Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

gizi adalah sebagai proses organisme dalam menggunakan

makanan yang dimakan atau dikonsumsi secara normal melalui tahap

pencernaan, penyerapan, transportasi, penyimpanan dan metabolisme

sertapengeluaran zat gizi untuk dapat mempertahankan kehidupan,

pertumbuhan dan berbagai fungsi normal dari organ tubuh serta dapat di

gunakan sebagai penghasil tenaga (World Health Organisation).

Masalah gizi adalah masalah kesehatan masyarakat yang

penganggulangan tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan

pelayanan kesehatan saja. Masalah gizi disamping merupakan sindrom

kemiskinan yang erat kaitannya dengan masalah ketahanan pangan di

tingkat rumah tangga dan juga menyangkut aspek pengetahuan serta pola

asuh yang kurang mendukung pola hidup sehat. Keadaaan gizi masyarakat

akan mempengaruhi tingkat kesehatan dan umur harapan hidup yang

merupakan salah-satu unsur utama dalam penentuan keberhasilan

pembangunan Negara yang dikenal dengan HDI (Human Development

Index).

1
Gizi kurang adalah gangguan kesehatan akibat kekurangan atau

ketidak seimbangan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan, aktivitas

berfikir dan semua hal yang berhubungan dengan kehidupan. Kekurangan

zat gizi adaptif bersifat ringan sampai dengan berat. Gizi kurang banyak

terjadi pada anak usia kurang dari 5 tahun. Gizi buruk adalah kondisi gizi

kurang hingga tingkat yang berat dan di sebabkan oleh rendahnya

konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam

waktu yang cukup lama, (Khaidirmuhaj, 2009).

. Departemen Kesehatan RI (Depkes RI) mencatat status gizi balita

dapat diukur dengan indeks berat badan per umur (BB/U), tinggi badan per

umur (TB/U) dan berat badan per tinggi badan ( BB/TB). Hasil pengukuran

status gizi PSG tahun 2016 dengan indeks BB/U pada balita 0-59 bulan,

mendapatkan persentase gizi buruk sebesar 3,4%, gizi kurang sebesar 14,4%

dan gizi lebih sebesar 1,5%. Angka tersebut tidak jauh berbeda dengan hasil

PSG 2015, yaitu gizi buruk sebesar 3,9%, gizi kurang sebesar 14,9% dan gizi

lebih sebesar 1,6%.

Data hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) di tahun 2016 oleh

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, prevalensi status gizi buruk dan

gizi kurang dengan menggunakan indesk BB/U, untuk Provinsi Sulawesi

Barat, ditemukan sebesar 24.8 %. Sedangkan untuk kabupaten Majene 33,6%.

Nilai tersebut dibawah ambang batas masalah kesehatan tingkat berat

(>20%). Sedangkan pada periode Januari s/d Oktober 2017, ada 17 penderita

gizi buruk dengan gangguan penyakit dan 2 penderita gizi buruk dengan

2
tanpa gangguan penyakit, terjadi karena kurangnya konsumsi makanan

hariannya. (Departemen Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2016)

Tingginya prevalensi gizi buruk dan gizi kurang ini menunjukkan

bahwa konsumsi makanan balita di wilayah Provinsi Sulawesi Barat sangat

kurang atau juga penyakit infeksi masih sering terjadi pada anak balita yang

menyebabkan mereka mengalami gangguan pertumbuhan pada massa

jaringan organ-organ tubuhnya. (Departemen Kesehatan Provinsi Sulawesi

Barat, 2016)

Sementara itu, menurut data di wilayah kerja Puskesmas Lembang

Kelurahan Lembang Kecamatan Banggae Timur Kabupaten Majene

tercatat jumlah balita yang berstatus gizi kurang pada tahun 2018 sebesar

116 balita.

Dari uraian di atas maka peneliti tertarik mengambil penelitian tentang

‘’GAMBARAN FREKUENSI MAKAN PADA BADUTA (0-23 BULAN)

GIZI KURANG DI KELURAHAN TANDE TIMUR WILAYAH

KERJA PUSKESMAS LEMBANG ‘’

3
B. TUJUAN

Berdasarkan dari uraian latar belakang maka peneliti membatasi

penelitian dengan Gambaran Frekuensi Makan Pada Baduta (0-23 Bulan)

Gizi Kurang Di Kelurahan Tande Timur Wilayah Kerja Puskesmas

Lembang Kecamatan Banggae Timur Kabupaten Majene.

1. Tujuan Magang

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Gambaran Frekuensi Makan Pada Baduta (0-23

Bulan) Dengan Kejadian Gizi Kurang Di Kelurahan Tande Timur

Wilayah Kerja Puskesmas Lembang Kecamatan Banggae Timur

Kabupaten Majene.

2. Tujuan Khusus

1) Untuk mengetahui berapa banyak anak balita yang menderita gizi

kurang di keluruhan tande timur wilayah kerja puskesmas

lembang.

2) Untuk mengetahui gambaran frekuensi makan pada badauta (0-

23 bulan) gizi kurang di keluruhan tande timur.

4
C. KEGUNAAN MAGANG

a. Memperkaya kajian dalam bidang ilmu kesehatan masyarakat

terutama sesuai dengan bidang minat yang digeluti.

b. .Untuk mengenal kondisi dan mempunyai pengalaman kerja di

lapangan (Puskesmas).

c. Penemuan baru mengenai analisis permasalahan dan kiat-kiat

pemecahan masalah kesehatan.

d. Memperoleh gambaran peluang kerja bagi sarjana kesehatan

masyarakat.

e. Kekompokkan di lapangan dalam menyukseskan kegiatan (bekerja

sama)

f. Mendapatkan bahan untuk penulisan skripsi/karya ilmiah

5
BAB II

KEADAAN UMUM

A. Gambaran Umum Puskesmas Lembang

Kondisi geografis Kecamatan Banggae Timur terdiri dari wilayah Pantai,

dataran dan Pegunungan. Dengan Luas wilayah 30,04 KM2, Puskesmas Lembang

merupakan satu dari dua Puskesmas yang berada di Wilayah Kecamatan Banggae

Timur Kota Majene. Dengan jarak sekitar 1 km dari Ibukota Kecamatan dan 3 km

dari Ibukota Kabupaten yang dihubungkan dengan jalan raya beraspal dengan

batas-batas wilayah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Polman

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Banggae

3. Sebelah Barat berbatasan dengan Lingkungan Tunda Kel. Labuang

Utara

4. Sebelah Timur berbatasan dengan Pantai Barane

Secara Administratif Wilayah Kerja Puskesmas Lembang Terdiri dari 3

kelurahan dan pada tahun 2012 Penmerintah Kab. Majene Kec. Banggae Timur

telah melakukan pemekaran lingkungan sehingga Puskesmas lembang melayani 4

Kelurahan sebagai wilayah kerjanya dengan luas keseluruhan 8.76 KM2 dengan

rincian luas masing-masing dapat dilihat pada tabel berikut:

6
Tabel 2.1

Distribusi Wilayah Kerja

Puskesmas Lembang Tahun 2012

Wilayah Kerja Luas ( Jarak Rata2 ke Pusk.


No
Kelurahan Lingkungan Km2 ) (Km)

Salabulo

Lutang
Tande Timur
Lino Maloga 3.65 2

Ka’loli

Buttu Samang

Labuang

Binanga

Tg. Batu Barat

Labuang Tg. Batu Timur 0.26 2

Parappe

Tangnga-

tangnga

7
Lembang

Lembang Dhua
Lembang 2.71 1
Leppe Barat

Leppe

Barane

Barane Dhua

Tamo
Baurung 2.14 2
Tamo Dhua

Baurung

Pangale

Jumlah 8.76

(Sumber : Kecamatan Banggae Timur Dalam Angka)

8
B. KEADAAN PENDUDUK

Kepadatan penduduk didasarkan kepada jumlah penduduk dan luas

wilayah. Wilayah Puskesmas Lembang dengan jumlah penduduk 17.691 Jiwa

dengan luas wilayah 8.76 KM2 yang tersebar di 4 (empat) Kelurahan memiliki

kepadatan penduduk Sbb :

Tabel 2.2

Jumlah Penduduk dan Luas Wilayah

Puskesmas Lembang Tahun 2012

No Desa / Kelurahan Jumlah

1 Tande Timur 1.885

2 Labuang 6.522

3 Lembang 5.124

4 Baurung 4.499

Jumlah 17.691

(Sumber : Kecamatan Banggae Timur Dalam Angka)

9
C. KEADAAN LINKUNGAN

Wilayah kerja Puskesmas Lembang sebagian besar adalah wilayah

perkotaan, perkebunan/pertanian serta daerah pesisir pantai. sebagian besar

penduduknya didominasi oleh PNS di daerah perkotaan, dan petani/berkebun

yang berada di daerah pegunungan/dataran tinggi serta nelayan yang berada di

daerah pesisir pantai. Sumber air penduduk diperoleh dari PDAM, sumur bor, dan

sebagian lagi masih ada yang menggunakan sumur gali sebagai sumber air.

Sedangkan keluarga yang memiliki JAGA (Jamban Keluarga) di wilayah kerja

Puskesmas Lembang sebanyak 2588 atau sekitar 67,82% dari jumlah total Rumah

Tangga keseluruhan yaitu 3816.

Berikut Jumlah rumah penduduk menurut jenis bangunannya:

1. Rumah Permanen : 1177

2. Rumah Semi Permanen : 875

3. Rumah Tidak Permanen : 1764

Sedangkan jumlah kepemakaian sumber air penduduk di wilayah

kerja Puskesmas Lembang terdiri dari:

1. PAM : 1690

2. Sumur Gali : 1313

3. Sumur Bor : 813

10
Jumlah keluarga yang memiliki JAGA (jamban keluarga) antara

lain:

1. Kelurahan Tande Timur : 187

2. Kelurahan Labuang : 876

3. Kelurahan Lembang : 820

4. Kelurahan Baurung : 705

Separuh dari wilayah kerja Puskesmas Lembang merupakan daerah

perkotaan khususnya Kelurahan Labuang dan Kelurahan Baurung yang

berada pada jalur lintas propinsi, sehingga pengelolaan sampah yang

ditangani oleh Dinas PU berjalan dengan rutin. Begitupun dengan daerah

yang memiliki ruas jalan yang lebar dan besar. Sedangkan sebagian

wilayah kerja Puskesmas Lembang yang jaraknya agak jauh dari Ibukota

Kabupaten seperti Kelurahan Tande tidak begitu baik. Kelurahan tersebut

masih berlaku sistem pembakaran dan penimbunan sampah, bahkan masih

ditemukan sebagian masyarakat yang membuang sampahnya ke hutan.

11
D. KEADAAN EKONOMI

Salah satu indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat

adalah pendapatan perkapita. Berdasarkan hasil pendataan Puskesmas Lembang

pada bulan januari tahun 2012. Mata Pencaharian Penduduk di wilayah kerja

Puskesmas Lembang yang termasuk dalam usia produktif sangat beragam yang

terdiri dari beberapa jenis mata pencaharian, bahwa mata pencaharian penduduk

wilaya kerja Puskesmas Lembang yang paling banyak adalah nelayan dengan

30.20 % sedangkan mata pencaharian penduduk yang paling rendah adalah Polisi

dengan 0.39 %.

B. Ruang Lingkup Kegiatan

Adapun kegiatan yang dilakukan selama di Puskesmas Lembang

1. Mengikuti kegiatan posyandu.

2. Pemberian tablet tambah darah pada sekolah menegah pertama

dan sekolah menegah atas terkhusus remaja putri.

3. Kegiatan memperingati hari gizi nasional.

4. Melakukan pencatatan penentuan status gizi pada anak balita

5. Melakukan pemberian makanan tambahan pada balita yang

mengalami gizi kurang.

12
BAB III

KEGIATAN MAGANG

A. Pelaksanaan Magang

Pelaksanaan magang dilakukan dari tangal 15 januari-16 Februari 2018.

kegiatan khusus yang dilakukan pemantauan atau pengamatan frekuensi makan

pada anak baduta gizi kurang di wilayah kerja Puskesmas Lembang.

B. Pembahasan

Selama mengikuti kegiatan posyandu di Kelurahan Tande Timur

ditemukan 2 kasus baru dengan usia 9 bulan dan 11 bulan yang

mengalami gizi kurang.

Tabel 3.1
Distribusi Balita Gizi Kurang Di Wilayah Kerja Puskesmas Lembang
Kec. Banggae Timur Kab. Majene Tahun 2018
No Nama Kelurahan Jumlah
1. Lembang 25
2. Labuang 45
3. Baurung 36
4 Tande Timur 10
Jumlah 116
Sumber : data sekunder

Berdasarkan Tabel 3.1 disribusi balita gizi kurang di wilayah kerja

Puskesmas Lembang Kec. Banggae Timur Kab. Majene 116 balita yang

mengalami gizi kurang diantaranya di Kelurahan Lembang sebanyak 25 balita,

Kelurahan Labuang sebanyak 45 balita, Kelurahan Baurung sebanyak 36 balita

dan Kelurahan Tande Timur sebanyak 10 balita. Gambaran tersebut di dapatkan

dari hasil penilaian pertumbuhan anak berdasarkan pengukuran berat badan

menurut umur (BB/U).

13
Tabel 3.2
Disrtibusi Jenis Kelamin Menurut Gizi Kurang pada Baduta
Di Kel. Tande Timur Wilayah Kerja Puskesmas Lembang

Jenis Kelamin
N %
Anak Balita
Perempuan 6 60
Laki-laki 4 40
Jumlah 10 100
Sumber: data sekunder

Berdasarkan Tabel 3.2 distribusi jenis kelamin menurut gizi kurang

pada baduta di Kelurahan Tande Timur Wilayah Kerja Puskesmas Lembang

dari 10 Responden menunjukkan bahwa distribusi tinggi jenis kelamin

perempuan dengan reponden 6 atau 60 % kemudian distribusi kurang pada

jenis kelamin laki-laki dengan 4 responden atau 40 %.

Tabel 3.3
Disrtibusi Frekuensi Makan Pada Baduta Gizi Kurang Di Kelurahan
Tande Timur Wilayah Kerja Puskesmas Lembang

Frekuensi
N %
Makan Balita
<3 Kali 7 70
≥3 Kali 3 30
Jumlah 10 100
Sumber : data sekunder

Berdasarkan Tabel 3.3 Distribusi frekuensi makan pada baduta gizi

kurang di Kelurahan Tande Timur Wilayah Kerja Puskesmas Lembang dari 10

responden menunjukkan bahwa frekuensi pemberian makan ≥ 3 kali pada baduta

sebanyak 3 responden atau 30 % kemudian frekuensi makan < 3 kali sebanyak 7

responden atau 70 %.

14
Frekuensi pemberian makan merupakan salah-satu aspek dalam

kebiasaan makan. Frekuensi konsumsi pangan pada anak, ada yang terikat pada

pola pemberian makan 3 kali perhari tetapi banyak pula yang mengkonsumsi

pangan antara 5 samapai 7 kali perhari atau lebih. Frekuensi pola pemberian

makanan yang ideal pada baduta menurut Suryansyah (2012) adalah 3 kali

sehari dengan jam makan yang teratur seperti pola jam 8, jam 12, dan jam 18.

Frekuensi konsumsi pangan bisa menjadi penduga tingkat kecukupan

gizi, artinya semakin tinggi frekuensi konsumsi pangan, maka peluang

terpenuhinya kecukupan gizi semakin besar. Suatu hasil pengamatan terhadap

anak-anak di Negara barat memperlihatkan bahwa pada kelompok anak yang

frekuensi konsumsi pangannya kurang 3 kali perhari mengkonsumsi energi,

protein, vitamin C dan zat besi (Fe) lebih rendah dari rata-rata konsumsi anak-

anak yang seumur. Sedangkan konsumsi pada kelompok anak yang frekuensi

konsumsi pangannya lebih dari 3 kali perhari ternyata lebih tinggi dari rata-rata

konsumsi anak yang seumur (Khomsan,2003).

Berdasarkan tabel 3.3 dapat diketahui frekuensi makan baduta yang

mengalami gizi kurang dengan total 10 responden yaitu 3 responden (30%)

memiliki frekuensi makan yang sesuai (≥ 3 kali) dan 7 responden (70 %)

memiliki frekuensi makan yang tidak sesuai (< 3 kali).

Hal ini dipengaruhi oleh pengetahuan ibu, konsumsi makanan serta

faktor sosial ekonomi. Semua faktor tersebut mempengaruhi pemberian

makanan yang terdiri dari nasi, lauk, sayur, buah-buahan dan susu mengandung

15
keenam zat gizi yang diperlukan oleh tubuh. Karna zat gizi tersebut akan

membantu sistem kekebalan tubuh yang kuat sehingga anak tidak mudah sakit.

Untuk menyediakan gizi yang cukup bagi baduta diperlukan menu seimbang.

Frekuensi makan anak usia 0-23 bulan yang penting adalah aneka

ragam makanan yang di konsumsi secara cukup. Dengan memperhatikan 4

sehat saja antara lain nasi, sayur, lauk, dan buah, anak-anak setelah 2 tahun

dapat tumbuh dengan baik. Namun kenyataannya, orang tua seolah memaksa

anak agar mengkonsumsi susu banyak-banyak dan membiarkan mengurangi

porsi makannya. Frekensi makan dengan porsi 3 kali sehari lebih penting dari

pada minum segelas atau dua gelas susu. Mengkonsumsi nasi, lauk, buah dan

sayur saja tanpa minum susu, anak-anak setelah 2 tahun sudah dapat tumbuh

optimal.

Jenis dan frekuensi makan pada anak usia 0-23 bulan kadang tidak

sesuai dengan jenis dan frekuensi makan yang semestinya. Karena pada usia ini

biasanya anak-anak mulai mengenal rasa dari makan seperti manis yang akan

terus tersimpan dikepalanya dan ingin terus di konsumsi jadi ibu harus selalu

memperhatikan makanan apa yang diberikan kepada anaknya. Dan bisa juga

karena anak menderita suatu penyakit atau anak dibiasakan dengan terlambat

makan sehingga anak menjadi sulit makan.

16
Pertumbuhan anak pada masa yang akan datang sangat ditentukan oleh

keadaan dan status gizinya ketika masih balita. Untuk itu jenis dan frekuensi

makan yang sesuai sangat penting untuk balita terutama anak usia 0-23 bulan

karna pada usia ini pertumbuhan dan perkembangan anak sangat cepat.

17
BAB IV

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Status gizi kurang pada anak balita pada dasarnya bisa di cegah dengan

memperhatikan frekuensi pemberian makanan pendamping asi,

memberikan makanan yang seimbang dan tetap menjaga kebersihan

makanan dan lingkungan.

B. Rekomendasi

Diharapkan kepada ibu-ibu yang memiliki anak balita agar memperbaiki

gizi anaknya baik masih dalam kandungan sampai dengan umur 59 bulan

serta rutin ke posyandu menimbang berat badan, panjang badan atau tinggi

badan serta mendapatkan imunisasi lengkap.

18
DAFTAR PUSTAKA

Soekidjo Notoatmodjo. 2007. kesehatan masyarakat ilmu dan seni. Edisi Revisi.

Jakarta : PT Rineka Cipta.

https://persagibandung.blogspot.co.id/2017/12/pengertian-gizi-artikel-

lengkap.html, di akses tgl 20 feb 18.

http://www.depkes.go.id/article/view/16032200005/tahun-2015-pemantauan-

status-gizi-dilakukan-di-seluruh-kabupaten-kota-di-indonesia.html, jam 3:37 di

akses tgl 21 feb 2018.

https://yohandwiindriani.weebly.com/gizi-buruk.html, diakses 24 February 2018.

https://yuniratahir36.blogspot.co.id/2015/04/balita-dengan-bawah-garis-

merah.html, di akses 24 February 2018.

http://dearbunda.com/7-prinsip-utama-makanan-pendamping-asi-menurut-standar-

who/,di akses 24 February 2018.

http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/FINAL_hasil_PSG_2015.pdf,

diakses 24 February 2018.

http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2011/11/buku-sk-antropometri-

2010.pdf ,diakses 24 February 2018.

19
LAMPIRAN DOKEMENTASI KEGIATAN MAGANG TANGGAL

15 JANUARI – 16 FEBRUARI 2018

20
21

You might also like