Professional Documents
Culture Documents
Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang: Index)
Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang: Index)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pertumbuhan dan berbagai fungsi normal dari organ tubuh serta dapat di
tingkat rumah tangga dan juga menyangkut aspek pengetahuan serta pola
asuh yang kurang mendukung pola hidup sehat. Keadaaan gizi masyarakat
Index).
1
Gizi kurang adalah gangguan kesehatan akibat kekurangan atau
zat gizi adaptif bersifat ringan sampai dengan berat. Gizi kurang banyak
terjadi pada anak usia kurang dari 5 tahun. Gizi buruk adalah kondisi gizi
konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam
dapat diukur dengan indeks berat badan per umur (BB/U), tinggi badan per
umur (TB/U) dan berat badan per tinggi badan ( BB/TB). Hasil pengukuran
status gizi PSG tahun 2016 dengan indeks BB/U pada balita 0-59 bulan,
mendapatkan persentase gizi buruk sebesar 3,4%, gizi kurang sebesar 14,4%
dan gizi lebih sebesar 1,5%. Angka tersebut tidak jauh berbeda dengan hasil
PSG 2015, yaitu gizi buruk sebesar 3,9%, gizi kurang sebesar 14,9% dan gizi
(>20%). Sedangkan pada periode Januari s/d Oktober 2017, ada 17 penderita
gizi buruk dengan gangguan penyakit dan 2 penderita gizi buruk dengan
2
tanpa gangguan penyakit, terjadi karena kurangnya konsumsi makanan
kurang atau juga penyakit infeksi masih sering terjadi pada anak balita yang
Barat, 2016)
tercatat jumlah balita yang berstatus gizi kurang pada tahun 2018 sebesar
116 balita.
3
B. TUJUAN
1. Tujuan Magang
1. Tujuan Umum
Kabupaten Majene.
2. Tujuan Khusus
lembang.
4
C. KEGUNAAN MAGANG
lapangan (Puskesmas).
masyarakat.
sama)
5
BAB II
KEADAAN UMUM
dataran dan Pegunungan. Dengan Luas wilayah 30,04 KM2, Puskesmas Lembang
merupakan satu dari dua Puskesmas yang berada di Wilayah Kecamatan Banggae
Timur Kota Majene. Dengan jarak sekitar 1 km dari Ibukota Kecamatan dan 3 km
dari Ibukota Kabupaten yang dihubungkan dengan jalan raya beraspal dengan
Utara
kelurahan dan pada tahun 2012 Penmerintah Kab. Majene Kec. Banggae Timur
Kelurahan sebagai wilayah kerjanya dengan luas keseluruhan 8.76 KM2 dengan
6
Tabel 2.1
Salabulo
Lutang
Tande Timur
Lino Maloga 3.65 2
Ka’loli
Buttu Samang
Labuang
Binanga
Parappe
Tangnga-
tangnga
7
Lembang
Lembang Dhua
Lembang 2.71 1
Leppe Barat
Leppe
Barane
Barane Dhua
Tamo
Baurung 2.14 2
Tamo Dhua
Baurung
Pangale
Jumlah 8.76
8
B. KEADAAN PENDUDUK
dengan luas wilayah 8.76 KM2 yang tersebar di 4 (empat) Kelurahan memiliki
Tabel 2.2
2 Labuang 6.522
3 Lembang 5.124
4 Baurung 4.499
Jumlah 17.691
9
C. KEADAAN LINKUNGAN
daerah pesisir pantai. Sumber air penduduk diperoleh dari PDAM, sumur bor, dan
sebagian lagi masih ada yang menggunakan sumur gali sebagai sumber air.
Puskesmas Lembang sebanyak 2588 atau sekitar 67,82% dari jumlah total Rumah
1. PAM : 1690
10
Jumlah keluarga yang memiliki JAGA (jamban keluarga) antara
lain:
yang memiliki ruas jalan yang lebar dan besar. Sedangkan sebagian
wilayah kerja Puskesmas Lembang yang jaraknya agak jauh dari Ibukota
11
D. KEADAAN EKONOMI
pada bulan januari tahun 2012. Mata Pencaharian Penduduk di wilayah kerja
Puskesmas Lembang yang termasuk dalam usia produktif sangat beragam yang
terdiri dari beberapa jenis mata pencaharian, bahwa mata pencaharian penduduk
wilaya kerja Puskesmas Lembang yang paling banyak adalah nelayan dengan
30.20 % sedangkan mata pencaharian penduduk yang paling rendah adalah Polisi
dengan 0.39 %.
12
BAB III
KEGIATAN MAGANG
A. Pelaksanaan Magang
B. Pembahasan
Tabel 3.1
Distribusi Balita Gizi Kurang Di Wilayah Kerja Puskesmas Lembang
Kec. Banggae Timur Kab. Majene Tahun 2018
No Nama Kelurahan Jumlah
1. Lembang 25
2. Labuang 45
3. Baurung 36
4 Tande Timur 10
Jumlah 116
Sumber : data sekunder
Puskesmas Lembang Kec. Banggae Timur Kab. Majene 116 balita yang
13
Tabel 3.2
Disrtibusi Jenis Kelamin Menurut Gizi Kurang pada Baduta
Di Kel. Tande Timur Wilayah Kerja Puskesmas Lembang
Jenis Kelamin
N %
Anak Balita
Perempuan 6 60
Laki-laki 4 40
Jumlah 10 100
Sumber: data sekunder
Tabel 3.3
Disrtibusi Frekuensi Makan Pada Baduta Gizi Kurang Di Kelurahan
Tande Timur Wilayah Kerja Puskesmas Lembang
Frekuensi
N %
Makan Balita
<3 Kali 7 70
≥3 Kali 3 30
Jumlah 10 100
Sumber : data sekunder
responden atau 70 %.
14
Frekuensi pemberian makan merupakan salah-satu aspek dalam
kebiasaan makan. Frekuensi konsumsi pangan pada anak, ada yang terikat pada
pola pemberian makan 3 kali perhari tetapi banyak pula yang mengkonsumsi
pangan antara 5 samapai 7 kali perhari atau lebih. Frekuensi pola pemberian
makanan yang ideal pada baduta menurut Suryansyah (2012) adalah 3 kali
sehari dengan jam makan yang teratur seperti pola jam 8, jam 12, dan jam 18.
protein, vitamin C dan zat besi (Fe) lebih rendah dari rata-rata konsumsi anak-
anak yang seumur. Sedangkan konsumsi pada kelompok anak yang frekuensi
konsumsi pangannya lebih dari 3 kali perhari ternyata lebih tinggi dari rata-rata
makanan yang terdiri dari nasi, lauk, sayur, buah-buahan dan susu mengandung
15
keenam zat gizi yang diperlukan oleh tubuh. Karna zat gizi tersebut akan
membantu sistem kekebalan tubuh yang kuat sehingga anak tidak mudah sakit.
Untuk menyediakan gizi yang cukup bagi baduta diperlukan menu seimbang.
Frekuensi makan anak usia 0-23 bulan yang penting adalah aneka
sehat saja antara lain nasi, sayur, lauk, dan buah, anak-anak setelah 2 tahun
dapat tumbuh dengan baik. Namun kenyataannya, orang tua seolah memaksa
porsi makannya. Frekensi makan dengan porsi 3 kali sehari lebih penting dari
pada minum segelas atau dua gelas susu. Mengkonsumsi nasi, lauk, buah dan
sayur saja tanpa minum susu, anak-anak setelah 2 tahun sudah dapat tumbuh
optimal.
Jenis dan frekuensi makan pada anak usia 0-23 bulan kadang tidak
sesuai dengan jenis dan frekuensi makan yang semestinya. Karena pada usia ini
biasanya anak-anak mulai mengenal rasa dari makan seperti manis yang akan
terus tersimpan dikepalanya dan ingin terus di konsumsi jadi ibu harus selalu
memperhatikan makanan apa yang diberikan kepada anaknya. Dan bisa juga
karena anak menderita suatu penyakit atau anak dibiasakan dengan terlambat
16
Pertumbuhan anak pada masa yang akan datang sangat ditentukan oleh
keadaan dan status gizinya ketika masih balita. Untuk itu jenis dan frekuensi
makan yang sesuai sangat penting untuk balita terutama anak usia 0-23 bulan
karna pada usia ini pertumbuhan dan perkembangan anak sangat cepat.
17
BAB IV
A. Kesimpulan
Status gizi kurang pada anak balita pada dasarnya bisa di cegah dengan
B. Rekomendasi
gizi anaknya baik masih dalam kandungan sampai dengan umur 59 bulan
serta rutin ke posyandu menimbang berat badan, panjang badan atau tinggi
18
DAFTAR PUSTAKA
Soekidjo Notoatmodjo. 2007. kesehatan masyarakat ilmu dan seni. Edisi Revisi.
https://persagibandung.blogspot.co.id/2017/12/pengertian-gizi-artikel-
http://www.depkes.go.id/article/view/16032200005/tahun-2015-pemantauan-
https://yuniratahir36.blogspot.co.id/2015/04/balita-dengan-bawah-garis-
http://dearbunda.com/7-prinsip-utama-makanan-pendamping-asi-menurut-standar-
http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/FINAL_hasil_PSG_2015.pdf,
http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2011/11/buku-sk-antropometri-
19
LAMPIRAN DOKEMENTASI KEGIATAN MAGANG TANGGAL
20
21