Unit Utlitas

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 10

Utilitas

Unit pendukung proses atau yang lebih dikenal dengan sebutan utilitas merupakan bagian
penting untuk penunjang proses produksi dalam pabrik. Utilitas merupakan suatu unit yang
digunakan sebagai penunjang berjalannya suatu proses pada pabrik. Pada pabrik ammonia ini,
utilitas yang dibutuhkan terdiri atas :

1. Unit Pengolahan Air


Dalam unit ini digunakan sebagai fasilitas penyediaan kebutuhan proses pendinginan pada
heat exchanger, waste heat boiler, heater dan condensor. Dalam unit pengolahan air juga
digunakan dalam penyediaan kebutuhan air para pekerja dan sarana bangunan

2. Unit Pembangkit Tenaga Listrik


Unit ini digunakan sebagai fasilitas penyedia pembangkit tenaga listrik. Dalam unit
pembangkit tenaga listrik digunakan sebagai unit penyedia kebutuhan listrik bagi alat dan
unit proses yang digunakan oleh pabrik, sarana bangunan dan penerangan

3. Unit Penyediaan Steam


Unit ini digunakan sebagai fasilitas dalam penyedia kebutuhan steam panas dalam unit
proses yang digunakan oleh pabrik seperti steam panas pada proses gasifikasi di circulated
fluidized bed gasifier, steam panas pada stripper untuk recovery pelarut dan heat exchanger

3.3.1 Unit Pengolahan Air


Sumber air yang digunakan untuk pabrik ini diperoleh tidak jauh dari lokasi pabrik
yaitu dari Sungai Seringga yang terletak 1 km dari pabrik methanol. Sumber air sungai
yang diperoleh tidak serta merta langsung dipakai, namun harus melewati serangkaian
unit pengolahan air untuk keperluan domestik maupun industry dan tidak menimbulkan
kerusakan dan korosi pada alat. Sungai Seringga tersebut memiliki kapasitas alir sebesar
265 m3/detik. Aliran sungai Seringga memiliki jenis airan yang relatif stabil. Berikut data
tabel kualitas sungai Seringga:

1
Tabel 3.3.1.1 Mutu Air Sungai Seringga
No Paramete Satuan Nilai
1 Turbiditas (NTU) 10
2 Kesadahan (mg CaCO3/L) 83
3 Keasaman (pH) 8,8
4 Kandungan Timbal (mg/L 0,167

(Sumber : BBPD Papua Barat, 2013)

Berdasarkan tabel 3.3.1.1, bahwa kualitas air sungai Sangatta Seringga dicirikan
seperti berikut suhu berkisar 29-30 oC, kecerahan antara 0,17-0,23 M, pH antara 7,58-7,91,
DO antara 10,7-12,5 mg/l, Nitrat 7,6-9,3 mg/l, fosfat antara 0,16-0,32 mg/l, dan kandungan
chlorofil-a perairan berkisar 22,45-190,31 µg/l. Air baku ini belum memenuhi kriteria air
proses karena masih terdapat impurities . Impurities tersebut dibedakan menjadi
suspended solid seperti pasir, lumpur, lendir, dan lain sebagainya. Selain itu terdapat
dissolved solid seperti mineral Ca2+ , Si𝑂32− , SO42− , Na+ , PO43− dan lain sebagainya.
Mineral – mineral ini tidak dapat dilihat dengan kasat mata karena bersifat homogen
dengan air dan ukuran partikel <0,4 micron. Untuk itu diperlukan pengolahan air terlebuh
dahulu sebelum digunakan untuk kebutuhan pabrik. Dimana syarat yang harus dipenuhi
oleh air yang akan digunakan oleh pabrik methanol ini dijelaskan pada tabel 3.3.1.2
dibawah ini

Tabel 3.3.1.2 Standart Kualitas air untuk pabrik methanol

No Paramete Satuan Nilai


1 Konduktivitas @25˚ C ( Setelah pertukaran ion) Max 2000 ՎS/ Cm

2 Kesadahan (mg CaCO3/L) Max 0,2 ppm (W) CaCO3


3 Keasaman (pH) 6.0-8,0
4 Total Iron Max 0,025 ppm (w) Fe

5 Total Copper Max 0,02 ppm (w) Cu

2
6 Chloride Max 0,02 ppm (w) Cl

7 Silica Max 30 ppm (w) SiCO3

8 Non Volatile VOC 0,5 ppm (W)

9 Oxygen Max 0,007 ppm (w)

Berikut adalah proses pengolahan air pada pabrik methanol ini :


1. Penampung Sementara
Pada tangki penampungan sementara terjadi proses pengendapan untuk
memisahan partikel dari air dengan memanfaatkan gaya gravitasi. Proses ini bertujuan
untuk memperoleh air buangan yang jernih dan mempermudah proses penanganan
lumpur (Siregar, 2005). Saat partikel bergerak melewati fluida, terdapat bebrapa gaya
yang terjadi pada partikel. Pertama gaya eksternal yaitu gaya gravitasi yang mendorong
partikel bergerak kebawah, pada kondisi ini perbedaan densitas partikel dan fluida
menjadi faktor penting bagi keberlangsungan pengendapan partikel. Ketika densitas
partikel dan fluida sama, maka gaya apung pada partikel akan sama dengan gaya
eksternal sehingga tidak akan ada partikel yang dapat mengendap, selain itu terdapat
gaya gesek yang berlawanan dengan arah gesekan partikel. (Geankoplis, 1993). Pada
bak ini lumpur atau partikel-partikel padat yang besar akan mengendap secara gravitasi.
Sedangkan partikel-partikel yang lebih kecil akan terapung di badan air menuju unit
pengolahan selanjutnya.

2. Clarifier
Air dari penampungan sementara dialirkan ke dalam clarifier yang terdiri dari
proses koagulasi, flokulasi dan sedimentasi. Pada proses koagulasi ditambahkan zat
koagulan berupa Alumunium Sulfat Al2(SO4)3 dari koagulan storage koagulasi untuk
mendestabilisasi koloid. Alumunium Sulfat merupakan koagulan yang mampu
membentuk flok dengan ukuran partikel yang sangat kecil sehingga bisa mengendapkan
partikel koloid yang kecil. Pada proses koagulasi dilakukan pengadukan secara cepat
menggunakan agitator jenis pitched blade turbin untuk mempercepat interaksi antar
molekul flok.

3
Selain itu pada clarifier juga menginjeksikan abu Na2CO3 untuk menetralkan pH
dan membantu pembentukan flokulan. Flok yang sudah terbentuk dalam tangki
koagulasi diperbesar ukurannya dalam tangki floktasi. Untuk menetralkan pH diberikan
Na2CO3 dari flokulan storage. Setelah pencampuran yang disertai pengadukan maka
akan terbentuk flok-flok yang akan mengendap ke dasar clarifier karena gaya gravitasi,
sedangkan air jernih akan keluar melimpah (overflow) untuk penyaringan. Pemakaian
larutan alum umumnya hingga 5-50 ppm terhadap jumlah air yang akan diolah
sedangkan perbandingan pemakaian alum dan soda abu sebesar 1:0,54.

3. Rapid Sand Filter


Rapid Sand Filter adalah suatu tempat untuk proses terjadinya Filtrasi. Filtrasi
adalah suatu metode pemisahan padat-cair, dimana cairan akan melewati sebuah
medium atau material berpori untuk menghilangkan suspended yang tidak dapat
terendapkan (Reynold dan Richards, 1996). Filtrasi berfungsi untuk memisahkan flok
dan koagulan yang masih terikan bersama air. Pada bagian bawah sand filter
dilengkapi dengan strainer sebagai penahan. Selama pemakaian, daya saring sand filter
akan menurun. Untuk itu diperlukan regenerasi secara berkala dengan cara pencucian
ulang (back wash).

Filtrasi pada pengolahan air pabrik methanol ini menggunakan tipe multimedia
horizontal filters dengan prinsip penyaringan yang sama dengan prinsip penyaringan
tanah. Filter yang digunakan pada proses ini, diantaranya adalah pasir, kerikil, koral
yang disusun secara berurutan dari atas kebawah dengan tinggi setiap lapisan kurang
lebih 60cm. Media filter pasir digunakan karena dapat menyaring endapan yang
berupa flock-fock, sedangkan kerikil dan koral berfungsi untuk menahan gumpalan
pasir dan lumpur yang kemungkinan jatuh kebawah.

4. Menara Air
Setelah proses penyaringan, air dipompakan ke menara air sebelum
didistribusikan untuk berbagai kebutuhan.Untuk air domestik, laboratorium, kantin
dan tempat ibadah, serta poliklinik, dilakukan proses klorinasi yaitu dengan
mereaksikan air dengan klor unruk membunuh mikrobakteri penyebab kekeruhan

4
dengan meningkatkan kadar garam dalam air. Klor yang biasa digunakan berupa
kaporit, Ca(ClO)2. Khusus untuk air minum, setelah dilakukan proses klorinasi
diteruskan ke penyaringan air (water treatment system) sehingga air yang keluar
merupakan air sehat yang memenuhi syarat-syarat air minum.

Tabel 3.3.1.1 Persyaratan Kualitas Air Minum


No. Jenis Parameter Satuan Kadar maksimum yang
diperbolehkan
1. Parameter yang berhubungan
langsung dengan kesehatan
a. Parameter Mikrobiologi Jumlah per 0
100ml sampel
1. E. coli Jumlah per 0
100ml sampel
2. Total bakteri koliform mg/l 0,01
b. Kimia an-organik
1. Arsen mg/l 1,5
2. Fluoride mg/l 0,05
3. total kromium mg/l 0,003
4. Kadmium mg/l 3
5. Nitrit (NO2-) mg/l 50
6. Nitrat (NO3-) mg/l 0,07
7. Sianida mg/l 0,01
8. Selnium mg/l 1,5
2. Parameter yang tidak langsung
berhubungan dnegan kesehatan
a. Parameter fisik
1. Bau Tidak berbau
2. Warna TCU 15
3. Total zat padat terlarut mg/l 500

5
(TDS)
4. Kekeruhan NTU 5
5. Rasa Tidak beras
6. Suhu °C Suhu udara +-3
b. Parameter kimiawi
1. Aluminium mg/l 0,2
2. Besi mg/l 0,3
3. Kesadahan mg/l 500
4. Khlorida mg/l 250
5. Mangan mg/l 0,4
6. pH mg/l 6,5-8,5
7. Seng mg/l 3
8. Sulfat mg/l 250
9. Tembaga mg/l 2
10. Amonia mg/l 1,5

(Sumber : Peraturan Menteri Kesahatan, 2010)


Untuk air umpan ketel, masih diperlukan pengolahan lebih lanjut melalui proses
demineralisasi dan dearasi pada unit cation exchanger dan anion exchanger untuk
menghilangkan dan mencegah timbulnya kerak pada peralatan akibat adanya logam
alkali seperti Ca, Mg dan Na yang mengakibatkan korosi akibat oksidasi oleh O2 dan
CO2.

5. Penukar Kation (Cation Exchanger)

Tangki pertukaran kation (Cation Exchange Tower) merupakan salah satu unit
rangkaian untuk memproduksi Demineralized Water. Air hasil filtrasi dialirkan
menuju cation exchanger untuk mengikat logam-logam alkali dan mengurangi
kesadahan air yang digunakan. Resin ini berfungsi mengikat ion-ion positif seperti
Ca2+, Mg2+ dan Na+ menurut reaksi berikut :

6
+ 2-
2H SO4
2+ 2-
+ -
Ca SO4 2+
2H Cl
2R-Ca
Mg
2+
HCO3
- + 2R(H) -> 2+ + +
2H CO3
2-
2R-Mg
+ 2- + + -
2Na SiO3 2R-2Na H NO3
+ 2-
2H SiO3

Berikut ilustrasi proses penukaran kation dalam Cation Exchanger

Gambar 3.3.1.1 ilustrasi Pertukaran Kation dalam Cation Exchanger

Mulanya resin ada dalam bentuk ikatan dengan ion hidrogen (H+). Pada gambar
3.3.1.1 kation dalam air seperti Ca2+, Mg2+ dan Na+ akan berikatan dengan resin dan
digantikan oleh ion H+ sehingga produk dari cation exchanger adalah ikatan resin 2R-
Ca, 2R-Mg, 2R-2Na dan air yang mengandung asam.

Air hasil keluaran proses cation exchanger dialirkan ketangki anion exchanger.
Namun terlebih dahulu diumpankan kedalam degasifier untuk menghasilkan CO2. Hal
ini dilakukan karena produk akhir yang diinginkan adalah Demineralized Water untuk
air umpan boiler. Jika CO2 tidak dihilangkan, maka pada proses boiler yang
menggunkan suhu tinggi, CO2 akan bereaksi dengan H2O membentuk H2CO3 yang
bersifat asam. Dengan adanya asam, maka akan menurunkan pH air. Sedangkan pada
pH yang rendah, mudah terjadi pertukaran ion yang dapat menimbulkan kerak atau
deposit.

7
6. Penukar anion (Anion Exchanger)

Anion Exchanger merupakan keberlanjutan dari Cation Exchanger untuk


memproduksi air demin (Demineralized Water). Air dari Degasifier dipompa menuju
Anion Exchanger untuk menukar anion yang terdapat dalam air dengan ion hidroksida
dari resin. Resin ini akan mengikat ion-ion bermuatan negative yang ada didalam air
menurut reaksi berikut:

+ 2- 2-
2H SO4 2R- SO4
+ - -
H Cl 2R-Cl
- 2-
+ 2-
+R-OH -> 2R-CO3 +2H2O
2H CO3
+ - -
H NO3 2R-NO3
+ 2- 2-
2H SiO3 2R- SiO3

Berikut ilustrasi proses pertukaran anion dalam Anion Exchanger:

Gambar 3.3.1.2 Ilustrasi Pertukaran Anion dalam Anion Exchanger

8
Sama halnya dengan pertukaran kation, resin penukar anion awalnya dalam bentuk
ikatan OH-. Ketika air dengan kandungan ion-ion negatif (anion) dikontakkan dengan
resin penukar anion, maka seluruh anion-anion akan digantikan oleh ion OH.

Air hasil keluaran Anion Exchanger Tower disebut sebagai air demin dimana
kandungan dalam air tersebut murni H2O. Demineralized Water (air demin) nantinya
akan digunakan untuk supply waste heat boiler 1 dan 2 dengan beberapa kriteria
berikut:

Tabel 3.3.1.2 Baku Mutu Demineralized Water

No Baku Mutu Standar


1 pH 7,6-9
2 M Alkalinity Max 1,98 ppm
3 Cl- <= 3 ppm
4 Thorium 0
5 Electrolyte Conductivity < 3 µSeimens/cm
6 Kejernihan 99%
7 SiO32- 0

(Sumber : Peraturan Menteri Negara, 2009).

3.3.2 Unit Pembangkit Tenaga Listrik

Dalam kebutuhan tenaga listrik digunakan sebagai penerangan, dan kebutuhan listrik
dalam unit peralatan di pabrik. Kebutuhan listrik sendiri sangat bergantung pada masing-
masing peralatan yang karena setiap alat memiliki kebutuhan listrik yang berbeda.
Kebutuhan listrik disuplai dari Perusahaan Listrik Negara dan pabrik juga mendirikan
generator yang berfungsi untuk menggantikan ketersediaan listrik dari Perusahaan Listrik
Negara apabila kebutuhan listrik terganggu.

9
3.3.3 Unit Penyediaan Steam

Dalam unit penyediaan steam, steam diperoleh dari air sungai Seringga Pengolahan air
sungai untuk menjadi steam menggunakan prinsip pengolahan air dalam penyediaan
cooling water. Berdasarkan proses flow diagram utilitas, air dipanaskan dan disimpan pada
kondisi superheated steam dengan kondisi operasi suhu 1500C dan tekanan 39,21 atm.

10

You might also like