Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 28

MAKALAH TOKSIKOLOGI

BORAKS

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 5 TINGKAT IIA

AYU PUSPITA FITRIANI NIM P07234016004

FATIH FATHANAH GISYA NIM P07234016011

NABILA ARISTA NINGRUM NIM P07234016019

OFI MAISANUR RAMADANA NIM P07234016026

RISYA APRILYA HISMAWARNI NIM P07234016030

RIZKY NUGROHO NIM P07234016031

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia yang dilimpahkan-Nya, sehingga tugas Makalah Toksikologi tentang
“Boraks” dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Makalah ini terwujud atas kerjasama dan bantuan dari banyak pihak baik secara
langsung maupun tidak langsung, sehingga makalah ini dapat terselesaikan oleh
penyusun. Penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan maka dari itu penyusun
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca, agar dapat
menjadi bahan pertimbangan dan perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya penyusun untuk
menambah wawasan.

Samarinda, 17 Maret 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1


A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 2
C. Tujuan .................................................................................................................... 2

BAB II ISI .................................................................................................................... 3


A. Sumber Keracunan Boraks .................................................................................... 3
B. Gejala Keracunan Boraks....................................................................................... 5
C. Mekanisme Keracunan Boraks .............................................................................. 6
D. Penanggulangan Keracunan Boraks ...................................................................... 7
E. Pengambilan, Penyimpanan, dan Pengiriman Sampel Keracunan Boraks ke
Laboratorium ........................................................................................................ 10
F. Metode Pemeriksaan Boraks ................................................................................ 13

BAB III PENUTUP ................................................................................................... 20


A. Kesimpulan .......................................................................................................... 20
B. Saran .................................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 21


LAMPIRAN ............................................................................................................... 23

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kandungan Boron dalam Makanan ..................................................................... 4

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada umumnya dalam pengelolaan makanan selalu diusahakan untuk
menghasilkan produk makanan yang disukai dan berkualitas baik. Untuk
mendapatkan makanan seperti yang diinginkan maka sering pada proses
pembuatannya dilakukan penambahan “Bahan Tambahan Makanan (BTM)” yang
disebut zat aktif kimia (food additive). Bahan tambahan makanan yang digunakan
untuk menjaga kualitas makanan tersebut salah satunya adalah zat pengawet.
Menurut Hermana (1991), pengawetan dengan zat kimia merupakan teknik yang
relatif sederhana dan murah. Cara ini terutama bermanfaat bagi wilayah yang tidak
mudah menyediakan sarana penyimpanan pada suhu rendah. Konsentrasi bahan
pengawet yang diizinkan oleh peraturan sifatnya adalah dua penghambatan dan
bukannya mematikan organisme-organisme pencemar. Oleh karena itu, populasi
mikroba dari bahan pangan yang akan diawetkan harus dipertahankan seminimum
mungkin dengan cara penanganan dan pengolahan secara higienis. Bahan kimia
berbahaya yang bukan ditujukan untuk makanan, justru ditambahkan kedalam
makanan misalnya boraks akan sangat membahayakan konsumen.

Boraks sebagai pengawet dalam makanan dilarang penggunaannya sesuai


dengan Permenkes RI No 1168/Menkes/Per/X/1999 tentang Perubahan atas
Permenkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988 tentang Bahan Tambahan Makanan.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Agus Pramono dalam Nasution (2009),
tentang boraks pada makanan berupa mie basah, lontong, bakso, pempek dan
kerupuk udang yang diambil secara acak di Pasar SMEP, Tugu, Bambu Kuning,
Kampung Sawah, dan swalayan Bandar Lampung, dari 30 contoh mie basah, 84%
positif mengandung boraks. Dari 9 sampel lontong, 11,1% mengandung boraks,
dan dari 13 sampel pempek, 85% juga mengandung boraks, dari 12 sampel kerupuk
udang, 100% positif mengandung boraks. Penelitian yang dilakukan oleh Anisyah

1
Nasution tentang Analisa Kandungan Boraks pada Lontong di Kelurahan Padang
Bulan Kota Medan Tahun 2009, terdapat 62,5% pedagang lontong di Kelurahan
Padang Bulan menjual lontong yang mengandung boraks. Penggunaan boraks
dalam waktu lama dan jumlah yang banyak dapat menyebabkan kanker. Namun
pelanggaran peraturan di atas masih sering dilakukan oleh produsen makanan.
Menurut Medikasari (2003), hal ini terjadi selain karena kurangnya pengetahuan
para produsen juga karena harga pengawet yang khusus digunakan untuk industri
relatif lebih murah dibandingkan dengan harga pengawet yang khusus digunakan
untuk makanan maupun minuman.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja sumber dari keracunan boraks?
2. Bagaimana gejala keracunan boraks?
3. Bagaimana mekanisme keracunan boraks?
4. Bagaimana penanggulangan keracunan boraks?
5. Bagaimana pengambilan, penyimpanan, dan pengiriman sampel keracunan
boraks ke laboratorium?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja sumber dari keracunan boraks.
2. Untuk mengetahui gejala keracunan boraks.
3. Untuk mengetahui mekanisme keracunan boraks.
4. Untuk mengetahui cara penanggulangan keracunan boraks.
5. Untuk mengetahui cara pengambilan, penyimpanan, dan pengiriman sampel
keracunan boraks ke laboratorium.

2
BAB II
ISI
A. Sumber Keracunan Boraks
Boraks adalah senyawa kimia dengan nama natriumtetraborat
(Na2B4O7.10H2O), berbentuk kristal lunak dan jika dilarutkan dalam air akan
berubah menjadi natrium hidroksida serta asam borat (H3BO3). Boraks bersifat basa
lemah dengan pH (9,15–9,20). Boraks dapat larut dalam air dingin (47.1 g/L at 20
°C), kelarutannya sangat meningkat dalam air panas, tetapi tidak larut dalam asam
dan etanol (EFSA, 2013). Boraks dan asam borat merupakan senyawa yang
mengandung unsur boron yang umum dijumpai di alam. Kandungan boron di
dalam borak sebanyak 11.34%. Boron merupakan unsur nonmetal yang tidak
pernah terjadi di alam dengan sendirinya. Boron umumnya terdapat dalam bentuk
borat, yaitu suatu senyawa yang terbentuk dari kombinasi antara boron dengan
subtansi lain di alam (BfR, 2005 dan Janny, 2009).
Boraks maupun asam borat digunakan dalam berbagai industri, seperti
acarisida, algaesida, fungisida, herbisida, dan insektisida (EPA, tanpa tahun).
Boraks di masyarakat dikenal dengan nama bleng yang berbentuk larutan atau
padatan/kristal. Mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks memang tidak
secara langsung berakibat buruk terhadap kesehatan. Tetapi boraks dalam kadar
rendah ini akan diserap dalam tubuh konsumen secara kumulatif.
Menurut Janny (2009), secara alami boraks dan asam borat terbentuk di dalam
air dan tanah. Oleh karena itu, secara alami pula asam borat terbentuk di dalam
makanan kita. Sumber makanan yang banyak mengandung boron adalah buah-
buahan, sayuran, dan kacang-kacangan. Selain itu minuman anggur dan bir
mengandung boron dalam konsentrasi yang cukup tinggi.

3
Tabel 2.1 Kandungan Boron dalam Makanan

Kelompok Makanan Food Item Level Boron


(mg/kg)
Buah-buahan Apel 2.38-2.73
Pisang 3.72
Kacang-kacangan Kacang almond 23
Kacang tanah 13.8-18
Minuman Bir 0.13-1.8 mg/L
Anggur 3.5 mg/L
Sereal Roti tawar 0.20-0.48
Nasi putih instan ≤0.015

Sumber: World Health Organization (1998, dalam Janny, 2009)

Menurut beberapa sumber, boron merupakan unsur esensial bagi tubuh kita.
Last (2012) mengungkapkan bahwa boron diperlukan untuk kerja organ-organ
tubuh seperti kelenjar paratiroid, untuk kesehatan tulang, gigi, dan persendian, serta
pengatur dalam proses absorpsi dan metabolisme kalsium, magnesium dan fosfor
di dalam tubuh kita. Defisiensi boron dapat menyebabkan kelebihan produksi
hormon paratiroid dan dapat meningkatkan ion kalsium dalam darah yang
bersumber dari tulang dan gigi. Hal tersebut dapat menyebabkan osteoporosis,
arthritis, dan kerusakan gigi. Tingginya kalsium dalam darah juga dapat
menyebabkan sering terjadi kram, pengapuran kelenjar endokrin khususnya
kelenjar pineal dan ovarium, arteriosklerosis, batu ginjal dan pengapuran pada
ginjal, yang akhirnya dapat menyebakan gagal ginjal.
Ciri-ciri makanan yang mengandung boraks dapat ditandai dengan: bau yang
menyengat, bersifat membal (jika ditekan terasa sangat kenyal, sedangkan yang
normal jika ditekan akan membekas), lebih tahan lama, dan tidak dihinggapi lalat
karena beracun juga bagi lalat tersebut. Batas aman atau legal penggunaan boraks

4
dalam makanan adalah 1 gram per 1 kg pangan. Dosis fatal untuk dewasa berkisar
antara 15-20 g dan untuk anak-anak 3-6 g.

B. Gejala Keracunan Boraks


Efek negatif dari penggunaan boraks dalam pemanfaatannya yang salah pada
kehidupan dapat berdampak sangat buruk pada kesehatan manusia. Boraks
memiliki efek racun yang sangat berbahaya pada sistem metabolisme manusia
sebagai halnya zat-zat tambahan makanan lain yang merusak kesehatan manusia.
Mengonsumsi boraks dalam makanan tidak secara langsung berakibat buruk,
namun sifatnya terakumulasi (tertimbun) sedikit-demi sedikit dalam organ hati,
otak dan testis. Boraks tidak hanya diserap melalui pencernaan namun juga dapat
diserap melalui kulit. Boraks yang terserap dalam tubuh dalam jumlah kecil akan
dikelurkan melalui air kemih dan tinja, serta sangat sedikit melalui keringat. Boraks
bukan hanya menganggu enzim-enzim metabolisme tetapi juga menganggu alat
reproduksi pria. Sering mengkonsumsi makanan berboraks akan menyebabkan
gangguan otak, hati, lemak dan ginjal. Dalam jumlah banyak, boraks menyebabkan
demam, anuria, koma, merangsang sistem saraf pusat, menimbulkan depresi,
apatis, sianosis, tekanan darah turun, kerusakan ginjal, pingsan bahkan kematian.
Keracunan kronis dapat disebabkan oleh absorpsi dalam waktu lama. Akibat
yang timbul diantaranya anoreksia, berat badan turun, muntah, diare, ruam kulit,
alposia, anemia dan konvulsi. Penggunaan boraks apabila dikonsumsi secara terus-
menerus dapat mengganggu gerak pencernaan usus, kelainan pada susunan saraf,
depresi dan kekacauan mental. Dalam jumlah serta dosis tertentu, boraks bisa
mengakibatkan degradasi mental, serta rusaknya saluran pencernaan, ginjal, hati
dan kulit karena boraks cepat diabsorbsi oleh saluran pernapasan dan pencernaan,
kulit yang luka atau membran mukosa.
Gejala awal keracunan boraks bisa berlangsung beberapa jam hingga seminggu
setelah mengonsumsi atau kontak dalam dosis toksis. Gejala klinis keracunan
boraks biasanya ditandai dengan hal-hal berikut:

5
1. Sakit perut sebelah atas, muntah dan mencret
2. Sakit kepala, gelisah
3. Penyakit kulit berat
4. Muka pucat dan kadang-kadang kulit kebiruan
5. Sesak nafas dan kegagalan sirkulasi darah
6. Hilangnya cairan dalam tubuh
7. Degenerasi lemak hati dan ginjal
8. Otot-otot muka dan anggota badan bergetar diikuti dengan kejang-kejang
9. Kadang-kadang tidak kencing dan sakit kuning
10. Tidak memiliki nafsu makan, diare ringan dan sakit kepala
11. Kematian
Selain itu berikut ini merupakan tanda dan gejala akut dan kronik pada
keracunan boraks diantaranya sebagai berikut:
1. Tanda dan Gejala Akut
Tanda dan gejala akut keracunan boraks meliputi:
a. muntah-muntah,
b. diare,
c. konvulsi dan depresi susunan saraf pusat.
2. Tanda dan Gejala Kronik
Tanda dan gejala kronis keracunan boraks meliputi:
a. nafsu makan menurun,
b. gangguan pencernaan,
c. gangguan susunan saraf pusat,
d. tampak bingung dan bodoh, anemia, rambut rontok, dan
e. dapat berakibat muncul kanker.

C. Mekanisme Keracunan Boraks


Mekanisme toksifikasi dari boraks telah diketahui berbeda dari mekanisme
racun formalin pada makanan yang bila dikonsumsi akan memberikan efek

6
langsung pada pada kesehatan manusia, namun boraks memiliki sifat perusak
kesehatan yang berbeda. Boraks dikonsumsi manusia, kemudian subtansinya
diserap oleh usus, untuk lebih lanjut disimpan terus menerus secara kumulatif
dalam hati, otak, ginjal, atau bahkan testis, hingga akhirnya dosis toksin dari boraks
semakin tinggi dalam tubuh. Pada dosis normal dibawah batas ambang maksimal,
efek negatif toksisitas boraks pada manusia dapat ditoleransi seperti nafsu makan
yang menurun, gangguan sistem pencernaan, gangguan pernafasan gangguan
sistem saraf pusat ringan seperti halnya mudah bingung, anemia, serta kerontokam
pada rambut. Namun bila dosis toksin telah mencapai atau bahkan melebihi
ambang batas maksimal akan mengakibatkan dampak yang fatal, mulai dari
muntah-muntah, diare, sesak nafas, kram perut, dan nyeri perut bagian atas
(epigastrik), mual, lemas, pendarahan gastroensis disertai muntah serta muntah
darah serta sakit kepala yang hebat.
Boraks tidak hanya diserap melalui pencernaan namun juga dapat diserap
melalui kulit. Boraks yang terserap dalam tubuh dalam jumlah kecil akan
dikelurkan melalui air kemih dan tinja, serta sangat sedikit melalui keringat. Boraks
bukan hanya menganggu enzim-enzim metabolisme tetapi juga menganggu alat
reproduksi pria. Tetapi boraks yang sedikit ini akan diserap dalam tubuh konsumen
secara kumulatif. Selain melalui saluran pencernaan, boraks juga bisa diserap
melalui kulit. Boraks yang terserap dalam tubuh ini akan disimpan secara
akumulatif di dalam hati, otak, dan testis. Daya toksitasnya adalah LD-50 akut 4,5-
4,98 gr/kg berat badan (tikus). Dalam dosisi tinggi, boraks di dalam tubuh manusia
bisa menyebabkan pusing-pusing, muntah, mencret, kram perut, dan lain-lain.

D. Penanggulangan Keracunan Boraks


Bahan tambahan makanan sangat berbahaya bagi manusia karena merupakan
racun. Bila dikonsumsi dalam konsentrasi yang tinggi, racunnya dapat
mempengaruhi kerja saraf. Orang yang terkena formalin dan boraks tersebut akan
merasa melayang kemudian pingsan atau bahkan nyawanya bisa tidak tertolong.

7
Tidak harus menunggu bahan tersebut terakumulasi dalam tubuh, karena
kejadiannya bisa dalam waktu sesaat. Kita secara awam tidak tahu seberapa besar
kadar konsentrat formalin dan boraks yang dianggap membahayakan. Lebih baik
kita berhati-hati dan menghindari bahan kimia tersebut karena pada konsentrasi
rendah formalin dan boraks bisa mematikan mikkroflora baik maupun jahat dalam
usus sehingga mengganggu pencernaan. Jika jumlah bakteri dalam usus sangat
sedikit, proses pembusukan sisa makanan jadi lambat.

Kemungkinan yang terjadi adalah anak yang mengkonsumsi boraks


dan formalin akan mengalami kesulitan buang air besar. Gangguan di pencernaan
ini juga bisa berkembang, menjadi kanker usus besar atau kanker kolon dan daya
tahan tubuh jadi menurun sehingga anak jadi mudah sakit. Dalam sistem
pencernaan manusia terdapat enzim yang membantu proses penyerapan sari
makanan, bila enzim ini bersentuhan dengan formalin maka fungsinya tidak
berjalan lagi. Akibatnya, anak akan kekurangan gizi karena zat-zat dari
makanannya tidak dapat diserap dengan baik. Berikut ini cara mencegah dan
menanganinya apabila terkena boraks dan formalin tersebut.

1. Cara Mencegah Apabila Terkena Boraks dan Formalin:


a. Terhirup
1) Untuk mencegah agar tidak terhirup gunakan alat pelindung pernafasan,
seperti masker, kain atau alat lainnya yang dapat mencegah
kemungkinan masuknya formalin atau boraks ke dalam hidung atau
mulut.
2) Lengkapi sistem ventilasi dengan penghisap udara yang tahan ledakan.
b. Terkena mata
1) Gunakan pelindung mata atau kacamata pengaman yang tahan terhadap
percikan.
2) Sediakan kran air untuk mencuci mata di tempat kerja yang berguna
apabila terjadi keadaan darurat.

8
c. Terkena kulit
1) Gunakan pakaian pelindung bahan kimia yang cocok.
2) Gunakan sarung tangan yang tahan bahan kimia.
d. Bila tertelan
1) Hindari makan, minum dan merokok selama bekerja.
2) Cuci tangan sebelum makan.

2. Cara Untuk Menangani Apabila Terkena Boraks dan Formalin:


a. Bila terhirup
1) Jika aman memasuki daerah paparan, pindahkan penderita ke tempat
yang aman.
2) Bila perlu, gunakan masker berkatup atau peralatan sejenis untuk
melakukan pernafasan buatan.
3) Segera hubungi dokter.
b. Bila terkena kulit
1) Lepaskan pakaian, perhiasan dan sepatu yang terkena formalin.
2) Cuci kulit selama 15-20 menit dengan sabun atau deterjen lunak dan air
yang banyak dan dipastikan tidak ada lagi bahan yang tersisa di kulit.
3) Pada bagian yang terbakar, lindungi luka dengan pakaian yang kering,
steril dan longgar.
4) Bila perlu, segera hubungi dokter.
c. Bila terkena mata
1) Bilas mata dengan air mengalir yang cukup banyak sambil mata
dikedip-kedipkan.
2) Pastikan tidak ada lagi sisa boraks di mata. Aliri mata dengan larutan
garam dapur 0,9 persen (seujung sendok teh garam dapur dilarutkan
dalam segeas air) secara terus-menerus sampai penderita siap dibawa ke
rumah sakit.
3) Segara bawa ke dokter.

9
d. Bila tertelan
1) Bilas lambung dengan air hangat.
2) Berikan larutan pencahar yang mengandung garam (saline cathartics)
dengan 5- gram sodium sulfat dalam air.
3) Berikan cairan infus untuk mengurangi dehidrasi akibat muntah dan
diare.
4) Atasi shock dengan oksigen, intravenoer plasma, atau transfuse darah.
5) Apabila terjadi kejang-kejang, berikan obat barbiturak yang aksinya
pendek (short acting barbiburate).
6) Berikan obat-obat pencegah infeksi (antibiotic)
7) Bila perlu, berikan obat-obat analpetika, speri caffeine sodium
benzoate.
8) Pengobatan selanjutnya simptomatis untuk kerusakan kulit.
9) Sebaiknya, segera bawa ke dokter terderakat.

E. Pengambilan, Penyimpanan, dan Pengiriman Sampel Keracunan Boraks ke


Laboratorium
1. Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel makanan harus dilakukan dengan benar. Tidak
tepat dalam pengambilan sampel, hasil analisis kimia yang diperoleh tidak
dapat menggambarkan kondisi yang representatif atau mewakili keseluruhan
dari bahan yang akan dianalisis. Untuk mencapai tujuan tersebut maka dalam
pengambilan sampel perlu diperhatikan beberapa parameter sebagai
berikut (Adawiah, 2015):
a. Homogenitas Sampel
Efek ukuran dan berat partikel sangat berpengaruh terhadap
homogenitas bahan, dimana bagian yang berukuran dan berat lebih besar
cenderung akan berpisah dengan bagian yang lebih kecil dan ringan
(segregasi). Oleh karena itu sebelum sampel diambil, bahan harus dicampur

10
secara merata atau sampel diambil secara acak dari beberapa bagian baik
bagian dasar, tengah maupun bagian atas sehingga diperoleh sampel yang
representatif. Demikian juga pada tanaman disuatu lahan, kualitas pada tiap
bagian tanaman atau lahan mempunyai kualitas yang berbeda.
b. Cara Pengambilan Sampel
Sampel dari bahan dapat diambil secara non-selektif atau selektif. Non-
selektif adalah pengambilan sampel secara acak dari keseluruhan bahan
tanpa memperhatikan atau memisahkan bagian dari bahan tersebut.
c. Jumlah Sampel
Jumlah sampel yang diambil akan sangat berpengaruh terhadap tingkat
representatif sampel yang diambil. Jumlah sampel yang diambil tergantung
dari kebutuhan untuk evaluasi dan jumlah bahan yang diambil sampelnya.
Sebagai pedoman jumlah sampel yang diambil adalah 10 persen dari jumlah
bahan.
d. Sampel yang Digunakan
1) Pada korban hidup
a) Sisa makanan / minuman (muntahan),
b) darah ± 100 ml,
c) Urine ± 100 ml.
2) Pada Jenazah
a) Lambung dengan isinya
b) Seluruh usus dengan isinya dengan membuat sekat dengan ikatan-
ikatan pada usus setiap jarak sekitar 6 cm
c) Darah, yang berasal dari sentral (jantung) dan yang berasal dari
perifer (vena jugularis, arteri femoralis, dll) masing-masing 50
ml dan dibagi dua. Yang satu diberi bahan pengawet NaF 1% yang
lain tidak diberi pengawet
d) Hati, sebagai tempat detoksifikasi tidak boleh dilupakan, diambil
sebanyak 500gram

11
e) Ginjal diambil keduanya, yaitu pada kasus keracunan logam berat
terutama bila urine tidak tersedia
f) Otak, diambil 500 gram khusus untuk keracunan kloroform dan
sianida. Hal tersebut dimungkinkan karena otak merupakan jaringan
lipoid yang mampu meretensi racun walau telah mengalami
pembusukan
g) Urine diambil seluruhnya, penting karena racun akan diekskresikan
melalui urine khususnya untuk tes penyaring pada keracunan
narkotika dan alcohol
h) Empedu, karena tempat ekskresi berbagai macam racun terutama
narkotika
i) Pada kasus khusus dapat diambil:
a. Jaringan sekitar suntikan dalam radius 5-10 cm
b. Jaringan otot yaitu dari tempat yang terhindar kontaminasi mi
salnya Psoas sebanyak 200 gram
c. lemak dibawah kulit dinding perut sebanyak 200 gram
d. rambut yang dicabut sebanyak 10 gram
e. kuku yang dipotong sebanyak 10 gram
f. cairan otak sebanyak-banyaknya

2. Penyimpanan dan Pengiriman Sampel


Sampel yang telah diambil harus segera diamankan agar tidak rusak atau
berubah sehingga mempunyai sifat yang berbeda dari mana sampel tersebut
diambil. Misalnya terjadi penguapan air, pembusukan ataupun tumbuhnya
jamur. Sampel yang mempunyai kadar air rendah (kurang dari 15 persen)
kemungkinan terjadinya kerusakan sampel kecil sekali. Sampel demikian dapat
langsung dimasukkan ke kantong plastik dan dibawa ke laboratorium. Sampel
dengan kadar air tinggi seperti silase, maka kemungkinan terjadinya penguapan
air sangat besar. Sehingga untuk mengontrol penguapan air, maka sampel yang

12
telah diambil harus segera ditimbang, dimasukkan ke dalam kantong plastik
kedap udara, dibawa ke laboratorium dan segera dianalisis kadar bahan
keringnya. Jika tidak dianalisis segera maka sampel yang telah diambil segera
timbang, dikeringkan atau dijemur sampai beratnya konstan. Kemudian baru
dibawa ke laboratorium.

F. Metode Pemeriksaan Boraks


Metode pemeriksaan boraks dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif
diantaranya sebagai berikut:
1. Uji secara Kualitatif:
a. Metode Test Kit
1) Alat
a) Boraks Test Kit
b) Cawan porselin dan penggerus
c) Pipet ukur dan Tensball
d) Kertas Curcuma
e) Timbangan
2) Bahan
a) HCl
b) Sampel bubur 1 gram
c) Aquades
3) Cara Kerja:
a) Haluskan sampel bubur.
b) Masukkan 1 gram sampel dan tambahkan aquades 10 ml ke dalam
tabung reaksi.
c) Tambahkan 10-20 tetes HCl
d) Kocok dan diamkan.
e) Celupkan kertas Curcuma lalu angin-anginkan 10 menit.
f) Perhatikan perubahan pada kertas Curcuma.

13
b. Metode Nyala Api
1) Alat:
a) Cawan porselin dan penggerus
b) Pipet ukur dan Tensball
c) Timbangan
2) Bahan:
a) Sampel bubur 10 gram
b) Methanol
c) H2SO4
3) Cara Kerja:
a) Haluskan sampel bubur.
b) Masukkan dalam oven sampel bubur dengan suhu 20o-25oC selama
30-60 menit sampai menjadi abu.
c) Tambahkan 10 tetes H2SO4 dan 2 tetes methanol.
d) Bakar sampel bubur dan perhatikan nyala api yang muncul.
e) Hasil positif jika nyala api berwarna hijau.

c. Uji Kertas Tumerik


1) Alat:
a) Kertas boraks atau kertas tumerik
b) Gelas arloji
c) Pengaduk kaca
2) Bahan:
a) Sampel yang telah di abukan ± 100 mg
b) Aqua demineralisata
3) Cara Kerja:
a) Sampel hasil pijar yang telah menjadi abu ditimbang ± 100mg pada
kaca arloji.
b) Teteskan 4-5 tetes aqua demineralisata.

14
c) Kemudian diaduk dengan pengaduk kaca dan celupkan kertas
tumerik kedalamnya.
d) Amati warna kertas setelah dicelupkan ke dalam larutan.
e) Hasil positif ditunjukkan dengan perubahan warna kertas tumerik
yang berwarna kuning menjadi kuning-kecoklatan.

2. Uji Secara Kuantitatif:


a. Titrasi Acidimetri
1) Prinsip:
Semua senyawa organik dihilangkan pada proses pengarangan contoh,
kemudian sisa-sisa senyawa organik (C) dijadikan karbonat pada proses
pengabuan setelah diberi air kapur. Semua karbonat diendapkan dalam
keadaan alkalis dengan kapur (berat bebas dalam larutan) sisa-sisa
karbonat dalam larutan berat diikat dengan H2SO4 sambil dipanaskan.
Asam borat bebas direaksikan dengan manitol yang memberikan H
yang dapat ditentukan secara acidi metris.
2) Alat:
a) Timbangan analitik, kepekaan 0,1 mgr
b) Cawan abu porselin 200 ml
c) Batang gelas (gelas rod)
d) Water bath
e) Tungku pengabuan
f) Corong
g) Kertas saring tidak berabu
h) Erlenmeyer 300 ml
i) Indikator universal berskala pH = 1
j) Pipet ukuran 50 ml
k) Buret 50 ml, berskala 0,1 ml
3) Bahan:

15
a) Larutan NaOH 10 %
b) Larutan HCl 1 N
c) Kristal CaCl2
d) Indikator fenolftalein 1 %
e) Air kapur: timbang 150 g CaO, masukkan dalam labu takar 1000
ml, tambah 500 ml aquadest, campur sampai homogen, dinginkan,
selanjutnya ditambah aquadest sampai tanda.
f) Larutan H2SO4 1 N.
g) Indikator 1 % methyl orange (metil kuning): larutan 0,1 g metil
kuning dalam 100 ml aquades.
h) Larutan NaOH 0,2 N standard: 1 ml 0,2 N NaOH setara dengan
0,0124 g H3BO3
4) Cara Kerja:
a) Kedalam cawan abu porselin 200 ml masukkan contoh 10 gr hingga
100 gr (tergantung kadar borax contoh) dan 100 ml larutan NaOH
10 %, kemudian panaskan diatas penangas air sampai kering,
selanjutnya dipanaskan dalam tungku pengabuan hingga 400oC
(menaikkan suhu secara bertahap).
b) Setelah cawan abu dingin tambahkan 200 ml aquadest panas, diaduk
dengan batang gelas, sementara itu ditambahkan beberapa tetes
larutan HCl sampai larutan bersifat asam (uji dengan kertas
indikator universal).
c) Saring larutan melalui kertas saring tidak berabu ke dalam
Erlenmeyer 300 ml dan bilasi kertas saring dengan aquadest panas,
sehingga filtrat bervolume tidak lebih dari 50 ml hingga 60 ml.
d) Pindahkan kertas saring ke dalam cawan abu semula, basahi dengan
air kapur sebanyak 80 ml, kemudian uapkan diatas penangas air.
Setelah menjadi kering abukan dalam tungku pengabuan sehingga
diperoleh abu yang berwarna putih (suhu tungku pengabuan 650oC).

16
e) Larutkan abu dalam beberapa ml HCl (1:3) kemudian pindahkan ke
dalam Erlenmeyer 300 ml pada D.3. kedalamnya tambahkan 0,5 gr
CaCl2 dan beberapa tetes indikator phenolphtalen, kemudian
tambahkan larutan NaOH 10 % hingga larutan berwarna merah
muda (pink). Selanjutnya tambahkan air kapur volume larutan 100
ml campur sampai homogen dan saring melalui kertas saring
Whattman No. 2.
f) Ke dalam Erlenmeyer 300 ml masukkan 50 ml filtrat dan larutkan
H2SO4 1 N sampai warna merah muda hilang, kemudian tambah
beberapa tetes methyl orange dan selanjutnya penambahan larutan
H2SO4 1 N diteruskan sampai warna larutan berubah dari kuning
menjadi merah muda. Didihkan larutan ini selama 1 menit
mendidih.
g) Setelah dingin titrasi hati-hati dengan larutan NaOH 0,2 N standard
sampai warna berubah menjadi kuning (lemen yellow): hindari
kelebihan NaOH dan baca buret.
h) Kedalam larutan diatas tambahkan 1-2 gr manitol dan beberapa tetes
phenolphtalen, lanjutkan titrasi NaOH 0,2 N standard sampai arna
larutan berwarna merah metil (pink).
i) Kedalam larutan diatas tambahkan sedikit manitol dan jika warna
merah muda hilang, teruskan titrasi dengan larutan NaOH 0,2 N
standard sampai warna larutan menjadi merah muda yang tetap.
j) Setelah diperoleh warna larutan merah muda (pink) yang tidak
berubah apabila ditambahkan manitol, hitung volume larutan NaOH
0,2 N standard yang dipakai pada titrasi D.7. D.8. dan D.9.
k) Perhitungan:
ml NaOH 0,2 N x 12,4 x 1000
Kadar Boraks: p. p. m
Berat Contoh (gr)

17
b. Metode Spektrofotometri Sinar Tampak
1) Alat:
a) Spektrofotometer sinar tampak
b) Labu ukur 50 ml dan 100 ml
c) Pipet ukur
d) Cawan porselen
e) Penangas air
2) Bahan:
a) Larutan baku induk Natrium tetraborat
b) Aqua demineralisata
c) Pereaksi kurkumin
d) Etanol 96%
3) Cara Kerja:
a) Pertama, dibuat larutan baku induk Natrium tetraborat, ditimbang
seksama 50mg dimasukkan kedalam labu ukur 100mL.
b) Ditambahkan aqua demineralisata secukupnya sampai batas tanda
dan dihomogenkan.
c) Lalu dipipet 2,5mL lalu dimasukkan ke dalam labu 50mL.
d) Ditambahkan aqua demineralisata secukupnya sampai batas tanda
dan dihomogenkan.
e) Dilakukan penetapan λmaks boraks dengan cara, larutan baku kerja
dipipet 0,2 mL dan dimasukkan ke dalam cawan porselen, lalu
ditambahkan 4 mL pereaksi kurkumin dan digoyang-goyangkan
cawan dengan hati-hati agar kedua larutan bercampur.
f) Cawan diletakkan diatas penangas air, diatur pada suhu 55±2oC dan
dibiarkan selama 80 menit sampai terbentuk residu berwarna merah
kecoklatan.
g) Cawan diangkat dan didinginkan. Setelah cawan dingin pada suhu
kamar, ditambahkan 10 mL etanol 96%, diaduk dengan hati-hati

18
sampai semua residu terlarut, dimasukkan ke dalam labu ukur 25
mL.
h) Cawan dibilas dengan sedikit etanol 96% dan dimasukkan air
bilasannya ke dalam labu ukur.
i) Selanjutnya ditambahkan etanol 96% hingga garis tanda lalu larutan
dihomogenkan.
j) Lalu diukur serapan pada λmax yang diperoleh dengan panjang
gelombang 544,5 nm.
k) Dengan cara yang sama dilakukan penentuan linearitas dan juga
penetapan kadar dari boraks.

19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Boraks adalah senyawa kimia dengan nama natriumtetraborat
(Na2B4O7.10H2O), berbentuk kristal lunak dan jika dilarutkan dalam air akan
berubah menjadi natrium hidroksida serta asam borat (H3BO3). Boraks bersifat basa
lemah dengan pH (9,15–9,20). Boraks dapat larut dalam air dingin (47.1 g/L at 20
°C), kelarutannya sangat meningkat dalam air panas, tetapi tidak larut dalam asam
dan etanol (EFSA, 2013). Efek negatif dari penggunaan boraks dalam
pemanfaatannya yang salah pada kehidupan dapat berdampak sangat buruk pada
kesehatan manusia. Boraks memiliki efek racun yang sangat berbahaya pada sistem
metabolisme manusia sebagai halnya zat-zat tambahan makanan lain yang merusak
kesehatan manusia.
Boraks dikonsumsi manusia, kemudian subtansinya diserap oleh usus, untuk
lebih lanjut disimpan terus menerus secara kumulatif dalam hati, otak, ginjal, atau
bahkan testis, hingga akhirnya dosistoksin dari boraks semakin tinggi dalam tubuh.
Teknik pengambilan sampel makanan harus dilakukan dengan benar. Tidak tepat
dalam pengambilan sampel, hasil analisis kimia yang diperoleh tidak dapat
menggambarkan kondisi yang representatif atau mewakili keseluruhan dari bahan
yang akan dianalisis.

B. Saran
Dari penyusunan makalah ini, masih banyak kekurangan yang ada maka saran
dan kritikan dari pembaca (Dosen dan teman-teman mahasiswa) sangat diharapkan
untuk penyusun demi penyempurnaan makalah berikutnya.

20
DAFTAR PUSTAKA
Ariens, E.J dkk. 1986. Toksikologi Umum. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2006. Bahan Berbahaya yang Dilarang Untuk
Pangan. Melalui:
http://www.pom.go.id/mobile/index.php/view/berita/139/BAHAN-
BERBAHAYA-YANG-DILARANG-UNTUK-PANGAN.html diakses pada
18 April 2018
Cahyadi, wisnu. 2006. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.
Jakarta: Bumi Aksara.
JS, Pujiono. 2016. Boraks Dalam Makanan Takjil dan Cara Mendeteksinya. Melalui:
https://beritagar.id/artikel/gaya-hidup/boraks-dalam-makanan-takjil-dan-cara-
mendeteksinya diakses pada 18 April 2018
Maulana, Mumtaz. Tidak diketahui. Tata Pengiriman Sampel. Melalui:
http://www.academia.edu/18706879/23413379-Tata-Cara-Pengiriman-Sampel
diakses pada 18 April 2018
Nurhidayah, Evy. 2012. Identifikasi Borak. Melalui:
https://evynurhidayah.wordpress.com/2012/01/17/identifikasi-borak/ diakses
pada 16 Maret 2018
Purbandari, Engga. 2017. Laporan Praktikum Slm 3. Melalui:
http://enggarpurbandari.blogspot.co.id/2017/03/laporan-praktikum-slm-3.html
diakses pada 16 Maret 2018
Pane, Imee Syorayah. dkk. 2012. Analisis Kandungan Boraks (Na2B4O7.10H2O) Pada
Roti Tawar yang Bermerek dan Tidak. Melalui:
https://media.neliti.com/media/publications/14404-ID-analisis-kandungan-
boraks-na2b4o7-10-h2o-pada-roti-tawar-yang-bermerek-dan-tidak.pdf
diunduh pada 16 Maret 2018
Rumanta, Maman, dkk. 2014. Analisis Kandungan Boraks pada Jajanan Pasar di
Wilayah Kecamatan Pamulang, Tangerang Selatan.
http://repository.ut.ac.id/5430/1/2014_2.pdf diunduh pada 16 Maret 2018
Saparianto, Cahyo dan Diana Hidayati. 2006. BAHAN TAMBAHAN PANGAN.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Sarmilah. 2015. Makalah BTM Boraks. Melalui:
http://sarmilahkesling.blogspot.co.id/2015/05/makalah-btm-boraks.html
diakses pada 16 Maret 2018

21
Tusiyati. 2012. MAKALAH BAHAYA BORAKS DAN FORMALIN. Melalui:
https://dokumen.tips/documents/makalah-bahaya-boraks-dan-formalin.html
diunduh pada 16 Maret 2018
Yulianto, Daniel. 2013. ANALISIS BORAKS DALAM SAMPEL BAKSO SAPI I, II, III,
IV, V, VI, VII, DAN VIII YANG BEREDAR DI PASAR SOPONYONO DAN
PASAR JAGIR. Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2
No.2, Hal: 5.

22
LAMPIRAN
Pertanyaan dan Jawaban:

1. Anis Sumardiani:
Hindari makanan dan minuman saat bekerja, maksudnya seperti apa?
Jawaban: di semua SOP perusahaan tidak ada yang membolehkan karyawan untuk
maka, minum, dan merokok pada saat bekerja agar tidak terjadi
kecelakaan kerja.
2. Devita Kumala Dewi:
Mana yang lebih efektif antara tes kit boraks dengan tes uji nyala api?
Jawaban: tergantung keadaan dari alat dan bahan yang tersedia di lapangan, kedua
pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan kualitatif
3. Istiqomah Nabila A.A:
Batas maksimum penggunaan boraks?
Jawaban: pada bahan pangan 1 gr/kg bahan pangan dan pada tubuh 4,89 gr/kg BB.
4. Maryska Asrti O.P:
Sampel apa yang digunakan pada saat pemeriksaan?
Jawaban: Makanan dan minuma yang di duga mengandung boraks. Untuk sampel
dari manusia sendiri jika korban masih hidup digunakan sisa
makanan/minuman (muuntahan) dan bila sudah meninggal bisa
menggunakan organ hasil otopsi.
5. Dianah Rezqi S.:
Pada uji nyala api hasil positif terbentuk warna hijau, metodenya seperti apa
sehingga terjadi warna hijau?
Jawaban: Dengan uji ini, makanan yang mengandung asam borat akan
menghasilkan nyala api yang berwarna hijau. Asam borat akan bereaksi
dengan metanol (CH3OH) dengan adanya asam sulfat (H2SO4) sebagai
katalisator, menghasilkan trimetil borat {(CH3O)3B}. Reaksinya adalah
sebagai berikut.

23
Trimetil borat adalah cairan dengan titik didih rendah dan sangat mudah
terbakar. Warna hijau yang muncul pada api disebabkan karena
pemanasan atom boron (B) yang terdapat di dalamnya.

24

You might also like