Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 28

TUGAS KELOMPOK 2

Mata Kuliah : Kesehatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan Kerja


Dosen : Yahya Thamrin, SKM., M.Kes., MOHS, Ph.D

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

DISUSUN OLEH:

NUR INDAH LESTARI H K012171064

SRIRAHAYU INDRI SUKMA K012171084

ABDUL KOMSAR TONA K012171095

ANDI ROSANITA NEFIRLIE RUSDI K012171114

KONSENTRASI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat
dan hidayaNyalah sehingga tugas makalah mata kuliah kesehatan kerja dan
pencegahan kecelakaan kerja yang berjudul sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja, dapat terselesaikan dengan tepat waktu.
Dalam penyusunan makalah ini, begitu banyak hambatan yang di hadapi
penulis. Tapi berkat bimbingan dan bantuan serta dorongan motivasi dari berbagai
pihak, semua kendala-kendala dan hambatan yang dihadapi penulis dapat teratasi.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
memberi manfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang
membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat
tercapai.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Makassar, Mei 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 4
A. Latar Belakang ........................................................................................................... 4
B. Tujuan Penulisan ........................................................................................................ 7
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................ 8
A. Definisi Sistem Manajemen K3 ................................................................................. 8
B. Tujuan Sistem Manajemen K3 ................................................................................... 8
C. Manfaat Sistem Manajemen K3 ............................................................................... 10
D. Proses Sistem Manajemen K3.................................................................................. 10
E. Kunci Keberhasilan Penerapan Sistem Manajemen K3 .......................................... 20
F. Contoh Studi Kasus.................................................................................................. 21
BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 24
A. Kesimpulan .............................................................................................................. 24
B. Saran ........................................................................................................................ 25
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman, perkembangan industri di
Indonesia semakin berkembang pesat juga. Adanya perkembangan industri
yang semakin pesat maka tidak dapat dipungkiri bahwa peristiwa tersebut
akan menimbulkan dampak bagi kelangsungan hidup manusia, baik dampak
positif maupun dampak negatif. Dampak positif yang dapat dirasakan adalah
kondisi negara yang mengalami kemajuan dan dapat bersaing dengan negara
lain, pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat serta penyediaan lapangan
pekejaan, sedangkan dampak negatif yang dapat dirasakan yakni terjadinya
kecelakaan kerja, polusi udara akibat dari asap pabrik/hasil produksi industri,
kondisi lingkungan yang tercemar seperti temperatur suhu udara yang panas,
limbah dan lain sebagainya. Hal tersebut dapat mempengaruhi kondisi
kesehatan para pekerja. Kondisi kesehatan yang baik merupakan potensi
untuk meraih produktivitas yang baik pula. Sebaliknya keadaan sakit atau
gangguan kesehatan menyebabkan tenaga kerja tidak atau kurang produktif
dalam melaksanakan pekerjaannya.
Setiap pekerjaan tidak lepas dari penyakit akibat kerja. International
Labour Organization (ILO) pada tahun 2013 juga memaparkan bahwa
kesehatan kerja baru-baru ini menjadi prioritas yang jauh lebih tinggi,
mengingat bukti meningkatnya kerugian dan penderitaan yang sangat besar
akibat penyakit akibat kerja dan kesehatan yang buruk di berbagai sektor
pekerjaan yang berbeda. Meskipun diperkirakan bahwa penyakit fatal
menyumbang sekitar 85 persen dari semua kematian terkait pekerjaan, lebih
dari setengah dari semua negara tidak menyediakan statistik resmi untuk
penyakit akibat kerja (International Labour Organization 2013).
Penyakit akibat kerja menimbulkan penyakit tidak menular yang
menyumbangkan banyak permasalahan pada kesehatan pekerja. Pada World
Health Statictics (2017), dipaparkan bahwa health worker merupakan salah

4
satu dari bagian indikator yang ingin dicapai oleh SDG’s (Suistanable
Development Goals) di tahun 2030, dimana pada WHS 2017 ini dijelaskan
bahwa pekerja harus terlindungi dari kondisi yang berbahaya, yang tidak
aman dan yang tidak sehat di lingkungan kerjanya (World Health
Organization 2017).
Masalah keselamatan kerja telah dikenal sejak berabad yang lalu
sejalan dengan perkembangan industri. Namun, secara spesifik, baru dimulai
sekitar tahun 1800an bersamaan dengan revolusi industri di Inggris yang
ditandai dengan ditemukannya uap yang membawa perubahan mendasar
dalam proses produksi. Perubahan ini menimbulkan dampak luas khususnya
hubungan antar manusia di tempat kerja. Kondisi perubahan yang buruk dan
angka kecelakaan yang tinggi telah mendorong berbagai kalangan untuk
berupaya meningkatkan perlindungan bagi tenaga kerja. Salah satu
diantaranya perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja. Menurut laporan
International Labour Organization (ILO) tahun 2006 kerugian akibat
kecelakaan kerja mencapai 4% dari biaya produksi berupa pemborosan
terselubung yang dapat mengurangi produktivitas yang pada akhirnya dapat
mempengaruhi daya saing suatu negara. Menurut penelitian World Economic
Forum tahun 2006, angka kematian akibat kecelakaan di Indonesia mencapai
17-18 untuk setiap 100.000 pekerja (Ramli 2010).
Kualitas pekerja mempunyai korelasi yang erat dengan kecelakaan
kerja sedangkan kecelakaan kerja erat kaitannya dengan produktivitas
sehingga program K3 sangat mempengaruhi program pengembangan sumber
daya manusia. Hal ini menunjukkan bahwa masalah-masalah keselamatan dan
kesehatan kerja tidak lepas dari kegiatan dalam industri secara keseluruhan,
maka pola-pola yang harus dikembangkan di dalam penanganan K3 dan
pengendalian potensi bahaya harus mengikuti pendekatan sistem yaitu dengan
menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.
Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja dapat terlihat dari
adanya aturan kesehatan dan keselamatan kerja di perusahaan. Perusahaan
mempunyai kebijakan reward dan punishment terkait dengan penerapan K3

5
di perusahaan. Saat ini pelaksanaan K3 di PT. Rhodia Manyar sudah cukup
bagus, tetapi tetap diperlukan upaya-upaya untuk terus menyempurnakan
pelaksanaan K3 yaitu dapat berupa implementasi dari perbaikan program
reward dan punishment dalam pelaksanaan K3 guna terciptanya pelaksanaan
k3 secara efektif (Hongadi and Praptiningsih 2013). Terhadap dampak
ekonomi dari K3 dapat dilihat dari sisi produktivitas dan pengendalian
kerugian. Dibuktikan berdasarkan analisis variabel K3 pada Mine Contractor
PT. ABC, secara signifikan berpengaruh secara bersama-sama terhadap
variabel produkivitas. Dengan semakin lengkapnya fasilitas dan perhatian
yang serius akan K3, maka akan semakin mempengaruhi produktivitas kerja
dari karyawan (Busyairi, Tosungku, and Oktaviani 2014). Tidak urung jua,
pada studi penelitian cross-sectional yang dilakukan oleh Hasse Nordlof, dkk,
tahun 2017 tentang berbagai faktor yang dapat mempengaruhi praktik
manajemen K3 di perusahaan, bahwa ukuran perusahaan ditemukan terkait
secara signifikan, dimana semakin besar perusahaan, maka semakin baik pula
praktik OHSM di perusahaan begitupun sebaliknya (Nordlöf et al. 2017).
Mengacu kembali pada peran SMK3, ditemukan pada penelitian yang
dilakukan Wulfram (2014) fakta dilapangan, pada responden kontraktor milik
BUMN telah menerapkan SMK3 sedangkan responden kontraktor milik
swasta belum menerapkan SMK3, hal ini disinyalir karena belum adanya
dorongan dari manajemen perusahaan serta terbatasnya kapasitas internal
kontraktor swasta, terutama peran manajemen perusahaan untuk membangun
budaya perusahaan itu sendiri (Ervianto 2014).
Kita ketahui bahwa adanya penerapan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja sangatlah berpengaruh terhadap kinerja
suatu perusahaan. Namun lain halnya pada penelitian yang dilakukan oleh
Emily Joy Haas & Patrick Yorio (2016) bahwa kinerja health and safety
management system bukanlah merupakan isu penting dan mendesak bagi
suatu perusahaan (Haas and Yorio 2016). Ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan di Ghana, bahwa meningkatnya industrialisasi di Ghana tidak
diragukan lagi, namun di negara tersebut, tidak ada badan pemerintah yang

6
dimandatkan untuk memantau, mengelola dan mengendalikan SMK3 di
semua industri. Kesenjangan yang terjadi karena tidak meratifikasinya
konvensi ILO 155 (ILO/WHO, 2005) dan tidak dimilikinya kebijakan
manajemen K3 (Tulashie, Addai, and Annan 2016). Pada dasarnya
perusahaan memiliki kebijakan yang menyatakan keselamatan terhadap
manajemen yang efisien, namun terhadap penelitian pada industri pelayaran
di China menunjukakn meskipun komitmen manajemen terhadap keselamatan
tertulis dalam kebijakan perusahaan, namun hal itu tidak benar-benar
dipraktekakn dalam kenyataannya, dalam hal ini, prioritas dan komitmen
manajer tidak membantu dalam hal pengelolaan K3 (Xue 2015).
Oleh sebab itu, untuk mengurangi terjadinya masalah-masalah
keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja maka perlu diadakan
evaluasi penerapan SMK3, sehingga kecelakaan kerja bisa dapat dikurangi
atau ditekan sekecil-kecilnya. Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
yang dilaksanakan dengan sebaik-baiknya diharapkan akan memberi iklim
keamanan dan ketenangan kerja, sehingga sangat membantu dalam
meningkatkan produktivitas tenaga kerja.

B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan daripada penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui definisi sistem manajemen K3.
2. Untuk mengetahui tujuan sistem manajemen K3.
3. Untuk mengetahui manfaat sistem manajemen K3.
4. Untuk mengetahui proses sistem manajemen K3.
5. Untuk mengetahui kunci keberhasilan penerapan sistem manajemen K3.

7
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Menurut Kepnaker 05 Tahun 1996, Sistem Manajemen K3 adalah
bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur
organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, dan sumber
daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian,
pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja
dalam pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna
terciptanya tempat kerja yang aman dan efisien dan produktif (Ramli 2010).
Dilakukan perbaharuan pengertian sistem manajemen K3 yang
dimana, menurut PP Nomor 50 Tahun 2012, Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari sistem manajemen
perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang
berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman,
efisien, dan produktif (Kerja 2014).
Menurut OHSAS 18001:2007, OHS management system: part of an
organization’s management system used to develop and implement its OHS
policy and manage OHS risks (Ramli 2010).

B. Tujuan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Tujuan penerapan SMK3 dalam PP Nomor 50 Tahun 2012 pasal 2
adalah untuk:
a. Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja
yang terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi;
b. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
dengan melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat
pekerja/serikat buruh; serta
c. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk
mendorong produktivitas.

8
Tujuan Sistem Manajemen K3 dalam Ramli (2010), dapat
digolongkan sebagai berikut:
a. Sebagai alat ukur kinerja K3 dalam organisasi
Sistem manajemen K3 digunakan untuk menilai dan mengukur
kinerja penerapan K3 dalam organisasi. Dengan membandingkan
pencapaian K3 organsiasi dengan persyaratan tersebut, organisasi dapat
mengetahui tingkat pencapaian K3. Pengukuran ini dilakukan melalui
audit sistem manajemen K3.
b. Sebagai pedoman implementasi K3 dalam organisasi
Sistem menajamen K3 dapat digunakan sebagai pedoman atau
acuan dalam mengembangkan sistem manajemen K3. Beberapa bentuk
sistem manajemen K3 yang digunakan sebagai acuan misalnya ILO
OHSMS Guidelines, API HSE MS Guidelines, ISRS dari DNV, dan
lainnya.
c. Sebagai dasar penghargaan (awards)
Sistem manajemen K3 juga digunakan sebagai dasar untuk
pemberian penghargaan K3 atas pencapaian kinerja K3. Penghargaan K3
diberikan atas pencapaian kinerja K3 sesuai dengan tolak ukur masing-
masing. Karena bersifat penghargaan, maka penilaian hanya berlaku
untuk periode tertentu.
d. Sebagai sertifikasi
Sistem manajemen K3 juga dapat digunakan untuk sertifikasi
penerapan manajemen K3 dalam organisasi. Sertifikasi diberikan oleh
lembaga sertifikasi yang telah diakreditasi oleh suatu badan akreditasi.
Sistem akreditasi dewasa ini telah berkembang secara global karena
dapat diacu di seluruh dunia.

9
C. Manfaat Penerapan Sistem Manajemen K3
Pengaruh positif terbesar yang diraih akibat penerapan manajemen
K3 pada sistem manajemen perusahaan adalah adanya pengurangan angka
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Selain itu, beberapa manfaat lain
dari penerapan manajemen K3 adalah (Wuon 2013);
1) Memberikan kepuasan dan meningkatkan loyalitas pekerja terhadap
perusahaan, karena adanya jaminan keselamatan dan kesehatan dalam
kerja;
2) Menunjukkan bahwa sebuah perusahaan telah beritikad baik dalam
mematuhi peraturan perudangan, sehingga dapat beroperasi secara
normal tanpa menghadapi kendala dari segi ketenagakerjaan;
3) Mencegah terjadinya kecelakaan, kerusakan, atau sakit akibat kerja,
sehingga perusahaan tidak perlu mengeluarkan biaya yang ditimbulkan
oleh kejadian tersebut;
4) Menciptakan adanya aktivitas dan kegiatan yang terorganisir, terarah,
dan berada dalam koridor yang teratur, sehingga organisasi dapat
berkonsentrasi melakukan peningkatan sistem manajemennya
dibandingkan melakukan perbaikan terhadap permasalahan-
permasalahan yang terjadi; serta
5) Meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan, karena tenaga kerja
dapat bekerja optimal, kemudian meningkatkan kualitas produk dan jasa
yang dihasilkan.

D. Proses Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Setiap organisasi harus memiliki suatu kesisteman K3 yang baik.
Sistem manajemen K3 harus terintegrasi dengan manajemen organisasi
lainnya dan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing serta dengan
mempertimbangkan jenis usaha, skala, dan bentuk organisasi. Sistem
manajemen K3 harus terus menerus dijalankan, dipelihara, dan
didokumentasikan sepanjang daur hidup organisasi sejak awal didirikan

10
sampai saat ditutup. Berikut adalah penerapan implementasi SMK3 OHSAS
18001 (Ramli 2010):

Gambar 2.1: Elemen Implementasi dari SMK3 menurut OHSAS 18001

Sebagai suatu kesisteman, semua elemen tersebut saling terkait dan


berhubungan sehingga harus dijalankan secara terpadu agar kinerja K3 yang
diinginkan dapat tercapai. Proses sistem manajemen K3 menggunakan
pendekatan PDCA (plan-do-chech-action) yaitu mulai dari prencanaan,
penerapan, pemeriksaan, dan tindakan perbaikan. Dengan demikian, sistem
manajemen K3 akan berjalan terus menerus secara berkelanjutan selama
aktivitas organisasi masih berlangsung (Ramli 2010).

11
Sistem manajemen K3 dimulai dengan penetapan kebijakan K3 oleh
manajemen dalam mendukung penerapan K3. Kebijakan K3 selanjutnya
dikembangkan dalam perencanaan. Tanpa perencanaan yang baik, proses K3
akan berjalan tanpa arah, tidak efisien, dan tidak efektif. Berdasarkan hasil
perencanaan tersebut dilanjutkan dengan penerapan dan operasional, melalui
pengerahan semua sumber daya yang ada, serta melakukan berbagai program
dan langkah pendukung untuk mencapai keberhasilan. Secara keseluruhan,
hasil penerapan K3 harus ditinjau ulang secara berkala oleh manajemen
puncak untuk memastikan bahwa SMK3 telah berjalan sesuai dengan
kebijakan dan strategi bisnis serta untuk mengetahui kendala yang dapat
mempengaruhi pelaksanaannya. Dengan demikian, organisasi dapat segera
melakukan perbaikan dan langkah koreksi lainnya (Ramli 2010).

1. Kebijakan K3
Pimpinan atas akan mendefinisikan dan memberikan wewenang
kebijakan organisasi K3 dan meyakinkannya dalam ruang lingkup yang
didefinisikan dalam SMK3 tersebut;
a. Cocok secara alami dan skala risiko organisasi K3;
b. Termasuk komitmen untuk mencegah injury dan penyakit akibat
kerja dan pengembangan yang berlanjut dalam SMK3 dan kinerja
K3;
c. Termasuk komitmen untuk mematuhi peraturan-peraturan yang
berhubungan dengan bahaya K3;
d. Melengkapi sistem kerja untuk mengatur dan mereview tujuan K3;
e. Didokumentasikan, diimplementasikan, dan dipelihara;
f. Dikomunikasikan kepada seluruh pekerja agar mereka memahami
kewajiban mereka dalam bidang K3;
g. Disediakan untuk pihak yang berkepentingan;
h. Direview secara periodik untuk meyakinkan bahwa K3 sangat
relevan dan cocok pada organisasi.

12
2. Perencanaan
2.1 Identifikasi bahaya, penilaian risiko dan menentukan
pengendalian
Identifikasi bahaya dan penilaian risiko harus dilakukan
pada seluruh aktivitas (rutin, non rutin dan kontraktor serta
pengunjung), faktor-faktor manusia, bahaya yang berasal dari luar
perusahaan, bahaya yang ditimbulkan oleh perusahaan, infrastuktur,
material dan peralatan dari perusahaan lainnya, perubahan prosedur
kerja, pengembangan SMK3 terhadap kemungkinan terjadinya
perubahan pada sistem operasi, peraturan yang berhubungan dengan
implementasi pengendalian dan disain tempat kerja proses, instalasi,
mesin/peralatan, prosedur operasi dan perusahaan kerja serta
adaptasinya kepada manusia.
Hasil identifikasi bahaya, penilaian tingkat risiko, dan
upaya pencegahan yang dilakukan harus selalu didokumentasikan
dan diperbaharui. Risiko yang telah diidentifikasi dan upaya
pengedalian yang akan dilakukan harus terintegrasi dengan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan kerja (SMK3) perusahaan.

2.2 Peraturan dan persyaratan yang dibutuhkan


Perusahaan mengidentifikasi dan menentukan peraturan
atau persyaratan K3 yang sesuai dengan prosedur K3 dan SMK3
yang diterapkan perusahaan. Informasi peraturan yang akan dipakai
oleh perusahaan harus terus diperbaharui dan dikomunikasikan
(disosialisasikan) kepada seluruh pekerja dan pihak lain yang terkait,
seperti tamu perusahaan.

2.3 Tujuan dan program


Tujuan dan program K3 di perusahaan didokumentasikan
sesuai fungsi dan tingkatan yang ada di organisasi perusahaan.
Tujuan dan program kerja K3 yang disusun harus bisa diukur,
diaplikasikan, dan konsisten atau sesuai dengan kebijakan yang

13
berlaku tentang K3 di perusahaan, serta mencakup seluruh risiko
yang ada di tempat kerja. Selain itu tujuan dan program K3 yang
disusun juga harus mempertimbangkan teknologi, pembiayaan,
orientasi bisnis, dan operasional perusahaan. Perlu diingat bahwa
program harus dikaji ulang secara periodik dan dapat berubah
sewaktu-waktu dalam rangka penyesuaian kondisi perusahaan.

3. Implementasi dan Pelaksanaan


3.1 Sumber daya, peraturan, tanggung jawab, penilaian, dan
kewenangan
Top manajemen memegang tanggung jawab tertinggi dalam
pelaksanaan program K3 dan system manajemen K3. komitmen top
manajemen tersebut terwujud dalam bentuk memastikan tersedianya
sumber daya yang meliputi sumber daya manusia yang kompeten,
stuktur organisasi dan teknologi dan dana. Pendelegasian wewenang
dan tanggung jawab dalam rangka efektifitas SMK3 harus
dikomunikasikan dan disosialisasikan.

3.2 Kompetensi, pelatihan, dan kesadaran


Sistem organisasi harus mampu mengidentifikasi kebutuhan
pelatihan terkait dengan risiko K3 serta sistem manajemen K3.
Sistem tersebut harus dapat menyediakan pelatihan atau membuat
tindakan lain untuk memenuhi kebutuhan, mengevaluasi efektifitas
dari pelatihan atau tindakan lain yang diambil dan terkait dengan
pencatatan.

3.3 Komunikasi, Partisipasi, dan Konsultasi


a) Komunikasi
Dengan mengacu pada bahaya K3 serta sistem
manajemen K3, maka sebuah organisasi harus membangun,
mengimplementasikan dan merawat prosedur untuk melakukan
komunikasi internal diantara variasi tingkatan dan kepentingan

14
organisasi, komunikasi dengan kontraktor dan pengunjung, dan
pendokumentasian terkait dengan kepentingan eksternal.
b) Partisipasi dan konsultasi
Organisasi harus membangun, mengimplementasikan,
dan menjaga prosedur untuk:
1) Partisipasi pekerja berdasarkan;
a. Kesesuaian terkait dengan identifikasi bahaya,
penilaian risiko, dan penentuan pengendalian;
b. Kesesuaian terkait dengan investigasi insiden;
c. Keterkaitan dalam pengembangan dan ulasan
kebijakan K3 dan tujuan;
d. Konsultasi dimana terdapat perubahan yang dapat
mempengaruhi K3;
e. Representasi pada K3.
2) Konsultasi dengan kontraktor dimana terdapat perubahan
yang mempengaruhi K3.

3.4 Dokumentasi
Dokumentasi sistem manajemen K3 termasuk;
a) Kebijakan K3 dan tujuan;
b) Deskripsi dari ruang lingkup sistem manajemen K3;
c) Deskripsi dari elemen utama sistem manajemen K3 dan
interaksi serta referensi pada dokumen terkait;
d) Dokumen, termasuk pencatatan, permintaan standar OHSAS;
e) Dokumen, termasuk pencatatan, penentuan dari organisasi untuk
kemungkinan meyakinkan efektifitas perencanaan, operasi dan
proses kendali yang berkaitan pada manajemen dari risiko K3.

3.5 Pengendalian dokumen


Dokumen K3 yang terdapat diperusahaan harus disimpan
dan dijaga mulai dari proses pembuatan dokumen tersebut hingga
saat sekarang, jika dibutuhkan pembaharuan dokumen harus

15
mendapatkan persetujuan dari manajemen. Kemudian meyakinkan
bahwa seluruh dokumen K3 yang terkait telah diidentifikasi dan
dikendalikan, jadi ketika dokumen tersebut diperlukan dapat
langsung dilihat dan mencegah dokumen yang tidak diperlukan
digunakan.

3.6 Pengendalian operasional


Pengendalian bahaya penting untuk mengatur risiko
kesehatan dan keselamatan kerja. Perusahaan harus
mengintegrasikan seluruh operasi pengendalian ke dalam sistem
manajemen K3, pengendaliaan dilakukan pada saat pembelian
barang, jasa dan peralatan, pengendaliaan seluruh prosedur untuk
melihat angka absensi sakit dan menetapkan kriteria operasi untuk
mengendalikan absensi sakit.

3.7 Persiapan bencana dan tanggapan daruratnya


Suatu organisasi harus membangun, mengimplementasikan
dan merawat prosedur untuk melakukan identifikasi hal-hal yang
berpotensi pada situasi gawat darurat dan untuk merespon situasi
gawat darurat. Suatu perusahaan harus melakukan persiapan ketika
terjadinya kecelakaan kerja. Selain itu, perusahaan juga harus
melakukan uji respon untuk kegawatdaruratan secara periodik, jika
perlu melakukan revisi disesuaikan dengan uji persiapan tanggap
darurat yang telah dilakukan.

4. Pemeriksaan
4.1 Pengukuran dan pengawasan kinerja
Perusahaan seharusnya membangun, mengimplementasikan
dan melakukan pemeliharaan prosedur untuk memonitor dan
melakukan pengukuran kinerja kesehatan dan keselamatan kerja.
Prosedur tersebut berisi;

16
a) Pengukuran kualitatif dan kuantitatif yang sesuai dengan
perusahaan;
b) Melakukan monitoring untuk melakukan perluasan objek
kesehatan dan keselamatan kerja;
c) Melakukan monitoring keefektifan pengendalian;
d) Pengukuran kinerja dalam hal melakukan monitor kesehatan
incident dan bukti dari kinerja safety dimasa lalu;
e) Pengukuran kinerja secara produktif terutama dalam hal kinerja
monitoring untuk program kesehatan dan keselamatan kerja dan
pengendalian kinerja operasional;
f) Melakukan penyimpanan data dan hasilnya dilakukan
monitoring dan pengukuran yang cukup untuk memfasilitasi
tindakan pencegahan lanjutan dan analisis tindakan pencegahan.
Untuk peralatan kerja dilakukan monitoring dengan cara
melakukan kalibrasi secara berkala.

4.2 Evaluasi pemenuhan peraturan


Konsisten dengan komitmen untuk melaksanakan kebijakan
keselamatan di suatu perusahaan dengan membangun,
mengimplementasikan dan melakukan perawatan prosedur secara
periodik serta melakukan evaluasi yang disesuaikan dengan
peraturan yang ada dan membandingkan dengan peraturan yang
lainnya.

4.3 Investigasi kecelakaan, ketidaksesuaian, tindakan perbaikan, dan


tindakan pencegahan
1) Investigasi kecelakaan
Perusahaan seharusnya membangun,
mengimplementasikan dan melakukan prosedur untuk
menyimpan, menginvestigasikan dan melakukan analisis
kecelakaan yang berupa;

17
a) Menentukan pemicu kekurangan kesehatan dan keselamatan
kerja dan fasilitas lainnya yang menjadi penyebab atau
yang berkontribusi terhadap kejadian kecelakaan;
b) Identifikasi hal-hal yang dibutuhkan untuk aksi koreksi;
c) Identifikasi kesempatan untuk aksi pencegahan;
d) Identifikasi kesempatan untuk peningkatan program secara
terus-menerus;
e) Mengkomunikasikan hasilnya ke dalam investigasi.

2) Ketidaksesuaian, tindakan perbaikan, dan pencegahan


Suatu organisasi harus membuat,
mengimplementasikan dan merawat prosedur yang ada untuk
membuat tindakan perbaikan dan pencegahan. Prosedur ini
dilakukan dengan identifikasi dan perbaikan serta melakukan
tindakan untuk mengurangi potensi bahaya K3, kemudian
melakukan investigasi terhadap ketidaksesuaian dan
penyimpangan yang terjadi, setelah melakukan investigasi perlu
dilakukan penentuan tindakan yang dibutuhkan untuk
mengevaluasi tindakan yang menyimpang atau tidak sesuai,
yang kemudian hasilnya dikomunikasikan dan tinjau
keefektivitasannya. Suatu organisasi harus melakukan
pencatatan kedalam SMK3 terhadap perubahan penting yang
terjadi selama tindakan perbaikan dan pencegahan.

4.4 Pengendalian pencatatan/rekaman


Suatu organisasi harus membuat dan menjaga pencatatan
yang ada untuk menunjukkan kesesuaian dengan persyaratan yang
ada pada sistem managemen K3 dan standar OHSAS. Suatu
organisasi harus membuat dan menjaga prosedur untuk identifikasi,
penyimpanan, perlindungan, pencarian bukti dan pembuangan dari
pencatatan yang ada. Pencatatan yang dibuat harus dapat dibaca,
dapat diidentifikasi.

18
4.5 Internal Audit
Suatu organisasi harus meyakinkan bahwa internal audit
SMK3 diadakan pada jarak waktu yang sudah ditentukan untuk:
1) Menentukan jika SMK3;
a. Sesuai dengan rencana yang telah disusun oleh
managemen K3 termasuk persyaratan pada standar
OHSAS;
b. Telah sesuai diimplementasikan dan dipelihara;
c. Efektif dalam pemenuhan tujuan dan kebijakan
organisasi.
2) Menyediakan informasi dari hasil audit kepada pihak
manajemen. Program audit direncanakan, dibuat,
diimplementasikan dan dipelihara oleh organisasi, berdasarkan
hasil dari penilaian risiko yang dilakukan organisasi. Program
audit juga harus dibuat, diimplementasikan dan dipelihara
dengan yang mengarah pada;
a. Tanggungjawab, kompetisi dan persyaratan
untuk merencanakan dan mengadakan audit, melaporkan
hasilnya dan menyimpan hasil pencatatan;
b. Penentuan kriteria audit, luasnya cakupan bidang yang
diaudit, frekuensinya dan metode yang digunakan.

5. Tinjauan Manajemen
Top managemen harus mereview sistem organisasi SMK3, jarak
pelaksanaan audit yang telah direncanakan untuk meyakinkan adanya
kesesuaian yang berkelanjutan dan keefektifitasan. Review harus
mencakup penilaian terhadap kemungkinan peningkatan dan kebutuhan
terhadap perubahan sistem managemen K3, termasuk didalamnya tujuan
dan kebijakan K3.

19
Hasil akhir dari review manajemen harus konsisten dengan
komitmen organisasi untuk peningkatan yang berkelanjutan dan termasuk
didalamnya beberapa keputusan dan tindakan yang berkaitan dengan
kemungkinan adanya perubahan untuk;
a. Kinerja K3;
b. Tujuan dan kebijakan K3;
c. Sumber daya;
d. Elemen lainnya dari SMK3
Hasil akhir lainnya dari sesuai dengan review managemen harus
ada untuk komunikasi dan konsultasi.

E. Kunci Keberhasilan Penerapan Sistem Manajemen K3


Untuk mencapai penerapan SMK3 kelas dunia, diperlukan faktor
berikut ini (Ramli 2010):
1. SMK3 harus komprehensif dan terintegrasi dengan seluruh langkah
pengendalian yang dilakukan. Antara elemen implementasi dengan
potensi bahaya atau risiko yang ada dalam organisasi harus sejalan.
SMK3 disusun dengan pendekatan risk based concept sehingga tidak
salah arah.
2. SMK3 harus dijalankan dengan konsisten dalam operasi satu-satunya
cara untuk pengendalian risiko dalam organisasi. Semua program K3
atau kebijakan K3 yang diambil harus mengacu kepada SMK3 yang ada.
Sebagai contoh, ketika organisasi akan melakukan proyek ekspansi
fasilitas, maka dikembangkan program K3 untuk proyek yang tetap
mengacu kepada SMK3 yang sudah ada.
3. SMK3 harus konsisten dengan hasil identifikasi bahaya dan penilaian
risiko yang sudah dilakukan. Hal ini akan tercermin dalam penetapan
objektif dan program kerja yang harus mengacu kepada potensi bahaya
yang ada dalam organisasi.

20
4. SMK3 harus mengandung elemen-elemen implementasi yang
berlandasakan siklus proses manajemen.
5. Semua unsur atau inidividu yang terlibat dalam operasi harus memahami
konsep dan implementasi SMK3.
6. Adanya dukungan dan komitmen manajemen puncak dan seluruh elemen
dalam organisasi untuk mencapai kinerja K3 terbaik.
7. SMK3 harus terintegrasi dengan sistem manajemen lainnya yang ada
dalam organisasi.

F. Contoh Studi Kasus


1. Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) Pada Proyek Konstruksi di Indonesia (Studi Kasus:
Pembangunan Jembatan Dr. Ir. Soekarno-Manado)
(Pangkey, Malingkas, and Walangitan 2012)
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
merupakan sistem perlindungan bagi tenaga kerja dan jasa konstruksi
untuk meminimalisasi dan menghindarkan diri dari resiko kerugian moral
maupun material, kehilangan jam kerja, maupun keselamatan manusia
dan lingkungan sekitarnya yang nantinya dapat menunjang peningkatan
kinerja yang efektif dan efisien. Pedoman penerapan SMK3 di Indonesia
diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor:
PER.05/MEN/1996.
Penelitian ini mencoba memberikan jawaban tentang bagaimana
standar dan pedoman SMK3 yang digunakan pada proyek pembangunan
Jembatan Dr. Ir. Soekarno di Manado serta membahas bagaimana
pengaruh dari penerapan SMK3 bagi perusahaan dan tenaga kerja itu
sendiri.
Analisis data dilakukan dengan menyusun dan membahas hasil
wawancara dengan petugas K3, hasil observasi atau pengamatan
langsung di lokasi proyek dan hasil evaluasi data-data SMK3 yang
tersedia serta studi kepustakaan sebagai data pendukung.

21
Berdasarkan penelitian ini disimpulkan bahwa SMK3 telah
direncanakan dan diterapkan dengan baik di lokasi proyek. Standar dan
pedoman yang digunakan untuk mengatur sistem ini disusun dalam
Rencana Mutu, Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan
Proyek (RMK3LP). Dasar penerapan prosedur-prosedur tersebut
disesuaikan dengan standar internasional yaitu Occupation Health and
Safety Management System (OHSAS) 18001:1999 yang memiliki
kesamaan dengan SMK3 diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja
Nomor: PER.05/MEN/1996. Penerapan SMK3 ini membawa pengaruh
yang baik bagi perusahaan maupun tenaga kerja, hal tersebut terlihat dari
jumlah tenaga kerja yang mengalami kecelakaan atau penyakit kerja
masih tergolong rendah dan tidak memberikan pengaruh yang berarti
bagi pelaksanaan pekerjaan.

2. Analisis Penerapan Sistem Manajemen K3 di PT Kerismas Witikco


Makmur Bitung
(Wuon 2013)
Dalam UU No. 13 Tahun 2003 Pasal 87 Ayat 1 Tentang
Ketenagakerjaan dinyatakan bahwa ”Setiap perusahaan wajib
menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dalam upaya
meminimalkan kecelakaan kerja di PT. Kerismas Witikco Makmur
Bitung (PT. KWMB).
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan
pengumpulan data secara in-depth interview. Informan terdiri dari
manajemen perusahaan, pemerintah setempat, dan serikat pekerja.
Variabel penelitian yaitu sistem manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja meliputi komitmen dan kebijakan, perencanaan, penerapan,

22
pengukuran dan evaluasi, dan tinjauan ulang. Untuk menetapkan
keabsahan data dilakukan teknik triangulasi.
Hasil penelitian menunjukkan Komitmen dan kebijakan di PT
KWM Bitung belum berdasarkan Permenaker No. 05/Men/1996 Lamp. 1
Poin 1 dimana perusahaan belum menempatkan organisasi ataupun
seorang ahli keselamatan dan kesehatan kerja (K3), perencanaan K3 di
PT KWMB juga belum sesuai dengan Permenaker No. 05/Men/1996
Lamp. 1 Poin 2 dimana perusahaan belum menetapkan tujuan dan
sasaran program K3 yang terdokumentasikan, penerapan SMK3
diperusahaan yang sudah dilakukan dalam perlindungan keselamatan
para pekerja yaitu berupa pengadaan sejumlah alat pelindung diri sebagai
upaya teknis pencegahan kecelakaan kerja, sedangkan tinjauan ulang
SMK3 di PT KWMB juga belum berdasarkan Permenaker No.
05/Men/1996, dimana perusahaan belum melakukan Audit SMK3.
Perusahaan disarankan agar membentuk organisasi K3 dalam
struktur organisasi di perusahaan atau menempatkan karyawan yang
kompeten di bidang K3 berdasarkan Permenaker No. 05/Men/1996
Lamp. 1 Poin 1, dan bagi para karyawan disarankan untuk lebih
meningkatkan kesadaran akan pentingnya K3 dan mematuhi segala
peraturannya.

23
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah
bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam
rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif.
2. Tujuan penerapan SMK3 dalam PP Nomor 50 Tahun 2012 pasal 2 adalah
untuk: Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan
kerja yang terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi; Mencegah dan
mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan
melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat
pekerja/serikat buruh; serta Menciptakan tempat kerja yang aman,
nyaman, dan efisien untuk mendorong produktivitas.
3. Manfaat lain dari penerapan manajemen K3 adalah; Memberikan
kepuasan dan meningkatkan loyalitas pekerja terhadap perusahaan,
karena adanya jaminan keselamatan dan kesehatan dalam kerja;
Menunjukkan bahwa sebuah perusahaan telah beritikad baik dalam
mematuhi peraturan perudangan, sehingga dapat beroperasi secara
normal tanpa menghadapi kendala dari segi ketenagakerjaan; Mencegah
terjadinya kecelakaan, kerusakan, atau sakit akibat kerja, sehingga
perusahaan tidak perlu mengeluarkan biaya yang ditimbulkan oleh
kejadian tersebut; Menciptakan adanya aktivitas dan kegiatan yang
terorganisir, terarah, dan berada dalam koridor yang teratur, sehingga
organisasi dapat berkonsentrasi melakukan peningkatan sistem
manajemennya dibandingkan melakukan perbaikan terhadap
permasalahan-permasalahan yang terjadi; serta Meningkatkan
kepercayaan dan kepuasan pelanggan, karena tenaga kerja dapat bekerja
optimal, kemudian meningkatkan kualitas produk dan jasa yang
dihasilkan.

24
4. Proses sistem manajemen K3 menggunakan pendekatan PDCA (plan-do-
chech-action) yaitu mulai dari prencanaan, penerapan, pemeriksaan, dan
tindakan perbaikan. Dengan demikian, sistem manajemen K3 akan
berjalan terus menerus secara berkelanjutan selama aktivitas organisasi
masih berlangsung.
5. Untuk mencapai penerapan SMK3 kelas dunia, diperlukan faktor berikut
ini; SMK3 harus komprehensif dan terintegrasi; SMK3 harus dijalankan
dengan konsisten; SMK3 harus konsisten dengan hasil identifikasi
bahaya dan penilaian risiko yang sudah dilakukan; SMK3 harus
mengandung elemen-elemen implementasi yang berlandasakan siklus
proses manajemen; Semua unsur atau inidividu yang terlibat dalam
operasi harus memahami konsep dan implementasi SMK3; Adanya
dukungan dan komitmen manajemen puncak dan seluruh elemen dalam
organisasi untuk mencapai kinerja K3 terbaik serta; SMK3 harus
terintegrasi dengan sistem manajemen lainnya yang ada dalam
organisasi.

B. Saran
1. Perlu adanya peran pemerintah sebagai pengontrol dan memberikan
sangsi terhadap perusahaan yang mengabaikan masalah-masalah
keselamatan dan kesehatan kerja, guna meningkatkan perhatian dan
kesadaran pihak perusahaan untuk menerapkan SMK3.
2. Pihak Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus menanamkan
pedoman 5 R (Resik, rapi, rajin, rawat, ringkas) kepada semua tenaga
kerja saat melakukan kerja ataupun saat memakai peralatan kerja
sehingga dapat meminimalisir potensi bahaya yang dapat mengakibatkan
kecelakaan kerja.

25
3. Menanamkan budaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di
perusahaan untuk selalu berperilaku selamat dengan cara pendekatan
langsung seperti; himbauan untuk bekerja dengan aman dan peduli
keselamatan diri sendiri dan orang lain, himbauan tentang penggunaan
APD di tempat kerjanya. Pendekatan tidak langsung dapat dilakukan
dengan cara; safety poster lebih banyak dan slogan motivasi untuk
bekerja secara aman serta melakukan “punishment and rewards” yang
tegas agar tenaga kerja merasa diperhatikan dan dihargai terhadap
pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di perusahaan.
4. Perlu dilakukan pengawasan yang lebih baik terhadap penerapan SMK3
yang diberlakukan di lingkungan perusahaan.

26
DAFTAR PUSTAKA

Busyairi, Muhammad, La Ode Ahmad Safar Tosungku, and Ayu Oktaviani. 2014.
“Pengaruh Keselamatan Kerja Dan Kesehatan Kerja Terhadap
Produktivitas Kerja Karyawan.” 2(3): 3059–69.

Ervianto, Wulfram I. 2014. “Pengaruh Sistem Manajemen Keselamatan Dan


Kesehatan Kerja Terhadap Capaian Green Construction Oleh Kontraktor
Dalam Proyek Gedung Di Indonesia.” Konferensi Nasional Teknik Sipil
8: 16–18.

Haas, Emily Joy, and Patrick Yorio. 2016. “Exploring The State of Health and
Safety Management System Performance Measurement in Mining
Organizations.”
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4725603/.

Hongadi, Elvira, and Maria Praptiningsih. 2013. “Analisis Penerapan Program


Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Pada PT.Rhodia Manyar Di Gresik.”
1(3).

International Labour Organization. 2013. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja


Keselamatan Dan Kesehatan Sarana Untuk Produktivitas. www.ilo.org.

Kerja, Kementerian Tenaga. 2014. Himpunan Peraturan Perundang-Undangan


Keselamatan Dan Kesehatan Kerja.

Nordlöf, Hasse, Birgitta Wiitavaara, Hans Högberg, and Ragnar Westerling. 2017.
“A Cross-Sectional Study of Factors Influencing Occupational Health
and Safety Management Practices in Companies.” Safety Science 95: 92–
103.

27
Pangkey, Febyana, Grace Y Malingkas, and D O R Walangitan. 2012. “Penerapan
Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (Smk3) Pada
Proyek Konstruksi Di Indonesia (Studi Kasus: Pembangunan Jembatan
Dr. Ir. Soekarno-Manado).” Jurnal Ilmiah MEDIA ENGINEERING 2(2):
100–113.

Ramli, Soehatman. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja


OHSAS 18001. Jakarta: Dian Rakyat.

Tulashie, Samuel Kofi, Emmanuel Kwasi Addai, and Joe Steve Annan. 2016.
“Exposure Assessment, a Preventive Process in Managing Workplace
Safety and Health, Challenges in Ghana.” Safety Science 84: 210–15.
http://dx.doi.org/10.1016/j.ssci.2015.12.023.

World Health Organization. 2017. World Health Organization World Health


Statistics 2017 : Monitoring Health for The SDGs.
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/255336/1/9789241565486-
eng.pdf?ua=1.

Wuon, Alfred Billy. 2013. “Analisis Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan


Dan Kesehatan Kerja Di PT. Kerismas Witikco Makmur.”

Xue, Conghua. 2015. “Who Is Dominant? Occupational Health and Safety


Management in Chinese Shipping.” 59(1): 1–24.

28

You might also like