Tahun 2004 Tentang Perwakafan
“Wakaf merupakan perbuatan hukum Wakif untuk memisahkan dan/atau
menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya
atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna
keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut Syariah.” Sedangkan
yang menjadi tujuannya menurut Pasal 4 UU No, 41 Tahun 2004 Tentang
Perwakafan “wakaf adalah memanfaatkan harta benda wakaf sesuai dengan
fungsinya” dan fungsinya menurut Pasal 5 UU No, 41 Tahun 2004 Tentang
Perwakafan “mewujudkan potensi dan manfaat ekonomis harta benda wakaf
untuk kepentingan ibadah dan untuk memajukan kesejahteraan umum”.
Adapun unsur-unsur dari wakaf tu sendiri adalah
1. Wakif
Wakif adalah pihak yang mewakafkan harta bendanya. Wakif bisa
berupa perorangan, organisasi atau badan hukum. Syarat wakif adalah
dewasa, berakal sehat, tidak terhalang melakukan perbuatan hukum, dan
pemilik sah harta benda wakaf. Wakif organisasi hanya dapat melakukan
wakaf apabila memenuhi ketentuan organisasi untuk mewakafkan harta
benda wakaf milik organisasi sesuai dengan anggaran dasar organisasi
yang bersangkutan.Wakif badan hukum hanya dapat melakukan wakaf
apabila memenuhi ketentuan badan hukum untuk mewakafkan harta benda
wakaf milik badan hukum sesuai dengan anggaran dasar badan hukum
yang bersangkutan.
2. Nazhir
Unsur wakaf yang kedua adalah nazir. Nazir adalah pihak yang
menerima harta benda wakaf dari wakif untuk dikelola dan dikembangkan
sesuai dengan peruntukkannya. Nazir dapat berupa perseorangan,
organisasi atau badan hukum.
19

Perorangan hanya dapat menjadi nazir apabila memenuhi syarat


sebagai berikut :
a. Warga negara Indonesia
b. Beragama Islam
c. Dewasa
d. Amanah
e. Mampu secara jasmani dan rohani
f. Tidak terhalang melakukan perbuatan hukum
Organisasi dapat memenuhi syarat menjadi nazir apabila :
a. Pengurus organisasi tersebut memenuhi syarat untuk menjadi nazir
perseorangan.
b. Organisasi yang bergerak di bidang sosial, pendidikan,
kemasyarakatan dan/atau keagamaan Islam.
3. Harta Benda Wakaf
Harta benda wakaf adalah harta benda yang diwakafkan oleh
wakif. Harta ini harus memiliki daya tahan lama dan/atau manfaat jangka
panjang, serta mempunyai nilai ekonomi menurut syariat. Harta benda
wakaf hanya dapat diwakafkan apabila dimiliki dan dikuasai oleh wakif
secara sah.
Harta benda wakaf meliputi benda bergerak dan tidak bergerak.
Benda bergerak dalam wakaf meliputi :
a. Hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, baik yang sudah terdaftar maupun yang belum terdaftar.
b. Bangunan atau bagian bangunan yang berdiri di atas tanah.
c. Tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan tanah.
d. Hak milik atas satuan rumah susun sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
e. Benda tidak bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
20

Benda bergerak adalah harta benda yang tidak bisa habis karena
dikonsumsi, meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Uang
2. Logam mulia
3. Surat berharga
4. Kendaraan
5. Hak atas kekayaan intelektual
6. Hak sewa
7. Benda bergerak lain, sesuai dengan ketentuan syariah dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
a. Ikrar wakaf
Ikrar wakaf adalah pernyataan kehendak wakif yang diucapkan
secara lisan dan/atau tulisan kepada nazir untuk mewakafkan harta
benda miliknya. Ikrar wakaf dilaksanakan oleh wakif kepada nazir
dihadapan Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) dengan
disaksikan oleh dua orang saksi. Ikrar wakaf dinyatakan secara lisan
dan/atau tulisan serta dituangkan dalam akta ikrar wakaf oleh PPAIW.
Jika wakif tidak dapat menyatakan ikrar wakaf secara lisan atau
tidak dapat hadir dalam pelaksanaan ikrar wakaf, wakif dapat
menunjuk kuasanya dengan surat kuasa yang diperkuat oleh dua orang
saksi. Hal ini diperbolehkan jika wakif memiliki alasan yang
dibenarkan secara hukum.
b. Peruntukan harta benda wakaf
Peruntukan harta benda wakaf adalah orientasi harta benda
wakaf yang dituju, apakah kepada perorangan atau kelompok umum.
Dalam rangka mencapai tujuan dan fungsi wakaf, harta benda wakaf
hanya dapat digunakan untuk tujuan-tujuan sebagai berikut :
1. Sarana dan kegiatan ibadah.
2. Sarana dan kegiatan pendidikan serta kesehatan.
3. Bantuan kepada fakir miskin, anak terlantar, yatim piatu, dan
beasiswa.
21

4. Kemajuan dan peningkatan ekonomi umat, dan/atau


5. Kemajuan kesejahteraan umum lainnya yang tidak
bertentangan dengan syariah dan peraturan perundang-undangan.
Penetapan peruntukan harta benda wakaf dilakukan oleh
wakif pada pelaksanaan ikrar wakaf. Jika wakif tidak menetapkan
peruntukan harta benda wakaf, nazir dapat menetapkan peruntukan
harta benda wakaf yang dilakukan sesuai dengan tujuan dan fungsi
wakaf.
c. Jangka waktu wakaf
Syarat wakaf harus ada jangka waktu wakaf. Pada
umumnya para ulama berpendapat yang diwakafkan zatnya harus
kekal. Namun Imam Malik dan golongan syi’ah Imamiyah
menyatakan bahwa wakaf itu boleh dibatasi waktunya.

Golongan Hanafiyah mensyaratkan bahwa harta yang diwakafkan


itu zatnya harus kekal yang memungkinkan dapat dimanfaatkan terus-
menerus
Sebelum wakaf dilaksanakan maka harus memenuhi beberapa
pesyaratan dimana hak atas tanah yang diwakafkan wajib dimiliki atau
dikuasai oleh Wakif secara sah serta bebas dari segala sitaan, bebas dari
perkara, bebas dari sengketa, dan tidak dijaminkan. Agar perwakafan
tanah dapat dilaksanakan dengan tertib, maka UU No 41 Tahun 2004
menentukan tata cara perwakafan tanah sebagai berikut :
a. Calon Wakif (orang yang ingin mewakafkan) melakukan musyawarah
dengan keluarga untuk mohon persetujuan untuk mewakafkan
sebagian tanah miliknya.
b. Syarat tanah yang diwakafkan adalah milik Wakif baik berupa
pekarangan, pertanian (sawah-tambak) atau sudah berdiri bangunan
boleh berupa tanah dan bangunan prduktif, atau bila tanah negara
sudah dikuasai lama oleh nadzir/pengurus lembaga sosial-agama dan
berdiri bangunan sosial-agama.
22

c. Calon Wakif memberitahukan kehendaknya kepada Nadzir (orang


yang diserahi mengelola harta benda wakaf) di Desa/Kelurahan atau
Nadzir yang ditunjuk.
d. Nadzir terdiri dari Nadzir Perorangan biasa disebut Nadzir
Desa/Kelurahan atau Nadzir yang ditunjuk (Minimal 3 orang
maksimal 5 orang berdomisili KTP di kecamatan wilayah tempat
Objek Wakaf)
e. Nadzir Organisasi contoh Pengurus NU atau Pengurus
Muhammadiyah di tingkat kecamatan atau kabupaten.
f. Nadzir Badan Hukum (memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan
yang berlaku)
g. Calon Wakif dan Nadzir memberitahukan kehendaknya kepada
Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) yaitu Kepala KUA yang
mewilayahi tempat objek wakaf guna merencanakan Ikrar Wakaf
dengan membawa bukti asli dan foto copy kepemilikan (Sertipikat
Hak, HGB, Petok atau Keterangan Tanah Negara (yang sdh dikuasai
Lembaga Sosial dan didirikan bangunan sosial)
h. Bila objek yang diwakafkan berasal dari sertipikat hak milik yg
dipecah (tidak diwakafkan keseluruhan) maka perlu dipecah dulu
sesuai dengan luas yang diwakafkan (proses pemisahan/[emecahan
sertipikat di BPN). Bila dari tanah yasan/bekas hak adat, atau dari
tanah Negara perkiraan luas yang diwakafkan mendekati luas riel
i. Calon Wakif & Nadzir memenuhi persyaratan administrasi yang
dibutuhkan (lihat lampiran persyaratan administrasi) Diusakan
persyaratan administrasi telah lengkap sebelum dilaksanakan Ikrar
Wakaf
j. Setelah persyaratan diperiksa dan cukup memenuhi syarat, Ikrar
Wakaf dilaksanakan di depan PPAIW dan diterbitkan Akta Ikrar
Wakaf (untuk wakaf baru/wakifnya masih ada) atau Akta Ikrar
Pengganti Ikrar Wakaf (untuk wakaf telah lama dilakukan oleh wakif
23

dibawah tangan dan wakifnya telah meninggal dunia, ahli waris hanya
mendaftarkan wakaf)
k. Nadzir atau orang yang ditunjuk mendaftarkan Tanah Wakaf ke
Kantor BPN setempat untuk mendapatkan sertipikat Tanah Wakaf
sesuai dengan persyaratan yang ada.

2. Wakif dan Nadzir


Wakif adalah pihak yang mewakafkan harta benda miliknya.
(Pasal 1 Angka 2 UU Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf). Nadzir
wakaf adalah orang atau badan hukum yang memegang amanat untuk
memelihara dan mengurus harta wakaf sesuai dengan wujud dan tujuan
wakaf tersebut. Sedangkan menurut undang-undang nomor 41 tahun
2004 pasal 1 ayat (4) tentang wakaf menjelaskan bahwa Nadzir adalah
pihak yang menerima harta benda wakaf dari wakif untuk dikelola dan
dikembangkan sesuai dengan peruntukannya.

3. Pelaksanaan Ikrar
a. Pengertian ikrar adalah pengakuan seseorang dalam menyerahkan,
melaksanakan, memenuhi dan merencanakan sesuatu dengan
sungguh-sungguh dan sepenuh hati. Ikrar merupakan perkataan
kebenaran yang keluar dari lubuk hati seseorang.
b. Pengertian waqaf menurut Jumhur Ulama ialah: “Suatu harta yang
mungkin dimanfaatkan selagi barangnya utuh, dengan putusnya hak
penggunaan dari si wakif untuk kebajikan yang semata-mata demi
mendekatkan diri kepada Allah. Harta yang diwakafkan itu telah
lepas dari hak milik wakif dan menjadi ditahan sebagai pemilik Allah
SWT”. Artinya waqaf merupakan suatu bentuk usaha dalam
mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan menyerahkan harta
benda yang kekal zatnya kepada orang lain sehingga hak kepemilikan
harta bukan lagi milik orang yang menyerahkan.
24

c. Ikrar wakaf dilaksanakan oleh Wakif kepada Nadzir di hadapan


Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (selanjutnya disingkat PPAIW)
dengan disaksikan oleh 2 (dua) orang saksi.
d. Ikrar Wakaf sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan secara
lisan dan/atau tulisan serta dituangkan dalam akta ikrar wakaf oleh
PPAIW. Selanjutnya Pasal 42 UU No. 41 Tahun 2004 menentukan
bahwa : “Nazhir wajib mengelola dan mengembangkan harta benda
wakaf sesuai dengan tujuan, fungsi, dan peruntukannya”.
e. Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa ikrar waqaf
adalah pengakuan seseorang dalam menyerahkan harta miliknya
dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati kepada orang lain dengan
tujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Ikrar merupakan bukti
nyata dalam menyerahkan harta kepada pihak lain dan memiliki
kekuatan hukum dalam Islam.

D. Kepenyuluhan

Kehumasan yang unggul dari KUA sangat penting untuk menanamkan


pengertian, menumbuhkan kepercayaan dan meningkatkan partisipasi umat
dalam menyukseskan program KUA. Tenaga humas KUA yang handal
mampu menciptakan pengertian umat sebagaimana yang diharapkan. Humas
mempunyai fungsi manajemen yang terencana dan berkelanjutan untuk
memperoleh pengertian dan dukungan masyarakat dalam menjalankan
program pemerintah yang berkaitan dengan KUA.Dalam hal ini humas
menjadi unsur penting agar terciptanya hubungan yang harmonis dan saling
membutuhkan antara masyarakat dengan KUA.

Pada kenyataannya tidak semua KUA mempunyai SDM yang cukup.


Banyak KUA di beberapa wilayah di negara kita yang jumlah pegawainya
hanya beberapa orang saja. Hal ini tentu membuat mereka memgemban
semua pekerjaan KUA, termasuk tugas kehumasan KUA. Pada
implementasinya tugas KUA yaitu melaksanakan pencatatan pernikahan,
25

melakukan pembinaan masjid, zakat, wakaf, baitul maal, produk halal,


pengembangan keluarga sakinah dan kegiatan ibadah sosial lainnya. Dalam
hal ini tenaga humas KUA menyampaikan informasi-informasi dimaksud
kepada masyarakat.

Namun kehadiran penyuluh di KUA telah menguatkan pelaksanaan


kehumasan KUA.Penyuluh mampu menjadi Public Relation KUA.sebagai
seorang penyuluh yang berkantor di KUA mempunyai tugas-tugas dakwah
lainnya diluar kantor yang ditetapkan Kasi Bimas Islam kemenagKabupaten.

E. Kordinasi Lintas Sektoral


Saling berkordinasi dengan pihak pihak yang lain yang berkaitan
dengan kependudukan warga indonesia, baik dengan DUKCAPIL, dan yang
lainnya.

F. Deskripsi Persoalan
Dalam praktikum di Kantor Urusan Agama yang berada di Kecamatan
Ngrayun Kabupaten Ponorogo ada beberapa masalah yang terjadi di
masyarakat, baik itu calon pengantin maupun masyarakat yang sudah
menikah, adapaun masalah-masalah administrasi yang terjadi adalah,
kurangnya persyaratan pernikahan dalam ini meliputi surat keterangan nikah
dari kantor kepala desa yang bermodel N1, foto kopi kartu keluarga yang
belum diperbaharui, pergantian nama pada akta nikah dan masalah-masalah
yang lain.
Masalah seperti diatas memang sudah menjadi hal yang wajar di
dalam Kantor Urusan Agama di kecamatan Ngrayun, adapun cara mengatasi
masalah-masalah diatas yaitu dengan mengecek ulang kembali persyaratan-
persyaratan pernikahan yang sudah disetorkan di KUA kemudian apabila
terdapat kekurangan petugas dapat memberitahu langsung kepada calon
pengantin atau kawur kesra, serta mengarahkan bagaimana prosedur untuk
mendapatkan surat-surat tersebut.
26

Dalam hal selama praktikum kami menemukan ada masalah calon


pengantin yang hendak menikah, bukan persoalan administrasi saja akan
tetapi masalah status calon pengantin tersebut sudah menikah, berikut
gambaran persoalan masalah calon pengantin yang kami angkat sebagai kasus
unik.
Keunikan disini adalah ada sepasang kekasih hendak menikah yaitu
lelaki bernama teguh usia 35 tahun, tinggal didesa Baosan lor kecamatan
Ngrayun Kabupaten Ponorogo, dan kekasihnya heni usia kurang lebih 30
tahun, yang bertempat tinggal di desa Baosan Lor kecamatan Ngrayun
Kabupaten Ponorogo, sepasang kekasih ini hendak akan menikah di kantor
urusan Agama kecamatan Ngrayun Kabupaten Ponorogo, masalahnya disini
lelaki yang bernama Teguh statusnya masih dalam pernikahan dengan
seorang perempuan bernama Neka yang bertempat tinggal di Desa cempoko
kecamatan Ngrayun Kabupaten Ponorogo, kejadian tersebut bermula pada
keluarga Teguh Dan Neka, keluarga tersebut menikah kurang lebih sudah 5
tahun, kemudian pada suatu hari si Teguh terkena kasus pidana kekerasan
pada waktu itu dan sempat mendekam dipenjara selama 3 bulan, setelah
keluar dari penjara teguh kembali lagi dikeluarganya dengan istrinya Neka,
disitu keluarga Teguh mulai tidak harmonis lagi karena Neka sang Istri tidak
lagi perhatian dengan suaminya Teguh, Kemudian Teguh meninggalkan
rumah dan pergi mencari kerja di Surabaya, Kemudian selang beberapa bulan
Teguh berkenalan dengan Heni yang mereka sama-sama bekerja di Surabaya,
mereka menjalin kasih di Surabaya dan Heni pun tidak tahu bahwa Teguh
sudah punya keluarga, setelah itu Henipun Hamil diluar nikah dengan Teguh,
kemudian sepasang kekasih tersebut pulang ke Ngrayun Untuk mengurus
pernikahan karena keduanya tidak mau anaknya dilahirkan tanpa orang tua.
Inti dari kasus tersebut adalah Teguh dan Heni ingin menikah karena
Hamil, akan tetapi Teguh masih dalam status pernikahan dengan Neka dan
belum bercerai, dalam administrasi persyaratan pernikahan Teguh juga Masih
dalam status Belum kawin, serta belum ada akta perceraian.
27

Penyelesaian kasus tersebut dalam Kantor Urusan AgamaKUA


ngrayun menetapkan surat N8 untuk penolakan persyaratan nikah,
dikarenakan CATIN belum memenuhi persyaratan yang sudah ditentukan dan
KUA menjelaskan bahwa calon pengantin harus menyerahkan persyaratan
sebagaimana yang telah disebutkan meliputiakta cerai atau N6, foto kopi
Kartu keluarga, foto kopi KTP yang sudah diperbaharui dari belum kawin
menjadi kawin, dari kawin menjadi duda. Untuk nanti diajukan ke dinas
pendudukan dan catatan sipil, setelah persyaratan tersebut sudah selesai bisa
langsung diajukan ke Kantor Urusan Agama untuk ditindak lanjuti.
BAB IV

EVALUASI DAN ANALISIS PRAKTIKUM

A. EVALUASI (FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDUKUNG


PRAKTIKUM)
Dengan berjalannya praktikum, terdapat berbagai kendala-kendala
yang menghambat proses pelaksanaan praktikum, berikut evaluasi terhadap
kegiatan praktikum yang telah dilakukan :
1. Faktor-faktor yang menghambat dalam pelaksanaan praktikum Kantor
urusan Agama di Kecamatan Ngrayun :
a. Letak Kantor Urusan Agama Kec. Ngrayun yang berada di dataran
tinggi
b. Jalan raya yang belum di aspal dengan baik.
c. Proses ijab qobul calon pengantin kebanyakan berada dirumah bukan
dikantor
d. Jarak antara kantor dengan proses praktek diluar kantor cukup jauh
dengan medan pegunungan.
e. Sarana transportasi kurang memadai.
f. Tidak dapat dipastikan waktu berpraktikum
g. Jaringan internet belum maksimal.
h. Curah hujan sangat tinggi.
Kendala lain yang secara admintartif maupun subtantif tidak ada
karena di Kantor Urusan Agama dikecamatan Ngrayun semua proses yang
dijalankan tertata dengan baik dan tepat serta pelayanan pada masyarakat
dengan Prima.
2. Faktor-faktor yang mendukung pelaksanaan kegiatan praktikum Kantor
Urusan Agama Dikecamatan Ngrayun :
a. Sarana prasarana memadai.
b. Tempat praktikum yang nyaman.
c. Semua informasi tentang pernikahan dapat dijagkau dengan mudah

28
29

d. Administrasi ke KUA an sangat baik.


e. Manajemen Ke KUA an sanga baik.
Selain kami memperoleh informasi mulai dari wawancara,
komunikasi, dokumen-dokumen administrasi pernikahan, wakaf,
kepenyuluhan, data talak, cerai rujuk dapat dengan mudah dikarenakan
orang-orangnya sangat ramah, baik serta arsip-arsip dari tahun ke tahun
tertata dengan rapidan arsip dari tahun 19 an masih ada.

B. ANALISIS TERHADAP KASUS YANG DIANGKAT DALAM


PRAKTIKUM
Dari kasus yang terjadi di Kantor urusan agama kecamatan Ngrayun
Kabupaten Ponorogo analisis kami yaitu menurut peraturan menteri agama
republic Indonesia nomor 11 tahun 2007 tentang pencatatan nikah BAB III
pasal 5 angka 2 yang mana pada point tersebut telah disebutkan persyaratan
kehendak menikah dengan syarat sebagai berikut yaitu Surat keterangan
untuk nikah dari kepala desa/lurah atau nama lainnya, Kutipan akta kelahiran
atau surat kenal lahir, atau surat keterangan asal usul calon mempelai
darikepala desa/lurah atau nama lainnya.
Persetujuan kedua calon mempelai, Suratketerangan tentang orang tua
(ibu dan ayah) dari kepala desa/pejabat setingkat, Izin tertulis orang tua atau
wali bagi calon mempelai belum mencapai usia 21 tahun, Izin dari
pengadilan, dalam hal kedua orang tua atau walinya sebagaimana dimaksud
diatas tidak ada, Dispensasi dari pengadilan bagi calon suami yang belum
mencapai umur 19 tahun dan bagi calonisteri yang belum mencapai umur 16
tahun, Surat izin dari atasannya/kesatuannya jika calon mempelai anggota
TNI/POLRI, Putusan pengadilan berupa izin bagi suami yang hendak
beristeri lebih dari satu orang.
kutipan buku pendaftaran talak/buku pendaftaran cerai bagi mereka
yang perceraiannya terjadisebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, Akta kematian atau surat keterangan
kematian suami/isteri dibuat oleh kepala desa/lurah atau, pejabat setingkat
30

bagi janda/duda, Izin untuk menikah dari kedutaan/kantor perwakilan negara


bagi warga negara asing.
Pada kasus yang berada di Kantor Urusan Agam kecamatan Ngrayun
calon pengantin pria tidak menyertakan akta perceraian, maka Kantor Urusan
Agama Kecamatan Ngrayun menetapkan N8 yaitu penolakan kehendak nikah
yang sudah ditetapkan pada BAB VI peraturan Menteri nomor 11 tahun 2007,
dalam bab tersebut menerangkan bilamana pemeriksaan terdapat syarat-syarat
perkawinan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 5 ayat (2) tidak
terpenuhi atau terdapat halangan utuk menikah, maka kehendak
perkawinannya ditolak dan tidak dapat dilaksanakan, serta PPN memberitahu
penolakan tersebut kepada calon pengatin beserta alas an-alasannya.Serta
dalam kasus ini juga PPN dilarang membantu melaksanakan dan memcatat
peristiwa nikah apabila persyaratan perkawinan tidak terpenuhi dan
mengetahui adanya pelanggaran ketentuan/persyaratan pernikahan.
Dan sampai sekarang kasus yang ada belum tuntas, karena masih
harus sidang dan sidang membutuhkan waktu yang lama, sehingga masih
dalam proses persidangan di pengadilan agama Kabupaten Ponorogo.
BAB V
REKOMENDASI

A. REKOMENDASI TENTANG PELAKSANAAN PRAKTIKUM KE


DEPAN UNTUK PESERTA
Untuk peserta praktikum selanjutnya kami harap agar peserta tidak
kecewa ditempatkan di Kantor Urusan Agama dikecamatan Ngrayun, karena
meskipun medan pegunungan tetapi ekplorasi yang mendukung kegiatan
praktek sangatlah baik, sarana prasana sangat memadai, udara yang sejuk,
Serta pemandangan yang tidak terdapat di Kantor Urusan Agama manapun
yang berada diwilayah Kabupaten Ponorogo.
Kami berpesan agar menjaga sopan santun, tingkah laku yang baik,
karena praktikum bukan hanya belajar diluar kelasa akan tetapi juga menjaga
nama baik almamater.
Untuk peserta kami minta untuk tidak anak laki-laki saja akan tetapi
merata, ada laki-laki dan perempuan.

B. REKOMENDASI TENTANG PELAKSANAAN PRAKTIKUM KE


DEPAN UNTUK FAKULTAS DAN PRODI
Kami berharap kepada fakultas untuk praktikum selanjutnya yang
berada di Kecamatan Ngrayun untuk lebih mengajukan praktek pada akhir
tahun bukan diawal tahun, dikarenakan akad nikah yang dilaksanakan di
Kantor Urusan Agama Kecamatan Ngrayun menganut bulan-bulan tertentu
yang kurang lebih pada bulan-bulan seperti rajab, safar, besar, mulud dan
bulan yang lain.

31
32

C. REKOMENDASI TENTANG PELAKSANAAN PRAKTIKUM KE


DEPAN UNTUK KUA
Didalam kegiatan praktikum Kantor Urusan Agama rekomendasi
kedepan untuk Kantor Urusan Agama adalah menjadwal kegiatan yang harus
dilakukan oleh peserta praktikum.
LAMPIRAN-LAMPIRAN

You might also like