Professional Documents
Culture Documents
Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
Dokumentasi sebagai alat bukti tanggung jawab dan tanggung gugat dari
perawat dalam menjalankan tugasnya. Dokumentasi merupakan catatan otentik
dalam penerapan manajemen asuhan keperawatan professional. Perawat
professional diharapkan dapat menghadapi tuntutan tanggung jawab dan tanggung
gugat terhadap segala tindakan yang dilakukannya. Bila terjadi suatu masalah yang
berhubungan dengan profesi keperawatan, maka dokumentasi tersebut dapat dapat
dipergunakan sebagai barang bukti di pengadilan.
1
landasan pengetahuan ilmiah dan metode ilimiah yang bersifat logis dan sistematis.
Sekarang keduanya berjalan seiring yang dikenal sebagai proses keperawatan.
Sesuai dengan pemaparan latar belakang diatas serta fenomena yang ada
dimana Pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan di Indonesia masih
mengalami berbagai kendala maka kami merumuskan satu masalah dan tertarik
untuk membahas tentang bagaimana pendokumentasian yang digunakan di
Indonesia saat ini ?
Tujuan kami menyusun makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami
bagaimana pendokumentasian yang digunakan di Indonesia saat ini. Dan juga dapat
membantu mahasiswa dalam proses pembelajaran, sehingga mahasiswa dapat
membandingkan antara teori dan praktiknya.
Hasil dari makalah ini di harapkan dapat pengetahuan bagi penyusun dan bahan
bacaan bagi yang membutuhkan.
2
BAB II
ISI
3
2.2 RESUME JURNAL II
4
Hasil tahap pengkajian padadidapatkan skore 56,11 % dengan kategori cukup.
Pengkajian yang dilakukan oleh perawat di RS Tampan Pekanbaru mengunakan format
yang telah disediakan dalam bentuk chek list dan isian singkat. Sebenarnya hal ini
memudahkan perawat untuk melakukan pengkajian secara urut, sistematis dan lengkap
karena perawat sudah diatahkan sesuai dalam format. Perawat tidak perlu lagi
mengingat-ingat atau berpikir terlalu lama untuk menanyakan hal-hal yang ingin dikaji
kepada pasien.
5
perencanaan mendapat skore 17,11 °/o (kategori kurang).Penentuan prioritas masalah
juga terdapat dalam tahap perencanaan ini prioritas tertinggi diberikan kepada masalah
atau diagnosa keperawatan yang, bersifat mengancam kehidupan atau keselamatan
pasien Effendy (1995). Penentuan prioritas dilakukan karena tidak semua masalah dapat
diatasi secara bersamaaan.Selain itu juga masih terlihat penulisan rencana tindakan
keperawatan yang tidak teratur dan kurang mengacu pada diagnosa keperawatan yang
telah ditetapkan. Di dalam perencanaan juga perlu diperhatikan perumusan tujuan yang
hendak dicapai dari intervensi yang telah diberikan. Dengan adanya tujuan ini akan
mempermudah perawat di dalam melakukan evaluasi. Adanya perolehan skore yang
masih kurang dari standar tersebut menyebabkan perawat mengalami kesulitan di dalam
melakukan evaluasi. Keterlibatan pasien dan keluarga juga harus diikutsertakan di
dalam penetapan rencana keperawatan. Karena antara perawat, pasien dan keluarga
harus bekerjasama di dalam intervensi agar dapat mencapai tujuan dengan baik. Begitu
juga kerjasama dengan tim kesehatan lain juga sangat dibutuhkan untuk mengatasi
masalah medis secara kolaborasi.
Pelaksanaan atau tindakan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana yang
telah disusun pada tahap perencanaan. Pada tahap pelaksanaan ini dokumentasi menjadi
sangat penting karena merupakan pernyataan dari kegiatan atau aktivitas yang otentik
dari perawat. Dokumentasi tentang pasien memberi bukti tindakan mandiri dan
kolaboratif yang dilakukan perawat, respon pasien terhadap tindakan keperawatan dan
perubahan-perubahan yang terjadi,Carrol (1998).Skore yang didapat secara keseluruhan
pada tahap pelaksanaan ini adalah 57,78 % (kategori cukup). Namun pada aspek
pelaksanaan evaluasi tiap tindakan yang telah dilakukan hanya mendapat skore 16,67 %
(kategori kurang). Dan perolehan skore ini akhirnya mempengaruhi aspek yang lain
yaitu pelaksanaan revisi tindakan hanya mendapatskore 47,78 %, (kategori kurang).
6
Evaluasi adalah mengkaji respon pasien terhadap tindakan keperawatan yang
telah dilakukan oleh perawat dengan mengacu pada standar atau kriteria hasil yang telah
ditetapkan pada rumusan tujuan.Terlihat pada status pasien yang telah dikaji bahwa
kriteriakeherhasilan yang dapat digunakan sebagai dasar evaluasi ini tidak
selaludicantumkan sehingga evaluasi yang diilakukan kurang mengacu pada tujuan.
Skore yang didapat adalah 52,78% (kategori kurang) dan perolehan skore ini
dipengaruhi oleh aspek perumusantujuan dalam perencanaan sebelumnya.
7
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
KESIMPULAN JURNAL I
8
KESIMPULAN JURNAL II
9
3.2 SARAN
10